Upload
muhammad-idris
View
30
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
IDRIS JURADI
Citation preview
PENENTUAN CLAY BANDS PADA LAPISAN BATUBARA BERDASARKAN HASIL
METODE GEOFISIKA WELL LOGGING KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI
KALIMANTAN UTARA
Muh. Idris Juradi
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia Makassar,
E-Mail: [email protected], Phone 082291225156
PT. Intibuana Indah Selaras merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan batubara dan salah satu anak perusahaan dari PT. Pipit Group. Lokasi kegiatan
penambangan terletak di daerah Linuang Kayam, Kec. Sembakung Kab. Nunukan Provinsi
Kalimantan Utara dengan memiliki luas areal 2.980 hektar. Maksud dari penelitian ini adalah untuk
memahami mekanisme kerja Well Logging dalam eksplorasi geofisika khususnya clay band pada
lapisan batubara sesuai dengan hasil well logging sedangkan tujuannya untuk mengetahui kedalaman
dan ketebalan clay bands pada lapisan batubara sesuai dengan data log secara vertikal. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kedalaman (posisi) clay bands pada sumur logging
PDH41, seam 1 dijumpai pada kedalaman 30,40 - 31,40 meter, dan Clay Bands pada seam 2 dijumpai
pada kedalaman 34,80 - 35,80 meter, sumur logging PDH34 dijumpai clay bands pada kedalaman
71,80 - 71,80 meter, sumur logging PDH37, clay bands dijumpai pada kedalaman 12,20 - 13,50
meter, sedangkan ketebalan Clay Bands pada seam 1 sumur logging PDH41 yaitu 1 meter, untuk
ketebalan Clay Bands pada seam 2 yaitu 1 meter, ketebalan Clay bands pada sumur logging PDH34
yaitu 0,60 meter dan ketebalan Clay Bands pada sumur logging PDH37 yaitu 1,3 meter. Dari 9 sumur
logging, 3 sumur diantaranya terdeteksi adanya Clay bands sedangkan 6 sumur logging tidak
terdeteksi adanya Clay bands.
Kata kunci : Batubara, clay band, well logging, seam Batubara, kualitas Batubara
PENDAHULUAN
Peranan batubara sebagai sumber
energi subtitusi dari minyak dan gas
bumi semakin besar terutama untuk
meningkatkan laju pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
produksi dan konsumsi batubara
Indonesia akan terus ditingkatkan
terutama sebagai bahan bakar langsung
pada pembangkit - pembangkit listrik,
industri besar dan menengah, hingga
industri rumah tangga. Namun usaha-
usaha untuk memanfaatkan batubara
secara maksimal perlu ditunjang oleh
teknologi yang tinggi dan data yang
memadai tentang kualitas batubara
Indonesia, karena endapan batubara di
Indonesia mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda.
Dalam explorasi batubara, sasaran
yang ingin dicapai adalah nilai ekonomi
dari suatu cadangan, untuk mengetahui
cadangan ini diperlukan data ketebalan
lapisan batubara. Well Logging adalah
salah satu metode geofisika yang relatif
akurat dalam penentuan kedalaman
dan ketebalan suatu lapisan
dibandingkan dengan metode lainnya.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka
penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul tersebut untuk lebih
mengetahui secara rinci batas
penyebaran clay pada seam batubara
menggunakan interpretasi geofisika
well logging.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan yang mengkombinasikan
antara penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini mengambil
dua jenis data yaitu data primer dan
data sekuner. Data primer meliputi:
data hasil logging batubara, data
coring, data log bor dan data koordinat
titik bor, sedangkan data sekunder
meliputi : peta topografi, peta geologi,
peta lokasi daerah penelitian, peta
penyebaran titik bor.
Kajian dalam penelitian ini memberi
gambaran mengenai sebaran endapan
batubara, dalam penelitian lebih
menekankan pada penentuan Clay
bands pada lapisan batubara
berdasarkan hasil metode geofisika well
logging. Salah satu hal yang
mempengaruhi kualitas batubara
adalah adanya sisipan lempung pada
lapisan batubara, Well Logging adalah
salah satu metode geofisika yang relatif
akurat dalam penentuan kedalaman
dan ketebalan suatu lapisan litologi
dibandingkan dengan metode lainnya.
Atas dasar hal tersebut penulis
melakukan penelitian pada PT.
Intibuana Indah Selaras yang berada di
Propinsi Kalimantan Utara untuk lebih
mengetahui secara rinci keberadaan
clay bands pada lapisan batubara
menggunakan interpretasi geofisika
well logging.
Kegiatan Pengeboran
Pengeboran dilakukan dengan
menggunakan metode Open Hole dan
Touch Coring, jumlah titik bor yang
dilakukan di daerah explorasi pada blok
A sebanyak 27 titik 9 diantaranya
dilakukan pengukuran dengan
menggunakan Well Logging dengan
rata-rata kedalaman 100 meter, dengan
spasing atau jarak antar titik bor 300 -
400 meter, alat bor yang digunakan
yaitu Jakrow 200.
Pengukuran Geofisika Well Logging
Metode well logging ini digunakan
untuk mendeteksi litologi, ketebalan
batubara serta menentukan adanya
sisipan lempung (clay bands) pada
lapisan batubara. Hasil penyelidikan
well logging memberi gambaran yang
sangat jelas urutan litologi batuan pada
setiap lubang bor. Kontras yang paling
jelas untuk mendeteksi lapisan
batubara terlihat dari hasil pengukuran
logging Gamma ray, maka metoda ini
harus diprioritaskan terlebih dahulu
dalam pengukuran di lapangan.
Parameter yang diukur pada
pengukuran ini yaitu diantaranya
Gamma ray, Caliper, Log Density serta
short density.
HASIL
Hasil pengukuran PDH34
Berdasarkan hasil pengukuran well
logging pada PDH34 ditemukan lapisan
batubara pada kedalaman 69,20 meter
sampai kedalaman 71,20 meter, 71,80
meter sampai kedalaman 73 meter dan
120,20 meter sampai kedalaman 123,25
meter dengan ketebalan masing-masing
2 meter, 1,2 meter dan 3,05 meter. Pada
sumur logging tersebut ditemukan
lapisan clay bands pada kedalaman
71,20 meter sampai kedalaman 71,80
meter dengan ketebalan 0,60 meter.
Hasil pengukuran PDH35
Pada pengukuran well logging PDH35,
ditemukan lapisan batubara pada
kedalaman 39,20 meter sampai
kedalaman 39,80 meter, 83 meter
sampai kedalaman 84,40 meter, dengan
ketebalan masing-masing 0,60 meter
dan 1,40 meter. Pada sumur logging
tersebut tidak dijumpai lapisan clay
bands.
Hasil pengukuran PDH37
Hasil pengukuran well logging pada
PDH37 ditemukan lapisan batubara
pada kedalaman 10,5 meter sampai
kedalaman 12,30 meter, 13,50 meter
sampai kedalaman 13,65 meter dengan
ketebalan masing-masing 2,05 meter
dan 0,15 meter. Pada sumur logging
tersebut dijumpai lapisan clay bands
pada kedalaman 12,30 meter sampai
pada kedalaman 13,50 meter dengan
ketebalan 1,3 meter.
Hasil pengukuran PDH38
Berdasarkan hasil pengukuran well
logging pada PDH38, tidak ditemukan
lapisan batubara ataupun lapisan clay
pada sumur logging tersebut.
Hasil pengukuran PDH39
Hasil pengukuran well logging pada
PDH39 ditemukan lapisan batubara
pada kedalaman 109 meter sampai
kedalaman 110,70 meter dengan
ketebalan 1,70 meter. Pada sumur
logging tersebut tidak ditemukan
lapisan clay bands.
Hasil pengukuran PDH41
Pada pengukuran well logging PDH41
ditemukan lapisan batubara pada
kedalaman 29,50 meter sampai
kedalaman 30,40 meter, 31,40 meter
sampai kedalaman 34,80 meter dan
35,80 meter sampai kedalaman 36
meter dengan ketebalan masing-masing
0,9 meter, 3,4 meter dan 0,20 meter.
Pada sumur logging tersebut dijumpai
clay bands pada kedalaman 30,40 meter
sampai kedalaman 31,40 meter dan
34,80 meter sampai kedalaman 35,80
meter dengan ketebalan 1 meter.
Hasil pengukuran PDH44
Berdasarkan hasil pengukuran well
logging pada PDH44, tidak ditemukan
lapisan batubara ataupun lapisan clay
pada sumur logging tersebut tersebut.
Hasil pengukuran PDH45
Hasil pengukuran well logging pada
PDH45 ditemukan lapisan batubara
pada kedalaman 61,50 meter sampai
kedalaman 61,90 meter, 67.40 meter
sampai kedalaman 67,60 meter dengan
masing-masing ketebalan 0,40 meter
dan 0,20 meter. Pada Sumur logging
tersebut tidak ditemukan lapisan Clay
Bands.
Hasil pengukuran PDH46
Pada pengukuran well logging PDH46,
tidak ditemukan lapisan batubara
ataupun clay bands pada sumur logging
tersebut.
PEMBAHASAN
Dari hasil identifikasi menggunakan
metode well logging, sisipan Lempung
(Clay bands) ditemukan pada 3 (tiga)
titik sumur logging diantaranya sumur
logging PDH41, PDH34 dan PDH37.
Dimana pada sumur logging PDH41
berdasarkan hasil metode well logging
diidentifikasi adanya 2 sisipan
lempung, sedangkan pada sumur
logging PDH34 dan PDH37 masing –
masing ditemukan 1 sisipan lempung.
Berdasarkan hasil korelasi pada cross
section A – A’ dimana sisipan lempung
pada sumur logging PDH41 menebal ke
arah selatan tepatnya sisipan lempung
tersebut menebal pada sumur bor
PDH37 berdasarkan arah line section
(Lihat Gambar 1).
Hasil korelasi pada cross section B – B’
sisipan lempung (clay bands) menebal
kearah timur atau tepatnya menebal
pada sumur bor PDH41 (berdasarkan
arah line section), (Lihat Gambar 2).
Sedangkan hasil korelasi pada cross
section C – C’ berdasarkan hasil
pengamatan, sisipan lempung menebal
ke arah timur atau tepatnya clay bands
tersebut menebal pada sumur bor
PDH37 (Lihat Gambar 2). Berdasarkan
kebijakan perusahaan bahwa tebal clay
bands di atas 30 cm itu dianggap
mampu mengurangi kualitas batubara
apabila sisipan lempung dan batubara
dilakukan pencampuran, dan sebaiknya
hal tersebut dihindari dengan
melakukan pengerukan pada lapisan
clay yang berkontak langsung dengan
lapisan batubara. Sedangkan apabila
tebal clay bands di bawah 30 cm maka
hal tersebut tidak signifikan akan
mempengaruhi kualitas batubara,
sehingga kebijakan perusahaan hal
tersebut dilakukan proses pencampuran
antara material lempung dan batubara
apabila dilakukan kegiatan
penambangan. Dari hasil kegiatan
penelitian berdasarkan metode well
logging rata-rata ketebalan clay bands
yang ditemukan tiap sumur logging
yaitu mencapai ketebalan 1 meter,
sehingga rekomendasi selanjutnya
sebelum melakukan kegiatan
penambangan sebaiknya material
lempung dan batubara agar kiranya
dipisahkan, hal tersebut untuk
menghindari turunnya kualitas
batubara akibat dari pengaruh
kandungan air pada material lempung
yang cukup tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis pengukuran
well logging dapat diambil beberapa
kesimpulan, kedalaman (posisi) dan
ketebalan Clay Bands tiap-tiap sumur
logging. Clay bands dijumpai pada
sumur logging PDH41 seam A pada
kedalaman 30,40 sampai pada
kedalaman 31,40 meter dan Clay Bands
seam B dijumpai pada kedalaman 34,80
sampai pada kedalaman 35,80 meter
dengan ketebalan yang sama yaitu 1
meter, Clay bands pada sumur logging
PDH34 dijumpai pada kedalaman 71,20
meter sampai pada kedalaman 71,80
meter dengan ketebalan 0,60 meter dan
Clay bands pada sumur logging PDH37
dijumpai pada kedalaman 12,20
sampai pada kedalaman 13,50 meter
dengan ketebalan 1,3 meter.
Setelah menguraikan beberapa
kesimpulan, maka penulis mengajukan
saran-saran dan masukan. Sebelum
melakukan pengupasan lapisan
batubara (coal getting) pada blok A,
sebaiknya dilakukan pengupasan pada
lapisan clay bands yang berkontak
langsung dengan lapisan batubara.,
merapatkan jarak (spasi) pengeboran,
dimana jarak 100 meter merupakan
jarak yang paling ideal dan dianggap
paling detail untuk melakukan
pengeboran dan korelasi penampang
endapan batubara, Jumlah titik
pengeboran pada blok A sebaiknya
dilakukan penambahan, hal tersebut
didasari karena penyebaran lapisan
batubara yang tidak merata pada
daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, K, 1999, Genesa Batubara, ITB, Bandung.
Anggayana, K, 1999, Pemboran Eksplorasi dan Penampang Lubang Bor, ITB, Bandung.
Annels, Alwyn E, 1991, Mineral Deposit Evaluation, Departemen Of Geology, University
Of Wales, Cardiff, London.
Harsono, A, 1994, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger Data Service, Jakarta.
Kuncoro, B, 1996, Unpublish, Perencanaan Eksplorasi Batubara, ITB, Bandung.
Kuncoro, B, 1996, Unpublish, Model Pengendapan Batubara Untuk Menunjang Eksplorasi dan Perencanaan Penambangan, ITB, Bandung.
Nas, C, 1991, Petrologi Batubara, Direktorat Pertambangan dan Energi Dirjen
Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Tenaga dan Pertambangan,
Bandung.
Oesman, Z, 1994, Pengantar Identifikasi Maseral Batubara, Kursus Geologi dan
Batubara Pusat Pengembangan Tanaga Pertambangan, Bandung
Sukandarumidi, 1995, Batubara dan Gambut, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Lampiran
Gambar 1. Cross Section A-A’
Gambar 2. Cross Section B-B’ dan C-C’