35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK A. Pengkajian 1. Anamnesa Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah : a. Identitas / Data demografi Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. b. Riwayat penyakit sekarang. Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) . Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film Perubahan daya lihat warna Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata Lampu dan matahari sangat mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata Lihat ganda Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

katarak konsep

  • Upload
    ardi-mj

  • View
    242

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

katarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsepkatarak konsep

Citation preview

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAKA. Pengkajian1. AnamnesaAnamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :a. Identitas / Data demografiBerisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.b. Riwayat penyakit sekarang. Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) . Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film Perubahan daya lihat warna Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata Lampu dan matahari sangat mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata Lihat ganda Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia) Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain. c. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti: DM Hipertensi pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin. Kaji riwayat alergi. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress. 2. Pemeriksaan FisikInspeksi. Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. 3. Pemeriksaan Diagnostik. a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksid. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.e. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.4. Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi (Doenges,2000):a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.b. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahanc. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarakd. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi, salah intrepetasi, kurangnya mengingat, keterbatasan kognitif

NoDiagnosa KeperawatanNICNOCRasional

1Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : menurunnyaketajaman penglihatan perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Mandiri-Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat-Orientasikan klien tehadap lingkungan-Observasi tanda-tanda disorientasi.-Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.-Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.Kriteria Hasil :- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Mandiri- Kebutuhan tiap individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif- Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menuruknkan cemas dan disorientasi pasca operasi- Terbangun dalam lingkungan yang tidak di kenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadaap orang tua .- Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung- Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensa si.

3Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan Mandiri- Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.- Beri kesempatan Pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien Edukasi- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.- Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan- Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakana. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.b. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurangsampai pada tingkat dapat diatasi.c. Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan- Mandiri- Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu. mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.- Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan. Edukasi- Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.- Mengurangikecemasan dan meningkatkan pengetahuan- Mengurangi perasaan takut dan cemas-

PENGKAJIAN 1. Data DemografiNama klien: Tn. BUmur: 45 TahunDiagnosa Medik: KatarakTanggal Masuk: 13 05 2013Alamat: Kampung rawaSuku:SulawesiAgama: IslamPekerjaan: PNSStatus perkawinan: Menikah2. Riwayat Penyakita. Keluhan UtamaKlien mengeluh penglihatan kabur seperti berawanb. Riwayat Penyakit Sekarang. Klien mengeluh penglihatan kabur seperti berawan padahal Tn. B sudah menggunakan kaca mata plus 1dan minus 2,5 pada obita dextra dan sinistra. Pemeriksaan fisik dengan Opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih. Sudah 2 tahun ini Tn. B dinyatakan menderita diabetes mellitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur. Oleh dokter spesialis mata Tn. B dinyatakan katarak. Tn. B dipersiapkan untuk dilakukan operasi katarak 2 hari lagi jika kadar gula darahnya sudah normal. TTV saat ini TD :140/90 mmhg Nadi : 84 x/menit Suhu : 37,40C RR : 24x/menit. c. Riwayat penyakit dahulu Sudah 2 tahun ini Tn. B dinyatakan menderita diabetes mellitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur. d. Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit DM

DATA SUBYEKTIFDATA OBYEKTIF

KlKlien mengatakanpenglihatan kabut seperti berawan, padahalsudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra. Klien mengatakan sudah 2 tahun ini mempunyai Diabetes Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur Klien mengatakantidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak klien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya. klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas penglihatannya tidak jelas7 klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan. klien mengatakan takut akan kondisinya. klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya.Kemungkinan klien mengatakan gelisah klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya.14.apakah sembuh/tidak. klien mengatakan pada bagian mata nyeri.16.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan terhadap nyerinya.17.Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudian.18.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu dengan cara perawatan luka post operasi.19.Kemungkinan klien mengatakan berasal dari keluarga kurang mampu.Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih2.Vital sign :a)TD: 140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menit3.Hasil pemeriksaan :BB : 78 kg dan4.GDS terakhir 2105 klien terlihat sulit untuk beraktivitas.6. klien wajahnyatampak gelisah7 klien terlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.8 klien terlihat bingung.9. klien terlihat cemas.10 klien terlihat takut11 klien terlihat tegang.12 klien terlihat memfokuskan pada dirinya sendiri.13 skla nyeri (6)14 klien terlihat menahan rasa sakit.15 klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )16 terlihat pada bagian luka oprasi klien terdapat kemerahan.17 terlihat pada bagian luka klien mengalami iritasi.klien dan keluarganya tampak masih bingung dengan perawatan luka post operasi.

No. Data fokusTanggal ditemukan Masalah keperawatanEtiologiParaf

1. DS :Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas klien mengatakan penglihatannya tidak jelas klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan

DO:Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih klien terlihat sulit untuk beraktivitas.Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan.Gangguan penerimaan sensori/status organ inderaditandai denganmenurunnya ketajaman penglihatan.

2. DSKlien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya klien mengatakan gelisah klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya.

DO terlihatwajahklientampak gelisah.klien terlihat tegang. klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri. klienterlihat cemas. klien terlihat takutAnsietas Perubahan pada status kesehatan

3. DS :Klien mengatakan tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarakKemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidakDO:Kemungkinan wajah tampak gelisahKemungkinan klien terlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.Kemungkinan klien terlihat bingung.Kurang Pengetahuankurang informasi tentang penyakit

4. DS :Kemungkinan klien mengatakan nyeri pada bagian mata pasca operasi.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinyaDO :Vital sign :a)TD: 140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menitKemungkinan skla nyeri (6)Kemungkinan klien terlihat menahan rasa sakit.Kemungkinan klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )Nyeri Luka post operasi

5. DSKlien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistraKemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitasKemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelasKemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayanganResiko tinggi terhadap cidera.Keterbatasan penglihatan.

6. DS :Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudianDO :Vital sign :a)TD: 140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menitRisiko infeksi.Prosedur invasif (operasi katarak).

7. DS :Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu dengan cara perawatan luka post operasi.Kemungkinan klien mengatakan berasal dari keluarga kurang mampu.DO :Kemungkinan klien dan keluarganya tampak masih bingung dengan perawatan luka post operasi.

Resiko ketidak efektifan penatalaksanaan regimen terapeutik.kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.

No. Diagnose Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatanb.dGangguan penerimaan sensori/status organ inderaditandai denganmenurunnya ketajaman penglihatanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan teratasiMengenal gangguan sensori danber kompensasi terhadap perubahan.Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan..Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.2.Orientasikan klien tehadaplingkungan.3.Observasi tanda-tandadisorientasi.4.Pendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicaradengan menyentuh.5.Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang.6.Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang sehat.Kebutuhan tiap individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif.2.Memberikan peningkatankenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasipasca operasi.3.Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalamiketerbatasan penglihatandapat mengakibatkankebingungan terhadap orang tua.4.Memberikan rangsangsensori tepat terhadapisolasi dan menurunkanbingung.5.Perubahan ketajaman dankedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.6.Memungkinkan pasienmelihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan biladiperlukan

2. Ansietasb.dPerubahan pada status kesehatan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : tidak terjadi kecemasan pada klien dan tidak ada perubahan status kesehatan.Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.Pasien tampak rileks tidak tegangdan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi..Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.2.Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya.3.Observasi tanda vital danpeningkatan respon fisik pasien.4.Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapandan akibatnya.5.Lakukan orientasi danperkenalan pasienterhadap ruangan,petugas, dan peralatanyang akan digunakan.6.Beri penjelasan dansuport pada pasien padasetiap melakukan prosedurtindakan.

.Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.2.Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.3.Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.4.Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.5.Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.6.Mengurangi perasaan takut.

3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :Klien lebih mengerti akan penyakitnyaKlien menyatakan pemahaman mengenai kondisi/proses penyakit & pengobatan.Kaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa.2.Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.3.Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.4.Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.

.meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan perawat.2.Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.3.pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius.4.aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.

4. Nyeri b.d Luka pasca operasi.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : nyeri berkurang, hilang dan terkontrol.Nyeri berkuran.Klien terlihat lebih rileks

.Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.2.Pantau TTV.3.Berikan tindakan kenyamanan.4.Beritahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan.

Kolaborasi :5.Berikan obat sesuai indikasi

1.Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.2.Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri.3.meningkatkan relaksasi.4.adanya nyeri menyebabkan tegangan otot yang menggangu sirkulasi memperlambat proses penyembuhan dan memperberat nyeri.5.Rasionalisasi : Untuk mengontrol nyeri adekuat dan menurunkan tegangan.

5. Resiko tinggi terhadap cidera b.dKeterbatasan penglihatan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :cedera dapat dicegahMenyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinancederaMengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.2.Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.3.Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.4.Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi..Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.2.Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.3.Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.4.Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.

6. Risiko infeksi b.d efek samping prosedur invasiveSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :tidak terjadi infeksi.Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi.

.Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.2.Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata.3.Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.4.Berikan obat sesuai indikasi.

Kolaborasi :5.Berikan obat sesuai indikasi.

.Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.2.Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.3.Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.4.Digunakan untuk menurunkan inflamasi.5.Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.

7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung. Yang ditandai dengan,pertanyan atau peryataan salah konsepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: perawatan rumah berjalan efektif.Klien mampu mengidentifikasi kegiatan keperawatan rumah (lanjutan) yang diperlukanKeluarga menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam melakukan perawatan.Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan paska hospitalisasi.2.Terangkan cara penggunaan obat-obatan.3.Berikan kesempatan bertanya.4.Tanyakan kesiapan klien paska hospitalisasi.5.Identifikasi kesiapan keluarga dalam perawatan diri klien paska hospitalisasi.6.Terangkan berbagai kondisi yang perlu dikonsultasikan..Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan di rumah.2.Klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep(topical).3.Meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan mengeksplorasi pemahaman serta hal-hal yang mungkin belum dipahami.4.Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam perawatan hospitalisasi.5.Kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian peran dan tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.6.Kondisi yang harus segera dilaporkan :Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala menetap.Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri.Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan : inflamasi dan cairan dari mata.Nyeri dahi mendadak.Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan.

DAFTAR PUSTAKA1. Khurna A.K. 2007.Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology, fourth edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.2. Marylin E. Doenges. 2008.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC3. Ilyas, Sidarta. 2004.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.4. Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo5. Fadhlur Rahman. 2009.Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes Mellitus.6. Nova Faradilla. 2009.Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran University of Riau7. Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)8. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto9. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI10. 10. Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press11. 11. Sidarta, Ilyas.Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. 2009. Jakarta: Balai Pustaka FKUI12. 12. Benjamin J. Phil. 2010.Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250 Consecutive Cases treated at the tertiary referral center in Netherland. American Journal of ophthalmology. Volume 149 No.3