14
JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI PENGUKURAN KINERJA BAGIAN PRODUKSI PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL SUMATERA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM Difana Meilani 1 , Theresia Fitriani S. 2 1) Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas 2) Alumni Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas Abstract Performance measurement is an effort to understand wether the work have done appropriately or not, wether the company performance meet expectation, and how succes organization reach the goal. In manufacturing industry, company performance focus on Production Department, so that performance measurement is needed, in order to improve performance at this department. Because of that, Production Department in PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera should evaluate the production target and quantity of defect product. Beside that, company should cunduct performance measurement at Production Department which include stakeholders that it has. In this research, performance measurement use Prism Performance method that consist of five perspective. They are stakeholder satisfaction, stakeholder contribution, strategies, process, and capabilities. Based on this perspective, Key Performance Indicator (KPI) for each stakeholders were identified, after that they were verificated. Then, KPI were weighted by using Analitical Hierarchy Process (AHP) method, then the scoring system performance measurement was done by using Objective Matrix (OMAX). The result show that there are four stakeholders influence performance at Production Department. They are customers, workers, material suppliers, and citizens. This measurement system include 6 KPI for customers, 9 KPI for workers, 4 KPI for material supplier, and 3 KPI for citizens. The result of OMAX method show that the highest performance was reached in April 2008 (3208,4) and the lowest performance was reached in January 2009 (2655,4). The result also show that 2 KPI have the worst performance, 3 KPI have bad performance, 5 KPI have medium performance, 12KPI have good and very good performance. Keywords : Performance Measurement, Production Department, Performance Prism, Stakeholder, and Key Performance Indicator (KPI) 1. Pendahuluan Perkembangan industri yang semakin cepat menyebabkan terjadinya persaingan untuk menguasai sumber daya, sehingga untuk dapat bertahan setiap perusahaan harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas terhadap sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah mencapai tujuan organisasi secara efisien dan untuk mengenali tanda-tanda bahaya, maka pimpinan perusahaan perlu melakukan evaluasi atau pengukuran kinerja terhadap fungsi-fungsi dalam organisasi. Kinerja memiliki makna sebagai hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Untuk mengetahui hasil kinerja suatu organisasi maka dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan suatu usaha untuk mengetahui apakah pelaksanaan kinerja sesuai dengan jadwal, apakah terdapat perbedaan dengan hasil kinerja yang diinginkan, serta menentukan seberapa sukses sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan dari pengukuran kinerja yaitu untuk mengetahui seberapa besar tindakan-tindakan yang telah dilakukan selama ini untuk dapat merefleksikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Hasil dari pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi dan perbaikan kinerja di masa mendatang. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dalam industri jasa maupun dalam industri manufaktur. Untuk industri manufaktur, kinerja perusahaan terfokus pada bagian produksi. Sebagai komponen dari perusahaan biasanya 1

Journal Theresia Fitriani s 05173063

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal ta

Citation preview

Page 1: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

PENGUKURAN KINERJA BAGIAN PRODUKSI PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL SUMATERA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM

Difana Meilani1, Theresia Fitriani S.2

1) Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas2) Alumni Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas

AbstractPerformance measurement is an effort to understand wether the work have done appropriately or not, wether the company performance meet expectation, and how succes organization reach the goal. In manufacturing industry, company performance focus on Production Department, so that performance measurement is needed, in order to improve performance at this department. Because of that, Production Department in PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera should evaluate the production target and quantity of defect product. Beside that, company should cunduct performance measurement at Production Department which include stakeholders that it has.In this research, performance measurement use Prism Performance method that consist of five perspective. They are stakeholder satisfaction, stakeholder contribution, strategies, process, and capabilities. Based on this perspective, Key Performance Indicator (KPI) for each stakeholders were identified, after that they were verificated. Then, KPI were weighted by using Analitical Hierarchy Process (AHP) method, then the scoring system performance measurement was done by using Objective Matrix (OMAX).The result show that there are four stakeholders influence performance at Production Department. They are customers, workers, material suppliers, and citizens. This measurement system include 6 KPI for customers, 9 KPI for workers, 4 KPI for material supplier, and 3 KPI for citizens. The result of OMAX method show that the highest performance was reached in April 2008 (3208,4) and the lowest performance was reached in January 2009 (2655,4). The result also show that 2 KPI have the worst performance, 3 KPI have bad performance, 5 KPI have medium performance, 12KPI have good and very good performance.

Keywords : Performance Measurement, Production Department, Performance Prism, Stakeholder, and Key Performance Indicator (KPI)

1. Pendahuluan

Perkembangan industri yang semakin cepat menyebabkan terjadinya persaingan untuk menguasai sumber daya, sehingga untuk dapat bertahan setiap perusahaan harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas terhadap sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah mencapai tujuan organisasi secara efisien dan untuk mengenali tanda-tanda bahaya, maka pimpinan perusahaan perlu melakukan evaluasi atau pengukuran kinerja terhadap fungsi-fungsi dalam organisasi.

Kinerja memiliki makna sebagai hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Untuk mengetahui hasil kinerja suatu organisasi maka dilakukan pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja merupakan suatu usaha untuk mengetahui apakah pelaksanaan kinerja sesuai dengan jadwal, apakah terdapat perbedaan dengan hasil kinerja yang diinginkan, serta menentukan seberapa sukses sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan dari

pengukuran kinerja yaitu untuk mengetahui seberapa besar tindakan-tindakan yang telah dilakukan selama ini untuk dapat merefleksikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Hasil dari pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi dan perbaikan kinerja di masa mendatang.

Pengukuran kinerja dapat dilakukan dalam industri jasa maupun dalam industri manufaktur. Untuk industri manufaktur, kinerja perusahaan terfokus pada bagian produksi. Sebagai komponen dari perusahaan biasanya bagian produksi memiliki hubungan erat dengan bagian lainnya. Oleh karena itu, pengukuran kinerja pada bagian produksi yang memiliki skala lebih kecil dari perusahaan diharapkan dapat memicu peningkatan kinerja pada skala yang lebih besar atau secara keseluruhan yang melibatkan bagian lain dalam perusahaan.

Pengukuran kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pengukuran kinerja yang memperhatikan banyak aspek, seperti metode Balanced Scorecard, metode Integrated Performance Measurement System (IPMS), metode Performance Prism,

1

Page 2: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

dan metode-metode lainnya. Metode Balanced Scorecard dikembangkan di Harvard Business School oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton, metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) dikembangkan di Centre for Strategic Manufacturing, University of Strathclyde, Glasgow, dan metode Performance Prism merupakan hasil kolaborasi antara Accenture dengan Cambridge University. Metode Performance Prism memiliki lima perspektif, yaitu stakeholder satisfaction, stakeholder contribution, strategies, process, dan capabilities, mengidentifikasi stakeholder dari banyak pihak dan KPI dibuat berdasarkan strategi, proses, dan kapabilitas yang dimiliki. Sedangkan metode Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, yaitu finansial, konsumen, proses bisnis internal, proses belajar dan pertumbuhan, serta stakeholder yang diidentifikasi hanya konsumen saja. Untuk metode Integrated Performance Measurement System (IPMS), identifikasi KPI berdasarkan stakeholder requirements dan tujuan perusahaan tanpa memperhatikan mana yang merupakan strategi, proses, dan kapabilitas perusahaan. Dengan demikian, metode Performance Prism merupakan metode yang paling lengkap dibandingkan metode Balanced Scorecard dan Integrated Performance Measurement System (IPMS).

Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja dilakukan di Bagian Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera (PT CCBI-CS). PT CCBI-CS merupakan perusahaan bergerak di bidang distribusi dan produksi minuman ringan baik produk minuman berkarbonasi (Carbonated Soft Drink/CSD) maupun jenis minuman yang tidak berkarbonasi (Non Carbonated Soft Drink/NCSD) untuk kemasan botol.

Untuk memproduksi minuman tersebut, target produksi ditetapkan oleh bagian DOP (Demand Operation Planning) yang disesuaikan dengan permintaan konsumen dari masing-masing sales center (SC) yang ada. Oleh karena itu, untuk mencapai target produksi tersebut maka pihak produksi menetapkan bahwa realisasi produk yang harus dicapai adalah > 97% dan persentase produk cacat yang diperbolehkan < 0,45% dari jumlah produk yang dihasilkan. Pencapaian target produksi dan produk cacat tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan antara target, realisasi dan jumlah produk cacat pada produksi tahun 2008

Batas max (0,45% x realisasi)

Nyata

1 Januari 4.565.880 4.177.272 91,49% 18.798 28.792 0,69%2 Februari 3.813.984 4.378.920 114,81% 19.705 26.444 0,60%3 Maret 6.026.280 5.075.304 84,22% 22.839 25.287 0,50%4 April 4.837.800 4.720.800 97,58% 21.244 22.442 0,48%5 Mei 4.591.392 5.132.472 111,78% 23.096 33.958 0,66%6 Juni 6.890.328 6.801.648 98,71% 30.607 52.031 0,76%7 Juli 5.608.392 4.471.824 79,73% 20.123 32.371 0,72%8 Agustus 4.319.160 5.409.864 125,25% 24.344 34.572 0,64%9 September 7.055.472 5.730.120 81,22% 25.786 34.787 0,61%

10 Oktober 5.158.344 3.607.104 69,93% 16.232 24.321 0,67%11 November 5.665.728 5.217.432 92,09% 23.478 36.236 0,69%12 Desember 7.232.424 6.658.992 92,07% 29.965 51.212 0,77%

No BulanRealisasi

Produksi (Pcs)% Reject

% Pencapaian Produksi (>97%)

Target Produksi (Pcs)

Reject (Pcs)

Berdasarkan hasil produksi tahun 2008 bahwa sebagian besar target produksi tidak tercapai dan jumlah produk cacat juga melebihi persentase yang diprbolehkan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya Bagian Produksi melakukan evaluasi terhadap pencapaian target produksi. Langkah untuk mewujudkannya harus didukung oleh manajemen yang mampu mengukur kinerja Bagian Produksi. Pengukuran kinerja ini akan berpengaruh terhadap pelaksanaan bisnis yang efektif dan dapat mencapai sasaran.

Saat ini pengukuran kinerja bagian produksi hanya sebatas pada pengukuran kinerja pada proses produksi dan komplain produk saja, dimana pengukuran tersebut menggunakan parameter kinerja yang dikenal dengan Key Performance Indicator (KPI) atau indikator performansi kunci. KPI dan nilai batas untuk tiap KPI pada pengukuran kinerja proses produksi adalah sebagai berikut: target produksi (97%), konsentrat (99,75%), gula (99,2%), CO2

(70%), crown (99,3%), operational performance losses (7%), water ratio (3,6 liter/liter beverage), kaustik (2,1 gram/liter beverage), aditif (0,25 mL/liter beverage), lubricant usage (0,35 mL/liter beverage), BPQI (kualitas minuman) (92%), PCQI (kualitas kemasan) (82%), gross line efficiency (67%), produk cacat (0,45%), botol pecah (0,5%).

KPI-KPI yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan ini belum menjelaskan unsur KPI pihak lain dari bagian produksi (stakeholder). Pihak –pihak yang menjadi stakeholder bagian produksi, yaitu konsumen, karyawan, supplier, dan masyarakat. Bagi perusahaan peran dari stakeholder sangat penting untuk menunjang kinerja bagian produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi KPI yang berasal dari stakeholder. Untuk mengidentifikasi KPI tersebut dapat digunakan metode Performance Prism, dimana metode ini menjelaskan mengenai

2

Page 3: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

apa keinginan dari stakeholder dan kontribusi apa yang diberikan stakeholder untuk mencapai keinginannya tersebut dengan memperhatikan strategi, proses dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan. Selanjutnya, KPI-KPI yang telah diidentifikasi tersebut digunakan sebagai landasan pengukuran kinerja bagian produksi untuk melihat kinerja saat ini.

2. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan kerangka pemikiran yang memberikan gambaran konseptual mengenai tahap penyelesaian masalah secara sistematis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema metodologi penelitian

Gambar 1. Skema metodologi penelitian (Lanjutan)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 HasilUntuk mendukung pengolahan data

maka diperlukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ini meliputi :a. Data primer, merupakan data yang

didapat dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari perusahaan.Selanjutnya langkah-langkah di dalam

melakukan pengolahan data dapat dilihat di bawah ini.

3.1.1 Identifikasi Stakeholder

Stakeholder merupakan pihak yang mempunyai kepentingan di dalam sebuah organisasi. Untuk melakukan pengukuran kinerja Bagian Produksi ini maka perlu diketahui stakeholder mana saja yang terkait. Berikut ini dapat dijelaskan stakeholder yang ada, yaitu :a. Konsumen, yang ditujukan kepada

outlet-outlet yang menjual produk dari PT CCBI-CS di Kota Padang.

b. Karyawan, meliputi seluruh karyawan yang bekerja di bagian produksi, baik itu sebagai supervisor, operator, dan line crew.

c. Supplier, pihak supplier yang diteliti adalah supplier tutup botol yaitu PT

3

Page 4: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

Ancol Terang Metal Printing Industri yang berlokasi di Jakarta.

d. Masyarakat, merupakan masyarakat yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan Bagian Produksi PT CCBI-CS, yaitu mahasiswa yang melakukan magang dan penelitian serta masyarakat yang berada di sekitar perusahaan yaitu masyarakat yang berada di daerah Dusun Kasang dan Dusun Baru.Selanjutnya, dilakukan identifikasi

perspektif untuk tiap stakeholder. Penjabaran untuk tiap perspektif tersebut adalah sebagai berikut.a. Stakeholder Satisfaction

1. Konsumen- Kualitas produk yang sesuai

standar perusahaan.- Penerimaan produk cacat

(reject). Konsumen mengelompokkan produk cacat ini berdasarkan kondisi fisik dan kemasan dari produk tersebut

- Variasi jenis produk- Ukuran botol yang bervariasi- Produk yang dilengkapi tanggal

kadaluarsa, tujuannya adalah untuk mengetahui umur pakai produk agar dapat terhindar dari keracunan ataupun hal yang tidak diinginkan lainnya

- Ketersediaan layanan konsumen, ini memudahkan konsumen untuk menyampaikan keluhaannya.

- Kemudahan dalam penerimaan informasi produk

- Prosedur pemesanan yang mudah dan cepat

- Pelayanan pemesanan yang mudah

- Pihak perusahaan memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan

- Kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan keluhan pelanggan

- Pemberian informasi mengenai jenis produk

- Perusahaan menjamin kehalalan produk yang mereka tawarkan

- Perusahaan menjamin penyelesaian keluhan dari pelanggan

- Sikap karyawan yang selalu ramah kepada pelanggan

- Kesopanan karyawan kepada pelanggan

- Pemberian informasi terhadap jenis produk baru, maksudnya adalah pemberitahuan kepada konsumen apabila terdapat jenis produk baru ataupun lainnya

- Perusahaan selalu tanggap terhadap keinginan pelanggan

- Pelayanan yang diberikan tidak memandang jenis usaha

2. Karyawan- Target produksi dapat tercapai- Adanya kesempatan untuk maju

dalam bekerja- Adanya penghargaan kepada

karyawan- Adanya jaminan kesejahteraan

sosial, bonus, dan tunjangan hari raya.

- Adanya jaminan keamanan dan keselamatan kerja

- Adanya respon terhadap saran dari karyawan (pekerja)

- Adanya fasilitas dan perlengkapan kerja yang memadai

3. Supplier- Memesan produk lebih banyak - Melakukan pembayaran waktu- PT Coca Cola percaya terhadap

kualitas produk yang dihasilkan supplier

- Memberikan informasi yang cepat apabila kualitas produk yang dikirim tidak sesuai dengan standar

- Memberikan jumlah order yang tepat

- Melakukan pemesanan ulang4. Masyarakat

- Adanya lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

- Aktivitas produksi yang tidak mengganggu masyarakat

- Memberikan peran dalam dunia pendidikan

- Melakukan pertemuan dengan masyarakat

- Memberikan tanggapan terhadap keluhan masyarakat

- Perusahaan berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat

- Kepuasaan terhadap peraturan yang dibuat masyarakat dan pihak perusahaan

- Penanganan limbah oleh perusahaan

- Tanggapan terhadap gangguan limbah di lingkungan sekitar

b. Stakeholder Contribution1. Konsumen

- Melakukan pemesanan ulang- Melakukan pembayaran tepat

waktu- Memberikan saran atau kritik

kepada pihak perusahaan- Penyampaian komplain dengan

cepat

4

Page 5: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

- Memberikan spesifikasi yang tepat pada saat melakukan pemesanan

2. Karyawan- Produktivitas dalam bekerja- Hadir selalu tepat waktu- Mengikuti briefing yang diadakan

sebelum bekerja- Memiliki semangat dan tanggung

jawab yang tinggi- Menaati prosedur dan peraturan

keamanan dan keselamatan kerja- Memiliki loyalitas yang tinggi

3. Supplier- Melakukan pengiriman tepat

waktu- Memberikan pelayanan yang

memuaskan pelanggan- Konsisten terhadap kualitas

produk- Harga jual yang terjangkau- Transaksi yang mudah dan cepat- Memberikan toleransi terhadap

keterlambatan pembayaran, maksimal selama 5 hari setelah waktu tempo

- roduk yang dikirim sesuai dengan order

- Memeriksa produk yang akan dikirim

4. Masyarakat- Hadir dalam pertemuan yang

diadakan oleh perusahaan- Tidak mengganggu aktivitas

produksi ataupun kegiatan lainnya di dalam perusahaan

- Dukungan dari komunitas terhadap kegiatan perusahaan

- Menjalin hubungan komunikasi dengan karyawan di perusahaan

c. Strategies1. Konsumen

- Peningkatan keandalan mesin- Melakukan inovasi produk- Pemeriksaan produk- Menerima saran- Pelayanan konsumen

2. Karyawan- Peningkatan keandalan mesin- Adanya lowongan kerja secara

internal- Adanya kenaikan jabatan - Pemberian asuransi kesehatan- Alat keselamatan kerja- Seminar atau pelatihan untuk

pekerja- Pelaksanaan briefing- Tenaga kerja yang fleksibel- Adanya sanksi terhadap

pelanggaran3. Supplier

- Tren waktu pembayaran- Spesifikasi pesanan

- Jangka waktu pemesanan- Penyampaian komplain kepada

supplier- Pemesanan ulang- Pemeriksaan produk yang

diterima dari supplier4. Masyarakat

- Membuka lowongan pekerjaan- Penempatan lokasi lantai produksi

yang tepat- Respon yang cepat- Proses pengolahan limbah yang

tepat- Melakukan penerimaan siswa

atau mahasiswa magang- Adanya community development

d. Process1. Konsumen

- Meningkatkan waktu efektif- Menciptakan produk baru- Memeriksa kelengkapan produk- Minimasi jumlah produk cacat- Menanggapi saran- Menanggapi komplain- Melakukan pengiriman dan

pemenuhan pesanan tepat waktu2. Karyawan

- Meningkatkan waktu efektif produksi

- Melakukan proses penyeleksian- Pemberitahuan kepada pihak

perusahaan- Adanya pengawasan- Pelaksanaan seminar atau

pelatihan dalam jangka waktu 6 bulan sekali

- Melakukan briefing setiap memulai bekerja di tiap shift

- Pergantian shift kerja 1 minggu sekali

- Pemberian sanksi atau teguran3. Supplier

- Menyampaikan informasi kepada supplier apabila terlambat melakukan pembayaran

- Melakukan pembayaran dengan cepat

- Memesan produk paling cepat 1 bulan sebelum produk dikirim untuk mencegah terjadinya keterlambatan

- Penyampaian komplain dengan cepat

- Menginformasikan pesanan dengan tepat

- Melakukan pemeriksaan terhadap produk

4. Masyarakat- Melakukan penyeleksian - Menempatkan lokasi produksi

jauh dari rumah warga - Menanggapi komplain

masyarakat

5

Page 6: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

- Adanya tahapan dalam pengolahan limbah

- Menerima mahasiswa untuk magang atau penelitian

- Memberikan sumbangan untuk kegiatan masyarakat

- Pemberitahuan kepada masyarakat apabila akan diadakan pertemuan

e. Capabilities1. Konsumen

- Dilakukannya inspeksi dan pengujian kualitas produk

- Adanya promosi terhadap produk baru

- Adanya inspektor di bagian date code

- Pemeriksaan mesin- Adanya utusan yang ditunjuk

pihak perusahaan untuk menyelesaikan komplain

- Melakukan pemenuhan produksi2. Karyawan

- Adanya inspeksi dan perawatan mesin

- Fokus terhadap standar penerimaan karyawan

- Perusahaan menanggung biaya pengobatan

- Program pelatihan atau seminar yang intensif

- Kemampuan supervisor untuk mengarahkan bawahannya

- Pengaturan jadwal pergantian shift

- Adanya peraturan yang ditetapkan perusahaan

3. Supplier- Sistem pembayaran dan

penyampaian informasi yang cepat

- Melakukan penjadwalan terhadap order produk

- Menunjuk bagian pembelian untuk menyampaikan komplain

- Pemanfaatan layanan internet dan telepon untuk memudahkan pemesanan ke supplier

- Adanya penilaian terhadap supplier

4. Masyarakat- Mengurangi tingkat kebisingan- Menunjuk bagian HRD untuk

menyelesaikan komplain ataupun kegiatan dengan masyarakat

- Adanya pengawasan yang dilakukan terhadap pembuangan limbah

- Adanya pembimbing bagi mahasiswa magang atau penelitian

3.1.2 Identifikasi dan Verifikasi Key Performance Indicator

Tahap ini menjelaskan mengenai identifikasi terhadap Key Performance Indicator (KPI). Identifikasi ini bertujuan untuk menentukan parameter pengukuran kinerja. Hal ini dilakukan dengan membuat peta konsistensi dari masing-masing stakeholder dengan memperhatikan hubungan dari stakeholder satisfaction, stakeholder contribution, strategies, process, dan capabilities. Berdasarkan peta konsistensi ini didapatkanlah Key Perform

Key Performance Indicator (KPI) yang didapatkan untuk tiap stakeholder adalah sebagai berikut.ance Indicator (KPI).

Tabel 2. KPI Stakeholder KonsumenNo Key Performance Indicator1 Rasio jenis ukuran botol2 Jumlah variasi produk3 Produk yang dilengkapi tanggal kadaluarsa4 Jumlah keluhan konsumen5 Persentase produk cacat6 Jumlah saran/kritik yang diterima7 Jumlah inspektor di Bagian Produksi

Tabel 3. KPI Stakeholder KaryawanNo Key Performance Indicator1 Rasio pencapaian target produksi2 Perbandingan antara jumlah pekerja dengan output produksi3 Jumlah kecelakaan kerja4 Jumlah pelanggaran kerja5 Jumlah perlengkapan pekerja6 Rasio efisiensi waktu7 Jumlah pelatihan yang dilakukan8 Jumlah lowongan pekerjaan internal9 Jumlah komputer10 Jumlah kenaikan jabatan11 Rasio produktivitas pekerja12 Rasio jam kerusakan mesin

Tabel 4. KPI Stakeholder Supplier

No Key Performance Indicator1 Persentase penggunaan tutup botol2 Jumlah tutup botol yang rusak3 Frekuensi pembelian tutup botol4 Jumlah pemesanan yang datang terlambat

Tabel 5. KPI Stakeholder Masyarakat

6

Page 7: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

No Key Performance Indicator1 Jumlah pekerja dari masyarakat sekitar2 Jumlah mahasiswa atau siswa yang magang dan penelitian3 Rasio jumlah keluhan masyarakat4 Jumlah gangguan dari masyarakat

KPI-KPI yang telah diidentifikasi ini selanjutnya diverifikasi oleh Manajer Teknis Operasi PT CCBI-CS. Hasil dari verifikasi ini menunjukkan terdapat lima KPI yang tidak digunakan, yaitu :1. KPI jenis ukuran botol2. KPI perbandingan antara jumlah pekerja

dengan output produksi3. KPI jumlah perlengkapan pekerja4. KPI jumlah komputer5. KPI jumlah pekerja dari masyarakat

sekitar

3.1.3 Pembobotan dengan Metode Analitical Hierarchy Process (AHP)

Seluruh KPI dari tiap stakeholder kemudian dibobot untuk melihat perbandingan berpasangan untuk setiap KPI dari masing-masing stakeholder. Pembobotan ini dilakukan oleh Manajer Teknis Operasi yang kemudian diolah dengan menggunakan software Expert Choice. Adapun hasil pembobotan untuk stakeholder dan KPI dari tiap stakeholder dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 6. Pembobotan Stakeholder

No Stakeholder Bobot1 Konsumen 0,4552 Karyawan 0,2063 Material Supplier 0,1784 Masyarakat 0,161

Tabel 7. Pembobotan KPI Stakeholder Konsumen

No Key Performance Indicator Bobot1 Jumlah variasi produk 0,0482 Produk yang dilengkapi tanggal kadaluarsa 0,2153 Jumlah keluhan konsumen 0,2304 Persentase produk cacat 0,2425 Jumlah saran/kritik yang diterima 0,0366 Jumlah inspektor di Bagian Produksi 0,230

Tabel 8. Pembobotan KPI Stakeholder Karyawan

No Key Performance Indicator Bobot1 Rasio pencapaian target produksi 0,1682 Jumlah kecelakaan kerja 0,1363 Jumlah pelanggaran kerja 0,1064 Rasio efisiensi waktu 0,1365 Jumlah pelatihan yang dilakukan 0,1366 Jumlah lowongan pekerjaan internal 0,0367 Jumlah kenaikan jabatan 0,0328 Rasio produktivitas pekerja 0,1249 Rasio jam kerusakan mesin 0,124

Tabel 9. Pembobotan KPI Stakeholder Supplier

No Key Performance Indicator Bobot1 Persentase penggunaan tutup botol 0,1782 Jumlah tutup botol yang rusak 0,2783 Frekuensi pembelian tutup botol 0,1534 Jumlah pemesanan yang datang terlambat 0,392

Tabel 10. Pembobotan KPI Stakeholder Masyarakat

No Key Performance Indicator Bobot

1Jumlah mahasiswa atau siswa yang magang dan penelitian

0,143

2 Rasio jumlah keluhan masyarakat 0,4293 Jumlah gangguan dari masyarakat 0,429

3.1.4 Pengukuran Kinerja dengan Objective Matrix (OMAX)

Tahap selanjutnya adalah melakukan pengukuran kinerja Bagian Produksi. Pengukuran ini menggunakan Objective Matrix (OMAX). Adapun langkah-langkah dalam pembentukan OMAX ini adalah sebagai berikut :1. Tahap defining

Tahap defining merupakan tahap penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini telah didapatkan KPI dari masing-masing stakeholder Bagian Produksi yang dapat mewakili pengukuran kineja perusahaan.

2. Tahap quantifyingTahap quantifying merupakan tahap pembagian level pencapaian kinerja dari level 10 sampai dengan level 0. Level 10 merupakan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Tingkat pencapaian awal saat matriks dioperasikan diletakkan pada level 3, dan dibawah

7

Page 8: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

level 3 adalah pencapaian yang lebih buruk.

3. Tahap monitoringTahap monitoring merupakan tahap analisis terhadap skor, bobot, dan nilai dari masing-masing KPI. Baris skor diisi sesuai dengan level pencapaian kinerja. Baris bobot diisi masing-masing bobot KPI yang didapatkan dari AHP. Sedangkan baris nilai didapatkan dari hasil pengalian skor dengan bobot dari masing-masing KPI.

Berdasarkan langkah-langkah ini dilakukan pengukuran kinerja bagian produksi selama periode Januari 2008 hingga Februari 2009. Hasil pengukuran kinerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Bagian Produksi

Januari 2924,6 0,00Februari 3040 3,95Maret 3204,8 5,42April 3208,4 0,11Mei 2997,5 -6,57Juni 3115,1 3,92Juli 2696,2 -13,45Agustus 3135,6 16,30September 3064,1 -2,28Oktober 2951 -3,69November 3028,9 2,64Desember 2943,7 -2,81Januari 2655,4 -9,79Februari 3080,20 16,00

Nilai Indeks Perubahan terhadap Kinerja Periode Sebelumnya

BulanTahun

2009

2008

Kinerja

Ket : (+) Kinerja mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. (-) Kinerja mengalamai penurunan dari periode sebelumnya.

Contoh perhitungan untuk kinerja pada Bulan Februari 2008 adalah sebagai berikut dengan menggunakan rumus berkut.

=

3.2 Pembahasan

3.2.1 Analisis Key Performance Indicator Stakeholder Konsumen

1. Jumlah variasi produkVariasi produk yang dihasilkan mengalami peningkatan dari 11 variasi menjadi 12 variasi produk sehingga dapat dikatakan kinerja untuk KPI ini ”sedang”.

2. Produk yang dilengkapi tanggal kadaluarsaKPI ini ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dan kinerja untuk KPI ini ”sangat baik”.

3. Jumlah keluhan konsumenSelama periode Januari 2008-Februari 2009 terdapat 4 keluhan yang disampaikan konsumen yang berkaitan dengan produk minuman PT CCBI-CS.

4. Persentase produk cacatPersentase produk cacat yang dihasilkan melebihi persentase yang ditetapkan sehingga kinerja untuk KPI ini termasuk kategori ”sedang”.

5. Jumlah saran atau kritik yang diterimaKPI ini ditujukan untuk mengetahui jumlah saran atau kritik yang diterima oleh Bagian Produksi PT CCBI-CS, dan selama periode penelitian ini tidak terdapat saran atau kritik yang diterima oleh pihak perusahaan.

6. Jumlah inspektor di Bagian Produksi

3.2.2 Analisis Key Performance Indicator Stakeholder Karyawan

1. Rasio pencapaian target produksiPencapaian target produksi menunjukkan suatu kepuasan yang diinginkan oleh para karyawan bagian produksi.

2. Jumlah kecelakaan kerjaKategori untuk KPI ini ”sangat baik” karena jumlah kecelakaan kerja yang terjadi sangat sedikit.

3. Jumlah pelanggaran kerjaSelama periode penelitian jumlah pelanggaran yang terjadi sebanyak 2 kali sehingga kategori untuk KPI ini adalah ”sangat baik”.

4. Rasio efisiensi waktuPersentase penggunaan waktu terbesar terjadi pada bulan Juni 2008 yaitu sebesar 116%. Sedangkan, persentase yang paling sedikit terjadi pada bulan Oktober 2008 yaitu sebesar 64,8%. Besar kecilnya pemakaian waktu ini disebabkan karena banyaknya jumlah produksi yang akan dihasilkan dan lamanya waktu untuk melakukan perbaikan akibat kerusakan peralatan dan operasi. Berdasarkan pengolahan

8

Page 9: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

data, kinerja Bagian Produksi untuk KPI ini dapat dikategorikan “sedang”.

5. Jumlah pelatihan yang dilakukanJumlah pelatihan yang diadakan oleh pihak perusahaan sangan sedikit sehingga kategori untuk KPI ini adalah ”sangat buruk”.

6. Jumlah lowongan pekerjaan internalKategori untuk KPI ini adalah “buruk”. Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah lowongan yang dibuka dan pembukaan lowongan kerja ini disesuaikan dengan kebutuhan karyawan yang diminta untuk masing-masing posisi yang ada.

7. Jumlah kenaikan jabatanJumlah karyawan yang naik jabatan sangat sedikit sehingga memberikan ketidakpuasaan bagi karywan. Oleh karena itu, kategori kinerja untuk KPI ini “sangat buruk”.

8. Rasio produktivitas pekerjaKategori untuk KPI ini adalah ”sedang”.

9. Rasio jam kerusakan mesinPengukuran kinerja untuk KPI ini termasuk ke dalam kategori ”sedang” sehingga strategi untuk meningkatkan keandalan mesin harus semakin diperhatikan oleh pihak perusahaan.

3.2.3 Analisis Key Performance Indicator Stakeholder Material Supplier

1. Persentase penggunaan tutup botolPengukuran kinerja Bagian Produksi untuk KPI ini dapat dikategorikan “sedang”. Hal ini disebabkan, persediaan tutup botol yang ada di Bagian Produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan banyaknya produk yang dihasilkan sehingga aktivitas produksi dapat berjalan dengan lancar.

2. Jumlah tutup botol yang rusakKPI ini dapat dikategorikan “sangat baik” dengan tidak ditemukannya tutup botol yang rusak.

3. Frekuensi pembelian tutup botolBerdasarkan data yang ada mengenai frekuensi pembelian tutup botol ini, pembelian dilakukan setiap satu kali per bulan. Oleh karena itu, untuk mencegah terlambatnya pengiriman, pihak perusahaan harus menghubungi pihak supplier dalam jangka waktu 6 hari kerja sebelum produk tersebut dikirim. Dengan intensitas pembelian yang rutin setiap bulan, maka kinerja untuk KPI ini dapat dikatakan ”sangat baik”, karena selalu melakukan pembelian ulang

terhadap suplier sehingga kerja sama dapat terus berlangsung.

4. Jumlah pemesanan yang datang terlambatKerja sama yang baik antara pihak perusahaan dengan supplier menyebabkan tidak pernah terjadi keterlambatan yang menyebabkan bagian Produksi berhenti beroperasi. Selain itu, strategi yang ditetapkan oleh perusahaan dengan memesan produk dalam jangka waktu pesan yang dapat dipenuhi oleh pihak supplier. Oleh karena itu, berdasarkan pengukuran kinerja untuk KPI ini termasuk ke dalam kategori “sangat baik”.

3.2.4 Analisis Key Performance Indicator Stakeholder Masyarakat Sekitar

1. Jumlah mahasiswa atau siswa yang magang dan penelitianPT Coca Cola juga memiliki peran dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah dengan melakukan penerimaan terhadap siswa ataupun mahasiswa yang akan melakukan magang dan penelitian. Bagian Produksi merupakan bagian yang paling banyak menerima mahasiswa magang ataupun penelitian. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya gangguan terhadap aktivitas produksi, maka jumlah siswa yang magang ataupun penelitian dibatasi.

2. Rasio jumlah keluhan masyarakatKeluhan dapat disebabkan karena adanya ketidakpuasaan yang dirasakan oleh masyarakat akibat aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila terdapat keluhan yang disampaikan oleh masyarakat, maka pihak perusahaan akan tanggap untuk menyelesaikannya. Selain itu, untuk mencegah agar tidak adanya keluhan dari masyarakat, pihak perusahaan melakukan pengolahan limbah yang tepat. Ini disebabkan limbah dari Bagian Produksi ini akan dibuang ke Sungai Batang Anai yang berdekatan dengan rumah warga. Strategi lain yang dilakukan adalah dengan mengembangkan hubungan baik dengan masyarakat. Dengan adanya strategi ini selama tahun 2008 dan tahun 2009 tidak terdapat keluhan yang diterima dari masyarakat.

3. Jumlah gangguan dari masyarakatGangguan merupakan suatu ancaman yang dapat menghambat berlangsungnya suatu aktivitas. Selama tahun 2008 dan tahun 2009 ini tidak terdapat gangguan yang disebabkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan

9

Page 10: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

tingginya tingkat keamanan yang ada di perusahaan. Selain itu, lokasi Bagian Produksi terletak di bagian belakang bangunan utama, sehingga tidak memungkinkan timbulnya gangguan dari luar yang dapat mengganggu jalannya proses produksi.

3.2.5 Analisis Kinerja Bagian Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera

Kinerja Bagian Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera ini tidak terlepas dari dukungan dan pengaruh dari stakeholder. Stakeholder Bagian Produksi ini adalah konsumen, karyawan, material supplier, dan masyarakat sekitar. Kinerja dari masing-masing stakeholder ini dipengaruhi oleh nilai bobot yang diberikan oleh pihak Bagian Produksi, dalam hal ini pemberian bobot dilakukan oleh Manager Produksi. Adapun urutan prioritas untuk keempat stakeholder dapat dilihat pada tabel 4.56, dimana bobot paling tinggi adalah stakeholder konsumen, yaitu 0,455, artinya 45,5% aktivitas produksi dipengaruhi oleh konsumen. Konsumen disini adalah outlet-outlet yang menjual produk-produk dari PT Coca Cola. Selanjutnya adalah stakeholder karyawan 0,206 atau 20,6%, stakeholder material supplier dengan bobot sebesar 0,178 atau 17,8% dan untuk stakeholder masyarakat sekitar dengan bobot 0,161 atau 16,1%.

Untuk melakukan pengukuran kinerja ini, maka perlu diketahui kinerja dari masing-masing stakeholder, yaitu dengan mengukur Key Performance Indicator (KPI) yang ada. KPI dari tiap stakeholder ini dipengaruhi oleh bobot dan score KPI. Bobot ini didapatkan dengan pengolahan dari KPI-KPI yang ada dengan menggunakan software Expert Choice, selanjutnya untuk mendapatkan score diperoleh dengan melihat kinerja aktual yang dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan. Kemudian untuk mengetahui nilai dari masing-masing KPI dilakukan dengan menggunakan Objective Matrix, yaitu dengan melakukan perkalian antara bobot dan score yang didapat. Pengukuran dengan menggunakan Objective Matrix ini dilakukan per bulan untuk bulan Januari 2008 hingga Februari 2009.

Untuk melihat kinerja Bagian Produksi per bulannya maka dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai dari masing-masing KPI. Berdasarkan nilai keseluruhan ini maka dapat dilihat peningkatan atau penurunan kinerja yang terjadi. Rekapitulasi dari peningkatan kinerja di Bagian Produksi ini dapat dilihat pada

tabel 4.97. Pada tabel tersebut dapat dilihat beberapa periode yang memiliki nilai indeks perubahan yang bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pada periode tersebut lebih rendah dari periode sebalumnya, artinya Bagian Produksi mengalami penurunan kinerja sehingga harus dilakukan perbaikan untuk periode selanjutnya. Sedangkan, indeks perubahan yang bernilai positif, menunjukkan bahwa kinerja Bagian Produksi mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.

Indeks terendah terjadi pada bulan Juli 2008, yaitu -13,45, penurunan ini terjadi karena kinerja pada bulan Juli lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada bulan Juni 2008. Sedangkan, indeks tertinggi dari perubahan ini terjadi pada bulan Agustus 2008, yaitu 16,3. Hal ini menunjukkan perbaikan kinerja yang dilakukan oleh Bagian Produksi terhadap kinerja terendah yang terjadi pada bulan sebelumnya. Untuk kinerja tertinggi dicapai pada bulan April 2008 dengan kinerja total 3208,4 dan kinerja terendah terjadi pada bulan Januari 2009 dengan kinerja total sebesar 2655,4.

Sedangkan, untuk masing-masing KPI yang ada dapat dilihat KPI mana saja yang perlu ditingkatkan. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat rekapitulasi kinerja seluruh KPI untuk periode bulan Januari 2008 hingga Februari 2009.

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:1. Untuk melakukan pengukuran kinerja

pada Bagian Produksi ini Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan adalah sebanyak 22 KPI yang yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12. KPI Untuk Tiap Stakeholder

10

Page 11: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

No Stakeholder KPI

a. Jumlah variasi produkb.   Produk yang dilengkapi tanggal kadaluarsac.   Jumlah keluhan konsumend.   Persentase produk cacate.   Jumlah saran/kritik yang diterimaf.     Jumlah inspektor di bagian produksia.   Rasio pencapaian target produksib.   Jumlah kecelakaan kerjac.   Jumlah pelanggaran kerjad.   Rasio efisiensi waktue.   Jumlah pelatihan yang dilakukanf.     Jumlah lowongan pekerjaan internalg.   Jumlah kenaikan jabatanh.   Rasio produktivitas pekerjai.     Rasio jam kerusakan mesina.   Persentase penggunaan tutup botolb.   Jumlah tutup botol yang rusakc.   Frekuensi pembelian tutup botold.   Jumlah pemesanan yang datang terlambata. Jumlah mahasiswa atau siswa yang magang dan penelitianb.   Rasio jumlah keluhan masyarakatc.   Jumlah gangguan dari masyarakat

4 Masyarakat Sekitar

3 Material Supplier

1 Konsumen

2 Karyawan

2. Kinerja Bagian Produksi PT Coca Cola Botttling Indonesia Central Sumatera selama bulan Januari 2008 hingga bulan Februari 2009 dapat diketahui bahwa kinerja tertinggi terjadi pada bulan April 2008 dan kinerja terendah terjadi pada bulan Januari 2009. Sedangkan untuk kinerja dari masing-masing KPI yang harus ditingkatkan adalah sebagai berikut.

Tabel 13. KPI yang Harus Ditingkatkan No KPI Kinerja Hasil11 Jumlah pelatihan yang dilakukan Sangat Buruk13 Jumlah kenaikan jabatan Sangat Buruk5 Jumlah saran/kritik yang diterima Buruk

12 Jumlah lowongan pekerjaan internal Buruk

20Jumlah mahasiswa atau siswa yang magang dan penelitian

Buruk

1 Jumlah variasi produk Sedang10 Rasio efisiensi waktu Sedang14 Rasio produktivitas pekerja Sedang15 Rasio jam kerusakan mesin Sedang16 Persentase penggunaan tutup botol Sedang

4.2 SaranSaran yang dapat diberikan untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Untuk melakukan peningkatan kinerja

maka pihak perusahaan sebaiknya

memperhatikan perubahan yang terjadi pada masing-masing stakeholder secara berkala sehingga apabila terjadi penurunan kinerja, pihak perusahaan dapat langsung mengatasinya.

2. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan pengukuran kinerja secara keseluruhan untuk PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera dan melibatkan supplier material untuk botol dan supplier bahan baku.

5. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, PT Asdi Mahastya, Jakarta, 2002.

Dharmayanty, Vivi, Pengukuran Kinerja di Hotel “X” dengan Metode Performance Prism, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2005.

Heru, Performance Management..Pentingkah?, dikutip dari http:// heru. wordpress .com/2006/06/29/performance-managementpentingkah/, 24 Maret 2009.

Heru, Analytic Hierarchy Process (AHP) dikutip dari http:// heru. wordpress.com 2006/09/21/analytic-hierarchy-process-ahp/, 24 Maret 2009.

Mayhoneys, Objective Matrix (OMAX), dikutip dari http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=20%3Ainformatika&id=170%3Aobjective-matrix-omax&option=com_content&Itemid=15, 10 Mei 2009.

Irwan, dikutip dari http://irwanirawan.wordpress.com/2009/06/08/teori-stakeholder/, 2 Agustus 2009.

Nelly, Andy, Chris Adams dan Mike Kennerley, The Performance Prism, The Scorecard for Measuring and Managing Business Success, United Kingdom, 2002, e-book.

Niviari, Naniek, Six Sigma, Balance Scorecard, Dan Kaitannya Dengan Audit Manajemen, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, 9 Maret 2009.

11

Page 12: Journal Theresia Fitriani s 05173063

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, USAID, Jakarta, 2006.

Syafarianto, Arief, Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang Berdasar Performance Prism, ITB, Bandung:, 2007.

Utami Handayani, Naniek dan Haryo Santoso, Sisti Rochmawati, Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Menggunakan Metode Performance Prism, dikutip dari http://journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-teknoin/article/viewFile/103/63, 7 April 2009.

Vanany, Iwan dan Dian Tanukhidah, Perancangan dan Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja Dengan Metode Performance Prism (Studi Kasus PT X), Jurnal Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh September, No 2, Volume 6, 2004.

Walpole, Ronald E. Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan Edisi Keempat, ITB Bandung, Bandung, 1998.

Wibisono, Dermawan, Manajemen Kinerja Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Erlangga, Jakarta, 2006.

Wibowo, Manajemen Kinerja, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007.

Wignjosoebroto, Sritomo, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Prima Printing, Surabaya, 2000.

Wildan, A, Kajian Parsial Perpektif Learning and growth dalam Balanced Scorecard di Departemen Produksi (Studi Kasus : PT Ultrajaya Milk Industry 7 Trading Company Tbk) dikutip dari http://dspace.widyatama.ac.id/handle/10364/894, 29 maret 2009.

Zabidi, Yasrin, Performance Measurement System : Peranannya Dalam Menghadapi Dan Memenangkan Persaingan Global, dikutip dari http://[email protected], 29 Maret 2009.

12