18
JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan Hukum, Hak Asasi, dan Lingkungan Dalam Film Samin vs Semen) Oleh: AHMAD RAMZI FARHANI D1215003 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

JURNAL

REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN

(Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan Hukum, Hak Asasi,

dan Lingkungan Dalam Film Samin vs Semen)

Oleh:

AHMAD RAMZI FARHANI

D1215003

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

1

REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN

(Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan Hukum, Hak Asasi,

dan Lingkungan Dalam Film Samin vs Semen)

Ahmad Ramzi Farhani

Mahfud Anshori

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Ahmad Ramzi Farhani, D1215003. Representation of Injustice in Film

Samin vs Semen (Study on Semiotics Representation of Law Injustice, Human

Rights and Environment in Film Samin vs Semen), Thesis, Communication Studies

Program, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University

Surakarta.

Java Island is the center of development and the most populous island in

Indonesia. Many people from different regions come looking for luck. A variety of

jobs and factories exist in each city. Now, Java Island is also a popular mining

area for cement companies. Construction of a cement factory that is increasingly

widespread no longer pay attention to the environment. Rejection also comes

along with the construction of the factory. Conflict grows because of the

alignments that cause injustice.

This study wanted to analyze the representation of legal injustice, human

rights, and the environment. The semiotic method used for this research is

Charles Peirce's. Each element of the icons, indexes, and symbols present in the

semiotic method is analyzed through scenes in the film. The analysis used in this

study discusses the injustices that are divided into law, human rights, and the

environment.

The results of this study can be known film Samin vs Semen represents

injustice law, human rights, and environment. Injustice occurs with coercive

treatment, intimidation, threats, human rights, police, Indonesian military (TNI),

and government must be done as the organizer and the state apparatus. While

environmental injustice is under construction the factory should not be done

because it is against the natural conditions in the region.

Keywords: Representation, Semiotics Charles Barthes, Injustice

Page 3: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

2

Pendahuluan

Pembangunan berarti melakukan perubahan yang positif, tapi realitanya

tidaklah demikian. Pembangunan yang dilakukan untuk kemajuan suatu wilayah

juga memiliki dampak negatif baik bagi masyarakat maupun lingkungannya.

Seringkali masyarakat menjadi korban dalam pembangunan yang dilakukan

pemerintah ataupun pihak swasta.

Pusat pembangunan di nusantara adalah Pulau Jawa. Orang-orang

berlomba-lomba datang ke Pulau Jawa untuk mencari nafkah, untuk mengubah

kondisi perekonomian, dan berbagai macam alasan yang dimiliki tiap orangnya.

Perpindahan masyarakat ini menjadikan Pulau Jawa menjadi pulau terpadat di

nusantara. Berbagai macam lapangan pekerjaan, usaha, pertambangan, dan

lainnya juga marak.

Saat ini Pulau Jawa merupakan tambang popular bagi perusahaan-

perusahaan semen. Pembangunan pabrik semen di Pulau Jawa kian marak.

Pemerintah harus membagi pembangunan secara merata, tidak memaksakan

kehendak melakukan pembangunan tanpa batas di suatu pulau saja. Jika

pembangunan hanya berpusat pada satu pulau, maka dapat terjadi ketimpangan

antar pulau, konflik, dan kerusakan.

Konflik yang terjadi antara pabrik semen dengan masyarakat di sekitar

Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, terus berlanjut hingga kini. Masyarakat yang

ingin menjaga tempat tinggal serta lingkungan mereka, melakukan protes sampai

menempuh ke jalur hukum. Kemenangan masyarakat Kendeng di Mahkamah

Agung sepertinya tidak diacuhkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Sang Gubernur justru memilih untuk menerbitkan surat izin baru untuk PT Semen

Indonesia. Masyarakat yang ingin mempertahankan tempat tinggal mereka dari

kerusakan bukan hanya menempuh jalur hukum. Ketika hukum tak lagi di dengar

oleh penguasa, mereka turun ke jalan menyuarakan pendapatnya. Masyarakat

Kendeng berteriak kepada pemerintah tentang keadilan yang terabaikan.

Pemerintah, khususnya Provinsi Jawa Tengah, perlu melakukan reformasi dalam

menangani pembangunan pabrik semen. Pemerintah mungkin lupa bahwa sikap-

sikap kemanusiaan dan lingkungan perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan.

Page 4: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

3

Dalam upaya memperlihatkan bentuk ketidakadilan yang dilakukan

pemerintah, salah satu cara disampaikan dengan media massa. Media massa

mempunyai peranan yang sangat penting untuk menyampaikan pesan informasi

kepada masyarakat tentang ketidakadilan pemerintah dalam melakukan

pembangunan. Film merupakan salah satu media massa yang efektif untuk

menyampaikan sebuah pesan dan mempengaruhi khalayak.

Dari hal-hal yang telah dikemukakan, peneliti tetarik untuk meneliti lebih

jauh dan dalam wacana yang terkandung di dalam Film Samin vs Semen sekaligus

memberikan suatu kesadaran pentingnya keadilan yang berprikemanusiaan dalam

melakukan pembangunan. Permasalahannya adalah “Representasi Ketidakadilan

dalam Film Samin vs Semen”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka penelitian ini

dimaksudkan: Bagaimana representasi yang terkandung dalam simbol-simbol

ketidakadilan yang terdapat dalam film Samin vs Semen?

Kerangka Teori

1. Komunikasi

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya akan saling bergantung

dengan orang lain. Ketergantungan secara langsung maupun tidak langsung

menyebabkan terjadinya komunikasi. Menurut istilah komunikasi atau dalam

bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication dan

bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya

adalah memiliki makna yang sama (Effendy. 1986: 11).

Komunikasi sudah menjadi sifat alamiah manusia. Manusia dalam

kesehariannya pasti melakukan komunikasi baik itu secara lisan maupun

simbol. Menurut Thomas M. Scheidel yang dikutip oleh Deddy Mulyana

(2005: 4) mengemukakan, orang berkomunikasi terutama untuk menyatakan

dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang

di sekitarnya, dan untuk memengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau

berperilaku sebagaimana yang diinginkan. Namun tujuan utama komunikasi

Page 5: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

4

sejatinya adalah mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi. Adapun

pengertian komunikasi yang lainnya, yaitu menurut Stephen Littlejohn yang

dikutip oleh Morissan (2013: 8), komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata

“komunikasi” bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak

arti.

1.1. Komunikasi Massa

Kini media massa semakin berkembang secara pesat dengan

adanya teknologi internet. Media massa mempunyai peranan yang sangat

penting untuk menyampaikan pesan informasi kepada masyarakat dan

film merupakan salah satu media massa yang efektif untuk

menyampaikan sebuah pesan dan mempengaruhi khalayak. Menurut

Everett M. Rogers yang dikutip oleh Sumadiria (2014: 236-237), terdapat

empat era hubungan komunikasi di masyarakat.Pertama era tulis, era

media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi

interaktif. Lahirnya media interaktif saat ini adalah bergabungknya

teknologi informasi berupa radio, telepon, video, komputer, dan televisi

menjadi sebuah media baru bernama internet.

2. Representasi

Representasi merupakan salah satu praktek utama yang memproduksi

kebudayaan dan sebuah posisi kunci dalam sesuatu yang disebut circuit of

culturel (Hall, 1997:1). Lingkaran kebudayaan terdiri dari lima elemen yaitu

identitas, produksi, konsumsi, regulasi, dan representasi, yang masing-masing

mempunyai hubungan timbal balik satu sama lain. Secara sederhana,

kebudayaan adalah tentang, shared meanings, ia merupakan sebuah proses,

kesatuan praktek-praktek yang berkenaan dengan produksi dan pertukaran

makna di antara anggota masyarakat atau kelompok. Dan, bahasa adalah

sebuah media dimana kita dapat menangkap dan memahami hal-hal dimana

di dalamnya makna diproduksi dan dipertukarkan. Bahasa mampu melakukan

hal tersebut karena ia beroperasi sebagai sebuah sistem representasi, demikian

juga halnya film bekerja.

Page 6: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

5

Menurut Tim O‘Sullivan, dalam Noviani (2006) istilah representasi

memiliki dua pengertian. Pertama, representasi sebagai sebuah proses sosial

dari representing. Kedua, representasi sebagai ―produk‖ dari proses sosial

representing. Istilah yang pertama merujuk pada prosses sedangkan yang

kedua merupakan produk dari pembuatan tanda yang mengacu pada suatu

makna (Noviani, 2002:61).

3. Film Sebagai Komunikasi Massa

Media kominikasi kini sangat beragam dan selalu berkembang

mengikuti zamannya. Film adalah salah satu media komunikasi yang turut

hadir dalam bermasyarakat. Film menjadi media massa yang mempunyai

pengaruh kuat untuk khalayak karena sebuah film mampu menjangkau segala

kelas dalam lapisan masyarakat. Suatu film pada dasarnya dibuat untuk

ditonton secara massal (Van Gastel, 1960: 21). Film bukan hanya menyajikan

sebuah cerita, tetapi bisa juga menyajikan suatu peristiwa, drama, dan sajian

lainnya. Film juga dapat dijadikan sebagai hiburan bahkan sebagai alat

propaganda. Dalam penggunaan lain, film juga menjadi alat bagi seniman

film untuk mengutarakan gagasan, ide, lewat suatu keindahan (Marselli

Sumarno, 1996: 27).

Film merupakan sebuah cermin atau jendela masyarakat di mana media

massa itu berada. Nilai, norma, dan gaya hidup yang berlaku pada masyarkat

akan disajikan dalam film yang diproduksi. Film juga berkuasa meneretapkan

nilai-nilai budaya yang penting dan perlu diyakini oleh masyarakat, bahkan

nilai-nilai yang merusak sekalipun (Deddy Mulyana, 2008: 89). Dalam

pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis. Proses

pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan dikerjakan.

Sedangkan proses teknis berupa ketrampilan artistik untuk mewujudkan

segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton. Oleh karena

itu suatu film terutama film cerita dapat dikatakan sebagai wahana

penyebaran nilai-nilai (Effendy, 2006 : 16).

Page 7: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

6

4. Keadilan

Keadilan merupakan hakikat yang tertuang dalam Pancasila. Setiap

masyarakat memiliki hak keadilan tanpa melihat statusnya dimata negara atau

hukum. Keadilan juga menjadi syarat mutlak dalam hubungan antar manusia,

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berbicara

keadilan maka rakyat kecillah yang paling menginginkan terlaksananya

keadilan, karena fokus utama dari keadilan sosial adalah perhatian pada nasib

masyarakat kecil atau masyarakat yang terbelakang.

4.1. Hukum

Hukum adalah norma atau aturan yang dibuat agar manusia sebagai

makhluk hidup memilik tingkah laku yang tidak melanggar ketertiban

umum, menghormati hak orang lain, mencegah dari pertikaian, dan

sebagainya. Menurut Prof. Mr. J. Eggens dalam pidato perpisahannya

pada 16 Desember 1961 sebagai Guru Besar Universitas Amsterdam

dalam buku Gunawan Setiardja (1993: 149), yaitu:

“Arti hukum itu melebihi totalitas dari bagian-bagiannya,

sistemnya itu melebihi suatu penyusunan, yang merangkum

bagian-bagiannya terinci. Kalau demikian maka justru

perumusanperumusan itu tidak dianggap sebagai bagian-bagian

yang terpisah, yang masing-masing meluluh menambahkan pada

apa yang telah dirumuskan, yang kedudukannya sejajar

berdampingan. Kalau demikian maka perumusan-perumusan

(batasan-batasan) dianggap sebagai kekhususan-kekhususan dari

yang umum (hukum)”.

Jika suatu negara berpegangan dalam nilai keadilan, maka apa yang

dinilai adil belum tentu sesuai dengan kepastian hukum. Selain itu, nilai

kegunaan pun akan berbeda. Apabila negara memilih condong pada nilai

kegunaan, maka itupun dapat menggeser nilai keadilan dan juga nilai

hukum. Begitupun jika negara hanya berpegang pada nilai hukum saja,

tidak akan selaras. Maka dari itu, ketiga nilai-nilai dasar ini harus

dijalankan secara imbang agar dapat berjalan dengan sebagaimana

fungsinya.

Page 8: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

7

4.2. Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki setiap individu.

Wacana hak asasi di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru karena sejak

sebelum kemerdekaan para pejuang dengan gigih memperjuangkan

martabat kemanusiaan agar tidak lagi terjadi penindasan oleh penjajah.

Pelanggaran hak asasi manusia merupakan ancaman besar untuk

suatu negara. Para ahli memiliki semacam kesepakatan dalam

mendefinisikan pelanggaran hak asasi manusia itu sebagai suatu

pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari instrumen-

instrumen internasional hak asasi manusia (Smith dkk, 2010: 69). Negara

wajib turun tangan dalam melakukan pencegahan agar tidak terjadi

pelanggaran hak asasi manusia karena itu merupakan tugas negara.

Apabila ada pelanggaran hak asasi yang dikategorikan berat, maka

negara wajib untuk berupaya menyelesaikannya (Smith dkk, 2010: 71).

Hal ini penting untuk pemulihan korban dan juga tidak terjadi hal yang

serupa di masa yang akan datang.

4.3. Lingkungan

Lingkungan hidup terbagi menjadi tiga, yaitu lingkungan alam,

lingkungan sosial, dan lingkungan buatan (Arif Zulkifli, 2014: 12).

Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam diciptakan oleh

Allah Swt dan bersifat alami. Sedangkan lingkungan adalah lingkungan

yang dibuat secara sengaja atau tidak sengaja karena kebutuhan mereka

untuk menunjang kehidupan. Contohnya adalah perkebunan, sawah,

tambak, industri tekstil, dan sebagainya. Lingkungan sosial adalah tempat

terjadinya interaksi sesame manusia itu sendiri. Jadi ketiganya saling

berkaitan dan perlu dijaga dengan baik.

Manusia sebagai makhluk hidup yang mampu berpikir seharusnya

menjaga lingkungannya. Manusia perlu menjaga ekosistem karena setiap

kegiatan atau aktivitas yang bertujuan memenuhi kebutuhannya akan

mempengaruhi lingkungannya, meskipun ada juga

Page 9: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

8

permasalahanpermasalahan lingkungan yang tidak disebabkan oleh

manusia.

Pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat

pada lingkungan alam saja, tetapi juga turut mempengaruhi

keberlangsungan hidup makhluk hidup lainnya, tanaman, hewan, dan

manusia itu sendiri. Jika lingkungan sudah tercemar melalui tanaman,

maka makhluk hidup yang memakan tanaman seperti sapi, kambing, atau

domba akan terpengaruh pada kondisi tubuhnya. Kalau manusia

memakan daging dari hewan tersebut, maka akan membahayakan untuk

kesehatannya.

5. Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sebuah makna atau suatu

tanda. Danesi mengatakan bahwa tugas pokok semiotika adalah

mengidentifikasi, mendokumentasi, dan mengklarifikasi jenis-jenis utama

tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat representatif

(2010: 20). Semiotik digunakan untuk melacak makna-makna yang diangkat

dengan teks berupa lambing (sign). Artinya pokok penting dalam analisis

semiotik adalah pemaknaan terhadap lambing-lambang (Pawito, 2007: 156).

5.1. Charles Peirce

Istilah Semiotik yang dikemukakan pada akhir abad ke-19 oleh

filosof aliran pragmatik Amerika yaitu Charles Sanders Pierce (Budiman,

1999: 107). Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari

AS yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Filsuf

Amerika ini terkenal dengan pemikiran pragmatisnya yang menyatakan

bahwa tidak ada objek. Kebermaknaannya hanya ada apabila objek atau

konsep tersebut diterapkan dalam praktik.

Pierce mengemukakan sebuah tanda adalah representamen, makna,

dan tanda sesungguhnya adalah apa yang diacunya (Kurniawan, 2001:

21). Dalam relasi triadic ini terdapat tiga konsep penting dalam

Page 10: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

9

pemikiran Peirce, yaitu ikon (objek), indeks (interpretasi), dan simbol

(tanda).

Tabel 1 Bagan Trikotomi Pierce (hubungan tanda dengan

objeknya)

Tanda Ikon Indeks Simbol

Hubungan

tanda

dengan

sumber

acuannya

Tanda dirancang

untuk

mempresentasikan

sumber acuan

melalui simulasi

atau persamaan

(artinya sumber

dapat dilihat,

didengar, dsb)

Tanda dirancang

untuk

mengindikasikan

sumber acuan atau

saling

menghubungkan

sumber acuan

Tanda dirancang

untuk

menyandikan

sumber acuan

melalui

kesepakatan

atau persetujuan

Ditandai

dengan

Persamaan

(Kesamaan)

Hubungan sebab-

akibat

Konversi

Contoh Gambar, patung,

Tokoh besar, dsb.

Asap/api,

gejala/penyakit,

bercak

merah/campak, jari

yang menunjuk

kata keterangan di

sana, kau, dia, dsb.

Kata-kata

isyarat simbol

matematika,

simbol sosial

Proses Dapat dilihat Dapat diperkirakan Harus dipelajari

Sumber: Alex Sobur (2009: 34)

Metodologi

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif merujuk pada prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskripsi, temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian deskripsi

menggambarkan dengan jelas dan rinci, sebuah masalah yang akan diteliti

kedalam sebuah kata-kata.. Dengan analisis data sedekat mungkin dengan bentuk

aslinya seperti waktu dicatat.

Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena metode ini dapat

mengkaji masalah mengenai pengungkapan makna film yang berisikan lambang

atau simbol, ikon, dan indeks. Sehingga untuk menjelaskan analisis data tersebut

Page 11: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

10

diperlukan penjelasan secara mendalam yang dapat diungkapkan menggunakan

pendekatan kualitatif.

Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan metode analisis semiotika.

Semiotika sendiri bermaksud untuk mengidentifikasi dan memaknai lambang

(sign). Model semiotika yang digunakan adalah model Charles Peirce. Semiotika

sebagai ilmu pengetahuan memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang

berdasarkan tanda. Oleh karena itu, teori ini cocok untuk membantu menemukan

makna dari simbol/tanda yang ada pada film Samin vs Semen.

Sajian dan Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menunjukkan beberapa scene yang

menunjukkan representasi ketidakadilan dalam film Samin vs Semen. Dalam

analisisnya, penulis menggunakan metode semiotika Charles Peirce. Penulis juga

mengikutsertakan unsur-unsur film berupa komunikasi verbal maupun non verbal.

Scene terpilih selanjutnya dianalisis melalui semiotika Charles Peirce, yakni ikon,

indeks, dan simbol.

A. Hukum

1. Korpus Pertama

Gambar 1. Massa melakukan aksi di jalan akses menuju pabrik

Dalam korpus pertama terdapat sebuah scene menampilkan

rombongan ibu-ibu duduk memenuh jalan masuk menuju pabrik, namun

oleh polisi diangkat dan dilempar ke luar jalan. Perlakuan tersebut

Page 12: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

11

merupakan tindakan koersif yang tidak seharusnya dilakukan. Pada adegan

ini juga terlihat polisi yang membagikan pentungan ke anggota lain, serta

polisi yang mempertanyakan kegiatan ibu-ibu serta mengancam akan

menangkap dan memenjarakan dengan atas nama undang-undang.

Selain itu, tindakan koersif polisi terhadap seorang jurnalis yang

meliput. Dalam gambar juga menunjukkan jurnalis tersebut dikepung

beberapa orang polisi dan salah seorang diantaranya berusaha merebut alat

perekam dan sambil menunjuk wajah jurnalis dengan agresif. Padahal

sejak reformasi, kegiatan jurnalistik mulai dibebaskan dan diatur dalam

undang-undang pers. Menurut Undang-Undang Pers Nomer 40 Tahun

1999 Tentang Pers.

2. Korpus Kedua

Gambar 2. Joko Prianto

Tanda dalam korpus 2, berdasarkan pernyataan verbal yang

diungkapkan oleh Joko Priyanto dapat diketahui bahwa warga yang

melakukan penolakan terhadap pabrik semen mendapatkan intimidasi serta

ancaman-ancaman lainnya. Dari scene ini dapat diberi suatu makna bahwa

warga yang melakukan penolakan terhadap pabrik semen mendapatkan

ketidakadilan dalam menyuarakan pendapatnya. Mereka diperlakukan

secara tidak adil dengan ancaman kekerasan, baik fisik maupun mental.

Dalam hukum yang berlaku di Indonesia tentu saja hal ini melanggar

Ketentuan Umum Hukum Pidana pasal 335 ayat 1 dan orang-orang yang

mencederai hukum ini patut untuk diperiksa.

Page 13: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

12

3. Korpus Ketiga

Gambar 3. Gunretno berinteraksi dengan dua petani

Pada korpus ketiga yang ditunjukkan dengan scene ke-51

menampilkan Gunretno yang mewawancarai dua petani Tuban. Dari scene

51 yang ditampilkan tersebut dapat diberi suatu makna bahwa dalam

praktek pembelian suatu lahan sangat rentan pemaksaan. Pernyataan yang

dikemukakan oleh kedua petani asal Tuban bisa menggambarkannya.

Padahal hukum juga telah melarang praktek pemaksaan bagaimanapun

bentuknya. Selain itu, secara tidak langsung bisa dikatakan masih banyak

orang yang memanfaatkan jabatan/pekerjaannya sebagai ancaman. Seperti

aparat negara yang memaksa warganya. Kejadian di Tuban yang sudah

berlalu akan dijadikan pelajaran oleh Gunretno, Orang Samin, dan warga

Rembang.

Page 14: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

13

B. Hak Asasi Manusia

1. Korpus Keempat

Gambar 4. Joko Prianto

Korpus keempat pada scene ke-31 ini, diberi suatu makna bahwa

seseorang mempertahankan hak hidupnya dengan cara bernegosiasi

dengan pihak lain yang memiliki perbedaan pandangan dengannya. Seperti

Joko Prianto yang menanyakan ke pihak pemerintah, kesejahteraan yang

bagaimana yang pabrik semen berikan nantinya, padahal warga saat ini

sudah merasa sejahtera dengan pertanian.

Adapun pelanggaran hak pada Undang-Undang Dasar 1945 tentang

perlindungan hak asasi manusia pada pasal 28A yaitu setiap orang berhak

untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pada pasal 28D ayar 1 juga disebutkan bahwa setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama dihadapan hukum. Pasal 28 I ayat 4 juga mengatur

bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi

manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

Page 15: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

14

2. Korpus Kelima

Gambar 17. Gunretno berdiskusi dengan warga

Pada korpus kelima, scene 49 yang ditampilkan tersebut dapat diberi

suatu makna bahwa warga mencoba untuk mendapatkan haknya dalam

menentukan nasibnya sendiri. Pernyataan Gunretno yang mewakili warga

kontra pabrik semen merupakan salah satu bentuk penggambaran yang

diberikan oleh pembuat film. Menurut Rhona Smith dkk (2010; 94), hak

untuk menentukan nasib sendiri merupakan hak yang istimewa karena

muncul di kedua Konvenan Kembar. Berakar dari dekolonisasi, pada

awalnya penentuan nasib sendiri dilihat sebagai mekanisme untuk negara

agar dapat mendapatkan kemerdekannya dari kekuatan-kekuatan kolonial.

3. Korpus Keenam

Gambar 20. KTP Gunarti

Page 16: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

15

Pada korpus keenam ini, dalam film ini bercerita Gunarti yang

menunjukkan kolom agama yang kosong. Gunarti harus melewati proses

debat di kecamatan agar kolom agama di KTP kosong, karena sebenarnya

kolom agama orang Samin sudah boleh kosong, kalau dulu tulisan kolom

agama Islam. terjadi pelanggaran hak untuk beragama dan berkeyakinan

yang sesungguhnya diatur dalam Pasal 29 ayat 1 dan 2 Undang-Undang

Dasar 1945 yang berbunyi:

(1) “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.”

(2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu.”

C. Lingkungan

1. Korpus Ketujuh

Gambar 21. Gunarti di kandang sapi

Pada korpus ketujuh dapat diberi suatu makna bahwa wilayah

pegunungan karst yang memiliki jenis tanah gamping juga memiliki

vegetasi tanaman yang baik, serta memiliki ragam hewan. Warga sudah

merasa cukup dengan apa yang disediakan alam semesta dari Tuhan.

Mereka tidak lagi memerlukan pabrik semen, karena mereka sudah

tercukupi dengan apa yang mereka miliki. Selain itu, apabila dilakukan

penambangan ini akan berdampak pada penampungan air yang ada di

bukit karst.

Page 17: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

16

2. Korpus Kedelapan

Gambar 8. Goa pegunungan karst yang menjadi mata air masyarakat.

Pada korpus kedelapan dapat diberi suatu makna bahwa wilayah

pegunungan karst kendeng bukanlah wilayah yang baik untuk dijadikan

lahan tambang karena cadangan air yang ada di dalam pegunungan karst

dapat berkurang seperti yang dikatakan oleh San Afri. Kawasan

pegunungan karst kendeng juga patut dirawat karena keindahannya

alamnya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa film Samin vs Semen

merepresentasi ketidakadilan hukum, hak asasi, dan lingkungan. Ketidakadilan

terjadi dengan adanya perlakuan koersif, intimidasi, ancaman, pelanggaran hak

asasi pun terjadi dari pihak-pihak kepolisian, TNI, serta pemerintahan bukanlah

sikap yang harus dilakukan sebagai penyelenggara dan aparatur negara.

Sedangkan ketidakadilan lingkungan memperlihatkan bahwa pembangunan pabrik

tidak seharusnya dilakukan karena bertentangan dengan kondisi alam di kawasan

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, K. (1999). Kosa Semiotika. Yogyakarta: LKIS.

Danesi, M. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna Buku Teks Dasar Mengenal

Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra .

Effendy, O. U. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Effendy, O. U. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Page 18: JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN … D1215003.pdf · JURNAL REPRESENTASI KETIDAKADILAN DALAM FILM SAMIN VS SEMEN (Studi Tentang Semiotika Representasi Ketidakadilan

17

Hall, Stuart. (1997). Representation Cultural Representations And Signifying

Practice. The Open University: Sage Publication. Ltd.

Kurniawan. (2001). Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesiatera.

Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, D. (2008). Komunikasi Massa Kontroversi, Teori, dan Aplikasi.

Bandung: Widya Padjajaran.

Noviani, Ratna. (2002). Jalan Tengah Memahami Iklan, Antara Realitas,

Representasi, dan Simulasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Pelangi Aksara.

Setiardja, G. (1993). Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila.

Yogyakarta: Kanisius.

Smith, R. K. (2008). Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PUSHAM UII.

Sobur, A. (2009). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sumadiria, H. (2014). Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Sumarno, M. (1996). Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia.

Zulkifli, A. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Salemba Teknika

http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf, Dipetik pada 18 Oktober 21.24