35
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH KELOMPOK 1 Selasa, 20 Maret 2012 Lisye Ira Anne 260110090091 Hawa April Yani 260110090101 Rendi Mulyadi Irawan 260110097003 Jalaludin 260110097004 Fitria 260110097005 Ismail Ahsanuddien A 260110097006 LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLIDA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Jurnal Solid

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Solid

PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL

MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH

KELOMPOK 1

Selasa, 20 Maret 2012

Lisye Ira Anne 260110090091

Hawa April Yani 260110090101

Rendi Mulyadi Irawan 260110097003

Jalaludin 260110097004

Fitria 260110097005

Ismail Ahsanuddien A 260110097006

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI

SEDIAAN SOLIDA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Jurnal Solid

I. TUJUAN

1. Mengetahui cara pembuatan tablet parasetamol dengan cara granulasi

basah.

2. Melakukan uji quality control (QC) terhadap tablet parasetamol.

II. PRINSIP

1. Metode granulasi basah

2. Evaluasi tablet berdasarkan standard quality control (QC) :

- Kekerasan tablet

- Waktu hancur

- Keseragaman bobot dan bentuk

- Keseragaman ukuran

- Friabilitas

- Abrassion

- Sifat aliran

- Kadar air

III. TEORI DASAR

3.1. Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk

rataatau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebihdengan

atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsisebagai zat

pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atauzat lain yang cocok.

(Farmakope indonesia Ed IV, 1995, hal 4).

Jenis-Jenis tablet

Jenis-jenis tablet yaitu (Gennaro, 1998) :

1. Tablet kempa, dibentuk dengan pengempaan dan tanpa lapisan khusus.

Dibuat dari serbuk, kristal atau bahan granul sendiri atau penggabungan

dengan pengikat, penghancur, pelicin, pengisi dan dan dalam banyak kasus,

pewarna.

Page 3: Jurnal Solid

2. Tablet salut film, tablet kempa yang dilapisi dengan lapisan tipis dari bahan

yang tidak larut air.

3. Tablet salut enteric, tablet kempa yang disalut dengan bahan yang tahan

terhadap larutan / cairan lambung tetapi dapat larut didalam usus.

4. Tablet tempa ganda, tablet kempa yang dibuat dengan lebih dari satu kali

siklus tekanan.

5. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet

pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat diulangi untuk

menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan.

6. Tablet pelepasan yang dikendalikan : tablet kempa dapat diformulasikan

untuk melepaskan obat secara lambat dalam periode waktu yang lama.

7. Tablet untuk larutan, tablet kempa yang digunakan dalam penyiapan larutan.

Keuntungan Tablet

Keuntungan penggunaan tablet yaitu (King, 1984) :

1. Rasa pahit, mual, dan rasa tidak enak dari obat dapat diubah dan kadang-

kadang menjadi enak dengan menyalut isi tablet atau granul tablet dengan

penyalut yang cocok. Penyalut ini hanya dibutuhkan untuk melindungi tablet

selama waktu yang normal.

2. Keuntungan di bidang pemasaran dari tablet adalah mudah diatur dengan

dosis yang akurat. Jika dibagi dapat memiliki keseragaman distribusi ke

seluruh tablet untuk menjamin keakuratan ketika tablet dibelah atau satu/lebih

bahan terapetik dapat dibagi menjadi bagian spesifik seperti lapisan, pellet,

atau granul untuk menambah efek terapetik.

3. Tablet tidak mengandung alkohol. Alkohol merupakan bahan penting untuk

meningkatkan kelarutan atau stabilitas dari bentuk lain dari obat. Tidak

adanya alkohol dalam tablet secara normal mengurangi biaya produksi.

4. Tablet dapat dengan mudah disesuaikan dengan berbagai variasi sediaan dari

bahan obat. Oleh karena itu konsentrasi obat yang sesuai tersedia dengan

mudah dan ekonomis, baik untuk dokter, pasien, maupun farmasis.

Page 4: Jurnal Solid

5. Sifat alami tablet memberi kesan layak secara psikologis karena hampir

semua diterima oleh pasien.

6. Untuk kenyamanan dalam penggunaan, tablet dibuat dalam bentuk sangat

praktis dan efisien untuk pengobatan. Tablet menyenangkan bagi farmasis

karena kemudahan dalam pengemasan dan penyaluran.

Kerugian Tablet

Kerugian penggunaan tablet yaitu (Lachmann, 1994) :

1. Beberapa bahan tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak tergantung

pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis.

2. Obat yang sukar dibasahkan lambat melarut, absorpsinya tinggi dalam saluran

cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas akan sukar atau tidak mungkin

diproduksi untuk menghasilkan bioavailibilitas yang tidak cukup atau kurang.

3. Obat yang biasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau

obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaaban udara perlu penyalutan

atau pengkapsulan sebelum dikempa.

Sifat-sifat Tablet

Sifat-sifat dari sediaan tablet (Jenkins, 1957) :

1. Kekerasan

Sebuah tablet yang baik adalah tablet yang cukup keras untuk dipegang

sampai digunakan. Dalam bentuk lain tablet tidak boleh terlalu keras karena

akan gagal dalam penghancuran atau gagal dalam larut dengan mudah.

2. Keseragaman Bahan Aktif

Farmakope Amerika dan Formularium Nasional menetapkan batasan dalam

potensi tablet.

3. Keseragaman Bobot

Walaupun telah diketahui sejak lama bahwa secara kasat variasi kadang-

kadang terjadi dalam berat dari banyak yang sama dan secara praktis cukup

sulit dalam menyusun batasan yang layak lain daripada dinyaatakan secara

langsung dalam pengujian yg baru saja dinyatakan.

Page 5: Jurnal Solid

4. Proses Penghancuran

Jika tablet diharapkan efektif dalam pengobatan maka jelas tablet tersebut

harus larut atau hancur dengan cepat.

5. Penampilan yang menyenangkan; penampilan menarik, menyenangkan dan

secara total harus menghindari hal-hal yang bersifat mengganggu melalui satu

beberapa dari panca indra kita.

6. Homogenitas; menunjukkan distribusi yang layak dan akurat dari bahan aktif

atau bahan lain.

7. Mudah dalam pembuatan; produksi dalam jumlah besar dari beberapa

permintaan komoditas secara layak mudah dalam pembuatan, baik dari segi

pembiayaan dan juga dari sudut pemeliharaan bahan.

8. Ekonomis dalam produksi.

Metode pembuatan tablet

Metode pembuatan tablet ( Parrot, 1971) :

1. Granulasi basah

Penyiapan bahan obat dan zat tambahan.

Penyediaan larutan pengikat.

Pencampuran larutan pengikat pada pencampuran serbu massa

lembab/basah.

Pengayakan granul kering dengan lubrikan dan penghancur.

Pengayakan granul kasar dan massa basah dan pengahancur .

Pencampuran granul yang diayak dengan pelicin dan penghancur.

Pengempaan tablet.

2. Granulasi kering

Penggerusan bahan obat dan bahan tambahan.

Pencampuran serbuk yang digerus.

Pengempaan massa tablet besar dan keras yang disebut slug.

Pengayakan slug.

Pencampuran dengan lubrikan dan penghancur.

Page 6: Jurnal Solid

3. Kempa langsung

Penggerusan bahan obat dan zat tambahan.

Pencampuran bahan-bahan.

Pengempaan tablet.

Komposisi tablet

Obat tablet kempa mengandung 2 kelompok dasar darikomposisinya, yaitu

(1) zat aktif/bahan obat, (2) zat tambahan seperti (1) diluent/pengisi, (2) pengikat,

(3) penghancur, (4) lubricant, (5) pewarna, dan (6) pemberi rasa. Terkadang, satu

zat tambahan dapat memiliki fungsi ganda mislanya sukrosa dapat berfungsi

sebagai pengisi dan juga pengikat.

Komposisi dari sediaan tablet yaitu (King, 1984) :

Diluent

Dikenal juga sebagai pengisi atau dasar yang ditambahkan kedalam formula

tablet untuk menambah besarnya tablet untuk kemudahan dan keserasian

ukuran yang dapat dikerjakan. Ini benar-benar perlu ketika dosis dari obat

dalam setiap tablet sangat kecil, misalnya tablet 10 mg

metiltestosteron.Diluent, seperti zat tambahan lain harus cocok dengan obat,

stabil secara fisik, inert secara psikologis dan tidak bereaksi dengan bahan-

bahan lain. Contohnya garam kalsium tidak boleh digunakan sebagai

pengisi untuk tetrasiklin karena garam ini dapat berpengaruh terhadap

absorbsi antibiotik. Penggunaan lempung adsorbent seperti bentonit dan

kaolin harus dihindari ketika membuat tablet yang mengandung sedikit

sediaan oba tseperti glikosida jantung, alkaloid dan estrogen. Berikut ini

adalah bahan-bahan serbuk yang merupakan contoh pengisi : laktosa,

sukrosa, NaCl, mannitol, susu padat pilihan, amilum, kaolin, dan bahan

murni lain, kalsium karbonat, kalsium sulfat, dikalsium sulfat,. Jumlah yang

sama dari laktosa dan dikalsium fosfat digranulasikan dengan pasta amilum

biasanya digunakan sebagai pengikat granul. Ternyata semua komponen,

termasuk pengisi dalam tablet ditujukan untuk persiapan larutan, harus

dapat melarut.

Page 7: Jurnal Solid

Pengikat / Binder

Pengikat adalah bahan adhesif yang digunakan untuk menyatukan serbuk

menjadi granul dan membantu dalam pengempaan tablet, setelah

pengempaan, pengiriman, dan selama berada ditangan farmasis dan pasien.

Sebagai tambahan, granul memberi aliran yang pantas pada granulasi

selama proses produksi tablet. Binder harus memiliki sifat adhesif yang

layak untuk mengikat serbuk formulasi tablet tetapi tidak cukup untuk

menyebabkan kekerasan tablet melampaui batas karena dapat menunda atau

menghindari terjadinya disintegrasi dan melarutnya tablet. Bahan-bahan

berikut ini adalah contoh pengikat : air, alkohol, aseton, pasta amilum (10-

17%), sirup sukrosa (50-85%), larutan gelatin (10-20%), mucilago akasia

(10-20%), larutan glukosa (25-50%), larutan alkohol-glukosa (50% alkohol,

25% glukosadan 25% air), pasta amilum (5% amilum dan 2% akasia

dalamair), metilselulosa-400 (4%), etil selulosa (5%) dalam alkohol, Na-

CMC, PEG 4000 atau 6000, dan polivinilpirolidon dalam air, alkohol dan

larutan hidroalkohol. Air, alkohol dan aseton atau campurannya bukan

merupakan pengikat yang tepat. Mereka bekerja dengan tujuan efek larutnya

diatas bahan lain misalnya selulosa pada formula tablet.

Disintegrator / Penghancur

Disintgrator adalah bahan yang ditambahkan pada formula tablet yang

ditujukan untuk menginduksi penghancuran tablet setelah digunakan dan

memperbesar kelarutan dari bahan obat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

laju kelarutan atau laju disintegrasi adalah :

sifat fisik dan kimia dari bahan dalam formula tablet

kekerasan tablet

luas permukaan

Pati jagung kering atau kentang, derivat selulosa, alginat, vegumHV,

bentonite, agar dan surfaktan tertentu adalah contoh dari penghancur yang

biasa digunakan. Penghancuran diyakini terjadi karena penggelembungan

penghancur yang terkena cairan gastrointestinal dan menambah pori-pori

dan aksi kapilaritas tablet.

Page 8: Jurnal Solid

Pelicin

Ditambahkan ke dalam granulasi tablet dengan tujuan:

Menambahkan sifat aliran dari granul

Menghilangkan adhesi pada permukaan dan dies

Mengurangi gesekan dinding die dan memfasilitasi pengeluaran

tablet setelah selesai. Banyak serbuk halus (ayakan 80 – 200)

digunakan sebagai lubrikan. Pemilihan sifat lubrikan berkaitan

dengan tujuan dari lubrikan yang disebutkan di atas. Contohnya

”glidants” yang menambah sifat aliran dari granulasi adalah kalsium

stearat, magnesium sterarat, amilum, NaCl, dan talk. Untuk

menghilangkan sifat adhesif antar permukaan punch dan diespaling

baik dicapai menggunakan materi yang lunak seperti lemak coklat,

dan lemak alami lainnya, lemak atau minyak sayur terhidrogenasi,

petroleum cair dan padat, natrium stearat, dan sabun lainnya, parafin

cair, asam stearat, dan lilin atau bahan mirip lilin. Lubrikan

ditambahkan untuk mengurangi pemakaian punch dan die dan untuk

mengurangi gesekan adalah kalsium stearat, magnesium stearat dan

talk.

Bahan pewarna

Bahan pewarna digunakan, sertifikasi FD dan C secara normal ditambahkan

dengan cara :

Melarutkan bahan cat pada larutan pengikat

Menyemprotkan granul dengan larutan cat khusus

Mendistribusikan cat selama pencampuran kering kemudian

menggunakan granulasi basah

Menambahkan triturat dari cat ke amilum atau kalsium sulfat (hanya

cocok untuk pastel berwarna) Triturat zat warna seperti ini tersedia

secara komersil, granulasi ayakan no. 40 atau halus sangat penting

untuk menghindari tablet yang berbintik-bintik. Bahan pewarna

menambah penampilan tablet dan membantu dalam identifikasi

produk.

Page 9: Jurnal Solid

Bahan pengaroma

Jika bahan pengaroma digunakan, biasanya dilakukan dengan penyemprotan

larutan alkohol dari minyak atsiri atau bahan pengaroma lain keatas granul-

granul kering sebelum pengempaan dari penyelesaian tablet. Setelah

penyemprotan granul, digulingkan dan kadang-kadang disimpan dalam

wadah tertutup. Untuk memungkinkan penyerapan yang besar dari

pengaroma kadang-kadang pengaroma buah juga dicampurkan ke dalam

campuran serbuk massa sebelum granulasi.

3.2.Preformulasi

Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menyiapkan dasar

rasional untuk metode preformulasi, untuk memaksimalkan kesempatan dalam

mengoptimalkan sebuah produk obat dan penampilannya.Dari sudut pandang

seorang formulator tablet, informasi preformulasi yang paling penting adalah studi

kestabilan zat tambahan obat.Pertanyaan berikutnya, untuk obat baru.Sebuah obat

dimana formulasinya memiliki pengalaman yang kurang adalah untuk memilih

bahan, zat tambahan yang mana baik secara kimia – fiika cocok dengan obatnya.

Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang

mana ahli farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam

pertanyaan yang mana dianggap pening dalam formulasi yang stabil, efektif dan

bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, sifat

pH, solubility, sifat pH stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas

obat dan disolusi dievaluasi selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi.

Interaksi dengan berbagai bahan – bahan inert yang dimaksudkan untuk

penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui.Data yang didapat dari

evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan farmakologi

dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang mengizinkan

pemilihan dari dosis yang optimum mengandung bahan – bahan inert yang paling

diminati perkembanganya dalam perkembangan. (Gennaro, 1998)

Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan

mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal mungkin

Page 10: Jurnal Solid

tanpa mengorbankan bagian–bagian yang perlu. Formulasi dari tablet

membutuhkan pertimbangan antara lain (Liebermann, 1990) :

1.Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif.

2.Stabilitas dari bahan aktif.

3.Kelarutan dari bahan aktif.

4.Kerapatan dari bahan aktif.

5.Kemampuan pengampaan dari bahan aktif.

6.Penyeleksian bahan tambahan.

7.Metode dari granulasi.

8.Karakter dari granulasi.

9.Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas.

10.Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban).

11.Stabilitas dari produk obat.

12. Ketersediaan.

3.3. Evaluasi Granul dan Evaluasi Tablet

I. Evaluasi Granul

1. Uji kadar air

a. Susut pengeringan ( LOD = Loss On Drying ) yaitu suatu pernyataan

kadar, kelembaban berdasarkan berat basah dengan rumus :

%LOD =

Syarat nilai % LOD yang baik adalah antara 0% - 100%

b. Kandungan kelembaban (MC = Mouisture Consentration ) yaitu suatu

perhitungan berdasarkan berat kering dengan rumus :

%MC =

Syarat nilai % MC yang baik adalah dari 0% sampai tak

terbatas(Lachmann, 1994)

2. Uji bobot jenis

Dilakukan untuk menentukan 3 macam berat jenis yaitu :

Page 11: Jurnal Solid

Berat jenis sejati yaitu massa partikel dibagi volume partikel tetapi tidak

termasuk rongga terbuka dan tertutup.

Berat jenis nyata adalah massa partikel dibagi volume partikel tidak

termasuk rongga terbuka tetapi termasuk rongga tertutup.

Berat jenis efektif adalah massa partikel dibagi volume partikeltermasuk

rongga terbuka dan tertutup(Lachmann, 1994)

4. Uji kecepatan aliran

Dengan cara mengalirkan granul melalui celah yaitu lingkaran yang

dipasang pada wadah silinder, suatu petunjuk sederhana dari kemudahan

dimana bahan dapat diinduksi untuk mengalir diberikan dengan menggunakan

indeks komprebilitas (Lachmann, 1994).

3. Uji porositas

Porositas merupakan perbandingan antara volume total masing-masing

rongga dengan volume bulk dan volume sebelum dimampatkan.Nilai

persentase yang baik untuk uji ini adalah tidak menyimpangdari 90%-10%

porositas(Parrot, 1971).

II. Evaluasi tablet

1. Uji keseragaman Ukuran

Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali atau

tidak boleh kurang dari 1 1/3 tebal tablet ( Ditjem POM, 1979).

2. Uji keseragaman Bobot

Digunakan untuk tablet tidak bersalut yang harus memenuhi syarat

keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Dengan cara

ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang

satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang

ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang

ditetapkan pada kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan

10 tablet, tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari

Page 12: Jurnal Solid

bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tabletpun

yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang

ditetapkan pada kolom B ( Ditjen POM, 1979).

3. Uji kekerasan

Daya tahan suatu tablet untuk penggunaan mekanik terlihat pada

saat dikempa kekerasan suatu tablet tersebut dan kekuatnnya pada saat

dikempa. Kekerasan suatu tablet dilukiskan sebagai ukuran partikel untuk

pecahnya tablet. Kekerasan juga dapat digunakan untuk karakteristik tablet

sebab lebih mudah dan untuk mengukur lebih konvensional. Kekerasan

tablet diukur dengan alat Strong Cobb, dan alat tes kekerasan yaitu Pfizer

dan Stokes. Kekerasan dilukiskan dalam kilogram tekanan yang diberikan,

meskipun alat-alat yang digunakan berbeda nilai kekerasannya untuk

setiap tablet, tetapi rata-rata kekerasannya konstan bila diukur dengan

Strong Cobb atau Stokes. Praktek dalam farmasi mungkin dilakukan

dengan tes tablet dengan cara mematahkan tablet diantara jari jempol dan

jari telunjuk, jika tablet tidak patah artinya sangat keras dan mungkin

susah dihancurkan. Tablet oral normalnya mempunyai kekerasan dari 4-6

pounds, meskipun pada nyatanya ada yang mengatakan kurang dari 10

pounds (Sprowl, 1970).

4. Uji kerapuhan

Alat penguji kerapuhan laboratorium dikenal sebagai Friabilator

Roche yang memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh

goresan dan goncangan dengan memekai kotak plastik yang berputar

dengan kecepatam 26 rpm, menjatuhkan sejumlah tablet sejauh 6 inci pada

setiap putaran. Biasanya tablet yang telah dtimbang diulang, kehilangan

berat 0,5 – 1 % masih dapat dibenarkan.

5. Uji waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas hancur yang

tertera dalam masing-masing monografi kecuali pada etiket dinyatakan

bahwa tablet digunkan untuk tablet hisap atau kunyah atau dirancang

untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu

Page 13: Jurnal Solid

tertentu atau pelepasan obat dalam 2 periode pelepasan tersebut.(Genarro,

1998).

3.3.Paracetamol/acetaminofen

1. Sifat kimia

Rumus bangun :

Rumus molekul : C8H9NO2

Berat molekul : 151,16

Nama kimia : Acetaminophenum

Nama lain : Acetaminofen

Nama generik : Parasetamol

Pemerian : Hablur atau serbuk hablurputih; tidak berbau; rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

( 95% )P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P dan dalam 9 bagian

propilengglikol P, larut dalam larutan alkali

hidroksida ( Farmakope indonesia Ed IV, 1995, hal

649 ).

2. Frmakokinetik parasetamol

Perasetamol mempunyai 2 khasiat yaitu ( Aldi, 2009 ) :

a. Sebagai analgesik yaitu obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa

nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

b. Sebagai antipiretik yaitu obat yang menurunkan suhu tubuh yang

tinggi.

3. Dosis parasetamol

Dosis parasetamol adalah sebagai berikut :

Page 14: Jurnal Solid

a. Pemberian per oral :

Dewasa 0,5 – 1,0 g ( bila perlu bisa sampai 4x sehari ) untuk

keseluruhan selama 2 minggu.

Anak-anak > 6 tahun 2 – 3 x 0,5 g atau 2 – 3 x 0,4 g sirup

Anak-anak > 1 tahun 2 – 3 x 0,2 g

Anak-anak > 2 tahun 2 – 3 x 0,1 g untuk keseluruhan selama 1

minggu.

V. ALAT DAN BAHAN

5.1.Alat

1. Alat : Alat penguji kadar air

2. Alat uji disintegrasi tipe ZT 2 – Erweka

3. Alat uji friabilitas tipe Fliabilator – Roche

4. Alat uji kekerasan tipe TBT – Tablet – Erweka

5. Ayakan

6. Baskom plastik

7. Batang pengaduk

8. Beaker glass

9. Corong alir

10. Gelas ukur penentu kerapatan

11. Granulator mesh 14

12. Granulator mesh 16

13. Heater

14. Lemari pengering

15. Mesin pencetak tablet

16. Mikrometer

17. Neraca analitis

Page 15: Jurnal Solid

5.2. Bahan

1. Amprotab

2. Laktosa

3. Mg Stearat

4. Parasetamol

5. Primojel

6. Talkum

7. Zat Warna (orange)

VI. PROSEDUR

Partikel-partikel serbuk bahan obat diayak.Masing-masing zat

ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.Fasa dalam tablet terdiri dari

Parasetamol, saccharum lactis,amprotab dan pasta kanji.Pasta kanji 15% dibuat

dengan cara ditimbang 15 g amprotab lalu dibagi menjadi 2 dengan

perbandingan 5 : 1 sehingga menjadi 12,5 g : 2,5 g. Pasta kanji (warna) dibuat

dengan memasukkan amilum ke dalam beaker glass yang telah ditara beratnya

kemudian 2,5 gram amprotab dimasukkan ke dalam beaker glass dan

ditambahkan 10 mL aquades dingin serta ditambahkan zat warna secukupnya.

Kemudian ditambahkan 10 mL aquades panas, panaskan beaker glass diatas

penangas sambil diaduk hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat

adonan dan tunggu hingga agak dingin.Pasta kanji + beaker glass ditimbang.

Untuk pasta kanji tanpa zat warna dibuat dengan memasukkan amilum ke

dalam beaker glass yang telah ditara beratnya kemudian 12,5 gram amprotab

dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 50 mL aquades dingin.

Lalu ditambahkan 30 mL aquades panas, panaskan beaker glass diatas

penangas sambil diaduk hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat

adonan dan tunggu hingga agak dingin.Pasta kanji+ beaker glass ditimbang.

Seluruh bahan fasa dalam yang telah ditimbang dicampurkan dalam plastik

hingga homogen, dikocok kira-kira selama 5 menit.Campuran fasa dalam

dibagi menjadi dua juga dengan perbandingan 5 : 1 sehingga didapat 516,67 g :

103,3 g. Lalu masing-masing dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan

Page 16: Jurnal Solid

pasta kanji + zat warna sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang dapat

dikepal untuk fasa dalam 103,3 g kemudian dilakukan prosedur yang sama

untuk fasa dalam yang 516,67 g dengan pasta kanji tanpa warna.Sisa pasta

amylum dalam beaker glass ditimbang, lalu dihitung jumlah amylum yang

digunakan.Massa yang dapat dikepal tersebut yaitu fasa dalam yang

ditambahkan zat warna dilalukan pada ayakan mesh no. 10. Fasa dalam yang

tanpa zat warna dimasukkan ke dalam granulator dan ditebarkan di baki.

Granul basah tersebut dikeringkan di dalam lemari pengering pada temperatur

50oC selama 24 jam.Granul kering ditimbang, dihitung berat teoritis dan berat

kenyataan untuk tablet yang akan dicetak. Ditimbang sejumlah granul kering (2

g) untuk dilakukan uji kadar air (LOD).Ditimbang Magnesium stearat, talkum

dan primojel berdasarkan berat kenyataan.Granul paracetamol hasil granulasi

kering dicampur dengan magnesium stearat, talkum dan primojel di dalam

plastik, diaduk hingga homogen.Ditimbang 20 g granul yang sudah dicampur,

dimasukkan ke dalam gelas ukur (alat tap density) dan dibaca volume batas

atas dan batas bawah sebelum dan sesudah tapping. Dilakukan uji

kompresibilitas.

Ditimbang 20 g granul yang sudah dicampur untuk uji laju

alir.Dimasukkan ke dalam corong yang lubangnya ditutup, lalu tutup bagian

bawah corong dibuka kemudian diamati waktu yang diperlukan sampai semua

granul mengalir semuanya (kecepatan alir).Diameter timbunan granul diukur

(diambil harga rata-rata) dan diukur tinggi puncak timbunan granul serta

dihitung sudut istirahatnya. Tablet dicetak dengan range berat ± 5% dari berat

teoritis dan kekerasan ± 70 N.Tiap 20 tablet yang dicetak diambil 1 buah tablet

untuk uji berat tablet dan kekerasan. Jika tidak sesuai dengan rencana formulasi

punch pada alat pencetak tablet diatur lagi hingga diperoleh berat dan

kekerasan tablet yang sesuai. Dilakukan sampling untuk 20 tablet kemudian

dihitung berat tablet, diukur diameter dan ketebalannya serta diuji

kekerasannya. Dihitung rata-ratanya.Diambil 10 tablet lalu dilakukan uji

friabilitas. Diambil 6 tablet lalu dilakukan uji waktu hancur.

Page 17: Jurnal Solid

VII. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

6.1. Data Pengamatan

No. Kegiatan Perlakuan Hasil

1. Uji LOD ( Loss

On Drying

-Masukkan wadah kedalam alat,

kemudian masukkan granul ( fase

dalam ) kedalam wadah.

- Pada alat akan muncul crosses over ,

kemudian tekan tombol start.

-Tunggu sampai tulisan berubah

menjadi test over.

-Hitung kadar granul

-Waktu = 2 menit 1

detik

-Suhu = 70°C

-Berat granul = 2,60

gram

-Kadar = 1,67%

2. Kompresibilitas -Masukkan 20 gram granul ( fase

dalam + fase luar ).

-Ukur batas atas dan batas bawah awal

-Nyalakan alat, alat akan bergerak (

melakukan tapping)

-ukur batas atas dan batas bawah akhir

-Hitung persen kompresibilitasnya

-Batas atas awal = 34

cm

-Batas akhir awal = 40

cm

-Batas atas akhir = 36

cm

-Batas bawah akhir =

29 cm

-kompresibilitas =

12,2%

3. Laju Alir -Masukkan granul kedalam corong

sebanyak 20 gram

-Kemudian penghalang laju alir dilepas

sehingga granul akan turun kedasar

alas

-Hitung waktu alir, diameter, tinggi

dan sudut istirahat

-Laju alir = 2,25 detik

-Tinggi = 2,1 cm

-Diameter = 9 cm

-Sudut istirahat =

25,01°

4. Friabilitas -Timbang 10 tablet, dan catat berat

awalnya

-Masukkan kedalam alat

-Berat awal = 7,662

gram

-Berat akhir = 7,3203

Page 18: Jurnal Solid

-Nyalakan alat selama 4 menit dengan

kecepatan 25 rpm

-Timbang kembali tablet, dan catat

berat akhir

gram

-Nilai friabilitas =

0,62%

5. Cetak Tablet -Atur alat pencetak tablet

-Masukkan granul kedalam hopper

-Pencetakan tablet dilakukan dengan

cara hopper memasukkan granul

kedalam die yang kemudian ditekan

punch atas dan tablet akan keluar

didorong punch bawah

Tablet jadi

6. Uji keseragaman

ukuran :

a. Ketebalan

b. Diameter

-Sebanyak 20 tablet diukur

ketebalanya dengan menggunakan

jangka sorong

-Catat ketebalan masing – masing

tablet

-Sebanyak 20 tablet diukur

diameternya menggunakan jangka

sorong

-Catat diameter masing – masing tablet

Nilai rata – rata

ketebalan tablet =

4,7835 cm

Nilai rata – rata

diameter tablet =

13,084 cm

7. Uji Kekerasan

tablet

-Sebanyak 20 tablet masing – masing

diukur kekerasannya menggunakan

alat “Harness Testers”

Nilai rata – rata

kekerasan tablet = 97,1

N

8. Uji keseragaman

bobot

-Sebanyak 20 tabllet masing – masing

ditimbang beratnya menggunakan

timbangan digital

-Catat berat masing – masing tablet

Nilai rata – rata bobot

tablet = 072377 gram

9. Uji Waktu hancur -Air dipanaskan sebanyak 800 ml pada

suhu 37°C

-Sebanyak 6 tablet dimasukkan

-Nilai waktu hancur

tablet = 8 menit 25

detik

Page 19: Jurnal Solid

kedalam tabung

-Masukkan cakram kedalam lubang

yang berisi tablet

-Masukkan kedalam alat yang bersuhu

37°C

-Nyalakan alat dan hitung waktu

hancur tablet

6.2. Perhitungan

1. Perhitungan Berat Teoritis

Paracetamol 500mg X 500 tablet = 250.000 mg

S.L 40 mg X 500 tablet = 20.000 mg

Amprotab 80 mg X 500 tablet = 40.000 mg

Amilum pro pasta 12500 mg

Zat warna 3200 mg +

Jumlah fase dalam 325.700 mg ≈ 325,7 gram

Zat warna :

Zat warna yang digunakan = 0,7 gram

Massa beaker glass kosong = 107,83 gram

Massa beaker glass + pasta kanji = 120,33 gram

Massa pasta kanji setelah digunakan = 0 gram

Massa pasta kanji yang digunakan = 12,5 gram

Amilum pro pasta :

Massa beaker glass kosong = 186,5 gram

Massa beaker glass + kanji = 229 gram

Massa pasta kanji setelah digunakan = 0 gram

Massa pasta kanji yang digunakan = 42,5 gram

Pasta kanji :

Amilum yang digunakan = 15 gram

Zat warna yang digunakan = 0,7 gram

Page 20: Jurnal Solid

Perhitungan :

Massa tablet =

X325,7 gram

= 350,215 gram

Primojel =

X

Mg stearat =

X

Talkum =

X

Jadi, berat satu tablet secara teoritis adalah =

2. Perhitungan Berat Kenyataan

Fase dalam = 93% = 260,29 gram

Berat total = fase dalam total – ( jumlah granul untuk uji LOD + laju

alir + tap density )

= 260,28 gram – ( 2 gram + 20 gram + 20 gram )

= 260,28 gram – 42 gram

= 218,28 gram

Primojel =

X

Mg stearat =

X

=

X

Berat massa tablet total ( kenyataan ) = 276,715 gram

Jumlah tablet yang dibuat =

= 393,6 tablet

Jadi, berat satu tablet kenyataan adalah =

= 0,7 gram

Page 21: Jurnal Solid

3. Kompresibilitas

Batas atas awal = 34 cm

Batas akhir awal = 40 cm +

74 cm

Rata –rata =

= 37 cm

Batas atas akhir = 36 cm

Batas bawah akhir = 29 cm +

65 cm

Rata – rata =

= 32,5 cm

Kerapatan nyata =

= 0,54

Kerapatan mampat =

Kompresibilitas = –

=

= 12,2%

4. Uji Keseragaman

a. Ketebalan

No. Tebal (cm) No. Tebal (cm)

1 4,8 11 4,70

2 4,82 12 4,87

3 4,74 13 4,69

4 4,78 14 4,85

5 4,87 15 4,85

6 4,87 16 4,72

Page 22: Jurnal Solid

7 4,74 17 4,79

8 4,76 18 4,84

9 4,81 19 4,65

10 4,73 20 4,79

Rata – rata = 4,7835 cm

b. Diameter

No. Diameter (cm) No. Diameter (cm)

1 13,13 11 13,15

2 13,15 12 13,13

3 13,12 13 13,15

4 13,13 14 13,13

5 13,14 15 13,11

6 13,15 16 13,13

7 13,13 17 13,13

8 13,14 18 13,15

9 12,12 19 13,13

10 13,13 20 13,13

Rata – rata = 13,084 cm

5. Uji kekerasan tablet

No. (Newton) No. (Newton)

1 90 11 120

2 72 12 97

3 126 13 128

4 95 14 58

5 80 15 80

6 75 16 107

7 115 17 100

8 110 18 72

9 115 19 100

10 120 20 82

Rata – rata = 97,1 Newton

Page 23: Jurnal Solid

6. Uji Keseragaman Bobot

No. Berat (gram) No. Berat (gram)

1 0,7302 11 0,7088

2 0,7214 12 0,756

3 0,7356 13 0,732

4 0,7296 14 0,72229

5 0,7327 15 0,7235

6 0,7228 16 0,7018

7 0,7210 17 0,7176

8 0,705 18 0,716

9 0,721 19 0,7109

10 0,7303 20 0,7363

Rat a- rata = 0,72377 gram

7. Laju Alir

I. Tinggi = 2 cm

Diameter = 9 cm

Waktu = 2,61 detik

II. Tinggi = 2,2 cm

Diameter = 9 cm

Waktu = 1,89 detik

Tinggi =

Diameter =

Laju alir =

tan Ø =

=

Ø = 25,01°

8. Friabilitas

Berat awal = 7,3662 gram

Berat akhir = 7,3205 gram

Page 24: Jurnal Solid

Friabilitas =

= 0,62%

VIII. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan tablet parasetamol

dengan menggunakan metode granulasi basah. Parasetamol memiliki sifat daya

alir dan kompresibilitas yang kurang bagus sehingga tidak bisa dibuat menjadi

tablet dengan menggunakan metode cetak langsung. Parasetamol juga memiliki

sifat tahan terhadap panas dan pembasahan, sehingga dalam pembuatan

tabletnya bisa digunakan metode granulasi basah. Dengan metode ini

diharapkan dapat dihasilkan tablet parasetamol yang baik.

Dalam melakukan praktikum ini, bahan-bahan yang akan digunakan

harus diayak terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar bahan-bahan tadi

mempunyai ukuran partikel yang sama besar dan ukurannya homogen satu

sama lain. Dengan ukuran yang homogen tersebut, maka pada proses

pencampuran akan sangat mudah dilakukan karena antara partikel satu dengan

yang lain akan memiliki peluang yang sama untuk bercampur tanpa harus

terhalang oleh partikel yang lebih besar.

Pada pencampuran harus benar-benar menggulirkan satu bahan dengan

dengan bahan yang lain sehingga bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan tablet ini benar-benar tercampur rata. Dengan kata lain, diharapkan

pencampuran ini mengalami proses diffusive mixing atau dapat terjadi proses

difusi antar partikel dan tidak terjadinya perpindahan partikel secara kelompok,

karena dapat menyebabkan tidak homogennya bahan-bahan yang dicampurkan.

Sehingga berakibat pada hasil akhir dari tablet.

Pertama-tama, dicampurkan terlebih dahulu serbuk

parasetamol,saccharum lactis, dan amprotab yang telah diayak dan ditimbang

sesuai dengan perhitungan. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke

dalam plastik lalu dikocok hingga homogen. Karena tablet yang akan dibuat

mengandung dua warna maka fasa dalam dan pasta kanjinya dibuat

perbandingan 5 : 1. Pasta kanji 15% dibuat dengan cara ditimbang 15 g

Page 25: Jurnal Solid

amprotab lalu dibagi menjadi 2 dengan perbandingan 5 : 1 sehingga menjadi

12,5 g : 2,5 g. Pasta kanji (warna) dibuat dengan memasukkan amilum ke

dalam beaker glass yang telah ditara beratnya kemudian 2,5 gram amprotab

dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 10 mL aquades dingin

serta ditambahkan zat warna secukupnya. Kemudian ditambahkan 10 mL

aquades panas lalu panaskan beaker glass diatas penangas sambil diaduk

hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat adonan dan tunggu hingga

agak dingin.Pasta kanji+ beaker glass ditimbang. Untuk pasta kanji tanpa zat

warna dibuat dengan memasukkan amilum ke dalam beaker glass yang telah

ditara beratnya kemudian 12,5 gram amprotab dimasukkan ke dalam beaker

glass dan ditambahkan 50 mL aquades dingin. Lalu ditambahkan 30 mL

aquades panas lalu panaskan beaker glass diatas penangas sambil diaduk

hingga berbentuk jeli atau pasta yang jernih. Angkat adonan dan tunggu hingga

agak dingin.Pasta kanji+ beaker glass ditimbang. Campuran fasa dalam dibagi

menjadi dua juga dengan perbandingan 5 : 1 sehingga didapat 516,67g :

103,3g. Lalu masing-masing dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan

pasta kanji + zat warna sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang dapat

dikepal untuk fasa dalam 103,3g dan dilakukan prosedur yang sama untuk fasa

dalam yang 516,67g dengan pasta kanji tanpa warna.Sisa pasta amylum dalam

beaker glass ditimbang, lalu dihitung jumlah amylum yang digunakan.Pasta

amilum dimasukkan ke dalam campuran bahan padat sedikit demi sedikit

hingga terbentuk massa yang kompak dan dapat dikepal.

Dalam pencampuran ini perlu diingat bahwa campuran jangan terlalu

basah atau terlalu kering. Ketika adonan terlalu basah maka akan memerlukan

pemanasan yang lebih lama untuk mengeringkan adonan dan kemungkinan

terjadinya penggumpalan akan sangat besar. Sehingga tablet yang

dihasilkantidak akan memenuhi standar dan tidak memiliki nilai estetika yang

bagus dan biasanya akan menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat

tablet yang bagus. Apabila terlalu kering maka tidak akan terbentuk granul,

tetapi menjadi bentuk serbuk. Sehingga pada saat pengempaan akan merusak

alat pembuat tablet dan tablet tidak bisa terbentuk malah menjadi buyar.

Page 26: Jurnal Solid

Pasta amilum ditambahkan sebagai zat pengikat. Zat pengikat berfungsi

untuk membantu merekatkan granul satu dengan yang lainnya dan menjaga

kesatuan tablet setelah dikompresi. Pada saat pencampuran, pasta yang

ditambahkan ke dalam campuran obat harus memberikan kelembaban yang

cukup supaya serbuk dapat bercampur, dilakukan dengan

meremasmenggunakan tangan. Fungsi penambahan primojel sendiri yaitu

sebagai desintegran (penghancur) bermanfaat untuk mempermudah hancurnya

tablet. Penambahan magnesium stearat sebagai fasa luar berfungsi sebagai

lubrikan yakni untuk mengurangi gesekan antara bagian dalam die dan

dindingtepi tablet selama pembentukan tablet, agar tidak lengket. Talkum

digunakan untuk memperbaiki sifat alir atau memberikankarakterisitikaliran

yang diinginkan untuk meningkatkan sifat alir dalamprosespencetakan tablet.

Massa yang dapat dikepal tersebut yaitu fasa dalam yang ditambahkan

zat warna dilalukan pada ayakan mesh no. 10. Hal ini bertujuan agar granul

yang terbentuk homogen. Hasil dari pengayakan bisa terlihat apakah

kelembaban granul lebih dari yang seharusnya atau tidak. Bisa terlihat dari

bentuk granul yang keluar dari mesh. Fasa dalam yang tanpa zat warna

dimasukkan ke dalam granulator dan ditebarkan di baki. Granul basah tersebut

dikeringkan di dalam lemari pengering pada temperatur 50oC selama 24

jam.Granul yang telah kering diambil 10 g untuk dilakukan uji LOD (Lost On

Drying). Pada pengujian kadar air granul untuk pembuatan tablet, diketahui

bahwa kadar air granul adalah sebesar 1,67 %. Kadar air ini dapat dikatakan

kurang baik, karena sesuai dengan ukuran kadar air ideal yaitu kurang dari 1

%. Hal ini dapat terjadi karena saat penggranulan basah airnya terlalu banyak,

dan pada saat pengeringan tidak sempurna. Atau terjadi penggumpalan pada

granul, sehingga pengeringan tidak merata pada granul. Dihitung berat teoritis

dan berat kenyataan untuk tablet yang akan dicetak.

Setelah itu granul tersebut dicampur dengan fasa luar yang terdiri dari

Talcum, Mg stearat sebagai pelincir dan primojel.Manfaat pelincir yang

ditambahkan adalah untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam

rongga cetakan, mencegah melekatnya granul pada punch dan cetakan, selama

Page 27: Jurnal Solid

pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan

ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada

tablet yang sudah jadi. Kemudian dilakukan pencetakan tablet dengan tekanan

yang sesuai. Tekanan dapat mempengaruhi kekerasan, ukuran dan daya hancur

tablet

Setelah granul ditambahkan fasa luar, maka langkah selanjutnya adalah

evaluasi granul. Evaluasi yang dilakukan adalah kadar air granul, uji

kompresibilitas, laju alir.

Kadar air granul setelah diuji didapatkan sebesar1,67 %. Ini berarti

granul sudah memenuhi syarat kadar air, dimana syarat kadar air 1 %-2 %.

Penentuan kadar air ini penting agar pada saat pencetakan, tablet yang

terbentuk tidak basah dan tidak akan menempel pada alat pencetak. Granul

yang terlalu basah akan menyebabkan tablet sticking, atau dapat menyebabkan

daya alir granul buruk/lambat dan tablet menempel pada alat cetak sedangkan

kadar air di bawah 1 % akan menyebabkan granul terlalu kering sehingga akan

menyebabkan capping. Pada tablet yang capping permukaan tablet dapat

terkelupas karena kurang kuatnya daya ikat tablet atau terlalu banyak bagian

yang halus dari granul, sehingga volume udara granul besar yang dapat

menyebabkan tablet sulit dikempa.

Selanjutnya dilakukan pengujian kompresabilitas. Padapengujian

kompresibilitas dilakukan dengan cara memasukkan sebanyak 20 gram granul

yang sudah terdri dari fase dalam dan fase luar kedalam gelas ukur, kemudian

dilihat batas atas dan batas bawah banyaknya granul didalam gelas ukur

tersebut. Setelah itu alat dinyalakan dan gelas ukur tersebut bergerak naik-

turun atau tapping sampai alat berhenti secara otomatis. Kemudian dilihat

kembali batas atas dan batas bawah granul didalam gelas ukur tersebutdan di

hitung kompresabilitasnya. Hasil yang di dapat pada pengujian granul adalah

12,2 %. Pengujian ini penting untuk mempermudah pencetakan tablet, karena

tablet yang memiliki daya kompresibilitas baik akan mempermudah

pencetakan tablet. Pengujian kompresibilitas ini juga dapat memperlihatkan

kemampatan granul. Apabila terlalu mampat maka tablet yang terbentuk akan

Page 28: Jurnal Solid

keras, namun pada pembuatan tablet ini, kekerasannya sangat rendah/rapuh

kemungkinan karena granul yang terbentuk berukuran sangat besar yang

dikerenakan oleh kelebihan bahan pengikatnya. Kompresibilitas juga dapat

mempengaruhi daya alir granul.

Kemudian dilakukan pengujian waktu laju alir untuk mendapatkan sudut

istirahat granul. Waktu alir yang diperoleh adalah selama 2.61 detik dan tinggi

2 cm dengan diameter sebesar 9 cm. Dan setelah dihtung didapatkan Sudut

istirahat granul tablet adalah 25,01o, dimana sudut istirahat ini menentukan

daya alir granul. Sudut istirahat ini dibentuk antara lereng timbunan serbuk

dengan bidang datar. Granul dinyatakan memiliki sudut istirahat yang baik

apabila pada saat uji timbunan granul tidak berbentuk landai dan puncaknya

tidak mengerucut atau memiliki sudut 25 – 30 . sudut istirahat yang didapat

dari granul tablet ini memiliki sudut istirahat yang kurang baik sehingga agak

susah daya alir pada proses pencetakan, yaitu granul susah mengalir dari

hopper ke die.

Pada proses pencetakan, berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak

diatur dengan merubah posisi punch. Pada proses pencetakan, berat dan

kekerasan tablet dapat disesuaikan dengan mengatur punch atas dan

punchbawah dari alat pencetak. Untuk menentukan berat tablet yang akan

dicetak, diatur dengan punch bawah. Sedangkan untuk mengatur kekerasan

tablet digunakan punch atas. Menurut FI IV, tablet yang tidak bersalut harus

memenuhi persyaratan keseragaman sediaan, yang dapat ditetapkan dengan

salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman

kandungan. Persyaratan ini dapat digunakan untuk sediaan yang mengandung

satu zat aktif atau sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.

Persyaratan ini juga berlaku untuk produk yang mengandung zat aktif 50 mg

atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot sediaan. Keseragaman

dari zat aktif lain, jika ada dalam jumlah kecil, ditetapkan dengan persyaratan

keseragaman kandungan. Perbedaan kedua persyaratan ini, pada keseragaman

bobot dapat ditetapkan pada sediaan padat atau tanpa zat aktif, sedangkan

Page 29: Jurnal Solid

persyaratan keseragaman kandungan dapat diterapkan pada semua sediaan, jadi

uji keseragaman kandungan diperlukan untuk sediaan padat.

Pada keseragaman bobot untuk penetapan sediaan padat seperti tablet

tidak bersalut berdasarkan FI IV, timbang seksama 20 tablet satu persatu lalu

hitung bobot rata-ratanya. Setiap tablet yang dihasilkan harus memiliki bobot

yang sesuai dengan perhitungan bobot tablet teoritis dengan anggapan zat aktif

terdistribusi homogen. Hasil yang didapat pada tablet kelompok kami adalah

701 mg – 752 mg, sedangkan bobot teoritis tablet yang seharusnya didapat

adalah 735 mg, dengan batas range 665 mg – 735 mg. Dari hasil yang didapat

dapat disimpulkan bahwa bobot tablet yang dihasilkan belum termasuk dalam

range berat tablet teoritis yang dikarenakan oleh pada saat pencetakan

menyisakan banyak fines sedang tablet yang akan dicetakpun jumlahnya

kurang banyak sehingga menyulitkan pada saat in proses control.

Evaluasi tablet yang kami lakukan yaitu seperti uji keseragaman bobot,

ketebalan dan diameter, uji kekerasan, uji friabilitas dan uji waktu hancur akan

dijelaskan sebagai berikut. Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot.

Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap

tablet yang dibuat. Tablet- tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan

memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek

terapi yang sama.

Pada uji keseragaman bobot, Pemeriksaan dilakukan terhadap 20 tablet

yang diambil secara acak lalu ditimbang bobotnya satu per satu. Dihitung

bobot rata-rata untuk satu tablet. Seperti yang tertera pada Farmakope

Indonesia edisi ke IV, persyaratan keseragaman bobot atau keseragaman

kandungan terletak antara 85,0 hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket,

dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Diambil

sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya.

Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan dihitung persentase

masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya

menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tablet pun yang

Page 30: Jurnal Solid

bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya. Berikut ini

merupakan tabel penyimpangan keseragaman bobot:

Bobot rata – rata Penyimpanan bobot rata – rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

Dalam pengujian ini kami mendapatkan adanya empat tablet yang tidak

memenuhi persyaratan karena keempat tablet tersebut bobot rata-ratanya lebih

besar dari harga yang ditetapkan, yaitu ± 5 %, dari bobot teoritis yaitu kira-kira

664.7625 <…<734.7375 mg.

Selanjutnya, yang dilakukan adalah uji keseragaman diameter dan

ketebalan.Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu

menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya.Tebal dan

diameter rata - rata tablet yang dicetak masing - masing 4.7685 mm dan 13.085

mm. Hal ini sudah memenuhi persyaratan farmakope bahwa diameter tablet tidak

lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

Pengujian kekerasan dilakukan terhadap 10 tablet, dengan cara sebuah

tablet diletakkan di antara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar

alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada

skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup, tablet akan pecah dan dibaca

penunjukan skala pada alat tersebut. Alat yang digunakan untuk uji ini

adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang

diperlukan untuk memecahkan tablet.

Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan,

pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan

dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan

tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut

dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan.

Page 31: Jurnal Solid

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan

kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran

dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat

penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang

keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang

rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik

dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak,

artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.

Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat

kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet

yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit

penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih

besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu

hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.

Dalam pengujian kekerasan tablet selama praktikum berlangsung

didapatkan rata-rata kekerasan tablet yaitu 10.10 kg yang telah dikonversikan

dari satuan Newton sebelumnya. Kekerasan tablet ini meskipun melebihi batas

maksimum yaitu 10 kg tetapi masih dapat diterima karena masih memenuhi

persyaratan waktu hancur yang kurang dari 15 menit.

Pengujian selanjutnya yang dilakukan yaitu uji friabilitas. Friabilitas

merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan

tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.

Friabilitas diukur dengan friabilator.

Tablet ditimbang sebanyak 7.3662 gram dan hasil yang didapat

kemudian dimasukkan ke dalam alat penguji yaitu friabilator. Alat dijalankan

selama empat menit dengan kecepatan putaran dua puluh lima putaran per

menit. Tablet yang masih utuh ditimbang, didapatkan sebesar 7.3205 gram,

kemudian dihitung kehilangan bobotnya dengan rumus sebagai berikut:

Page 32: Jurnal Solid

Keterangan:

W1 = berat awal

W2 = berat setelah pengujian friabilitas

Kehilangan bobot yang masih diperbolehkan tidak lebih dari 0,8% hal ini

merujuk pada Farmakope Indonesia edisi ke IV.

Semakin besar harga persentase friabilitas, maka semakin besar massa

tablet yang hilang. Friabilitas yang tinggi akan mempengaruhi

konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan

konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan

massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat

dalam tablet. Dalam pengujian friabilitas yang kami lakukan, didapatkan

persentase friabilitas sebesar 0.62% yang artinya tablet yang kami buat masih

dalam batasan yang tertera dalam Farmakope Indonesia.

Untuk uji waktu hancur digunakan alat disintegration tester yang

berbentuk keranjang mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas

sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no10 mesh Tablet

yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube ditutup dengan

penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan

suhu 37° C Penggunaan penutup dimaksudkan agar tablet tetap terjaga dalam

keranjang dan tidak keluar dari tube saat dinaik turunkan Proses pencelupan

naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik saluran cerna

Sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 370 C dipilih untuk

menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya Dalam

monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan

gastric. Namun pada pengujian ini media yang digunakan adalah aquadest

dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan tubuh manusia adalah air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet

yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.

Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan

porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan

tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga

Page 33: Jurnal Solid

memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur

tablet bersalut tidak lebih dari 15 menit. Dalam praktikum uji, tablet hancur

dalam waktu 8 menit 25 detik.

Uji-uji yang dilakukan terhadap tablet berguna untuk pengawasan mutu.

Hal inidilakukan selama proses produksi secara periodik karena akan

melibatkan biaya yang sangat besar apabila pada akhir produksi ternyat

amenghasilkan tablet yang tidak memenuhi persyaratan.Syarat-syarat tablet

yang baik, adalah sebagai berikut :

Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada

saat pengemasan dan distribusi.

Memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat.

Tablet dapat terbioavailable.

Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk.

Memiliki kestabilan yang baik dan dapat tereffikas

IX. KESIMPULAN

1. Evaluasi granul

Kadar air : 1,67 %

Kemampatan granul : 12,2 %

Waktu alir : 2,61 detik

Sudut istirahat : 25,01o

2. Evaluasi tablet

Keseragaman bobot : 725,15 mg

Kekerasan rata-rata : 97,1 N

Tebal tablet : 4,78 mm

Diameter : 13,084 mm

Friabilitas : 0,62 %

Waktu hancur : 8 menit 25 detik

Page 34: Jurnal Solid

3. Berat tablet teoritis

Range 665 – 735 mg

Tablet yang dibuat kurang memenuhi syarat-syarat sebagai

tablet yang baik dan layak untuk dikonsumsi dan diproduksi, karena pada

keseragaman bobot tablet masih berada diluar dari range tablet teorotis. Tetapi

tablet tersebut memiliki waktu hancur dan friabilitas serta kekerasan tablet

yang baik.

Page 35: Jurnal Solid

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Gennaro, A.R. 1998. Remington’s Pharmaceutical Science. 18th

Edition. Easton:

Mack Publishing Company.

Jenkins, G.L. 1957. Scoville’s The Art of Compounding. New York USA: The

Blackston Division Mc. Graw Hill Book Company Inc.

King, R. E. 1984. Dispending Of Medication.Ninth Edition. Philadelphia:

MackPublishing Company.

Lachmann, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Lieberman, Herbert, A., et, al. 1990. Pharmaceutical Dosage Form:Tablets.

Volume 1. New York: Marcell Dekker.

Parrot, L.E. 1971.Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics.

USA: Burgess Publishing Company.

Rawlins, R.A. 2000. Textbook Of Pharmaceutics. 8th

Edition. London:

BailliereTindall.

Sprowl. J. B. 1970. Prescription Pharmacy.Second Edition. Philadelphia: J.B

Lippiconott Company Toronto.