Upload
dinnadinun
View
348
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL
MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH
KELOMPOK 1
Selasa, 20 Maret 2012
Lisye Ira Anne 260110090091
Hawa April Yani 260110090101
Rendi Mulyadi Irawan 260110097003
Jalaludin 260110097004
Fitria 260110097005
Ismail Ahsanuddien A 260110097006
LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI
SEDIAAN SOLIDA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan tablet parasetamol dengan cara granulasi
basah.
2. Melakukan uji quality control (QC) terhadap tablet parasetamol.
II. PRINSIP
1. Metode granulasi basah
2. Evaluasi tablet berdasarkan standard quality control (QC) :
- Kekerasan tablet
- Waktu hancur
- Keseragaman bobot dan bentuk
- Keseragaman ukuran
- Friabilitas
- Abrassion
- Sifat aliran
- Kadar air
III. TEORI DASAR
3.1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk
rataatau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebihdengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsisebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atauzat lain yang cocok.
(Farmakope indonesia Ed IV, 1995, hal 4).
Jenis-Jenis tablet
Jenis-jenis tablet yaitu (Gennaro, 1998) :
1. Tablet kempa, dibentuk dengan pengempaan dan tanpa lapisan khusus.
Dibuat dari serbuk, kristal atau bahan granul sendiri atau penggabungan
dengan pengikat, penghancur, pelicin, pengisi dan dan dalam banyak kasus,
pewarna.
2. Tablet salut film, tablet kempa yang dilapisi dengan lapisan tipis dari bahan
yang tidak larut air.
3. Tablet salut enteric, tablet kempa yang disalut dengan bahan yang tahan
terhadap larutan / cairan lambung tetapi dapat larut didalam usus.
4. Tablet tempa ganda, tablet kempa yang dibuat dengan lebih dari satu kali
siklus tekanan.
5. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet
pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat diulangi untuk
menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan.
6. Tablet pelepasan yang dikendalikan : tablet kempa dapat diformulasikan
untuk melepaskan obat secara lambat dalam periode waktu yang lama.
7. Tablet untuk larutan, tablet kempa yang digunakan dalam penyiapan larutan.
Keuntungan Tablet
Keuntungan penggunaan tablet yaitu (King, 1984) :
1. Rasa pahit, mual, dan rasa tidak enak dari obat dapat diubah dan kadang-
kadang menjadi enak dengan menyalut isi tablet atau granul tablet dengan
penyalut yang cocok. Penyalut ini hanya dibutuhkan untuk melindungi tablet
selama waktu yang normal.
2. Keuntungan di bidang pemasaran dari tablet adalah mudah diatur dengan
dosis yang akurat. Jika dibagi dapat memiliki keseragaman distribusi ke
seluruh tablet untuk menjamin keakuratan ketika tablet dibelah atau satu/lebih
bahan terapetik dapat dibagi menjadi bagian spesifik seperti lapisan, pellet,
atau granul untuk menambah efek terapetik.
3. Tablet tidak mengandung alkohol. Alkohol merupakan bahan penting untuk
meningkatkan kelarutan atau stabilitas dari bentuk lain dari obat. Tidak
adanya alkohol dalam tablet secara normal mengurangi biaya produksi.
4. Tablet dapat dengan mudah disesuaikan dengan berbagai variasi sediaan dari
bahan obat. Oleh karena itu konsentrasi obat yang sesuai tersedia dengan
mudah dan ekonomis, baik untuk dokter, pasien, maupun farmasis.
5. Sifat alami tablet memberi kesan layak secara psikologis karena hampir
semua diterima oleh pasien.
6. Untuk kenyamanan dalam penggunaan, tablet dibuat dalam bentuk sangat
praktis dan efisien untuk pengobatan. Tablet menyenangkan bagi farmasis
karena kemudahan dalam pengemasan dan penyaluran.
Kerugian Tablet
Kerugian penggunaan tablet yaitu (Lachmann, 1994) :
1. Beberapa bahan tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis.
2. Obat yang sukar dibasahkan lambat melarut, absorpsinya tinggi dalam saluran
cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas akan sukar atau tidak mungkin
diproduksi untuk menghasilkan bioavailibilitas yang tidak cukup atau kurang.
3. Obat yang biasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaaban udara perlu penyalutan
atau pengkapsulan sebelum dikempa.
Sifat-sifat Tablet
Sifat-sifat dari sediaan tablet (Jenkins, 1957) :
1. Kekerasan
Sebuah tablet yang baik adalah tablet yang cukup keras untuk dipegang
sampai digunakan. Dalam bentuk lain tablet tidak boleh terlalu keras karena
akan gagal dalam penghancuran atau gagal dalam larut dengan mudah.
2. Keseragaman Bahan Aktif
Farmakope Amerika dan Formularium Nasional menetapkan batasan dalam
potensi tablet.
3. Keseragaman Bobot
Walaupun telah diketahui sejak lama bahwa secara kasat variasi kadang-
kadang terjadi dalam berat dari banyak yang sama dan secara praktis cukup
sulit dalam menyusun batasan yang layak lain daripada dinyaatakan secara
langsung dalam pengujian yg baru saja dinyatakan.
4. Proses Penghancuran
Jika tablet diharapkan efektif dalam pengobatan maka jelas tablet tersebut
harus larut atau hancur dengan cepat.
5. Penampilan yang menyenangkan; penampilan menarik, menyenangkan dan
secara total harus menghindari hal-hal yang bersifat mengganggu melalui satu
beberapa dari panca indra kita.
6. Homogenitas; menunjukkan distribusi yang layak dan akurat dari bahan aktif
atau bahan lain.
7. Mudah dalam pembuatan; produksi dalam jumlah besar dari beberapa
permintaan komoditas secara layak mudah dalam pembuatan, baik dari segi
pembiayaan dan juga dari sudut pemeliharaan bahan.
8. Ekonomis dalam produksi.
Metode pembuatan tablet
Metode pembuatan tablet ( Parrot, 1971) :
1. Granulasi basah
Penyiapan bahan obat dan zat tambahan.
Penyediaan larutan pengikat.
Pencampuran larutan pengikat pada pencampuran serbu massa
lembab/basah.
Pengayakan granul kering dengan lubrikan dan penghancur.
Pengayakan granul kasar dan massa basah dan pengahancur .
Pencampuran granul yang diayak dengan pelicin dan penghancur.
Pengempaan tablet.
2. Granulasi kering
Penggerusan bahan obat dan bahan tambahan.
Pencampuran serbuk yang digerus.
Pengempaan massa tablet besar dan keras yang disebut slug.
Pengayakan slug.
Pencampuran dengan lubrikan dan penghancur.
3. Kempa langsung
Penggerusan bahan obat dan zat tambahan.
Pencampuran bahan-bahan.
Pengempaan tablet.
Komposisi tablet
Obat tablet kempa mengandung 2 kelompok dasar darikomposisinya, yaitu
(1) zat aktif/bahan obat, (2) zat tambahan seperti (1) diluent/pengisi, (2) pengikat,
(3) penghancur, (4) lubricant, (5) pewarna, dan (6) pemberi rasa. Terkadang, satu
zat tambahan dapat memiliki fungsi ganda mislanya sukrosa dapat berfungsi
sebagai pengisi dan juga pengikat.
Komposisi dari sediaan tablet yaitu (King, 1984) :
Diluent
Dikenal juga sebagai pengisi atau dasar yang ditambahkan kedalam formula
tablet untuk menambah besarnya tablet untuk kemudahan dan keserasian
ukuran yang dapat dikerjakan. Ini benar-benar perlu ketika dosis dari obat
dalam setiap tablet sangat kecil, misalnya tablet 10 mg
metiltestosteron.Diluent, seperti zat tambahan lain harus cocok dengan obat,
stabil secara fisik, inert secara psikologis dan tidak bereaksi dengan bahan-
bahan lain. Contohnya garam kalsium tidak boleh digunakan sebagai
pengisi untuk tetrasiklin karena garam ini dapat berpengaruh terhadap
absorbsi antibiotik. Penggunaan lempung adsorbent seperti bentonit dan
kaolin harus dihindari ketika membuat tablet yang mengandung sedikit
sediaan oba tseperti glikosida jantung, alkaloid dan estrogen. Berikut ini
adalah bahan-bahan serbuk yang merupakan contoh pengisi : laktosa,
sukrosa, NaCl, mannitol, susu padat pilihan, amilum, kaolin, dan bahan
murni lain, kalsium karbonat, kalsium sulfat, dikalsium sulfat,. Jumlah yang
sama dari laktosa dan dikalsium fosfat digranulasikan dengan pasta amilum
biasanya digunakan sebagai pengikat granul. Ternyata semua komponen,
termasuk pengisi dalam tablet ditujukan untuk persiapan larutan, harus
dapat melarut.
Pengikat / Binder
Pengikat adalah bahan adhesif yang digunakan untuk menyatukan serbuk
menjadi granul dan membantu dalam pengempaan tablet, setelah
pengempaan, pengiriman, dan selama berada ditangan farmasis dan pasien.
Sebagai tambahan, granul memberi aliran yang pantas pada granulasi
selama proses produksi tablet. Binder harus memiliki sifat adhesif yang
layak untuk mengikat serbuk formulasi tablet tetapi tidak cukup untuk
menyebabkan kekerasan tablet melampaui batas karena dapat menunda atau
menghindari terjadinya disintegrasi dan melarutnya tablet. Bahan-bahan
berikut ini adalah contoh pengikat : air, alkohol, aseton, pasta amilum (10-
17%), sirup sukrosa (50-85%), larutan gelatin (10-20%), mucilago akasia
(10-20%), larutan glukosa (25-50%), larutan alkohol-glukosa (50% alkohol,
25% glukosadan 25% air), pasta amilum (5% amilum dan 2% akasia
dalamair), metilselulosa-400 (4%), etil selulosa (5%) dalam alkohol, Na-
CMC, PEG 4000 atau 6000, dan polivinilpirolidon dalam air, alkohol dan
larutan hidroalkohol. Air, alkohol dan aseton atau campurannya bukan
merupakan pengikat yang tepat. Mereka bekerja dengan tujuan efek larutnya
diatas bahan lain misalnya selulosa pada formula tablet.
Disintegrator / Penghancur
Disintgrator adalah bahan yang ditambahkan pada formula tablet yang
ditujukan untuk menginduksi penghancuran tablet setelah digunakan dan
memperbesar kelarutan dari bahan obat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju kelarutan atau laju disintegrasi adalah :
sifat fisik dan kimia dari bahan dalam formula tablet
kekerasan tablet
luas permukaan
Pati jagung kering atau kentang, derivat selulosa, alginat, vegumHV,
bentonite, agar dan surfaktan tertentu adalah contoh dari penghancur yang
biasa digunakan. Penghancuran diyakini terjadi karena penggelembungan
penghancur yang terkena cairan gastrointestinal dan menambah pori-pori
dan aksi kapilaritas tablet.
Pelicin
Ditambahkan ke dalam granulasi tablet dengan tujuan:
Menambahkan sifat aliran dari granul
Menghilangkan adhesi pada permukaan dan dies
Mengurangi gesekan dinding die dan memfasilitasi pengeluaran
tablet setelah selesai. Banyak serbuk halus (ayakan 80 – 200)
digunakan sebagai lubrikan. Pemilihan sifat lubrikan berkaitan
dengan tujuan dari lubrikan yang disebutkan di atas. Contohnya
”glidants” yang menambah sifat aliran dari granulasi adalah kalsium
stearat, magnesium sterarat, amilum, NaCl, dan talk. Untuk
menghilangkan sifat adhesif antar permukaan punch dan diespaling
baik dicapai menggunakan materi yang lunak seperti lemak coklat,
dan lemak alami lainnya, lemak atau minyak sayur terhidrogenasi,
petroleum cair dan padat, natrium stearat, dan sabun lainnya, parafin
cair, asam stearat, dan lilin atau bahan mirip lilin. Lubrikan
ditambahkan untuk mengurangi pemakaian punch dan die dan untuk
mengurangi gesekan adalah kalsium stearat, magnesium stearat dan
talk.
Bahan pewarna
Bahan pewarna digunakan, sertifikasi FD dan C secara normal ditambahkan
dengan cara :
Melarutkan bahan cat pada larutan pengikat
Menyemprotkan granul dengan larutan cat khusus
Mendistribusikan cat selama pencampuran kering kemudian
menggunakan granulasi basah
Menambahkan triturat dari cat ke amilum atau kalsium sulfat (hanya
cocok untuk pastel berwarna) Triturat zat warna seperti ini tersedia
secara komersil, granulasi ayakan no. 40 atau halus sangat penting
untuk menghindari tablet yang berbintik-bintik. Bahan pewarna
menambah penampilan tablet dan membantu dalam identifikasi
produk.
Bahan pengaroma
Jika bahan pengaroma digunakan, biasanya dilakukan dengan penyemprotan
larutan alkohol dari minyak atsiri atau bahan pengaroma lain keatas granul-
granul kering sebelum pengempaan dari penyelesaian tablet. Setelah
penyemprotan granul, digulingkan dan kadang-kadang disimpan dalam
wadah tertutup. Untuk memungkinkan penyerapan yang besar dari
pengaroma kadang-kadang pengaroma buah juga dicampurkan ke dalam
campuran serbuk massa sebelum granulasi.
3.2.Preformulasi
Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menyiapkan dasar
rasional untuk metode preformulasi, untuk memaksimalkan kesempatan dalam
mengoptimalkan sebuah produk obat dan penampilannya.Dari sudut pandang
seorang formulator tablet, informasi preformulasi yang paling penting adalah studi
kestabilan zat tambahan obat.Pertanyaan berikutnya, untuk obat baru.Sebuah obat
dimana formulasinya memiliki pengalaman yang kurang adalah untuk memilih
bahan, zat tambahan yang mana baik secara kimia – fiika cocok dengan obatnya.
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang
mana ahli farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam
pertanyaan yang mana dianggap pening dalam formulasi yang stabil, efektif dan
bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, sifat
pH, solubility, sifat pH stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas
obat dan disolusi dievaluasi selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi.
Interaksi dengan berbagai bahan – bahan inert yang dimaksudkan untuk
penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui.Data yang didapat dari
evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan farmakologi
dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang mengizinkan
pemilihan dari dosis yang optimum mengandung bahan – bahan inert yang paling
diminati perkembanganya dalam perkembangan. (Gennaro, 1998)
Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan
mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal mungkin
tanpa mengorbankan bagian–bagian yang perlu. Formulasi dari tablet
membutuhkan pertimbangan antara lain (Liebermann, 1990) :
1.Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif.
2.Stabilitas dari bahan aktif.
3.Kelarutan dari bahan aktif.
4.Kerapatan dari bahan aktif.
5.Kemampuan pengampaan dari bahan aktif.
6.Penyeleksian bahan tambahan.
7.Metode dari granulasi.
8.Karakter dari granulasi.
9.Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas.
10.Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban).
11.Stabilitas dari produk obat.
12. Ketersediaan.
3.3. Evaluasi Granul dan Evaluasi Tablet
I. Evaluasi Granul
1. Uji kadar air
a. Susut pengeringan ( LOD = Loss On Drying ) yaitu suatu pernyataan
kadar, kelembaban berdasarkan berat basah dengan rumus :
%LOD =
Syarat nilai % LOD yang baik adalah antara 0% - 100%
b. Kandungan kelembaban (MC = Mouisture Consentration ) yaitu suatu
perhitungan berdasarkan berat kering dengan rumus :
%MC =
Syarat nilai % MC yang baik adalah dari 0% sampai tak
terbatas(Lachmann, 1994)
2. Uji bobot jenis
Dilakukan untuk menentukan 3 macam berat jenis yaitu :
Berat jenis sejati yaitu massa partikel dibagi volume partikel tetapi tidak
termasuk rongga terbuka dan tertutup.
Berat jenis nyata adalah massa partikel dibagi volume partikel tidak
termasuk rongga terbuka tetapi termasuk rongga tertutup.
Berat jenis efektif adalah massa partikel dibagi volume partikeltermasuk
rongga terbuka dan tertutup(Lachmann, 1994)
4. Uji kecepatan aliran
Dengan cara mengalirkan granul melalui celah yaitu lingkaran yang
dipasang pada wadah silinder, suatu petunjuk sederhana dari kemudahan
dimana bahan dapat diinduksi untuk mengalir diberikan dengan menggunakan
indeks komprebilitas (Lachmann, 1994).
3. Uji porositas
Porositas merupakan perbandingan antara volume total masing-masing
rongga dengan volume bulk dan volume sebelum dimampatkan.Nilai
persentase yang baik untuk uji ini adalah tidak menyimpangdari 90%-10%
porositas(Parrot, 1971).
II. Evaluasi tablet
1. Uji keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali atau
tidak boleh kurang dari 1 1/3 tebal tablet ( Ditjem POM, 1979).
2. Uji keseragaman Bobot
Digunakan untuk tablet tidak bersalut yang harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Dengan cara
ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan
10 tablet, tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom B ( Ditjen POM, 1979).
3. Uji kekerasan
Daya tahan suatu tablet untuk penggunaan mekanik terlihat pada
saat dikempa kekerasan suatu tablet tersebut dan kekuatnnya pada saat
dikempa. Kekerasan suatu tablet dilukiskan sebagai ukuran partikel untuk
pecahnya tablet. Kekerasan juga dapat digunakan untuk karakteristik tablet
sebab lebih mudah dan untuk mengukur lebih konvensional. Kekerasan
tablet diukur dengan alat Strong Cobb, dan alat tes kekerasan yaitu Pfizer
dan Stokes. Kekerasan dilukiskan dalam kilogram tekanan yang diberikan,
meskipun alat-alat yang digunakan berbeda nilai kekerasannya untuk
setiap tablet, tetapi rata-rata kekerasannya konstan bila diukur dengan
Strong Cobb atau Stokes. Praktek dalam farmasi mungkin dilakukan
dengan tes tablet dengan cara mematahkan tablet diantara jari jempol dan
jari telunjuk, jika tablet tidak patah artinya sangat keras dan mungkin
susah dihancurkan. Tablet oral normalnya mempunyai kekerasan dari 4-6
pounds, meskipun pada nyatanya ada yang mengatakan kurang dari 10
pounds (Sprowl, 1970).
4. Uji kerapuhan
Alat penguji kerapuhan laboratorium dikenal sebagai Friabilator
Roche yang memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh
goresan dan goncangan dengan memekai kotak plastik yang berputar
dengan kecepatam 26 rpm, menjatuhkan sejumlah tablet sejauh 6 inci pada
setiap putaran. Biasanya tablet yang telah dtimbang diulang, kehilangan
berat 0,5 – 1 % masih dapat dibenarkan.
5. Uji waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet digunkan untuk tablet hisap atau kunyah atau dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu atau pelepasan obat dalam 2 periode pelepasan tersebut.(Genarro,
1998).
3.3.Paracetamol/acetaminofen
1. Sifat kimia
Rumus bangun :
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Nama kimia : Acetaminophenum
Nama lain : Acetaminofen
Nama generik : Parasetamol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablurputih; tidak berbau; rasa
pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
( 95% )P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilengglikol P, larut dalam larutan alkali
hidroksida ( Farmakope indonesia Ed IV, 1995, hal
649 ).
2. Frmakokinetik parasetamol
Perasetamol mempunyai 2 khasiat yaitu ( Aldi, 2009 ) :
a. Sebagai analgesik yaitu obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
b. Sebagai antipiretik yaitu obat yang menurunkan suhu tubuh yang
tinggi.
3. Dosis parasetamol
Dosis parasetamol adalah sebagai berikut :
a. Pemberian per oral :
Dewasa 0,5 – 1,0 g ( bila perlu bisa sampai 4x sehari ) untuk
keseluruhan selama 2 minggu.
Anak-anak > 6 tahun 2 – 3 x 0,5 g atau 2 – 3 x 0,4 g sirup
Anak-anak > 1 tahun 2 – 3 x 0,2 g
Anak-anak > 2 tahun 2 – 3 x 0,1 g untuk keseluruhan selama 1
minggu.
V. ALAT DAN BAHAN
5.1.Alat
1. Alat : Alat penguji kadar air
2. Alat uji disintegrasi tipe ZT 2 – Erweka
3. Alat uji friabilitas tipe Fliabilator – Roche
4. Alat uji kekerasan tipe TBT – Tablet – Erweka
5. Ayakan
6. Baskom plastik
7. Batang pengaduk
8. Beaker glass
9. Corong alir
10. Gelas ukur penentu kerapatan
11. Granulator mesh 14
12. Granulator mesh 16
13. Heater
14. Lemari pengering
15. Mesin pencetak tablet
16. Mikrometer
17. Neraca analitis
5.2. Bahan
1. Amprotab
2. Laktosa
3. Mg Stearat
4. Parasetamol
5. Primojel
6. Talkum
7. Zat Warna (orange)
VI. PROSEDUR
Partikel-partikel serbuk bahan obat diayak.Masing-masing zat
ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.Fasa dalam tablet terdiri dari
Parasetamol, saccharum lactis,amprotab dan pasta kanji.Pasta kanji 15% dibuat
dengan cara ditimbang 15 g amprotab lalu dibagi menjadi 2 dengan
perbandingan 5 : 1 sehingga menjadi 12,5 g : 2,5 g. Pasta kanji (warna) dibuat
dengan memasukkan amilum ke dalam beaker glass yang telah ditara beratnya
kemudian 2,5 gram amprotab dimasukkan ke dalam beaker glass dan
ditambahkan 10 mL aquades dingin serta ditambahkan zat warna secukupnya.
Kemudian ditambahkan 10 mL aquades panas, panaskan beaker glass diatas
penangas sambil diaduk hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat
adonan dan tunggu hingga agak dingin.Pasta kanji + beaker glass ditimbang.
Untuk pasta kanji tanpa zat warna dibuat dengan memasukkan amilum ke
dalam beaker glass yang telah ditara beratnya kemudian 12,5 gram amprotab
dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 50 mL aquades dingin.
Lalu ditambahkan 30 mL aquades panas, panaskan beaker glass diatas
penangas sambil diaduk hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat
adonan dan tunggu hingga agak dingin.Pasta kanji+ beaker glass ditimbang.
Seluruh bahan fasa dalam yang telah ditimbang dicampurkan dalam plastik
hingga homogen, dikocok kira-kira selama 5 menit.Campuran fasa dalam
dibagi menjadi dua juga dengan perbandingan 5 : 1 sehingga didapat 516,67 g :
103,3 g. Lalu masing-masing dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan
pasta kanji + zat warna sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang dapat
dikepal untuk fasa dalam 103,3 g kemudian dilakukan prosedur yang sama
untuk fasa dalam yang 516,67 g dengan pasta kanji tanpa warna.Sisa pasta
amylum dalam beaker glass ditimbang, lalu dihitung jumlah amylum yang
digunakan.Massa yang dapat dikepal tersebut yaitu fasa dalam yang
ditambahkan zat warna dilalukan pada ayakan mesh no. 10. Fasa dalam yang
tanpa zat warna dimasukkan ke dalam granulator dan ditebarkan di baki.
Granul basah tersebut dikeringkan di dalam lemari pengering pada temperatur
50oC selama 24 jam.Granul kering ditimbang, dihitung berat teoritis dan berat
kenyataan untuk tablet yang akan dicetak. Ditimbang sejumlah granul kering (2
g) untuk dilakukan uji kadar air (LOD).Ditimbang Magnesium stearat, talkum
dan primojel berdasarkan berat kenyataan.Granul paracetamol hasil granulasi
kering dicampur dengan magnesium stearat, talkum dan primojel di dalam
plastik, diaduk hingga homogen.Ditimbang 20 g granul yang sudah dicampur,
dimasukkan ke dalam gelas ukur (alat tap density) dan dibaca volume batas
atas dan batas bawah sebelum dan sesudah tapping. Dilakukan uji
kompresibilitas.
Ditimbang 20 g granul yang sudah dicampur untuk uji laju
alir.Dimasukkan ke dalam corong yang lubangnya ditutup, lalu tutup bagian
bawah corong dibuka kemudian diamati waktu yang diperlukan sampai semua
granul mengalir semuanya (kecepatan alir).Diameter timbunan granul diukur
(diambil harga rata-rata) dan diukur tinggi puncak timbunan granul serta
dihitung sudut istirahatnya. Tablet dicetak dengan range berat ± 5% dari berat
teoritis dan kekerasan ± 70 N.Tiap 20 tablet yang dicetak diambil 1 buah tablet
untuk uji berat tablet dan kekerasan. Jika tidak sesuai dengan rencana formulasi
punch pada alat pencetak tablet diatur lagi hingga diperoleh berat dan
kekerasan tablet yang sesuai. Dilakukan sampling untuk 20 tablet kemudian
dihitung berat tablet, diukur diameter dan ketebalannya serta diuji
kekerasannya. Dihitung rata-ratanya.Diambil 10 tablet lalu dilakukan uji
friabilitas. Diambil 6 tablet lalu dilakukan uji waktu hancur.
VII. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
6.1. Data Pengamatan
No. Kegiatan Perlakuan Hasil
1. Uji LOD ( Loss
On Drying
-Masukkan wadah kedalam alat,
kemudian masukkan granul ( fase
dalam ) kedalam wadah.
- Pada alat akan muncul crosses over ,
kemudian tekan tombol start.
-Tunggu sampai tulisan berubah
menjadi test over.
-Hitung kadar granul
-Waktu = 2 menit 1
detik
-Suhu = 70°C
-Berat granul = 2,60
gram
-Kadar = 1,67%
2. Kompresibilitas -Masukkan 20 gram granul ( fase
dalam + fase luar ).
-Ukur batas atas dan batas bawah awal
-Nyalakan alat, alat akan bergerak (
melakukan tapping)
-ukur batas atas dan batas bawah akhir
-Hitung persen kompresibilitasnya
-Batas atas awal = 34
cm
-Batas akhir awal = 40
cm
-Batas atas akhir = 36
cm
-Batas bawah akhir =
29 cm
-kompresibilitas =
12,2%
3. Laju Alir -Masukkan granul kedalam corong
sebanyak 20 gram
-Kemudian penghalang laju alir dilepas
sehingga granul akan turun kedasar
alas
-Hitung waktu alir, diameter, tinggi
dan sudut istirahat
-Laju alir = 2,25 detik
-Tinggi = 2,1 cm
-Diameter = 9 cm
-Sudut istirahat =
25,01°
4. Friabilitas -Timbang 10 tablet, dan catat berat
awalnya
-Masukkan kedalam alat
-Berat awal = 7,662
gram
-Berat akhir = 7,3203
-Nyalakan alat selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm
-Timbang kembali tablet, dan catat
berat akhir
gram
-Nilai friabilitas =
0,62%
5. Cetak Tablet -Atur alat pencetak tablet
-Masukkan granul kedalam hopper
-Pencetakan tablet dilakukan dengan
cara hopper memasukkan granul
kedalam die yang kemudian ditekan
punch atas dan tablet akan keluar
didorong punch bawah
Tablet jadi
6. Uji keseragaman
ukuran :
a. Ketebalan
b. Diameter
-Sebanyak 20 tablet diukur
ketebalanya dengan menggunakan
jangka sorong
-Catat ketebalan masing – masing
tablet
-Sebanyak 20 tablet diukur
diameternya menggunakan jangka
sorong
-Catat diameter masing – masing tablet
Nilai rata – rata
ketebalan tablet =
4,7835 cm
Nilai rata – rata
diameter tablet =
13,084 cm
7. Uji Kekerasan
tablet
-Sebanyak 20 tablet masing – masing
diukur kekerasannya menggunakan
alat “Harness Testers”
Nilai rata – rata
kekerasan tablet = 97,1
N
8. Uji keseragaman
bobot
-Sebanyak 20 tabllet masing – masing
ditimbang beratnya menggunakan
timbangan digital
-Catat berat masing – masing tablet
Nilai rata – rata bobot
tablet = 072377 gram
9. Uji Waktu hancur -Air dipanaskan sebanyak 800 ml pada
suhu 37°C
-Sebanyak 6 tablet dimasukkan
-Nilai waktu hancur
tablet = 8 menit 25
detik
kedalam tabung
-Masukkan cakram kedalam lubang
yang berisi tablet
-Masukkan kedalam alat yang bersuhu
37°C
-Nyalakan alat dan hitung waktu
hancur tablet
6.2. Perhitungan
1. Perhitungan Berat Teoritis
Paracetamol 500mg X 500 tablet = 250.000 mg
S.L 40 mg X 500 tablet = 20.000 mg
Amprotab 80 mg X 500 tablet = 40.000 mg
Amilum pro pasta 12500 mg
Zat warna 3200 mg +
Jumlah fase dalam 325.700 mg ≈ 325,7 gram
Zat warna :
Zat warna yang digunakan = 0,7 gram
Massa beaker glass kosong = 107,83 gram
Massa beaker glass + pasta kanji = 120,33 gram
Massa pasta kanji setelah digunakan = 0 gram
Massa pasta kanji yang digunakan = 12,5 gram
Amilum pro pasta :
Massa beaker glass kosong = 186,5 gram
Massa beaker glass + kanji = 229 gram
Massa pasta kanji setelah digunakan = 0 gram
Massa pasta kanji yang digunakan = 42,5 gram
Pasta kanji :
Amilum yang digunakan = 15 gram
Zat warna yang digunakan = 0,7 gram
Perhitungan :
Massa tablet =
X325,7 gram
= 350,215 gram
Primojel =
X
Mg stearat =
X
Talkum =
X
Jadi, berat satu tablet secara teoritis adalah =
2. Perhitungan Berat Kenyataan
Fase dalam = 93% = 260,29 gram
Berat total = fase dalam total – ( jumlah granul untuk uji LOD + laju
alir + tap density )
= 260,28 gram – ( 2 gram + 20 gram + 20 gram )
= 260,28 gram – 42 gram
= 218,28 gram
Primojel =
X
Mg stearat =
X
=
X
Berat massa tablet total ( kenyataan ) = 276,715 gram
Jumlah tablet yang dibuat =
= 393,6 tablet
Jadi, berat satu tablet kenyataan adalah =
= 0,7 gram
3. Kompresibilitas
Batas atas awal = 34 cm
Batas akhir awal = 40 cm +
74 cm
Rata –rata =
= 37 cm
Batas atas akhir = 36 cm
Batas bawah akhir = 29 cm +
65 cm
Rata – rata =
= 32,5 cm
Kerapatan nyata =
= 0,54
Kerapatan mampat =
Kompresibilitas = –
=
= 12,2%
4. Uji Keseragaman
a. Ketebalan
No. Tebal (cm) No. Tebal (cm)
1 4,8 11 4,70
2 4,82 12 4,87
3 4,74 13 4,69
4 4,78 14 4,85
5 4,87 15 4,85
6 4,87 16 4,72
7 4,74 17 4,79
8 4,76 18 4,84
9 4,81 19 4,65
10 4,73 20 4,79
Rata – rata = 4,7835 cm
b. Diameter
No. Diameter (cm) No. Diameter (cm)
1 13,13 11 13,15
2 13,15 12 13,13
3 13,12 13 13,15
4 13,13 14 13,13
5 13,14 15 13,11
6 13,15 16 13,13
7 13,13 17 13,13
8 13,14 18 13,15
9 12,12 19 13,13
10 13,13 20 13,13
Rata – rata = 13,084 cm
5. Uji kekerasan tablet
No. (Newton) No. (Newton)
1 90 11 120
2 72 12 97
3 126 13 128
4 95 14 58
5 80 15 80
6 75 16 107
7 115 17 100
8 110 18 72
9 115 19 100
10 120 20 82
Rata – rata = 97,1 Newton
6. Uji Keseragaman Bobot
No. Berat (gram) No. Berat (gram)
1 0,7302 11 0,7088
2 0,7214 12 0,756
3 0,7356 13 0,732
4 0,7296 14 0,72229
5 0,7327 15 0,7235
6 0,7228 16 0,7018
7 0,7210 17 0,7176
8 0,705 18 0,716
9 0,721 19 0,7109
10 0,7303 20 0,7363
Rat a- rata = 0,72377 gram
7. Laju Alir
I. Tinggi = 2 cm
Diameter = 9 cm
Waktu = 2,61 detik
II. Tinggi = 2,2 cm
Diameter = 9 cm
Waktu = 1,89 detik
Tinggi =
Diameter =
Laju alir =
tan Ø =
=
Ø = 25,01°
8. Friabilitas
Berat awal = 7,3662 gram
Berat akhir = 7,3205 gram
Friabilitas =
= 0,62%
VIII. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan tablet parasetamol
dengan menggunakan metode granulasi basah. Parasetamol memiliki sifat daya
alir dan kompresibilitas yang kurang bagus sehingga tidak bisa dibuat menjadi
tablet dengan menggunakan metode cetak langsung. Parasetamol juga memiliki
sifat tahan terhadap panas dan pembasahan, sehingga dalam pembuatan
tabletnya bisa digunakan metode granulasi basah. Dengan metode ini
diharapkan dapat dihasilkan tablet parasetamol yang baik.
Dalam melakukan praktikum ini, bahan-bahan yang akan digunakan
harus diayak terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar bahan-bahan tadi
mempunyai ukuran partikel yang sama besar dan ukurannya homogen satu
sama lain. Dengan ukuran yang homogen tersebut, maka pada proses
pencampuran akan sangat mudah dilakukan karena antara partikel satu dengan
yang lain akan memiliki peluang yang sama untuk bercampur tanpa harus
terhalang oleh partikel yang lebih besar.
Pada pencampuran harus benar-benar menggulirkan satu bahan dengan
dengan bahan yang lain sehingga bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan tablet ini benar-benar tercampur rata. Dengan kata lain, diharapkan
pencampuran ini mengalami proses diffusive mixing atau dapat terjadi proses
difusi antar partikel dan tidak terjadinya perpindahan partikel secara kelompok,
karena dapat menyebabkan tidak homogennya bahan-bahan yang dicampurkan.
Sehingga berakibat pada hasil akhir dari tablet.
Pertama-tama, dicampurkan terlebih dahulu serbuk
parasetamol,saccharum lactis, dan amprotab yang telah diayak dan ditimbang
sesuai dengan perhitungan. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke
dalam plastik lalu dikocok hingga homogen. Karena tablet yang akan dibuat
mengandung dua warna maka fasa dalam dan pasta kanjinya dibuat
perbandingan 5 : 1. Pasta kanji 15% dibuat dengan cara ditimbang 15 g
amprotab lalu dibagi menjadi 2 dengan perbandingan 5 : 1 sehingga menjadi
12,5 g : 2,5 g. Pasta kanji (warna) dibuat dengan memasukkan amilum ke
dalam beaker glass yang telah ditara beratnya kemudian 2,5 gram amprotab
dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 10 mL aquades dingin
serta ditambahkan zat warna secukupnya. Kemudian ditambahkan 10 mL
aquades panas lalu panaskan beaker glass diatas penangas sambil diaduk
hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat adonan dan tunggu hingga
agak dingin.Pasta kanji+ beaker glass ditimbang. Untuk pasta kanji tanpa zat
warna dibuat dengan memasukkan amilum ke dalam beaker glass yang telah
ditara beratnya kemudian 12,5 gram amprotab dimasukkan ke dalam beaker
glass dan ditambahkan 50 mL aquades dingin. Lalu ditambahkan 30 mL
aquades panas lalu panaskan beaker glass diatas penangas sambil diaduk
hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat adonan dan tunggu hingga
agak dingin.Pasta kanji+ beaker glass ditimbang. Campuran fasa dalam dibagi
menjadi dua juga dengan perbandingan 5 : 1 sehingga didapat 516,67g :
103,3g. Lalu masing-masing dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan
pasta kanji + zat warna sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang dapat
dikepal untuk fasa dalam 103,3g dan dilakukan prosedur yang sama untuk fasa
dalam yang 516,67g dengan pasta kanji tanpa warna.Sisa pasta amylum dalam
beaker glass ditimbang, lalu dihitung jumlah amylum yang digunakan.Pasta
amilum dimasukkan ke dalam campuran bahan padat sedikit demi sedikit
hingga terbentuk massa yang kompak dan dapat dikepal.
Dalam pencampuran ini perlu diingat bahwa campuran jangan terlalu
basah atau terlalu kering. Ketika adonan terlalu basah maka akan memerlukan
pemanasan yang lebih lama untuk mengeringkan adonan dan kemungkinan
terjadinya penggumpalan akan sangat besar. Sehingga tablet yang
dihasilkantidak akan memenuhi standar dan tidak memiliki nilai estetika yang
bagus dan biasanya akan menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat
tablet yang bagus. Apabila terlalu kering maka tidak akan terbentuk granul,
tetapi menjadi bentuk serbuk. Sehingga pada saat pengempaan akan merusak
alat pembuat tablet dan tablet tidak bisa terbentuk malah menjadi buyar.
Pasta amilum ditambahkan sebagai zat pengikat. Zat pengikat berfungsi
untuk membantu merekatkan granul satu dengan yang lainnya dan menjaga
kesatuan tablet setelah dikompresi. Pada saat pencampuran, pasta yang
ditambahkan ke dalam campuran obat harus memberikan kelembaban yang
cukup supaya serbuk dapat bercampur, dilakukan dengan
meremasmenggunakan tangan. Fungsi penambahan primojel sendiri yaitu
sebagai desintegran (penghancur) bermanfaat untuk mempermudah hancurnya
tablet. Penambahan magnesium stearat sebagai fasa luar berfungsi sebagai
lubrikan yakni untuk mengurangi gesekan antara bagian dalam die dan
dindingtepi tablet selama pembentukan tablet, agar tidak lengket. Talkum
digunakan untuk memperbaiki sifat alir atau memberikankarakterisitikaliran
yang diinginkan untuk meningkatkan sifat alir dalamprosespencetakan tablet.
Massa yang dapat dikepal tersebut yaitu fasa dalam yang ditambahkan
zat warna dilalukan pada ayakan mesh no. 10. Hal ini bertujuan agar granul
yang terbentuk homogen. Hasil dari pengayakan bisa terlihat apakah
kelembaban granul lebih dari yang seharusnya atau tidak. Bisa terlihat dari
bentuk granul yang keluar dari mesh. Fasa dalam yang tanpa zat warna
dimasukkan ke dalam granulator dan ditebarkan di baki. Granul basah tersebut
dikeringkan di dalam lemari pengering pada temperatur 50oC selama 24
jam.Granul yang telah kering diambil 10 g untuk dilakukan uji LOD (Lost On
Drying). Pada pengujian kadar air granul untuk pembuatan tablet, diketahui
bahwa kadar air granul adalah sebesar 1,67 %. Kadar air ini dapat dikatakan
kurang baik, karena sesuai dengan ukuran kadar air ideal yaitu kurang dari 1
%. Hal ini dapat terjadi karena saat penggranulan basah airnya terlalu banyak,
dan pada saat pengeringan tidak sempurna. Atau terjadi penggumpalan pada
granul, sehingga pengeringan tidak merata pada granul. Dihitung berat teoritis
dan berat kenyataan untuk tablet yang akan dicetak.
Setelah itu granul tersebut dicampur dengan fasa luar yang terdiri dari
Talcum, Mg stearat sebagai pelincir dan primojel.Manfaat pelincir yang
ditambahkan adalah untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam
rongga cetakan, mencegah melekatnya granul pada punch dan cetakan, selama
pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan
ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada
tablet yang sudah jadi. Kemudian dilakukan pencetakan tablet dengan tekanan
yang sesuai. Tekanan dapat mempengaruhi kekerasan, ukuran dan daya hancur
tablet
Setelah granul ditambahkan fasa luar, maka langkah selanjutnya adalah
evaluasi granul. Evaluasi yang dilakukan adalah kadar air granul, uji
kompresibilitas, laju alir.
Kadar air granul setelah diuji didapatkan sebesar1,67 %. Ini berarti
granul sudah memenuhi syarat kadar air, dimana syarat kadar air 1 %-2 %.
Penentuan kadar air ini penting agar pada saat pencetakan, tablet yang
terbentuk tidak basah dan tidak akan menempel pada alat pencetak. Granul
yang terlalu basah akan menyebabkan tablet sticking, atau dapat menyebabkan
daya alir granul buruk/lambat dan tablet menempel pada alat cetak sedangkan
kadar air di bawah 1 % akan menyebabkan granul terlalu kering sehingga akan
menyebabkan capping. Pada tablet yang capping permukaan tablet dapat
terkelupas karena kurang kuatnya daya ikat tablet atau terlalu banyak bagian
yang halus dari granul, sehingga volume udara granul besar yang dapat
menyebabkan tablet sulit dikempa.
Selanjutnya dilakukan pengujian kompresabilitas. Padapengujian
kompresibilitas dilakukan dengan cara memasukkan sebanyak 20 gram granul
yang sudah terdri dari fase dalam dan fase luar kedalam gelas ukur, kemudian
dilihat batas atas dan batas bawah banyaknya granul didalam gelas ukur
tersebut. Setelah itu alat dinyalakan dan gelas ukur tersebut bergerak naik-
turun atau tapping sampai alat berhenti secara otomatis. Kemudian dilihat
kembali batas atas dan batas bawah granul didalam gelas ukur tersebutdan di
hitung kompresabilitasnya. Hasil yang di dapat pada pengujian granul adalah
12,2 %. Pengujian ini penting untuk mempermudah pencetakan tablet, karena
tablet yang memiliki daya kompresibilitas baik akan mempermudah
pencetakan tablet. Pengujian kompresibilitas ini juga dapat memperlihatkan
kemampatan granul. Apabila terlalu mampat maka tablet yang terbentuk akan
keras, namun pada pembuatan tablet ini, kekerasannya sangat rendah/rapuh
kemungkinan karena granul yang terbentuk berukuran sangat besar yang
dikerenakan oleh kelebihan bahan pengikatnya. Kompresibilitas juga dapat
mempengaruhi daya alir granul.
Kemudian dilakukan pengujian waktu laju alir untuk mendapatkan sudut
istirahat granul. Waktu alir yang diperoleh adalah selama 2.61 detik dan tinggi
2 cm dengan diameter sebesar 9 cm. Dan setelah dihtung didapatkan Sudut
istirahat granul tablet adalah 25,01o, dimana sudut istirahat ini menentukan
daya alir granul. Sudut istirahat ini dibentuk antara lereng timbunan serbuk
dengan bidang datar. Granul dinyatakan memiliki sudut istirahat yang baik
apabila pada saat uji timbunan granul tidak berbentuk landai dan puncaknya
tidak mengerucut atau memiliki sudut 25 – 30 . sudut istirahat yang didapat
dari granul tablet ini memiliki sudut istirahat yang kurang baik sehingga agak
susah daya alir pada proses pencetakan, yaitu granul susah mengalir dari
hopper ke die.
Pada proses pencetakan, berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak
diatur dengan merubah posisi punch. Pada proses pencetakan, berat dan
kekerasan tablet dapat disesuaikan dengan mengatur punch atas dan
punchbawah dari alat pencetak. Untuk menentukan berat tablet yang akan
dicetak, diatur dengan punch bawah. Sedangkan untuk mengatur kekerasan
tablet digunakan punch atas. Menurut FI IV, tablet yang tidak bersalut harus
memenuhi persyaratan keseragaman sediaan, yang dapat ditetapkan dengan
salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman
kandungan. Persyaratan ini dapat digunakan untuk sediaan yang mengandung
satu zat aktif atau sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.
Persyaratan ini juga berlaku untuk produk yang mengandung zat aktif 50 mg
atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot sediaan. Keseragaman
dari zat aktif lain, jika ada dalam jumlah kecil, ditetapkan dengan persyaratan
keseragaman kandungan. Perbedaan kedua persyaratan ini, pada keseragaman
bobot dapat ditetapkan pada sediaan padat atau tanpa zat aktif, sedangkan
persyaratan keseragaman kandungan dapat diterapkan pada semua sediaan, jadi
uji keseragaman kandungan diperlukan untuk sediaan padat.
Pada keseragaman bobot untuk penetapan sediaan padat seperti tablet
tidak bersalut berdasarkan FI IV, timbang seksama 20 tablet satu persatu lalu
hitung bobot rata-ratanya. Setiap tablet yang dihasilkan harus memiliki bobot
yang sesuai dengan perhitungan bobot tablet teoritis dengan anggapan zat aktif
terdistribusi homogen. Hasil yang didapat pada tablet kelompok kami adalah
701 mg – 752 mg, sedangkan bobot teoritis tablet yang seharusnya didapat
adalah 735 mg, dengan batas range 665 mg – 735 mg. Dari hasil yang didapat
dapat disimpulkan bahwa bobot tablet yang dihasilkan belum termasuk dalam
range berat tablet teoritis yang dikarenakan oleh pada saat pencetakan
menyisakan banyak fines sedang tablet yang akan dicetakpun jumlahnya
kurang banyak sehingga menyulitkan pada saat in proses control.
Evaluasi tablet yang kami lakukan yaitu seperti uji keseragaman bobot,
ketebalan dan diameter, uji kekerasan, uji friabilitas dan uji waktu hancur akan
dijelaskan sebagai berikut. Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot.
Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap
tablet yang dibuat. Tablet- tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan
memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek
terapi yang sama.
Pada uji keseragaman bobot, Pemeriksaan dilakukan terhadap 20 tablet
yang diambil secara acak lalu ditimbang bobotnya satu per satu. Dihitung
bobot rata-rata untuk satu tablet. Seperti yang tertera pada Farmakope
Indonesia edisi ke IV, persyaratan keseragaman bobot atau keseragaman
kandungan terletak antara 85,0 hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket,
dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Diambil
sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya.
Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan dihitung persentase
masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya. Berikut ini
merupakan tabel penyimpangan keseragaman bobot:
Bobot rata – rata Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Dalam pengujian ini kami mendapatkan adanya empat tablet yang tidak
memenuhi persyaratan karena keempat tablet tersebut bobot rata-ratanya lebih
besar dari harga yang ditetapkan, yaitu ± 5 %, dari bobot teoritis yaitu kira-kira
664.7625 <…<734.7375 mg.
Selanjutnya, yang dilakukan adalah uji keseragaman diameter dan
ketebalan.Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu
menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya.Tebal dan
diameter rata - rata tablet yang dicetak masing - masing 4.7685 mm dan 13.085
mm. Hal ini sudah memenuhi persyaratan farmakope bahwa diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Pengujian kekerasan dilakukan terhadap 10 tablet, dengan cara sebuah
tablet diletakkan di antara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar
alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada
skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup, tablet akan pecah dan dibaca
penunjukan skala pada alat tersebut. Alat yang digunakan untuk uji ini
adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang
diperlukan untuk memecahkan tablet.
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan,
pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan
tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut
dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang
keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang
rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik
dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak,
artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet
yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit
penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih
besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.
Dalam pengujian kekerasan tablet selama praktikum berlangsung
didapatkan rata-rata kekerasan tablet yaitu 10.10 kg yang telah dikonversikan
dari satuan Newton sebelumnya. Kekerasan tablet ini meskipun melebihi batas
maksimum yaitu 10 kg tetapi masih dapat diterima karena masih memenuhi
persyaratan waktu hancur yang kurang dari 15 menit.
Pengujian selanjutnya yang dilakukan yaitu uji friabilitas. Friabilitas
merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Friabilitas diukur dengan friabilator.
Tablet ditimbang sebanyak 7.3662 gram dan hasil yang didapat
kemudian dimasukkan ke dalam alat penguji yaitu friabilator. Alat dijalankan
selama empat menit dengan kecepatan putaran dua puluh lima putaran per
menit. Tablet yang masih utuh ditimbang, didapatkan sebesar 7.3205 gram,
kemudian dihitung kehilangan bobotnya dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
W1 = berat awal
W2 = berat setelah pengujian friabilitas
Kehilangan bobot yang masih diperbolehkan tidak lebih dari 0,8% hal ini
merujuk pada Farmakope Indonesia edisi ke IV.
Semakin besar harga persentase friabilitas, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Friabilitas yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan
konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan
massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat
dalam tablet. Dalam pengujian friabilitas yang kami lakukan, didapatkan
persentase friabilitas sebesar 0.62% yang artinya tablet yang kami buat masih
dalam batasan yang tertera dalam Farmakope Indonesia.
Untuk uji waktu hancur digunakan alat disintegration tester yang
berbentuk keranjang mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no10 mesh Tablet
yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan
suhu 37° C Penggunaan penutup dimaksudkan agar tablet tetap terjaga dalam
keranjang dan tidak keluar dari tube saat dinaik turunkan Proses pencelupan
naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik saluran cerna
Sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 370 C dipilih untuk
menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya Dalam
monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan
gastric. Namun pada pengujian ini media yang digunakan adalah aquadest
dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan tubuh manusia adalah air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan
porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan
tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur
tablet bersalut tidak lebih dari 15 menit. Dalam praktikum uji, tablet hancur
dalam waktu 8 menit 25 detik.
Uji-uji yang dilakukan terhadap tablet berguna untuk pengawasan mutu.
Hal inidilakukan selama proses produksi secara periodik karena akan
melibatkan biaya yang sangat besar apabila pada akhir produksi ternyat
amenghasilkan tablet yang tidak memenuhi persyaratan.Syarat-syarat tablet
yang baik, adalah sebagai berikut :
Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada
saat pengemasan dan distribusi.
Memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat.
Tablet dapat terbioavailable.
Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk.
Memiliki kestabilan yang baik dan dapat tereffikas
IX. KESIMPULAN
1. Evaluasi granul
Kadar air : 1,67 %
Kemampatan granul : 12,2 %
Waktu alir : 2,61 detik
Sudut istirahat : 25,01o
2. Evaluasi tablet
Keseragaman bobot : 725,15 mg
Kekerasan rata-rata : 97,1 N
Tebal tablet : 4,78 mm
Diameter : 13,084 mm
Friabilitas : 0,62 %
Waktu hancur : 8 menit 25 detik
3. Berat tablet teoritis
Range 665 – 735 mg
Tablet yang dibuat kurang memenuhi syarat-syarat sebagai
tablet yang baik dan layak untuk dikonsumsi dan diproduksi, karena pada
keseragaman bobot tablet masih berada diluar dari range tablet teorotis. Tetapi
tablet tersebut memiliki waktu hancur dan friabilitas serta kekerasan tablet
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Gennaro, A.R. 1998. Remington’s Pharmaceutical Science. 18th
Edition. Easton:
Mack Publishing Company.
Jenkins, G.L. 1957. Scoville’s The Art of Compounding. New York USA: The
Blackston Division Mc. Graw Hill Book Company Inc.
King, R. E. 1984. Dispending Of Medication.Ninth Edition. Philadelphia:
MackPublishing Company.
Lachmann, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Lieberman, Herbert, A., et, al. 1990. Pharmaceutical Dosage Form:Tablets.
Volume 1. New York: Marcell Dekker.
Parrot, L.E. 1971.Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics.
USA: Burgess Publishing Company.
Rawlins, R.A. 2000. Textbook Of Pharmaceutics. 8th
Edition. London:
BailliereTindall.
Sprowl. J. B. 1970. Prescription Pharmacy.Second Edition. Philadelphia: J.B
Lippiconott Company Toronto.