Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KARAKTERISTIK PASIEN DAN TAJAM PENGLIHATAN
PREOPERASI KATARAK BAKTI SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
Disusun oleh :
Sindi Dwijayanti
NPM 131221150507
PENELITIAN OBSERVASIONAL
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
2018
2
Penelitian Observasional
KARAKTERISTIK PASIEN DAN TAJAM PENGLIHATAN
PREOPERASI KATARAK BAKTI SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
Disusun oleh :
Sindi Dwijayanti
NPM 131221150507
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
dr. Syumarti, SpM(K), MSc
3
KARAKTERISTIK PASIEN DAN TAJAM PENGLIHATAN PREOPERASI
KATARAK BAKTI SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS PUSAT MATA
NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
Sindi Dwijayanti, Syumarti
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
Abstract
Introduction : Cataract is one of the leading cause of blindness reaching 12.6 million
people in the world and increasing causing cataract backlog. The prevalence of blindness
in Indonesia, collected from Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) at 15
provinces was 1.7% - 4.4%, with 64.3% - 94.1% caused by cataract. The availability of
cataract surgical service has increased drastically over the past decades, but many
developing countries still has limited access to surgical services.
Objective : To describe patient’s characteristic and visual acuity before cataract surgery
in a community based population
Methods : Data were collected retrospectively, all patients operated in a community based
setting, from January 2016 to July 2018 were included, incomplete data were excluded.
Patient’s data include age, sex, diagnosis of the operated eye, visual acuity of the operated
eye and the fellow eye. Visual acuity is classified by the revised categorization of blindness
and visual impairment by World Health Organization.
Results : There were 9459 patients included in this study, 4756 (50.3%) were male and
4703 (49.7%) were female. There were 3647 patients (38.6%) in the range of 60 – 69
years, median age 64 years (range 57-70) (p<0.001). Most common diagnosis was mature
senile cataract in 4937 eyes (52.2%). Visual acuity were <3/60 in 8964 eyes (94.8%) for
the operated eye, but by WHO categorization of blindness only 3824 patients (40.4%) were
blind in the better eye. Most of them were female, but it was not statistically different
(p=0.586). Most of operations were done in Java island, 7835 patients (82.8%), with
blindness in 3155 patients (33.3%) (p<0.001).
Conclusion : Most operated patients in this study were male, in the age group of 60 – 69
years old, with a diagnosis of mature senile cataract. Based on WHO categorization of
blindness, there were 40.4% patient who were blind in the better eye, and 94.8% eyes were
blind in the operated eye. Preoperative visual acuity depends on the visual acuity threshold
set for operable cataract based on the budget and health resources available.
Keywords : Cataract surgery, preoperative visual acuity, characteristics, community-
based
PENDAHULUAN
Definisi kebutaan yang telah
direvisi menurut World Health
Organization (WHO) adalah tajam
penglihatan <3/60 pada mata terbaik
saat dilakukan pemeriksaan
(presenting visual acuity), atau lapang
pandang < 10° dari fiksasi, sedangkan
gangguan penglihatan adalah tajam
penglihatan < 6/18 – 3/60 pada mata
terbaik saat dilakukan pemeriksaan
(presenting visual acuity). Katarak
merupakan penyebab utama kebutaan
di dunia, baik di negara berkembang
atau di negara maju. Berdasarkan
penelitian meta analisis secara global
tahun 2015, didapatkan 12.6 juta
orang buta disebabkan oleh katarak
dan membuat backlog katarak.
Prevalensi kebutaan katarak pada usia
50 tahun ke atas hampir tidak
berubah, menurun dari 36.7%
4
menjadi 35.1% dari tahun 1990 –
2015, dan diperkirakan menjadi
34.7% pada tahun 2020.1–4
Berdasarkan hasil survey
Rapid Assessment of Avoidable
Blindness (RAAB) yang dilakukan di
15 propinsi Indonesia pada tahun
2014 - 2016, didapatkan bahwa
prevalensi kebutaan pada populasi
usia di atas 50 tahun yaitu 1.7% -
4.4%. Penyebab kebutaan terbesar
adalah katarak, yaitu 64.3% - 94.1%.
Penurunan prevalensi kebutaan dan
gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh katarak merupakan
salah satu prioritas dari program
pengendalian gangguan penglihatan
di Indonesia. Inisiatif dari WHO,
Vision 2020, bertekad untuk
memberantas kebutaan yang dapat
dihindari, terutama yang disebabkan
oleh katarak, dengan meningkatkan
jumlah dan kualitas operasi katarak
untuk mendapatkan penglihatan yang
memuaskan dan meningkatkan
kualitas hidup seseorang.5–7
Pengukuran pelayanan
operasi katarak secara kuantitatif
dapat dihitung menggunakan
Cataract Surgical Rate (CSR) dan
Cataract Surgical Coverage (CSC).
Untuk mengurangi jumlah gangguan
penglihatan yang disebabkan oleh
katarak, CSR harus lebih besar dari
angka insidensi katarak. World
Health Organization menyarankan
CSR sebesar 3000-5000 per tahun per
1 juta penduduk, CSR di Indonesia
(berdasarkan data tahun 2014) masih
sebesar 1411. Cataract Surgical
coverage mengukur proporsi individu
(atau mata) yang dapat dioperasi
(didefinisikan pada level tajam
penglihatan <3/60, <6/60, <6/18) dan
yang telah dioperasi. Di Indonesia,
CSC dengan tajam penglihatan <3/60
masih sebesar 52.7% (orang), dan
33.6% (mata). Terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi jumlah operasi
katarak di komunitas yaitu, struktur
usia di komunitas, indikasi atau
ambang batas operasi, dan proporsi
orang yang dapat dioperasi yang
mendapatkan operasi. 8–12
Walaupun biaya operasi
katarak sangat beragam di seluruh
dunia, operasi katarak tetap
merupakan program yang paling cost-
effective dari seluruh intervensi
kesehatan. Ketersediaan pelayanan
operasi katarak telah meningkat
secara drastis di negara berkembang
dalam 10 tahun terakhir, namun
beberapa negara masih memiliki
akses yang terbatas untuk pelayanan
ini. Dibeberapa tempat, walaupun
pelayanan telah tersedia, jumlah
populasi yang mau dioperasi katarak
masih rendah. Populasi yang terus
bertambah tua membuat jumlah orang
yang mengalami gangguan
penglihatan yang disebabkan oleh
katarak juga semakin bertambah.
Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran profil pasien
dan tajam penglihatan preoperasi
katarak bakti sosial berbasis
komunitas oleh Pusat Mata Nasional
RS Mata Bandung.1,9–11,13,14
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini merupakan
penelitian retrospektif deskriptif
dengan subjek penelitian pasien
katarak yang telah dilakukan operasi
katarak bakti sosial berbasis
komunitas, baik di pulau Jawa dan di
luar pulau Jawa, pada periode Januari
2016 - Juli 2018. Kriteria inklusi
yaitu, seluruh pasien katarak yang
telah dilakukan operasi katarak bakti
sosial berbasis komunitas, baik di
5
pulau Jawa dan di luar pulau Jawa,
pada periode Januari 2016 - Juli 2018.
Kriteria eksklusi yaitu, data yang
tidak lengkap dan pasien katarak yang
dilakukan operasi katarak bakti sosial
berbasis rumah sakit.
Data yang diambil meliputi jenis
kelamin, usia, diagnosis mata yang
dioperasi, dan tajam penglihatan mata
yang dioperasi dan tidak dioperasi.
Diagnosis katarak ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan tajam penglihatan
dilakukan tanpa koreksi
menggunakan Snellen Chart,
kemudian hitung jari, pergerakan
tangan, lalu persepsi cahaya secara
berurutan. Pasien dengan tajam
penglihatan <6/60 diperiksa
menggunakan slitlamp biomikroskopi
portabel dan funduskopi direk untuk
menilai tingkat kekeruhan.
Katarak senilis matur (KSM)
didefinisikan kekeruhan pada seluruh
lensa yang disebabkan oleh usia ≥ 50
tahun. Katarak senilis imatur (KSI)
didefinisikan kekeruhan pada
sebagian lensa yang disebabkan oleh
usia ≥ 50 tahun. Katarak presenil
didefinisikan kekeruhan lensa pada
usia 18 - 49 tahun. Katarak
komplikata didefinisikan kekeruhan
lensa yang disebabkan oleh penyakit
mata primer lainnya. Katarak
traumatika didefinisikan kekeruhan
lensa yang disebabkan oleh trauma.
Tajam penglihatan diklasifikasikan
berdasarkan kategori penglihatan
menurut WHO, yaitu kategori 0
(normal atau gangguan penglihatan
ringan) ≤6/18, kategori 1 (gangguan
penglihatan sedang) <6/18 - 6/60,
kategori 2 (gangguan penglihatan
berat) <6/60 - 3/60, kategori 3 (buta 1)
<3/60 - 1/60, kategori 4 (buta 2) <1/60
- persepsi cahaya (LP), kategori 5
(buta 3) tidak ada persepsi cahaya
(NLP), pada mata yang terbaik.1,15–17
Bakti sosial operasi katarak yang
dilakukan meliputi propinsi Jawa
Barat, Jakarta, Sumatra Barat,
Sumatra Utara, Kepulauan Riau,
Kepulauan Bangka Belitung,
Kalimantan Tengah, Kalimantan
Utara, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Timur, Maluku, dan Papua
Barat. Data diolah menggunakan
program microsoft excel office 2013
dan SPSS v20. Analisis data
dilakukan menggunakan uji statistika
Chi-square dengan nilai p<0.05
secara statistik memiliki perbedaan
yang signifikan.
HASIL
Jumlah total pasien yang
dilakukan operasi katarak bakti sosial
berbasis komunitas periode Januari
2016 – Juli 2018, yaitu sebanyak 9459
pasien, seluruh pasien dilakukan
operasi hanya pada satu mata
(unilateral) dengan total 9459 mata.
Karakteristik demografi pasien
ditampilkan pada tabel 1 yang
menggambarkan jenis kelamin laki-
laki 4756 orang (50.3%), perempuan
4703 orang (49.7%). Usia paling
banyak pada rentang 60 – 69 tahun
sebesar 3647 orang (38.6%), dan
paling sedikit pada rentang usia ≥ 80
tahun 576 orang (6.1%). Usia termuda
adalah 18 tahun dan tertua 97 tahun,
dengan median 64 tahun (rentang
interkuartil 57 – 70). Grafik distribusi
katarak berdasarkan rentang usia
dapat dilihat pada gambar 1.
Diagnosis pasien paling banyak
adalah katarak senilis matur, yaitu
4937 mata (52.2%), katarak senilis
imatur 3784 mata (40.0%), katarak
presenil 679 mata (7.2%), katarak
komplikata 35 mata (0.4%), dan
6
katarak traumatika 20 mata (0.2%)
(gambar 2).
Tabel 1. Karakteristik pasien yang dilakukan operasi katarak Karakteristik n=9459 %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
4756
4703
50.3
49.7
Usia
<50
50 – 59
60 – 69
70 – 79
≥80
716
2295
3647
2225
576
7.6
24.3
38.6
23.5
6.1
Diagnosis
Katarak Senilis Matur
Katarak Senilis Imatur
Katarak Presenil
Katarak Komplikata
Katarak Traumatika
4937
3784
679
35
20
52.2
40.0
7.2
0.4
0.2
Gambar 1. Grafik distribusi pasien katarak berdasarkan usia
Usia
Per
senta
si
7
Gambar 2. Grafik persentasi diagnosis katarak
Tajam penglihatan mata yang
dioperasi adalah 495 mata (5.2%)
<6/60 – 3/60 (gangguan penglihatan
berat), 2843 mata (30.1%) <3/60 –
1/60 (buta 1), 6121 mata (64.7%)
<1/60 – LP (buta 2), dan tidak ada
yang memiliki tajam penglihatan
NLP (Tabel 2). Tajam penglihatan
pada mata terbaik, berdasarkan
kategori buta WHO, didapatkan 5635
pasien (59.6%) tidak buta (≥3/60),
3824 pasien (40.4%) buta (<3/60),
2342 pasien (24.7%) memiliki tajam
penglihatan <3/60 – 1/60 (buta 1),
1482 pasien (15.7%) memiliki tajam
penglihatan <1/60 – LP (buta 2), dan
tidak ada yang memiliki tajam
penglihatan NLP. Berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki sebanyak 1751
orang (18.5%) dan perempuan 2073
orang (21.9%) memiliki tajam
penglihatan <3/60 pada mata terbaik,
namun secara statistik tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan
(nilai p=0.586). Berdasarkan usia,
1487 pasien (15.7%) yang memiliki
tajam penglihatan <3/60 pada mata
terbaik berada pada rentang usia 60-
69 tahun, secara statistik terdapat
perbedaan yang signifikan (nilai
p<0.001). Terdapat 7835 pasien
(82.8%) yang dioperasi di pulau Jawa
dan 1624 pasien (17.2%) di luar Jawa,
dengan total pasien buta (<3/60) 3155
pasien (33.3%) di pulau Jawa dan
669 pasien (7.1%) di luar Jawa, secara
statistik terdapat perbedaan yang
signifikan (nilai p<0.001) (tabel 3).
Tabel 2. Tajam penglihatan mata yang dioperasi Tajam
Penglihatan
Gangguan
penglihatan berat
(<6/60-3/60)
Buta 1
(<3/60 – 1/60)
Buta 2
(<1/60 – LP)
Buta 3
(NLP)
Total Buta
(<3/60-
NLP)
n=9459
%
495
5.2
2843
30.1
6121
64.7
0
0
8964
94.8
52,2%40.0%
7.2%
0.4%0.2%
diagnosis
KSM
KSI
Katarak presenil
katarak komplikata
katarak traumatika
8
Tabel 3. Tajam penglihatan pada mata terbaik berdasarkan kategori buta WHO
menurut jenis kelamin, usia, dan daerah Tajam
Penglihatan
Tidak buta
(≥3/60)
Buta 1
(<3/60 – 1/60)
Buta 2
(<1/60 –
LP)
Buta3
(NLP)
Total Buta
(<3/60-
NLP)
Nilai
P
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
3005 (31.8%)
2630 (27.8%)
5635 (59.6%)
1116 (11.8%)
1226 (12.9%)
2342 (24.7%)
635 (6.7%)
847 (8.9%)
1482 (15.7%)
0
0
0
1751 (18.5%)
2073 (21.9%)
3824 (40.4%)
0.586
Usia
<50
50-59
60-69
70-79
≥80
525 (5.5%)
1437 (15.2%)
2160 (22.8%)
1233 (13.0%)
280 (3.0%)
103 (1.1%)
585 (6.2%)
977 (10.3%)
545 (5.8%)
129 (1.4%)
88 (0.9%)
273 (2.9%)
510 (5.4%)
447 (4.7%)
156 (1.6%)
0
0
0
0
0
191 (2.0%)
858 (9.1%)
1487(15.7%)
992 (10.5%)
285 (3.0%)
0.000
Daerah
Jawa
n=7835
(82.8%)
Luar jawa
n=1624
(17.2%)
4680 (49.5%)
955 (10.1%)
1939 (20.5%)
403 (4.3%)
1216 (12.8%)
266 (2.8%)
0
0
3155 (33.3%)
669 (7.1%)
0.000
Gambar 3. Grafik tajam penglihatan menurut kategori buta WHO pada mata
terbaik berdasarkan jenis kelamin
DISKUSI
Jumlah pasien yang menderita
katarak paling banyak berada dalam
rentang usia 60 – 69 tahun, median 64
tahun (rentang 57-70 tahun), sebesar
3647 orang (38.6%), dengan tajam
penglihatan <3/60 pada 1487 pasien
(15.7%). Hasil ini hampir sama
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tidak Buta (>=3/60) Buta 1 (<3/60-1/60) Buta 2 (1/60-LP) Total Buta (<3/60-NLP)
laki-laki perempuan
Per
senta
si
27.8%
31.8% 12.9%
11.8% 8.9%
6.7%
21.9%
18.5%
9
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zhang et al, dengan usia rata-rata
63 - 65 tahun, dan penelitian Gautam
et al dengan usia rata-rata 63 – 80
tahun. Katarak senilis merupakan
katarak yang paling sering ditemukan
pada usia lebih dari 60 tahun. Di usia
ini katarak sering kali telah
mengganggu penglihatan. Hal ini
disebabkan oleh pantulan cahaya
yang tidak beraturan yang disebabkan
oleh kekeruhan media dan
menyebabkan silau. Selain itu juga
terjadi perubahan sklerosis nuklear
lensa sehingga penglihatan jauh
pasien mulai terganggu.9,18–21
Jumlah pasien yang berada
dalam kategori buta pada mata terbaik
lebih banyak pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki,
perempuan 2073 pasien (54.2%) dan
laki-laki 1751 pasien (45.8%) dari
total pasien yang buta, dengan rasio
perempuan terhadap laki-laki 1.18 : 1,
namun secara statistik tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (p=0.586).
Sebuah penelitian meta analisis oleh
Flaxman et al menemukan prevalensi
rasio prempuan terhadap laki-laki
usia 50 tahun ke atas adalah 1.05
untuk kebutaan dan 1.07 untuk
gangguan penglihatan sedang dan
berat. Penelitian yang dilakukan oleh
Gautam et al, didapatkan bahwa
jumlah pasien yang dilakukan operasi
katarak berbasis komunitas di Nepal
lebih banyak wanita. Hal ini mungkin
disebabkan oleh wanita yang lebih
terabaikan dalam mendapatkan
pelayanan operasi katarak dan harus
menunggu pelayanan basis komunitas
bakti sosial untuk dapat dilakukan
operasi katarak. Sebuah penelitian
meta analisis juga telah dilakukan
untuk melihat pengaruh jenis kelamin
dengan kebutaan. Kebutaan yang
disebabkan oleh katarak lebih tinggi
pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Hal ini tidak hanya
dikarenakan oleh faktor
epidemiologi, namun wanita di
negara berkembang, terutama di asia
selatan, memiliki akses yang lebih
buruk untuk pelayanan operasi
katarak dibandingkan dengan laki-
laki.1,3,9,18
Studi ini menemukan
sebanyak 8964 mata (94.8%) buta dan 495 mata (5.2%) gangguan
penglihatan berat pada mata yang
akan dioperasi, sedangkan total
pasien yang buta berdasarkan
kategori WHO adalah 3824 orang
(40.4%) buta pada mata yang terbaik.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Shah et al, 72% mata
yang dilakukan operasi katarak
memiliki tajam penglihatan <6/60.
Tajam penglihatan preoperasi
berhubungan dengan pembangunan
negara dan CSR. Negara dengan CSR
yang rendah memiliki lebih banyak
tajam penglihatan preoperasi yang
lebih buruk. Jika CSR negara telah
rendah selama bertahun-tahun,
operasi yang dilakukan hanya
mengatasi backlog dan kasus-kasus
yang berat. Di negara yang telah
berkembang (seperti United
Kingdom, dan Northern Ireland),
kebutaan yang disebabkan oleh
katarak sangat sedikit walaupun
populasi terus bertambah tua, hal ini
menunjukkan bahwa jumlah volume
operasi katarak sama dengan atau
lebih dari insidensi gangguan
penglihatan akibat katarak. 10,11,20,22
Tajam penglihatan preoperasi
merupakan indikator yang umum
digunakan untuk operasi katarak.
Penelitian oleh Kessel et al
melaporkan bahwa masih terdapat
10
bukti ilmiah yang kurang dalam
menggunakan tajam penglihatan
preoperasi untuk merekomendasikan
operasi katarak, namun tajam
penglihatan efektif dalam
memprioritaskan operasi dan
mengatur jumlah operasi yang
diperlukan untuk mencegah populasi
dengan kebutuhan yang tidak
terpenuhi. Terdapat banyak hal yang
mempengaruhi ambang batas tajam
penglihatan untuk operasi katarak.
Keterbatasan dana, sumber daya, staf,
dan ketersediaan tempat akan
meningkatkan ambang batas tajam
penglihatan preoperasi dan
menurunkan jumlah operasi.10,11,20
Nilai ambang batas tajam
penglihatan untuk operasi katarak
tidak direkomendasikan oleh
American Academy of
Ophthalmology (AAO), saat fungsi
visual tidak lagi memenuhi kebutuhan
pasien, sebaiknya dianjurkan untuk
dilakukan operasi. Keadaan dimana
penyedia pelayanan operasi katarak
memiliki pendapatan yang rendah,
mereka harus berhati-hati dalam
mengatur sumber daya yang terbatas.
Individu yang mengalami kebutaan
yang disebabkan oleh katarak
sebaiknya diprioritaskan, sesuai
dengan objektif program VISION
2020. Faktor lain seperti usia,
komorbiditas, pekerjaan, dukungan
sosial, kesehatan mental, dan lain-lain
juga harus dipertimbangkan saat
menyarankan operasi katarak.10,17,20
Keterbatasan penelitian ini
yaitu data yang tercatat tidak cukup
lengkap. Pengumpulan data seperti
pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan tidak ada, sehingga tidak
dapat menggambarkan status
sosioekonomi pasien. Diagnosis
hanya terdapat pada mata yang akan
dioperasi, sedangkan mata yang
sebelahnya hanya terdapat data tajam
penglihatan saja. Data berupa riwayat
operasi sebelumnya, riwayat penyakit
mata lainnya dan riwayat penyakit
sistemik lainnya yang dapat
mempengaruhi tajam penglihatan
hanya ada pada beberapa pasien,
sehingga sulit untuk mengetahui
apakah gangguan penglihatan hanya
disebabkan oleh katarak saja.
Penyebab katarak sulit diketahui
dengan pasti dikarenakan data yang
kurang lengkap, sehingga dapat
terjadi diagnosis katarak yang tidak
akurat. Pemeriksaan klinis dan tajam
penglihatan tidak dilakukan oleh satu
operator, dan dilakukan di tempat
yang berbeda-beda dengan fasilitas
yang berbeda-beda. Pemeriksaan
lapang pandang tidak dilakukan pada
studi ini.
SIMPULAN
Pasien yang dilakukan operasi
katarak bakti sosial berbasis
komunitas PMN RS Mata Cicendo
pada periode Januari 2016 – Juli 2018
adalah sebagian besar laki-laki
(50.28%), rentang usia 60 – 69 tahun
(38.6%), dengan diagnosis katarak
senilis matur (52.2%). Berdasarkan
kategori buta menurut WHO, 40.4%
pasien memiliki tajam penglihatan
<3/60 (buta) pada mata terbaik.
Sebagian besar adalah wanita, namun
secara statistik tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (p=0.586).
Jumlah mata yang akan dioperasi
terdapat 94.8% mata dengan tajam
penglihatan <3/60 (buta). Tajam
penglihatan preoperasi dipengaruhi
oleh ambang batas tajam penglihatan
yang ditentukan untuk dilakukannya
operasi katarak berdasarkan dana dan
sumber daya kesehatan yang tersedia.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Gordon JJ,Darwin CM,Robert
AW, Sheila KW. The
Epidemiology of Eye Disease.
Imperial College Press.
2012:147-165.
2. Islam MN, Saha M, Mukherji S,
Khanam BS. Efficacy of Manual
Small Incision Cataract Surgery
at the Base Hospital at Tertiary
Level in West Bengal.
Internasional Journal of
Scientific Study. 2017 Apr
1;5(1):157-60.
3. Flaxman SR, Bourne RR,
Resnikoff S, Ackland P,
Braithwaite T, Cicinelli MV,
Das A, Jonas JB, Keeffe J,
Kempen JH, Leasher J. Global
causes of blindness and distance
vision impairment 1990–2020: a
systematic review and meta-
analysis. The Lancet Global
Health. 2017 Des
1;5(12):e1221-34.
4. World Health Organization.
Universal Eye Health : A global
action plan 2014-2019
[Internet]. Spain: World Health
Organization; 2013. tersedia di :
www.who.int/about/licensing/co
pyright_form/en/index.html
5. dr. Lily S. Sulistyowati,MM, dr.
M. Sidik, SpM. Roadmap of
visual impaiment control
program in Indonesia 2017-
2030. Indonesia: Internasional
Agency for the Prevention of
Blindness; 2018.
6. Najmul Aqib Khan M, Ansari
MA, Ahmad A, Khalil S,
Maroof M. Coverage and
sociodemographic association
of cataract surgery among
elderly population of Aligarh: A
cross-sectional study. Int J Med
Sci Public Health. 2018;7.
7. Bharath B, Krishnaiah S, Imtiaz
A, Ramani RV. Prevalence and
determinants of cataract
surgical coverage in India:
findings from a population-
based study. International
Journal Of Community
Medicine And Public Health.
2017 Jan 25;4(2):320-7.
8. Honavar SG. Eliminating
cataract blindness: Are we on
target?. Indian journal of
ophthalmology. 2017
Dec;65(12):1271.
9. Liu YC, Wilkins M, Kim T,
Malyugin B, Mehta JS.
Cataracts. The Lancet. 2017
Aug 5;390(10094):600-12.
10. Shah SP, Gilbert CE, Razavi H,
Turner EL, Lindfield RJ.
Preoperative visual acuity
among cataract surgery patients
and countries’ state of
development: a global study.
Bulletin of the World Health
Organization. 2011;89:749-56.
11. Taylor HR. Cataract: how much
surgery do we have to do? Br J
Ophthalmol. 2000 Jan 1;84(1):1.
12. Jadoon Z, Shah SP, Bourne RR,
Dineen B, Khan MA, Gilbert
CE, Foster A, Khan MD.
Cataract prevalence, cataract
surgical coverage and barriers
to uptake of cataract surgical
services in Pakistan: the
Pakistan National Blindness and
Visual Impairment Survey.
British Journal of
Ophthalmology. 2007 Jun 7.
13. Chua J, Lim B, Fenwick EK,
Gan AT, Tan AG, Lamoureux E,
Mitchell P, Wang JJ, Wong TY,
Cheng CY. Prevalence, risk
12
factors, and impact of
undiagnosed visually significant
cataract: the Singapore
Epidemiology of Eye Diseases
Study. PloS one. 2017 Jan
27;12(1):e0170804.
14. Zhang XJ, Jhanji V, Leung CK,
Li EY, Liu Y, Zheng C, Musch
DC, Chang DF, Liang YB, Lam
DS. Barriers for poor cataract
surgery uptake among patients
with operable cataract in a
program of outreach screening
and low-cost surgery in rural
China. Ophthalmic
epidemiology. 2014 Jun
1;21(3):153-60.
15. Park C, Cho H-K, Chung SK.
Epidemiology of presenile
cataract over 10 years in Korea.
Invest Ophthalmol Vis Sci. 2012
Mar 26;53(14):2288–2288.
16. Brad Bowling. Kanski’s Clinical
Ophthalmology : A systemic
approach. 8th ed. Australian:
Elsevier Limited; 2016. 273 p.
17. American Academy of
Ophthalmology. Basic and
Clinical Science Course : Lens
and Cataract. American
Academy of Ophthalmology;
2016.
18. Gautam P, Dhungel P, Adhikari
HB, Dhungel S. Efficacy of
small incision cataract surgery
in community based eye camps:
a report from Sindupalchowk,
Nepal. Journal of Institute of
Medicine. 2015 Nov 6;38(2).
19. Zhang X, Li EY, Leung CK,
Musch DC, Tang X, Zheng C,
He M, Chang DF, Lam DS.
Prevalence of visual impairment
and outcomes of cataract
surgery in Chaonan, South
China. PloS one. 2017 Aug
10;12(8):e0180769.
20. Fernández J, Rodríguez-Vallejo
M, Martínez J, Tauste A, Piñero
DP. From Presbyopia to
Cataracts: A Critical Review on
Dysfunctional Lens Syndrome.
Journal of ophthalmology.
2018;2018.
21. Dr. Jitendra Kumar, Dr. Preeti
Chaubey, Dr. Vijay Pratap
Singh. Pre-Senile cataract:
Analytical study. IOSR J Dent
Med Sci. 2018 Apr 17;17(4):6–
9.
22. Lundström M, Goh PP, Henry
Y, Salowi MA, Barry P,
Manning S, Rosen P, Stenevi U.
The changing pattern of
cataract surgery indications: a
5-year study of 2 cataract
surgery databases.
Ophthalmology. 2015 Jan
1;122(1):31-8.