jurnal pola tanam tanaman

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    1/109

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    2/109

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    3/109

    3

    dari ketahanan nasional, dimana ketahanan nasional berkaitan erat dengan kualitas

    sumber daya manusia.

    Isu ketahanan pangan menjadi topik penting karena pangan merupakan

    kebutuhan paling hakiki yang menentukan kualitas sumber daya manusia dan

    stabilitas sosial politik sebagai prasyarat untuk melaksanakan pembangunan.

    (Ilham, dkk, 2006). Ketahanan pangan ini menjadi semakin penting karena pangan

     bukan hanya merupakan kebutuhan dasar (basic need ) tetapi juga merupakan hak

    dasar (basic right ) bagi setiap umat manusia yang wajib dipenuhi. Oleh karena

     pangan merupakan hak dasar itulah, maka negara berkewajiban untuk memastikan

     bahwa setiap individu warga negara telah mendapatkan haknya atas pangan

    (Hariyadi, dkk, 2009 : 1).

    Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk dapat memenuhi

    kebutuhan pangan masyarakat di dalam negeri dari produksi pangan nasional.

    Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama

     bagi negara yang mempunyai jumlah penduduk sangat banyak seperti Indonesia.

    Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta jiwa pada tahun 2020

    dan diproyeksikan 270 juta jiwa pada tahun 2025 (Hanafie, 2010 : 272).

    Sebagian besar petani padi merupakan masyarakat miskin atau

     berpendapatan rendah, rata-rata pendapatan rumah tangga petani masih rendah,

    yakni hanya sekitar 30% dari total pendapatan keluarga (Mardianto, 2001). Selain

     berhadapan dengan rendahnya pendapatan yang diterima petani, sektor pertanian

     juga dihadapkan pada penurunan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Hal

    ini berkaitan erat dengan sulitnya produktivitas padi di lahan-lahan sawah irigasi

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    4/109

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    5/109

    5

     bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik

     jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

    Secara makro pembangunan pertanian dituangkan pada visi pembangunan

     pertanian 2025 yang pertama kali dicanangkan pada era pemerintahan Presiden

    Susilo Bambang Yudhoyono dengan Kabinet Indonesia Bersatu jilid I. Pada

    seminar dan lokakarya nasional 12 Maret 2005 tentang “Arah kebijakan

     pembangunan pertanian nasional pada kabinet Indonesia bersatu”, Menteri

    Pertanian kala itu dijabat oleh Anton Apriyantono, menyampaikan pidato yang

    menyatakan bahwa, pembangunan pertanian masih dihadapkan kepada sejumlah

    kendala dan masalah yang harus dipecahkan, antara lain : (1) Keterbatasan dan

     penurunan kapasitas sumberdaya pertanian, (2) Sistem alih teknologi yang masih

    lemah dan kurang tepat sasaran, (3) Keterbatasan akses terhadap layanan usaha,

    terutama permodalan, (4) Rantai tata niaga yang panjang dan sistem pemasaran

    yang belum adil, (5) Kualitas, mentalis, keterampilan sumberdaya petani rendah,

    (6) Kelembagaan dan posisi tawar petani rendah, (7) Lemahnya koordinasi antar

    lembaga terkait dan birokrasi, dan (8) Kebijakan makro ekonomi yang belum

     berpihak kepada petani.

    Sehingga memperhatikan permasalahan tersebut, maka visi pembangunan

     pertanian sampai tahun 2025 adalah: “Terwuj udnya sistem pertanian industr ial

    berkelanju tan yang berdayasaing dan mampu menjamin ketahanan pangan

    dan kesejahteraan petani ”. Secara lebih spesifik sasaran jangka  panjang yang

     perlu ditempuh adalah: (1) Terwujudnya sistem pertanian industrial yang

     berdayasaing; (2) Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri; (3) Terciptanya

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    6/109

    6

    kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian; dan (4) Hapusnya masyarakat

     petani miskin dan meningkatnya pendapatan petani.

    Sedangkan target utama Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 yaitu:

    (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) Peningkatan

    diversifikasi pangan, (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4)

    Peningkatan kesejahteraan petani (Restra Kementerian Pertanian 2010-2014).

    Implementasi dari pelaksanaan visi tersebut dituangkan dalam Program

    Ketahanan Pangan Nasional 2005-2009 yaitu : “Program Peningkatan

    Ketahanan Pangan, Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dan

    Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik ”. Selanjutnya program tahap

    ke-2 yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2010-2014

    sesuai dengan visi dan misi, tugas pokok dan fungsinya serta memperhatikan

     permasalahan dan potensi ketahanan pangan; adalah “Program Peningkatan

    Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat” (www.bkp.deptan.go.id).

    Sedangkan secara mikro atau teknis, pembangunan pertanian dituangkan

    dalam bentuk kebijakan yang dilahirkan oleh Badan Penelitian Teknologi

    Pertanian (BPTP). Untuk meningkatkan produksi padi nasional, Badan Litbang

    Pertanian telah mengembangkan model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

     padi sawah pada tahun 1999 hingga 2002 di 26 propinsi melalui Program

    Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) (www.agrina-online.com). Hal ini

    didasari oleh pendekatan agribisnis yang terkait erat dengan pembangunan

    wilayah pedesaan dengan menggunakan sumber daya lokal dan budaya lokal.

    http://www.agrina-online.com/http://www.agrina-online.com/

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    7/109

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    8/109

    8

     pengembangan teknologi spesifik lokasi. Upaya-upaya tersebut terangkum dalam

    komponen program P3T.

    Khusus mengenai kebijakan subsidi pupuk petani merupakan salah satu

    kebijakan utama pembangunan pertanian yang telah lama dilaksanakan

     pemerintah dengan cakupan dan besaran yang berubah dari waktu ke waktu. Di

    Indonesia, subsidi pertanian berupa subsidi harga input usahatani, yaitu subsidi

     pupuk, benih dan bunga kredit.

    Usaha peningkatan produksi padi ini diikuti oleh penyediaan penunjang

     produksi, salah satunya adalah ketersediaan pupuk. Penggunaan pupuk berimbang

    dalam usahatani padi sangat perlu dilakukan, namun disatu sisi harga pupuk

    sangat mahal. Oleh karenanya, pemerintah melakukan kebijakan dengan

    memberikan subsidi pupuk kepada petani padi sawah. Dengan program P3T

    menunjukkan angka yang cukup signifikan bagi perkembangan produksi padi di

    Bali. Secara rinci perkembangan luas tanam, panen, produktivitas dan produksi

    Padi di Provinsi Bali tahun 2005 s/d 2009 yakni :

    Tabel 1.1

    Perkembangan Luas Tanam,Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di ProvinsiBali tahun 2005 s/d 2009

    PADITahun

    2005 2006 2007 2008 2009

    Tanam (Ha)Panen (Ha)Produktivitas (Ku/Ha)Produksi (Ton)

    152,887142,35655.28786,961

    145,795150,55755.85840,891

    154,724145,03057.90839,775

    158,726143,99958.37840,465

    151,764150,28358.47878,764

    Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 2010

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    9/109

    9

    Alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun 2010

    (dalam ton), adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.2Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian tahun 2010

    Sub Sektor UREA SP-36/Superphos ZA NPK ORGANIK

    Tanaman Pangan 3,640,000 576,708 404,253 1,237,100 591,500Hortikultura 516,146 48,967 164,860 179,456 83,874Perkebunan 1,235,574 301,156 378,633 547,445 200,781Peternakan 16,538 1,349 2,255 - 2,687

    Perikanan Budidaya 191,742 71,820 - - 31,158Cadangan Budidaya 400,000 - - 200,000 -

    JUMLAH 6,000,000 1,000,000 950,000 2,200,000 910,000

    Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian 2010

    Alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2010 menurut jenis dan jumlah

     pupuk per bulan-nya untuk Provinsi Bali adalah :

    Tabel 1.3Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi tahun 2010 menurut Jenis dan Jumlah

    Pupuk per Bulan Provinsi Bali

     No Jenis Pupuk Jumlah (Ton)

    1 Urea 57,0002 SP-36/Superphos 5,5003 ZA 11,6494 NPK 33,3335 Organik 60,667

    Selanjutnya menurut data dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian

    Pertanian 2010, bahwa tahun 2010, Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk

     bersubsidi di kios pengecer resmi, ditingkat kecamatan/desa ditetapkan sebagai

     berikut :

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    10/109

    10

    Tabel 1.4Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi di Tingkat Kecamatan/Desa

    Jenis Pupuk Harga(Rp/kg) (Rp/Zak)

    UREA 1,200 60,000 @50 kgZA 1,050 52,500 @50 kgSP-36 1,550 77,500 @50 kgSuperphos 1,250 62,500 @50 kg

     NPK Phonska 1,750 87,500 @50 kg NPK Pelangi 1,830 91,500 @50 kg NPK Kujang 1,586 79,300 @50 kg

    Organik 500

    25,000 @50 kg

    atau 10,000 @20 kgSumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian 2010

    Catatan : 

    1.  HET pupuk bersubsidi tersebut dalam kemasan 50 kg atau 20 kg, yangdibeli petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau gudang di kios

     pengecer resmi secara tunai.2.

     

    Jenis pupuk NPK bersubsidi dimaksud terdiri dari : a) pupuk NPKPhonska (15 :15 :15) yang diproduksi oleh PT Petrokimia Gresik ; b)

     pupuk NPK Pelangi (20 :10 :10) yang diproduksi oleh PT Pupuk Kaltim ;

    c) pupuk NPK Kujang (30 :6 :8) yang diproduksi oleh PT Pupuk Kujang.3.  Untuk alokasi kebutuhan pupuk SP-36 dapat dipenuhi dengan pupuk

    Superphos sampai dengan bulan Maret 2010 yang telah ditetapkan dalamPermentan No. 22/Permentan/SR. 130/2/2010 tentang PerubahanPermentan No. 50/Permentan/SR. 130/11/2009.

    Berdasarkan data tersebut menggambarkan bahwa pemerintah melakukan

     pemberian subsidi input dan dukungan harga bagi petani, yaitu subsidi yang

    menitikberatkan pada sarana produksi, seperti pupuk, benih, maupun alat dan

    mesin pertanian (input).

    Kabupaten Tabanan, yang terletak di Provinsi Bali merupakan kabupaten

    yang memiliki luas tanaman padi paling luas di Bali, dimana luas sawah di

    Kabupaten Tabanan 22.465 hektare dari total 81.482 hektare sawah di Bali, jika

    ditinjau dari produksi padi di daerah Tabanan tahun 2009 Kabupaten Tabanan

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    11/109

    11

    dapat menghasilkan gabah 242 ribu ton per tahun, dimana tiap hektare sawah

    menghasilkan 5,98 ton gabah kering.(Bali Dalam Angka, 2010). Sampai saat ini

    Tabanan menjadi penyumbang produksi padi tertinggi di Bali. Hal ini sesuai

    dengan julukan kabupaten Tabanan sebagai lumbung beras di Bali. Kabupaten

    Tabanan terdiri atas 10 kecamatan, dan salah satu kecamatan dengan luas tanam

    dan luas panen terbesar adalah kecamatan Penebel yaitu berturut-turut 8.788 ha

    dan 8.569, dengan produksi padi sawah sebesar 4.297.353,5 ton (Dinas Pertanian

    Tanaman Pangan Kabupaten Tabanan, 2008).

    Seperti halnya penggunaan benih berkualitas, orientasi petani pangan

    adalah minimalisasi biaya produksi, belum ke arah maksilisasi keuntungan.

    Disamping itu, teknologi pemupukan petani masih relatif rendah akibat

    terbatasnya kemampuan permodalan petani atau tidak tersedianya pupuk pada saat

    dibutuhkan petani. Oleh karena itu, pemberian subsidi pupuk yang diberikan

     pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani menjadi

    hal yang prioritas bagi ketahanan pangan Indonesia.

    Hasil penelitian Kasiyati (2004) mengindikasikan bahwa kebijakan subsidi

     pupuk dapat meningkatkan pendapatan petani di Jawa Tengah. Ini berarti bahwa

    kebijakan subsidi pupuk diduga dapat berdampak signifikan terhadap peningkatan

     pendapatan petani didaerah lainnya juga, khususnya Tabanan.

    Berdasarkan posisi yang strategis tersebut, usahatani padi seyogyanya

    diusahakan dengan baik serta memiliki unggulan kompetitif dan dapat

    meningkatkan keuntungan. Keadaan yang demikian akan menguntungkan bagi

    ketahanan pangan, ekonomi nasional, bahkan stabilitas nasional. Dengan

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    12/109

    12

    demikian kebijakan subsidi pupuk dimaksudkan untuk membantu petani agar

    dapat memperoleh pupuk dengan harga terjangkau sehingga proses usahatani

    dapat berjalan secara berkesinambungan, memiliki keunggulan kompetitif serta

    dapat meningkatkan keuntungan usahatani padi.

    Sehingga perlu kajian terhadap pengaruh subsidi pupuk tersebut, karena

    dampak yang ditimbulkan oleh adanya kebijakan subsidi pupuk tersebut akan

     berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif dan tingkat keuntungan usahatani

     padi.

    1.2  Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukan bahwa akibat

    dari adanya subsidi pupuk pada usahatani padi di Bali akan menimbulkan

     berbagai dampak. Oleh karenanya permasalahan yang dihadapi sebagai berikut.

    1. 

    Apakah usahatani padi sawah masih merupakan usahatani yang memiliki

    keunggulan kompetitif pada dua musim tanam yang berbeda di Kabupaten

    Tabanan.

    2.  Berapakah tingkat keuntungan usahatani padi sawah sebagai dampak dari

    subsidi pupuk pada dua musim tanam yang berbeda di Kabupaten Tabanan.

    1.3  Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari

     penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    13/109

    13

    1. Menganalisis keunggulan kompetitif usahatani padi sawah sebagai dampak

    dari subsidi pupuk pada dua musim tanam yang berbeda di Kabupaten

    Tabanan.

    2. Menganalisis tingkat keuntungan usahatani padi sawah sebagai dampak dari

    akibat adanya subsisi pupuk pada dua musim tanam yang berbeda di

    Kabupaten Tabanan.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang ingin didapatkan

    dari penelitian ini sebagai berikut :

    1.  Bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan yang terkait dengan dampak

    kebijakan subsidi pupuk.

    2.  Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai suatu acuan atau

    referensi maupun informasi bagi penelitian lebih lanjut untuk pengembangan

    sistem subsidi pupuk.

    3. 

    Bagi petani diharapkan mendapatkan ilmu pengetahuan agar bisa

    meningkatkan keuntungan atau pendapatan.

    4.  Bagi pemerintah hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk

    mengambil kebijakan baru dalam sistem usahatani padi sawah di Kabupaten

    Tabanan dalam rangka peningkatan pendapatan dan daya saing.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    14/109

    14

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Terkait dengan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis

     bermaksud mengkaji dampak dari kebijakan subsidi pupuk terhadap keunggulan

    kompetitif dan tingkat keuntungan usahatani padi sawah melalui pendekatan

     Policy Analysis Matrix  (PAM), yang dalam hal ini penulis batasi hanya kepada

     petani padi yang menggunakan subsidi pupuk. Penelitian ini akan dilaksanakan di

    subak terluas dari masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan

    Bali.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    15/109

    15

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kerangka Analisis Kebijakan

    Kerangka analisis ( framework ) adalah pendekatan atau metode yang

    disusun dengan baik dan konsisten dalam rangka menghasilkan pemikiran-

     pemikiran yang jelas. Pemahaman tentang kerangka analisis kebijakan sangat

    diperlukan oleh para pembuat kebijakan sebagai konskwensi logis dari kebijakan

    yang ada. Sebuah  framework dirancang sedemikian rupa agar mampu menelaah

     berbagai hubungan yang terjadi dalam sebuah sistem perekonomian, misalnya

    mengapa aktivitas yang dilakukan oleh satu kelompok masyarakat mempengaruhi

    kelompok lainnya. Masalah pertanian berhubungan dengan masalah produksi dan

    konsumsi dari berbagai komoditas, sebagai hasil dari sebuah usaha tani atau

    usaha peternakan.Sebuah kebijakan adalah sebuah intervensi pemerintah,

    dimaksudkan untuk merubah prilaku produsen dan konsumen. Analisis

    merupakan evaluasi dari berbagai keputusan pemerintah yang merubah

     perekonomian. Oleh karena itu, sebuah framework analisis kebijakan pertanian

    dapat diartikan sebagai sebuah sistem untuk menganalisis kebijakan publik yang

    mempengaruhi produsen, pedagang, dan konsumen dari berbagai produk

     pertanian (Pearson, dkk., 2005)

    Komponen utama dari framework kebijakan pertanian yang dibahas ada

    empat yaitu tujuan (objectives), kendala (constraints), kebijakan ( policies), dan

    strategi ( strategies). Objektives merupakan tujuan yang diharapkan akan dicapai

    oleh sebuah kebijakan ekonomi yang dibuat oleh para pembuat kebijakan.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    16/109

    16

    Contraints adalahsuatu keadaan (ekonomi) yang membuat apa yang bisa dicapai

    menjadi terbatas. Kebijakan terdiri atas berbagai instrument yang bisa digunakan

     pemerintah untuk merubah outcome  perekonomian. Sebuah kebijakan yang

    efektif akan merubah prilaku produsen, pedagang, dan konsumen, serta

    menciptakan outcome  baru dari sebuah perekonomian. Strategies  adalah

    seperangkat instrument kebijakan yang digunakan oleh pemerintah untuk

    mencapai objectives yang telah ditetapkan.Setiap strategi dilaksanakan melalui

     penerapan berbagai kebijakan yang terkoordinasi dengan baik.

    Kerangka kebijakan digambarkan seperti sebuah alur lingkar (mengikuti

    arah jarum jam) dari sejumlah hubungan kausal dari keempat komponen tersebut

    di atas. Strategi para pengambil kebijakan terdiri atas seperangkat kebijakan yang

    dimaksudkan untuk meningkatkan outcome ekonomi, sebagaimana yang telah

    ditetapkan oleh para pengambil keputusan atau pengambil kebijakan (Gambar 1).

    Gambar 2.1. Grafik alur kerangka kerja ( framework ) kebijakan (Pearson et al , 2003)

    Strategi Kebijakan

    Evaluasi

    TujuanMendukung atau

    menghambat

    Kendala

    Dilaksanakan

    melalui

    Terdiri atas

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    17/109

    17

    Penilaian dampak kebijakan terhadap pencapaian tujuan memungkinkan

    untuk melakukan penyesuaian strategi yang telah ditetapkan bila

    diperlukan.Dalam hal ini pemerintah membuat strategi pembangunan pertanian

    dengan menentukan seperangkat kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai kendala ekonomi pada sektor

     pertanian.

    2.1.1 Tujuan Dasar Analisis Kebijakan

    Kebijakan pemerintah mempunyai tujuan utama yaitu efisiensi (eficiency),

     pemerataan (equity), dan ketahanan (scurity). Efisiensi tercapai apabila alokasi

    sumber daya ekonomi yang langka mampu menghasilkan pendapatan maksimum,

    serta alokasi barang dan jasa yang menghasilkan tingkat kepuasan konsumen

    yang paling tinggi. Pemerataan diartikan sebagai distribusi pendapatan diantara

    kelompok masyarakat atau wilayah yang menjadi target pembuat kebijakan.

    Umumnya, pemerataan yang lebih baik akan dicapai melalui distribusi

     pendapatan yang lebih baik atau lebih merata. Namun karena kebijakan

    merupakan aktivitas pemerintah, maka para penentu kebijakanlah yang

    menentukan definisi pemerataan tersebut.

    Ketahanan pangan diartikan sebagai ketersediaan pangan pada tingkat

    harga yang stabil dan terjangkau. Ketahanan pangan akan meningkat apabila

    stabilitas politik dan ekonomi memungkinkan produsen ataupun konsumen

    meminimumkan adjustment cost.  Di dalam kerangka ini, setiap tujuan yang

    dicapai oleh pemerintah akan terkait paling tidak dengan salah satu dari ketiga

    tujuan dasar yang telah disebutkan yaitu efisiensi, pemerataan, dan ketahanan.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    18/109

    18

    Menurut Pearson dan Gotsch (2003) trade-offs  akan terjadi ketika salah satu

    tujuan bisa dicapai dengan mengorbankan tujuan lainnya yaitu mencapai tujuan

    yang satu, tetapi mengorbankan tujuan lainnya. Apabila terjadi trade-offs, maka

     pembuat kebijakan harus memberikan bobot atas setiap tujuan yang saling

     bertentangan itu, dengan mnentukan beberapa manfaat yang bisa diraih dari suatu

    tujuan dibandingkan dengan kerugian yang diderita oleh tujuan lainnya dan

    umumnya trade-offs selalu saja terjadi.

    2.1.2 Kendala-kendala yang Membatasi Kebijakan Pertanian

    Kendala-kendala yang membatasi gerak sebuah kebijakan adalah

     penawaran, permintaan, dan harga dunia. Penawaran (produksi nasional) dibatasi

    oleh ketersediaan sumber daya (lahan, tenaga kerja dan modal), teknologi, harga

    input, dan kemampuan manajemen. Parameter ini merupakan komponen dari

    fungsi produksi sehingga membatasi kemampuan perekonomian dalam

    menghasilkan komoditas pertanian. Permintaan (konsumsi nasional) dibatasi atau

    dipengaruhi oleh jumlah penduduk, pendapatan, selera, dan harga output.

    Parameter ini merupakan komponen dari fungsi permintaan sehingga

    mempengaruhi kemampuan perekonomian dalam mengkonsumsi produk-produk

     pertanian. Selanjutnya harga dunia, untuk komoditas yang diperdagangkan secara

    internasional baik input maupun output, menentukan dan membatasi peluang

    untuk mengimpor dalam rangka meningkatkan supplay domestic dan

    mengeksport dalam rangka memperluas pasar bagi produk domestik. Ketiga

     parameter ekonomi ini menentukan pasar bagi sebuah komoditas pertanian dan

    merupakan kekuatan utama dalam mempengaruhi terbentuknya harga serta

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    19/109

    19

    alokasi sumberdaya. Kendala-kendala ekonomi bisa mengarah kepada terjadinya

    trade-offs dalam pembuatan kebijakan (Monke dan Pearson, 1995; Bahri, 2005).

    2.1.3 Kategori Kebijakan yang Mempengaruhi Pertanian.

    Kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi sektor pertanian dapat

    digolongkan pada tiga katagori yaitu kebijakan harga, kebijakan makro ekonomi,

    dan kebijakan investasi publik. Kebijakan harga komoditas pertanian merupakan

    kebijakan yang bersifat spesifik komoditas. Setiap instrumen kebijakan harga

     pertanian akan menimbulkan transfer dari produsen kepada konsumen terhadap

    komoditas bersangkutan maupun anggaran pemerintah atau sebaliknya.

    Kebijakan harga juga mempengaruhi input pertanian.

    Produsen dan konsumen komoditas pertanian sangat dipengaruhi oleh

    kebijakan makro ekonomi meskipun seringkali mereka tidak terlibat dalam proses

     pembuatan kebijakan yang bersifat nasional ini. Kebijakan makro ekonomi

    mencakup seluruh wilayah dalam satu negara, sehingga kebijakan ini

    mempengaruhi seluruh komoditas.

    Katagori ketiga dari kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi sektor

     pertanian adalah investasi publik dalam bentuk barang-barang modal pada

    infrastruktur, sumberdaya manusia, serta penelitian dan teknologi. Kebijakan

    investasi publik ini mengalokasikan pengeluaran investasi (modal) yang

     bersumber dari anggaran belanja negara. Kebijakan ini bisa mempengaruhi

     berbagai kelompok, produsen, pedagang, dan konsumen, dengan dampak yang

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    20/109

    20

     berbeda karena dampak tersebut bersifat spesifik pada wilayah dimana investasi

    itu terjadi (Pearson dkk.,2005).

    2.2  Kebijakan Subsidi

    Campur tangan pemerintah diperlukan untuk mempengaruhi keputusan

     produsen, konsumen dan para pelaku pemasaran agar terlaksana pembangunan

     pertanian sesuai dengan yang direncanakan. Campur tangan ini disebut sebagai

    “ politik pertanian“  (agricultural policy) atau “kebijakan pertanian“  (Hanafie,

    2010 : 229).

    Campur tangan pemerintah tersebut diperlukan untuk memutus rantai

    lingkaran kemiskinan yang tak berujung pangkal, yang merupakan gambaran

    hubungan keterkaitan timbal balik dari beberapa karakteristik negara berkembang

    (seperti Indonesia) berupa sumber daya yang ada belum dikelola sebagaimana

    mestinya, mata pencaharian penduduk yang mayoritas pertanian berlangsung

    dalam kondisi yang kurang produktif, adanya dualisme ekonomi antara sektor

    modern yang mengikuti ekonomi pasar dan sektor tradisional yang mengikuti

    ekonomi subsisten, serta tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan

    kualitas sumber daya manusianya yang masih relatif rendah (Hanafie, 2010 : 229).

    Sedangkan kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan produksi

    domestik suatu komoditas antara lain berupa kebijakan harga dan pedagangan

    input dan output yang pada prinsipnya bertujuan untuk memperkuat atau

    meningkatkan daya saing dari komoditas yang bersangkutan di pasar domestik.

    Hal ini ditempuh agar produsen domestik terdorong untuk memanfaatkan

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    21/109

    21

    sumberdaya domestik secara intensif, sehingga diharapkan produsen yang

     bersangkutan dapat beroperasi dengan nilai tambah yang lebih tinggi dari

    sebelumnya.

    Di samping kebijaksanaan harga yang menyangkut hasil-hasil pertanian,

     peningkatan pendapatan petani dapat dicapai dengan pemberian subsidi pada sarana-

    sarana produksi seperti pupuk atau pestisida. Subsidi ini mempunyai pengaruh untuk

    menurunkan biaya produksi yang dalam teori ekonomi berarti menggeser kurva

     penawaran ke kanan. Subsidi adalah pemberian pemerintah kepada produsen untuk

    mengurangi biaya produksi yang ditanggung produsen. Subsidi dapat menurunkan

    harga. Sampai dimana besarnya keuntungan yang diperoleh pembeli dengan adanya

    subsidi adalah bergantung kepada besarnya penurunan harga yang berlaku

    (Sukirno, 2005).

    Subsidi diartikan sebagai pembayaran sebagian harga oleh pemerintah

    sehingga harga dalam negeri lebih rendah daripada biaya rata-rata pembuatan

    suatu komoditi atau harga internasionalnya. Ada 2 macam subsidi, yaitu subsidi

    harga produksi dan subsidi harga faktor produksi (Hanafie, 2010 : 238).

    a.  Subsidi harga produksiSubsidi ini bertujuan melindungi konsumen dalam negeri, artinyakonsumen dalam negeri dapat membeli barang yang harganya lebih rendah

    daripada biaya rat-rata pembuatan suatu komoditas atau hargainternasionalnya. Untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian,khususnya beras, pemerintah memberikan subsidi harga faktor produksi,seperti pupuk, pestisida, dan bibit. Subsidi untuk usaha tani padi yangditanggung oleh pemerintah sangat besar, misalnya biaya yang ditanggungoleh pemerintah untuk mengimpor atau memproduksi pupuk dalam negeri.

     b.  Subsidi harga faktor produksiUntuk membeli pupuk yang harganya relatif mahal, seringkali petani tidakmemiliki uang tunai. Untuk itu, petani dapat memperoleh kredit dengan

     bunga yang relatif rendah. Selisih antara bunga bank sesungguhnya

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    22/109

    22

    dengan bunga yang harus ditanggung petani, dibayarkan oleh pemerintahdalam bentuk subsidi kepada petani.

    Pengadaan pupuk bersubsidi akan meningkatkan efisiensi usaha tani, yaitu

     berimplikasi pada peningkatan pemanfaatan lahan dan penggunaan benih yang

    secara sinergis berpengaruh terhadap peningkatan produksi pertanian. Kemudian,

     peningkatan produksi dengan biaya yang disubsidi dan harga output yang stabil

    menyebabkan pendapatan petani meningkat. Kedua hal tersebut akan

    mempengaruhi aspek ketersediaan dan aksesibilitas, sehingga akan mempengaruhi

    status ketahanan pangan.

    2.2.1  Kebijakan Subsidi Pupuk

    Pembangunan pertanian yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian

    yang tangguh dan efisien memerlukan kebijakan yang berkaitan langsung dengan

     pertumbuhan, stabilitas, dan pemerataan pembangunan ekonomi. Salah satu cara

    untuk menciptakan pertanian yang tangguh adalah melalui peningkatan produksi

     pertanian yang berkelanjutan. Salah satu kebijakan yang dapat meningkatkan

     produksi pertanian adalah melalui penerapan teknologi usahatani yaitu berupa

     penggunaan pupuk sebagai salah satu input produksi. Teknologi pertanian yang

    dimaksud adalah teknologi modern. Tanpa penggunaan teknologi modern maka

    hasil panen tidak akan sebesar yang diharapkan (Ratna, 2000).

    Dalam rangka mencapai tujuan ini, pemerintah selalu berupaya

    mendorong petani untuk memanfaatkan pupuk secara tepat waktu dan tepat dosis.

    Konsekuensinya adalah pemerintah juga harus berupaya meningkatkan produksi

     pupuk, sehingga tercapai pasokan yang cukup dan juga dengan harga yang dapat

    dijangkau oleh petani.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    23/109

    23

     Namun sebagai bahan pangan pokok seperti padi dan palawija, umumnya

    mempunyai kurva permintaan yang inelastis, sehingga perubahan produksi akan

    sangat berpengaruh pada perubahan harga bahan pangan tersebut. Besarnya

    investasi yang dikeluarkan untuk memproduksi pupuk dalam jumlah besar

    tentunya mempunyai konsekuensi terhadap harga pupuk, dimana pupuk harus

    dijual dengan harga yang diperhitungkan dengan biaya produksi agar produsen

     pupuk tidak merugi dan tetap dapat melangsungkan kegiatan usahanya.

    Melihat keadaan tersebut di atas, maka pemerintah merasa perlu

    menerapkan kebijakan pemberian subsidi penyediaan pupuk kepada produsen

     pupuk agar dapat menurunkan biaya produksi. Sedangkan untuk menjaga agar

    harga pupuk terjangkau oleh petani, maka pemerintah juga menetapkan HET

    (celling price) terhadap harga jual pupuk. Selanjutnya menurut Monke dan

    Pearson (1995 : 45) menyatakan bahwa subsidi input mempunyai relevansi

    langsung hanya kepada produsen output. Sehubungan dengan petani, maka petani

    dapat dianggap sebagai produsen padi dan pupuk merupakan input pertanian,

    sehingga dengan demikian subsidi pupuk merupakan subsidi input kepada petani.

    Dengan adanya subsidi input ini maka biaya produksi padi akan berkurang,

    sehingga produksi meningkat. Namun tidak bisa dihindari hilangnya efisiensi

    ekonomi karena uang untuk subsidi tersebut dialokasikan ke sektor-sektor lain

    yang lebih produktif. Hilangnya efisiensi tersebut merupakan biaya ekonomi

    yang harus ditanggung oleh kas pemerintah dan secara tidak langsung berarti

    ditanggung oleh masyarakat banyak sebagai pembayar pajak kepada kas

     pemerintah.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    24/109

    24

    Kombinasi penerapan kebijakan subsidi pupuk dan penetapan HET

    (Harga Eceran Tertinggi) tersebut akan menimbulkan DWL ( Dead Weight Loss),

    yaitu manfaat yang hilang dalam sistem karena tidak dinikmati baik oleh

    konsumen maupun produsen, dan oleh karenanya merupakan inefisiensi yang

    menjadi biaya ekonomi yang harus ditanggung pemerintah.

    Sampai saat ini tingkat produksi beberapa pangan utama masih dibawah

    tingkat konsumsinya. Oleh karena itu, maka peningkatan kapasitas produksi

     pangan nasional merupakan salah satu upaya memperkuat pilar ketahanan pangan

    nasional. Salah satu faktor produksi penting dalam peningkatan kapasitas produksi

     pangan utama seperti padi adalah pupuk. Penggunaan pupuk yang sesuai dengan

    kebutuhan tanaman akan mampu meningkatkan kapasitas produksi pangan

    nasional. Ada dua aspek untuk melihat pentingnya subsidi pupuk bagi petani

    yaitu : (1) kecenderungan peningkatan harga pupuk dunia dan (2) kecenderungan

     penurunan laba usahatani (Dinas Pertanian Tabanan, 2005 ).

    Subsidi pupuk di Indonesia dimulai pada tahun 1971, yaitu untuk

    melengkapi introduksi varietas padi unggul baru. Varietas padi unggul baru

    tersebut sangat responsif terhadap pupuk. Dengan menanam varietas padi unggul

     baru, produsen dapat meningkatkan keuntungannya dengan menambah

     penggunaan pupuk. Dengan adanya subsidi pupuk, diharapkan petani bersedia

    menerapkan penggunaan pupuk sebagaimana yang direkomendasikan sehingga

     produksi padi meningkat dan kebutuhan pangan dalam negeri tercukupi

    (Hanafie, 2010 : 238-239).

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    25/109

    25

    Memasuki akhir dekade 1990-an pemerintah mengumumkan paket

    kebijakan Desember 1998, yaitu : (1) menghapus perbedaan harga pupuk yang

    dialokasikan untuk tanaman pangan maupun tanaman perkebunan, (2) menghapus

    subsidi pupuk, (3) menghilangkan monopoli distribusi dan membuka peluang bagi

    distributor baru (PT. Pusri tidak lagi menjadi distributor tunggal dalam penyaluran

     pupuk), (4) menghapus holding company untuk mendorong berkembangnya

    kompetisi yang sehat antar produsen pupuk , dan (5) menghapus quota ekspor dan

    kontrol terhadap impor pupuk.

    Dampak positif dari kebijakan tersebut terlihat dari : (a) tersedianya pupuk

    dalam jumlah yang cukup di kios-kios, (b) harga eceran urea di tingkat petani

     pada umumnya dibawah harga patokan KUT, dan (c) variasi harga eceran pupuk

    SP-36 dan ZA yang sebagian berasal dari impor, masih mendekati harga plafon

    KUT. Sementara itu, dampak negatif dari kebijakan tersebut adalah : (a) relatif

    tingginya harga pupuk mendorong munculnya pupuk alternatif yang relatif murah,

    namun dengan kualitas yang beragam dan kurang terjamin, dan (b) pasar pupuk

    yang mengarah ke oligopolistik, dimana hanya distributor bermodal kuat yang

    mampu membeli pupuk di Lini I dan II serta mampu menyalurkan pupuk ke

    daerah yang bukan wilayah kerjanya. Peningkatan harga pupuk dunia akibat

     peningkatan harga gas sejak tahun 2000 telah mendorong pemerintah kembali

    memberikan subsidi pupuk pada tahun 2001.

    Perhitungan subsidi pupuk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

     perhitungan subsidi atas biaya distribusi dan subsidi harga gas. Subsidi atas biaya

    distribusi adalah konsep yang selama ini telah disusun, yang pada dasarnya

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    26/109

    26

    subsidi pemerintah kepada petani dihitung dari selisih antara Harga Eceran

    Tertinggi (HET) dengan seluruh biaya yang terjadi mulai dari produksi sampai

    dengan pupuk berada di Lini IV. Sedangkan subsidi harga gas dihitung dengan

    melihat jumlah subsidi yang tersedia digunakan untuk menekan biaya gas di

    masing-masing produsen, sedemikian rupa sehingga total biaya produksi

    ditambah dengan marjin, biaya distribusi dari pabrik sampai dengan Lini IV

    (termasuk PPN 10 persen), menghasilkan HET seperti yang telah ditetapkan

    (Maulana, 2006).

    Selama tahun 2001-2002, subsidi pupuk diberikan dalam bentuk insentif

    gas domestik (IGD) sebagai bahan baku utama untuk produksi pupuk Urea. Di sisi

    lain, peningkatan harga pupuk dunia memaksa pemerintah untuk mengendalikan

    harga pupuk domestik dalam rangka membantu petani dan mencegah dampak

    negatifnya terhadap kinerja sektor pertanian. Oleh karena itu, sejak tahun 2003

     pemerintah meningkatkan dan memperluas subsidi, tidak saja subsidi gas untuk

    Urea tetapi juga subsidi harga untuk pupuk lainnya (SP-36, ZA dan NPK). Namun

    demikian, kebijakan subsidi pupuk tersebut mengandung kelemahan yang

    membuat kebijakan tidak efektif menjamin HET, yang diindikasikan oleh : (a)

    relatif lebih tingginya harga pupuk eceran di tingkat petani dibanding HET pupuk

    yang berlaku, (b) volume penyaluran pupuk bersubsidi tidak dapat dipastikan, dan

    (c) wilayah tanggung-jawab distribusi tidak dapat dipisah secara tegas (wilayah

    tanggung-jawab pabrik pupuk didasarkan pada wilayah provinsi yang tidak

    mungkin diisolir) (Rachman, 2009).

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    27/109

    27

    2.3  Keunggulan Kompetitif

    Abad ke-21 atau disebut era milenium ketiga ini menunjukkan bahwa

    tingkat persaingan di berbagai sektor semakin tajam sehingga setiap unit yang

    ingin menang dalam persaingan tersebut harus memiliki keunggulan kompetitif

    (competitive advantage) tertentu dibandingkan dengan pesaingnya (Mujiati, 2008).

    Keunggulan kompetitif bisa dibentuk melalui berbagai cara, seperti

    menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi, desain

    organisasi, dan utilisasi sumber daya manusia. Pengelolaan organisasi atau

     perusahaan untuk membentuk keunggulan bersaing melalui cara-cara seperti itu

     pada masa yang akan datang akan menjadi tema penting bagi manajemen. Hal itu

    disebabkan oleh perubahan lingkungan ekonomi, politik, dan teknologi yang cepat

    serta efek persaingan global, yang pada akhirnya bermuara pada perubahan

    kebutuhan. Perubahan kebutuhan adalah perubahan terhadap kualitas produk,

    desain produk, dan kualitas pelayanan. Konsep tentang keunggulan kompetitif

    atau keunggulan bersaing merupakan salah satu fokus perhatian yang penting bagi

    manajemen. Hal itu merupakan upaya untuk meletakkan organisasi atau

     perusahaan pada posisi persaingan pasar yang lebih kuat melalui kompetensi

    organisasi yang khas (distinctive  competence) dibandingkan dengan kompetensi

    yang dimiliki perusahaan-perusahaan pesaing.

    Kemampuan bersaing organisasi melalui SDM berarti meletakkan peran

    orang dalam perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan kualitas dan inovasi,

     baik terhadap proses, sistem, maupun produk. Melalui cara ini perusahaan atau

     pihak manapun diharapkan mampu mempertahankan, meningkatkan market   share,

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    28/109

    28

    atau memperluas pasar dibandingkan dengan kekuatan pesaing dalam industri.

    Semua faktor keunggulan untuk bersaing, seperti desain produk, teknologi, dan

    organisasi pada akhirnya bertumpu pada dukungan SDM. Menurut

    Benardin dan Russel (1993), ada dua prinsip untuk menciptakan keunggulan

    kompetitif, yaitu nilai yang diterima oleh pasar serta keunikan-keunikan produk

    dan jasa yang ditawarkan organisasi. Keunggulan kompetitif akan terbentuk bila

    customers merasa memperoleh nilai tambah dari transaksi yang mereka lakukan

    dengan organisasi.

    Demikian pula dengan keunikan yang ditawarkan, keunggulan kompetitif

    dapat dipertahankan melalui penciptaan barang dan jasa yang tidak mudah ditiru

    oleh pesaing. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dalam usahatani,

    keunggulan kompetitif terjadi manakala dalam suatu luasan lahan yang sama

    mampu dihasilkan produk yang menghasilkan pendapatan relatif tinggi. Sebagai

    contoh bahwa padi ladang memiliki keunggulan kompetitif terhadap jagung dan

    ubi kayu, tetapi tidak kompetitif terhadap ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Hal

    ini salah satu penyebabnya karena faktor harga jual jagung yang relatif rendah,

    sehingga walaupun produksinya lebih tinggi dibandingkan kacang tanah,

     penerimaan dan keuntungannya tetap rendah (Hendayana, 2003). Keunggulan

    kompetitif beranjak dari pandangan bahwa semua keunggulan, baik dalam bentuk

     produk, teknologi, sistem, maupun proses bermuara pada kualitas SDM. Faktor-

    faktor yang inherent (terpadu) dalam pengertian keunggulan SDM, seperti

    kompetensi, komitmen, kecerdasan intelektual, kepribadian, dan motivasi

    merupakan human capital yang perlu dibangun terus-menerus kualitasnya, baik

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    29/109

    29

    melalui pendekatan lunak maupun pendekatan keras dalam upaya meningkatkan

     profitabilitas dan memenuhi kepentingan customers. Keunggulan Kompetitif

    muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi

    yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya. Sehingga keunggulan

    kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana

    keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi

    lainnya, untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya.

    2.4  Tingkat Keuntungan Usaha Tani (Keuntungan Finansial dan Sosial)

    Keuntungan finansial ( private profitability  atau PP) adalah perbedaaan

    antara penerimaan (A) dengan biaya-biaya (B+C) dalam sistem pertanian atau PP

    = D = (A  –  B  –  C). Dengan demikian keuntungan privat yang terdapat pada baris

     pertama matrik dihitung berdasarkan penerimaan dan biaya sesungguhnya yang

    diterima dan dibayarkan oleh petani, pedagang atau pengolah hasil dalam sistem

     pertanian. Harga-harga yang terjadi adalah harga yang telah dipengaruhi oleh

    kebijakan pemerintah dan kegagalan pasar. Keuntungan privat merupakan ukuran

    daya saing dalam harga pasar aktual. Jika PP negatif (D < 0), artinya usaha itu

    rugi dan dengan begitu dapat dipakai untuk estimasi apakah kegiatannya

    dihentikan. Apabila sama dengan nul (D = 0) berarti usahatani tersebut

    memperoleh keuntungan normal (normal profit ). Apabila PP positif (D > 0)

    menunjukkan keadaan yang lebih daripada tingkat pengembalian normal dan

    dapat meningkatkan investasi di waktu yang akan datang. Suatu usaha layak

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    30/109

    30

    diteruskan jika selisih antara penerimaan dan seluruh biaya minimal sama dengan

    nul (Astawa, 2006 : 18).

    Penerimaan merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang

    diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula diartikan

    sebagai keuntungan material yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan

     jasa petani maupun keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat

     pemakaian barang modal yang dimilikinya. Penerimaan usahatani dapat

    dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor

    usahatani ( gross income). Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik

    yang dihasilkan, dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam

    suatu proses produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam.

    Penerimaan usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah

    dan sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang.

    Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh

    tingkat penggunaan input   pertanian (Soekartawi, dkk, 1986). Peningkatan

     produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat dan

     berimbang. Hal ini berarti petani secara rasional melakukan usahatani dengan

    tujuan meningkatkan produksi untuk memaksimumkan keuntungan. Keuntungan

    maksimum diperoleh apabila produksi per satuan luas pengusahaan dapat optimal,

    artinya mencapai produksi yang maksimal dengan menggunakan input produksi

    secara tepat dan berimbang Oleh karena itu pengaruh pemakaian input produksi

    terhadap pendapatan petani perlu diketahui sehingga petani dapat mengambil

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    31/109

    31

    sikap untuk mengurangi atau menambah input produksi tersebut

    (Sahara, dkk, 2006).

    Keuntungan finansial merupakan hasil analisis yang mudah dimengerti.

    Apabila penerimaan lebih besar dari biaya, keuntungan finansial akan menjadi

     positif. Dalam analisis PAM, keuntungan merupakan excess profit   (return to

    management ) yaitu nilai lebih setelah semua biaya diperhitungkan termasuk biaya

    modal. Apabila suatu sistem usahatani memperoleh keuntungan finansial yang

     positif berarti sistem usahatani tersebut mampu bersaing pada tingkat harga aktual

    termasuk didalamnya dampak dari kebijakan dan kegagalan pasar.

    Sedangkan keuntungan sosial ( social profitability  atau SP) adalah

     perbedaan antara penerimaan ekonomi (E) dengan biaya ekonomi (F + G) atau SP

    = H = (E  –   F  –   G). Sehingga keuntungan sosial dihitung dari perbedaan

     penerimaan dan biaya dengan menggunakan harga sosial. SP merupakan ukuran

    efisiensi karena output dan input dinilai dalam harga yang menunjukkan nilai

    kelangkaan (biaya oportunitas  ekonomi). Untuk output dan inpout yang

    diperdagangkan secara internasional ditentukan dari harga dunia. Input (faktor

    ekonomi, G) yaitu  service  faktor produksi domestik (lahan, tenaga kerja, dan

    kapital) tidak mempunyai harga dunia, maka ditentukan oleh pasar domestik.

    Keuntungan ekonomi merupakan hasil analisis PAM yang menarik. Keuntungan

    ekonomi sistem usahatani yang tinggi sangat menarik perhatian pemerintah yang

    mementingkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Investasi baru harus

    memberikan keuntungan yang tinggi bila ingin memaksimalkan pertumbuhan

    ekonomi. Manfaat penggunaan teknologi baru atau investasi publik dapat dihitung

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    32/109

    32

    dengan membandingkan tingkat keuntungan ekonomi pada sistem usahatani yang

    ada saat ini dengan keuntungan ekonomi yang diharapkan akan diperoleh setelah

     penerapan teknologi baru atau setelah investasi publik itu dimanfaatkan. Namun

    terkadang sistem usahatani yang memiliki keuntungan finansial dan ekonomi

    tidak dapat berkembang dengan cepat dilapangan. Pada kondisi ini, diperlukan

     pemahaman tentang kendala yang menyebabkan komoditas tersebut tidak

     berkembang sebelum melakukan investasi publik memberikan bantuan teknis atau

    mengambil kebijakan harga yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan sektor

     pertanian. Beberapa kendala tersebut yaitu investasi (asing dan domestik)

    khawatir dengan masalah keamanan di Indonesia, tidak adanya kepastian hukum,

    ketidakpastian harga internasional akibat proteksi negara kaya seperti USA

    (Astawa, 2006).

    2.5 Poli cy Analysis Matri x (PAM )  untuk Kebijakan Pertanian

    Produktivitas pertanian, baik di pemerintahan pusat, provinsi, maupun

    kabupaten dapat ditingkatkan melalui investasi pada sektor pertanian dengan

    menggunakan instrument kebijakan harga, kebijakan makroekonomi,dan

    kebijakan investasi publik. Kebijakan makroekonomi hanya bisa diterapkan pada

    tingkat pusat dan memerlukan analisis tersendiri oleh para ahli ekonomi makro.

    Sementara di pihak lain, para ahli ekonomi pertanian melakukan penkajian

    tentang pengaruh kebijakan harga dan kebijakan investasi. Namun demikian,

    dampak kebijakan harga dan kebijakan investasi pertanian dapat dikaji melalui

     pendekatan yang sama, yaitu  Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil analsis PAM

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    33/109

    33

    ini dapat menunjukkan pengaruh individual maupun kolektif dari kebijakan harga

    dan kebijakan faktor domestik. PAM juga memberikan baseline information yang

     penting bagi  Benefit-Cost Analysis  untuk kegiatan investasi di bidang pertanian

    (Pearson dkk., 2005)

    Transfer kebijakan dapat dihitung dari baris ketiga matrik PAM yaitu

     perbedaan antara lain yang diperoleh pada baris pertama dengan baris kedua. Nilai

    ini menunjukkan besarnya kegagalan pasar dan insentif kebijakan pemerintah.

    Jika kegagalan pasar dianggap tidak begitu berpengaruh, maka analisis tentang

     pengaruh insentif kebijakan pemerintah dapat dilakukan. Beberapa analisis yang

    dapat digunakan matriks PAM untuk melihat insentif pengaruh kebijakan

     pemerintah adalah sebagai berikut.

    1. 

     NPCO ( Nominal Protection Coefficient on Output ) yaitu rasio yang

    menunjukkan dampak dari insentif kebijakan pemerintah yang menyebabkan

    terjadinya perbedaan nilai output yang diukur pada harga privat dan harga

    sosial. NPCO = penerimaan privat dibagi penerimaan sosial, merupakan

    indikator dari transfer output. Jika nilai NPCO lebih besar dari satu

    (NPCO 1) menunjukkan adanya proteksi terhadap produsen input,

    sehingga sektor yang menggunakan input tersebut dirugikan karena tingginya

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    34/109

    34

     biaya produksi. Jika nilai NPCI kurang dari satu (NPCI1 berarti

    kebijakan pemerintah tidak menimbulkan hambatan untuk berproduksi, dan

     jika EPC

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    35/109

    35

    analisis  Nominal Protection Coefficient on Input   (NPCI),  Nominal Protection

     Rate on Input   (NPRI), Transfer Input ( Input Transfer   atau IT) dan Transfer

    Faktor (FT). Transfer input (IT) adalah perbedaan total biaya input tradable

    dalam harga finansial (B) dengan total biaya input tradable dalam harga ekonomi

    (F). Apabila harga finansial input lebih besar daripada harga ekonomi berarti

    kebijakan itu memberikan transfer positif. Hal ini mengakibatkan sistem produksi

    menghasilkan keuntungan finansial yang lebih tinggi, atau dapat menutup biaya

    finansial lebih besar daripada jika tanpa bantuan kebijakan (Astawa, 2006).

    Transfer positif yang menguntungkan produsen juga mempunyai tanda positif

     pada baris PAM. Subsidi pada satu atau lebih input-input tradable menyebabkan

     produksi lebih menguntungkan bagi produsen. Subsidi input   ini akan ditandai

    dengan nilai negatif pada PAM. Subsidi-subsidi tersebut akan menambah secara

    langsung pada transfer output   yang positif dengan mengurangi biaya negatif.

    Subsidi-subsidi negatif, yaitu berbagai pajak pada input tradable  adalah transfer

    negatif dan akan terkurangi dari transfer output   yang positif. Dengan demikian

    memudahkan pengertian secara keseluruhan dari dampak perbedaan, rangkaian

     pengaruh output , input Tradable, dan faktor-faktor.

     Nilai nominal protection coefficient on input   (NPCI) merupakan rasio

    antara harga privat dari input   yang diperdagangkan dengan harga sosialnya.

     Nilai NPCI > 1 mengukur dampak proteksi terhadap produsen input   ataupun

    terhadap yang menggunakan input   tersebut. Sedangkan nilai NPCI < 1

    mengukur dampak hambatan ekspor input  atau subsidi input terhadap konsumen

    input . Dampak dari kebijakan yang terakhir menyebabkan meningkatnya

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    36/109

    36

     pemakaian input   dalam negeri. Apabila nilai dari dampak kebijakan input

    (NPCI) < 1 berarti kebijakan pemerintah terhadap input berpihak kepada petani.

    Sebaliknya jika nilai dari kebijakan output (NPCO) < 1 berarti kebijakan

     pemerintah terhadap output tidak berpihak pada petani (Mira, 2007).

    Sedangkan besarnya persentase dampak kebijakan pemerintah terhadap

    input ditunjukkan oleh nilai NPRI sebesar {(NPCI  –  1) x 100%}. Pada komoditi

    input yang non tradable dampak intervensi pemerintah berupa halangan

     perdagangan tidak tampak karena input Non  Tradable  hanya diproduksi dan

    dikonsumsi di dalam negeri. Intervensi pemerintah dilakukan dalam bentuk

    kebijakan subsidi, baik subsidi positif maupun subsidi negatif (pajak). Akan

    tetapi kebijakan ini akan mempengaruhi produsen dan konsumen, tidak seperti

    kebijakan subsidi pada input  yang Tradable.

    2.5.1 Tujuan Analisis PAM (Poli cy Analysis Matrix )

    Analisis PAM, secara umum mempunyai tiga tujuan. Tujuan pertama

    adalah membantu pembuat keputusan atau pengambil kebijakan, baik di tingkat

     pusat, maupun di tingkat daerah, selanjutnya mengkaji tiga isu utama analisis

    kebijakan pertanian. Isu pertama berkaitan dengan pertanyaan, apakah sebuah

    system usahatani memiliki daya saing pada tingkat harga dan teknologi yang

    ada?. Apakah petani, pedagang dan pengolah mendapat keuntungan pada tingkat

    harga aktual?. Sebuah kebijakan akan merubah nilai output  atau biaya input dan

    dengan sendirinya keuntungan privat. Perbedaan keuntungan privat sebelum dan

    sesudah kebijakan menunjukkan pengauh perubahan kebijakan atas daya sauing

     pada tingkat harga actual. Isu kedua adalah dampak investasi public, dalam

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    37/109

    37

     bentuk pembangunan infrastruktur baru terhadap tingkat efisiensi sistem

    usahatani.Tingkat efisiensi diukur dengan tingkat keuntungan sosial ( social

     profitability), yakni tingkat keuntungan yang dihitung berdasarkan harga

    efisiensi. Investasi publik dalam bentuk jaringan irigasi atau transportasi akan

    meningkatkan nilai output atau menurunkan biaya input. Perbedaan keuntungan

    sosial sebelum dan sesudah adanya investasi publik menunjukkan peningkatan

    keuntungan social.Isu ketiga terkait erat dengan isu kedua, yakni dampak

    investasi baru, dalam bentuk riset atau teknologi pertanian terhadap efisiensi

    sistem usahatani. Sebuah investasi publik dalam bentuk penemuan benih baru,

    teknik budidaya, atau teknologi pengolahan hasil akan meningkatkan hasil

    usahatani atau hasil pengolahan, dan dengan sendirinya akan meningkatkan

     pendapatan atau menurunkan biaya. Perbedaan keuntungan social sebelum dan

    sesudah investasi dalam bentuk riset menunjukkan manfaat dari investasi

    tersebut. Jadi tujuan pertama dari analisis PAM ini pada hakekatnya adalah

    memberikan informasi dan analisis untuk membantu pengambil kebijakan

     pertanian dalam ketiga isu tersebut. Melalui sebuah tabel PAM untuk suatu

    usahatani memungkinkan seseorang untuk menghitung tingkat keuntungan privat

    atau ukuran daya saing usahatani pada tingkat harga actual atau harga pasar.

    Tujuan kedua analisis PAM adalah menghitung tingkat keuntungan social

    sebuah usahatani dihasilkan dengan menilai output dan biaya pada tingkat harga

    efisiensi ( social opportunity cost). Dengan melakukan hal yang sama untuk

     berbagai system usahatani lainnya memungkinkan untuk membuat urutan tingkat

    efisiensi dari beberapa usahatani. Perhitungan tingkat keuntungan sosial

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    38/109

    38

    ditempatkan pada baris kedua dari table PAM. Hasil perhitungan ini dapat

    digunakan sebagai informasi dasar (baseline information)  untuk perhitungan

    analisis keuntungan social ( social benefit analysis) pada tingkat harga efisiensi.

    Tujuan ketiga dari analisis PAM adalah menghitung transfer effect,

    sebagai dampak dari sebuah kebijakan. Dengan membandingkan pendapatan dan

     biaya (untuk selanjutnya disebut budget), sebelum dan sesudah penerapan

    kebijakan, selanjutnya dapat ditentukan dampak dari kebijakan tersebut.

    Jadi tujuan dari analisis PAM adalah mengukur dampak kebijakan

     pemerintah terhadap profitabilitas privat dan social, system pertanian dan

    efisiensi terhadap sumber daya. Profitabilitas privat ( privat profitability) dan

    daya saing (competitiveness) mungkin menjadi penting dalam pikiran yang

     peduli dengan pendapatan pertanian. Profitabilitas social dan efisiensi sering

    ditekankan oleh para perencana ekonomi yang mengalokasikan sumber daya

    antar sector dan pertumbuhan pendapatan agregat dalam perekonomian.

    Pendekatan PAM sangat cocok untuk analisis empirik dari kebijakan harga

     pertanian dan pendapatan usahatani, kebijakan investasi publik, efisiensi,

    kebijakan riset pertanian dan perubahan teknologi (Monke dan Pearson, 1995;

    dalam Suyatna dan Antara, 2004).

    2.5.2 Identitas Matrik Dalam PAM

     Policy Analysis Matrix  mempunyai dua identitas yaitu identitas tingkat

    keuntungan ( profitability identity), dan identitas penyimpangan (divergences

    identity).

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    39/109

    39

    Identitas keuntungan pada sebuah tabel PAM adalah hubungan

     perhitungan lintas kolom dari tabel (sering juga disebut matrik) tersebut.

    Keuntungan didefinisikan sebagai pendapatan dikurangi biaya-biaya. Semua

    angka di bawah kolom bernama “profits” dengan sendirinya identik dengan

    selisih antara kolom yang berisi “revenue” dan kolom yang berisi “cost”

    (termasuk di dalamnya biaya input tradable  dan  factor domestic). Oleh karena

    itu keuntungan privat pada PAM adalah selisih dari pendapatan privat dengan

     biaya privat. Perhitungan keuntungan privat, dari budget usahatani dan

     pengolahan hasil, dilakukan untuk mengukur daya saing. Oleh karenanya, salah

    satu dampak penting dari kebijakan pertanian dapat ditunjukkan oleh baris

     pertama tabel PAM (Tabel 2.1). Selanjutnya untuk membandingkan sistem

    usahatani yang berbeda digunakan rasio. Untuk membandingkan daya saing

    sistem usahatani yang berbeda dihitung  privat benefit cost ratio  (PBCR) untuk

    setiap system, dan selanjutnya kedua rasio tersebut dibandingkan. Jadi PBCR

    adalah pendapatan privat dibagi dengan biaya privat atau PBCR = A/(B+C)

    Pendapatan dan biaya pada tingkat harga sosial (simbol E,F, dan G) pada

    Tabel 2.1, didasarkan pada estimasi the social opportunity cost   dari komoditas

    yang diproduksi dan input yang digunakan. Jadi keuntungan social adalah selisih

    antara penerimaan social dengan biaya social, dan ini dilakukan untuk mengukur

    tingkat efisiensi usahatani.

    Harga sosial (harga efisiensi) untuk factor domestic (lahan, tenaga kerja,

    dan modal) juga diestimasi dengan prinsip  social opportunity cost . Namun

    karena factor domestic tidak diperdagangkan secara internasional, sehingga tidak

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    40/109

    40

    memiliki harga internasional, maka  social opportunity cost -nya diestimasi

    melalui pengamatan lapangan atas pasar domestic di pedesaan. Tujuannya adalah

    untuk mengetahui berapa besar output atau pendapatan yang hilang karena factor

    domestic yang digunakan untuk memproduksi komoditas tersebut (misalnya

     padi) dibandingkan dengan apabila digunakan untuk komoditas lainnya (the next

    best alternative commodity) seperti kedelai. Untuk membandingkan tingkat

    efisiensi komoditas yang berbeda dihitung social benfit cost ratio (SBCR) untuk

    setiap usahatani, dan selanjutnya membandingkannya. Jadi SBCR adalah rasio

    antara pendapatan sosial dengan biaya sosial, atau SBCR = E /(F+G)

    Tabel 2.1Identitas Keuntungan dan Divergensi dalam PAM

    Uraian PenerimaanBiaya-biaya

    KeuntunganInput Tradable Faktor Domestik

    1 2 3 4 5

    Harga privat A B C DHarga sosial E F G H

    Efek Divergensi I J K L

    Keterangan:

    Baris harga privat:A = harga output x produksi; B = Biaya privat input tradable, C = Biaya privat input factor

    domestic;D = A –  (B + C) (keuntungan privat).

    Baris harga social:E = harga output social x produksi; F = biaya social input tradable; G = biaya social input factor

    domestic; H = E –  (F + G) (keuntungan social)

    Baris efek divergensi:I = A  –   E (output transfer); J = B  –   F (input tradable transfer); K = C  –   G (factor domestictransfer); L = I –  (J + K) atau D - H (transfer bersih)

    Identitas Penyimpangan (divergences identity) adalah hubungan lintas

     baris dari matrik. Divergensi disebabkan oleh harga privat suatu komoditas

    dengan harga sosialnya. Divergensi meningkat, baik oleh karena pengaruh

    kebijakan distortif, yang menyebabkan harga privat berbeda dengan harga

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    41/109

    41

    sosialnya atau karena kegagalan pasar menghasilkan harga efisiensi. Semua

    angka pada baris ketiga dari tabel PAM didefinisikan sebagai “effect of

    divergences” dan sama dengan selisih antara angka pada baris pertama, yang

    dinilai dengan harga privat ( private prices), serta angka pada baris kedua, yang

    dinilai dengan harga social ( social prices) Pearson, dkk. 2005). Identitas

    keuntungan dan identitas divergensi dapat dilihat pada tabel 2.1.

    Salah satu penyebab terjadinya divergensi adalah kegagalan pasar (market

     failure). Pasar dikatakan gagal apabila tidak mampu menciptakan harga yang

     bersaing, yang mencerminkan  social opportunity cost , yang menciptakan alokasi

    sumberdaya maupun produk yang efisien. Kebijakan yang efisien adalah

    intervensi pemerintah untuk memperbaiki kegagalan pasar sehingga

    menghapuskan divergensi. Misalnya, regulasi monopoli untuk menurunkan harga

     penjual ( seller price), menyebabkan harga privat dan harga social yang sama,

    dan meningkatkan pendapatan.

    Penyebab kedua dari divergensi adalah kebijakan pemerintah yang

    distortif. Kebijakan distortif diterapkan untuk mencapai tujuan yang bersifat non-

    efisien (yaitu pemerataan dan ketahanan pangan), akan menghambat terjadinya

    alokasi sumberdaya yang efisien dan dengan sendirinya akan menimbulkan

    divergensi. Misalnya, tarif impor beras bisa diterapkan untuk meningkatkan

     pendapatan petani (tujuan pemerataan) dan meningkatkan produksi beras dalam

    negeri (untuk ketahanan pangan). Namun, hal ini menimbulkan kerugian efisiensi

    (efficiency losses) bila beras impor yang digantikannya ternyata lebih murah dari

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    42/109

    42

     biaya sumberdaya domestik yang digunakan untuk memproduksi bersa dalam

    negeri sehingga timbul trade off.

    Secara teori, kebijakan yang paling efisien dapat dicapai apabila

     pemerintah mampu menciptakan kebijakan yang mampu menghapuskan

    kegagalan pasar, dan apabila pemerintah mampu mengesampingkan tujuan non-

    efisiensi dan menghapuskan kebijakan yang distortif. Apabila kedua hal tersebut

    menerapkan kebijakan yang efisien dan menghilangkan kebijakan distortif dapat

    dilaksanakan, divergensi dapat dihilangkan dan efek divergensi (nilai yang ada

     pada baris ketiga) akan menjadi nol (Pearson, dkk, 2003).

    Jika keuntungan privat yang diperoleh positif atau minimal sama dengan

    nol, berarti usahatani tersebut memperoleh keuntungan di atas normal. Jika

    keuntungan privat sama dengan nol, berarti usahatani tersebut memperoleh

    keuntungan normal (normal profit). Jika keuntungan privat bernilai negative

    maka usaha tani tersebut tidak menguntungkan. Dari perhitungan harga privat

    maka dapat dihitung besarnya rasio PCR ( Privat Cost Ratio) yang besarnya sama

    dengan rasio antara biaya faktor domestik dengan nilai tamah pada harga privat,

    yaitu perbedaan antara nilai output dengan biaya produksi yang diperdagangkan.

    Jadi besarnya PCR = faktor domestik privat (penerimaan privat-input tradable

     privat). Untuk mendapat keuntungan maksimum maka selalu diusahakan

    meminimunkam rasio PCR dengan cara meminimumkan biaya domestik atau

    memaksimumkan nilai tambah.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    43/109

    43

    BAB III 

    KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIK DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Pemikiran Teoritik

    Komoditas padi / beras merupakan komoditas strategis dalam kehidupan

    soaial ekonomi nasional, mengingat bahwa sekitar 95% penduduk Indonesia

    mengkonsumsi beras sebagai bahan pokoknya dan sekitar 21 juta rumah tangga

     petani pendapatannya bersumber dari usahatani padi. Beras hingga kini masih

    merupakan salah satu komoditi pangan pokok bagi masyarakat Indonesia dan

    merupakan komoditi strategis bagi pembangunan nasional. Pengalaman pada

     periode-periode awal pembangunan di tanah air menunjukkan bahwa kekurangan

     beras sangat mempengaruhi kestabilan pembangunan nasional. Bahkan hingga

    kini, bukan saja pada tingkat nasional, daerah, dan rumah tangga tetapi juga

    tingkat internasional dimana terlihat besarnya dampak yang ditimbulkan akibat

    kekurangan persediaan pangan beras (Tambunan, 2007).

    Sarana produksi yang dimiliki petani dipengaruhi oleh mekanisme harga

     pasar yang berlaku di masyarakat. Mekanisme pasar menentukan besar kecilnya

    harga-harga dari sarana produksi, seperti harga pupuk, harga sewa alat mesin

     pertanian, dan harga sewa lahan maupun sewa tenaga kerja. Sebagai salah satu

    faktor input dari produkstifitas petani, penggunaan pupuk sebagai sarana produksi,

    mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan keunggulan kompetitif dan

    tingkat keuntungan usahatani bagi petani.

    Dalam rangka membantu petani untuk mendapatkan pupuk dengan harga

    terjangkau, pemerintah menetapkan pemberian subsidi penyediaan pupuk yang

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    44/109

    44

    dimaksudkan untuk membantu petani agar dapat memperoleh pupuk dengan harga

    terjangkau sehingga proses usahatani dapat berlangsung secara

     berkesinambungan. Kebijakan pemerintah mengenai subsidi pupuk , dilandasi

     pemikiran bahwa pupuk merupakan faktor kunci dalam meningkatkan

     produktivitas, dan subsidi dengan harga pupuk yang lebih murah akan mendorong

     peningkatan penggunaan input tersebut.  Selain itu, subsidi pupuk    juga

    dimaksudkan untuk merespons  kecenderungan kenaikan harga pupuk di  pasar

    internasional dan penurunan tingkat  keuntungan usaha tani. Selanjutnya,

    kebijakan subsidi pupuk juga bertujuan untuk memenuhi prinsip enam tepat dalam

     penyaluran pupuk, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan

     produktivitas dan produksi pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan

     petani. Sejak itu, subsidi pupuk terus diberikan dalam bentuk harga eceran

    tertinggi atau HET (Susila, 2010). 

    Disamping itu akibat terjadinya krisis ekonomi, kemampuan daya beli

     petani menurun sehingga kesulitan bila harus membeli pupuk dengan harga pasar.

    Dengan harga jual sesuai kemampuan petani, sulit bagi produsen pupuk untuk

    menjaga kelangsungan usaha dan kemampuannya dalam menjamin pemenuhan

    kebutuhan pupuk nasional. Agar harga pupuk terjangkau petani dan menjaga

    kelangsungan industri pupuk, pemerintah perlu menyediakan subsidi pupuk

    (Maulana, 2006).

    Oleh karena itu kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi mekanisme

     pasar dan menghasilkan sekumpulan harga yang berbeda dengan harga pasar

     bebas. Akibatnya harga input   dan output   relatif di dalam dan/atau antar wilayah

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    45/109

    45

     berubah, dengan demikian mempengaruhi pola insentif produksi dan alokasi

    sumber daya. Faktor input   produksi usahatani ada yang tradable  seperti pupuk

    kimia, benih, pestisida dan lain-lain, dan ada yang non tradable  seperti tenaga

    kerja, lahan dan modal. Komposisi dan faktor input yang digunakan dalam

     produksi akan menentukan biaya usahatani, selanjutnya akan menentukan juga

    kualitas dan kuantitas output -nya. Dengan harga pupuk yang tersubsidi tersebut

    akan memberikan pengaruh bagi biaya produksi kemudian secara signifikan

     berpengaruh pula pada produktifitas yang secara simultan saling berperan

    terhadap daya saing (keunggulan kompetitif) dan tingkat keuntungan usahatani

     padi.

    Berdasarkan posisi yang strategis tersebut, usahatani padi seyogyanya

    diusahakan dengan baik serta memiliki unggulan kompetitif dan dapat

    meningkatkan keuntungan. Namun kenyataannya, bila timbul kendala seperti

    adanya gejolak harga beras, maka akan berdampak negatif terhadap usahatani,

    kesejahteraan petani dan buruh tani, serta konsumen beras terutama kelompok

    miskin. Hal ini akan berdampak pada gairah petani untuk berusahatani padi dan

     pada gilirannya produksi padi akan menurun, dan impor beras akan naik. Keadaan

    yang demikian jelas tidak menguntungkan bagi ketahanan pangan, ekonomi

    nasional, bahkan stabilitas nasional.

    Peningkatan produksi pertanian dan pendapatan petani akan

    mempengaruhi status ketahanan pangan, karena dengan meningkatnya produksi

    maka ketersediaan pangan juga meningkat. Di samping itu terwujud aksesibilitas

    ekonomi dimana daya beli petani menjadi lebih tinggi dan skala usaha taninya

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    46/109

    46

     juga dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan keunggulan kompetitif dan

    tingkat keuntungan usahatani. Kerangka konseptual penelitian tersebut disajikan

     pada Gambar 3.1.

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep/Pemikiran Mekanisme Pengaruh Subsidi Pupuk terhadapKeunggulan Kompetitif dan Tingkat Keuntungan Usahatani Padi

    3.2  Hipotesis

    Berdasarkan tujuan penelitian ditetapkan hipotesis sebagai berikut.

    1.  Usahatani padi sawah di Kabupaten Tabanan mempunyai keunggulan

    kompetitif (PCR

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    47/109

    47

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di seluruh kecamatan kabupaten Tabanan dengan

    masing-masing subak terluasnya. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara

     purposive sampling, yaitu penentuan lokasi penelitian yang dilakukan secara

    sengaja dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut.

    1.  Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sentra produksi tanaman padi

    sawah terbesar di Bali yang memiliki keadaan tanah dan iklim yang cocok di

    samping potensi lainnya.

    2.  Subak terluas di Tabanan merupakan subak yang paling banyak mendapatkan

    subsidi pupuk.

    3.  Kabupaten Tabanan memiliki luas lahan sawah terbesar di Bali.

    4.  Pemerintah Kabupaten Tabanan sampai saat ini masih memberikan perhatian

    yang besar pada komoditas tanaman padi sawah, dengan direalisasikannya

     beberapa proyek pertanian berkenaan dengan upaya peningkatan daya saing

    dan menguntungkan usahatani padi sawah

    Dengan demikian diharapkan pemilihan Kabupaten Tabanan cukup

    representatif dan lebih mudah memperoleh data serta informasi untuk menunjang

     penelitian, sehingga secara keseluruhan dapat menggambarkan keadaan usahatani

     padi sawah di Kabupaten Tabanan.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    48/109

    48

    Penelitian lapangan untuk memperoleh data dan informasi tentang biaya

    dan penerimaan sampai impor pada tahun 2010 akan dilakukan sekitar bulan

    Maret 2011.

    4.2  Populasi dan Pengambilan Sampel

    Populasi atau keseluruhan objek pengamatan dalam penelitian ini adalah

     petani padi sawah yang terdapat di subak terluas pada masing-masing kecamatan

    kabupaten Tabanan. Tabanan memiliki 10 kecamatan dengan masing-masing

    subak terluasnya yang terlihat pada tabel 4.1

    Tabel 4.1Subak terluas pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Tabanan

     No Kecamatan SubakLuas Baku

    (ha)1 Selemadeg Lanyah Bajra I 209

    2 Selemadeg Barat Soko 305

    3 Selemadeg Timur Lanyah Delod Jalan 247

    4 Kerambitan Meliling 290

    5 Tabanan Gubug II 245

    6 Kediri Bengkel 375

    7 Marga Guama 184

    8 Baturiti Poyan 301

    9 Penebel Jatiluwih 30310 Pupuan Yeh Saba 132

    Sumber : Data Primer, 2010

    Penentuan populasi dalam penelitian ini menggunakan metode  purposive

    random sampling , yaitu pemilihan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan

    subak terluas, sehingga jumlah populasi seluruhnya adalah 4547 orang petani.

    Untuk menentukan ukuran sampel yang akan diambil tergantung pada variasi

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    49/109

    49

     populasinya. Semakin besar dispersi atau variasi suatu populasi maka semakin

     besar pula ukuran sampel yang diperlukan agar estimasi terhadap parameter

     populasi dapat dilakukan dengan akurat dan presisi. Selanjutnya Riduwan (2006)

    menyebutkan sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

    keadaan tertentu yang akan diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan ukuran

    sampel dengan menggunakan rumus:

     N

    n =  N.d2 + 1

    Di mana:

     N = ukuran populasin = sampeld2 = α = presisi yang ditetapkan 

    Pada penelitian ini tingkat ketelitian atau keyakinan yang dikehendaki adalah

    90 % atau dengan tingkat presisi yang diharapkan 10 % atas dasar pertimbangan

     bahwa untuk penelitian sosial tingkat kesalahan masih dapat ditolerir sampai dengan

    10 %. Sehingga besarnya sampel yang diperoleh dari populasi sebanyak 4547 orang

    adalah sebesar 98 orang. Jumlah sampel tersebut selanjutnya diambil secara

     proportional random sampling . Sampel yang diambil pada masing-masing

    kecamatan terdistribusi seperti Tabel 4.2

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    50/109

    50

    Tabel 4.2Sebaran Sampel di Kabupaten Tabanan

    Tahun 2010

     No Kecamatan SubakJumlah Petani*

    (orang)Ukuran

    Sampel (orang)

    1 Selemadeg Lanyah Bajra I 210 42 Selemadeg Barat Soko 400 93 Selemadeg Timur Lanyah Delod Jalan 450 104 Kerambitan Meliling 993 215 Tabanan Gubug II 300 76 Kediri Bengkel 849 187 Marga Guama 200 4

    8 Baturiti Poyan 500 119 Penebel Jatiluwih 395 9

    10 Pupuan Yeh Saba 250 5

    Jumlah 4547 98

    Sumber: Data Primer (diolah)

    4.3  Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

    Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data

    kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dengan

    suatu alat ukur tertentu, yang diperlukan untuk keperluan analisis secara

    kuantitatif yang berbentuk angka-angka seperti jumlah produksi, jumlah bibit,

     jumlah pupuk, jumlah obat-obatan, biaya bibit, biaya pupuk, biaya tenaga kerja,

    serta biaya lainnya. Sedangkan data kualitatif adalah jenis data yang tidak

     berbentuk angka-angka, (data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar)

    tetapi berupa penjelasan yang berhubungan dengan objek penelitian seperti

     potensi padi sawah dan perkembangan produktivitas padi sawah.

    Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

    adalah data primer dan data sekunder.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    51/109

    51

    1. 

    Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan

    dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah

    disiapkan sebelumnya. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama

    (responden) yang telah ditentukan dalam hal ini bersumber dari petani padi

    sawah.

    2.  Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber tidak langsung

    (sumber kedua) umumnya diperoleh melalui badan/dinas/instansi yang

     bergerak dalam proses pengumpulan data baik instansi pemerintah maupun

    swasta. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari BPPS (Badan Pusat

    Statistik), Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Dinas pertanian

    Tanaman Pangan Kabupaten dan Provinsi Bali, dan lembaga lainnya yang

    terkait dengan objek penelitian.

    Metode pengumpulan data merupakan bagian instrument pengumpulan

    data yang menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian (Antara, 2006). Metode

     pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan :

    a.  Observasi lapangan, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek

    yang diteliti, sehingga dapat diharapkan diperoleh gambaran yang lebih jelas

    tentang kegiatan usahatani.

     b. 

    Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada responden

    (petani) dengan menggunakan instrumen / menggunakan kuesioner terstruktur

    yang telah disiapkan.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    52/109

    52

    c. 

    Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari dokumen-

    dokumen atau segala sumber terkait dengan cara studi kepustakaan serta

     pengambilan gambar berupa foto-foto.

    4.4 Variabel Penelitian

    Variabel penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer

    yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

    1.  Struktur input dan output fisik (tradable input, faktor domestik, dan output)

    2.  Harga privat (tradable input , harga faktor domestik, dan harga output di

    tingkat petani)

    Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

    1. 

    Perkembangan luas area, produksi produktivitas, konsumsi, ekspor dan impor

    komoditas beras.

    2.  Perkembangan produksi, konsumsi dan harga beras dunia.

    3.  Perkembangan ekspor dan impor komoditas beras dunia

    4.  Budidaya, pengolahan dan pemasaran beras

    5. 

    Perkembangan nilai tukar dolas US terhadap rupiah

    6.   Nilai pemilahan kandungan komponen input

    7.  Faktor konversi harga pasar aktual (privat) ke harga bayangan (sosial)

    8.  Perkembangan harga dasar dan harga impor pupuk kimia

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    53/109

    53

    4.5 Definisi Operasional Variabel

    Batasan operasional dan asumsi yang digunakan dalam analisis PAM

    adalah sebagai berikut.

    1. 

    Harga pasar adalah harga yang benar-benar diterima petani atau produsen

    dan didalamnya terdapat kebijakan pemerintah

    2. 

    Harga bayangan adalah harga pada pasar persaingan sempurna yang

    mewakili biaya imbangan sosial yang sesungguhnya. Pada komoditas

    tradable, harga bayangan adalah harga yang terjadi di pasar internasional.

    3.  Output bersifat tradable dan input dapat dipisahkan ke dalam input tradable

    dan faktor domestik (input non tradable)

    4.  Input tradable  adalah input produksi yang dapat diperdagangkan secara

    internasional (seperti pupuk kimia, benih, obat-obatan, alat produksi)

    5.  Input non tradable  atau faktor domestik adalah input produksi yang tidak

    diperdagangkan di pasar internasional (seperti tenaga kerja, lahan, modal)

    6.  Output fisik adalah produksi usahatani padi sawah, dalam hal ini adalah

    gabah kering panen.

    7.  Harga privat input adalah harga aktual dari input produksi yang dibayar

     petani padi sawah.

    8.  Harga faktor domestik adalah harga input non tradable yang dibayar oleh

     petani padi sawah berdasarkan harga yang berlaku di pasar domestik.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    54/109

    54

    Asumsi tersebut memberikan arti bahwa pada harga-harga input dan

    output komoditas yang dianalisis terdapat gangguan yang berupa peraturan-

     peraturan atau pembatasan dari pemerintah maupun kegagalan pasar. Oleh karena

    itu, harga yang terjadi tidak mencerminkan yang sesungguhnya atau nilai

    kelangkaannya. Output yang dihasilkan merupakan barang-barang yang

    diperdagangkan (traded goods), yaitu suatu komoditas yang harganya ditentukan

    oleh impor atau ekspornya. Input yang digunakan dalam proses sistem komoditas

    tersebut terdiri atas faktor domestik yang tidak diperdagangkan (non tradable

    input) dan faktor produksi yang diperdagangkan (tradable input) Faktor domestik

    non tradable adalah input produksi yang harganya ditentukan oleh pasar

    domestik. Input non tradable adalah lahan, tenaga kerja, dan modal. Disamping

    itu tidak terdapat dampak negatif dan positif kepada pihak lain yang tidak terlibat

    langsung dalam sistem komoditas yang dianalisis.

    4.6 Metode Analisis Data

    Analisis penelitian menggunakan metode PAM ( Policy Analysis Matrix).

    Dengan menggunakan metode PAM, ukuran-ukuran koefisien keunggulan

    komparatif (DRC) dan keunggulan kompetitif (PCR), tingkat keuntungan pada

    nilai finansial dan ekonomi usahatani padi, kebijakan pemerintah dapat dihitung

    sekaligus secara menyeluruh dan sistematis (Monke dan Pearson, 1995).

    Indikator intervensi pemerintah antara lain kebijakan transfer harga output dan

    input produksi, proteksi pada output dan input (NPCO dan NPCI), koefisien

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    55/109

    55

     proteksi efektif (EPC), profitabilitas (PC) dan subsidi kepada produsen (SRP).

    Secara rinci Tabel PAM yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.3

    Tabel 4.3

    Uraian PenerimaanInput

    KeuntunganInput Tradable Faktor Domestik

    Harga privat A B C D

    Harga sosial E F G H

    Efek Divergensi I J K L

    Keterangan:1.

     

    Keuntungan privat : D = A –  B –  C2.  Keuntungan social : H = E –  F –  G3.  Out tranfer : I = A –  E4.  Input transfer : J = B –  F5.  Faktor transfer : K = C - G6.

     

    Transfer bersih : L = D –  H atau L = I –  J –  K

    4.6.1  Profitabilitas.

    1. 

     Privat Profitability (D) = A- (B+C)

    Keuntungan privat merupakan indikator daya saing (competitiveness) dari

    sistem komoditas berdasarkan teknologi, nilai input, biaya input dan trasnfer

    kebijakan yang ada. Apabila D> 0, berarti sistem komoditas memperoleh

     provit atas biaya normal yang mempunyai implikasi bahwa komoditas itu

    mampu ekspasi, kecuali apabila sumberdaya terbatas atau adanya komoditas

    alternatif yang lebih menguntungkan.

    2. 

    Social provitability (H) = E –  (F + G).

    Keuntungan sosial merupakan indikator keunggulan komparetif (comparative

    advantage) dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada divergensi baik

    akibat kebijakan pemerintah maupun distorsi pasar. Apabila H > 0, berarti

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    56/109

    56

    sistem komoditas memperoleh profit atas biaya normal dalam harga sosial dan

    mempunyai keuntungan komparatif.

    4.6.2  Keunggulan Kompetitif dan Komparatif

    1.   Privat Cost Ratio (PCR) = C/(A –  B)

    PCR yaitu profitabilitas privat yang menunjukkan kemampuan system

    untuk membayar biaya sumberdaya domestic dan tetap kompetitif. Sistem

     bersifat kompetitif jika PCR < 1.

    2.   Domestik Resource Cost Ratio (DRCR) = G/(E –  F)

    DRCR yaitu indicator keunggulan komparatif, yang menunjukkan

    sumberdaya domestic yang dapat dihemat untuk menghasilkan satu unit

    devisa. Sistem mepunyai keunggulan komparatif jika DRCR < 1.Semakin

    kecil nilai DRCR maka system semakin efisien dan mempunyai

    keunggulan komparatif makin tinggi.

    4.6.3  Kebijakan Pemerintah

    1. 

    Kebijakan Input

    a.  Transfer Input   : IT = B  –   F : Transfer input adalah selisih antara biaya

    input yang dapat diperdagangkan pada harga privat dengan biaya yang

    dapat diperdagangkan pada harga social. Jika nilai IT > 0, menunjukkan

    transfer dari petani produksen kepada produsen input tradable.

     b.  Nominal Protection Coefficien on Input   (NPCI) = B/F : yaitu indicator

    yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap harga input

     pertanian domestic. Kebijakan bersifat protektif terhadap input jika nilai

     NPCI < 1, berarti ada kebijakan subsidi terhadap input tradable.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    57/109

    57

    c. 

    Transfer factor   : FT = C  –   G: Transfer factor merupakan nilai yang

    menunjukkan perbedaan harga privat dengan harga sosialnya yang

    diterima produsen untuk pembayaran factor-faktor produksi yang tidak

    diperdagangkan. Nilai FP > 0, mengandung arti bahwa ada transfer dari

     petani produsen kepada produsen input non tradable.

    2.  Kebijakan Input –  Output

    a.  Effective Protection Coefficient   (EPC) = (A-B)/(E-F). : yaitu indicator

    yang menujukkan tingkat proteksi simultan terhadap output dan input

    tradable. Kebijakan masih bersifat positif jika nilai EPC> 1.

     b. 

     Net Transfer   : NT = D  –   H : Transfer bersih merupakan selisih antara

    keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen dengan

    keuntungan bersih sosialnya. Nilai NT > 0, menunjukkan tambahan

    surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang

    diterapkan pada input dan output.

    c.  Profitability Coefficient   : PC = D/H. : Koefisien keuntungan adalah

     perbandingan antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima

     produsen dengan keuntungan bersih sosialnya. Jika PC > 0, maka secara

    keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produsen.

    d. 

    Subsidy Ratio to Producer  (SRP) = L/E = (D –  H)/E, yaitu indicator yang

    menunjukkan proporsi penerimaan pada harga social yang diperlukan

    apabila subsidi atau pajak digunakan sebagai pengganti kebijakan.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    58/109

    58

    4.6.4  Analisis Sensitivitas

    Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara

    sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila

    terdapat kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan-perkiraan yang dibuat

    di dalam perencanaan. Suatu analisis kepekaan dikerjakan dengan mengubah

    suatu unsur atau mengkombinasikan unsur-unsur, kemudian menentukan

     pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Ada beberapa kemungkinan

    yang dapat terjadi di masa datang yang dapat merubah rasio-rasio PAM. Namun

    kemungkinan tersebut sangat banyak maka analisis kepekaan dibatasi hanya

    terhadap kemungkinan perubahan yang memiliki pengaruh yang besar terhadp

    hasil analisis, khususnya pada usahatani padi sawah. Pada analisis ini diasumsikan

    usahatani terjadi suatu kondisi yang tidak menguntungkan seperti berikut.

    (1) Terjadi penurunan harga bayangan output sebesar 20 persen. Penurunan

    harga bayangan output ini didasarkan pada asumsi bahwa harga bayangan

    output sangat berfluktuatif dan cepat berubah dalam periode tertentu.

    (2) Subsidi pupuk Urea, SP-36, ZA, dan NPK Phonska dihilangkan menjadi 0

     persen, yang dapat menyebabkan petani menerima harga pupuk dalam nilai

    finansial sesuai dengan harga bayangannya. Asumsi ini didasarkan pada

     pemikiran bahwa sejak Tahun 1994 subsidi pupuk mulai dihilangkan

    utamanya terhadap pupuk KCl. Selanjutnya subsidi terhadap jenis pupuk

    lainnya setiap tahun dilakukan pengurangan secara bertahap dan pada

    akhirnya akan dihapus hingga 0 persen sehingga usaha pertanian diharapkan

    dilakukan melalui pasar bersaingan sempurna.

  • 8/20/2019 jurnal pola tanam tanaman

    59/109

    59

    (3) 

    Ada kecenderungan bahwa produktivitas gabah menurun karena

     penggunaan benih padi bukan kualitas F1 (generasi pertama) tetapi

    turunannya berdasarkan sistem jalur benih antar lapang (jabal) dan adanya

    serangan hebat hama/penyakit. Turunnya produktivitas gabah akan

    menurunkan keuntungan privat dan pada akhirnya menurunkan daya saing

    usahatani padi sawah. Kalau teknologi produksi tidak berkembang, hasil

    gabah akan berkurang sampai 20%. Kasus ini dijumpai dibeberapa daerah

     produksi di Kabupaten Tabanan, yang menyebabkan petani menderita

    kerugian.

    (4) 

    Rupiah menguat (apresiasi) menjadi Rp 8.500,00 per US $. Asumsi ini

    didasarkan pada kenyataan bahwa mata uang Rupiah mengalami penguatan

    (apresiasi) terhadap Dollar Amerika Serikat.

    4.6.5  Analisis Titik Impas (Break Event Poin t )

    Analisis ini sering disebut juga dengan cost volume profit analysis. Karena

    analisa ini diperlukan u