38
24 Kelompok KBS Andrian, tessa, reni TUGAS PRA PERKULIAHAN KBS KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konstruksi Bangunan Sipil Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Oleh Andrian Muhamad Ramdhani (131144003) Tessa Suciningtyas (131144026) Reni Purnamasari (131144033) 2 - TPPG

Kbs Andrian Tessa Reni

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas kontruksi bangunan sipil

Citation preview

Kelompok KBS

Andrian, tessa, reni

TUGAS PRA PERKULIAHAN KBSKONSTRUKSI BANGUNAN SIPILdisusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Konstruksi Bangunan Sipil Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung

OlehAndrian Muhamad Ramdhani

(131144003)

Tessa Suciningtyas

(131144026)

Reni Purnamasari

(131144033)2 - TPPG

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015

2.1 Pemahaman Umum :

A. Definisi Konstruksi, Bangunan dan SipilKonstruksi Bangunan terdiri dari dua suku kata yaitu konstruksi(construction)yang berarti membangun, sedangkan bangunan yang berarti suatu benda yang dibangun atau didirikan untuk kepentingan manusia dengan tujuan, biaya dan waktu tertentu. Konstruksi bangunan berarti Bangunan dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu:1. Bangunan Gedung yaitu: kantor, rumah sakit, hotel, rumah dan lain-lain.2. Bangunan Transportasi yaitu: jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya.3. Bangunan Air yaitu: bendungan, saluran irigasi, saluran drainase, bangunan bagi, gorong-gorong dan sebagainya.4. Bangunan khusus yaitu: anjungan lepas pantai, menara jaringan listrik tegangan tinggi, menara pemancar radio, TV dan sebagainya.Dengan demikian, konstruksi bangunan sipil adalah suatu cara atau teknik membuat/mendirikan bangunan transportasi agar memenuhi syarat kuat, awet, indah, fungsional dan ekonomis.

Sumber: http://bloginfotekniksipil.blogspot.com/2013/05/pengertian-konstruksi-bangunan.htmlKonstruksi Bangunan Sipil (Transportasi) adalahcabang ilmu dalam teknik sipil yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lainkonstruksidan pengaturan jalan raya, konstruksi bandar udara, terminal,stasiun dan manajemennya

Sumber: http://prasko17.blogspot.com/2012/08/pengertian-teknik-sipil-dan-cabang-ilmu.htmlKnstruksi Bangunan Sipiladalah merupakan pengaplikasian pendekatan saintifik didalam merencanakan, mendesain, mengoperasikan, dan mengatur sistem transportasi seperti jalan-jalan, jalur/rel kereta, transportasi air (laut/sungai) dan udara. Bidang ini meliputi perencanaan, desain, pelaksanaan konstruksi dan perawatan fasilitas/infrastruktur transportasi. Jenis pekerjaan yang umum adalah desain landasan/perkerasan lapangan terbang, perkerasan jalan dan rel kereta. Perawatan dan peningkatan pelabuhan laut, udara, dan sistem perkereta-apian untuk menunjang perkembangan yang ada juga merupakan lingkup pekerjaan ahli transportasi.

Sumber: http://www.tekniksipil.org/B. Definisi Konstruksi Bangunan SipilBangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/BangunanKonstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangun(an) yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya)[1] Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksisipil merupakan sebuah ilmu yang mempelajari rancang bangun konstruksi bangunan baik berupa gedung maupun jalan jembatan.Sumber : http://www.ilmusipil.com/teknik-sipil-warga-sipil-atau-pegawai-sipilC. Jenis Konstruksi Bangunan SipilBangunan dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu:1. Bangunan Gedung yaitu: kantor, rumah sakit, hotel, rumah dan lain-lain.2. Bangunan Transportasi yaitu: jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya.3. Bangunan Air yaitu: bendungan, saluran irigasi, saluran drainase, bangunan bagi, gorong-gorong dan sebagainya.4.Bangunan khusus yaitu: anjungan lepas pantai, menara jaringan listrik tegangan tinggi, menara pemancar radio, TV dan sebagainya.http://akheb-sipil.blogspot.com/2011/04/jenis-jenis-proyek-konstruksi.htmlJENIS-JENIS PROYEK KONSTRUKSI

1. Bangunan gedung,rumah ,kantor,pabrik,dan lain-lain.Ciri-cirinya:a) Proyek konstruksib) Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang sempit dan kondisi pondasi sudah diketahuic) Dibutuhkan manajemen total pekerjaan2. Bangunan sipil,jalan,jembatan,bendungan dan infrastruktur lainnyaCiri-cirinya:a) Vavb) Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi luas/panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain pada proyek.c) Manajemen dibutuhkan untuk memehcahkan permasalahan1. TAHAPAN PROYEK- Tahapan perencanaan- Tahapan perancangan/desain- Tahapan pengadaan- Tahapan pelaksanaanHasil dari tahap ini adalah:a. Laporan surveib. Studi kelayakanc. Program dan bugjedd. Se. Masker plan2. Tahap perancangan / desaing terdiri daria. Tahap perancangan (preemary desain )mencakup kreteria desaing,skematik desaing,diagram blok.plan rencana tapak,potongan,denah,gambar situasi,plan tata ruang,istemasi secara global.Pengembangan rancanganMerupakan pengembangan rancangan dari perancangan yang sudah dibuat.1. Perhitungan-perhitungan desain (struktual/non struktual)2. Gambar detail ( gambar arsitektur,elektrikal,struktur,mekanikal desain)3. Garis besar ( aut line spesipication)4. Istemasi biaya untuk kontruksi secara terlebih terperenci5. Syarat-syarat administrasi.3. Tahap pengadaan ( lelang / tender )Pengadaan/lelang dilakukana. Pengadaan konsultan MK ( manajemen konstruksi / perencana ) setelah gagasan awal tourb. Konsultan pengawasan ( super visi setelah lelang ada )c. Pengadaan konstruksi setelah dukumen lelang ada.4. Tahap pelaksanaan ( constrution )Tujuan dari tahap ini adalah untuk memasukkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah di rancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah dibatasi serta dengan mutu yang telah di isyaratkan.kegitan yang lakukan merencana,mengkoordinasi,mengendalikan semua operasional di lapangan.KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN:1. Perencanaan dan pengendalian jadwal perencanaan2. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.3. Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja4. Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material

http://bloginfotekniksipil.blogspot.com/2013/05/pengertian-konstruksi-bangunan.htmlJenisStasiun Kereta ApiTerminal Bis

Definisi Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani:

a. naik dan turun penumpang;

b. bongkar muat barang; dan/atau

c. keperluan operasi kereta api

. ( Pasal 86)

undang-undang transportasi II

http://www.academia.edu/9468988/STASIUN_KERETA_APISelain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir.

https://hendriyana90.wordpress.com/stasiun-kereta-api/

a. Terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi

sebagai pelayanan umum;

b. Sebagai tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian lalu

lintas;

c. Sebagai prasarana angkutan yang merupakan bagian dari system transportasi untuk

melancarkan arus penumpang dan barang;

d. Sebagai unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan

kota.http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Wilton%20Wahab/Rekayasa%20Lalulintas/Kuliah%20%2012%20RLL%20-%20Terminal.pdf

Persyaratan teknis Menjamin konstruksi, material, desain, ukuran dan kapasitas bangunan

sesuai dengan standar kelayakan, keselamatan dan keamanan serta

kelancaran sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara

handal dalam kurun waktu sesuai umur teknis bangunan.a. Gedung Stasiun Kereta Api

1. Gedung Untuk Kegiatan Pokok;

2. Gedung untuk Kegiatan Penunjang; dan

3. Gedung untuk Kegiatan Jasa Pelayanan Khusus.

b. Instalasi pendukung

1. Instalasi Listrik;

2. Instalasi Air; dan

3. Pemadam Kebakaran.

c. Peron

1. Peron Tinggi;

2. Peron Sedang; dan

3. Peron Rendah.

http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2011/pm._no._29_tahun_2011.pdf

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31/1995, Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:

1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.

3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

Persyaratan Lokasi terminalPenentuan lokasi terminal penumpang harus memperhatikan:

rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan.

rencana umum tata ruang

kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal

keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda.

kondisi topografi, lokasi terminal.

kelestarian lingkungan.http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Wilton%20Wahab/Rekayasa%20Lalulintas/Kuliah%20%2012%20RLL%20-%20Terminal.pdf

KomponenPasal 14

(1) Stasiun penumpang dikelompokkan dalam:

a. kelas besar;

b. kelas sedang; dan

c. kelas kecil.

(2) Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:

a. fasilitas operasi;

b. jumlah jalur;

c. fasilitas penunjang;

d. frekuensi /alu lintas;

e. jumlah penumpang; dan

f. jumlah barang. (3) Kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai

komponen.

Pasal 15

Bobot yang diberikan untuk masing-masing kriteria sebagaimana

dimakusud da/am Pasal 14 ditentukan 100 angka kredit dengan

pembagian sebagai beikut :

a. fasilitas operasi maksimum 25 angka kredit;

b. jumlah jalur maksimum 20 angka kredit;

c. fasilitas penunjang maksimum 15 angka kredit;

d. frekuensi lalu lintas maksimum 15 angka kredit;

e. jumlah penumpang maksimum 20 angka kredit; dan

f. jumlah barang maksimum 5 angka kredit.

Pasal 16

(1) Komponen fasilitas operasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (2) huruf a terdiri atas :

a. Peralatan Persinyalan;

b. Peralatan Telekomunikasi; dan

c. Instalasi Listrik.

(2) Komponen jalur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat

(2) huruf b terdiri atas :

a. Lebih dari 10 jalur;

b. 6 sampai dengan 10 jalur; dan

c. Kurang dari 6 jalur.

(3) Komponen fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (2) huruf c terdiri atas :

a. Penunjang; dan

b. Penunjang khusus.

(4) Komponen frekuensi lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan frekuensi pergerakan

kereta api per hari yang terdiri atas :a. Kereta api berhenti; dan

b. Kereta api langsung.

(5) Komponen jumlah penumpang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (2) huruf e merupakan jumlah pergerakan

penumpang kereta api per hari yang terdiri atas :

a. Lebih dari 50.000;

b. 10.000 sampai dengan 50.000; dan

c. Kurang dari 10.000.

(6) Komponen jumlah barang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (2) huruf f merupakan jumlah pergerakan

barang dan bagasi kereta api per hari yang terdiri atas :

a. Lebih dari 150 ton;

b. 100 sampai 150 ton; dan

c. Kurang dari 100 ton.

Pasal 17

Rincian angka kredit untuk masing-masing komponen kriteria

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 termuat dalam lampiran

peraturan ini.

Pasal 18

(1) Penetapan klasifikasi stasiun kereta api didasarkan pada

jumlah angka kredit yang diperoleh stasiun yang

bersangkutan.

(2) Jumlah angka kredit untuk menetapkan klasifikasi stasiun

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. kelas besar, jumlah angka kredit lebih dari 70;

b. kelas sedang jumlah angka kredit lebih dari 50 sId 70; dan

c. kelas kecil jumlah angka kredit kurang dari 50.

Pasal 19

Klasifikasi stasiun kereta api ditetapkan dengan Peraturan Menteri

tersendiri berdasarkan penilaian dan setiap 3 (tiga) tahun dilakukan

dievaluasi.

http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2011/pm._no._33_tahun_2011.pdf

A. Komponen utama

Jalur pemberangkatan dan kedatangankendaraan umum Tempat parkirkendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu penumpang (peron) dantempat istirahatkendaraan umum

Bangunankantorterminal

Menara pengawas Loket penjualan karcis bus

Rambu-rambudan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan dan jadwal perjalanan besertatarifnya Pelataranparkirkendaraan pengantar dan/atautaksi.

B. Komponen penunjang

Toilet/Kamar mandi Musholla Kios/kantin/warteg Ruangpengobatan Ruang informasi dan pengaduan

Wartel Tempat penitipanbarang, termasuk penitipankendaraan pribadi TamanSumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Terminal_bus#Fasilitas_terminal

Jenis Konstruksia. Gedung Stasiun Kereta Api

1. Gedung Untuk Kegiatan Pokok;

a) hall;b) perkantoran kegiatan stasiun;

c) loket karcis;

d) ruang tunggu;

e) ruang informasi;

f) ruang fasilitas umum;

g) ruang fasilitas keselamatan;

h) ruang fasilitas keamanan

i) ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia; dan

j) ruang fasilitas kesehatan

2. Gedung untuk Kegiatan Penunjang; dan

a) pertokoan;

b) restoran;

c) perkantoran;

d) perparkiran;

e) perhotelan; dan

f) ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun kereta api

3. Gedung untuk Kegiatan Jasa Pelayanan Khusus.

a) ruang tunggu penumpang;

b) bongkar muat barang;

c) pergudangan;

d) parkir kendaraan;

e) penitipan barang;

f) ruang atm; dan

g) ruang lain yang menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api.

b. Instalasi pendukung

1. Instalasi Listrik

a) Jaringan penyediaan Iistrik umum.

b) Sumber tenaga listrik sendiri.

2. Instalasi Air; dan

a. Instalasi air bersih.

1) Jaringan penyediaan air umum; dan

2) Olahan.

b. Instalasi air kotor atau limbah.

3. Pemadam Kebakaran.

a. Hydran dengan selang dan/atau tabung.

b. Sprinkle.

c. Peron

1. Peron Tinggi;

2. Peron Sedang; dan

3. Peron Rendah.

Sumber: Peraturan Menteri Pehubungan Nomor PM. 29 Tahun 2011 TENTANG

PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN STASIUN KERETA API

JENIS TERMINALBerdasarkan,Juknis LLAJ, 1995, Terminal dibedakan berdasarkan jenis angkutan, menjadi:

1. Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

2. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi.

KETENTUAN MENGENAI TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANGBerdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31/1995, Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi 3 jenis, diantaranya:

1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.

3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

Sumber: https://jayaposindonesia.wordpress.com/2012/06/24/terminal-penumpang-dan-sistem-jaringan-angkutan-umum/

Syarat teknis tiap komponen sesuai jenis konstruksia. Gedung Stasiun Kereta Api

1. Persyaratan Bangunana) Konstruksi, material, disain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai dengan standar kelayakan, keselamanan dan keamanan serta kelancaran sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara handal.

b) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan konstruksi.

c) Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundangundangan tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung (plumbing) bangunan yang berlaku.

d) Luas bangunan ditetapkan untuk:

1) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai berikut: L = 0,64 m2/orang x V x LF

L = Luas bangunan (m2)

V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu tahun (orang)

LF = Load factor (80%).

2) Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, ditetapkan berdasarkan kebutuhan.

e) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman.

f) Komponen gedung meliputi:

1) gedung atau ruangan;

2) media informasi (papan informasi atau audio);

3) fasilitas umum, terdiri dari:

ruang ibadah;

toilet;

tempat sampah; dan

ruang ibu menyusui.

4) fasilitas keselamatan;

5) fasilitas keamanan;

6) fasilitas penyandang cacat atau lansia;

7) fasilitas kesehatan.

2. Persyaratan Operasia) Gedung Kegiatan Pokok1) Pengoperasian gedung stasiun harus sesuai dengan alur proses kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta api serta tidak mengganggu pengaturan perjalanan kereta api.

2) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman.

3) Pengoperasian gedung stasiun sesuai dengan

b) Gedung Kegiatan Penunjang Stasiun Kereta Api dan Gedung Jasa Pelayanan Khusus di Stasiun Kereta Api

1) Tidak mengganggu pergerakan kereta api.

2) Tidak mengganggu pergerakan penumpang dan/atau barang.

3) Menjaga ketertiban dan keamanan.

4) Menjaga kebersihan lingkungan.

5) Tidak mengganggu bangunan dan Iingkungan sekitar stasiun serta disesuaikan dengan daya tampung dan kebutuhan.

b. Instalasi pendukung

1. Instalasi Listrik

a) Persyaratan Komponen dan Peralatan

1) Komponen Listrik terdiri atas:

Catu daya utama;

Catu daya cadangan;

Panel listrik; dan

Peralatan listrik lainnya.

2) Standar komponen dan peralatan listrik sesuai standar persyaratan umum instalasi listrik.

b) Persyaratan Operasi

1) Peralatan dan komponen listrik yang dioperasikan harus aman dan tidak

2) membahayakan operasi stasiun, kereta api dan pengguna jasa.

3) Suplai listrik harus mampu mencukupi

2. Instalasi Air; dan

a. Persyaratan pemasangan

1) Instalasi air bersih

a) Sistem air bersih dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih, kualitas air bersih, sistem distribusi dan penampungannya;

b) Standar komponen dan peralatan air bersih sesuai ketentuan di bidang gedung dan bangunan.

2) Instalasi air kotor

a) Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahaya.

b) Standar komponen dan peralatan instalasi air kotor sesuai ketentuan di bidang lingkungan hidup.

b. Persyaratan Operasi

1) Instalasi air bersih

a) Ketersediaan air bersih harus mampu memenuhi kebutuhan operasi stasiun dan kereta api.

b) Sistem distribusi air bersih dalam bangunan Stasiun Kereta Api harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

2) Instalasi air kotor

a) Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.

b) Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.

c) Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air Iimbah domestik.

d) Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (83) harus diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e) Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

c. Komponen instalasi air

1) Pipa air;

2) Peralatan instalasi;

3) Penampungan air; dan

4) Fasilitas dan peralatan instalasi air lainnya.

3. Pemadam Kebakaran.

a) Komponen instalasi kebakaran meliputi:

1) tabung pemadam kebakaran;

2) selang tabung; dan

3) fasilitas dan peralatan pemadam kebakaran lainnya.

b) Persyaratan pemasangan, penempatan dan operasi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku di bidang pemadam kebakaran.

c. Peron

1. PersyaratanPembangunan

a) Tinggi

1) Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rel;

2) Peron sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rei; dan

3) Peron rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala reI.

b) Jarak tepi peron ke as jalan reI

1) Peron tinggi, 1600 mm (untuk jalan rellurusan) dan 1650 mm (untuk jalan rei lengkungan);

2) Peron sedang, 1350 mm; dan

3) Peron rendah, 1200 mm.

c) Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api penumpang yang beroperasi.

d) Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang dengan menggunakan formula sebagai berikut:

b = (0,64 m2/orang x V x LF) : I

Keterangan:

b = Lebar peron (meter)

V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu tahun (orang)

LF = Load factor (80%).

I = Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api penumpang yang beroperasi (meter).

e) Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula diatas tidak boleh kurang dari ketentuan lebar peron minimal sebagai berikut:

Lantai peron tidak menggunakan material yang licin.

f) Peron sekurang-kurangnya dilengkapi dengan:

lampu;

papan petunjuk jalur

papan petunjuk arah; dan

batas aman peron.

2. Persyaratan Operasi

a) Hanya digunakan sebagai tempat naik turun penumpang dari kereta api.

b) Dilengkapi dengan garis batas aman peron

1) Peron tinggi, minimal 350 mm dari sis; tepi luar ke as peron;

2) Peron sedang, minimal 600 mm dari sisi tepi luar ke as peron; dan\

3) Peron rendah, minimal 750 mm dari sisi tepi luar ke as peron.

Sumber: Peraturan Menteri Pehubungan Nomor PM. 29 Tahun 2011 TENTANG

PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN STASIUN KERETA API

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A Terletak di Ibukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara.

Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA.

Jarak antara dua terminal penumpang Tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya.

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan kota dalam propinsi.

Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB.

Jarak antara dua terminal penumpang Tipe B atau dengan terminal tipe A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau lainnya.

Tersedia luas lahan sekuarng-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan..

Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi IIIA. Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

Kriteria Pembangunan TerminalPembangunan terminal dilengkapi dengan:

Rancang bangun terminal

Analisis dampak lalu lintas

Analisis mengenai dampak lingkungan

Dalam rancang bangun terminal penumpang harus memperhatikan:

Fasilitas penumpang yang disyaratkan.

Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya.

Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal.

Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal.

Kriteria Perencanaan Terminal1. Sirkulasi lalu lintas

Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk kendaraan.

Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan:

Jumlah arah perjalanan

Frekuensi perjalanan

Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang

Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.

Fasilitas utama terminal yang terdiri dari:

jalur pemberangkatan kendaraan umum

jalur kedatangan kendaraan umum

tempat tunggu kendaraan umum

tempat istirahat sementara kendaraan umum

bangunan kantor terminal

tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi.

kamar kecil/toilet

musholla

kios/kantin

ruang pengobatan

ruang infromasi dan pengaduan telepon umum

tempat penitipan barang

Taman.

Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan pengelola terminal.

Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal antara lain:

1. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.

2. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah:

3. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberikan kesan yang nyaman dan akrab.

Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam puncak berdasarkan:

Frekuensi keluar masuk kendaraan

Kecepatan waktu naik/turun penumpang

Kecepatan waktu bongkar/muat barang

Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur

Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis sistem tipe dasar pengaturanplatform, teluk dan parkir adalah:

Membujur, denganplatformyang membujur bus memasuki teluk pada ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang dapat digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur, danshallow saw tooth.

Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap keplatform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk tegak lurus ini yaitu tegak lurus terhadapplatformdan membentuk sudut denganplatform.

Alternatif standar terminalTerminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam

Terminal tipe B 25 50 kendaraan /jam

Terminal tipe C 25 kendaraan/jam

Persyaratan teknis, luas, akses dan pejabat penentu lokasi pembangunan terminalLuas terminal penumpangUntuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal:

Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya seluas 3 Ha.

Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau lainnya seluas 2 Ha.

Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan.

AksesAkses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal:

Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m,

Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30 m,

Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan.

Penentuan LokasiPenentuan lokasi dan letak terminal penumpang dilaksanakan oleh:

Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, untuk Terminal penumpang Tipe A,

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B,

Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal penumpang tipe C.http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Wilton%20Wahab/Rekayasa%20Lalulintas/Kuliah%20%2012%20RLL%20-%20Terminal.pdf