5
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014 19 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia KEBIJAKAN PEMBAKARAN LIMBAH MEDIS PADAT DENGAN INSENERATOR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN MEDICAL SOLID WASTE BURNING POLICY WITH INCENERATOR AT RSUD. DR H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rusdiana HM 1 , Hari Kusnanto 2 , Retna Siwi Padmawati 2 1 Puskesmas Sungai Lulut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan 2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT Background: Hospital activities produce waste that can be the medium of transmission of diseases and environmental pollution. The waste should be destroyed. RSUD Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin have solid medical waste destruction policy use incinerator. Many things qualify for solid medical waste management is good and does not cause adverse effects to workers, patients, the public and environment. Objective: To determine how the use of an incinerator, waste management procedures, the efforts made to minimize the risk arising from operational incinerator at RSUD Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin. Methods: This studi is a qualitative using case study design. Result : RSUD Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin established the policy implementation as refereds to the government regulations. Although the separation of medical and non-medical wastes has been done, but building an incinerator close ti several buliding. This can cause negative effects, especially for staff working close to insenerator building. Ash disposal using open dumping system. Separation of medical and non medical waste has been done. Transportation using special trolley. Transporting and burning activities are recorded and reported. Utilization of solid medical waste is carried out by former utilization infusion bottles. Officer of incenerator only one person, sometimes not fuel available, the capacity of incinerator and sometimes less damage. Disturbance of operasional incinerator fumes and odors, especially in the mental ward. Conclusion: Some things should be included in the planning of the hospital incinerator repositioning away from the room, routine monitoring and inspection of the quality of incenerator ash and gas, manufacturing waste incinerator ash landfills are safe and supervision is supported by the decisive and obvious regulations. Keywords: Policy, combustion, solid medical waste, incinerator, RSUD. Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin. ABSTRAK Latar Belakang: Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai limbah yang dapat menjadi media penularan penyakit dan sumber pencemaran lingkungan. Limbah tersebut harus dimusnahkan, salah satu caranya adalah dengan insenerator. RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menetapkan kebijakan pemusnahan limbah medis padat melalui pembakaran dengan insenerator. Banyak hal dipersyaratakan untuk pengelolaan limbah medis padat yang baik sehingga tidak menimbulkan JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA VOLUME 03 No. 01 Maret 2014 Halaman 19 - 23 Artikel Penelitian dampak buruk bagi petugas, pasien, masyarakat dan lingkungan. Tujuan: Mengetahui bagaimana pemanfaatan insenerator, prosedur pengelolaan limbah, dampak serta upaya yang dilakukan untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari operasional insenerator di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Metode: Merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Hasil: RSUD Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin menetapkan kebijakan pelaksanaan pengelolaan limbah yang mengacu kepa- da peraturan pemerintah. Walaupun pemisahan limbah medis dan non medis telah dilakukan, tetapi bangunan insenerator berdekatan dengan beberapa ruangan. Hal ini dapat menimbul- kan dampak buruk terutama bagi petugas yang bekerja dekat dengan bangunan insenerator apalagi pembuangan abu hasil pembakaran menggunakan sistem open dumping. Pengang- kutan menggunakan troli khusus, kegiatan pengangkutan dan pembakaran dicatat dan dilaporkan. Pemanfaatan limbah medis padat yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan bekas botol infus. Kendala dalam pengelolaan limbah adalah jumlah operator insenerator hanya satu orang, bahan bakar kadang tidak tersedia serta kondisi insenerator yang mempunyai kapa- sitas pembakaran kurang dan kadang mengalami kerusakan. Gangguan yang ditimbulkan dari operasional insenerator berupa asap dan bau terutama di ruang perawatan jiwa Kesimpulan : Beberapa hal sebaiknya dimasukkan dalam perencanaan rumah sakit yaitu penempatkan insenerator yang jauh dari ruangan, pemantauan dan pemeriksaan rutin kualitas abu dan gas buangan insenerator, pembuatan tempat pembuangan abu yang aman serta pengawasan yang di dukung dengan peraturan pengelolaan limbah medis padat yang tegas dan jelas. Kata Kunci : Kebijakan, pembakaran, limbah medis padat, insenerator, RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. PENGANTAR Rumah sakit dalam kegiatannya menghasilkan limbah baik limbah medis ataupun limbah non medis (domestik) dalam bentuk padat, cair dan gas yang dapat menjadi media pemaparan/penularan bagi pasien, petugas maupun pengunjung 1 . Pengelolaan limbah yang baik diperlukan untuk mengurangi dampak merugikan yang ditimbulkan oleh limbah ini.

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA · PDF fileupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajib ... pembakaran dan pemanfaatan limbah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA · PDF fileupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajib ... pembakaran dan pemanfaatan limbah

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014 19

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

KEBIJAKAN PEMBAKARAN LIMBAH MEDIS PADAT DENGAN INSENERATORDI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

MEDICAL SOLID WASTE BURNING POLICY WITH INCENERATOR AT RSUD. DR H. MOCH. ANSARISALEH BANJARMASIN

Rusdiana HM1, Hari Kusnanto2, Retna Siwi Padmawati2

1Puskesmas Sungai Lulut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan2Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACTBackground: Hospital activities produce waste that can bethe medium of transmission of diseases and environmentalpollution. The waste should be destroyed. RSUD Dr. H. Moch.Saleh Ansari Banjarmasin have solid medical waste destructionpolicy use incinerator. Many things qualify for solid medicalwaste management is good and does not cause adverseeffects to workers, patients, the public and environment.Objective: To determine how the use of an incinerator, wastemanagement procedures, the efforts made to minimize the riskarising from operational incinerator at RSUD Dr. H. Moch. SalehAnsari Banjarmasin.Methods: This studi is a qualitative using case study design.Result: RSUD Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasinestablished the policy implementation as refereds to thegovernment regulations. Although the separation of medicaland non-medical wastes has been done, but building anincinerator close ti several buliding. This can cause negativeeffects, especially for staff working close to inseneratorbuilding. Ash disposal using open dumping system. Separationof medical and non medical waste has been done.Transportation using special trolley. Transporting and burningactivities are recorded and reported. Utilization of solid medicalwaste is carried out by former utilization infusion bottles. Officerof incenerator only one person, sometimes not fuel available,the capacity of incinerator and sometimes less damage.Disturbance of operasional incinerator fumes and odors,especially in the mental ward.Conclusion: Some things should be included in the planningof the hospital incinerator repositioning away from the room,routine monitoring and inspection of the quality of inceneratorash and gas, manufacturing waste incinerator ash landfillsare safe and supervision is supported by the decisive andobvious regulations.

Keywords: Policy, combustion, solid medical waste,incinerator, RSUD. Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin.

ABSTRAKLatar Belakang: Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagailimbah yang dapat menjadi media penularan penyakit dan sumberpencemaran lingkungan. Limbah tersebut harus dimusnahkan,salah satu caranya adalah dengan insenerator. RSUD. Dr. H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menetapkan kebijakanpemusnahan limbah medis padat melalui pembakaran denganinsenerator. Banyak hal dipersyaratakan untuk pengelolaanlimbah medis padat yang baik sehingga tidak menimbulkan

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIAVOLUME 03 No. 01 Maret 2014 Halaman 19 - 23

Artikel Penelitian

dampak buruk bagi petugas, pasien, masyarakat danlingkungan.Tujuan: Mengetahui bagaimana pemanfaatan insenerator,prosedur pengelolaan limbah, dampak serta upaya yangdilakukan untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan darioperasional insenerator di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari SalehBanjarmasin.Metode: Merupakan penelitian kualitatif dengan rancanganstudi kasus.Hasil: RSUD Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin menetapkankebijakan pelaksanaan pengelolaan limbah yang mengacu kepa-da peraturan pemerintah. Walaupun pemisahan limbah medisdan non medis telah dilakukan, tetapi bangunan inseneratorberdekatan dengan beberapa ruangan. Hal ini dapat menimbul-kan dampak buruk terutama bagi petugas yang bekerja dekatdengan bangunan insenerator apalagi pembuangan abu hasilpembakaran menggunakan sistem open dumping. Pengang-kutan menggunakan troli khusus, kegiatan pengangkutan danpembakaran dicatat dan dilaporkan. Pemanfaatan limbah medispadat yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan bekasbotol infus. Kendala dalam pengelolaan limbah adalah jumlahoperator insenerator hanya satu orang, bahan bakar kadangtidak tersedia serta kondisi insenerator yang mempunyai kapa-sitas pembakaran kurang dan kadang mengalami kerusakan.Gangguan yang ditimbulkan dari operasional insenerator berupaasap dan bau terutama di ruang perawatan jiwaKesimpulan : Beberapa hal sebaiknya dimasukkan dalamperencanaan rumah sakit yaitu penempatkan insenerator yangjauh dari ruangan, pemantauan dan pemeriksaan rutin kualitasabu dan gas buangan insenerator, pembuatan tempatpembuangan abu yang aman serta pengawasan yang di dukungdengan peraturan pengelolaan limbah medis padat yang tegasdan jelas.

Kata Kunci : Kebijakan, pembakaran, limbah medis padat,insenerator, RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

PENGANTARRumah sakit dalam kegiatannya menghasilkan

limbah baik limbah medis ataupun limbah non medis(domestik) dalam bentuk padat, cair dan gas yangdapat menjadi media pemaparan/penularan bagipasien, petugas maupun pengunjung1. Pengelolaanlimbah yang baik diperlukan untuk mengurangidampak merugikan yang ditimbulkan oleh limbah ini.

Page 2: JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA · PDF fileupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajib ... pembakaran dan pemanfaatan limbah

20 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014

Rusdiana: Kebijakan Pembakaran Limbah Medis Padat

Pengelolaan limbah melalui beberapa tahapanyaitu minimasi limbah, pemilahan, pewadahan, peng-angkutan, pemusnahan, pemanfaatan kembali danpembuangan akhir limbah padat1. Dalam hal pemus-nahan limbah, insenerator merupakan salah satuupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahayadan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajibmemenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetap-kan2,3. Insenerator digunakan untuk menghancurkanlimbah rumah sakit, namun insenerator juga meng-hasilkan limbah padat yang berpotensi beracuntermasuk abu sisa pembakaran yang dikumpulkandari tungku serta limbah padat yang dikumpulkandari debu dan penyaring asap. Limbah yang dihasil-kan mengandung sejumlah logam berat, sepertitimah, kadmium dan merkuri, dan mungkin bersipatkurang stabil sehingga harus ditempatkan ditempatpembuangan sampah khusus karena bahan ini lebihberacun dari sampah domestik biasa4.

Rumah Sakit Umum Dearah (RSUD) Dr. H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin adalah RumahSakit Umum Daerah kelas B dengan jumlah rata-rata limbah medis yang dihasilkan setiap hari 50kg- 60kg. Pembakaran limbah medis padat adalahdengan memanfaatkan insenerator. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaat-an insenerator, dampak yang mungkin ditimbulkanserta upaya yang dilakukan rumah sakit untukmemperkecil resiko yang mungkin ditimbulkan olehpemanfaatan insenerator.

BAHAN DAN CARA PENELITIANJenis penelitian ini merupakan penelitian kuali-

tatif dan menggunakan rancangan studi kasus. CaraPengumpulan data adalah dengan wawancara men-dalam, observasi dan penelusuran dokumen. Jumlahresponden dalam penelitian ini sebanyak 26 orang.Analisis data yang dilakukan dengan mengorgani-sasikan dan mengurutkan data kedalam pola,kategori dan satuan uraian dasar sehingga tujuanyang ingin dicapai dalam penelitian dapat terlaksana.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPengelolaan limbah medis padat, RSUD. Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin melakukan tahap-an-tahapan berupa pemilahan sampah, pengangkut-an, pemusnahan dan pemanfaatan limbah medispadat.

Pemusnahan limbah medis padat di RSUD. Dr.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dilakukan de-ngan pembakaran menggunakan insenerator. Inse-nerator yang digunakan mempunyai ukuran 0,5 m x0,5 m x 1 m atau kapasitas pembakaran sekitar 30kg, tinggi cerobong asap 8 meter dengan diameter

cerobong 25 cm, insenerator mempunyai 2 blowerterdiri dari blower bawah dengan diameter 3 inci danblower atas dengan diameter 2 inci. Inseneratorditempatkan dalam bangunan berukuran 4 meter x6 meter dan tinggi 3,5 meter. Rata-rata volume limbahmedis padat yang dibakar setiap hari adalah 50 kg– 60 kg jika tidak terjadi penumpukan limbah medisyang bisa diakibatkan karena kerusakan insenerator,tidak tersedianya bahan bakar atau operator insene-rator tidak bertugas. Bangunan insenerator beradadi bagian belakang rumah sakit dan berdekatandengan ruang perawatan jiwa pria Yakut sekitar 10meter dan Ruang Perawatan Jiwa Wanita Giokdengan jarak sekitar 50 meter.

Dari segi pemilihan dan pengangkutan, RSUD.Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sudah cukupbagus, telah ada upaya pemilahan antara limbahmedis dan limbah non medis, pengangkutan meng-gunakan troli khusus dari bahan yang kuat dan mem-punyai tutup. Namun untuk pembakaran limbahmedis padat di insenerator, pengelolaan abu hasilpembakaran dan pemanfaatan limbah medis padatbelum memenuhi persyaratan.

Beberapa permasalahan yang dihadapi tersebutantara lain suhu pembakaran insenerator tidak dike-tahui dengan jelas, hasil pembakaran masih belumseluruhnya menjadi abu, lokasi pembuangan abuhasil pembakaran bersipat terbuka, tidak ada tandaperingatan dan pengamanan serta jarak yang dekatantara insenerator dengan ruang perawatan jiwa priaYakut dan ruang perawatan jiwa wanita Giok sertaruang instalasi sanitasi. Kemungkinan besar prosespembakaran limbah medis di insenerator tersebutmenimbulkan gangguan.

Limbah rumah sakit menimbulkan resiko bagipasien dan personil yang menangani limbah. Limbahtersebut dapat menular dan berbahaya serta menim-bulkan ancaman serius bagi kesehatan lingkungandan memerlukan pengelolaan dan manajemensebelum dilakukan pembuangan akhir. Pembuanganlimbah medis di daerah yang tidak terkontrol dapatmenimbulkan pengaruh langsung pada lingkungandengan mencemari tanah dan air tanah5.

Pembakaran Limbah Medis Padat diInsenerator

Insenerator dapat memancarkan sejumlah polut-an yang berpotensi membahayakan. Antara lain par-tikel halus, gas asam, oksida karbon, nitrogen, bele-rang, dioxin, furan, dan senyawa terklorinasi lainnya,logam, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH)4,6.

Insenerator ditemukan mengeluarkan tingkattinggi residu mematikan dan emisi beracun sepertipenyebab kanker, kelainan neonatal, gangguan repro-

Page 3: JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA · PDF fileupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajib ... pembakaran dan pemanfaatan limbah

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014 21

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

duksi dan kulit, gangguan endokrin, dan penekananpada sistem kekebalan tubuh5.

Pengaturan suhu pada insenerator di RSUD. Dr.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dilakukan secaraotomatis karena insenerator pernah mengalami keru-sakan dan suhunya tidak bisa dilihat berapa derajat-nya karena sudah diatur secara otomatis diasumsi-kan bahwa suhu yang ada 1000 oC, namun dari hasilobservasi yang dilakukan diketahui hasil pembakaranlimbah medis padat di insenerator masih belumsempurna, hasil pembakaran belum berupa abutetapi masih terlihat bentuk dari limbah medis sepertibotol-botol obat yang belum hancur seluruhnya.

Suhu yang diperlukan untuk melakukan pemba-karan limbah medis padat yang baik untuk peng-olahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbahpadat untuk limbah sitotoksis antara lain disebutkanbahwa insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200 0C3.

Kesalahan Pengelolaan limbah padat klinis ada-lah tidak ada peraturan yang tepat, kurangnya stafklinik khusus serta kesadaran dan pengawasan yangefektif. Selain itu, sebagian besar pusat-pusat kese-hatan dari negara berkembang menghadapi kesulitankeuangan sehingga mencari metode pembuanganlimbah klinis dengan biaya yang efektif7.

Pembakaran limbah medis padat di RSUD Dr.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menggunakanInsenerator dengan kapasitas 30 kg setiap pembakar-an. Dibandingkan dengan produksi limbah medissetiap hari dalam kondisi normal yaitu 50 kg-60 kgmaka sekali pembakaran belum mencukupi. Dengandemikian pembakaran limbah medis padat tidak bisasekaligus namun bertahap. Hal ini kemungkinan be-sar dapat mempengaruhi hasil pembakaran limbahmedis padat sendiri dan juga dapat menimbulkanpengaruh bagi operator insenerator. Operator seringmembuka tungku pembakaran di insenerator untukmemasukkan limbah medis pada saat prosespembakaran dan hal ini juga dapat mempengaruhikualitas buangan pada cerobong asap insenerator.

Pembakaran dilakukan satu kali sehari. Kecualijika ada penumpukan sampah medis maka pemba-karan dilakukan dua kali sehari pada pukul 9.00–11.00 WITA dan pukul 14.00-17.00 WITA. Penum-pukan ini terjadi karena bahan bakar untuk operasio-nal insenerator sendiri yang kadang tidak tersedia,kerusakan insenerator dan operator insenerator ha-nya satu orang sehingga apabila petugas tidakbekerja maka tidak dilakukan pembakaran limbahmedis padat. Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang “Tata laksana tempatpenampungan sementara” bagi rumah sakit yangmempunyai insenerator di lingkungannya, mereka

harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24jam.

Pengadaan bahan bakar insenerator di RSUD.Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dibawahtanggung jawab Instalasi Rumah Tangga dan Per-lengkapan dan dikerjakan oleh staf rumah tanggayang dipercayakan untuk melakukan pembelian ke-pada pihak luar. Dalam hal ini belum ada kerja sa-ma secara tertulis antara rumah sakit dengan pihakluar tersebut sehingga tidak ada kepastian keterse-diaan bahan bakar untuk insenerator. Untuk meng-atasi ini Untuk Rumah sakit dapat menjalin kerja-sama tertulis dengan pihak luar seperti SBPU untukmenjamin ketersediaan bahan bakar insenerator.

Kerusakan yang terjadi pada insenerator tidakselalu dapat langsung diperbaiki oleh tenaga darirumah sakit sendiri, ada beberapa kerusakan yangbelum mampu dikerjakan oleh petugas RSUD. Dr.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Rumah sakitdapat memberikan pelatihan kepada petugas Insta-lasi Perbaikan Sarana Rumah Sakit, dalam hal inipelatihan tentang perbaikan insenerator baik yangdilaksanakan oleh instansi pemerintah maupunswasta. Operator insenerator hanya satu orangsehingga apabila petugas dijadwalkan libur makapembakaran tidak dilakukan pada hari tersebut tetapidilakukan pada besok harinya. Untuk menghindarikekosongan operator insenerator maka rumah sakitdapat membuat uraian tugas yang baru yang mema-sukkan kegiatan pembakaran limbah medis padattermasuk di dalam uraian tugas petugas sampahyang lain, memberikan pelatihan dan arahan tentangoperasional insenerator serta mengatur jadwal dinassehingga tidak ada kekosongan dinas untuk kegiatanpembakaran limbah medis padat di insenerator.

Kendala-kendala tersebut diatas menimbulkanpenumpukan limbah medis padat yang pada akhirnyamenimbulkan gangguan estetika, bau dan bebanpembakaran limbah medis pada hari berikutnyamenjadi bertambah. Beban pembakaran yang besardari insenerator ini dapat menyebabkan kualitas hasilpembakaran menjadi kurang optimal dan kemung-kinan besar menimbulkan resiko kerja bagi operatorinsenerator menjadi bertambah.

Pengelolaan Limbah Hasil PembakaranLokasi pembuangan abu hasil pembakaran lim-

bah medis RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjar-masin sekarang berada sekitar 50 meter dari bangun-an insenerator dengan cara menggali tanah sedalamkira-kira satu meter dengan luas sekitar empat meterdengan sistem open dumping, apabila tumpukan abutelah sama ketinggiannya dengan permukaan tanah

Page 4: JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA · PDF fileupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajib ... pembakaran dan pemanfaatan limbah

22 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014

Rusdiana: Kebijakan Pembakaran Limbah Medis Padat

disekitar maka lokasi pembuangan abu tersebut ditutup dengan tanah lebih dari 0,5 meter, hal ini sesuaidengan peraturan yang ditetapkan pemerintah namunpada lokasi pembuangan abu belum ada tanda pe-ringatan dan pengamanan pada lokasi pembuangansehingga dapat menimbulkan bahaya bagi orang yangtidak mengetahui adanya pembuangan sisa limbahB3 dilokasi tersebut, disamping itu keadaan iniberpotensi menimbulkan pencemaran air tanah.Rumah sakit sebaiknya membuat tanda peringatanpada lokasi pembuangan abu hasil pembakaran dandibuat pagar yang aman sehingga tidak bisadimasuki oleh orang yang tidak berkepentingan.

Salah satu persyaratan pengolahan limbah B3menyebutkan bahwa lokasi pembuangan mempu-nyai pagar pengaman atau penghalang lain yangmemadai dan suatu sistem untuk mengawasi keluarmasuk orang dan kendaraan melalui pintu gerbangmaupun jalan masuk lain8.

Sampai saat ini belum ada pemeriksaaan yangdilakukan untuk kualitas abu hasil pembakaran. Abuhasil pembakaran limbah di insenerator harus dipe-riksa kualitasnya. Rumah Sakit Yogyakarta melaku-kan pemantauan kualitas udara emisi gas buang danabu insenerator, Rumah Sakit Yogyakarta bekerja-sama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Ling-kungan dan Penanggulangan Penyakit Menular(BBTKL-PPM) selama dua kali dalam setahun9. Halini dapat dijadikan contoh oleh RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin sehingga kualitas buang-an gas dan abu hasil pembakaran insenerator selaludapat di pantau.

Pemanfaatan Limbah Medis PadatSaat ini pemanfaatan kembali limbah medis pa-

dat di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasinadalah dengan pemanfaatan botol infus bekas yangdi rendam dalam larutan desinfektan kemudian dipotong-potong, dikeringkan dan dimasukkan dalamkarung untuk di jual. Hal ini sangat membahayakankarena limbah medis dapat menimbulkan penularanpenyakit baik bagi petugas sendiri ataupun lingku-ngan. Apalagi bekas botol infus ini diambil olehpetugas dari kantong plastik limbah medis padatdengan membuka kembali kantong-kantong plastiklimbah medis. Hal ini sangat membahayakan bagipetugas karena dapat terjadi penularan penyakitakibat membuka kembali kantong plastik sampahmedis dan kemungkinan besar kejadian tertusukbekas jarum suntik atau lainnya.

Pemanfaatan limbah B3 dengan cara daur ulangsebenarnya suatu langkah yang mempunyai banyakmanfaat diantaranya dapat mengurangi jumlah sam-

pah yang dibakar sehingga dapat menghemat waktu,biaya dan tenaga, menambah penghasilan serta da-pat meningkatkan pemanfaatan bahan baku namunjika dilakukan tanpa memenuhi persyaratan yangberlaku maka dapat menimbulkan bahaya terutamabagi petugas yang menanganinya. Keputusan Men-teri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004disebutkan bahwa limbah yang akan dimanfaatkankembali harus dipisahkan dengan limbah yang tidakdimanfaatkan kembali, limbah yang akan dimanfaat-kan kembali harus melalui proses sterilisasi danharus dilakukan uji efektifitas sterilisasi.

Rumah sakit harus membuat prosedur yangtepat dan dapat dilaksanakan dalam pengelolaanlimbah termasuk dalam hal daur ulang limbah denganmengacu kepada peraturan pemerintah yang adaagar menghindari akibat buruk bagi petugas ataulingkungan dan dapat memberi keuntungan bagirumah sakit sendiri.

Penelitian pada enam rumah sakit besar di JosMetropolis, Nigeria menunjukkan manajemen yangburuk dari pengelolaan limbah dapat mengekspospetugas kesehatan dan masyarakat dengan efekracun dari limbah10. Pembuangan limbah ini juga bisamenyebabkan masalah lingkungan jika tidak dilaku-kan dengan benar. Penelitian pada 19 klinik medisswasta di Taiping, Perak Malaysia disimpulkan bah-wa pengelolaan limbah medis di klinik medis swastatidak tepat. Ada kemungkinan bahwa limbah medisyang dihasilkan oleh klinik medis swasta tercampurdan ditangani bersama dengan limbah umum karenakurangnya pelatihan, penegakan hukum dantanggung jawab atau untuk menghemat biaya11.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin mempunyai kebi-jakan pengelolaan limbah medis padat. Kendala da-lam pembakaran limbah medis di insenerator adalahtenaga operator insenerator satu, pengadaan bahanbakar insenerator sering tertunda serta kerusakaninsenerator menimbulkan penumpukan limbah yangharus dibakar. Kapasitas insenerator yang ada kur-ang besar dibandingkan jumlah limbah medis yangharus dibakar sehingga sering terjadi penumpukan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menyediakandana khusus untuk pengelolaan limbah medis padatrumah sakit. Operasional insenerator menimbulkangangguan berupa asap dan bau, khususnya dirasa-kan oleh perawat di Ruang Perawatan Jiwa WanitaGiok dan Ruang Perawatan Jiwa Pria Yakut.

Page 5: JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA · PDF fileupaya pengelolaan limbah Bahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan cara thermal dengan wajib ... pembakaran dan pemanfaatan limbah

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014 23

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Belum dilakukan pemeriksaan kualitas gasbuangan dan abu hasil pembakaran. Lokasipembuangan abu hasil pembakaran belum memilikipengamanan.

SaranPengaturan jadwal dinas dan mencantumkan

dalam uraian tugas operasional insenerator bagisemua petugas kebersihan pengelola sampah untukoperasional insenerator.

Melakukan kerja sama dengan pihak luar sepertiSPBU untuk pengadaan bahan bakar insenerator.Menempatkan insenerator jauh dari ruang perawatandan ruangan lainnya. Melakukan pemeriksaan rutinkualitas gas buangan dan abu hasil pembakaran.

Penggunaan Autoclave untuk pengolahan akhirlimbah medis padat. Menanam tanaman pelindungpengurang polusi seperti jenis sansiviera, mahoniserta tanaman berdaun kecil dan lebat terutama dilokasi insenerator dan ruangan yang berdekatandengan lokasi insenerator. Memberi pagar yang amandan memberi tanda peringatan pada lokasipembuangan limbah abu hasil pembakaran limbahmedis padat di insenerator.

REFERENSI1. Adisasminto W, Sistem Manajemen Lingkungan

Rumah Sakit. RajaGrafindo, Jakarta, 2009.2. Depkes RI, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 18 tahun 1999 tentangPengelolaan Limbah Bahan Berbahaya danBeracun. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta, 1999.

3. Depkes RI, Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No : 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan KesehatanLingkungan Rumah Sakit. DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2004.

4. McKone T & Hammond S, Managing the HealthImpact of Waste Inceneration. Environ, Sci.Technol, 2000;34:380 A-387A.

5. Muduli K & Barve A, Chalengges to WasteManagement Practices in India Health CareSector. International Conference on EnvironmentScience and Engineering. IPCBEE, IACSITPress, Singapore, 2012;32.

6. Labib, Hussein, El-Shall, Zakaria A., MohamedMG, Evaluation of Medical Waste Incineratorsin Alexandria. J Egypt Public Health Assoc,Mesir, 2005;80(3-4):389-404.

7. Hossain, Santhanam, Norulaini N. & Omar(2011) Clinical Solid Waste ManagementPractice and its Impact on Human Health andEnv ironment, Waste Manag, Malaysia,2011;31(4):754-66.

8. Badan Pengendalian Dampak LingkunganRepublik Indonesia, Lampiran Kepala BadanPengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-03/Bapedal/09/1995 Tentang Persyaratan TeknisPengolahan Limbah Bahan Berbahaya danBeracun. Badan Pengendalian DampakLingkungan Republik Indonesia, Jakarta, 1995.

9. Maulana M, Manajemen Pengolahan LimbahPadat di Rumah Sakit Yogya. Tesis. ProgramPasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2011.

10. Ndidi N, Nelson O, Patricia O, Sunday JA,Waste Management in HealthcareEstablishments Within Jos Metropolis, Nigeria.Africa Journal of Environmental Science andTechnologi, 2009;312:459-465.

11. Tiong CS, Latif PA, Subramaniam, (2008)Medical Waste Management In Private MedicalClinics Taiping, Perak. International Conferenceon Ecological and Bio-Sciences (ICEEBS’2012)April 13-15, 2012, Pattaya, 2008.