26
16 | Page Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Demografi Terhadap Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa di Indonesia Prihantoro 1 , Imam Basuki 2 , Kasir Iskandar 3 Dosen Pascasarjana Universitas Gunadarma, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AAMAI 1 E-mail: [email protected] Sekretaris Dewan Pengurus AAMAI, President Director KIS Aktuaria 2 E-mail : [email protected] Ketua Komisi Penguji Sektor Jiwa AAMAI 3 E-mail : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis faktor-faktor determinat fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Model penelitian yang digunakan mengacu pada model penelitian Outreville (1996) yang telah dikembangkan oleh Arena (2006) dan Nesterova (2008). Motivasi utama penelitian ini didasarkan pada fenomena pertumbuhan dan kontribusi asuransi jiwa di Indonesia yang pesat. Variabel penelitian independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat bunga tabungan, tingkat pertumbuhan sektor keuangan (representasi dari jumlah M2 terhadap pdb), tingkat pendidikan dan dependency ratio. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penetrasi asuransi jiwa terhadap produk domestik bruto (life insurance penetration). Data penelitian menggunakan data sekunder selama lima tahun (2006 2011), yang dianalisis dengan metode statistik multiple regression, dengan software komputer SPSS ver 19.0. Berdasarkan analisis terhadap pengaruh seluruh variabel yang dibahas dalam penelitian, serta berbagai data pendukungnya, maka fungsi permintaan asuransi pada industri jiwa yang direpresentasikan dengan life insurance penetration di Indonesia dalam kondisi perekonomian yang relative stabil dengan tingkat pertumbuhan yang normal (ceteris paribus) cenderung akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 19.3%. Beberapa faktor utama (determinant factor) yang perlu diperhatikan oleh industri asuransi jiwa dalam meningkatkan permintaan produk asuransi adalah tingkat produk domestik bruto, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor keuangan dan tingkat bunga tabungan (berpengaruh positif signifikan). Sedangkan faktor lain yang juga memerlukan pertimbangan adalah tingkat inflasi dan dependency ratio penduduk (berpengaruh negative signifikan). Dalam penetapan kebijakan pemasaran produk asuransi jiwa secara regional pada setiap kabupaten/kota, industri asuransi jiwa dapat menggunakan data produk domestik regional bruto. Faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap daerah kabupaten/kota yang menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga industri asuransi jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan target penjualan produk asuransinya.

Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal terbitan AAMAI

Citation preview

Page 1: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

16 | P a g e

Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Demografi Terhadap

Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa di Indonesia

Prihantoro1, Imam Basuki

2, Kasir Iskandar

3

Dosen Pascasarjana Universitas Gunadarma,

Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AAMAI1

E-mail: [email protected]

Sekretaris Dewan Pengurus AAMAI, President Director KIS Aktuaria2

E-mail : [email protected]

Ketua Komisi Penguji Sektor Jiwa AAMAI3

E-mail : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis faktor-faktor determinat

fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Model penelitian yang digunakan

mengacu pada model penelitian Outreville (1996) yang telah dikembangkan oleh

Arena (2006) dan Nesterova (2008). Motivasi utama penelitian ini didasarkan

pada fenomena pertumbuhan dan kontribusi asuransi jiwa di Indonesia yang

pesat.

Variabel penelitian independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tingkat pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat bunga

tabungan, tingkat pertumbuhan sektor keuangan (representasi dari jumlah M2

terhadap pdb), tingkat pendidikan dan dependency ratio. Sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah penetrasi asuransi jiwa terhadap produk

domestik bruto (life insurance penetration). Data penelitian menggunakan data

sekunder selama lima tahun (2006 – 2011), yang dianalisis dengan metode

statistik multiple regression, dengan software komputer SPSS ver 19.0.

Berdasarkan analisis terhadap pengaruh seluruh variabel yang dibahas

dalam penelitian, serta berbagai data pendukungnya, maka fungsi permintaan

asuransi pada industri jiwa yang direpresentasikan dengan life insurance

penetration di Indonesia dalam kondisi perekonomian yang relative stabil dengan

tingkat pertumbuhan yang normal (ceteris paribus) cenderung akan mengalami

pertumbuhan rata-rata sebesar 19.3%. Beberapa faktor utama (determinant

factor) yang perlu diperhatikan oleh industri asuransi jiwa dalam meningkatkan

permintaan produk asuransi adalah tingkat produk domestik bruto, tingkat

pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor keuangan dan tingkat bunga

tabungan (berpengaruh positif signifikan). Sedangkan faktor lain yang juga

memerlukan pertimbangan adalah tingkat inflasi dan dependency ratio penduduk

(berpengaruh negative signifikan).

Dalam penetapan kebijakan pemasaran produk asuransi jiwa secara regional

pada setiap kabupaten/kota, industri asuransi jiwa dapat menggunakan data

produk domestik regional bruto. Faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan

adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap daerah kabupaten/kota yang

menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga industri asuransi

jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan target

penjualan produk asuransinya.

Page 2: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

17 | P a g e

Kata kunci: determinant factor, life insurance penetration, fungsi permintaan

asuransi jiwa

1. Pendahuluan

Industri Perasuransian merupakan salah satu bentuk Lembaga Keuagan Non

Bank yang berperan menjadi salah satu pilar perekonomian nasional. Peran tersebut

terkait dengan kemampuannya sebagai lembaga penerima pemindahan risiko (transfer

of risk) masyarakat serta lembaga penghimpun dan penyerap akumulasi dana

masyarakat. Konsep tersebut sejalan dengan beberapa hasil studi dan penelitian empiris

yang telah dilakukan pada beberapa negara lain di Asia yang menunjukkan bahwa,

industri asuransi menjadi salah satu pilar dalam pertumbuhan ekonomi (Soo, 1999;

Webb, 2000; Ward dan Zurbrueeg, 2000; Hwang dan Greenford, 2005; Feyen et al,

2011).

Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Zhu (1999), Hwang dan Gao (2003),

serta Hwang dan Greenford (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan industri

perasuransian di China memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap

perkembangan ekonomi makro negara tersebut. Menurut hasil penelitian Beck dan

Levine (2004), serta Arena (2006) negara-negara dengan memiliki tingkat pertumbuhan

industri asuransi berpengaruh secara positif terhadap faktor produksi, tabungan dan

akumulasi modal investasi.

Berdasarkan analisis terhadap beberapa indikator perkembangan industri

perasuransian Indonesia dalam kurun waktu 2006 – 2011 menunjukkan bahwa sektor

asuransi jiwa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan industri

perasuransian Indonesia. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator kontribusi asuransi

jiwa terhadap perkembangan bisnis industri perasuransian nasional dalam periode enam

tahun terakhir yang meliputi (1) total kekayaan (assets) asuransi jiwa dengan kontribusi

rata-rata sebesar 46,5%; (2) tingkat rata-rata pertumbuhan kekayaan (assets) asuransi

jiwa dengan kontribusi 33%; serta, (3) tingkat rata-rata pertumbuhan premi dengan

kontribusi sebesar 22,4%. Berdasarkan hal tersebut studi empiris faktor-faktor yang

mempengaruhi fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia merupakan salah satu

bahan diskusi yang menarik.

Page 3: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

18 | P a g e

Pertumbuhan bisnis dan permintaan asuransi jiwa menurut beberapa studi empiris

yang telah dilakukan terdahulu dipengaruhi oleh peningkatan kondisi sosial, perubahan

demografi dan perkembangan ekonomi makro (Lewis, 1989; Bernheim, 2001; Lind dan

Grace, 2006; Nestrova, 2008; serta Celik dan Kayali, 2009). Hasil studi empiris Ward

dan Zurbruegg (2002) di negara-negara yang tergabung dalam Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa, terdapat

hubungan kausalitas yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan

asuransi jiwa. Menurut studi Webb et al (2002) perkembangan ekonomi makro dapat

digunakan sebagai predictor variable dalam melakukan analisis permintaan asuransi

jiwa. Berdasarkan analisis terhadap beberapa studi empiris terdahulu dari Ward dan

Zurbruegg (2002), Web et al (2002), serta Kugler dan Ofoghi (2006) fungsi permintaan

industri asuransi jiwa dipengaruhi oleh pertumbuhan dan peningkatan Gross Domestic

Product (GDP).

Beberapa studi yang terdahulu dan kajian teoritis menunjukkan bahwa, fungsi

permintaan (demand function) asuransi jiwa merupakan representasi beberapa indikator,

meliputi (1) Life insurance penetration, yaitu rasio jumlah premi asuransi jiwa

dibandingkan dengan tingkat Product Domestic Bruto (Ward dan Zurbruegg, 2002; Web

et al, 2002; Beck, 2002). (2) Life insurance density, yaitu rasio jumlah premi asuransi

jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk (Ward dan Zurberegg, 2000; Beck, 2002;

Lind dan Grace, 2006; Kugler dan Ofoghi, 2006; Nestrova, 2008). (3) Life insurance in

private saving, yaitu rasio jumlah premi asuransi terhadap jumlah tabungan masyarakat

(Web et al, 2002; Beck, 2002; Kugler dan Ofoghi, 2006).

Laporan Perasuransian (2011) menunjukkan bahwa tingkat penetrasi asuransi

jiwa di Indonesia yang dicerminkan oleh rasio premi bruto asuransi jiwa terhadap

Product Domestic Bruto (PDB), dalam periode tahun 2006 – 2011 secara berurutan

adalah sebesar 0.82% tahun 2006, 1,15% tahun 2007, 1,01% tahun 2008, 1,10% tahun

2009, serta 1,13% tahun 2010. Berdasarkan data tersebut tingkat penetrasi asuransi jiwa

(life insurance penetration) tertinggi diraih pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,19%,

dengan tingkat pertumbuhan premi sebesar 40%. Tingkat pertumbuhan premi pada

tahun 2011 tersebut merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi dalam periode tahun

2006 – 2011. Deskripsi selengkapnya perkembangan penetrasi, density dan kontribusi

asuransi jiwa disajikan pada gambar 1.

Page 4: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

19 | P a g e

Pada gambar 1., ditunjukkan perkembangan nilai life insurance density yaitu

perbandingan nilai premi bruto yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa

dengan jumlah penduduk tahun 2006 - 2010. Tingkat life insurance density tertinggi

selama periode lima tahun tersebut dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp.

315.844,00. Besarnya life insurance density mencerminkan rata-rata setiap penduduk di

Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp. 315.844,00 untuk membayar premi asuransi

jiwa. Indikator fungsi permintaan lainnya adalah tingkat life insurance in private saving,

yang mencerminkan besarnya prosentase nilai premi asuransi jiwa dibandingkan dengan

tabungan masyarakat. Besarnya life insurance in private saving pada tahun 2010 adalah

sebesar 12.29%, kondisi tersebut mencerminkan bahwa jumlah dana yang dialokasikan

oleh masyarakat untuk membayar premi asuransi jiwa sebesar 12.29% dari jumlah dana

yang ditabung di bank.

Sumber: - Laporan Perasuransian 2010 (Bapepam LK)

- Statistik Ekonomi Indonesia, Maret 2012 (Biro Pusat Statistik)

Gambar 1.

Grafik Perkembangan Penetrasi Asuransi, Insurance Density dan

Kontribusi Premi Asuransi Terhadap TabunganIndonesia (2006-2011)

Hasil analisis terhadap tingkat penetrasi, density dan kontribusi asuransi jiwa

(gambar 1.) menunjukkan bahwa peningkatan dan pertumbuhan asuransi jiwa di

Indonesia sampai dengan sekarang masih belum mampu memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap perkembangan perekonomian nasional. Sehingga materi penelitian

0.82% 1.15% 1.01% 1.10% 1.13% 1.19%

123.4 202.8 220.6 266.9 315.8 425.7

8.18% 10.38% 10.02% 12.63% 12.29% 12.87%

Insr Penetration Insr Density Insr Contrbution Saving

Page 5: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

20 | P a g e

yang menarik adalah analisis faktor-faktor makro ekonomi dan demografi terhadap

fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia.

2. Studi Empiris Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa

Studi Ward dan Zurbruegg (2002) melakukan analisis terhadap fungsi permintaan

asuransi jiwa di 37 negara yang tergabung dalam Organization for Economic

Cooperation and Development (OECD) dan Asia, periode 1987 – 1998. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat elastisitas pendapatan terhadap permintaan asuransi jiwa di

Asia bersifat elastis. Hal ini ditunjukkan oleh pengaruh peningkatan income per kapita

sebesar 10,0%, akan mendorong peningkatan konsumsi asuransi jiwa sebesar 13,13%,

sedangkan untuk negara-negara yang tergabung dalam OECD (selain Asia) bersifat

inelastis. Hasil penelitian Ward dan Zurbruegg (2002) juga menunjukkan bahwa

peningkatan inkome per kapita di beberapa negara di Asia seperti Indonesia,

Bangladesh, Myanmar dan Thailand masih belum mampu mendorong pertumbuhan

permintaan asuransi jiwa, seperti yang ditunjukkan di negara-negara Asia lainnya.

Studi yang dilakukan Arena (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

saling berpengaruh (causal relationship) antara pertumbuhan makro ekonomi dan

perkembangan asuransi jiwa. Studi tersebut dilakukan dengan menerapkan metode panel

terhadap 56 negara dengan menggunakan data historis selama 28 tahun (1976 – 2004).

Variabel utama yang digunakan oleh Arena (2006) mengacu pada penelitian Outreville

(1996), yaitu (1) faktor ekonomi makro, yang meliputi tingkat product domestic bruto,

tingkat inflasi, dan tingkat bunga tabungan masyarakat; (2) faktor demografi, yang

meliputi tingkat pendidikan dan tingkat urbanisasi. Rekomendasi yang diberikan oleh

Arena (2006) terhadap penelitian lanjutan untuk menganalisis fungsi permintaan adalah

penambahan faktor tingkat bunga saving deposit untuk variabel makro ekonomi serta

dependency ratio, yaitu faktor rasio ketergantungan anggota keluarga baik yang masih

berusia muda ataupun usia lanjut.

Penelitian lanjutan yang mengacu pada model yang dikembangkan oleh Arena

(2006) dilakukan Heiss dan Sumegi (2008). Riset yang dilakukan oleh Heiss dan

Sumegi (2008) menggunakan metodologi panel terhadap 29 negara Eropa periode tahun

1992 – 2005 menunjukkan bahwa, asuransi sektor jiwa berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi 15 negara Eropa. Penelitian yang dilakukan oleh Heiss dan

Page 6: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

21 | P a g e

Sumegi (2008) tersebut menunjukkan bahwa variabel dependency ratio tidak signifikan

berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa.

Studi lain yang dilakukan oleh Nesterova (2008) menunjukkan bahwa, fungsi

permintaan asuransi jiwa secara signifikan dipengaruhi oleh variabel makro ekonomi

dan variabel demografi. Sedangkan variabel institusional, yang meliputi stabilitas politik

serta efisiensi dan korupsi pemerintah pada fungsi permintaan asuransi jiwa

berpengaruh tidak signifikan. Kontribusi utama yang diberikan oleh Nesterova (2008)

adalah melakukan penelitian dengan menggunakan data historis 11 tahun terhadap 14

negara di Eropa Timur (cross country analysis). Rekomendasi penelitian yang diajukan

oleh Nesterova (2008) adalah penggunaan model penelitian Outreville (1996) yang telah

disempurnakan oleh Arena (2006).

Hasil analisis dan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu dalam bidang

fungsi permintaan asuransi jiwa seperti Outreville (1996), Ward dan Zurbruegg (2002),

Arena (2006), Heiss dan Sumegi (2008) serta Nesterova (2008), menunjukkan bahwa

model penelitian yang direkomendasikan untuk melakukan analisis fungsi permintaan

asuransi jiwa mengacu pada model penelitian Outreville (1996) yang telah

dikembangkan oleh Arena (2006), serta disempurnakan oleh Nesterova (2008).

Hasil penelitian Ward dan Zurbrueeg (2002) yang menggunakan data tahun 1987

– 1988, menunjukkan bahwa Indonesia peningkatan income per kapita masyarakat

masih belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri

asuransi jiwa dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Hasil penelitian Ward

dan Zurbruegg (2002) tersebut memperkuat motivasi penelitian ini untuk melakukan

analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa di

Indonesia.

Berdasarkan pada fenomena dan motivasi penelitian, serta rekomendasi penelitian

yang menganalisis fungsi permintaan asuransi jiwa maka perumusan masalah yang

dibahas dalam penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Makro Ekonomi dan Demografi

Terhadap Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa di Indonesia, Periode Tahun 2006-2011.

Model penelitian yang digunakan mengacu pada model penelitian Outreville (1996)

yang telah dikembangkan oleh Arena (2006) dan Nesterova (2008).

Page 7: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

22 | P a g e

3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh variabel makro ekonomi dan

variabel demografi terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Variabel

ekonomi makro yang digunakan dalam penelitan ini berperan sebagai variabel bebas

(independent variables), serta mengacu pada studi dari Ward dan Zurgbruegg (2002)

serta penelitian Nesterova (2008), meliputi produk domestik bruto (PDB) per kapita,

inflasi, tingkat bunga, dan rasio jumlah uang beredar terhadap PDB. Variabel demografi

yang digunakan dalam penelitian ini berperan sebagai variabel bebas (independent

variables), serta mengacu pada studi Nesterova (2008), meliputi tingkat pendidikan dan

dependency ratio.

Fungsi permintaan asuransi jiwa yang digunakan sebagai variabel terikat

(dependent variable) dalam penelitian ini mengacu pada studi yang dilakukan oleh

Ward dan Zurbruegg (2002), Web et al, (2002), Beck (2002), Lind dan Grace (2006),

Kugler dan Ofoghi (2006), serta Nestrova (2008), yaitu life insurance penetration. Unit

analisis dalam penelitian ini adalah industri asuransi jiwa yang merupakan kumpulan

dari beberapa perusahaan asuransi jiwa. Dilihat dari periode waktu (time horizon),

penelitian ini bersifat cross section, yaitu informasi dari berbagai sumber secara empiris

langsung dikumpulkan, dengan tujuan untuk mengetahui obyek yang sedang diteliti

(Sekaran, 2000; Boudreau, et al., 2004).

3.1. Sumber Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari beberapa sumber, yaitu

Laporan Perasuransian Indonesia, yang berisi Kegiatan Operasional dan Aktivitas

Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Jiwa dan Kerugian yang beroperasi di

Indonesia, tahun 2010 (Bapepam – LK, 2010):

http://www.bapepam.go.id/perasuransian.

Statistik Kependudukan Indonesia, 2006-2011 (Biro Pusat Statistik, Desember

2011); http://www.bps.go.id.

Statistik Perbankan Indonesia, 2006-2011 (Bank Indonesia, Desember 2011);

http://www.bi.go.id.

Page 8: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

23 | P a g e

Population and Development Report Periode 2006-2011 (World Bank, November

2011); http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.DPND.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

indikator life insurance penetration, sebagai proxy terhadap fungsi permintaan

asuransi jiwa. Indikator life insurance penetration menggambarkan tingkat

konsumsi asuransi jiwa masyarakat dan pertumbuhan ekonomi makro yang

dicerminkan oleh produk domestic bruto (PDB). Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ward dan Zurbruegg (2002) dan Nesterova (2008).

Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel

makro ekonomi dan variabel demografi. Deskripsi variabel makro ekonomi dalam

penelitian ini mengacu pada penelitian Ward dan Zurgbruegg (2002) serta

penelitian Nesterova (2008), meliputi produk domestik bruto (PDB) per kapita,

inflasi, tingkat bunga, dan rasio tabungan masyarakat terhadap PDB. Deskripsi

variabel demografi dalam penelitian ini mengacu pada studi Nesterova (2008),

yaitu tingkat pendidikan dan dependency ratio.

Tingkat Pertumbuhan PDB per kapita

Tingkat PDB per kapita merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap

fungsi permintaan asuransi jiwa. Menurut Global Competitiveness Report (2011)

dari World Economic Forum (WEF-UNO), PDB per kapita menunjukkan

kemampuan dan daya beli masyarakat suatu negara untuk berkonsumsi. Sehingga

PDB per kapita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat suatu negara (Ward dan Zurbruegg,

2002; Beck, 2002; Lind dan Grace, 2006; Kugler dan Ofoghi, 2006; Nesterova,

2008). Laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui perkembangan PDB per kapita

yang dalam penelitian ini menggunakan data laporan Biro Pusat Statistik periode

tahun 2006 – 2011.

Page 9: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

24 | P a g e

Inflasi

Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu

maupun perusahaan, sehingga kecenderungan naiknya tingkat harga disebut gejolak

inflasi (Lipsey, 1992). Menurut Nopirin (1990), Lipsey (1992) dan Nesterova

(2008) metode yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah harga umum, angka

deflator (deflator rate), indeks harga umum (IHK), harga pengharapan (expecting

price), indeks dalam dan luar negeri. Menurut beberapa penelitian terdahulu dari

Outreville (1996), Beck dan Web (2002), Ward dan Zurbruegg (2002), sert Lie et

al. (2007), menunjukkan bahwa tingkat inflasi merupakan salah satu faktor yang

memberikan pengaruh negatif terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa. Variabel

tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada studi terdahulu

dari Beck dan Webb (2002) dan Nesterova (2008) dengan menggunakan nilai

inflasi harga yang berlaku di Indonesia periode tahun 2006 – 2011, dari Biro Pusat

Statistik (BPS).

Tingkat Bunga (Interest Rate)

Tingkat bunga merupakan salah satu faktor yang utama bagi perusahaan asuransi

jiwa, karena tingkat bunga akan merefleksikan besarnya return dana investasi yang

akan diperoleh perusahaan. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga akan

mendorong naiknya profitabilitas perusahaan asuransi, dan selanjutnya akan

meningkatkan keuntungan nasabah asuransi jiwa. Sehingga pertumbuhan tingkat

bunga akan berpengaruh positif terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa (Beck

dan Web, 2002). Variabel tingkat bunga yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan nilai rata-rata tingkat bunga tabungan perbankan nasional periode

2006-2011, yang sesuai dengan metode penelitian yang dilakukan oleh Nesterova

(2008).

Pertumbuhan Sektor Keuangan

Rekomendasi penggunaan variabel pertumbuhan sektor keuangan untuk dianalisis

sebagai determinan fungsi permintaan asuransi jiwa diajukan oleh Outreville

(1996), Beck dan Web, (2002), Lin dan Grace (2006), serta Lien et al., (2007).

Indikator pertumbuhan sektor keuangan merupakan prosentase pertumbuhan

Page 10: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

25 | P a g e

permintaan uang dari setiap unit output. Indikator tersebut dipresentasikan melalui

perbandingan jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money atau M2) terhadap

produk domestik bruto (PDB). Peningkatan permintaan uang akan menjadi stimulus

peningkatan aktivitas dan return kegiatan investasi (Outreville, 1996 dan Masci,

2007).

Tingkat Pendidikan

Menurut hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa. Hal

ini disebabkan karena meningkatnya level pendidikan masyarakat akan

memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap manfaat dan peran

asuransi jiwa dalam memberikan perlindungan risiko (Ward dan Zurbruegg, 2002;

Web et al, 2002; Lie et al., 2007; serta Nestrova, 2008). Menurut Lie et al., (2007)

tingkat pendidikan masyarakat merupakan representasi dari rata-rata jangka waktu

(periode) pendidikan yang ditempuh oleh penduduk, dari setiap jenjang pendidikan.

Sedangkan menurut Nesterova (2008) indikator tingkat pendidikan masyarakat

dihitung dengan metode yang sesuai dengan standard UNDP-UNO (United Nation

Development Program – United Nation Organizations). Data yang digunakan

diperoleh dari laporan tahunan Human Development Index (HDI), dalam formula

prosentase angka partisipasi kasar dan prosentase angka partisipasi murni

pendidikan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik tahun 2006 – 2011.

Dependency Ratio

Dependency ratio adalah rasio dari ketergantungan penduduk yang berusia dibawah

15 tahun dan berusia diatas 64 tahun, terhadap angkatan kerja (World Bank Report,

2011). Hasil studi Lewis (1989) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

positif antara dependency ratio penduduk dengan fungsi permintaan asuransi jiwa.

Menurut Laporan World Bank (2011), metode yang digunakan untuk menghitung

dependency ratio dilakukan dengan menentukan nilai prosentase jumlah angkatan

kerja dengan jumlah populasi sesuai dengan tingkatan umur. Data yang digunakan

untuk menentukan indikator dependency ratio dalam penelitian ini diperoleh dari

Laporan Tahunan World Bank periode 2006 – 2011 (World Bank Report, 2011).

Page 11: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

26 | P a g e

3.3. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,

untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel

Independen secara bersama‐sama maupun secara sendiri‐sendiri terhadap variabel

dependen. Hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan variabel

independen dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data

gabungan antara cross section dan time series.

Metode analisis yang digunakan adalah regresi, yang bertujuan untuk

menentukan faktor determinant fungsi permintaan asuransi jiwa sesuai dengan studi

yang dilakukan oleh Ward dan Zurgbruegg (2002), Beck dan Webb (2002), Lind

dan Grace (2006), Kugler dan Ofoghi (2006), serta Nesterova (2008). Penelitian ini

menganalisis 7 variabel, yaitu pertumbuhan produk domestic bruto per kapita

(pdb), tingkat inflasi (Infl), tingkat bunga (Int), dependency ratio (depend),

pertumbuhan sektor keuangan (keu), tingkat pendidikan (pend), serta permintaan

asuransi jiwa (Y). Koefisien dan δ merupakan koefisien regression weight, serta

merupakan disturbance term (error).

4. Pengujian Data Penelitian

4.1. Uji Asumsi Klasik

Analisis data yang dilakukan yaitu analisis regresi berganda dengan

menggunakan bantuan program komputer SPSS for windows versi 15.0. Untuk

mendapat estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus

dilakukan pengujian asumsi regresi klasik, yaitu: uji multikolineritas, uji normalitas

dan uji autokorelasi.

Berdasarkan output yang diolah dengan menggunakan program SPSS for

windows versi 15.0, untuk menguji multikolinearitas adalah seluruh variabel

independen mempunyai nilai tolerance kurang dari 10 persen. Hal ini menunjukkan

tidak terdapat korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 90 persen.

Selain itu, hasil VIF juga terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Page 12: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

27 | P a g e

Pengujian normalitas data menggunakan metode analisis grafik dan melihat

normal probability plot. Setelah data dimasukkan dan diolah oleh program SPSS,

diperoleh hasil uji Normal Probability Plot seperti pada gambar 2. Untuk

mendukung tingkat normalitas data juga dilakukan pengujian Kolmogorov Smirnov,

yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi ujinya lebih besar dari 0,05 (≥0,05).

Hasil tersebut menandakan bahwa data penelitian yang digunakan berdistribusi

normal.

Gambar 2.

Hasil Pengujian Normalitas

Menurut Santoso (2000), jika angka Durbin Watson berkisar antara –2

sampai dengan +2 maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi

sedangkan jika angka DW dibawah –2 berarti terdapat autokorelasi positif dan jika

angka DW diatas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif. Pada uji regresi yang telah

dilakukan dengan menggunakan software SPSS for windows versi 19.0, memberikan

hasil penilaian Durbin‐Watson sebesar 1,633, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi problem autokorelasi.

4.2. Uji Regresi & Determinasi

Berdasarkan output regresi linear dengan program SPSS, maka model analisis

regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

dependpendkeuIntInflpdb 076.0261.0246.0178.0087.0284.0193.0

Page 13: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

28 | P a g e

Berdasarkan persamaan regresi yang telah dibuat, maka beberapa hal yang berkaitan

dengan tingkat permintaan asuransi jiwa di Indonesia dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Konstanta menunjukkan nilai sebesar 0.193, yang berarti bahwa tanpa variabel

independent tingkat permintaan asuransi jiwa sudah tumbuh 19.3%. Hal tersebut

mencerminkan bahwa permintaan asuransi jiwa memerlukan dukungan dari

beberapa variabel pertumbuhan pdb, penurunan inflasi dan tingkat bunga,

pertumbuhan keuangan, peningkatan level pendidikan serta penurunan

dependency ratio.

2. Variabel pertumbuhan produk domestik bruto menunjukkan nilai 0.284. Hal ini

berarti bahwa setiap peningkatan produk domestik bruto sebesar 1% akan

meningkatkan permintaan asuransi jiwa sebesar 28.4%, apabila seluruh variabel

lainnya konstan.

3. Variabel tingkat inflasi menunjukkan nilai -0.087. Hal ini berarti bahwa setiap

terjadi peningkatan inflasi sebesar 1% akan menurunkan permintaan asuransi jiwa

sebesar 8.7%, apabila seluruh variabel lainnya konstan.

4. Variabel tingkat bunga tabungan menunjukkan nilai 0.178. Hal ini berarti bahwa

setiap terjadi kenaikan tingkat bunga sebesar 1% akan meningkatkan permintaan

asuransi jiwa sebesar 17.8%, apabila seluruh variabel lainnya konstan.

5. Variabel pertumbuhan keuangan menunjukkan nilai 0.246. Hal ini berarti bahwa

setiap pertumbuhan sektor keuangan sebesar 1%% akan meningkatkan

permintaan asuransi jiwa sebesar 24.6%, apabila seluruh variabel lainnya

konstan.

6. Variabel level pendidikan menunjukkan nilai 0.261. Hal ini berarti bahwa setiap

peningkatan level pendidikan penduduk sebesar 1%% akan meningkatkan

permintaan asuransi jiwa sebesar 26.1%, apabila seluruh variabel lainnya

konstan.

7. Variabel dependency ratio menunjukkan nilai -0.076. Hal ini berarti bahwa setiap

terjadi peningkatan dependency ratio sebesar 1% akan menurunkan permintaan

asuransi jiwa sebesar 7.6%, apabila seluruh variabel lainnya konstan.

Page 14: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

29 | P a g e

Hasil pengujian siginifikansi pengaruh dengan Uji F yang dilakukan,

menunjukkan nilai sebesar 0.03. Hasil uji siginifikansi (uji F) tersebut menunjukkan

nilai yang lebih kecil dari tingkat kesalahan penelitian yang ditentukan yaitu sebesar

5%, sehingga hal ini memberikan gambaran bahwa seluruh variabel bebas yaitu

pertumbuhan pdb, tingkat inflasi, tingkat bunga, pertumbuhan keuangan, level

pendidikan dan dependency ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat

permintaan asuransi jiwa.

Hasil pengujian determinasi menunjukkan bahwa tingkat determinasi persamaan

yang dicerminkan dengan nilai R2 adalah sebesar 0.689. Hal ini mencerminkan

bahwa 68.9% prediksi tingkat permintaan asuransi jiwa dapat dijelaskan oleh

keenam variabel bebas, yaitu pertumbuhan pdb, tingkat inflasi, tingkat bunga,

pertumbuhan keuangan, level pendidikan dan dependency ratio. Sedangkan 31.1%

sisanya permintaan asuransi jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti tingkat

pendapatan perkapita, budaya, kebutuhan, dan lain sebagainya.

5. Analisis dan Pembahasan

Hasil penelitian secara empiris yang dilakukan dengan menggunakan data selama

lima tahun (2006-2010) menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan demografi secara

signifikan berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Pengaruh

faktor makro ekonomi ditunjukkan dengan melalui pengaruh positif variabel

pertumbuhan PDB, pengaruh negatif tingkat inflasi, pengaruh positif tingkat bunga

tabungan dan pengaruh positif pertumbuhan sektor keuangan. Hasil penelitian ini

mendukung studi terdahulu yang dilakukan oleh Yaari (1965), Neuman (1989), Lewis

(1989), Bernheim (2001), Lind dan Grace (2006), serta Nesterova (2008). Pengaruh

faktor demografi ditunjukkan dengan pengaruh positif variabel tingkat pendidikan dan

pengaruh negative variabel dependency ratio. Hasil penelitian ini mendukung studi

terdahulu yang dilakukan oleh Hammond et al. (1987), Beenstock et al. (1986), Browne

dan Kim (1993), Beck dan Webb (2003), Bils dan Klenow (2005), serta Nesterova

(2008).

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa yang variabel yang

berpengaruh positif terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah variabel

pertumbuhan pdb sebesar 28,4%; kemudian diikuti oleh variabel tingkat pendidikan

sebesar 26,1%; selanjutnya variabel pertumbuhan keuangan sebesar 24,6% serta

Page 15: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

30 | P a g e

variabel tingkat bunga tabungan sebesar 17,8%. Sedangkan variabel yang berpengaruh

negative terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah variabel tingkat inflasi sebesar

-8,7% dan variabel dependency ratio sebesar -7,6%.

Elaborasi terhadap seluruh hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh cukup besar dan signifikan

terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa pada faktor makro ekonomi adalah variabel

pertumbuhan pdb, pertumbuhan keuangan, dan tingkat bunga tabungan, sedangkan pada

faktor demografi adalah variabel tingkat pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka

terdapat empat faktor yang menjadi determinant fungsi permintaan asuransi jiwa, yaitu

variabel pertumbuhan produk domestik bruto (pdb), kemudian variabel tingkat

pendidikan masyarakat, selanjutnya adalah variabel pertumbuhan sektor keuangan, dan

yang terakhir adalah variabel tingkat bunga tabungan.

Pengaruh seluruh faktor determinant tersebut terhadap fungsi permintaan asuransi

jiwa adalah positif. Sehingga peningkatan dan pertumbuhan seluruh variabel

determinant akan mendorong pertumbuhan fungsi permintaan asuransi jiwa di

Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa pertumbuhan pdb, peningkatan level

pendidikan masyarakat, pertumbuhan sektor keuangan dan kestabilan tingkat bunga

akan mendorong meningkatnya permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Berdasarkan

hasil analisis terhadap faktor determinant yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan

asuransi jiwa tersebut, maka faktor utama yang perlu diperhatikan kalangan industri

asuransi jiwa di Indonesia dalam usahanya untuk meningkatkan akumulasi preminya

adalah faktor pertumbuhan pdb, level pendidikan masyarakat, pertumbuhan sektor

keuangan dan kestabilan tingkat bunga tabungan.

Pengaruh pertumbuhan PDB terhadap peningkatan permintaan asuransi jiwa

berkaitan dengan indikator kesejahteraan penduduk dalam kegiatan pengeluaran dan

konsumsi. Semakin tinggi tingkat pengeluaran dan konsumsi yang dilakukan penduduk,

maka secara simultan mendorong peningkatan income per kapita, dan selanjutnya akan

mendorong fungsi permintaan asuransi jiwa. Tumbuhnya tingkat income per kapita akan

memberikan keleluasaan penduduk untuk mengatur dan mengelola risiko. Sehingga

peningkatan income per kapita secara berkesinambungan akan meningkatkan jumlah

premi asuransi jiwa, serta pada akhirnya tingkat penetrasi premi asuransi jiwa terhadap

Page 16: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

31 | P a g e

PDB (life insurance penetration) akan meningkat (Yaari, 1965; Neuman, 1989; Lewis,

1989; Bernheim, 2001; Lind dan Grace, 2006; serta Nesterova, 2008).

Berdasarkan hasil analisis pentingnya peran pertumbuhan produk domestik bruto

(pdb) terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa tersebut, maka industri asuransi jiwa

dalam kegiatan pemasaran produk asuransi jiwa, perlu untuk memperhatikan faktor

produk domestik regional bruto (pdrb) dari setiap daerah kabupaten/kota dalam kegiatan

pemasarannya. Sehingga pada daerah kabupaten/kota dengan tingkat pdrb yang tinggi,

cenderung memiliki potensi yang tinggi untuk membeli produk industri asuransi jiwa.

Hasil pemetaan terhadap laporan Biro Pusat Statistik, beberapa daerah

kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat pdrb yang tidak merata, beberapa daerah

telah memiliki pdrb diatas 50 juta rupiah, dan bahkan 6 daerah kabupaten/kota yang

memiliki pdrb diatas 100 juta rupiah. Sedangkan sebagian besar daerah kabupaten/kota

di Indonesia yang lainnya masih memiliki pdrb dibawah 20 juta rupiah. Berdasarkan hal

tersebut, maka kebijakan dan strategi pemasaran yang diterapkan oleh industri asuransi

jiwa dalam kegiatan pemasaran produk asuransinya perlu untuk mempertimbangkan

kondisi dan tingkat pdrb yang dimiliki oleh setiap daerah kabupaten/kota. Sehingga

pada daerah yang memiliki tingkat pdrb yang tinggi kebijakan dan strategi

pemasarannya berbeda dengan daerah yang memiliki pdrb rendah. Perbedaan tersebut

terkait dengan kemampuan keuangan serta kebutuhan proteksi calon nasabah dalam

membeli produk asuransi jiwa.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik tahun 2011 menunjukkan

bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat produk domestik regional

bruto (pdrb) diatas 100 juta rupiah, yaitu Bontang (369.51 juta rupiah), Mimika (324.72

juta rupiah), Jakarta Pusat (251.81 juta rupiah), Kediri (213.21 juta rupiah), Bengkalis

(157.71 juta rupiah), dan Sumbawa Barat (156.25 juta rupiah). Sedangkan beberapa

daerah lainnya yang memiliki tingkat pdrb berkisar antara 50 – 100 juta rupiah adalah

Teluk Bintuni (90.86 juta rupiah), Kepulauan Anambas (72.30 juta rupiah),

Lhokseumawe (62.11 juta rupiah), Cilegon (59.56 juta rupiah), Cilacap (56.68 juta

rupiah), Jakarta Timur (54.56 juta rupiah), serta Musi Banyuasin (50.55 juta rupiah).

Tingkat pendidikan merupakan variabel yang juga berpengaruh terhadap fungsi

permintaan asuransi jiwa, setelah tingkat pertumbuhan pdb. Tingkat pendidikan

masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pendorong peningkatan

Page 17: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

32 | P a g e

fungsi permintaan asuransi jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan dalam populasi akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan fungsi

permintaan asuransi jiwa (Bils dan Klenov, 2005). Menurut Nesterova (2008) semakin

tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh secara langsung terhadap fungsi

permintaan asuransi jiwa. Sehingga, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

memperluas kesempatan untuk menambah tingkat produktivitasnya dalam membantu

keluarga. Kemudian selanjutnya akan menambah kemampuan keuangan setiap keluarga

untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan tabungannya. Sementara itu, beberapa

penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan

meningkatkan kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap konsep benefit dan risiko,

serta manfaat dan peran asuransi jiwa (Bils dan Klenov, 2005; Nesterova, 2008;

Thobary, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka tingkat pendidikan masyarakat akan

berpengaruh secara langsung terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa.

Menurut Global Competitiveness Report (2011) menunjukkan bahwa jumlah

penduduk Indonesia yang berkesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi di

Perguruan Tinggi masih kurang dari 10% atau rata-rata sebesar 9.97%. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang dapat menikmati pendidikan di

tingkat perguruan tinggi masih sangat kurang yaitu 10% dari seluruh jumlah populasi.

Salah satu faktor penyebab rendahnya level pendidikan tinggi masyarakat berkaitan

dengan besarnya investasi (biaya pendidikan yang mahal) untuk menempuh pendidikan

tinggi. Kondisi ini memberikan peluang dan tantangan kepada industri asuransi jiwa

nasional untuk secara aktif meningkatkan permintaan asuransi jiwa dengan melalui

pengembangan desain produk baru dengan karakteristik tertentu sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik masyarakat, salah satunya adalah dengan program asuransi

jiwa dengan simpanan jangka panjang (program asuransi dwiguna) serta dilengkapi

dengan berbagai alternative pola investasi.

Pengaruh pertumbuhan sektor keuangan terhadap permintaan asuransi jiwa,

ditunjukkan melalui berkembangnya kegiatan sektor perbankan yang memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan

yang menjadi prioritas masyarakat dalam lima tahun terakhir ini adalah keamanan dan

jaminan keuangan pada masa mendatang. Peningkatan kebutuhan tersebut sesuai dengan

pertambahan usia dan kebutuhan jaminan keuangan dalam menghadapi faktor

Page 18: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

33 | P a g e

ketidakpastian ekonomi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semakin tingginya

risiko hari tua (pensiun, kesehatan atapun kematian), serta risiko kebutuhan pendidikan

keluarga. Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan dengan membuat suatu

produk baru yang merupakan kombinasi program asuransi dan perbankan, dengan

melibatkan unsur investasi dan saving, transaksi serta risk cover.

Pengaruh faktor tingkat bunga tabungan terhadap permintaan asuransi jiwa,

ditunjukkan melalui jumlah uang beredar M1. Rendahnya jumlah uang beredar M1 akan

menekan laju inflasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan disposable income dan

selanjutnya meningkatkan jumlah tabungan masyarakat. Tingginya tingkat tabungan

masyarakat akan memberikan keleluasan pada masyarakat tersebut untuk menjaga dan

meningkatkan kapasitas keuangannya. Dampak selanjutnya dari akumulasi dana

masyarakat di lembaga perbankan adalah timbulnya motivasi dan keinginan masyarakat

terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan dan jaminan keuangan pada masa

mendatang. Peningkatan kebutuhan tersebut sesuai dengan pertambahan usia dan

kebutuhan jaminan keuangan dalam menghadapi faktor ketidakpastian ekonomi.

Kondisi tersebut akan mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian program

asuransi jiwa dengan tanpa menghilangkan unsur investasi dan saving, transaksi, serta

risk cover. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semakin tingginya risiko hari tua

(pensiun, kesehatan atapun kematian), serta risiko kebutuhan pendidikan keluarga.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan membuat suatu

produk baru yang merupakan kombinasi program asuransi dan perbankan, dengan

melibatkan unsur investasi dan saving, transaksi serta risk cover. Sehingga tingkat

bunga tabungan dan jumlah uang beredar M2 dapat berpengaruh terhadap peningkatan

fungsi permintaan asuransi jiwa. (Lewis, 1989; Bernheim, 2001; Lind dan Grace, 2006;

dan Thobary, 2009).

Sedangkan beberapa variabel lain yang juga dielaborasi dan dianalisis dalam

penelitian ini seperti tingkat inflasi dan dependency ratio bukan tergolong sebagai faktor

determinant. Hal ini disebabkan karena rendahnya nilai pengaruh kedua variabel

tersebut terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa, yaitu masing-masing sebesar -8.7%

dan -7.6%. Walaupun kedua variabel tersebut bukan merupakan faktor yang tergolong

determinant, tetapi hasil pengujian secara statistik kedua variabel tersebut memberikan

pengaruh yang signifikan. Sehingga dalam kegiatan pemasaran produk industri asuransi

Page 19: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

34 | P a g e

jiwa juga diharapkan mempertimbangkan faktor tingkat inflasi dan dependency ratio

masyarakat.

Pengaruh inflasi terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah melalui disposable

income, yaitu tingkat penghasilan riil yang dapat digunakan untuk berkonsumsi oleh

masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan disposable income, dan

selanjutnya akan menurunkan nilai uang, sehingga masyarakat cenderung untuk

berusaha mencari berbagai alternative dalam pemenuhan kebutuhannya sesuai dengan

kapasitas anggaran (budget) yang tersedia, seperti berusaha untuk menurunkan tingkat

kepuasannya dengan melalui penurunan kualitas produk yang dikonsumsi. Sehingga

semakin tinggi tingkat inflasi akan menurunkan kemampuan dan daya beli masyarakat

terhadap barang dan jasa, termasuk program asuransi jiwa.

Tingkat dependency ratio memberikan pengaruh negative terhadap permintaan

asuransi jiwa. Pengaruh negative tingkat dependency ratio disebabkan karena adanya

tingkat ketergantungan dalam satu keluarga, sehingga semakin banyak jumlah anggota

keluarga yang tidak bekerja dalam satu keluarga, akan menurunkan kemampuan

keluarga tersebut untuk melakukan berbagai konsumsi barang dan jasa yang tergolong

sekunder dan tersier. Selain itu, tingginya tingkat dependency ratio akan membatasi

kemampuan keluarga tersebut untuk melakukan kegiatan saving dan investasi. Dampak

selanjutnya yang terjadi adalah semakin rendahnya tingkat saving masyarakat yang

tergolong memiliki tingkat dependency ratio yang tinggi akan menurunkan permintaan

terhadap asuransi jiwa.

Tingginya tingkat dependency ratio suatu negara atau wilayah disebabkan oleh

rendahnya nilai dan komposisi level pendidikan penduduknya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan akan memperluas kesempatan dan menambah tingkat produktivitasnya

dalam membantu keluarga, sehingga akan menurunkan tingkat dependency ratio.

Sedangkan pengaruh tingkat pendidikan terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa

ditunjukkan dengan konsepsi bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk akan

meningkatkan kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap konsep benefit dan risiko,

serta manfaat dan peran asuransi jiwa.

Berdasarkan analisis terhadap pengaruh seluruh variabel yang dibahas dalam

penelitian, serta berbagai data pendukungnya, maka fungsi permintaan asuransi pada

industri jiwa yang direpresentasikan dengan life insurance penetration di Indonesia

Page 20: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

35 | P a g e

dalam kondisi perekonomian yang relative stabil dengan tingkat pertumbuhan yang

normal (ceteris paribus) cenderung akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar

19.3%. Beberapa faktor utama (determinant factor) yang perlu diperhatikan oleh

industri asuransi jiwa dalam meningkatkan permintaan produk asuransi adalah tingkat

produk domestik bruto, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor

keuangan dan tingkat bunga tabungan. Sedangkan faktor lain yang juga memerlukan

pertimbangan adalah tingkat inflasi dan dependency ratio penduduk. Dalam penetapan

kebijakan pemasaran produk asuransi jiwa secara regional pada setiap kabupaten/kota,

industri asuransi jiwa dapat menggunakan data produk domestik regional bruto. Faktor

lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap

daerah kabupaten/kota yang menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga

industri asuransi jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan

target penjualan produk asuransinya.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis, maka kesimpulan penelitian adalah sebagai

berikut:

Hasil penelitian secara empiris yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor makro

ekonomi dan demografi secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi permintaan

asuransi jiwa di Indonesia. Pengaruh faktor makro ekonomi ditunjukkan dengan melalui

pengaruh positif variabel pertumbuhan PDB, pengaruh negatif tingkat inflasi, pengaruh

positif tingkat bunga tabungan dan pengaruh positif pertumbuhan sektor keuangan.

Faktor utama (determinant factor) yang perlu diperhatikan oleh industri asuransi

jiwa dalam meningkatkan permintaan produk asuransi adalah tingkat produk domestik

bruto, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor keuangan dan tingkat

bunga tabungan. Sedangkan tingkat inflasi dan dependency ratio berpengaruh negative

terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa.

Pengaruh pertumbuhan produk domestik bruto memberikan pengaruh yang terbesar

terhadap pertumbuhan asuransi jiwa dibandingkan dengan beberapa faktor lain.

Pengaruh pertumbuhan PDB terhadap peningkatan permintaan asuransi jiwa berkaitan

dengan indikator kesejahteraan penduduk dalam kegiatan pengeluaran dan konsumsi.

Semakin tinggi tingkat pengeluaran dan konsumsi yang dilakukan penduduk, maka

Page 21: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

36 | P a g e

secara simultan mendorong peningkatan income per kapita, dan selanjutnya akan

mendorong fungsi permintaan asuransi jiwa.

Pengaruh level pendidikan terhadap permintaan asuransi jiwa ditunjukkan dengan

konsepsi bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk akan meningkatkan

kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap konsep benefit dan risiko, serta manfaat

dan peran asuransi jiwa.

Pengaruh pertumbuhan sektor keuangan terhadap permintaan asuransi jiwa,

ditunjukkan melalui berkembangnya kegiatan sektor perbankan yang memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan jaminan

keuangan pada masa mendatang. Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan

dengan membuat suatu produk yang merupakan kombinasi program asuransi dan

perbankan, dengan melibatkan unsur investasi dan saving, transaksi serta risk cover.

Pengaruh faktor tingkat bunga tabungan terhadap permintaan asuransi jiwa,

ditunjukkan melalui jumlah uang beredar M1. Rendahnya jumlah uang beredar M1 akan

menekan laju inflasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan disposable income dan

selanjutnya meningkatkan jumlah tabungan masyarakat, serta mendorong tumbuhnya

fungsi permintaan asuransi jiwa.

Pengaruh inflasi terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah melalui disposable

income, yaitu tingkat penghasilan riil yang dapat digunakan untuk berkonsumsi oleh

masyarakat. Tingginya tingkat inflasi akan menurunkan kemampuan dan daya beli

masyarakat terhadap barang dan jasa, termasuk program asuransi jiwa.

Pengaruh negative tingkat dependency ratio terhadap permintaan asuransi jiwa

disebabkan karena semakin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja dalam

satu keluarga, akan menurunkan kemampuan keluarga tersebut untuk melakukan

berbagai konsumsi barang dan jasa, serta membatasi kemampuan keluarga tersebut

untuk melakukan kegiatan saving dan investasi. Kemudian selanjutnya semakin

rendahnya tingkat saving masyarakat yang tergolong memiliki tingkat dependency ratio

yang tinggi akan menurunkan permintaan terhadap asuransi jiwa.

Saran dan Implikasi

Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengaruh pertumbuhan produk

domestik bruto memberikan pengaruh yang terbesar terhadap pertumbuhan asuransi

Page 22: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

37 | P a g e

jiwa dibandingkan dengan beberapa faktor lain. Fenomena empiris menunjukkan bahwa

dalam kurun waktu lima tahun terakhir tingkat pertumbuhan negara ini menunjukkan

angka positif, serta menjadi salah satu negara yang termasuk dalam kategori negara

dengan penghasilan menengah bila mengacu pada Indikator ekonomi yang dibuat Bank

Dunia (Global Competitiveness Report-World Economic Forum, 2011). Berdasarkan hal

tersebut, maka kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi industri asuransi

jiwa nasional untuk dapat meningkatkan market share (dalam konteks jumlah

tertanggung) dan akumulasi premi per tahunnya. Salah satu alternatif pasar sasaran yang

potensial untuk dielaborasi dan dikembangkan adalah penduduk yang masuk dalam

kategori kelas menengah (54.5% dari populasi), dengan melalui berbagai kegiatan

sosialisasi tentang manfaat dan benefit pengelolaan risiko melalui perusahaan asuransi

jiwa, serta modifikasi dan pembuatan produk asuransi jiwa yang lebih menarik.

Kedua, industri asuransi jiwa dalam penetapan kebijakan pemasaran produk asuransi

jiwa secara regional pada setiap kabupaten/kota, dapat menggunakan data produk

domestik regional bruto pada setiap daerah tersebut. Faktor lain yang juga perlu

dipertimbangkan adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap daerah

kabupaten/kota yang menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga

industri asuransi jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan

target penjualan produk asuransinya.

Ketiga, jumlah penduduk Indonesia yang dapat menikmati pendidikan di tingkat

perguruan tinggi masih sangat kurang yaitu 10% dari seluruh jumlah populasi. Salah

satu faktor penyebab rendahnya level pendidikan tinggi masyarakat berkaitan dengan

besarnya investasi (biaya pendidikan yang mahal) untuk menempuh pendidikan tinggi.

Kondisi ini memberikan peluang dan tantangan kepada industri asuransi jiwa nasional

untuk secara aktif meningkatkan permintaan asuransi jiwa dengan melalui

pengembangan desain produk baru dengan karakteristik tertentu sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik masyarakat, salah satunya adalah dengan program asuransi

jiwa dengan simpanan jangka panjang (program asuransi dwiguna) serta dilengkapi

dengan berbagai alternative pola investasi.

Page 23: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

38 | P a g e

Daftar Pustaka

Beck, T. dan I. Webb. 2002. Economic, Demographic, and Institutional Determinants of

Life Insurance Consumption across Countries. World Bank and International

Insurance Foundation. (http://siteresources.worldbank.org/DEC/Resources/bwf.pdf)

Beenstock, M., G. Dickinson dan S. Khajuria. 1986. The Determinants of Life Premiums:

An International Cross-Section Analysis 1970-1981. Insurance Mathematics and

Economics. Vol. 5, No. 4, 261-270.

Beenstock, M., Dickinson, G., dan S. Khajuria. 1988. The Relationship Between Property-

Liability Insurance Premiums and Income: An International Analysis. The Journal

of Risk and Insurance. Vol. 55, No. 2, 259-272.

Bernheim, B. D. 1991. How Strong are bequest motives? Evidence Based on Estimates of

The Demand for Life Insurance and Annuities. Journal of Political Economy. Vol.

99. No. 5. 899-927.

Bernheim, B. D., Carman, K.G., Gokhale J., dan L.J. Kotlikoff. 2001. The Mismatch

between Life Insurance Holdings and Financial Vulnerabilities: Evidence from the

Survey of Consumer Finances. NBER Working Paper No. W8544.

(http://ssrn.com/abstract=287742).

Bevan, A.A. dan S. Estrin. 2004. The Determinants of Foreign Direct Investment into

European Transition Economies. Journal of Comparative Economics, 32, pp. 775-

787

.

Binder, S., B. Tab dan Y. Winston. 2004. Selling Life Insurance to China. McKinney

Quarterly., 00475394. Special Edition. 83-87.

Browne, M. J., J. Chung dan E. W. Frees. 2000. International Property-Liability Insurance

Consumption. The Journal of Risk and Insurance. Vol. 67. No. 1. 73-90.

Browne, M. dan K. Kim. 1993. An International Analysis of Life Insurance Demand. The

Journal of Risk and Insurance, Vol. 60, No. 4, pp. 616-634.

CEA Statistics. 2006. European Insurance in Figures in 2005. № 25.

(http://www.cea.assur.org/cea/download/publ/article251.pdf)

Celik Sibel dan Kayali Mesut Mustafa. 2009. Determinants of Demand for Life Insurance in

European Countries. Problem and Perspectives in Management Journal. Vol. 7.

Issue 3.

Daria Nesterova, 2008. Determinants of The Demand for Life Insurance: Evidence From

Selected CIS and CEE Countries. National University “Kyiv-Mohyla Academy”.

Page 24: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

39 | P a g e

Eck R. James dan Nizovtsev Dmitri. 2006. The Impact of Culture and The Purchase of Life

Insurance in Latin American and The Caribbean. International Business and

Economics Research Journal. Vol. V, No. 1.

Enz, Rudolf. 2000. The S-Curve Relation between Per Capita Income and Insurance

Penetration. Geneva Papers on Risk and Insurance, Vol. 25, № 3, pp.396–406.

Feyen Erik, Lester Rodney dan Rocha R. 2011. What Drives The Development of The

Insurance Sectors?: An Empirical Analysis Based on a Panel of Developed and

Developing Countries. Policy Research Working Paper, No. 5572. The World Bank

Financial and Private Sector Development. Finance and Policy Units.

Fisher, I. 1930. The Theory of Interest. The Macmillan Company. New York.

Fortune, P. 1973. A Theory of Optimal Life Insurance: Development and Test. The Journal

of Finance, Vol. 28, №. 3, pp. 587-600.

Gorshkova, Y. 2006. Life Insurance of Debtor: Ukrainian Reality. Insurance Top, Vol.

4(16), pp.48-51.

Haiss Peter dan Sumegi K. 2008. Development and Economic Effect of The Insurance

Secttor in CEE and Mature European Economies – A Theoretical and Empirical

Analysis. Procedings 11th Conference of the ECB-CFS Research Network on The

Market for Retail Financial Services: Development, Integration, and Economic

Effects. CZ National Bank, Prague.

Hakansson, N. H. 1969. Optimal Investment and Consumption Strategies Under Risk, and

Under Uncertain Lifetime and Insurance. International Economic Review. Vol. 10,

No. 3. 443-466.

Headen, R. S. dan L. J. Finley. 1974. Life Insurance Demand and Household Portfolio

Behaviour. Journal of Risk and Insurance. Vol. 41, No. 4, 685-698.

Hwang, T. dan B. Greenford. 2005. A Cross-Section Analysis of the Determinants of Life

Insurance Consumption in Mainland China, Hong Kong, and Taiwan. Risk

Management and Insurance. Review. Vol. 8, No. 1, 103-125.

Hwang, T. dam S. Gao. 2003. The Determinants of Demand for Life Insurance in an

Emerging Economy- the Case of China. Managerial Finance. Vol. 29, No. 5/6. 82-

96.

Ibiwoye Ade, Ideji O Joseph, dan Oke O Babatunde, 2010. The Determinants of Life

Insurance Consumption in Nigeria: A Co-Integration Approach. International

Journal of Academic Research, Vol 2. No. 4, July 2010.

Josa, CS. 2005. Determinants of Bancassurance Demand and Life Insurance Consumption.

Thesis Master of Commerce. University of South Wales.

Page 25: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

40 | P a g e

Karni, E. dan I. Zilcha. 1986. Risk Aversion in the Theory of Life Insurance: The Fisherian

Model. The Journal of Risk and Insurance, Vol. 53, No. 4, pp. 606-620.

Lenten, L.J.A. dan D.N. Rulli. 2006. A Time-Series Analysis of the Demand for Life

Insurance Companies in Australia: An Unobserved Components Approach.

Australian Journal of Management, Vol. 31, №.1, pp. 41-66.

Lewis, F.D. 1989. Dependents and the Demand for Life Insurance.American Economic

Review, № 79, pp. 452-466.

Li, D., Moshirian, F., Nguyen, P. and T. Wee. 2007. The Demand for Life Insurance in

OECD Countries. (Organization for Economic Cooperation and Development).

Journal of Risk and Insurance. Diunduh di

(http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-6949849/Thedemand-for-life-

insurance.html).

Lin Y. dan M.F. Grace. 2006. Household Life Cycle Protection: Life Insurance Holdings,

Financial Vulnerability and Portfolio Implications. Diunduh di

(http://ssrn.com/abstract=974914)

Marshall, A. 1920. Principles of Economics. Eights Edition. London: McMillan Press.

Masci P., Tejerina, L. dan I. Weeb. 2007. Insurance Market Development in Latin America

and the Caribbean. Inter - American Development Bank. Diunduh di

(http://idbdocs.iadb.org/wsdocs/getdocument.aspx?docnum=1176094).

Mossin, J. 1968. Aspects of Rational Insurance Purchasing, Journal of Political Economy,

Vol. 76, No. 4, Part 1, pp. 552-568.

Outreville, J.F. 1996. Life Insurance Markets in Developing Countries. Journal of Risk and

Insurance. Vol. 63, № 2, pp. 263-278.

Reddy M., Naidu V. dan S. Vosikata. 2004. Determinants of Household Savings Behavior

in An Emerging Economy: Market Factors vs. Non Market Factors. Diunduh dari

(http://www.usp.ac.fj/fileadmin/files/Institutes/piasdg/dev_studies/papers/reddy_sav

ings.pdf).

Sen, Subir. 2007. Are Life Insurance Demand Determinants Valid for Selected Asian

Economies and India?. Institute for Social and Economic Change.

Soo, Hak Hong. 1996. Life Insurance and Economic Growth: Theoretical and Empirical

Investigation. Ph.D Dissertation. University of Nebraska, Department of Economics,

Lincoln.

Truett, Dale B. dan Lila J. Truett. 1990. The Demand for Life Insurance in Mexico and the

United States: A Comparative Study. The Journal of Risk and Insurance. Vol. 57,

pp. 321-328.

Page 26: Jurnal Asuransi Syariah-faktor Makro Ekonomi Dan Demografi

41 | P a g e

Verbeek, M. 2004. A Guide to Modern Econometrics. 2nd

edition. John Wiley and Sons,

Ltd. Erasmus University Rotterdam.

Ward, D. dan R. Zurbruegg. 2002. Law, Politics and Life Insurance Consumption in Asia.

Geneva Papers on Risk and Insurance. Vol. 27; pp 395-412.

Yaari, M.E. 1965. Uncertain Lifetime, Life Insurance, and The Theory of the Consumer.

Review of Economic Studies. Vol. 32, № 2, pp.137-150.

Zhang Cuizhen dan Zhu Nong. 2006. Determinants of The Development of Insurance in

China Under The Globalization. Journal of Risk and Insurance. Vol. 23. No. 7.