33
KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI Oleh : Reni Ayu Rukmaan Dewi (092134238) ABSTRAK Barong Lancingdi Desa Kemiren dibentuk 21 Mei 2007 sebagai upaya regenerasi dari pertunjukan Barong Using/ Barong Tua, dimana para pemainnya sudah banyak yang uzur. Secara visual bentuk pertunjukan Barong Lancing berbeda dengan pertunjukan Barong Using/ Barong Tua. Permasalahan penelitian ini difokuskan pada bentuk pertunjukan Barong Lancing yang meliputi berbagai medium pembentuk pertunjukan Barong Lancing yaitu yang terdiri dari elemen penyutradaraan, cerita dan penokohan, struktur pertunjukan (pengadegan), gerak tari, musik pengiring, tata rias dan busana, setting panggung, tata cahaya, properti, dan penonton. Tujuan dan manfaat penelitian ini secara teoretis untuk menyumbangkan informasi bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan dunia seni pertunjukan. Selain itu secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kontribusi dalam upaya pelestarian terhadap bentuk-bentuk seni pertunjukan tradisional. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk pertunjukan Barong Lancing tidak sama dengan Barong Using, terutama dalam hal cerita. Adapun cerita yang diangkat bertemasapu jagad yang mengisahkan pertentangan anatara kebaikan dan keburukan. Selain itu cerita juga bersumber dari legenda, dongeng dan cerita tentang kerajaan. Cerita-cerita tersebut seperti, Pendekar 1

KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : RENI AYU RUKMANA DEWI, http://ejournal.unesa.ac.id

Citation preview

Page 1: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH

KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh : Reni Ayu Rukmaan Dewi (092134238)

ABSTRAK

Barong Lancingdi Desa Kemiren dibentuk 21 Mei 2007 sebagai upaya regenerasi dari pertunjukan Barong Using/ Barong Tua, dimana para pemainnya sudah banyak yang uzur. Secara visual bentuk pertunjukan Barong Lancing berbeda dengan pertunjukan Barong Using/ Barong Tua.

Permasalahan penelitian ini difokuskan pada bentuk pertunjukan Barong Lancing yang meliputi berbagai medium pembentuk pertunjukan Barong Lancing yaitu yang terdiri dari elemen penyutradaraan, cerita dan penokohan, struktur pertunjukan (pengadegan), gerak tari, musik pengiring, tata rias dan busana, setting panggung, tata cahaya, properti, dan penonton.

Tujuan dan manfaat penelitian ini secara teoretis untuk menyumbangkan informasi bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan dunia seni pertunjukan. Selain itu secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kontribusi dalam upaya pelestarian terhadap bentuk-bentuk seni pertunjukan tradisional.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk pertunjukan Barong Lancing tidak sama dengan Barong Using, terutama dalam hal cerita. Adapun cerita yang diangkat bertemasapu jagad yang mengisahkan pertentangan anatara kebaikan dan keburukan. Selain itu cerita juga bersumber dari legenda, dongeng dan cerita tentang kerajaan. Cerita-cerita tersebut seperti, Pendekar Alas Purwa, Lahirnya Maheso Anggoro, Cerita Pendekar Alas Sembulungan, Cerita Geger Cilacap, Cerita Geger Pajajaran dan masih banyak cerita yang lainnya. Berbagai cerita tersebut belum pernah dipertunjukan oleh bentuk-bentuk seni pertunjukan dramatari tradisional lainnya yang ada di Banyuwangi.Untuk mengetahui seperti apa sebenarnya bentuk pertunjukan Barong Lancing atau Barong Sapu Jagad sebagai bentuk pertunjukan baru, maka harus dilakukan pengkajian secara mendalam. Atas dasar hal tersebutlah peneliti tertarik untuk mengkaji keberadaan Barong Lancing dan pengkajian akan lebih difokuskan pada bentuk pertunjukannya.

Hasil penelitian menunjukan, bahwa pertunjukan Barong Lancing memiliki cerita yang bermacam-macam, seperti Cerita Pendekar Alas Purwo, Cerita Pendekar Alas Sembulungan, Cerita Geger Cilacap, Cerita Geger Pajajaran, dan masih banyak cerita yang lainnya. Adapun elemen-elemen pertunjukan Barong Lancing meliputi, sistem penyutradaraan, lakon atau cerita, tokoh dan

1

Page 2: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

2

karakter, tata rias dan busana, musik pengiring, tata panggung, tata cahaya, dan struktur pertunjukan. Secara keseluruhan perpaduan berbagai elemen tersebut menghasilkan sebuah kesatuan bentuk pertunjukan yang merupakan inovasi baru dari pertunjukan Barong Using/ Barong Tua.

Kata Kunci : Barong Lancing, Bentuk Pertunjukan.

Page 3: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa Kemiren adalah salah satu desa yang mayoritas penduduknya

berlatar belakang budaya Using, sehingga desa ini lebih dikenal dengan sebutan

“Desa Using”. Desa Kemiren memiliki banyak sekali tradisi dan bentuk seni

pertunjukan dengan fungsi yang bermacam-macam. Salah satu bentuk seni

pertunjukan adalah Barong Lancing. Komunitas Barong Lancing diresmikan

keberadaannya pada tanggal 21 Mei 2007, dan oleh Sucipto diberi nama

BarongSapu Jagat.

Suatu hal yang menarik perhatian peneliti terhadap keberadaan pertunjukan

BarongUsing di Desa Kemiren saat ini adalah Barong Lancing. Ketertarikan

peneliti terhadap keberadaan pertunjukan Barong Lancing adalah pada segi

bentuk pertunjukan berbentuk dramatari. Adapun cerita yang disajikan bertema

tentang sapu jagat yang berkisah tentang peperangan atau pertarungan antara

kebaikan dengan keburukan. Pada umumnya cerita yang diangkat berasal dari

sebuah legenda lain, dongeng, atau cerita-cerita sejarah kerajaan yang tidak ada

hubungannya dengan cerita Barong Using. Berbagai cerita yang dipilih, kemudian

dikemas dalam bentuk pertunjukan yang lebih menarik sehingga dapat memenuhi

selera penggemarnya yaitu masyarakat Banyuwangi pada jaman sekarang.

Jika diamati secara visual, bahwa bentuk pertunjukan Barong Lancing

sangat mirip dengan bentuk pertunjukan Janger1, sehingga ada sebagian

masyarakat yang menyebutnya dengan istilah Barong Jangeran. Dalam konteks

perkembangan seni pertunjukan, mungkin dapat dikatakan bahwa Barong Lancing

merupakan genre seni pertunjukan tradisional gaya baru.

Untuk mengetahui seperti apa sebenarnya bentuk pertunjukan Barong

Lancing atau Barong Sapu Jagatsebagai bentuk pertunjukan baru, maka harus

dilakukan pengkajian secara mendalam. Atas dasar hal tersebutlah peneliti tertarik

untuk mengkaji keberadaan Barong Lancing dan pengkajian akan lebih

difokuskan pada bentuk pertunjukannya. Untuk itu maka penelitian ini

1Hasil observasi langsung terhadap pertunjukan Barong Lancing saat melakukan pementasan, pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Yuyun dan Hadi selaku penonton Barong Lancing saat diwawancarai pada tanggal 20-04-2013.

Page 4: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

4

mengangkat judul “ Kajian Bentuk Pertunjukan Barong Lancing Di Desa Kemiren

Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi”.

B. Fokus Penelitian

Permasalahan penelitian ini akan difokuskan pada bentuk pertunjukan

Barong Lancing. Arahan bentuk pertunjukan yang dibahas meliputi berbagai

medium pembentuk pertunjukan Barong Lancing yaitu yang terdiri dari

penyutradaraan, cerita dan penokohan, struktur pertunjukan (pengadegan), gerak

tari, musik pengiring, dialog/ vocal, tata rias dan busana, setting panggung, tata

cahaya, dan properti.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian mengenai bentuk pertunjukan Barong Lancing di Desa

Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi ini diharapkan dapat

bermanfaat baik dari segi teoretis maupun praktis. Secara teoretis hasil penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyumbangkan informasi bagi

perkembangan dunia ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan dunia

seni pertunjukan. Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan

dapat memiliki kontribusi dalam upaya pelestarian terhadap bentuk-bentuk seni

pertunjukan tradisional. Selain itu, dengan adanya penulisan bentuk pertunjukan

BarongLancingdiharapkan dapat bermanfaat bagi para seniman sebagai bahan

rujukan yang menginspirasi dan motivasi dalam berkarya seni pertunjukan

selanjutnya.

II. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian berjudul “Kajian Bentuk Pertunjukan Barong Lancing Di Desa

Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi” adalah termasuk dalam

jenis penelitian kualitatif. Data penelitian kualitatif sifatnya analisis deskriptif,

yaitu berupa paparan tentang suatu objek hasil observasi berdasarkan analisis

teori.

Page 5: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

3

5

B. Objek dan Lokasi Penelitian

Objek dan lokasi penelitian adalah bentuk seni pertunjukan Barong

Lancing yang berlokasi atau bertempat di Desa Kemiren Kecamatan Glagah

Kabupaten Banyuwangi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data mengenai bentuk pertunjukan Barong Lancing,

maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

dengan cara observasi dan wawancara

Dalam melakukan observasi disertai wawancara dan pencatatan serta

pembuatan dokumentasi baik secara audio maupun visual terhadap pertunjukan

Barong Tua maupun Barong Lancing. Dokumentasi tersebut sangat berguna

untuk membantu proses analisis data yang dapat dilihat secara berulang-ulang

terutama dokumen dalam bentu hasil rekaman audio-visual pertunjukan Barong

Lancing dalam bentuk dramatari.

D. Validitas Data

Validitas data merupakan uji keabsahan data dalam penelitian. Pada

penelitian kali ini peneliti menggunakan metode triangulasi untuk menguji

keabsahan data hasil penelitian. Metode triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi sumber, triangulasi metode dan triangulasi waktu.

Triangulasi sumber yaitumenguji validitas data suatu data dilakukan

dengan cara mengkroscek antara narasumber satu dengan yang lainnya, juga

melakukan verifikasi data antar berbagai sumber baik hasil wawancara dengan

beberapa nara sumber, observasi, maupun studi pustaka. Ketika data tersebut

dibandingkan dengan sumber data tertulis juga hasilnya sama, maka dengan

demikian data tersebut dianggap valid.

Triangulasi metode, yaitu uji validitas suatu data dengan cara melakukan

verifikasi dan membandingkan hasil data tersebut baik yang didapat melalui

wawancara, dibandingkan dengan teknik observasi, maupun studi pustaka.

Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan cara wawancara maupun observasi

kepada sumber yang sama dengan perolehan data yang sama pula, namun

dilakukan penggalian secara berualang-ulang dengan wawancara dalam waktu

Page 6: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

6

yang berbeda, dalam artian dihari atau kesempatan yang berbeda dalam satu kurun

waktu yang sama.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan atau sebelum

memulai penelitian. Pada analisis data kualitatif,dalam melakukan analisis

terhadap data dapat dilakukan selama proses dilapangan bersamaan dengan

penggalian data atau pengumpulan data.2Untuk menganalisis data pada penelitian

ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu, tahap pengumpulan data atau

reduksi data yang diperoleh dari berbagai narasumber dan data hasil observasi,

kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi dan selanjutnya analisis data atau

display,dan akhirnya dilakukan penarikan kesimpulan.

IIIPEMBAHASAN

A.Bentuk Pertunjukan Barong Lancing

1. Pertunjukan Arak-arakan

Dalam bentuk arak-arakan tidak jauh berbeda dengan bentuk pertunjukan

Barong Tua. Arak-arakan atau pawai merupakan bagian dari serangkaian

pertunjukan Barong Lancing, arak-arakan ini dilakukan sore hari sekitar pukul

15.00 dan berakhir hingga menjelang magrib. Arak-arakan dilakukan dengan

berjalan mengelilingi desa setempat. Arak-arakan ini diikuti oleh seluruh keluarga

pemilik hajat yang berjalan bersama-sama. Tata urutan barisan arak-arakan

dimulai dengan barisan paling depan adalah dua macan untal, dilanjutkan dengan

dua pitik tajen, dan berikutnya adalah barong. Barisan selanjutnya adalah seluruh

anggota keluarga pemilik hajat. Selanjutnya yaitu disusul oleh pasukan kuda hias,

dan barisan belakang adalah kereta kuda dimana diduduki oleh pengantin atau

anak laki-laki yang telah dikhitan. Arak-arakan diiringi dengan alunan musik

dengan menggunakan gamelan Bali.

Pada saat arak-arakan tidak hanya menampilkan pawai atau jalan keliling

desa, tetapi ada beberapa pertunjukan yang ditampilkan setelah pawai. Beberapa

pertunjukan yang ditampilkan meliputi, pertunjukan Musik Kuntulan,Tari Barong

2Ibid,. hal.275.

Page 7: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

7

Prejeng, Tari Jaranan Buto,Tari Jejer Gandrung,Tari Jaran Goyang,pertunjukan

pitik tajin, dan pertunjukan macan untal.

Tokoh barongsaat melakukan pertunjukan arak-arakan

yang dibawakan oleh komunitas Barong Lancing

(Foto: Reni, 2013)

2. Pertunjukan Dramatari Barong Lancing

Dramatari menjadi pertunjukan yang digemari dan dinanti-nanti oleh

masyarakat, karena pada bagian ini menampilkan beberapa elemen pertunjukan

yang tergabung dalam kesatuan pertunjukan, yaitu mulai dari pertunjukan tari-

tarian, drama, dan alunan musik yang mengiringi selama pertunjukan

berlangsung. Pertunjukan dramatari dimulai setelah serangkaian pertunjukan arak-

arakan selesai pada sore hari, kemudian pada malam harinya dilanjutkan dalam

bentuk pertunjukan dramatari.

Pada umumnya pertunjukan dramatari dimulai pukul 21.00. yang diawali

dengan adegan Jejeran yang berisi hiburan yang meliputi tari-tarian dan nyanyian

sebagai pertunjukan pembuka. Setelah pertunjukan pembuka dilanjutkan cerita

inti yang dimulai sekitar pukul 22.00 hingga dini hari sekitar pukul 06.00 WIB.

Page 8: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

8

Pertunjukan Barong Lancing berbentuk dramatari merupakan jenis

pertunjukan yang berbentuk teater total.Yang dimaksud teater total adalah

pertunjukan yang di dalamnya mencakup seni tari, seni drama, seni sastra dan seni

rupa.3 Bentuk pertunjukan Barong Lancing sangat berbeda dengan bentuk

pertunjukan Barong Tua, dan lebih identik dengan bentuk pertunjukan Janger.

Pembahasan mengenai elemen bentuk pertunjukan tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Penyutradaraan

Teknik penyusunan ceritadilakukan tanpa membuat skenario yang

lengkap, hanya berisi beberapa bagian adegan yang dianggap sulit saja. Hal ini

digunakan untuk memudahkan para pemain mengingat adegan apa yang harus

dimainkan.4Skenario cerita biasanya ditulis di dalam buku besar atau di lembar

kertas yang diletakaan di atas meja.5

Langkah berikutnya adalah pembagian peran. Pembagian peran biasanya

dilakukan dua minggu sebelum pertunjukan dimulai. Peran dibagi berdasarkan

kebiasaan pemain dalam membawakan tokoh. Oleh karena semua anggota atau

pemain adalah laki-laki, maka untuk tokoh perempuan juga diperankan oleh laki-

laki yang berdandan layaknya seorang wanita.

b. Cerita atau Lakon

Cerita yang ditampilkan pada pertunjukan dramatari Barong Lancing

bersumber dari cerita rakyat, legenda, dan nama-nama tokoh pejuang yang

kemudian disusun sendiri oleh Sucipto.6 Berdasarkan judul cerita dan nama-nama

tokoh, cerita yang dimainkan cenderung mengacu pada cerita-cerita yang berlatar

kerajaan. Jika dilihat berdasarkan nama kerajaannya maka cerita ini diambil pada

masa Kerajaan Majapahit yang pada saat itu merupakan kerajaan terbesar dengan

3Baca Soedarsono, Masa Gemilang dan Memudar Wayang Wong Gaya Yogyakarta (Yogyakarta: Tarawang, 2000), hal. 3.

4Wawancara dengan Bayu salah satu anggota/ pemain Barong Lancing pada tanggal 20-04-2013 di Desa Kemiren saat Barong Lancing mengadakan pementasan.

5Hasil observasi langsung saat pertunjukan Barong Lancing, data yang sama juga didapatkan ketika wawancara dengan Sucipto pada tanggal 25-02-2013 di Desa Kemiren.

6Wawancara dengan Sucipto di Desa Kemiren tanggal 25-02-2013.

Page 9: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

9

masa kejayaan yang luar biasa. Selain Kerajaan Majapahit, cerita-cerita yang

dibuat juga berkisah tentang Kerajaan Blambangan. Cerita tersebut kemudian

diolah kembali oleh Sucipto agar menjadi lebih menarik dan penonton tidak

merasa bosan.

Berdasarkan pengakuan Sucipto, sebelum menyusun cerita harus ziarah

terlebih dahulu ke makam Buyut Cili untuk meminta petunjuk mengenai cerita

yang akan dibuat. Cerita yang disusun haruslah cerita yang sudah mendapat restu

dari Buyut Ciliyaitu cerita dengan tema sapu jagat. Sapu jagat memiliki arti yaitu

pertentangan antara kebaikan dan keburukan.Dalam hal ini peneliti melakukan

pengkajian dramatari Barong Lancing, dalam lakon “Geger Pajajaran”.

1) Geger Pajajaran

Menceritakan tentang Kerajaan Gunung Raung dengan Kerajaan Pajajaran,

yang mana raja dari Kerajaan Gunung Raung ingin melamar Putri Larasati dari

Kerajaan Pajajaran. Oleh karena putri tidak mau menerima lamaran tersebut maka

terjadilah perang antara Kerajaan Gunung Raung dengan Kerajaan Pajajaran.

Sedangkan di Kerajaan Pajajaran sendiri telah terjadi kerusuhan yakni perebutan

kekuasaan yang dilakukan oleh Patih Jagal Ludro dan Jagal Pati yang memiliki

sifat iri hati dan ingin menduduki kursi sebagai Raja Pajajaran. Oleh karena

ditentang oleh Raja Siliwangi maka Patih Jagal Ludro dan Jagal Pati melakukan

pemberontakan di Kerajaan Pajajaran hingga terjadi geger atau keributan. Dan

pada akhirnya Patih Jagal Ludro dan Jagal Pati berhasil dikalahkan dengan

bantuan pendekar utusan Begawan, yaitu Pendekar Bagas Koro dan Bagas Pati.

Tema cerita yang dimainkan umumnya menggambarkan tentang

pertarungan antara kebaikan melawan keburukan/ sapu jagat, dan peristiwa

perebutan kekuasaan atau perebutan seorang wanita. Dalam konteks kehidupan

manusia yang sesungguhnya konflik yang demikian sering ditemukan.

Berdasarkan nilai yang terkandung pada cerita tersebut secara tidak langsung

merupakan cerminan sifat manusia yang ada di kehidupan nyata. Sehingga ada

kemungkinan bahwa rujukan sutradara dalam menyusun cerita juga berdasarkan

pada fenomena yang nampak dalam kehidupan sehari-hari, meliputi kebiasaan

manusia yaitu suka memfitnah, serakah, dan saling bermusuhan. Nilai yang dapat

Page 10: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

10

diambil melalui cerita tersebut menegaskan bahwa keserakahan dan kejahatan

yang dilakukan kepada siapapun akan berdampak buruk bagi diri sendiri. Oleh

karena cerita yang dimainkan haruslah mendapat ijin dari Buyut Cili, bisa jadi

pesan tersebut merupakan pesan yang ingin disampaikan Buyut Cili melalui

cerita-cerita tersebut.

c.Tokoh Dan Karakter

Dalam pertunjukan dramatari Barong Lancing pembagian tokoh dilakukan

berdasarkan karakter. Ada banyak tokoh dengan berbagai jenis peran dan karakter

dalam pertunjukan dramatari Barong Lancing. Terdapat beberapa tokoh yang

harus diperankan, antara lain raja, patih, prajurit, putri, begawan, pendekar,

barong. Secara garis besar masing-masing tokoh dapat digolongkan menjadi 4

kelompok berdasarkan karakter. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut.

1) Putra gagah

Pada umumnya memiliki karakter yang tegas, wibawa, dan bijaksana. Dari

segi gerak cenderung menampilkan gerak-gerak dengan volume ruang yang lebar.

Putra gagah umumnya diperankan oleh tokoh raja dari kerajaan jawa / kerajaan

seberang.

2) Putra alus

Secara umum karakter yang dimiliki oleh putra alus yaitu bijaksana,

lembut, dan secara visual memiliki pembawaan yang tenang. Umumnya putra alus

diperankan oleh pangeran.

3) Putra beringas atau brawokan

Karakter sifat yang dimiliki oleh putra beringas atau putra brawokan

adalah jahat, kasar, dan agresif yang didukung melalui visualisasi gerakan. Gerak

yang dilakukan cenderung gerak-gerak dengan volume ruang yang cenderung

mengarah ke atas, seolah-olah menunjukan kekuatan. Putra beringas atau

brawokan biasanya diperankan oleh tokoh-tokoh dari kerajaan siluman atau

golongan buto.

4) Putri

Biasanya dibagi menjadi dua, yaitu putri sebagai istri raja dan putri sebagai

anak raja. Pada umumnya tokoh putri memiliki karakter yang lemah lembut,

Page 11: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

11

santun dan pendiam. Namun ada juga tokoh putri yang memiliki karakter agresif,

kenes, dan lincah, misalnay Putri Larasati dari Kerajaan Pajajaran.

d. Struktur Pertunjukan

Adapun struktur pertunjukan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Jejeran

Jejeran berfungsi sebagai sarana untuk menarik perhatian penonton dan

menjadi tanda bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Beberapa rangkaian

pertunjukan pembuka atau Jejeran adalah tari barong prejeng, tari jejer

gandrung, tari jaok, tari jaran goyang, suko-suko

2) Struktur Penyajian Adegan Pokok

Setelah dibuka dengan beberapa hiburan berupa tari-tarian dan gendhing-

gendhing, pertunjukan berikutnya adalah masuk pada cerita yang terdiri dari

beberapa adegan yang secara struktural dijelaskan sebagai berikut.

a) Adegan Jejer Kerajaan

Diawali dengan keluarnya para tokoh kerajaan, mulai dari prajurit, patih,

permaisuri dan raja.Terjadi Percakapan antara Raja dengan para keluarga

kerajaan.

b) Adegan lamaran

Mengisahkan tentang raja dari kerajaan lain yang sedang jatuh cinta dan

ingin melamar putri raja. Namun terjadi penolakan.

c) Adegan perang gagal

Peperangan terjadi antara kedua pasukan kerajaan. Peperangan tersebut

terjadi karena penolakan terhadap lamaran yang diajukan.

d) Konflik di kerajaan utama

Pada sisi lain konflik juga terjadi di Kerajaan Pajajaran berkaitan dengan

perebutan kekuasaan atau tahta.

e) Lawakan Atau Dagelan

Munculnya pelawak bertujuan untuk mencairkan suasana penonton yang

terbawa oleh alur cerita yang penuh dengan konflik. Tema lawakan yang

Page 12: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

12

dimainkan bebas dan biasanya tidak memiliki hubungan dengan alur cerita yang

sedang dimainkan.

f) Jejer padepokan

Pada adegan ini prajurit dari yang tertimpa musibah datang menemui

Begawan untuk meminta pertolongan Akhirnya Begawan mengutus dua pendekar

untuk membantu menyelamatkan Kerajaan.

g) Adegan perang gagal 2

Peperangan ini terjadi karena terjadi perebutan putri oleh keluarga

kerajaan.

h) Adegan Peperangan Di Kerajaan Pajajaran

Adegan ini merupakan klimaks dari cerita. Peperangan terjadi antara

anggota dalam satu kerajaan, kemudian muncul dua pendekar yaitu dua pendekar

untuk menyelamatkan Kerajaan dari keributan tersebut.

i) Penutup

Akhir dari cerita selalu dibuat bahagia bahwa keburukan selalu kalah

dengan kebaikan. Di akhir cerita selalu dibuat bahwa seorang pendekar menjelma

menjadi Macan Hijau atau Singo Ludoyo. Penampilan Singo Ludoyo ini terjadi di

pagi hari dan tidak berlangsung di atas panggung. Pada adegan ini menjadi bagian

yang paling dinanti-nanti oleh para penonton. Disinilah kemudian terjadi

kesurupan atau yang biasa dikenal dengan istilah ndadi. Adegan Singo Ludoyo

menceritakan tentang pertarungan antara Macan Hijau dengan Pendekar Garuda

Sawung Alit.

e. Gerak Tari

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap gerak tari yang ditampilkan dalam

pertunjukan Barong Lancing, maka pembahasan mengenai gerak dapat dijelaskan

berdasarkan klasifikasi sebagai berikut.

1) Gerak Berdasarkan Kualitas

a) Gerak Bergetar

Gerak bergetar merupakan kualitas gerak yang dihasilkan karena adanya

pengaruh dari gerak tari Bali. Hampir seluruh pola gerak yang ada cenderung

Page 13: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

13

mengarah pada kualitas gerak bergetar. Fokus bergetar biasanya terletak pada

gerak tangan.

b) Gerak Mengayun

Kualitas gerak mengayun umumnya terdapat pada adegan suko-suko yang

menampilkan gerak-gerak yang bersifat sebagai jogetan. Kualitas gerak

mengayun lebih sering dipakai pada gerak bergaya Banyuwangian.

c) Gerak patah-patah,

Gerak patah-patah umumnya digunakan pada saat adegan peperangan,

gerak patah-patah dilakukan untuk memberi aksen atau tekanan sehingga akan

terlihat tegas. Pada adegan peperangan, gerak patah-patah dilakukan ketika

terjadi saling serang antar tokoh.

2) Jenis Gerak Berdasarkan Penataannya

a) Gerak Terpola

Gerak terpola yaitu gerak yang sudah memiliki bentuk yang baku dan

pambakuannya berkaitan dengan teknik gerak, pola iringan, dan pola tata ruang.

b) Gerak Maknawi

Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti atau memiliki makna.

Gerak ini merupakan penyimbolan dari pesan atau maksud yang akan

disampaikan.

c) Gerak Improvisasi

Gerak improvisasi merupakan gerak yang dilakukan dengan sengaja untuk

menghadapi situasi saat diatas pentas. Gerak improvisasi pada umumnya sering

ditemui pada adegan peperangan.

d) Gerak Spontan,

Gerak spontan merupakan gerak tak terduga yang dilakukan ketika

merespon sesuatu yang dihadapi. Gerak respon sering ditemui pada saat adegan

lawakan.

3) Pola Gerak

Ada beberapa jenis pola gerak yang sering digunakan dalam pertunjukan.

Pola gerak masing-masing tokoh tentunya memiliki perbedaan yang disesuaikan

Page 14: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

14

dengan karakter tokoh yang diperankan. Berikut beberapa pola gerak yang sering

dilakukan berdasarkan masing-masing tokoh antara lain sebagai berikut.

(1)jalan malpal

Jalan malpal merupakan gerak yang ditemukan pada tari Bali. Jalan

malpal pada karakter tokoh putra tentunya berbeda dengan jalan malpal yang

dilakukan oleh tokoh putri. Jalan malpal adalah gerak berjalan dengan pola

lintasan berputar membentuk angka delapan atau satu putaran penuh. hitungan

mengikuti pola ritmis

(2)agem

agem pada tokoh putra biasanya dilakukan dengan posisi kedua tangan

terbuka kesamping dengan membentuk siku-siku. Para pemain melakukan sikap

agem dengan gaya masing-masing tanpa memperhatikan teknik.

(3)junjungan

Dalam melakukan gerak junjungan biasanya diimbangi dengan

pengembangan gerak tangan. Pengembangan yang dilakukan pada gerak tangan

antara lain, gerak ukel cangkah gaya Banyuwangian.

(4)ukel cangkah

Gerak ukel cangkah merupakan gerak gaya Banyuwangian. Hampir

disetiap tari Banyuwangi gerak ukel cangkah selalu muncul. Gerak ukel cangkah

biasanya dilakukan saat adegan suko-suko untuk mengisi gendhing atau lagu yang

sedang dinyanyikan oleh penari atau tokoh putri.

(5)egol

Gerak egol merupakan gerak yang dilakukan dengan menggerakan bagian

pinggul. Pada tari yang bergaya Banyuwangi gerak egol hampir selalu

mendominasi. Untuk melengkapi gerak egol biasanya para penari melakukan

variasi pada gerak tangan dan gerak kaki.

f. Musik Pengiring

1) Instrumen

Page 15: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

15

Pada pertunjukan Barong Lancing diiringi oleh alunan musik tradisional

bernuansa Banyuwangi dan alunan musik bernuansa gaya Bali dengan

seperangkat instrumen gamelan khas Banyuwangi dan gamelan Bali yang

membuat pertunjukan Barong Lancing semakin menarik dan meriah. Penggunaan

musik bernuansa Bali menjadi lebih dominan dalam pertunjukan ini, sedangkan

musik bernuansa Banyuwangi hanya digunakan untuk mengiringi adegan suko-

suko dan lawakan.Seperangkat gamelan tersebut dimainkan oleh pemusik yang

disebut dengan panjak atau pengrawit sejumlah 15 orang. Instrumen yang

dimainkan terdiri dari beberapa jenis antara lain, Kendhang Banyuwangi dan dua

kendhang Bali yang terdiri dari kendhang lanang dan kendhang wadon.Kempul

dan gong, terdiri dari satu buah kempul dan satu buah gong besar.kethuk,

kluncing, demung, saron, slenthem, peking, kecrek, dan seruling.

2) Macam-macam Gendhing

Ada beberapa jenis gendhing yang biasa dimainkan saat pertunjukan

Barong Lancing. Secara struktur permainan gendhing pada pertunjukan dramatari

Barong Lancing sudah memiliki pola gendhing yang baku sebagai penanda setiap

adegan dan sebagai pengiring keluar masuknya pemain. Gendhing-gendhing yang

digunakan untuk mengiringi keluar masuknya pemain memiliki jenis gendhing

yang berbeda-beda, antara gendhing untuk mengiringi raja dengan gendhing untuk

mengiringi anggota kerajaan yang lain. Berikut adalah beberapa gendhing yang

biasa dimainkan saat pertunjukan dramatari antara lain, gendhing gebyar, gending

jaok, gendhing mojopahitan, gendhingketuk 2- isian, gending sekar jambu,

gendhing paseban, gendhing bodolan, gendhing gontar,dan gendhing blak-blak

kokoroyok,

g. Vocal

1) Dialog

Dialog menjadi salah satu bagian yang penting dalam pertunjukan sebagai

media untuk mengkomunikasikan cerita yang dimainkan. Bahasa yang digunakan

saat berdialog adalah bahasa Jawa dan bahasa Osing, karena bahasa Osing

Page 16: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

16

merupakan bahasa daerah masyarakat Using. Bahasa Osing hanya digunakan pada

saat adegan lawakan, sedangkan pada adegan lainnya menggunakan bahasa Jawa.

Berdasarkan hasil pengamatan, dalam pertunjukan Barong Lancing

terdapat beberapa jenis dialog. Jenis dialog tersebut diklasifikasikan berdasarkan

isi.

a) Dialog yang dilakukan dengan tembang, dialog sepertiini biasanya berisi

tentang sapaan yang dilakukan raja kepada keluarga kerajaan ataupun bawahan

raja. Dialog ini digunakan untuk menanyakan kabar, keadaan kerajaan.Jika dialog

dilakukan dengan seorang tamu, maka isi dialognya yaitu menanyakan nama, asal

dan maksud kedatangan. Dialog dengan menggunakan tembang dalam

pertunjukan Barong Lancing umumnya digunakan pada saat adegan jejer

kerajaan, maupun jejer padepokan. Dalam pertunjukan Janger, dialog yang

digunakan untuk menanyakan kabar, nama, dan asal seseorang disebut dengan

istilah bage-binage.7

b)Rembuk, merupakan dialog yang digunakan ketika sedang membahas

permasalahan.

c) Nglawungi adalah dialog yang dilakukan ketika sedang mengalami jatuh cinta

atau kasmaran.

d) Dialog yang diungkapkan ketika seorang tokoh sedang menghadapi masalah.

Dalam pertunjukanJanger istilah yang digunakan untuk dialog ini adalah

ngudarasa.8

e) Pertengkaran/ konflik, biasanya dilakukan ketika terjadi selisih paham antara

masing-masing tokoh.

f) Guyonan, adalah dialog yang digunakan padasaat adegan lawakan. Pada adegan

ini dialog yang digunakan menggunakan bahasa Osing tanpa ada aturan dalam

7Ibid.,

8Ibid.,

Page 17: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

17

berbahasa. Dialog yang dilakukan tidak menggunakan cerita khusus, biasanya

ceritanya bebas yang tujuannya hanya untuk menghibur.

2) Dhalang, adalah seseorang yang bertugas membacakan narasi cerita yang

sedang dimainkan. Posisi dhalang dalam pertunjukan Barong Lancing berada di

balik layar atau belakang panggung. Bahasa yang digunakan oleh dhalang saat

membacakan narasi adalah menggunakan bahasa Jawa halus/ krama.

i. Tata rias dan busana

Tata rias yang digunakan umumnya merupakan tata rias karakter.

Masing-masing memiliki perbedaan sesuai dengan karakter tokoh yang

diperankan. Perbedaan terletak pada alis, penggunaan warna dan model kumis

yang digunakan. Pada putra gagah dan halus bentuk alisnya standar, berbeda

dengan putra beringas yang memiliki bentuk alis tebal.

1) Busana tokoh putra

Umumnya busana yang digunakan antara lain, dibagian kepala

menggunakan omprog bergaya Bali. Omprog biasanya digunakan oleh tokoh raja,

sedangkan tokoh patih, prajurit dan pendekar hanya menggunakan udheng.

Bagian badan menggunakan baju lengan panjang/ pendek, kalung kace, kain

penutup dada, pendhing, pols decker tangan dan kaki. Terkecuali untuk tokoh

khusus, seperti begawan. Umumnya hanya menggunakan jubah panjang dan

sorban.

2) Busana tokoh putri

Umumnya busana yang digunakan antara lain, omprog, baju tanpalengan/

rompi, klet bahu, jarit panjang bermotif batik Banyuwangi maupun kain biasa,

pendhing, dan aksesoris tambahan seperti gelang dankalung.

3) Busana tokoh dagelan

Umumnya menggunakan celana pendek, baju lengan panjang/ pendek,

jarit sembong, dan udheng. Namun terkadang juga menggunakan busana bertema

komikal yang didukung pula dengan tata riasnya.

Page 18: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

18

j. Tata Panggung

Pentas yang digunakan pada pertunjukan Barong Lancing pada umunya

memiliki kesamaan dengan pentas yang digunakan pada bentuk pertunjukan teater

tradisional lainnya seperti Janger maupun Ludruk. Panggung yang digunakan

berbahan kayu dengan tiang penyangga terbuat dari besi. Arena pertunjukan

berbentuk prosenium yang dilengkapi dengan dekorasi tata panggung yang sesuai

dengan bentuknya .

Untuk menghadirkan suasana adegan di atas panggung bisa dengan

pemakaian layar bertema atau kelir yang dipasang dibelakang. Adapun jenis kelir

yang digunakan adalah sebagai berikut.

a) Layar/ Kelir Utama yang menggambarkan identitas sanggar atau komunitas

b) Layar Bertema/ Kelir Babakan

Merupakan layar yang menggambarkan lattar atau lokasi terjadinya suatu

adegan. Ada berbagai macam layar bercerita yang digunakan sesuai dengan tema

cerita yang dimainkan.

j. Tata Cahaya

Teknik penataan cahaya dalam sebuah pertunjukan menjadi sangat penting

untuk membangun suasana. Pada pertunjukan dramatari Barong Lancing terlihat

bahwa lighting tidak hanya sekedar sebagai alat penerangan saja, namun juga

digunakan sebagai sarana untuk membentuk suasana. Dalam pengoperasiannya

belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan alat dan tenaga teknisi.

Lampu lain yang digunakan adalah strip light yang dapat diartikan sebagai tata

lampu yang berderet.9 Lampu berderet ini dipasang dibagian depan disisi atas dan

menghadap ke dalam panggung. Lampu ini terdiri dari tiga warna primer yaitu

merah, kuning, dan biru.

9Ibid., hal. 150.

Page 19: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

19

k. Properti

Pada pertunjukan dramatari Barong Lancing, properti yang dihadirkan

berfungsi sebagai sarana pendukung. Dalam pertunjukan BarongLancing ada

beberapa property yang digunakan, antara lain barong dan macan hijau, garuda

sawung alit, daun santen dan keris

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwaBarong

Lancingdibentuk pada 21 Mei 2007 dan merupakan hasil pengembangan dari

pertunjukan Barong Tua atau Barong Using, pengembangan yang terjadi adalah

pada struktur penyajian yang meliputi alur cerita, penokohan, iringan musik, dan

tata busana. Secara visual baik struktur pertunjukannya merupakan bentuk baru

dari pertunjukan Barong yang sudah ada sebelumnya. Boleh dikatakan bahwa

Barong Lancing ini merupakan varian Janger baru atau merupakan varian baru

dari Barong yang secara visual memang bentuknya lebih mirip pada pertunjukan

Jangersehingga ada yang mengenal dengan istilah Barong Jangeran. Secara

bentuk pertunjukan Barong Lancing dipenngaruhi oleh budaya Bali, baik dari segi

gerak, tata busana maupun iringan dan dengan adanya perkembangan bentuk baru

dari Barong nampaknya masyarakat bisa menerima dengan terbuka dan menjadi

salah satu pertunjukan yang menarik dan digemari masyarakat.

Berbeda dengan pertunjukan Barong Tua, disana Barong mendapatkan

peran sebagai Sinar Udara tetapi pada pertunjukan Barong Lancing, Barong

hanya sebatas sebagai tari pembukaan wajib dan tidak boleh digantikan. Jenis

cerita yang dimainkan memiliki tema sapu jagat, artinya isi cerita berkisah

tentang pertarungan antara kebaikan dengan keburukan. Cerita yang dimainkan

juga bisa berasal dari cerita-cerita pada masa Kerajaan Majapahit, seperti cerita

Geger Pajajaran, Geger Cilacap, Alap-alap Bojonegoro, Pendekar Alas Purwo,

Pendekar Alas Sembulung, dan masih banyak cerita lain. Cerita tersebut dapat

dipilih sendiri oleh pemilik hajat.

Page 20: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

20

B. Saran

Hadirnya pertunjukan Barong Lancing di Desa Kemiren merupakan upaya

pelestarian yang sekaligus sebenarnya merupakan pembaharuan. Pembaharuan

yang dimaksud adalah bentuk pertunjukan yang di dalamnya terdapat beberapa

elemen pendukung. Sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional yang

harus tetap dilestarikan, maka diharapkan adanya dukungan baik dari pemerintah

daerah maupun seluruh masyarakat khususnya masyarakat Using di Desa

Kemiren.

Page 21: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

21

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.

Martono, Hendro. 1999. “Diktat: Tata Cahaya Panggung”.

Murgiyanto, Sal.1983. Koreografi: Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nalan, Arthur S. 2006, Teater Egaliter, Bandung: Sunan Ambu Press.

Rahayu, Eko Wahyuni. 2008. Barong Using: Aset Wisata Budaya Banyuwangi. Banyuwangi: Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Puspito, Peni. 2009. “ Koreografi Janger Banyuwangi”dalam Eko Wahyuni Rahayu, Koreografi Etnik Jawa Timur. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.

Rahayu, Eko Wahyuni. 2009. Koreografi Etnik Jawa Timur. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.

Rahayu, Eko Wahyuni. 2003. “Barong Using Dalam Upacara Ider Bumi Di Desa Kemiren Banyuwangi Jawa Timur”. Tesis untuk mencapai derajat S-2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

RMA. Haryimawan. 1986. Dramaturgi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi PenelitianKajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso, Gempur. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Smith, Jacqueline. Tanpa Tahun. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta

SP. Soedarso. 2006. Trilogi Seni:Penciptaan Eksistensi Dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Soedarsono. 1977. Tari-Tarian IndonesiaI. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan.

_______1999.Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa. Bandung: MSPI.

Page 22: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING  DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH  KABUPATEN BANYUWANGI

22

_______2000.Masa Gemilang dan Memudar Wayang Wong Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Tarawang.

________2002.Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jacob. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

________2000.Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Tasman. 2008. Analisis Gerak Dan Karakter. Surakatra: ISI Press Surakarta.

Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun. 2006. Buku Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

“Barong Ikon Seni Banyuwangi”.Indie Penden Media Berpikir Merdeka, edisi 07 Februari 2013, hal. 29.