17
KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG. Oleh Miftakul Khoir ABTRAK Kesenian Jidor Sentulan merupakan salah satu kesenian yang ada di kabupaten Jombang. Kesenian Jidor Sentulan tepatnya berada di desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang. Kesenian ini berkembang secara turun temurun dari generasi ke genarasi selanjutnya melalui garis keluarga. Di dalam kesenian Jidor Sentulan terdapat makna yang diciptakan melalui pandangan filosofi. Melihat fenomena yang terjadi pada kesenian Jidor Sentulan tersebut penulis merumuskan permasalahan penelitian dalam tulisan ini: Bagaiamana makna tanda yang dibangun pada topeng Pentul dalam pertunjukan kesenian Jidor Sentulan di desa Bongkot kecamatan Peterongan kabupaten Jombang? Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah dengan cara mengambil analisis data diskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan mencari sumber observasi langsung ke desa Bongkot, wawancara langsung ke narasumber yaitu pemilik kesenian jidor sentulan, dan dokumentasi melalui foto, vidio, dan rekaman. Hasil yang dicapai ialah kesimpulan tentang makna tanda pada topeng pada aktor Pentul di kesenian Jidor Sentulan desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang. Penulis dalam melakukan kajian menggunakan kajian teori buku Nur Said tentang semotika teater yang dalam bukunya lebih mengacu pada pendapat Lichte lebih cenderung pada kode-kode budaya dan termasuk sejarah kebudayaan tertentu. Penulis untuk menganalis budaya pada kostum, topeng dan properti pada

KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MIFTAKUL KHOIR

Citation preview

Page 1: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN

KABUPATEN JOMBANG.

Oleh Miftakul Khoir

ABTRAK

Kesenian Jidor Sentulan merupakan salah satu kesenian yang ada di kabupaten Jombang. Kesenian Jidor Sentulan tepatnya berada di desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang. Kesenian ini berkembang secara turun temurun dari generasi ke genarasi selanjutnya melalui garis keluarga. Di dalam kesenian Jidor Sentulan terdapat makna yang diciptakan melalui pandangan filosofi.

Melihat fenomena yang terjadi pada kesenian Jidor Sentulan tersebut penulis merumuskan permasalahan penelitian dalam tulisan ini: Bagaiamana makna tanda yang dibangun pada topeng Pentul dalam pertunjukan kesenian Jidor Sentulan di desa Bongkot kecamatan Peterongan kabupaten Jombang?

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah dengan cara mengambil analisis data diskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan mencari sumber observasi langsung ke desa Bongkot, wawancara langsung ke narasumber yaitu pemilik kesenian jidor sentulan, dan dokumentasi melalui foto, vidio, dan rekaman. Hasil yang dicapai ialah kesimpulan tentang makna tanda pada topeng pada aktor Pentul di kesenian Jidor Sentulan desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Penulis dalam melakukan kajian menggunakan kajian teori buku Nur Said tentang semotika teater yang dalam bukunya lebih mengacu pada pendapat Lichte lebih cenderung pada kode-kode budaya dan termasuk sejarah kebudayaan tertentu. Penulis untuk menganalis budaya pada kostum, topeng dan properti pada kesenian jidor sentulan memakai teori Pierce tentang sifat ground pada tanda yang di bagi menjadi tiga, yaitu qualisign, sinsign dan legisign. Tokoh Pentul mempunyai latar belakang sebagai tokoh yang baik. Tokoh yang mempunyai kecerdasan, pintar, suci dalam pikiran dan tindakan.Tokoh Pentul ini juga memiliki karakter sebagai tokoh yang lucu dan sebagai tokoh penghibur yang ramah tamah dan Suka bercanda

Kata Kunci: Makna, Tanda topeng Pentul, Jidor Sentulan

Page 2: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN

KABUPATEN JOMBANG.

Oleh : Miftakul Khoir

1. Latar BelakangPada masa Kerajaan Majapahit, wilayah yang kini kabupaten Jombang merupakan

gerbang Majapahit.Gapura barat adalah desa Tunggorono, Kecamatan Jombang, sedang gapura selatan adalah desa Ngrimbi, kecamatan Bareng. Hingga kini banyak dijumpai nama-nama desa/kecamatan yang diawali dengan prefiks mojo-, di antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojotrisno, Mojongapit, dan sebagainya. Salah satu peninggalan kerajaan Majapahit di Jombang adalah Candi Arimbi di Kecamatan Bareng.Masa kejayaan kerajaan Hindu itu tidak terlalu lama karena kerajaan Hindu itu runtuh diserang oleh kerajaan Islam di daerah pesisir utara. Sampai sekarang kota Jombang dikenal dengan kota yang berasalkan dari dua kata yaitu ijo yang berarti kaum santri dan abang yang berari kaum abangan yang melambangkan kaum kejawen. Masyarakat Jombang adalah masyarakat terbuka, mereka akan mudah menerima pengaruh dari luar, sehingga budaya dari luar bisa masuk. Misalnya pengaruh Madura, Jawa Tengah, dan lain-lain.

Dalam bidang kesenian Jombang mempunyai kesenian-kesenian yaitu Lerok, Besutan ludruk, Remo Bolet, Jaranan dor, Wayang kulit cek dong gaya Jombangan, Wayang Thi – Thi, Wayang Krucil, Jidor Sentulan, Kentrung, Sandur Manduro, Wayang topeng Jatiduwur dan beberapa kelompok kesenian teater modern. Dalam kesenian penulisan ini, penulis sangat tertarik sekali untuk membahas kesenian Jidor Sentulan yang terletak di desa Bongkot, kecamatan Peterongan kabupaten Jombang.

Kesenian Jidor Sentulan merupakan kesenian yang berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi.Seni Jidor Sentulan berkembang sebagai media dakwah Islamiah. Dalam proses menjadi anggota di wajibkan untuk memahami agama Islam. Pada saat itu masyarakat dusun Sentulan beragama aboge. Kesenian Jidor Sentulan menceritakan tentang seorang anak terlantar bernama Tembem dan Pentul yang hidup tanpa adanya orang tua di tengah hutan utara daerah Kabuh Jombang. Pada suatu malam Pentul dan Tembem mencari makan di hutan, di tengah hutan mereka menemukan anak macan yang bernama gogor yang diberi nama Kumbang Semendung lalu dirawat hingga tumbuh dewasa suatu saat macan tersebut terlambat diberi makan dan tanpa disengaja memakan lengan tanganya Pentul. Si Tembem tidak tega melihat saudaranya terluka akhirnya Kumbang Semendung atau macan tadi di bacok sampai berguling-guling. Melihat luka Pentul, Tembem tidak tega maka dicarikanlah obat penawar itu ke daerah Belulu. Mbah Wiroguno adalah seorang dukun yang berhasil mengobati Pentul yang luka karenagigitan Kumbang Semendung akhirnya bisa mulya jati uni.Peristiwa Pentul danTembem inilah yang kemudian mengispirasi pertunjukan Jidor Sentulan.Kemudian terciptalah kesenian ini, namun kesenian ini di kemas secara Islami dengan memberi solawatan yang di iringi rebana dan Jidor sebelum pertunjukan ini di mulai.

Bapak Atim selaku narasumber juga pernah mengatakan bahwa pertunjukan kesenian juga mengisaratkan sebuah tanda pada kesenian tersebut karena tidak mau secara wantah mengajarkan nilai-nilai dengan meninggalkan mitos masyarakat sekitar desa Sentulan

Page 3: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

tersebut.Tanda itu di ciptakan melalui melaui topeng Pentul. Maka dengan ini penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam fenomena terjadi pada tanda pada topeng Pentul pertunjukan tersebut, penelitian tentang kesenian Jidor Sentulan ini diberi judul “Kajian Semiotika Pada Topeng Pentul di Pertunjukan kesenian Jidor Sentulan desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.”.

2. Semiotika Semiotika pada dasarnya merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda.

Untuk mempermudah kajian semiotika yang dilakukan oleh peneliti pada makna tanda yang di bangun pada topeng Pentul pada pertunjukan kesenian Jidor Sentulan penulis melakukan penelitian dengan menggunakan kajian teori buku Nur Said tentang semotika teater yang dalam bukunya lebih mengacu pada pendapat Lichte lebih cenderung pada kode-kode budaya dan termasuk sejarah kebudayaan tertentu. Penulis untuk menganalis budaya pada kostum, topeng dan properti pada kesenian jidor sentulan memakai teori pierce tentang sifat ground pada tanda yang di bagi menjadi tiga, yaitu qualisign, sinsign dan legisign yang juga didukung dengan buku psikologi warna dan bentuk topeng.

Berikut penjelasanya: qualisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Contohnya ialah sifat “merah”. Merah mungkin dijadikan suatu tanda. merah merupakan suatu qualisigns, karena merah merupakan tanda pada bidang yang mungkin. Agar benar-benar berfungsi sebagai tanda, qualisigns itu harus memperoleh bentuk. Jadi qualisigns yang murni pada kenyataanya tidak ada. Maka merah digunakan sebagai tanda, misalnya, bagi seorang sosialisme, untuk cinta (memberi mawar merah pada seseorang), bagi perasaan (beberapa warna tertentu oleh jung diberi fungsi pertunjuk), bagi bahaya atau larangan (petunjuk jalan lalu lintas). Tetapi warna itu harus memperoleh bentuk. Misalnya, pada bendera, pada mawar, dalam bayangan mimpi, pada papan lalu lintas. Hal ini tidaklah mengurangi sifat qualisigns merah sebagai tanda.

Jadi apa yang dimaksud dengan memperoleh bentuk diatas tidaklah sama dengan konkretisasi tanda dalam suatu pembawa tanda, meski kemungkinan seakan-akan tampak demikian. Konkretisasi yang perlu dalam sebuah pembawa tanda berlaku bagi semua tanda. memperoleh bentuk hanya berlaku bagi qualisigns. Mungkin lebih baik dikatakan bahwa qualisigns harus tertanam dalam suatu yang lain, sehingga dari firstness beralih ke secondness. Agar merah yang berarti sosialisme, memulai berfungsi sebagai tanda, maka harus ditanam dalam bendera, spanduk, dan sebagainya. Bila kita melewati lapangan bunga tulip ini, sebelum diatur lebih lanjut akan tetap tinggal dalam statusnya sebagai qualisigns murni.

Sinsigns adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakan dapat merupakan sinsigns. Sebuah jeritan dapat berarti kesakitan, keheranan, dan kegembiraan. Kita dapat mengenal seseorang dari dehemnya, langkahnya kakinya, tertawanya, nada dasarnya dalam suaranya, semua itu merupakan sinsigns. Metafora yang digunakan adalah sinsigns. Bila Carmiggelt menuliskan bahwa dua gadis memasuki kota mencari-cari calon, maka diperbandingkan dengan, katakanlah, seorang sersan yang sedang mencari serdadu untuk tentara sewaan ini merupakan metafora-kiasan. Apa yang dimaksudkan oleh Carmiggelt adalah bahwa gadis-gadis itu pun mencari pria, tetapi tentu saja bukan untuk dijadikan tentara. Perbandingan semacam ini

Page 4: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

hanya dibuat oleh Carmigggelt. Karena itulah metafora ini disebut hanya berlangsung satu kali. “mencari calon” adalah sebuah sinsigns, botol susu wanita tentangga saya dari pasal yang lalu juga merupakan sinsigns. Semua tanda yang kita kenali tanpa berdasarkan suatu kode termasuk tanda semacam ini. Tanda-tanda dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak diantaranya yang merupakan sinsigns. Setiap sinsigns mengimplikasikan peristiwa memperoleh bentuk dari suatu sifat, jadi sebuah qualisigns.

Legisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah kontroversi, sebuah kode. Tanda-tanda lalu lintas merupakan legisigns. Hal itu dapat juga dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk “ya”, mengerutkan alis, berjabat tangan dan sebagainya. Semua tanda bahsa merupakan legisigns. Karena bahsa merupakan kode. Setiap legisigns mengimplikasikan sebuah sinsigns, sebuah second yang mengkaitkan dengan sebuah third, yakni perarturan yang berlaku umum. Jadi legisigns sendiri merupakan sebuah trird.

Dalam mencapai kemufakatan agar tidak terjadi kerancuhan dan pertengkaran dalam menganalisis suatu tanda dalam budaya yang tercipta pada pertunjukan tersebut penulis membuat suatu kesimpulan dari hasil analisis penulis dan narasumber yaitu bapak Atim selaku pemilik kesenian Jidor Sentulan yang sangat memahami kesenian tersebut.

3. Makna Tanda pada Topeng Aktor di Kesenian Jidor Sentulan.Topeng merupakan wujud yang diciptakan untuk melukiskan ekpresi yang dimiliki oleh

tokoh. Biasanya pembuatan topeng lebih menonjolkan pada bentuk warna dan bentuk.Dari warna dan bentuk itu nanti kita bisa menilai sebuah karakter yang dimiliki oleh tokoh tersebut.Biasanya terbuat topeng itu tetep menunjukan umur, golongan, kelompok sosial, watak, status sosial.Mulut topeng sendiri juga dibuat terbuka guna untuk suara yang dikeluarkan oleh tokoh yang bertopeng itu bisa didengar oleh para penontonnya.Kelemahan pada topeng sendiri ialah tidak dapat mengubah ekspresinya.Jadi penonton terpaksa harus menggunakan imajinasinya sementara apabila dialognya menunjukan perubahan emosi pada tokoh yang dimainkan. Dan kelebihanya tokoh yang memakai topeng tersebut akan lebih mudah dikenal walaupun pada saat pertama kali muncul karena bentuk dan warnanya tetap.

Topeng pada umumnya di identikan dengan muka.Topeng berfungsi menutupi atau mengganti mewujudkan muka pemakainya. Namun, ternyata topeng tidak dapat hanya didefinisikan sebagai penutup muka, karena terbukti banyak topeng yang dipakai tidak persis di depan muka. beberapa jenis topeng banyak yang dipegang, dimainkan dengan posisi jauh dari muka pemainya, sehingga gerak topeng tak berhubungan lagi dengan gerak muka pemainya, ada pula topeng yang digunakan di atas kepala, atau di perut, ada yang lebih besar dan lebih kecil dari ukuran muka. (Endo, 2004 : 6)

Topeng pada setiap tokoh seni Jidor Sentulan ini memiliki bentuk topeng yang berbeda-beda.Salah satu penyebabnya ialah karena setiap tokoh mempunyai peran masing-masing untuk memerankan watak yang dijalankanya.Watak manusia sendiri memanglah berbeda-beda ada yang pemarah, periang, penakut, suka menakuti, sakti dan terkadang juga jahat sekali.Namun topeng bisa dikatakan sebagai suatu karya seni apabila topeng itu memiliki nilai pada bentuk dan isi karya seni. Dalam wujud seninya biasanya seorang seniman memang akan menampakan ciri-ciri kepribadian yang mandiri dan khas, yakni berapa besar dan asli bakatnya, seberapa jauh ia mempunyai ketrampilan teknik seninya, dan bagaimana ia

Page 5: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

memeperlakukan unsur-unsur bentuk seni dalam cara yang unik dalam membuat sebuah karya topeng. Inilah gaya kesenimanan dalam hal bentuk. Selain gaya bentuk, seorang seniman juga dikenal lewat gaya isi, yakni pilihan objek seninya, caranya memandang objek, kedalaman pandangan tentang objek, sikap terhadap suatu objek, yaitu objek topeng itu sendiri. Pada perkembanganya secara global entah itu dicina, bali, jawa, ataupun yang lainya memang perkembangan topeng sangat dinamis sekali entah itu dari bentuk maupun isi.

Kesenian Jidor Sentulan memiliki 4 jenis topeng tokoh yang mempunyai keunikan berbeda dari segi bentuk atupun dari segi warna. Bentuk dan warna akhirnya munculah sebuah gaya dan karakter pada tokoh kesenian Jidor Sentulan. Bentuk pada topeng kesenian Jidor Sentulan memanglah tidak sama, ada yang menyerupai manusia dan siluman. Garapanpada topeng yang ada dikesenian Jidor Sentulan merupakan garapan yang terdiri dari dua unsur yaitu imajinatif dan karakteriktif. Maka untuk memahami bentuk topeng-topeng yang ada pada kesenian Jidor Sentulan, penulis akan melakukan kajian untuk mempresepsikan makna pada topeng kesenian Jidor Sentulan dengan melihat bentuk dan warnanya dengan menggunakan ground menurut Pierce yaitu sinsigns, qualisigns dan legisigns sebagai berikut.

2.1.1 Topeng Pentul

Qualisigns : Warna merah.

Sinsigns : Warna merah pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : Warna merah pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang sebagai tanda bahwa karakter Pentul ini memiliki karakter yang baik. Menurut (Sulasmi, 2002 : 45) warna simbolik berdasarkan sifatnya pada warna merah ialah dari semua warna, merah adalah warna terkuat dan paling menarik perhatian, bersifat agresif lambang primitif. Warna ini diasosiasikan sebagai warna darah, marah, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, cinta, kebahagian.

Page 6: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

Qualisigns : Warna putih.

Sinsigns : Warna putih pada kening di topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : Warna putih pada kening di topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang sebagai tanda bahwa Pentul memilki pemikiran yang bersih dan cemerlang dalam berfikir.Menurut (Sulasmi, 2002 : 47), warna simbolik berdasarkan sifatnya pada warna putih ialah warna putih memiliki karakter positif, merangsang, cemerlang, ringan, dan sederhana. Putih melambangkan kesucian, polos, jujur, dan murni. Putih juga melambangkankekuatan maha tinggi, lambang cahaya, kemenangan yang mengalahkan kegelapan.

Qualisigns : Mancung dan runcing.

Page 7: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

Sinsigns : Mancung dan runcing pada hidung di topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : Mancung dan runcing pada hidung di topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang sebagai tanda bahwa Pentul ini merupakan tokoh yang pintar.

Qualisigns : Dua gigi.

sinsigns : Dua gigi pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : Dua gigi pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang sebagai tanda bahwa orang ini sudah tua dan diciptakan untuk menjadi tokoh yang lucu.

Page 8: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

Qualisigns : alis melengkung dan tebal sampai diatas hidung.

Sinsigns : alis melengkung dan tebal sampai diatas hidung pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : alis melengkung dan tebal sampai diatas hidung pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang sebagai orang yang mempunyai kecerdasan intelektual, bersifat jujur dan ramah kepada orang. Pada bentuk alis pada tokoh Pentul ini tidak ada pengaruhnya dari bali, jawa tengah, jepang dan cirebon. Alis pada topeng Pentul merupakan alis khas asli dari Jombang yang secara bentuk agak tebal dan ketemu antara alis yang kanan dan alis yang kiri.

Qualisigns : Topeng setengah muka.

Sinsigns : Topeng setengah muka pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : Topeng setengah muka pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang bahwa topeng yang berbentuk setengah muka biasanya digunakan oleh tokoh yang lucu seperti halnya tokoh-tokoh punakawan yang lain semisal tokoh Pentul dan tembem pada topeng yogjakarta. Menurut (Endo, 2004 : 14), tentang topeng setengah muka ialah banyak topeng yang berukuran lebih kecil daripada muka manusia, dan/ atau yang hanya menutupi sebagian dari muka pemakainya. Budaya Lombok, Bali, Jawa, Melayu, Cina, Italia

Page 9: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

dan lain-lain, memiliki berbagai jenis topeng setengah muka. Di Bali topeng yang pemakaianya di bagian atas muka banyak sekali macamnya, umumnya merupakan topeng-topeng untuk perang punakawan (pengiring) dan pelawak yang disebut bondres. Kebanyakan topeng seperti ini menutupi bagian muka dari hidung atau bibir k atas disebut tapel sibakan. Bagian bawahnya, bibirnya bawah dan dagu, adalah muka pemainya sehingga pemainya dapat berbicara dengan bebas.

Qualisigns :lemen muka halus.

Sinsigns : elemen muka halus pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang.

Legisigns : elemen muka halus pada topeng tokoh Pentul di kesenian Jidor Sentulan, desa Bongkot, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang mempunyai latar belakang bahwa tokoh Pentul mempunyai karakter yang halus dan lebih kalem. Karena bisa dilihat dari segi bentuk wajah yang ada segi polesanya lebih mempunyai karakter yang lebih kalem daripada tokoh-tokoh yang lainya. Menurut (Endo, 2004 : 14), tentang elemen muka pada topeng ialah elemen itu bisa dipandang sebagai pembentuk kesatuan dari suatu topeng, sehingga mengungkapkan suatu karakter. Jika kita amati sepintas saja muka untuk karakter halus lebih kecil daripada karakter gagah. Karakter halus kalem dengan karakter halus lincah dapat dibandingakn dengan melihat bentuk dan elemen muka. semakin halus bentuk dan elemen semakin halus dan kalem karakter dari topeng. Semakin kasar bentuk dan elemen muka suatu topeng maka semakin gagah atau galak karakter dari topeng.

Page 10: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

Bapak Atim selaku narasumber mengatakan memang ada makna yang dibangun pada topeng Pentul di kesenian Jidor Sentulan kecamatan Peterongan kabupaten Jombang. Atim (14 Februari 2015) menegaskan:

“topeng Pentul iku kogh iso diarani Pentul mergane irunge mancung lan dowo. Dowone irung iku mergone tokoh Pentul iku tokoh kang bagus, jujur, cerdas lan pinter. Batuke onok slerete putih kwi nyimbulno tokoh Pentul iki duweni pikiran seng cemerlang lan apik.”

Terjemahan dalam bahasa Indonesia “Topeng Pentul bisa dinamakan dengan kata Pentul karena hidung tokoh Pentul yang mancung. Tokoh Pentul memiliki hidung yang mancung karena tokoh Pentul ini memiliki sifat yang jujur, bagus, cerdas dan pintar. Keninngnya berwarna putih menyimbulkan bahwa tokoh Pentul ini merupakan tokoh yang suci dalam pemikiranya.

Kesimpulannya adalah tokoh Pentul ini pada dasarnya diciptakan oleh seorang seniman yang menciptakan kesenian Jidor Sentulan sebagai tokoh yang baik. Tokoh yang mempunyai kecerdasan, pintar, suci dalam pikiran dan tindakan. Tokoh Pentul ini juga memiliki karakter sebagai tokoh yang lucu dan sebagai tokoh penghibur yang ramah tamah dan Suka bercanda.

Page 11: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Fokus pada penelitian ini ialah pada kajian semiotika teater pada pertunjukan Jidor Sentulan.Batasan masalah mengacu makna pada tanda topeng Pentul di pertunjukan kesenian Jidor Sentulan.Makna topeng pada tokoh Pentul .merupakan suatu pelukisan wajah yang menggambarkan karakter dan perumpamaan wajah.tokoh Pentul bisa dianalisa perkiraan karakter pada bentuk topengnya. Berikut ini penjelasan :Tokoh Pentul mempunyai latar belakang sebagai tokoh yang baik. Tokoh yang mempunyai kecerdasan, pintar, suci dalam pikiran dan tindakan.Tokoh Pentul ini juga memiliki karakter sebagai tokoh yang lucu dan sebagai tokoh penghibur yang ramah tamah dan Suka bercanda.

Saran

Kesenian Jidor Sentulan merupakan salah satu kesenian yang berada di Jombang dan merupakan salah satu warisan bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan.Kesenian Jidor Sentulan pada kenyataanya pada saat ini masih kurang diperhatikan oleh pemerintah Jombang sebagai salah satu kesenian kerakyatan yang perlu di pertahankan agar terhindar dari kepunahan.Padahal kesenian ini mempunyai sejarah yang sangat bagus terutama pada nilai-nilai yang terkandung pada pertunjukan kesenian Jidor Sentulan. Ketakutanya apabila kesenian ini tidak dipertahankan maka kita akan kehilangan jejak nilai-nilai sejarah pada bentuk kesenian ini karena lambat laun para pelakunya akan termakan oleh zaman. Maka akan sangat disayangkan apabila kesenian ini tidak ditulis dalam sebuah goresan agar nilai-nilai leluhur bisa tetap dipertahankan. Maka dari itu penulis merasa sangat penting untuk menggali sumber-sumber nilai pada semiotika terutama pada topeng Pentul yang ada pada kesenian Jidor Sentulan.Hal ini semoga pada nantinya bisa mempermudah para masyarakat dan pembaca untuk mencari data tentang semiotika pada topeng tokoh Pentul pada Jidor Sentulan.

Page 12: KAJIAN SEMIOTIKA PADA TOPENG PENTUL PADA PERTUNJUKAN  JIDOR SENTULAN DI DESA BONGKOT KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

DAFTAR PUSTAKA.

Darmaprawira, S. 2002. Warna, Bandung : ITB.

Lichte, Erika Fischer. 1991. The Semiotics of Theatre. Indiana Polis: University Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Riantiarno, N. 2011. Kitab teater. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Said, Nur. 2014. Semiotika Teater. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta press.

Suanda, Endo. 2004. Topeng. Jakarta : LPSN.

Yudiaryani. 2002. Panggung Teater Dunia. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli

Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika, Jakarta: Sumber Agung.