1
8 | Nusantara JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ferdinand P ETANI tua itu ber- ulang kali mendon- gak. Memandang lan- git dari balik topi yang telah usang. Matanya menatap nanar ke sekumpulan awan hitam yang kian menebal di atas kepalanya. “Sepertinya bakal turun hujan lagi hari ini,” katanya, setengah mengeluh. Punggung tangan- nya yang keriput dan hitam terbakar matahari diusapkan ke wajah, menghapus keringat lelah yang mengalir di pagi hari itu. Harno, 62, demikian dia me- nyebutkan namanya saat di- hampiri Media Indonesia di ladang miliknya di Desa Kate- guhan, Kecamatan Sawit, Ka- bupaten Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pagi itu, dia sedang sibuk menyiangi tanaman tembakau miliknya. Tangannya bergerak lincah ke sana-kemari, memetik satu demi satu tunas-tunas mu- da yang tumbuh di bagian pucuk tanaman supaya cepat tua dan bisa segera dipanen. Dari nada bicaranya, jelas sekali Harno sangat tidak ber- harap hari itu akan turun hujan. Kalau itu terjadi, ia harus ber- siap-siap bekerja keras agar tanaman tembakaunya tidak sampai terendam air. “Kalau air terlalu banyak, kualitas daun yang dihasilkan jadi rendah. Apalagi kalau sam- pai terendam, sekalipun hanya bagian bawah. Itu dapat mem- buat tanaman tembakau layu,” katanya. Sejurus kemudian dia meng- hentikan aktivitasnya. Perlahan dia menuju pematang sawah. Beristirahat sejenak dan berba- gi cerita suka-duka mengge- luti tanaman bahan baku rokok itu. Harno mengaku telah pu- luhan tahun menanam tem- bakau. Tetapi, tidak sepanjang tahun. Dia menanam tembakau ha- nya setahun sekali, ketika mu- sim kemarau tiba dan pasokan air menipis dan tidak memadai lagi untuk menanam padi. Jadi, bisa dikatakan tanaman tem- bakau ini merupakan sumber penghasilan utama bagi Harno selain padi. Karena itu, musim panen beberapa bulan lalu menjadi saat yang paling ia nanti-nanti- kan. Tahun lalu, kenang Harno, dari lahan seluas satu patok, lebih kurang 110 meter persegi, itu dia bisa meraih penghasilan hingga Rp4,6 juta. Setelah di- kurangi biaya tanam sebesar Rp800 ribu, ia mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp3,8 juta. Nominal yang cukup me- madai untuk menebus tenaga, waktu, dan biaya yang ia curah- kan selama kurang lebih empat bulan lamanya. Itu terhitung sejak awal masa tanam hingga musim panen raya. Namun, apa lacur, kegembi- raan menyongsong musim pa nen itu kini memudar. Bayangan menangguk untung besar pun terpaksa ia kubur dalam-dalam. Anomali cuaca telah mengikisnya. “Kalau menurut perhitung- an, Agustus masih musim ke- marau. Hujan baru turun seki- tar akhir Oktober. Tapi, rupa- nya itu sudah tidak bisa lagi dijadikan patokan. Buktinya kini, hampir sepanjang tahun turun hujan,” katanya. Hal itu membuat Harno merasa sangat pesimistis. Alih- alih mendapat untung besar, bisa laku terjual seluruhnya saja dia mengaku sudah cukup bersyukur. Hujan dengan in- tensitas yang semakin mening- kat telah mengakibatkan kadar air dalam daun tembakau men- jadi tinggi. “Lihat saja ini,” katanya sem- bari memperlihatkan kedua tangannya yang digunakan untuk menyiangi tembakau. Kalau kualitasnya bagus, getah tembakau akan menyisa- kan noda berwarna coklat tua dan sangat lengket. Tetapi, se- karang ini tidak. Noda yang ditinggalkan hanya berwarna coklat muda dan tidak begitu lengket. Dengan kualitas seperti itu, kata Harno, jarang sekali ada yang mau membeli. Kalaupun ada, harganya sangat murah. Sekarang saja untuk kawasan ini harga tertinggi hanya Rp2.450 per kilogram daun tembakau basah. “Saya mungkin termasuk yang masih cukup beruntung. Saat ini sudah ada yang me- nawar dengan harga segitu. Teman-teman saya yang lain hanya dihargai Rp1.700- Rp1.800 per kilogram,” imbuh- nya. Nasib seperti itu tidak hanya dialami Harno seorang. Ham- pir seluruh petani tembakau lain di kawasan itu harus me- nerima kenyataan pahit itu. Giyo salah satunya. Jika dibandingkan dengan Harno, apa yang dialami petani tembakau di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, itu bah- kan lebih buruk. Hampir separuh tanaman tembakau di lahan dua patok (220 meter persegi) miliknya rusak akibat terendam air hu- jan. Padahal, ia telah berupaya mengantisipasinya dengan membuat parit-parit di sela- sela pohon tembakau. Tetapi apa daya, parit-parit itu pun tak mampu menam- pung dan mengalirkan air hu- jan yang turun hampir setiap hari. “Padahal, sebentar lagi siap dipanen. Sekarang hanya ting- gal separuh ini yang masih bisa diharapkan. Mudah-mudahan saja tidak terendam lagi,” kata- nya lirih sembari memandang sebagian tanaman tembakau miliknya yang mulai layu dan menguning sebelum waktu- nya. (N-4) ferdinan @mediaindonesia.com Hujan Mengikis Harapan Mereka Setahun ini, penghujan dengan intensitas yang semakin meningkat telah mengakibatkan kadar air dalam daun tembakau menjadi tinggi. Kalau menurut perhitungan, Agustus masih musim kemarau. Hujan baru turun sekitar akhir Oktober. Tapi, rupanya itu sudah tidak bisa lagi dijadikan patokan.” LELANG PREMIER OIL 90 X 103 / BW JEMUR TEMBAKAU: Petani menjemur tembakau di pekarangan rumahnya di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (25/9). Panen saat ini banyak terhambat curah hujan yang tinggi, sehingga proses pengeringan tembakau memakan waktu yang lama. MI/FERDINAND MUSIM PANEN: Seorang petani merawat tanaman tembakau miliknya di Desa Kateguhan, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Curah hujan yang tinggi menjelang musim panen tahun ini membuat keuntungan yang diperolehnya merosot jauh di bawah perkiraan. MI/FERDINAND S EJALAN dengan era teknologi infor- masi yang telah memasuki berbagai aspek kehidupan masyarakat, bang- sa, dan negara serta organisasi per- usahaan, teknologi informasi (TI) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari business plan perusahaan. Rapat Koordinasi TI BUMN 2010 yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta (29-30 November 2010) selama dua hari itu diselenggarakan Kementerian BUMN, dengan penang- gung jawab Asdep Riset dan Informasi Imam Apriyanto Putro. Rapat yang bertemakan Teknologi informasi untuk pengembangan strategi dan sinergi BUMN itu dihadiri 350 orang dari 142 BUMN dan pejabat Kementerian BUMN dan dibuka Sekretaris Kementerian BUMN Mahmuddin Yasin. Keikutsertaan PT Kereta Api Indonesia (persero) dalam rakor ini merupakan wujud kepedulian dan apresiasi BUMN tersebut dalam mengimplementasikan pelayanan publik dan peningkatan kinerja perusahaan yang berbasis teknologi informasi. Berbagai upaya yang telah dilakukan PT KAI dalam meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa perkeretaapian meliputi titam (tiket terpadu antarmoda), website PT KAI www.kereta-api.co.id sebagai salah satu sumber informasi KA, Contact Center 121, dan online ticketing yang dapat diakses dari telepon rumah dengan menekan 121 dan telepon seluler dengan menekan 021 121, kabila (kereta api mobile application), Rail Star Fico & HR implementation, dan program-program TI lainnya yang masih dalam proses penggarapan. PT Kereta Api Indonesia (persero) pada rakor BUMN ini diwakili Executive Vice President of Information System of PT KAI, Kuncoro Wibowo, sebagai salah satu narasumber. Kuncoro pada acara tersebut mempresentasikan implementasi teknologi informasi, dalam sinergi pada aplikasi tiket transportasi antarmoda. Pada penutupan Rakor TI BUMN 2010 itu, penghargaan website BUMN terbaik diserah- kan Menteri BUMN kepada direksi atau yang mewakili BUMN. Penghargaan juga diberikan kepada BUMN teraktif dalam mengelola subportal BUMN dan pengisian dan pemutakhiran data di portal Kementerian BUMN. Pada kesempatan ini PT Kereta Api Indonesia (persero) mendapat dua penghargaan website terbaik kedua untuk BUMN nonlisted jasa, dengan kategori award website dengan user interface terbaik dan kategori award website marcomm terbaik. (S-25) Website PT KAI Raih Penghargaan DOK PT KAI

JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Hujan … · 8 | Nusantara JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ferdinand P ETANI tua itu ber-ulang kali mendon-gak. Memandang lan-git

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Hujan … · 8 | Nusantara JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ferdinand P ETANI tua itu ber-ulang kali mendon-gak. Memandang lan-git

8 | Nusantara JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Ferdinand

PETANI tua itu ber-ulang kali mendon-gak. Memandang lan-git dari balik topi yang

te lah usang. Matanya menatap nanar ke

sekumpulan awan hitam yang kian menebal di atas kepalanya. “Sepertinya bakal turun hujan lagi hari ini,” katanya, setengah mengeluh. Punggung tangan-nya yang keriput dan hitam ter bakar matahari diusapkan ke wajah, menghapus keringat lelah yang mengalir di pagi hari itu.

Harno, 62, demikian dia me-nyebutkan namanya saat di-hampiri Media Indonesia di ladang miliknya di Desa Kate-guhan, Kecamatan Sawit, Ka-bupaten Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Pagi itu, dia sedang sibuk menyiangi tanaman tembakau miliknya. Tangannya bergerak lincah ke sana-kemari, memetik satu demi satu tunas-tunas mu-da yang tumbuh di bagian pu cuk tanaman supaya cepat tua dan bisa segera dipanen.

Dari nada bicaranya, jelas sekali Harno sangat tidak ber-harap hari itu akan turun hujan. Kalau itu terjadi, ia harus ber-siap-siap bekerja keras agar ta naman tembakaunya tidak sampai terendam air.

“Kalau air terlalu banyak, kualitas daun yang dihasilkan jadi rendah. Apalagi kalau sam-pai terendam, sekalipun hanya bagian bawah. Itu dapat mem-buat tanaman tembakau layu,” katanya.

Sejurus kemudian dia meng-hentikan aktivitasnya. Perlahan dia menuju pematang sawah. Beristirahat sejenak dan berba-

gi cerita suka-duka mengge-luti tanaman bahan baku rokok itu. Harno mengaku telah pu-luhan tahun menanam tem-bakau. Tetapi, tidak sepanjang tahun.

Dia menanam tembakau ha-nya setahun sekali, ketika mu-sim kemarau tiba dan pasokan air menipis dan tidak memadai lagi untuk menanam padi. Jadi, bisa dikatakan tanaman tem-bakau ini merupakan sumber penghasilan utama bagi Harno selain padi.

Karena itu, musim panen beberapa bulan lalu menjadi saat yang paling ia nanti-nanti-kan.

Tahun lalu, kenang Harno, dari lahan seluas satu patok, lebih kurang 110 meter persegi, itu dia bisa meraih penghasilan hingga Rp4,6 juta. Setelah di-kurangi biaya tanam sebesar Rp800 ribu, ia mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp3,8 juta.

Nominal yang cukup me-madai untuk menebus tenaga, waktu, dan biaya yang ia curah-kan selama kurang lebih empat bulan lamanya. Itu terhitung sejak awal masa tanam hingga musim panen raya.

Namun, apa lacur, kegembi-raan menyongsong musim pa nen itu kini memudar. Bayang an menangguk untung

besar pun terpaksa ia kubur dalam-dalam. Anomali cuaca telah mengikisnya.

“Kalau menurut perhitung-an, Agustus masih musim ke-marau. Hujan baru turun seki-tar akhir Oktober. Tapi, rupa-nya itu sudah tidak bisa lagi dijadikan patokan. Buktinya kini, hampir sepanjang tahun turun hujan,” katanya.

Hal itu membuat Harno merasa sangat pesimistis. Alih-alih mendapat untung besar, bisa laku terjual seluruhnya sa ja dia mengaku sudah cukup bersyukur. Hujan dengan in-tensitas yang semakin mening-kat telah mengakibatkan kadar air dalam daun tembakau men-jadi tinggi.

“Lihat saja ini,” katanya sem-bari memperlihatkan kedua tangannya yang digunakan un tuk menyiangi tembakau.

Kalau kualitasnya bagus, getah tembakau akan menyisa-kan noda berwarna coklat tua dan sangat lengket. Tetapi, se-ka rang ini tidak. Noda yang di tinggalkan hanya berwarna coklat muda dan tidak begitu lengket.

Dengan kualitas seperti itu, kata Harno, jarang sekali ada yang mau membeli. Kalaupun ada, harganya sangat murah.

Sekarang saja untuk kawasan ini harga tertinggi hanya Rp2.450 per kilogram daun tembakau basah.

“Saya mungkin termasuk yang masih cukup beruntung. Saat ini sudah ada yang me-nawar dengan harga segitu. Teman-teman saya yang lain hanya dihargai Rp1.700-Rp1.800 per kilogram,” imbuh-nya.

Nasib seperti itu tidak hanya dialami Harno seorang. Ham-pir seluruh petani tembakau lain di kawasan itu harus me-nerima kenyataan pahit itu. Giyo salah satunya.

Jika dibandingkan dengan Harno, apa yang dialami petani tembakau di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, itu bah-kan lebih buruk.

Hampir separuh tanaman tembakau di lahan dua patok (220 meter persegi) miliknya rusak akibat terendam air hu-jan.

Padahal, ia telah berupaya mengantisipasinya dengan mem buat parit-parit di sela-sela pohon tembakau.

Tetapi apa daya, parit-parit itu pun tak mampu menam-pung dan mengalirkan air hu-jan yang turun hampir setiap hari.

“Padahal, sebentar lagi siap dipanen. Sekarang hanya ting-gal separuh ini yang masih bisa diharapkan. Mudah-mudahan saja tidak terendam lagi,” kata-nya lirih sembari memandang sebagian tanaman tembakau miliknya yang mulai layu dan menguning sebelum waktu-nya. (N-4)

[email protected]

Hujan Mengikis Harapan MerekaSetahun ini, penghujan dengan intensitas yang semakin meningkat telah mengakibatkan kadar air dalam daun tembakau menjadi tinggi.

Kalau menurut perhitung an, Agustus masih musim kemarau. Hujan baru turun sekitar akhir Oktober. Tapi, rupanya itu sudah tidak bisa lagi dijadikan patokan.”

LELANG PREMIER OIL

90 X 103 / BW

JEMUR TEMBAKAU: Petani menjemur tembakau di pekarangan rumahnya di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (25/9). Panen saat ini banyak terhambat curah hujan yang tinggi, sehingga proses pengeringan tembakau memakan waktu yang lama.

MI/FERDINAND

MUSIM PANEN: Seorang petani merawat tanaman tembakau miliknya di Desa Kateguhan, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Curah hujan yang tinggi menjelang musim panen tahun ini membuat keuntungan yang diperolehnya merosot jauh di bawah perkiraan.

MI/FERDINAND

SEJALAN dengan era teknologi infor-

masi yang telah memasuki berbagai

aspek kehidupan masyarakat, bang-

sa, dan negara serta organisasi per-

usahaan, teknologi informasi (TI) menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari business plan perusahaan.

Rapat Koordinasi TI BUMN 2010 yang

digelar di Hotel Bidakara, Jakarta (29-30

November 2010) selama dua hari itu diselenggarakan Kementerian BUMN, dengan penang-

gung jawab Asdep Riset dan Informasi Imam Apriyanto Putro.

Rapat yang bertemakan Teknologi informasi untuk pengembangan strategi dan sinergi

BUMN itu dihadiri 350 orang dari 142 BUMN dan pejabat Kementerian BUMN dan dibuka

Sekretaris Kementerian BUMN Mahmuddin Yasin.

Keikutsertaan PT Kereta Api Indonesia (persero) dalam rakor ini merupakan wujud

kepedulian dan apresiasi BUMN tersebut dalam mengimplementasikan pelayanan publik

dan peningkatan kinerja perusahaan yang berbasis teknologi informasi.

Berbagai upaya yang telah dilakukan PT KAI dalam meningkatkan pelayanan kepada

pengguna jasa perkeretaapian meliputi titam (tiket terpadu antarmoda), website PT KAI

www.kereta-api.co.id sebagai salah satu sumber informasi KA, Contact Center 121, dan

online ticketing yang dapat diakses dari telepon rumah dengan menekan 121 dan telepon

seluler dengan menekan 021 121, kabila (kereta api mobile application), Rail Star Fico & HR

implementation, dan program-program TI lainnya yang masih dalam proses penggarapan.

PT Kereta Api Indonesia (persero) pada rakor BUMN ini diwakili Executive Vice President

of Information System of PT KAI, Kuncoro Wibowo, sebagai salah satu narasumber. Kuncoro

pada acara tersebut mempresentasikan implementasi teknologi informasi, dalam sinergi

pada aplikasi tiket transportasi antarmoda.

Pada penutupan Rakor TI BUMN 2010 itu, penghargaan website BUMN terbaik diserah-

kan Menteri BUMN kepada direksi atau yang mewakili BUMN. Penghargaan juga diberikan

kepada BUMN teraktif dalam mengelola subportal BUMN dan pengisian dan pemutakhiran

data di portal Kementerian BUMN.

Pada kesempatan ini PT Kereta Api Indonesia (persero) mendapat dua penghargaan

website terbaik kedua untuk BUMN nonlisted jasa, dengan kategori award website dengan

user interface terbaik dan kategori award website marcomm terbaik. (S-25)

Website PT KAI Raih Penghargaan

DOK PT KAI