36
BAB I ILUSTRASI KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. B Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 63 Tahun Alamat : Jl. Kecubung, RT 1/8 Bogor Barat. Pekerjaan : Islam Agama : Pensiunan Status : Menikah II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada 12 April 2013 pukul 11.00 WIB a) Keluhan Utama Kedua mata dirasakan tidak nyaman sejak 1 bulan SMRS. b) Keluhan tambahan Kedua mata lelah.sering berair dan penglihatan jauh tidak jelas c) Riwayat Penyakit Sekarang OS datang ke Poliklinik Mata RSMM dengan keluhan kedua mata dirasakan tidak nyaman sejak 1 1

Kasus Refraksi Mata 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Refraksi

Citation preview

Page 1: Kasus Refraksi Mata 2013

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 63 Tahun

Alamat : Jl. Kecubung, RT 1/8 Bogor Barat.

Pekerjaan : Islam

Agama : Pensiunan

Status : Menikah

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada 12 April 2013 pukul 11.00 WIB

a) Keluhan Utama

Kedua mata dirasakan tidak nyaman sejak 1 bulan SMRS.

b) Keluhan tambahan

Kedua mata lelah.sering berair dan penglihatan jauh tidak jelas

c) Riwayat Penyakit Sekarang

OS datang ke Poliklinik Mata RSMM dengan keluhan kedua mata

dirasakan tidak nyaman sejak 1 bulan yang lalu. Pandangan dirasakan tidak

jelas sehingga pasien sering memaksakan mata untuk melihat dengan lebih

jelas. OS juga mengaku mata merasa tegang dan cepat lelah pada saat melihat.

OS juga mengatakan kedua matanya sering berair namun mata gatal dan mata

merah disangkal oleh pasien. Sebelumnya OS menggunakan kacamata sejak

kelas 3 SMP dengan kacamata berukuran – 3.00 D. Kacamata terakhir pasien

tidak pernah diganti sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan sakit kepala turut

1

Page 2: Kasus Refraksi Mata 2013

dirasakan pasien namun keluhan dirasakan hilang timbul dan tidak terlalu

mengganggu.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

OS sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak

ada riwayat penyakit mata atau trauma pada mata sebelumnya. OS sudah

memakai kaca mata sejak kelas 3 SMP dengan kacamata berukuran – 3.00 D.

OS juga mempunyai riwayat darah tinggi sejak tahun 1997 namun penyakit

darah tinggi pasien terkontrol dan pada saat ini pasien mengonsumsi obat

bisoprolol dan hytrin.

e) Riwayat Kebiasaan

OS mengaku tidak pernah merokok atau minum alkohol namun OS

sering terpapar terhadap habuk dan asap rokok di rumah dan lingkungannya.

f) Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga OS yang memiliki keluhan yang sama

seperti ini. Riwayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis :

Keaadaan Umum : Baik

Kesan Sakit : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah: 140/90 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Suhu : 36,5 °C

Pernafasan : 20 x/menit

Mata : Lihat status opthalmologi

THT : Telinga : ADS edema (-),

hiperemis (-), Nyeri (-)

Hidung : Sekret (-), concha

hiperemis (-)

2

Page 3: Kasus Refraksi Mata 2013

Tenggorokan : T1/T1, hiperemis (-),

nyeri (-)

Thoraks : Jantung : S1-2, N, Reg, M(-), G(-)

Paru : SN vesikular, Rh -/-,

Wh-/-

Abdomen : Supel, Nyeri Tekan (-), BU (+) Normal

Ekstrimitas : Akral Hangat, edema (-)

b. Status Oftalmologi

Pemeriksaan dilakukan pada 12 April 2013 pukul 11.00 WIB.

OD OS

2/60 Pin Hole tidak maju Visus

Tajam penglihatan

0,05

Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia

Bola mata bergerak ke segala

arah

Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke segala

arah

Edema (-) Hiperemis (-)

Entropion (-) Trikiasis(-)

Ektropion (-) Distikiasis (-)

Palpebra Superior Edema (-) Hiperemis (-)

Entropion (-) Trikiasis (-)

Ektropion (-) Distikiasis (-)

Edema (-) Hiperemis (-)

Entropion (-) Trikiasis (-)

Ektropion (-) Distikiasis (-)

Palpebra Inferior Edema (-) Hiperemis (-)

Entropion (-) Trikiasis (-)

Ektropion (-) Distikiasis (-)

Hiperemis (-) Inj.

Konjungtiva (-)

Folikel (-) Inj Silier (+)

Papil (-)

Subkonj bleeding (-)

Lithiasis (-) Pterigium (-)

Konjungtiva

- Tarsalis Superior

- Bulbi

- Tarsalis Inferior

Hiperemis (-) Inj.

Konjungtiva (-)

Folikel (-) Inj Silier (+)

Papil (-)

Subkonj bleeding (-)

Lithiasis (-) Pterigium (-)

Jernih, Arcus senilis (+) Kornea Jernih, Arcus senilis (+)

Coklat, kripti baik Iris Coklat , kripti baik

3

Page 4: Kasus Refraksi Mata 2013

Bulat, 3 mm, Refleks cahaya

langsung (+), Refleks cahaya

tidak langsung (+), isokor

Pupil Bulat, 3 mm, Refleks cahaya

langsung (+), Refleks cahaya

tidak langsung (+), isokor

Jernih Lensa Jernih

Baik ke semua arah Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah

IV. RESUME

Seorang laki-laki, Tn. B, usia 63 tahun, datang ke OS datang ke

Poliklinik Mata RSMM pada 12 April 2013 dengan keluhan kedua mata

dirasakan tidak nyaman sejak 1 bulan yang lalu. Pandangan dirasakan tidak

jelas sehingga pasien sering memaksakan mata untuk melihat dengan lebih

jelas.Mata merasa tegang dan cepat lelah pada saat melihat. Mata berair (+)

namun mata gatal dan mata merah disangkal oleh pasien. Mata gatal (-) dan

berair (+). Pusing (+). Terlihat benang-benang (-), merah (-), nyeri (-), banyak

secret (-) dan trauma (-). Riwayat penyakit mata (+), trauma pada mata

sebelumnya (-). Sebelumnya OS menggunakan kacamata sejak kelas 3 SMP

dengan kacamata berukuran – 3.00 D. Kacamata terakhir pasien tidak pernah

diganti sejak 3 tahun yang lalu. Hipertensi (+), DM (-),alergi obat (-).Pada

pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital, kesadaran CM, TD 140/90 mmHg,

HR 90x/menit, Suhu 36,5 °C, RR 20x/menit. Pada pemeriksaan oftalmologi

didapatkan visus OD 2/60 Pin Hole tidak maju, 0,05 ODS Injeksi silier

(+).ODS Arcus Senilis (+).

V. DIAGNOSA KERJA

ODS Miopia Gravior Presbiopia

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Pemeriksaan rutin mata setiap 6 bulan

2. Pemeriksaan tekanan darah secara terkontrol.

VII. PENATALAKSANAAN

ODS

Protagenta eye drop 4 tetes 2x/hari

Optimax 2 x 1

4

Page 5: Kasus Refraksi Mata 2013

Penggantian kacamata dengan ukuran baru:

- VOD 2/60 S-7,50 0.8, PH (-)

- VOS 0.05 S -6.00 1,0 F

- ODS Add + 3,00

VIII. PROGNOSIS

OD: Ad Vitam: bonam

Ad Visam: dubia ad bonam

OS: Ad Vitam: bonam

Ad Visam: dubia ad bonam

BAB II

5

Page 6: Kasus Refraksi Mata 2013

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Cahaya merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik yang bisa terlihat dengan

mata manusia. Cahaya bisa dibagikan mulai dari ultraviolet sehingga sinar infra merah, mulai

dari 400 nm pada sinar violet sehingga 700 nm pada sinar infra merah. Medium dari mata

permeable terhadap sinar yang mempunyai panjang gelombang cahaya dari 600 nm sehingga

390 nm dimana kornea mengabsorbsi cahaya dengan panjang gelombang kurang dari 295 nm

dan lensa mengabsorbsi cahaya dengan panjang gelombang kurang dari 350 nm. Refleksi dari

cahaya adalah satu fenomena dimana berlakunya perubahan jalur cahaya tanpa sebarang

perubahan medium. Refraksi pula merupakan satu fenomena dimana berlakunya perubahan

jalur cahaya pada saat cahaya berubah dari satu medium ke medium yang berbeda. Mata

yang normal disebut sebagai mata emetropia dan pada mata normal kornea dan lensa

membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan

susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi

sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning akan tetapi dapat berada di depan atau di

belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik yang jelas, keadaan ini

disebut ametropia. Terdapat tiga keadaan yang dapat menyebabkan ametropia yaitu:

1. Miopia

2. Hipermetropia( disebut juga hiperopia)

3. Astigmat

Kelainan refraksi yang pertama disebut miopia sebagai rabun jauh akibat berkurangnya

kemampuan untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik.

Kelainan refraksi yang kedua disebut hipermetropia atau dikenal juga sebagai hiperopia

atau rabun dekat. Pada keadaan ini pasien mengalami kesukaran untuk melihat dekat akibat

berkurangnya daya akomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang

diakibatkan melemahnya otot siliar untuk berakomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.

Kelainan refraksi yang ketiga disebut astigmat atau silinder. Keadaan seperti ini

disebabkan oleh sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan pada satu titik retina

akibat perbedaan kelengkungan kornea atau lensa.

II. MIOPIA

6

Page 7: Kasus Refraksi Mata 2013

2.1 Definisi

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata

tanpa akomodasi jatuh pada fokus yang berasa di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang

jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan

kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen membentuk

lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. Pasien miopia mempunyai

pungtum remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu

dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia

konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam

atau esotropia.

Gambar 1: Refraksi pada mata dengan miopia

Derajat miopia pasien dapat dibagikan ringan (1-3 dioptri), sedang 3-6 dioptri) atau

berat (lebih dari -10 dioptri). Miopia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi ( miopia

axial, miopia kurvatural, miopia positional, miopia indeks dan miopia yang disebabkan oleh

akomodasi berlebih), laju perubahan besarnya derajat secara klinik ( miopia simplek, miopia

progresif dan miopia maligna) dan variasi klinis (miopia kongenital, miopia simplek, miopia

degeneratif dan miopia didapat) .

2.2 Klasifikasi Miopia

Klasifikasi Miopia: Besarnya derajat refraksi

1. Miopia ringan : Spheris -0,25 Dioptri s/d Spheris -3,00 Dioptri

2. Miopia sedang : Spheris -3,25 Dioptri s/d -6,00 Dioptri

3. Miopia tinggi: > Spheris -6,25 Dioptri

Klasifikasi Miopia: Laju perubahan besarnya derajat secara klinik

7

Page 8: Kasus Refraksi Mata 2013

1. Miopia simplek/statsioner/fisiologik

Miopia tipe ini biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian akan berhenti.

Tetapi dapat juga naik sedikit demi sedikit kemudian berhenti. Miopia tipe ini bisa

juga naik sedikit pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya

kurang dari S-5,00 Dioptri atau S – 6,00 Dioptri. Tetapi miopia tipe ini sekiranya

dikoreksi dengan lensa yang tepat dapat mencapai normal yaitu 6/6 atau 20/20.

2. Miopia progresif

Miopia tipe ini ditemukan pada setiap peringkat umur. Pada miopia tipe ini terjadinya

kelainan fundus yang khas untuk miopia tinggi ( miopia lebih dari Spheris -6,00

Dioptri).

3. Miopia maligna

Miopia tipe ini bisa juga disebut dengan miopia patologis atau degeneratif karena

disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata yaitu lensa,koroid dan

badan siliar.

Klasifikasi Miopia: Faktor Penyebab

1. Miopia Axial

Miopia axial terjadi akibat dari bertambahnya panjang antero-posterior dari bola mata.

Pada orang dewasa panjang axial bola mata normal adalah 22,6 mm. Perubahan

diameter anteroposterior bola mata sebanyak 1 mm akan menimbulkan perubahan

refraksi sebesar 3 Dioptri. Miopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor

hereditas ataupun bisa disebabkan oleh komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC,

dan campak. Selain itu dapat juga disebabkan karena anak yang suka membaca dalam

jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang paling lemah dari

bola mata memanjang. Miopia ini dapat bertambah terus seiring dengan usia anak.

2. Miopia Kurvatura

Miopia tipe ini terjadi akibat peningkatan kurvatura dari lensa atau kornea atau kedua-

duanya. Kurvatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada

keratokonus dan kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga

menyebabkan miopia kurvatura, misalnya  pada stadium  intumesen dari katarak.

Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan  menimbulkan perubahan

refraksi sebesar 6 dioptri.

3. Miopia Positional

8

Page 9: Kasus Refraksi Mata 2013

Miopia tipe ini terjadi akibat perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan

bedah terutama glaukoma berhubungan dengan terjadinya miopia.

4. Miopia Indeks Refraksi

Miopia tipe ini adalah disebabkan berlakunya peningkatan indeks bias dari lensa

diikuti dengan dengan terjadinya nuklear sklerosis. Peningkatan indeks bias media

refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus yang kadar gula darahnya tidak

terkontrol.

Klasifikasi Miopia : Variasi Klinis

1. Miopia Kongenital

Miopia kongenital biasanya didapatkan sejak lahir namun baru dapat didiagnosa pada

saat pasien anak mencapai usia 2-3 tahun. Biasanya miopia tipe ini terjadi secara

unilateral dan mengakibatkan anisometropia. Namun pada kasus yang jarang terdapat

kemungkinan miopia tipe ini terjadi bilateral. Anak yang mengalami miopia tipe ini

cenderung untuk melakukan konvergen squint untuk melihat objek yang jauh (10-12

cm) dengan lebih jelas. Miopia kongenital ini biasanya disertai dengan kelainan

kongenital yang lain seperti katarak, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea dan

separasi retina kongenital.

2. Miopia Simplek

Miopia simplek atau developmental merupakan tipe miopia yang sering terjadi.

Miopia tipe ini biasanya dianggap sebagai perubahan fisiologis dan tidak ada kaitan

dengan penyakit mata lainnya. Prevalensi miopia tipe ini meningkat dari 2 % pada

umur 5 tahun kepada 14 % pada umur 15 tahun. Disebabkan peningkatan signifikan

kasus ini terjadi pada usia sekolah yaitu 8 – 10 tahun, miopia tipe ini juga disebut

school myopia.

2.1 Etiologi

Miopia tipe ini merupakan suatu variasi biologi normal dari perkembangan mata

dimana miopia tipe ini bisa berkait dengan genetik maupun tidak. Beberapa faktor

penyebab terjadinya miopia simplek ini adalah:

Miopia simplek tipe axial : Merupakan variasi fisiologis dari

perkembangan bola mata atau berhubungan dengan pertumbuhan

neurologi prekok pada masa anak-anak

Miopia simplek tipe kurvatural : Miopia tipe ini disebabkan oleh tidak

terjadinya perkembangan dari bola mata.

9

Page 10: Kasus Refraksi Mata 2013

Pengaruh genetik : Genetik berperan dalam menentukan variasi

pertumbuhan bola mata dimana anak dengan kedua orang tua yang

mempunyai riwayat miopia mempunyai persentase sebanyak 20%

mendapat miopia dibanding dengan anak dengan salah satu orang tua yang

mempunyai riwayat miopia ( 10%) dan anak dengan orang tua tidak

mempunyai riwayat miopia (5%).

Teori bekerja dengan penglihatan sangat dekat: Menurut teori ini,

sekiranya dari zaman anak masih kecil mereka sudah terbiasa dengan

bekerja dengan penglihatan sangat dekat ini dapat mencetuskan miopia.

Namun, teori ini masih belum terbukti secara medis.

2.2 Gejala Klinis

Symptom

- Kabur pada penglihatan jauh

- Gejala astenopia dapat terjadi pada pasien dengan miopia ringan

- Orang tua sering mengeluh anak mereka sering menyipitkan mata.

Tindakan ini dilakukan anak untuk mendapatkan penglihatan yang

lebih jelas.

Signs

- Bola mata tampak lebih besar dan menonjol.

- Kamera okuli anterior tanpak lebih dalam dibandingkan dengan mata

normal

- Pupil tampak lebih melebar

- Pada pemeriksaan fundus biasanya hasil yang didapatkan normal

- Biasanya terjadi pada usia 5 – 10 tahun dan meningkat sampai usia 18

– 20 tahun dengan rata-rata -0,5 ± 0,3 per tahun.

3. Miopia Patologis / Degeneratif

Miopia tipe patologis/ degeneratif/ progresif merupakan tipe miopia yang berjalan

secara progresif dan didapatkan mulai dari umur 5 – 10 tahun dan berkembang

menjadi miopia derajat tinggi pada saat dewasa di mana keadaan ini berefek pada

perubahan degenerasi pada mata.

3.1 Etiologi

Pengaruh herediter : Literatur telah membuktikan bahwa miopia tipe ini

sangat dipengaruhi faktor herediter dimana miopia tipe ini bersifat

10

Page 11: Kasus Refraksi Mata 2013

familial, lebih sering terjadi pada bangsa arab, cina, jepang dan yahudi dan

miopia tipe ini sangat jarang terjadi pada bangsa negro, nubian dan sudan.

Hal ini menunjukkan hubungan herediter dalam perkembangan retina

namun koroid mengalami degenerasi akibat dari peregangan

mengakibatkan degenerasi retina.

Pengaruh pertumbuhan secara umum: Proses pertumbuhan ini merupakan

faktor minor pada perkembangan miopia. Perpanjangan dari segmen

posterior bola mata terjadi hanya sepanjang masa pertumbuhan aktif dan

diperkirakan berhenti saat pertumbuhan aktif berhenti. Pada saat

pertumbuhan ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti

nutrisi, defisiensi, gangguan hormonal dan penyakit yang terjadi saat

pertumbuhan aktif sehingga mempengaruhi perkembangan miopia.

Gambar 2 : Bagan Hipotesa Miopia Patologis

3.2 Gejala Klinis

Symptom

11

Page 12: Kasus Refraksi Mata 2013

- Kabur pada saat melihat jauh. Penurunan visus pada miopie tipe

patologis biasanya lebih parah dengan miopia simplek

- Pasien mengeluh melihat sesuatu bewarna hitam melayang pda

lapang pandang nya. Hal ini terjadi akibat dari degenerasi vitreus.

- Rabun pada malam hari dapat terjadi pada pasien dengan miopia

tinggi.

Signs

- Bola mata yang lebih besar dan menonjol

- Kornea terlihat lebih besar

- Bilik kamera depan lebih dalam dibanding dengan normal

- Pupil lebih melebar dibanding dengan normal

- Gambaran pada pemeriksaan fundus:

Badan kaca: Ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters atau benda-benda

mengapung dalam badan kaca. Kadang ditemukan ablasi

badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya

dengan keadaan miopia.

Papil saraf optik: Terlihat pigmentasi peripapil, kresen

miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama k

bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran

papil sehingga papil dikelilingi oleh daerah koroid yang

atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.

Degenerasi pada retina dan koroid: Keadaan ini ditandai

dengan plak keputihan pada makula dengan sedikit pigmen

yang mengelilinginya. Foster fuchs spot berupa bercak

merah sirkuler yang disebab kan oleh neovaskularisasi sub

retinal dan perdarahan koroid dapat terlihat di daerah

makula.

Stafiloma posterior: Keadaan ini terjadi akibat dari ekstasi

sklera pada daerah posterior sehingga terlihat gambaran

pembuluh darah yang berkelok dari tempat pertumbuhan

asal.

Lapang pandang terlihat berkontraksi dan memperlihatkan

adanya skotoma.

12

Page 13: Kasus Refraksi Mata 2013

ERG menunjukkan hasil sub normal electroretinogram.

Gambar 3 : Kresen Miopia

Gambar 4: Gambaran fundus pada miopia patologis

2.3 Pemeriksaan Oftalmologi

Pemeriksaan oftalmologi dilakukan secara umum seperti pada saat pertama kali

pasien datang yaitu:

13

Page 14: Kasus Refraksi Mata 2013

Pemeriksaan ketajaman penglihatan dari jarak jauh menggunakan kartu

Snellen dan dari jarak dekat dengan menggunakan kartu Jaeger

Uji pembiasan dilakukan untuk menentukan benarnya resep dokter dalam

pemakaian kacamata.

Uji penglihatan terhadap warna

Uji gerekan otot-otot mata

Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata

Mengukur tekanan cairan di dalam mata

Pemeriksaan funduskopi

2.4 Penatalaksanaan Miopia

a) Non farmakologis

Kaca Mata

Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat

penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak,

kacamata masih dibutuhkan. Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi

membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok dengan

ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil untuk

mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material

lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks

lensa, semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan

pengiriman cahaya melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini

sehingga membuat resolusi yang lebih tinggi.

Gambar 5: Refraksi pada miopia setelah diperbaiki dengan lensa konkaf

Lensa Kontak

Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah

lensa kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak

sekali pakai yang sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri. Lensa

14

Page 15: Kasus Refraksi Mata 2013

kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak

keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya.

Lensa kontak lunak disusun oleh hydrogels, HEMA

(hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak

keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate). Keuntungan lensa kontak

lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah

memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara

waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman

penglihatan yang tidak maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu

mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit. Kontak lensa

keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa

dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi

astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah

memerlukan fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang

nyaman.Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan

komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan

bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion

Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen,

sehingga semakin baik bahan tersebut. 

b) Farmakologis

Obat yang digunakan pada penderita miopia adalah obat tetes mata untuk

mensterilisasi kotoran yang masuk kedalam mata.

c) Tindakan operatif

1. Radial Keratotomy

Tindakan ini dilakukan bertujuan untuk membuat insisi radial yang dalam

pada pinggir kornea dan ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik. Pada

penyembuhan dari insisi yang telah dilakukan ini terjadi pendataran dari

permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini

sangat dianjurkan untuk penderita miopia derajat ringan sehingga sedang. Namun

tindakan radial keratotomy ini mempunyai kelemahan dimana setelah dilakukan

radial karatotomy kornea akan menjadi lemah dan bisa terjadi ruptur bola mata

sekiranya terjadi trauma. Tindakan ini juga bisa mengakibatkan terjadinya

astigmat irreguler karena penyembuhan luka yang tidak sempurna namun hal ini

15

Page 16: Kasus Refraksi Mata 2013

sangat jarang terjadi. Pasien post radial keratotomy juga sering mengeluhkan silau

pada malam hari.

Gambar 6: Radial Keratotomy

2. Photorefractive Keratectomy (PRK)

Pada teknik PRK ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior

difotoablasi dengan menggunakan kaser excimer (193 nm sinar UV) yang bisa

menyebabkan sentral kornea menjadi flat. Kelamahan dari tindakan ini adalah

penyembuhan post operatif yang lambat, keterlambatan penyembuhan epitel

menyebabkan keterlambatan pulihnya penglihatan, pasien merasa nyeri dan tidak

nyaman selama beberapa minggu, dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang

menganggu englihatan dan tindakan ini lebih mahal dibandingkan dengan radial

keratotomy.

16

Page 17: Kasus Refraksi Mata 2013

Gambar 7: Photorefractive Keratectomy

3. Laser in-situ Keratomileusis ( LASIK)

Gambar 8 : Laser in-situ Keratomileusis

17

Page 18: Kasus Refraksi Mata 2013

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan

teknologi laser dingin  (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi

kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat

terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun

jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak

Kelainan refraksi: 

Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri

Usia minimal 18 tahun

Tidak sedang hamil atau menyusui

Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun

Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam)

bulan

Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma

dan ambliopia

Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu

dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Kontraindikasi dari tindakan LASIK adalah:

Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil

Sedang hamil atau menyusui

Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis

Riwayat penyakit glaukoma

Penderita diabetes melitus

Mata kering

Penyakit autoimun

Kelainan retina atau katarak

18

Page 19: Kasus Refraksi Mata 2013

Sebelum menjalani prosedur LASIK, pasien harus melakukan konsultasi atau pemeriksaan

dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai prosedur /

tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.

Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, mata pasien akan

diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi

(computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk

menjalankan tindakan LASIK.

Persiapan calon pasien LASIK:

Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi

Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan

Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa

dilakukan Custumize LASIK

Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan

hasil yang sangat memuaskan, namun kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau

tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain.

Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah

pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi,

hal ini dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK

(enhancement) setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3

bulan setelah tindakan.

Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa

bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat

cukup kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.

Gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah tindakan dan

akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin diperlukan

semacam lubrikan tetes mata.

Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil

mata yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan

berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi,

dan keluhan sering membaik setelah 1-3 bulan.

19

Page 20: Kasus Refraksi Mata 2013

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:

Anestesi topikal (tetes mata)

Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)

Tanpa rasa nyeri (Painless)

Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)

Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)

Komplikasi yang rendah

Prosedur dapat diulang  (Enhancement)

2.5 Komplikasi

Miopia boleh menimbulkan beberapa komplikasi dari yang ringan sehingga yang

berbahaya buat pasien. Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan miopia adalah:

Ablasi Retina

Katarak komplikata

Perdarahan pada badan kaca

Perdarahan pada daerah koroid

Strabismus akibat konvergensi yang terus menerus.

Selain komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit miopia itu sendiri, komplikasi dapat juga

terjadi setelah tindakan operatip maupun penatalaksanaan secara non farmakologis.

Penggunaan lensa kontak tanpa pengawasan dan penjagaan higiene yang baik dapat

menyebabkan terjadi infeksi yang akhirnya bisa menyebabkan keratitis. Terapi operatif laser

juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada mata sekiranya tidak dilakukan dengan

prosedur yang tepat dan kurangnya persiapan.

2.6 Pencegahan

Pencegahan dari miopi meliputi :

Membaca pada jarak yang benar (30 cm)

Membaca dalam ruangan yang mempunyai pencahayaan yang cukup

Mengistirahatkan mata pada saat mata merasa lelah

Segera konsul ke dokter sekiranya mempunyai keluhan seperti penglihatan buram

20

Page 21: Kasus Refraksi Mata 2013

III PRESBIOPI

3.1 Definisi

Presbiopi tidak termasuk didalam kelainan refraksi karena presbiopi ini adalah akibat

berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur yang

menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Presbiopi tidak terjadi secara tiba-tiba karena

elastisitas dari alat akomodasi mata menurun sesuai dengan umur secara perlahan-lahan.

Beikut merupakan penampang dari bayangan yang jatuh pada mata orang dengan presbiopi:

Gambar 9: Penampang Mata Presbiopi

3.2 Etiologi

Pada presbiopi terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya

usia maka semakin kurang kemampuan mata untuk melihat dekat. Presbiopi terjadi akibat

lensa makin keras, sehingga elastisitasnya berkurang. Demikian pula dengan otot

akomodasinya, daya kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat pengenduran Zonula

Zinn yang sempurna. Pada mata normal maka oada saat melihat jauh mata tidak melakukan

akomodasi. Pada waktu melihat dekat maka mata akan mengumpulkan sinar ke daerah bintik

kuning dengan melakukan akomodasi. Tabel dibawah menunjukkan rata-rata akomodasi

sesuai usia:

Usia Rata-rata akomodasi (Dioptri)

8 13,8

21

Page 22: Kasus Refraksi Mata 2013

25 9,9

35 7,3

40 5,8

45 3,6

50 1,9

55 1,3

Tabel 1: Tabel Akomodasi

3.3Patofisiologi

Lensa merupakan satu struktur bikonvex yang transparan dan melekat erat dengan

zonula yang berikatan dengan badan siliaris. Pada saat muskulus siliaris yang terletak pada

badan siliaris melakukan kontraksi, elastisitas dari zonula berubah menyebabkan berubahnya

dari bentuk lensa. Terdapat 2 teori yang berbeda yang menjelaskan bagaimana kontraksi dari

muskulus siliaris mengubah tegangan dari zonula sehingga menyebabkan peningkatan

kekuatan akomodasi lensa. 2 teori yang didapatkan adalah Teori Helmholtz dan Teori

Schachar.

Gambar 10: Ilustrasi Akomodasi Mata

Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras ( sklerosis) dan kehilangan

elastisitas untuk menjadi cembung dengan demikian kemampuan melihat dekat makin

berkurang.

22

Page 23: Kasus Refraksi Mata 2013

3.4 Gejala Klinis

Gangguan akomodasi ini akan menimbulkan keluhan pada pasien yang berusia lebih

dari 40 tahun. Pasien akan mengeluhkan mata lelah, berair dan mata sering terasa perih. Pada

keadaan ini akan terlihat pasien kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan

kecil. Pasien juga cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang

dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya supaya obyek dapat dibaca dengan lebih jelas.

3.5 Pemeriksaan

Penderita diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan kacamata jauh sesuai

yang diperlukan. Pasien diminta untuk membaca kartu baca dekat pada jarak bacaan normal

yaitu 30 – 40 cm. Pasien disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat. Kemudian

pasien diberikan lensa positif yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil

pada kartu baca dekat. Lensa adisi ditambah pada pasien sesuai dengan umur pasien:

40 sampai 45 tahun : 1.0 Dioptri

45 sampai 50 tahun : 1.5 Dioptri

23

Test Helmholtz Schachar Observation

Equatorial traction Decrease in central optical power Large increase in central optical power

Large increase in central optical power

Spherical aberration with accommodation

Positive shift Negative shift Negative shift

Gravity effects accommodation Yes No No

Refractive change with presbyopia

Myopic Hyperopic Hyperopic

Anterior disinsertion ciliary muscle

Myopic Hyperopic Hyperopic

Change in circular ciliary muscle with aging

Atrophy Hypertrophy Hypertrophy

Change in anterior radial ciliary muscle with aging

No effect Atrophy Atrophy

Required force >300 mN 10 X ciliary muscle capacity

< 50 mN Ciliary muscle capacity < 50 mN

Required change in lens diameter

>4000 μ m < 300 μ m Must be < 2000 μ m

Etiology of presbyopia Sclerosis Normal equatorial lens growth Lenses < 40 years are soft not sclerotic; equatorial diameter grows throughout life

Effect of tight 12:00 corneal suture

Cornea flattens in vertical meridian "against the rule astigmatism"

Cornea steepens in vertical meridian "with the rule astigmatism"

Cornea steepens in vertical meridian "with the rule astigmatism"

Theory has widespread applications

No Yes Profiles of: balloons, oil films, vesicles, magnetic fluids, ocean tides, spiral galaxy

Page 24: Kasus Refraksi Mata 2013

50 sampai 55 tahun : 2.0 Dioptri

55 sampai 60 tahun: 2.5 Dioptri

Lebih dari 60 tahun : 3.0 Dioptri

3.6 Penatalaksanaan

Presbiopi dikoreksi dengan menggunakan kensa plus untuk mengatasi daya fokus

otomatis lensa yang hilang. Lensa plus dapat digunakan dengan berbagai cara. Kacamata

baca memiliki koreksi-dekat di seluruh apertura kacamata sehingga kacamata tersebut baik

untuk membaca, tetapi membuat benda jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini,

dapat digunakan kacamata separuh yaitu kacamata yang bagian atasnya terbuka dan tidak

dikoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus melakukan hal yang serupa tetapi

memungkinkan untuk koreksi kelainan refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi

penglihatan jauh di segmen atas, peglihatan sedang di segmen tengah dan penglihatan dekat

di segmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang dan jauh tetapi

dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat. Karena jarak baca

biasanya 33 cm maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan

pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak

33 cm , karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa +3.00 dioptri sehingga sinar

yang keluar akan sejajar.

BAB III

24

Page 25: Kasus Refraksi Mata 2013

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Kelainan Refraksi dan Kacamata Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran

Indonesia. Jakarta. 2006.hal 47-48.

2. Paul R.E, John P.W. Optic & Refraction.Vaughan & Asbury’s General

Ophthalmology Sixteenth Edition. United States Of America. 2004. hal 380 – 395

3. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lectures Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan.

Blackwell Science. 2003. hal 34-38

4. Khurana A.K. Comphrehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi. 2007. hal

19 - 49

5. Ronald S. Presbyopia:Cause and Treatment. Diunduh pada 15 April 2013. Tersedia

dari : http://emedicine.medscape.com/article/1219573-overview#showall

25