86
KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN (Chrysanthemum cinerariaefolium) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOPESTISIDA TUGAS AKHIR II Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Oleh : YUSUF ISKANDAR NIM : 4350402027 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM

EKSTRAK BUNGA KRISAN (Chrysanthemum cinerariaefolium)

SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOPESTISIDA

TUGAS AKHIR II

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains

Oleh :

YUSUF ISKANDAR

NIM : 4350402027

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Akhir Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

Semarang, Februari 2007

Pembimbing I Pembimbing II Agung Tri Prasetya S.Si, M.Si Dewi Selvia F. ST,MT NIP. 132084943 NIP. 132238500

Page 3: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT

SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN (Chrysanthemum

cinerariaefolium) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOPESTISIDA, telah

dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Tugas Akhir Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

pada :

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris Drs. Kasmadi Imam S., M.S. Drs. Sigit Priatmoko M. Si. NIP. 130781011 NIP. 131965839

Anggota Penguji

Penguji I Penguji II Dra. Endang Susilaningsih, MS Agung Tri Prasetya S.Si, M.Si NIP. 132125658 NIP. 132084943

Penguji III

Dewi Selvia F. ST,MT NIP. 132238500

Page 4: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Tugas Akhir II ini benar-

benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orag lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan lain yang terdapat dalam Tugas Akhir II

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2007

Yusuf Iskandar

Page 5: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

v

ABSTRAK

Iskandar, Yusuf. 2007. “Karakteristik Zat Metabolit Sekunder dalam Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida”. Tugas Akhir II. Jurusan Kimia FMIPA UNNES.

Tanaman krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) merupakan salah satu

tanaman yang memiliki kandungan bahan biopestisida. Tanaman krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) mempunyai banyak manfat dalam kehidupan, namun penelitian mengenai senyawa metabolit sekunder dalam tanaman krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) masih relatif sedikit, maka perlu dikembangkan penelitian untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dalam bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zat metabolit sekunder dan menentukan jenis pelarut yang cocok untuk karakterisasi zat metabolit sekunder yag terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium). Uji pendahuluan dilakukan dengan cara mengekstrak serbuk bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) dengan menggunakan pelarut heksana, kloroform, metanol kemudian diuji dengan reagen dragendorf. Dalam uji pendahuluan didapat hasil positif pada pelarut metanol sehingga dilanjutkan dengan mengekstrak senyawa dalam bungan krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) dengan cara sokletasi menggunakan pelarut metanol. Pemisahan senyawa dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis yang disinari dengan sinar UV λ365 nm dan kromarografi kolom, sedangkan eluen yang digunakan dalam kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis adalah metanol : kloroform = 1:15. Analisis senyawa dan elusidasi strukturnya dilakukan dengan spectrometer IR dan GC-MS. Berdasarkan karakterisasi IR, hasil ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) diduga berupa terpenoid campuran yang memiliki gugus ester, gugus karbonil, gugus asam, gugus C-H siklik, gugus C=H alkena. Sedangkan analisis dengan kromatografi gas- spektrofotometer massa diketahui bahwa senaywa utama zat metabolit sekunder yang terkandung dalam bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) adalah asam trans krisantemik dengan berat molekul 167 dan kadar 4,59% , asam trans piretroid dengan berat molekul 212 dan kadar 9,63%, Piretrolon dengan berat molekul 178 dan kadar 12,66%, Jasmolon dengan berat molekul 180 dan kadar 4,03%, Cinerolon dengan berat molekul 166 dan kadar 4,43%. Kata kunci: Bunga krisan, ekstraksi, Piretroloe, Cinerolin, Jasmolon

Page 6: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang

kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang

mata. Untuk menjadi pengajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali

(mengingat) Allah”. (Qaaf:7-8)

2. “Yang paling bahagia dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai,

dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…” (Gie).

3. “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air

and to eat and sleep with the earth” ( Walt Whitman)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sekelumit karya ini teruntuk :

1. Ibu dan Bapakku tercinta yang selalu mendoakanku

2. Adik-adikku yang manis dan selalu ku sayangi Ruroh dan Rias

3. Sobat tercinta Yuli, Tuti, Sari, Wiwik, Hamid, Ryan, Indrianto, Kartika dan rekan-

rekan kimia angkatan ’02, thanks guys atas supportnya.

4. Adik-adik kelasku, thanks atas dukungan dan doanya.

5. Almamaterku

6. Temen-temenku di BJ Kost

7. Sepiku

Page 7: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan petunjuk dan ridla-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Shalawat serta salam semoga tetap kepada beliau, Nabi Muhammad SAW, yang

senantiasa kita tunggu syafa’atnya di hari akhir nanti. Amin.

Dalam pelaksanaan penulisan Tugas Akhir II ini, banyak kendala dan

kesulitan yang penulis hadapi. Tetapi, berkat bimbingan dan dorongan dari

berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir II ini. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan tugas akhir. Ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Sigit Priatmoko M. Si, selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Negeri Semarang.

4. Drs. Kasmui, M. Si., selaku Kepala Laboratorium Jurusan Kimia yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

5. Agung Tri Prasetya S.Si, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

6. Dewi Selvia F. ST, MT, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Page 8: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

viii

7. Dra. Endang Susilaningsih MS, selaku dosen penguji tugas akhir yang telah

menguji dan memberikan saran yang membangun demi perbaikan tugas akhir

ini.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dasar dan bekal ilmu

pengetahuan.

9. Teknisi dan laboran Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

10. Teman-teman kimia 2002 serta teman-teman yang selalu memberikan

dukungan dan motivasi.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir II ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir II ini masih

banyak kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi sempurnanya tulisan ini. Akhir kata, penulis berharap

semoga Tugas Akhir II ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Semarang, Februari 2007

Penulis.

Page 9: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR .........................................................................................

vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul .............................................................. 1

B. Permasalahan .............................................................................. 3

Page 10: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

x

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

E. Sistematika Tugas Akhir ............................................................ 4

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Bunga Krisan ................................................ 6

B. Tinjauan Tentang Piretrum .........................................................

11

C. Tinjauan Tentang Piretrin ...........................................................

12

D. Tinjauan Tentang Metode Ekstraksi ...........................................

19

E. Tinjauan Tentang Kinetika Kromatografi Laps Tipis ................

20

F. Tinjauan Tentang Spektrofotometer Infra Merah (IR) ..............

21

G. Tinjauan tentang Gas Cromatography-Mass Spectrofotometer

(GC-MS) .....................................................................................23

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Sampel dan Populasi Penelitian ..................................................

25

B. Variabel Penelitian .....................................................................

25

Page 11: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

xi

C. Alat dan Bahan ...........................................................................

25

D. Prosedur Penelitian ....................................................................

26

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...........................................................................

28

B. Pembahasan ................................................................................

32

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan .....................................................................................

53

B. Saran ...........................................................................................

54

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data korelasi Spektra Inframerah ............................................................. 22

2. Hasil ekstraksi soklet ............................................................................... 29

3. Hasil perlakuan masing-masing ekstraktan dengan pereaksi dragendorf ................................................................................ 29

4. Hasil kromatografi kolom ........................................................................ 31

5. Hasil KLT dari ekstrak bunga krisan ....................................................... 31

6. Data interpretasi spectrum IR dari kromarografi kolom .......................... 34

7. Data waktu retensi kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan ...... 36

8. Hasil penelusuran data spektrofotometri massa dari kromatogram GC-MS ....................................................................... 37

Page 13: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jenis-jenis bunga krisan ........................................................................... 7 2. Enam senyawa yang bersifat insektisida yang terkandung

dalam piretrum ......................................................................................... 13

3. Diagram spektrofotometer IR .................................................................. 23

4. Skema metoda spektrometri massa ......................................................... 24

5. Hasil KLT setelah disinari dengan sinar UV λ 365 nm ........................... 30

6. Kromatografi lapis tipis ekstrak bunga krisan menggunakan sinar UV λ 365 nm ................................................................................... 32

7. Spektrum IR dari kromatogram kolom .................................................... 34

8. Kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan .................................... 36

9. Spektra massa puncak nomer 3 dari kromatogram GC-MS ..................... 38

10. Fragmentasi senyawa metabolit sekunder berdasarkan puncak nomer 3 dari kromatogram GC-MS ............................................ 40

11. Spektra massa puncak nomer 8 dari kromatogram GC-MS ..................... 41

12. Fragmentasi senyawa metabolit sekunder berdasarkan puncak nomer 8 dari kromatogram GC-MS ............................................ 42

13. Spektra massa puncak nomer 29 dari kromatogram GC-MS ................... 43

14. Fragmentasi senyawa metabolit sekunder berdasarkan

Page 14: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

xiv

puncak nomer 29 dari kromatogram GC-MS ........................................... 45

15. Spektra massa puncak nomer 37 dari kromatogram GC-MS ................... 46

16. Fragmentasi senyawa metabolit sekunder berdasarkan puncak nomer 37 dari kromatogram GC-MS ........................................... 47

17. Spektra massa puncak nomer 40 dari kromatogram GC-MS ................... 48

18. Fragmentasi senyawa metabolit sekunder berdasarkan puncak nomer 40 dari kromatogram GC-MS .......................................... 50

19. Spektra massa puncak nomer 43 dari kromatogram GC-MS ................... 51

20. Fragmentasi senyawa metabolit sekunder berdasarkan puncak nomer 43 dari kromatogram GC-MS ........................................... 52

DAFTAR LAMPIRAN

Page 15: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

xv

Lampiran: 1. Skema cara kerja ...................................................................................

58 2. Sertifikasi Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) .............

59 3. Spektrum IR ..........................................................................................

60 4. Kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan .................................

61 5. Spektra massa puncak nomer 3 dari kromatogram GC-MS .................

63 6. Spektra massa puncak nomer 8 dari kromatogram GC-MS ................

64 7. Spektra massa puncak nomer 29 dari kromatogram GC-MS ..............

65 8. Spektra massa puncak nomer 37 dari kromatogram GC-MS ...............

66 9. Spektra massa puncak nomer 40 dari kromatogram GC-MS ...............

67 10. Spektra massa puncak nomer 43 dari kromatogram GC-MS ..............

68 11. Foto hasil penelitian ..............................................................................

69 12. Ijin Penelitian ........................................................................................

70

Page 16: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Sejak krisis melanda bangsa Indonesia sekitar tahun 1997 harga

berbagai kebutuhan pangan dan sandang semakin tinggi, termasuk sarana

produksi pertanian yaitu pupuk dan pestisida sintetis. Tingginya kebutuhan

sarana produksi menimbulkan masalah di kalangan petani diantaranya

harga pupuk dan pestisida sintetis yang tinggi. Untuk memecahkan masalah

pupuk dan pestisida sintetis, para petani, petugas dan ahli pertanian kembali

menggunakan bahan alami. Pupuk kimiawi diganti menggunakan pupuk

alami seperti seresah dan kotoran ternak, sedangkan untuk pestisida sintetis

diganti menggunakan biopestisida.

Negara kita terlambat dalam bidang pengembangan biopestisida di

banding negara-negara ASEAN. Sampai sekarang Indonesia masih

mengimpor pestisida sintetis dari negara-negara maju yang mencapai

20.000 ton per tahun, meliputi 594 merek dagang pestisida

(Natawigena:1985). Dampak penggunaan pestisida sintetis secara terus

menerus adalah pencemaran tanah, air, residu pestisida, dan ikut

terbunuhnya predator alami sehingga muncul hama baru yang lebih resisten

terhadap pestisida. Berbagai jenis pestisida akan terakumulasi di tanah dan

air, sehingga akan berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem dan

efektivitas pestisida akan menurun. Prospek pengembangan biopestisida di

Page 17: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

2

negara kita masih sangat terbuka lebar, karena keanekaragaman hayati yang

ada sangat potensial untuk dimanfaatkan. Biopestisida cepat terurai oleh

komponen alam seperti sinar matahari, kelembaban, suhu udara, sehingga

tidak akan menyebabkan pencemaran tanah dan air. Daya racun pestisida

bersifat selektif karena hanya mematikan organisme pengganggu tanaman

tertentu dan relatif aman bagi predator alami, manusia, mamalia dan ikan.

Indonesia memiliki banyak keanekaragaman tanaman yang

memiliki kandungan bahan biopestisida diantaranya bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium). Lebih dari 2400 jenis tanaman yang

masuk dalam 235 familia telah diketahui mengandung pestisida

(Budiyono:2001).

Penelitian tanaman yang memiliki bahan biopestisida di Indonesia

belum dilakukan secara maksimal, bahkan penggunaannya cenderung

berdasarkan pengalaman secara turun temurun. Bahan alami yang terdapat

dalam tanaman yang mengandung biopestisida dapat berperan sebagai

insektisida, rodentisida, moluskisida, dan sifat lainnya. Bahan alami yang

berperan sebagai pestisida antara lain: piretrin, jasmolin, dan cinerin

(Novizan:2000).

Ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium)

mengandung beberapa jenis zat aktif yang bersifat insektisida. Salah satu

zat aktif yang kadarnya besar adalah piretrin. Kandungan piretrin mencapai

0,9-1,3% (Novizan,2000). Piretrin diperoleh dari ekstrak bunga krisan

Page 18: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

3

merupakan racun kontak yang tidak meninggalkan residu dan aman bagi

lingkungan (Novizan:2000)

Dari uraian tersebut penulis ingin mengadakan penelitian untuk

mengetahui karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam

ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) sehingga dapat

digunakan sebagai alternatif bahan pembuatan biopestisida.

B. Permasalahan

Berdasarkan judul dan latar belakang tersebut diatas dapat

dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Zat metabolit sekunder apa yang terkandung dalam ekstrak bunga

krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) ?

2. Pelarut apa yang cocok digunakan untuk karakterisasi zat metabolit

sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak

bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).

2. Menentukan jenis pelarut yang cocok untuk karakterisasi zat metabolit

sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium).

Page 19: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi tentang cara karakterisasi zat metabolit

sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) dan Memberikan informasi tentang

zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium).

2. Memberikan informasi tentang jenis pelarut yang cocok untuk

karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak

bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).

E. Sistematika Tugas Akhir II

Untuk memberikan gambaran isi dari penelitian ini, maka garis

besar sistematika tugas akhir II ini adalah sebagai berikut :

A. Bagian pendahuluan

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, sari,

halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar dan daftar lampiran.

B. Bagian isi

Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, permasalahan,

tujuan, dan manfaat penelitian, serta sistematika tugas akhir.

Page 20: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

5

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi landasan teori yang digunakan dalam

penelitian, yaitu tinjauan tentang bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium), tinjauan tentang piretrum,

tinjauan tentang piretrin, tinjauan tentang metode ekstraksi,

tinjauan tentang kromatografi lapis tipis (KLT), tinjauan

tentang Spektrofotometer Infra Merah (IR), tinjauan tentang

Gas Cromatography-Mass Spectrofotometer (GC-MS)

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang sampel penelitian, variabel

penelitian, metode pengumpulan data dan metode analasis

data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di laboratorium

Kimia FMIPA UNNES.

BAB V PENUTUP

Penutup berisi simpulan dan saran-saran.

C. Bagian Akhir

Bagian ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 21: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium)

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain

Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari dataran Cina.

Krisan yang berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum

indicum (kuning), Chrysanthenum morifolium (ungu dan merah muda) dan

Chrysanthenum daisy (bulat, ponpon). Pada tahun 797 bunga krisan dijadikan

sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East

(Reginawanti:1999).

Tanaman krisan yang berasal dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan

Eropa dan Perancis pada tahun 1795. Sejak tahun 1940, bunga krisan

dikembangkan secara komersial di seluruh dunia. Daerah sentra produsen

bunga krisan di Indonesia antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang

(Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).

(Reginawanti:1999).

Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll

Page 22: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

7

Gambar a) Chrysanthemum morifolium, b) Krisan aster c) Krisan pompon, d) Chrysanthemum cinerariaefolium

Sumber : Reginawanti,1999

a

d

c b

Page 23: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

8

Bentuk daun krisan khusus pada bagian tepi tampak bercelah dan

bergerigi. Daun tersebut tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.

Sedangkan batangnya tumbuh tegak, berstruktur lunak, dan berwarna hijau.

Namun demikian, bila batang dibiarkan terus tumbuh, maka batang pun akan

menjadi keras berkayu dan warnanya menjadi hijau kecoklat-coklatan.

Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam

tangkai berukuran pendek sampai panjang. Bentuk bunganya beraneka ragam

dan bisa dikelompokkan menjadi 5 golongan sebagai berikut:

1. Tunggal

Pada setiap tangkai hanya memiliki satu kuntum bunga. Piringan dasar

bunga sempit dan susunan mahkota hanya satu lapis.

2. Anemon

Sekilas mirip dengan bunga tunggal, tapi piringan dasar bunganya lebih

tebal dan lebar.

3. Besar

Di setiap tangkai hanya terdapat satu kuntum, tetapi ukurannya besar

(bisa mencapai 10 cm).

4. Pompon

Karakteristik bentuk bunga pompon adalah bulat mirip bola, mahkota

bunga menyebar ke segala penjuru, dan piringan dasar bunganya tidak

tampak.

5. Dekoratif

Sesuai namanya, penampilannya memang sangat dekoratif, mempunyai

Page 24: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

9

mahkota bunga bertumpuk-tumpuk rapat, di bagian tengah pendek dan

bagian tepinya memanjang.

Kuntum bunga krisan juga memiliki karakter masing-masing, antara lain

(Anonim:2005) :

a. Standar

Setiap tangkai memiliki satu buah kuntum bunga, biasanya berukuran

besar. Contohnya: krisan Shamrock, dark red pompon, regal mist,

Borholm, dan sebagainya.

b. Spray

Setiap tangkai memiliki sekitar 10-20 buah kuntum bunga, namun

diameternya hanya sekitar 2-3 cm. Contohnya krisan Puma, Salmon,

Granada, Klondike, dan sebagainya.

Kegunaan Bunga Krisan

1. Bunga krisan sering digunakan sebagai bunga potong dalam berbagai

kegiatan. Uniknya, warna bunga krisan bisa dikaitkan dengan 'makna'

kegiatan itu sendiri. Misalnya pada upacara kematian digunakan krisan

berbunga putih dan ungu, di hari Valentine digunakan krisan merah dan

pink, upacara pernikahan digunakan krisan putih, kuning, ungu, atau

merah. Dan pada kegiatan imlek banyak digunakan krisan merah dan

putih.

2. Sebagai bunga potong, krisan juga sebagai bahan dekorasi ruangan,

jambangan bunga, rangkaian aneka macam variasi bunga, dan

sebagainya.

Page 25: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

10

Beberapa krisan yang digunakan sebagai bunga potong antara lain

(Anonim:2005) :

a. Puma, berbunga putih, bentuk bunga anemon, diameter bunga dan

mata bunga 45 mm/25 mm.

b. Salmon, bentuk bunga tunggal, berwarna merah muda, diameter

bunga dan mata bunga 70 mm/15 mm.

c. Gold van Langen, bentuk bunga tunggal, berwarna kuning emas,

diameter bunga dan mata bunga 65 mm/18 mm.

3. Selain sebagai bunga potong, krisan juga digunakan sebagai tanaman

hias yang ditanam dalam pot. Contohnya beberapa krisan asal Amerika

yang telah dikembangkan di Indonesia dan diberi nama-nama tokoh

wayang. Misalnya Krisan Shinta yang berbunga kuning, tipe tunggal,

dan ukuran bunga cukup besar, krisan Kunti yang berbunga putih

bersih, tipe anemone, dan krisan Srikandi dengan bunga merah tua

dengan bagian tengah kuning, tipe dekoratif.

Syarat pertumbuhan bunga krisan menurut Reginawanti(1999) adalah

sebagai berikut :

1. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan

terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah

hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah

plastik.

2. Untuk menghasilkan bunga membutuhkan cahaya yang lebih lama

selain dengan sinar matahari yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu

Page 26: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

11

pijar. Penyinaran yang paling baik adalah pada waktu tengah malam

antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan

lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah.

3. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara

200-260C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 170-300C.

4. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi antara 90-95%

untuk pembentukan akar bibit, sedangkan untuk tanaman muda sampai

dewasa kelembaban yang dibutuhkan antara 70-80% dan diimbangi

dengan sirkulasi udara yang memadai.

5. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosintesa tanaman krisan antara

600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan

tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2,

hingga mencapai kadar yang dianjurkan sebesar 600-900 ppm.

6. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir,

subur, gembur dan drainasenya baik serta tidak mengandung hama dan

penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan

tanaman sekitar 5,5-6,7.

B. Tinjauan Tentang Piretrum

Bahan piretrum bersumber dari bunga krisan yang telah dikeringkan.

Tanaman Chrysanthemum cinerariaefolium ini memang bukan tanaman asli

Indonesia.

Page 27: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

12

Menurut catatan Djisbar dkk (1999) dalam Novizan (2000), tanaman ini

pernah dikembangkan secara besar-besaran oleh pemerintah Indonesia di

Dieng Barat pada tahun 1950-an.

C. Tinjauan Tentang Piretrin

Bahan mentah dari bunga krisan kering disebut sebagai piretrum,

sedangkan piretrin merupakan istilah untuk 6 senyawa yang bersifat

insektisida yang dikandung dalam piretrum. Piretrum umumnya mengandung

0,9-1,3% piretrin (Novizan:2000).

Piretrin merupakan hasil ekstraksi dari bubuk mentah piretrum sebagai

resin yang dapat dipakai untuk insektisida komersial. Satu koma enam liter

piretrin dapat diperoleh dengan melarutkan satu kilogram bubuk piretrum ke

dalam 5,4 liter etanol (Tempo:Desember 1993).

Senyawa piretrin memiliki densitas ~0,859 g/mL pada suhu 200C, indek

bias 1,45; titik didih 750C dan penyimpanannya pada suhu 2-80C. Senyawa

piretrin bekerja dengan cara mengganggu jaringan syaraf serangga. Piretrin

dapat bekerja dengan cepat dan dapat langsung membuat serangga pingsan.

Piretrum memiliki daya racun yang rendah pada manusia dan mamalia.

Kucing adalah salah satu contoh mamalia yang sangat peka terhadap piretrin.

Piretrin lebih beracun bagi mamalia jika tercium (inhalasi) karena inhalasi

menyediakan lebih banyak jalur bagi piretrin mencapai aliran darah yang

menuju ke otak. Jika termakan, daya racun piretrin sangat rendah, karena tidak

segera terserap oleh saluran pencernaan dan cepat dinetralisir oleh asam

lambung.

Page 28: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

13

Piretrin adalah racun kontak yang tidak meninggalkan residu, sehingga

pestisida ini sering disebut sebagai pestisida yang paling aman bagi

lingkungan. Piretrin cepat terurai oleh sinar matahari dan kelembaban udara.

Penguraian yang lebih cepat terjadi pada kondisi asam dan basa.

O

CH2

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

H3C

PYRETHRIN I

O

CH2

CH3

HO

O

H

CH3H3CH

H3C

O

OH3C

PYRETHRIN II

O

CH3

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

OH3C

O

CINERIN II

O

CH3

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

H3C

H3C

CINERIN I

O

CH3

HO

O

H

CH3H3CH

H3C

OH3C

O

CH3JASMOLIN II

O

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

H3C

CH3JASMOLIN I

Gambar 2. Enam senyawa yang bersifat insektisida yang terkandung dalam piretrum

(Buchel:1986)

Piretrin I Piretrin II

Cinerin I Cinerin II

Jasmolin I Jasmolin II

Page 29: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

14

piretrin I

IUPAC: (Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(penta-2,4-dienil)siklopentana-2-enil

(1R,3R)-2,2-dimetil-3-(2-metilpropana-1-

enil)siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2- metil -4-okso-3-(penta-2,4-dienil)siklopentana-2-

enil (1R)-trans-2,2-dimetil-3-(2- metilpropana-1-enil)

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2- metil -4-okso-3-(penta-2,4-dienil)siklopentana-2-

enil (+)-trans-krisantemat

CAS: (1S)-2-metil-4-okso-3-(2Z)-2,4-pentadienilsiklopentena-1-il

(1R,3R)-2,2-dimetil-3-(2-metil-1-propenil)

siklopropanakarboksilat

Molekul: C21H28O3

Struktur:

piretrin II

IUPAC: (Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(penta-2,4-dienil)siklopentana-2-enil

(E)-(1R,3R)-3-(2-metoksikarbonilpropana-1-enil)-2,2-dimetil

siklopropanakarboksilat

atau

O

CH2

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

H3C

PYRETHRIN IPiretrin I

Page 30: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

15

(Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(penta-2,4-dienil)siklopentana-2-enil

(E)-(1R)-trans-3-(2- metoksikarbonilpropana -1-enyl)-2,2-

dimetil siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(penta-2,4-dienil)siklopentana-2-enil

piretrat

CAS: (1S)-2-metil-4-okso-3-(2Z)-2,4-pentadienil-2-siklopentena-1-il

(1R,3R)-3-[(1E)-3-metoksi-2-metil-3-okso-1-propenil]-2,2-

dimetil siklopropanakarboksilat

Molekul: C22H28O5

Struktur:

Jasmolin I

IUPAC: (Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(pent-2-enil)siklopentana-2-enil

(1R,3R)-2,2-dimetil-3-(2-metilpropana-1-enil)

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(pent-2-enil)siklopentana-2-enil

(1R)-trans-2,2-dimetil-3-(2-metilpropana-1-enil)

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(pent-2-enil)siklopentana-2-enil (+)-

trans-krisantemat

O

CH2

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

O

OH3C

PYRETHRIN IIPiretrin II

Page 31: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

16

CAS: (1S)-2-metil-4-okso-3-(2Z)-2-pentenil-2-siklopentena-1-il

(1R,3R)-2,2-dimetil-3-(2-metil-1-propenil)

siklopropanakarboksilat

Molekul: C21H30O3

Struktur:

Jasmolin II

IUPAC: (Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(pent-2-enil)siklopentana-2-enil (E)-

(1R,3R)-3-(2- metoksikarbonilpropana -1-enil)-2,2-dimetil

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(pent-2-enil)siklopentana-2-enil (E)-

(1R)-trans-3-(2- metoksikarbonilpropana -1-enil)-2,2-dimetil

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-2-metil-4-okso-3-(pent-2-enil)siklopentana-2-enil

piretrat

CAS: (1S)-2-metil-4-okso-3-(2Z)-2-pentenil-2-siklopentena-1-il

(1R,3R)-3-[(1E)-3-metoksi-2-metil-3-okso-1-propenil]-2,2-

dimetil siklopropanakarboksilat

O

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

H3C

CH3JASMOLIN I

Page 32: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

17

Molekul: C22H30O5

Struktur:

Cinerin I

IUPAC: (Z)-(S)-3-(but-2-enil)-2-metil-4-oksosiklopentana-2-enil

(1R,3R)-2,2-dimetil-3-(2-metilpropana-1-enil)

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-3-(but-2-enil)-2-metil-4-oksosiklopentana-2-enil (1R)-

trans-2,2-dimetil-3-(2-metilpropana-1-enil)

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-3-(but-2-enil)-2-metil-4-oksosiklopentana-2-enil (+)-

trans-krisantemat

CAS: (1S)-3-(2Z)-2-butenil-2-metil-4-okso-2-siklopentens-1-il

(1R,3R)-2,2-dimetil-3-(2-metil-1-propenil)

siklopropanakarboksilat

Molekul:

C20H28O3

O

CH3

HO

O

H

CH3H3CH

H3C

OH3C

O

CH3JASMOLIN II

Page 33: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

18

Struktur:

Cinerin II

IUPAC: Z)-(S)-3-(but-2-enil)-2-metil-4-oksosiklopentana-2-enil (E)-

(1R,3R)-3-(2- metoksikarbonilpropana -1-enil)-2,2-dimetil

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-3-(but-2-enil)-2-metil-4-oksosiklopenta-2-enil (E)-

(1R)-trans-3-(2- metoksikarbonilpropana -1-enil)-2,2-dimetil

siklopropanakarboksilat

atau

(Z)-(S)-3-(but-2-enil)-2-metil-4-oksosiklopenta-2-enilpiretrat

CAS: (1S)-3-(2Z)-2-butenil-2-metil-4-okso-2-siklopentena-1-il

(1R,3R)-3-[(1E)-3-metoksi-2-metil-3-okso-1-propenil]-2,2-

dimetil siklopropanakarboksilat

Molekul: C21H28O5

Struktur:

O

CH3

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

H3C

H3C

CINERIN I

O

CH3

CH3

H

OO

H

CH3H3CH

H3C

OH3C

O

CINERIN II

Page 34: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

19

D. Tinjauan Tentang Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses atau pemisahan atau isolasi dua atau lebih

komponen dengan menambahkan suatu pelarut yang hanya dapat melarutkan

salah satu komponennya saja. Cara ini berguna untuk memisahkan penyusun

yang dimulai dari suatu campuran lewat pelarutan selektif (Arsyad:2001).

Ekstraksi meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak

dapat campur. Pelarut yang umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain

seperti kloroform, eter atau pentana. Perbandingan aktivitas zat terlarut

diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur dinyatakan dengan koefisien

distribusi (KD).

[A]1 KDA=--------- [A]2 KDA = Koefisien distribusi zat terlarut A [A]1 = Aktivitas zat terlarut A pada pelarut 1 [A]2 = Aktivitas zat terlarut A pada pelarut 2

(Tim Dosen:2003)

Dalam prosedur ekstraksi, zat-zat terlarut akan terdistribusi diantara

lapisan air dan lapisan organik sesuai dengan perbedaan kelarutannya

Pada ekstraksi senyawa-senyawa organik dari larutan berair, selain air atau

eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena, kloroform, dan sebagainya.

Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulangkali dengan jumlah pelarut yang

lebih kecil daripada bila jumlah pelarutnya banyak tapi ekstraksinya hanya

sekali.

Pelarut yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metanol,

kloroform, dan heksana. Metanol atau metil alkohol (CH3OH) bersifat polar

Page 35: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

20

dan larut dalam air, memiliki titik didih 64,70C dan titik beku –980C.

Kloroform atau triklormetana (CHCl3) memiliki titik didih 61,30C dan titik

beku –63,50C. Kloroform merupakan cairan tak warna, bersifat toksik yaitu

dapat merusak hati dan tidak larut dalam air karena bersifat non polar.

Heksana termasuk golongan alkana CnH2n+2. Heksana merupakan cairan

yang tidak berwarna, memiliki titik didih 690C dan titik beku –94,30C, tidak

larut dalam air (non polar) dan memiliki rumus struktur C6H14. Pada umumnya

heksana dimanfaatkan sebagai pelarut karena sifatnya yang inert, tidak

bereaksi dengan komponen yang akan disintesis.

E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang

melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa

campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus

yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau

berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).

Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai

penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir

segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya

silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah

diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai

dalam KLT

Alumina berbeda dengan silika gel yang bersifat sedikit asam dan sering

dipakai untuk pemisahan basa. Kiselgur dan selulosa merupakan bahan

Page 36: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

21

penyangga lapisan zat cair yang dipakai dalam sistem kromatografi cair-cair.

Kromatografi jenis ini selalu dipakai untuk pemisahan senyawa polar seperti

asam amino, karbohidrat, nukleotida dan berbagai senyawa alam lainnya.

Lapisan silika gel atau alumina yang akan dipakai sebagai penyerap

diusahakan tidak mengandung banyak air, karena jika tidak maka air akan

menempati semua titik penyerapan sehingga tidak akan ada pelarut yang

melekat. Menurut Gritter (1991), penampakan bercak pada KLT menggunakan

larutan ninhidrin dan senyawa yang terpisah dapat diidentifikasi dengan

menghitung harga Rf (Retardation Factor) yaitu :

Rf = Jarak yang ditempuh komponen Jarak yang ditempuh eluen

Harga Rf komponen murni dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa

standar, karena pada kondisi tertentu suatu senyawa akan memiliki harga Rf

yang sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf antara lain: tebal lapisan

penyerap, kadar air, jenis eluen, suhu, tingkat kejenuhan bejana oleh uap eluen

dan ukuran partikel (Tim dosen:1993).

F. Spektrofotometer Infra Merah (IR)

Spektroskopi infra merah adalah suatu metoda analisis yang didasarkan

pada penyerapan sinar infra merah. Fungsi utama dari spektroskopi infra

merah adalah untuk mengenal struktur molekul (gugus fungsional).

Spektroskopi infra merah adalah grafik dari persentasi transmitansi dengan

panjang gelombang atau penurunan frekuensi. Tiap lekukan yang disebut

Page 37: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

22

gelombang atau puncak menunjukkan adsorbsi dari radiasi inframerah oleh

cuplikan pada frekuensi tersebut (Fessenden&Fessenden:1981).

Tabel 1. Data Korelasi Spektra Inframerah

Tipe vibrasi Frekuensi (cm-1) Panjang gelombangC-H Alkana (rentangan) -CH3 (bengkokan) -CH2- (bengkokan) Alkena (rentangan)

(Serapan keluar bidang)

Aromatik (rentangan) (Serapan keluar bidang)

Alkuna (rentangan) Aldehid C O Alkena

Aromatik C ═ C Alkuna C O Aldehid

Keton Asam Karboksilat Ester Amida Anhidrida

Asam Klorida C O Alkohol, ester, eter,

Asam karboksilat, Anhidrida

O H Alkohol, Fenol Ikatan –H

2850 – 3000 1400 dan 1375 1465 3000 – 3100 650 – 1000 3050 – 3159 690 – 900 ±330 2800 – 2900 2700 – 2800 1600 – 1680 1475 – 1600 2100 – 2250 1720 – 1740 1700 – 1725 1730 – 1750 1640 – 1670 1760 dan 1810 1000 – 1300 1800 1000 – 1300 3600 – 1650 1500 - 3200

3,33 – 3,51 6,90 dan 7,27 6,83 3,23 – 3,33 10,0 – 15,3 3,17 – 3,28 11,1 – 14,5 +3,03 3,45 – 3,57 3,57 – 3,70 5,95 – 6,25 6,25 dan 6,78 4,44 – 4,75 5,75 – 5,81 5,80 – 5,87 5,80 – 5,88 5,71 – 5,78 6,00 – 6,10 5,25 dan 5,68 5,56 7,69 – 10,0 2,74 – 2,78 2,85 – 3,13

(Widodo, Nanik: 2002)

Bagian dari spektrofotometer IR adalah :

1. Sumber sinar

Sumber sinar IR pada umumnya berupa zat inert yang dipanaskan dengan

listrik.

Page 38: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

23

2. Monokromator

Monokromator IR terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat-

alat pendispersi (kisi difraksi, prisma) dan beberapa cermin untuk

memantulkan kembali dan memfokuskan berkas sinar.

3. Detektor

Jenis detektor yang digunakan untuk mendeteksi sinar IR adalah detektor

kalor atau detektor yang didasarkan pada hantaran foton.

4. Rekorder

Rekorder merupakan alat pembacaan atau perekam spektrum.

Gambar 3. Diagram Spektrofotometer IR

G. Gas Cromatography-Mass Spectrofotometer (GC-MS)

GC-MS merupakan gabungan antara kromatografi gas dengan

spektrometer massa. Sampel yang dianalisis menggunakan GC-MS akan

menunjukkan berat molekul senyawa yang dianalisis.

Kromatografi gas adalah suatu metoda pemisahan campuran menjadi

komponen-komponen penyusunnya. Campuran yang dipisahkan dengan

metoda ini harus mudah menguap.

Sumber sinar

rekorder detektor

Wadah sampel monokromator

Page 39: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

24

Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kuantitatif secara

organik. Cuplikan dalam bentuk uap dapat dibawa oleh aliran gas ke dalam

kolom pemisahan, hasil pemisahan dapat dianalisis dengan kromatografi ini.

Jumlah puncak menunjukkan senyawa yang terdapat dalam cuplikan

sedangkan luas permukaan menunjukkan konsentrasi senyawa.

Spektrometer massa merupakan alat untuk menentukan massa (berat)

molekul. Hasil-hasil yang dibentuk, ion-ion tidak bermuatan, yang massa-

massa limpahan relatifnya ditunjukkan dalam spektrum massa

(Sastrohamidjojo,2001).

Gambar 4. Skema Metoda Spektrofotometri Massa (Hendayana dkk:1994)

Penganalisis massa Sistem masukan sampel

pembacaan Detektor sinyal

Sumber ion

Page 40: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Suharsimi:1993). Sampel dalam penelitian ini adalah cuplikan bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) yang diperoleh disentra budidaya bunga

krisan Bandungan-Jawa Tengah.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya terhadap

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelarut untuk

karakterisasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam bunga

krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi titik pusat penelitian. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah zat metabolit sekunder hasil

karakterisasi ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Oven (Mammert 854 Schwabach)

b. Gelas ukur (100 mL)

Page 41: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

26

c. Erlenmeyer (Pyrex 250 mL)

d. Evaporator (Eyela SB 651)

e. Plat silika gel

f. Soklet volume 500 mL

g. Kromatografi kolom

h. Spektrofotometer IR (Shimadshu FTIR 8201 PC)

i. GC-MS (Shimadshu QP-2010S)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium)

b. Metanol (Merck) (Kadar 99,9% ρ=0,790)

c. Heksana (Merck)

d. Pereaksi Dragendorf

e. Kloroform (Merck) (Kadar 99-99,4% ρ=1,47)

f. Silika Gel G (Tipe 60)

D. Prosedur penelitian

1. Penyiapan sampel

Bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) segar yang telah dipilih,

dilayukan, dan dipotong kecil-kecil. Dimasukkan kedalam oven dengan

suhu 400-500C. Tujuan dikeringkan adalah agar kadar air yang ada pada

bunga berkurang sehingga memudahkan pada saat ekstraksi. Pengeringan

dengan oven membantu daun menjaga penguapan yang berlebihan karena

suhu bisa diatur dan menghindari dari pengotor (bakteri, serangga) yang

tidak diinginkan.

Page 42: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

27

2. Uji pendahuluan

Bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang telah kering

diekstrak dengan heksana (pelarut 1) sehingga diperoleh filtrat I dan

residu I. Filtrat I diuji dengan reagen dragendorf (+) berwarna oranye.

Residu I diekstrak dengan kloroform (pelarut 2) sehingga didapat filtrat II

dan residu II. Filtrat II diuji dengan reagen dragendorf (+) berwarna

oranye. Residu II diekstrak dengan metanol (pelarut 3) sehingga didapat

filtrat III dan residu III. Filtrat III diuji dengan reagen dragendorf (+)

berwarna oranye. Sampel dengan uji dragendorf memberikan hasil (+)

kemudian dilakukan tahap karakterisasi.

3. Karakterisasi zat metabolit sekunder pada bunga krisan (Chrysanthemum

cinerariaefolium).

Karakterisasi zat metabolit sekunder pada bunga krisan (Chrysanthemum

cinerariaefolium) menggunakan pelarut metanol dengan metode sokhlet.

Ekstrak metanol dipekatkan menggunakan evaporator pada suhu 300C. Uji

KLT terhadap ekstrak pekat menggunakan eluen metanol:kloroform

(1:15). Ekstrak kloroform difraksinasi dengan kromatografi kolom

menggunakan eluen yang sama dengan kromatografi lapis tipis dengan

fasa diam silika gel. Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom

selanjutnya diidentifikasi dengan IR, dan GC-MS.

Page 43: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Preparasi sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cuplikan bunga

krisan (Crysanthemum cinerariaefolium) yang diperoleh disentra budidaya

bunga krisan Bandungan-Jawa Tengah.

Bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) segar yang telah

dipilih, dilayukan, dan dipotong kecil-kecil. Dimasukkan kedalam oven

dengan suhu 400-500C. Pengeringan dengan oven membantu daun

menjaga penguapan yang berlebihan karena suhu bisa diatur dan

menghindari dari pengotor (bakteri, serangga) yang tidak diinginkan.

Penghalusan dilakukan dengan cara diblender, setelah terbentuk serbuk

diayak dengan menggunakan ayakan 50 mesh agar serbuknya menjadi

homogen.

Hasil perhitungan kadar airnya

Berat sebelum dioven = 580,3 gram

Berat sampel setelah dioven = 206,42 gram

Perhitungan kadar air sampel :

Kadar air yang hilang =

00100

diovensebelumBerat diovensetelah Berat -dioven sebelumBerat

×

Page 44: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

29

= =×−

00100

3.58042,2063.580 64,42 %

Kadar air dalam sampel = 100% - 64,42% = 35,57%

2. Hasil Ekstraksi Soklet

Tabel 2. Hasil Ekstraksi Soklet

Sampel Perlakuan Pengamatan Keterangan Serbuk bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) kering Ampas Kering Ampas Kering

Ekstraksi soklet dengan heksana Ekstraksi soklet dengan kloroform Ekstraksi soklet dengan metanol

Ekstrak berwarna kekuningan Ekstrak berwarna kuning kecoklatan Ekstrak berwarna coklat tua

Melarutkan komponen non polar Melarutkan komponen yang kepolarannya sedang Melarutkan komponen polar

Selanjutnya hasil ekstraksi dipekatkan dengan evaporator dan kemudian

diuji dengan pereaksi Dragendorf.

Tabel 3. Hasil Perlakuan Masing-masing Ekstraktan

Sampel Perlakuan Pengamatan Keterangan Ekstrak bunga krisan dalam heksana Ekstrak bunga krisan dalam kloroform Ekstrak bunga krisan dalam

Pereaksi Dragendorf Pereaksi Dragendorf Pereaksi Dragendorf

Ekstrak berwarna kuning Ekstrak berwarna coklat bening Ekstrak

Ekstrak heksana (-) terhadap uji terpenoid campuran Ekstrak kloroform (-) terhadap uji terpenoid campuran Ekstrak metanol (+) terhadap uji

Page 45: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

30

metanol berwarna coklat dan terdapat endapan merah bata

terpenoid campuran

3. Identifikasi Senyawa Ekstrak Bunga Krisan.

Identifikasi pertama yang dilakukan dengan menggunakan Kromatografi

Lapis Tipis. Hasil pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis dapat

dilihat pada gambar 5.

Page 46: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

31

A B C D E F G H I J K

L

Gambar 5. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Setelah Disinari dengan Sinar UV Menggunakan λ 365 nm.

Keterangan :

A. Larutan pengembang metanol : heksana = 1:29 B. Larutan pengembang metanol : heksana = 1:10 C. Larutan pengembang metanol : heksana = 1:1 D. Larutan pengembang metanol : heksana = 2:1 E. Larutan pengembang metanol : heksana = 10:1 F. Larutan pengembang metanol : kloroform = 1:1 G. Larutan pengembang metanol : kloroform = 1:14 H. Larutan pengembang metanol : kloroform = 1:29 I. Larutan pengembang metanol : kloroform = 1:15 J. Larutan Pengembang metanol : kloroform = 1:10 K. Larutan pengembang kloroform murni L. Larutan pengembang heksana murni

Berdasarkan hasil Kromatografi Lapis Tipis diperoleh pemisahan paling

baik dengan menggunakan larutan pengembang metanol:kloroform (1:15).

Larutan pengembang metanol:kloroform (1:15) ini selanjutnya digunakan

sebagai eluen untuk kromatografi kolom.

Berdasarkan tabel 3, ekstrak bunga krisan dalam metanol menunjukkan uji

positif terhadap pereaksi dragendorf, selanjutnya ekstrak dipisahkan

dengan kromatografi kolom.

Tabel 4. Hasil Kromatografi Kolom

Sampel No. botol Pengamatan

Ekstrak bunga krisan dalam pelarut metanol

1 – 16 17 – 23 24 – 45 46 – 54 55 – 63

Jernih Coklat

Coklat jernih Kuning jernih

Bening

Page 47: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

32

Kemudian fraksi hasil kromatografi kolom dilakukan pengelompokan

fraksi dengan menggunakan uji kromatografi lapis tipis dengan

menggunakan larutan pengembang metanol:kloroform (1:15).

Tabel 5. Hasil KLT dari Ekstrak Bunga Krisan

No. Fraksi No. Botol Bercak Rf 1 2 3 4 5 6 7

Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Fraksi 4 Fraksi 5 Fraksi 6 Fraksi 7

1 – 16 17

18 – 19 20 – 23 24 – 45 46 – 54 55 – 63

Tidak ada 3 noda 5 noda 6 noda 5 noda 3 noda

Tidak ada

- 0,775; 0,875; 0,95

0,3; 0,55; 0,65; 0,8; 0,925 0,05; 0,225; 0,48; 0,6; 0,73; 0,86

0,09; 0,2; 0,29; 0,53; 0,78 0,3; 0,4; 0,53

- Hasil pemisahan dengan kromatografi lapis tipis dapat dilihat pada gambar 5.

Page 48: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

33

Gambar 6. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Metanol Bunga Krisan Menggunakan Sinar UV dengan λ 365 nm.

Dari hasil KLT didapat harga Rf yang sama dikelompokkan menjadi satu

fraksi, selanjutnya dikarakterisasi dengan IR dan GC-MS.

B. Pembahasan

Serbuk bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) dibungkus

dengan kertas saring dan diekstraksi dengan alat soklet menggunakan tiga

macam pelarut. Pelarut yang pertama menggunakan heksana dengan tujuan

melarutkan komponen non polar. Ampas hasil ekstraksi dengan heksana

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering. Pelarut yang kedua

yaitu kloroform dengan tujuan melarutkan komponen-komponen yang

mempunyai kepolaran sedang. Ampas hasil ekstraksi kloroform dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan. Pelarut yang ketiga yaitu metanol dengan

tujuan untuk melarutkan komponen-komponen yang polar. Selanjutnya

masing-masing hasil ekstraksi dipekatkan dengan evaporator pada suhu 300C

dan diuji dengan Dragendorf. Berdasarkan tabel 3 ekstrak yang menunjukkan

Page 49: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

34

uji positif dengan pereaksi dragendorf dipisahkan dengan menggunakan

kromatografi kolom, pertama-tama yang harus dilakukan adalah

mengaktifkan silika dengan mengoven silika sebanyak 10 gram pada suhu

110oC selama 4 jam. Kemudian silika gel dibuat bubur dengan menambahkan

pelarut n-heksana sebanyak 35 mL, diaduk sampai rata dan dimasukkan

kedalam kolom kromarografi dengan hati-hati, selanjutnya kolom diisi dengan

n-heksana dan ditutup rapat-rapat agar kolom tidak kering. Kolom didiamkan

selama satu malam dengan tujuan agar kolom kromatografi jenuh, homogen

dan tidak ada gelembung udara sehingga dapat memisahkan sampel dengan

baik. Larutan n-heksana yang berada diatas bubur diambil dengan cara

membuka kran pada bagian bawah kolom sampai tersisa ±0,5cm. Langkah

selanjutnya adalah memasukkan sampel ke kolom kromatografi, sampel

dibiarkan terjebak dalam fase diam dan diikuti eluennya. Hasil kromatografi

ditampung dalam botol setiap 1ml.

Pemilihan eluen digunakan dengan cara coba-coba, yaitu membuat

komposisi perbandingan antara pelarut metanol, kloroform dan heksana yang

bertujuan untuk mendapatkan hasil perbandingan yang baik sehingga dapat

digunakan sebagai eluen pada kromatografi kolom yang ditunjukkan pada

gambar 5.

Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis pada gambar 5, diperoleh

pemisahan paling baik dengan menggunakan larutan pengembang

metanol:kloroform (1:15). Larutan pengembang metanol:kloroform(1:15) ini

digunakan sebagai eluen untuk kromatografi kolom. Hasil kromatografi kolom

Page 50: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

35

ekstrak bunga krisan dalam metanol menghasilkan 63 botol (tabel 4). Untuk

botol 1–16 didapat larutan hasil pemisahan berwarna jernih. Botol 17–23

larutan berwarna coklat. Botol 24–45 larutan berwarna coklat jernih. Botol

46–54 larutan berwarna kuning jernih. Botol 55-63 larutan berwarna bening.

Kemudian botol hasil pemisahan kromatografi kolom diuji dengan KLT

menggunakan eluen metanol:kloroform(1:15) untuk mengelompokkan fraksi-

fraksi menurut nilai Rf yang sama (tabel 5) dan gambar pemisahannya

ditunjukkan pada gambar 6. Berdasarkan tabel 5, botol 1-16 merupakan fraksi

ke-1 yang tidak memiliki nilai Rf. Botol 17 merupakan fraksi ke-2 memiliki 3

noda dengan nilai Rf 0,775; 0,875; 0,95. Botol 18-19 merupakan fraksi ke-3

memiliki 5 noda dengan nilai Rf 0,3; 0,55; 0,65; 0,8; 0,95. Botol 20-23

merupakan fraksi ke-4 memiliki 6 noda dengan nilai Rf 0,05; 0,225; 0,48; 0,6;

0,73; 0,86. Botol 24-45 merupakan fraksi ke-5 memiliki 5 noda dengan nilai

Rf 0,09; 0,2; 0,29; 0,53; 0,78. Botol 46-54 merupakan fraksi ke-6 memiliki 3

noda dengan nilai Rf 0,3; 0,4; 0,53. Botol 55-63 merupakan fraksi ke-7 yang

tidak memiliki noda. Kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi

menggunakan IR dan GC-MS.

b. Hasil karakterisasi spektrofotometer inframerah (IR) ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium)

Spektrum hasil IR dari kromatogram kolom disajikan pada gambar 7

Page 51: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

36

Gambar 7. Spektrum IR dari Kromatogram Kolom Hasil Percobaan

Data interpretasi spektrum IR dari kromatogram kolom disajikan pada tabel

6

Tabel 6. Data Interpretasi Spektrum IR dari Kromatografi Kolom.

No. Puncak serapan (cm-1) Jenis vibrasi 1 1026,1 ; 2129,3 C=C alkena 2 1172,6 ; 1249,8 CO2R ester 3 1365,5 ; 1442,7 ; 1504,4 CH2/CH3 lekukan/bending 4 1651,0 C=O karbonil 5 2846,7 ; 2947,0 C-H siklik/ alkana 6 3394,5 -OH gugus asam

Berdasarkan tabel diatas dapat diperkirakan gugus-gugus fungsi dari

senyawa penyusun zat metabolit sekunder dalam ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) adalah sebagai berikut : Pita lebar dan

kuat pada 3394,5cm-1 adalah petunjuk adanya guguus -OH. Pita pada

Page 52: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

37

2846,7 cm-1 dan 2947,0 cm-1 merupakan serapan gugus C-H alkana yang

diperkuat dengan pita pada 1365,5; 1442,7 ; 1504,4 cm-1 yang

menunjukkan –CH3/-CH2 bending/lekukan. Pita 1172,6 cm-1 dan 1249,8

cm-1 merupakan serapan gugus ester yang diperkuat oleh pita pada 1651,0

cm-1 yang menunjukkan adanya C=O karbonil dan pita 3394,5 cm-1 yang

menunjukkan gugus –OH. Pita pada 1026,1 cm-1dan 2129,3 cm-1

menunjukkan adanya serapan gugus C=C alkena.

c. Karakterisasi GC-MS ekstrak bunga krisan

Pada tahapan ini ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium)

yang diperoleh setelah diuji dengan IR kemudian diidentifikasi dengan

menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) SHIMADZU

QP-2010S yang dilakukan dilaboratorium kimia UGM yogyakarta.

Kondisi operasi kromatografi gas–spektrometri massa SHIMADZU QP-

2010S adalah :

Jenis pengion : EI (Electron Impact)

Jenis Kolom : Rtx-5MS panjang 30 meter dan diameter 0,25 mm

Suhu kolom : 70oC (5 menit) – 280oC (10 menit)

Laju kolom : 0,5 mL/min

Gas pembawa : helium 13,7 kPa

Suhu detektor : 300oC

Suhu injektor : 280oC

Injektor mode : split suhu 70oC – 280oC

Kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum

cinerariaefolium) disajikan pada gambar 8.

Page 53: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

38

Gambar 8. Kromatogram GC-MS dari Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium)

Data waktu retensi kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Data Waktu Retensi Kromatogram GC-MS dari Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).

No. Waktu retensi (menit)

Kadar (%)

No. Waktu retensi (menit)

Kadar (%)

No. Waktu retensi (menit)

Kadar (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15

3.947 4.087 5.119 7.126

11.206 12.319 12.674 12.898 14.047 14.345 14.447 15.585 16.232 17.272 17.785

0.51 0.71 4.16 0.46 0.44 0.34 0.39 5.47 0.57 0.39 0.55 0.88

14.22 1.14 2.58

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

17.858 17.968 18.337 19.102 19.162 19.374 19.807 20.066 20.162 20.302 20.454 20.729 20.892 21.068 21.268

0.73 0.76 2.49 0.48 0.57 0.66 1.44 2.51 2.52 2.13 1.25 0.77 0.47 4.59 1.15

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

21.441 21.508 22.525 22.626 22.915 23.052 23.210 23.291 23.628 24.212 24.706 24.783 28.282 29.585 32.891

1.31 0.79 1.77 2.98 3.01 1.54 12.66 2.06 2.56 4.03 2.66 1.95 4.43 1.30 1.62

Kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum

cinerariaefolium) terdiri dari 45 puncak dominan, dari 45 puncak dominan

Page 54: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

39

tersebut kemudian dilakukan penelusuan data spektrometri massa sebanyak

7 puncak yang memiliki %area diatas 4,00 % yaitu puncak nomor 3, 8, 13,

29, 37, 40 dan 43.

Puncak nomor 3 dengan waktu retensi (tR) 5,119 menit memiliki kadar

4,16%. Puncak nomor 8 dengan waktu retensi (tR) 12,898 menit memiliki

kadar 5,47%. Puncak nomor 13 dengan waktu retensi (tR) 16,232 menit

memiliki kadar 14,22%. Puncak nomor 29 dengan waktu retensi (tR) 21,068

menit memiliki kadar 4,59%. Puncak nomor 37 dengan waktu retensi (tR)

23,210 menit memiliki kadar 12.66%. Puncak nomor 40 dengan waktu

retensi (tR) 24,212 menit memiliki kadar 4,03%. Puncak nomor 43 dengan

waktu retensi (tR) 25,282 menit memiliki kadar 4,43%.

Penelusuran data spektrometri massa dengan bantuan komputer NIST

62 LIB terhadap 7 puncak dengan kadar diatas 4,00% menghasilkan

struktur senyawa yang disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Penelusuran Data Spektrometri Massa dari Kromatogram GC-MS.

No. Rumus

molekul Berat

molekul Nama Struktur

1. C10H15O2 167 Asam trans-krisantemik C H

H 3 C

H 3 C

H C O O H

C H 3H 3 C

H

2. C11H16O4 212 Asam trans-piretroid

C C HH 3C

H C O O H

C H 3H 3C

HOH 3C

O

Page 55: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

40

3. C11H14O2 178 Piretrolon CH3

H

HO

O

CH2

4. C11H16O2 180 Jasmolon CH3

H

HO

O

CH3

5. C10H14O2 166 Cinerolon C H 3

H

H O

O

C H 3

Puncak nomor 3 dengan waktu retensi (tR) 5,119 menit memiliki kadar

4,16%. Spektra massa puncak nomor 3 dari kromatogram GC-MS disajikan

pada gambar 9.

Gambar 9. Spektra Massa Puncak Nomor 3 dari Kromatogram GC-MS

Dengan spektra massa puncak nomor 3, dapat diasumsikan bahwa

senyawa metabolit sekunder pada puncak nomor 3 mengalami fragmentasi

sebagai berikut: ion molekul pada m/e113 mengalami 2 pemecahan,

pemecahan pertama melepaskan •C (m/e 12) membentuk pecahan dengan

Page 56: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

41

puncak m/e 101. Pemecahan yang kedua melepaskan •C2H6 (m/e 30)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 83. ion molekul pada m/e 83

mengalami 2 pemecahan, pemecahan pertama melepaskan •C2H2O (m/e 42)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 41. Pemecahan kedua melepaskan

•C2H2 (m/e 28) membentuk pecahan dengan puncak m/e 59, kemudian

puncak m/e 59 melepaskan •O (m/e 16) membentuk pecahan dengan

puncak m/e 43.

Fragmen-fragmennya diduga seperti pada gambar 10.

HCHC

C

CH3H3C

COH

O

-C

HCHC

CC

OH

O

-C2H2O

-C2H2

H2CC

OH

O

-O

H2C C OH

HC C

O

H2C

C

CH3H3C

COH

O

-2CH3

m/e =113 m/e =101

m/e =83

m/e =59

m/e =43

m/e =41

Gambar 10. Fragmentasi Senyawa Metabolit Sekunder

Page 57: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

42

Berdasarkan Puncak Nomer 3.

Berdasarkan fragmentasi spektra massa puncak nomer 3 menghasilkan

bahwa senyawa puncak nomer 3 adalah asam trans piretroid dengan berat

molekul 212 dan kadarnya 4,16%.

Puncak nomor 8 dengan waktu retensi (tR) 12,898 menit memiliki

kadar 5,47%. Spektra massa puncak nomor 8 dari kromatogram GC-MS

disajikan pada gambar 11.

Gambar 11. Spektra Massa Puncak Nomer 8 dari Kromatogram GC-MS

Dengan spektra massa puncak nomor 8, dapat diasumsikan bahwa

senyawa metabolit sekunder pada puncak nomor 8 mengalami fragmentasi

sebagai berikut: ion molekul pada m/e 113 mengalami 4 pemecahan,

pemecahan pertama melepaskan •C2H5 (m/e 29) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 84. Pemecahan kedua melepaskan ion molekul +C4H7

(m/e 55) membentuk radikal bebas dengan puncak m/e 60. Pemecahan

ketiga melepaskan •C2H8 (m/e 32) membentuk pecahan dengan puncak m/e

83, kemudian ion molekul pada m/e 83 melepaskan •C2H2O (m/e 42)

Page 58: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

43

membentuk pecahan dengan puncak m/e 41. Pemecahan keempat

melepaskan •C2H4O2 (m/e 60) membentuk pecahan dengan puncak m/e 55.

Fragmen-fragmennya diduga seperti pada gambar 12.

C

O

OHH3C-C4H7

HCHC

C

CH3H3C

COH

O

-C2H5

HCHC

CC

OH

O

-C2H8

-C2H2O

C

O

HC

CO

OHH3C

C

CH3H3C

CH

HCHC

CH

COH

Om/e =113

m/e =84

m/e =83

m/e =60

m/e =41

m/e =55

Gambar 12. Fragmentasi Senyawa Metabolit Sekunder Berdasarkan Puncak Nomer 8.

Berdasarkan fragmentasi spektra massa puncak nomer 8 menghasilkan

bahwa senyawa puncak nomer 8 adalah asam trans piretroid dengan berat

molekul 212 dan kadarnya 5,47%.

Page 59: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

44

Puncak nomor 29 dengan waktu retensi (tR) 21,068 menit memiliki

kadar 4,59%. Spektra massa puncak nomor 29 dari kromatogram GC-MS

disajikan pada gambar 13.

Gambar 13. Spektra Massa Puncak Nomer 29 dari Kromatogram GC-MS

Dengan spektra massa puncak nomor 29, dapat diasumsikan bahwa

senyawa metabolit sekunder pada puncak nomor 29 mengalami fragmentasi

sebagai berikut: molekul pada m/e 372 mengalami 3 pemecahan,

pemecahan pertama melepaskan •C10H15O2 (m/e 167) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 205. Pemecahan kedua melepaskan •C9H12O2 (m/e 152)

membentuk molekul dengan puncak m/e 220, kemudian puncak m/e 220

melepaskan •C2H6 (m/e 30) membentuk pecahan dengan puncak m/e 189,

kemudian puncak m/e 189 melepaskan •H2 (m/e 2) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 187, kemudian puncak m/e 187 melepaskan •CH2 (m/e

14) membentuk pecahan dengan puncak m/e 173. Pemecahan ketiga

melepaskan •C11H15O4 (m/e 211) membentuk pecahan dengan puncak m/e

161, kemudian puncak m/e 161 melepaskan •H2 (m/e 2) membentuk

pecahan dengan puncak m/e 159. Ion molekul pada puncak dengan m/e 159

Page 60: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

45

mengalami 2 pemecahan, pemecahan pertama melepaskan •C3HO (m/e 53)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 105, kemudian puncak m/e 105

melepaskan •C2H2 (m/e 26) membentuk pecahan dengan puncak m/e 79.

Pemecahan kedua melepaskan •H2 (m/e 2) membentuk pecahan dengan

puncak m/e 145, kemudian puncak m/e 145 melepaskan •C (m/e 12)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 133, kemudian puncak m/e 133

melepaskan •CH2 (m/e 14) membentuk pecahan dengan puncak m/e 119,

kemudian puncak m/e 119 melepaskan •C2H4 (m/e 28) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 93, kemudian puncak m/e 93 melepaskan •C2H2 (m/e

26) membentuk pecahan dengan puncak m/e 67, kemudian puncak m/e 67

melepaskan •C (m/e 12) membentuk pecahan dengan puncak m/e 55,

kemudian puncak m/e 55 melepaskan •CH2 (m/e 14) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 41.

Fragmen-fragmennya diduga seperti pada gambar 14.

Berdasarkan fragmentasi spektra massa puncak nomer 29

menghasilkan bahwa senyawa puncak nomer 29 adalah asam trans

krisantemik dengan berat molekul 167 dan kadarnya 4,59%.

Page 61: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

46

CHHC

CCH3H3C

CO

H3C

O

HCC

H3C CO

CH

H2C C

C

C

O

O

CH2

HC CH

HC CH2

CH3

H2CHC

C

CH3H3C

C

O

CH

H2C C

C

C

O

O

CH2

CH2

HCHC

C

C

O

CH

H2C C

C

C

O

O

CH2

CH2

C C

C

C

O

CH

H2C C

C

C

O

O

CH2

CH2

C C

C

C

O

C

H2C C

C

HC

O

O

CH2

HC

H2C C

C

C

O

CH2

HC CH

HC CH2

CH3

C

HC C

C

C

O

CH2

HC CHHC CH2

CH3

C

HC C

C

HC

O

CH2

HC CHHC CH2

H2C C

C

H2C

O

CH2

HC CH

HC CH2

C

C

H2C

O

CH2

HC CHHC CH2

C

HC

O

CHHC C

CH2

C

HC

O

C

CH2

-H2

-CH2

-H2

-H2

-C

-CH2

-C2H2

-CH2

-C3HO

C

HC

O

CH2 -CH2

CO

CH

H2C C

C

C

O

O

CH2

HC CH

HC CH2

CH3

C

C

CH

HC CH

HC CH2

CH3

HC CHHC CH

HC CH2

C

CH

O

-C2H2

m/e = 372

m/e = 205

m/e = 220

m/e = 189

m/e = 187

m/e = 173

m/e = 161

m/e = 159

m/e = 145

m/e = 133

m/e = 119

m/e = 93

m/e = 67 m/e = 55 m/e = 41

m/e = 105

m/e = 79

-2CH3

-2CH2

Gambar 14. Fragmentasi Senyawa Metabolit Sekunder Berdasarkan Puncak Nomer 29.

Page 62: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

47

Puncak nomor 37 dengan waktu retensi (tR) 23,210 menit memiliki

kadar 12.66%. Spektra massa puncak nomor 37 dari kromatogram GC-MS

disajikan pada gambar 15.

Gambar 15. Spektra Massa Puncak Nomer 37 dari Kromatogram GC-MS

Dengan spektra massa puncak nomor 37, dapat diasumsikan bahwa

senyawa metabolit sekunder pada puncak nomor 37 mengalami fragmentasi

sebagai berikut: ion molekul pada m/e 161 mengalami 2 pemecahan,

pemecahan pertama melepaskan •C4H6 (m/e 54) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 109. Pemecahan kedua melepaskan •CH2 (m/e 14)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 147. ion molekul pada puncak

dengan m/e 147 mengalami 3 pemecahan. Pemecahan pertama melepaskan

•C2H2 (m/e 26) membentuk pecahan dengan puncak m/e 121. Pemecahan

kedua melepaskan •C4H5 (m/e 53) membentuk pecahan dengan puncak m/e

95, kemudian puncak m/e 95 melepaskan •CH2 (m/e 14) membentuk

pecahan dengan puncak m/e 81. Pemecahan ketiga melepaskan •C3H2 (m/e

38) membentuk pecahan dengan puncak m/e 41 dan membentuk molekul

dengan puncak m/e 68.

Page 63: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

48

Fragmen-fragmennya diduga seperti pada gambar 16.

H3C

CH2

OH

CH2

-CH2

C C

CH2

CH2

HC CH

HC CH2

CH2C

O

-C2H2

-C3H2

C

O

CH-C4H5

C

C

CH3C

CH2

OH2C

-CH2

C

C

CH3C

CH2

O

HC CH

H3CHC CH2

H3C

O

CH3

C CH

HC CH

HC CH2

CH3C

O

+

m/e =161

m/e =109

m/e =147 m/e =121

m/e =41m/e =68

m/e =95

m/e =81

Gambar 16. Fragmentasi Senyawa Metabolit Sekunder Berdasarkan Puncak Nomer 37.

Berdasarkan fragmentasi spektra massa puncak nomer 37

menghasilkan bahwa senyawa puncak nomer 37 adalah piretrolon dengan

berat molekul 178 dan kadarnya 12,66%.

Puncak nomor 40 dengan waktu retensi (tR) 24,212 menit memiliki

kadar 4,03%. Spektra massa puncak nomor 40 dari kromatogram GC-MS

disajikan pada gambar 17.

Page 64: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

49

Gambar 17. Spektra Massa Puncak Nomer 40 dari Kromatogram GC-MS

Dengan spektra massa puncak nomor 40, dapat diasumsikan bahwa

senyawa metabolit sekunder pada puncak nomor 40 mengalami fragmentasi

sebagai berikut: molekul pada m/e 180 mengalami 2 pemecahan,

pemecahan pertama melepaskan •C4H7 (m/e 55) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 125. pemecahan kedua melepaskan •C2H3 (m/e 27)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 153. ion molekul pada m/e 153

mengalami 2 pemecahan, pemecahan pertama melepaskan +C3H4O2 (m/e

72) membentuk molekul dengan puncak m/e 82. Pemecahan kedua

melepaskan H2O (m/e 18) membentuk pecahan dengan puncak m/e 135,

kemudian puncak m/e 135 melepaskan •C2H2 (m/e 26) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 109. Ion molekul pada m/e 109 mengalami 3

pemecahan, pemecahan pertama melepaskan H2O (m/e 18) membentuk

pecahan dengan puncak m/e 91. pemecahan kedua melepaskan ion molekul

+C4H3O (m/e 67) membentuk radikal dengan puncak m/e 43. pemecahan

ketiga melepaskan •C3H6 (m/e 42) membentuk pecahan dengan puncak m/e

Page 65: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

50

67, kemudian puncak m/e 67 melepaskan •C2H2 (m/e 26) membentuk

pecahan dengan puncak m/e 41.

Fragmen-fragmennya diduga seperti pada gambar 18.

CH3

HO

H

O

CH2

H2CHC

CH

CH

H2C CH3

-C4H7

HC

HC

CH

CH

H2C CH3

C

O

-C3H6

-C3H4O2

-C4H3O

CH3

HO

H

O

H2C

CH

CH

H2C CH3

-C2H2

-H2O

-C2H3

H2C

HC CH3

HC C

CH2C

O-C2H2

C CH

O

HC

HO

H

O

HC

CH

CH

H2C CH3

CH4

-H2O

HC

HC

CH

CH

H2C CH3

CCH

HC

O

CHC

C CH

H2C CH3C

m/e =91

m/e =180

m/e =125

m/e =153m/e =82

m/e =135m/e =109

m/e =43 m/e =67

m/e =41

Gambar 18. Fragmentasi Senyawa Metabolit Sekunder Berdasarkan Puncak Nomer 40.

Page 66: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

51

Berdasarkan fragmentasi spektra massa puncak nomer 40

menghasilkan bahwa senyawa puncak nomer 40 adalah jasmolon dengan

berat molekul 180 dan kadarnya 4,03%.

Puncak nomor 43 dengan waktu retensi (tR) 25,282 menit memiliki

kadar 4,43%. Spektra massa puncak nomor 43 dari kromatogram GC-MS

disajikan pada gambar 19.

Gambar 9. Spektra Massa Puncak Nomer 43 dari Kromatogram GC-MS

Dengan spektra massa puncak nomor 43, dapat diasumsikan bahwa

senyawa metabolit sekunder pada puncak nomor 43 mengalami fragmentasi

sebagai berikut: molekul pada m/e 166 mengalami 2 pemecahan,

pemecahan pertama melepaskan •C3H4 (m/e 40) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 126. Pemecahan kedua melepaskan •C3H5 (m/e 41)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 125, kemudian puncak m/e 125

mengalami 2 pemecahan, pemecahan pertama melepaskan H2O (m/e 18)

membentuk pecahan dengan puncak m/e 107. Pemecahan kedua

melepaskan •CH2O (m/e 30) membentuk pecahan dengan puncak m/e 95,

kemudian puncak m/e 95 melepaskan •CH2 (m/e 14) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 81, kemudian puncak m/e 81 melepaskan •CH2 (m/e

Page 67: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

52

14) membentuk pecahan dengan puncak m/e 67, kemudian pecahan m/e 67

melepaskan •C≡C (m/e 24) membentuk pecahan dengan puncak m/e 43,

kemudian pecahan m/e 43 melepaskan •H2 (m/e 2) membentuk pecahan

dengan puncak m/e 41.

Fragmen-fragmennya diduga seperti pada gambar 20.

O

CH3

OH

H

CH3

-C3H4

-C3H5

O

CH3

OH

H

CH2

-H2O

O

CH3

CH2

-CH2O

CH2

C

C CH2

CH3C O

-CH2

O

CH3

OH

H

CH3

CH2

C

C

CH3C O

-CH2

CH3C O

C

CH3C O

C

C

HC O

-C C

m/e =166 m/e =126

m/e =125

m/e =107

m/e =95 m/e =81

m/e =67

m/e =43

m/e =41

Gambar 20. Fragmentasi Senyawa Metabolit Sekunder Berdasarkan Puncak Nomer 43.

Page 68: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

53

Berdasarkan fragmentasi spektra massa puncak nomer 43

menghasilkan bahwa senyawa puncak nomer 43 adalah cinerolon dengan

berat molekul 166 dan kadarnya 4,43%.

Page 69: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

:

1. Karakterisasi zat metabolit sekunder pada bunga krisan (Chrysanthemum

cinerariaefolium) dalam penelitian ini menggunakan metode ekstraksi.

Dari hasil analisis spektrometer inframerah (IR) dan kromatografi gas-

spektrometer massa (GC-MS) terhadap ekstrak bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) diketahui bahwa senyawa utama zat

metabolit sekunder yang terkandung dalam bunga krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) adalah asam trans krisantemik dengan

berat molekul 167 dan kadar 4,59% , asam trans piretroid dengan berat

molekul 212 dan kadar 9,63%, Piretrolon dengan berat molekul 178 dan

kadar 12,66%, Jasmolon dengan berat molekul 180 dan kadar 4,03%,

Cinerolon dengan berat molekul 166 dan kadar 4,43%.

2. Jenis pelarut yang cocok untuk karakterisasi zat metabolit sekunder pada

bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) adalah metanol (pelarut

polar).

B. SARAN

1. Sebelum menggunakan kromatografi kolom sebaiknya diuji terlebih

dahulu dengan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui eluen terbaik

Page 70: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

55

yang akan digunakan dalam kromatografi kolom sehingga diperoleh hasil

yang lebih murni.

2. Perlu dilakukan penelitian terhadap aplikasi pemakaian zat metabolit

sekunder sebagai bahan aktif pembuatan biopestisida dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 71: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

56

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Syamsul Arifin. 2004. Hutan Tropikal Indonesia dan Penelitian Kimia Bahan Alam Dalam Penemuan Obat. Kelompok Kimia Organik Bahan Alam Hayati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas. Padang: Universitas Negeri Andalas.

Anonim. 1985. Pyretrin. Http://www.Bugpage.com Anonim. 2001. Waspada Lebih Baik Daripada Keracunan.

Http://www.tabliodnova.com Anonim. 2005. Krisan, Si Ratu Pengusir Nyamuk. Http:// gunungkidul.net Antonia Glynne, Jones. 2001. Pyrethrum. UK: The Journal Royal Society of

Chemstry. Arsyad, M Natsir. 2001. Kamus Kimia: Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Budiyono, Suharto. 2001. Bahan Alam Pengendalian Hama. Yogyakarta: Bidang

Bina PTPh D.I Yogyakarta Burright, Donald. 1988. Pyrethrum-Organic Methods Evaluation Branch OSHA

Analytical Laboratory. Utah: Salt Lake City. Daintith, John. 1999. Kamus Lengkap Kimia: Alih Bahasa Suminar Achmadi.

Jakarta: Erlangga. Fessenden, R.J and J.S Fessenden. 1981. Organic Chemistry. Diterjemahkan Oleh

A.H Pudjatmaka.1992. Kimia Organik Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Gritter, Roy. J. 1991. Pengantar Kromatografi edisi Kedua; Alih Bahasa oleh

Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB Hammond, Stephen. 1999. Pyretrin (Pyrenone) Chemical Profile. New

York:Cornell University Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung: ITB

Page 72: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

57

Kardinan, A., 2000, Pestisida Nabati, Tamuan dan Aplikasi, Jakarta. Penebar Swadaya

Matsjeh, Sabiri. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Flavonoid, Terpenoid dan Alkaloid. Jurusan Kimia FMIPA UGM. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Masykuroh, Anik. 2005. Identifikasi Senyawa dalam Ekstrak Biji Buah Mahkota

Dewa dengan Pelarut Metanol. Tugas Akhir II. Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Semarang: UNNES.

Natawigena, Hidayat. 1985. Pestisida dan Kegunaannya. Bandung: Universitas

Padjajaran. Novizan, 2002, Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan,

Jakarta, PT. Agromedia Pustaka. Ong, De. 2003. Chemistry And Uses of pesticides 2nd edition-Modern Asia Edition

Reinhold. New York: Publishing Corporation. Reginawanti. 1999. Krisan. Http:// www.deptan.go.id / ditlinhorti /makalah / bd

krisan. html Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Rukmana, Rahmat. 1997. Krisan. Yogyakarta: Kanisius Press. Silverstein,R.M., G.C.Basseler And T.C. Moril. 1991. Spectrometric

Identifikation of Organic Compounds 4th Edition. New York:John Wiley and sons Inc.

Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia Suharsimi, Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Bina

Aksara. Tim Dosen. 2003. Diktat kuliah Dasar Pemisahan Analitik. Semarang:Jurusan

Kimia FMIPA UNNES Tim Dosen Kimia. 2003. Hand Out Pelatihan Instrumentasi GC-MS, NMR, FT-

IR, UV-Vis, dan X-Ray. Yogyakarta:Jurusan Kimia FMIPA UGM. Widodo, A T ; Nanik wijayati. 2002. Penentuan Struktur Molekul. Jurusan Kimia

FMIPA UNNES. Semarang: UNNES.

Page 73: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

58

Lampiran 1

Skema Cara Kerja

Bunga

Karakterisasi Zat Metabolik Sekunder Pada Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium)

sokhlet

Methanol (a) Heksana (b) Kloroform (c)

Bunga kering Oven 400-500C

Ekstrak Residu

Ekstrak

Uji KLT

Kromatografi kolom

Fasa diam silika gel

Komponen (fraksi)

GC-MS IR

Pengelompokan fraksi-fraksi

Page 74: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

59

Lampiran 1

Sertifikasi Bunga Krisan

Page 75: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

60

Lampiran 2.

Spektrum IR

Page 76: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

61

Lampiran 3

Kromatogram GC-MS dari ekstrak bunga krisan

Page 77: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

62

Page 78: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

63

Lampiran 4

Spektra massa puncak nomer 3 dari kromatogram GC-MS

Page 79: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

64

Lampiran 5

Spektra massa puncak nomer 8 dari kromatogram GC-MS

Page 80: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

65

Lampiran 6

Spektra massa puncak nomer 29 dari kromatogram GC-MS

Page 81: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

66

Lampiran 7

Spektra massa puncak nomer 37 dari kromatogram GC-MS

Page 82: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

67

Lampiran 8

Spektra massa puncak nomer 40 dari kromatogram GC-MS

Page 83: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

68

Lampiran 9

Spektra massa puncak nomer 43 dari kromatogram GC-MS

Page 84: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

69

Lampiran 10

Foto Penelitian

Alat-alat yang digunakan

Hasil pemisahan kromatografi kolom Ekstrak pekat dalam metanol

Hasil ekstraksi dengan pelarut metanol, kloroform, heksana

Eluen

Alat dan hasil yang diperoleh

Page 85: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

70

Lampiran 11

Ijin Penelitian

Page 86: KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM … 8/SKRIPSI KAKAK TINGKAT... · KARAKTERISASI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUNGA KRISAN ... dengan berat molekul 180 dan kadar

71