Upload
rininta-triananda-noor
View
107
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengelolaan Air Limbah saat ini dinilai sebagai sebuah permasalahan yang belum krusial dan masih dikesampingkan. Padahal dalam kenyataannya hal ini merupakan permasalahan yang mendesak untuk dicarikan solusinya. Salah satunya bagaimana menanngai lumpur tinja yang telah ada pada septik tank. Septik tank yang telah penuh dan tanpa dilakukan pengurasan memiliki permasalahan dalam keoptimalan pengolahan yang ada didalamnya. Penyedotan yang dilakukan memerlukan tempat untuk menampung lumpur yang telah disedot. Tetapi kenyataannya tempat tersebut atau yang sering disebut IPLT menjadi permasalahan tersendiri untuk setiap daerah. Layanan yang kurang, pemeliharaan yang tidak ada, dan operator yang kurang handal merupakan permasalahan yang klise yang dihadapi hampir seluruh IPLT di Indonesia.
Citation preview
TUGAS 01SISTEM PENGELOLAAH DAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DI INDONESIA(STUDI KASUS IPLT KOTA KENDARI)
disusun oleh :
RININTA TRIANANDA NOOR 25714301IRA RYSKI WAHYUNI 25714302ANGGI WULANDINI 25714311
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH DAN SANITASIFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGANINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG2015
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.1 TUJUAN.......................................................................................................2
1.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN..............................................................2
1.3 METODOLOGI.............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH...................................................................4
2.2 ASPEK TEKNIS...........................................................................................5
2.2.1 TEKNOLOGI..........................................................................................5
2.2.2 CAKUPAN LAYANAN IPLT.................................................................13
2.3 ASPEK NON TEKNIS................................................................................16
2.3.1 KELEMBAGAAN.................................................................................16
2.3.2 KEBIJAKAN.........................................................................................17
2.3.3 PENDANAAN......................................................................................18
2.4 KENDALA DAN PERMASALAHAN...........................................................19
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................21
3.1 KESIMPULAN............................................................................................21
3.2 SARAN DAN REKOMENDASI...................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
LAMPIRAN..............................................................................................................24
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1-1Lokasi Wilayah Kajian.........................................................................4
Gambar 2.2-1Diagram Alir IPLT Kendari..................................................................5
Gambar 2.2-2 Perbandingan Tangki Imhoff Eksisting dengan Imhoff Kriteria...........6
Gambar 2.2-3 Potongan Kolam Anaerobik IPLT Kendari..........................................8
Gambar 2.2-4 Potongan Kolam Fakultatif IPLT Kendari...........................................9
Gambar 2.2-5 Potongan Kolam Maturasi IPLT Kendari..........................................11
Gambar 2.2-6 Bak Pengering Lumpur IPLT Kendari...............................................12
Gambar 2.3-1Struktur Kelembagaan IPLT Kota Kendari........................................16
Gambar 2.3-2Grafik Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari.....18
DAFTAR PETA
Peta 2.2-1Cakupan Layanan Air Limbah dan Lokasi IPLT Kota Kendari................15
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Cakupan Layanan IPLT Hingga Tahun 2012.....................................13
Tabel 2.3.3-1Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari.................18
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem pengolahan air limbah di Indonesia sebagian besar masih
menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (onsite system).
Dibandingkan dengan sistem terpusat (offsite system), sistem setempat
memerlukan biaya perawatan yang lebih rendah serta pelaksanaan dan
operasionalnya juga lebih sederhana sehingga lebih dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem setempat memerlukan
pengurasan yang dilakukan secara berkala, umumnya 1 sampai 3 tahun
sekali, untuk menghindari kejenuhan atau penuhnya tangkiseptik. Pengurasan
lumpur dalam tangki dilakukan dengan menggunakan truk tinja dan
selanjutnya dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
IPLT adalah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang dirancang hanya
menerima dan mengolah lumpur tinja yang diangkut melalui mobil (truk tinja)
atau gerobak tinja. Pengolahan lumpur tinja di IPLT dilakukan dengan tujuan
untuk menurunkan kandungan zat organik dari dalam lumpur tinja,
menghilangkan dan menurunkan mikroorganisme patogen (bakteri, jamur dan
lain sebagainya).
Kota Kendari sebagai ibukota dari Provinsi Sulawesi Tenggara, membangun
IPLT pada tahun 2006 dengan Lokasi di Kecamatan Konda perbatasan antara
Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan. Karena terjadi sengketa lahan
di lokasi IPLT tersebut, pada tahun 2010, dengan seizin Pemerintah Kota
Kendari, Satker PLP Provinsi Sultra membangun IPLT baru bertempat di
Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puwatu Kota Kendari.
Setelah beroperasi selama 5 tahun, IPLT ini masih mengalami beberapa
kendala dan permasalahan baik aspek teknis maupun aspek non teknis, salah
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
1
satu permasalahannya yaitu rendahnya persentase cakupan layanan
penyedotan tinja masyarakat Kota Kendari, sehingga sarana yang ada tidak
dapat berfungsi secara maksimal.
Laporan ini berisi mengenai sistem pengolahan limbah cair domestik di
Indonesia dengan studi kasus Kota Kendari. Laporan ini akan memberikan
gambaran IPLT Kota Kendari dari aspek teknis dan non teknis, memberikan
gambaran kendala dan permasalahan serta rekomendasi dan saran dalam
meningkatkan operasional IPLT Kota Kendari.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari tugas ini yaitu:
1. Memberikan gambaran kondisi eksisting aspek teknis IPLT Kota Kendari.
2. Memberikan gambaran kondisi eksisting aspek non teknis IPLT Kota
Kendari.
3. Memetakan kendala dan permasalahan yang ada dalam pengelolaan IPLT
Kota Kendari.
4. Memberikan kesimpulan, saran dan rekomendasi yang dapat dilakukan
dalam meningkatkan layanan dan operasional IPLT.
1.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Ruang lingkup pembahasan dalam tugas ini yaitu mengenai aspek teknis dan
non teknis dalam pengelolaan IPLT Kota Kendari, menyimpulkan beberapa
kendala dan permasalahan serta rekomendasi yang diusulkan dalam
menyelesaikan kendala dan permasalahan tersebut.
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
2
1.4 METODOLOGI
Metodologi dalam pelaksanaan tugas ini dilakukan dengan metode yaitu :
1. Pengumpulan data sekunder baik teknis maupun non teknis seperti data
kelembagaan, regulasi, dan pendanaan.
2. Menggunakan beberapa literatur dalam perencanaan IPLT dan
membandingkannya dengan kondisi eksisting IPLT Kota Kendari .
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH
IPLT Kendari dibangun pada tahun 2006 dan mengalami
relokasi/pembangunan baru pada tahun 2010. Berlokasi di Kelurahan
Watulondo Kecamatan Puwatu Kota Kendari, berjarak ± 10 Km dari pusat
kota Kendari
Gambar 2.1-1Lokasi Wilayah Kajian
IPLT Kota memiliki fasilitas berupa bak penampung, tangki imhoff, kolam
anaerobik dan kolam fakultatif, kolam maturasi, bak pengering lumpur,
kemudian untuk fasilitas penunjang ada pos jaga dan kantor pengelola.
Sarana ini juga dilengkapi dengan 2 unit mobil tinja yang beroperasi di bawah
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari.
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
4
2.2 ASPEK TEKNIS
2.2.1 TEKNOLOGIIPLT Kendari menggunakan teknologi pengolahan berupa sistem kolam
yang terdiri dari tangki imhoff, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam
maturasi dan bak pengering lumpur. Semua unit pengolah lumpur tinja
berjumlah 1 unit. Diagram alir IPLT Kendari dapat dilihat pada Gambar
berikut:
Gambar 2.2-2Diagram Alir IPLT Kendari
Lumpur tinja dari unit pengolah air limbah diangkut dengan
menggunakan mobil tinja yang kemudian dimasukan ke tangki imhoff.
Di dalam tangki imhoff terjadi pemisahan antara zat padat dan cair
yang terdapat dalam lumpur tinja. Padatan dialirkan menuju bak
pengering lumpur sedangkan cairan dialirkan ke kolam anaerobik yang
kemudian diteruskan ke kolam fakultatif dan kolam maturasi. Aliran
dalam sistem ini mengalir secara gravitasi.
a) Tangki Imhoff
Tangki imhoff terdiri dari 2 kompartemen yaitu kompartemen atas
berfungsi sebagai ruang pengendap dan kompartemen bawah sebagai
ruang pencerna, sehingga bagian lumpur tinja yang berupa padatan
akan mengendap di bagian kompartemen bawah dan tinggal selama
beberapa bulan namun tetap memerlukan pengurasan secara berkala
yang selanjutnya dapat dikeringkan pada unit pengering lumpur.
Berdasarkan petunjuk teknis tata cara perencanaan IPLT dengan
sistem kolam terdapat beberapa kriteria untuk tangki imhoff. Jika
dibandingkan dengan kriteria maka dapat diketahui terdapat beberapa
hal tidak sesuai antara kondisi eksisting tangki imhoff IPLT Kendari
dengan kriteria yang dipersyaratkan antara lain:
1. Tinggi tangki imhoff hanya 3,7 m (kriteria 6 – 9 m);
2. Perbandingan lebar dan panjang tangki hanya 1:1,67
(kriteria (1: (2 – 4));
3. Syarat kemiringan penampung lumpur, minimal 30 tidak terpenuhi.
Perbandingan tangki imhoff eksisting dengan kriteria tangki imhoff
dapat dilihat pada gambar berikut:
Kriteria Imhoff Imhoff Eksisting
Gambar 2.2-3 Perbandingan Tangki Imhoff Eksisting dengan Imhoff Kriteria
Kelebihan Menyisihkan padatan dari lumpur tinja sebelum melewati jaringan
perpipaan selanjutnya sehingga tidak hanya mengurangi potensi
penyumbatan juga dapat membantu mengurangi dimensi pipa;
Operasi dan pemeliharaan mudah sehingga dapat menggunakan
sumber daya manusia dengan pengetahuan minimal;
Tidak memerlukan pengolahan primer (primary treatment) pada
pengolahan selanjutnya (secondary treatment);
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
6
Mampu bertahan terhadap aliran debit masuk yang sangat
berfluktuasi (resistant against shock loads).
Kelemahan Pemeliharaan merupakan suatu keharusan;
Jika tidak dioperasikan dan dirawat dengan baik, maka resiko
penyumbatan pada pipa pengaliran;
Membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk efluen baik pada frasa
cair maupun padatan yang telah dipisahkan;
Efisiensi penyisihan rendah.
b) Kolam anaerobik
Kolam anaerobik merupakan unit pengolah BOD dengan kondisi tanpa
oksigen/anaerob. Kolam anaerobik cocok untuk digunakan mengolah
air limbah dengan konsentrasi BOD yang tinggi, sehingga kolam ini
sangat cocok digunakan untuk mengolah lumpur tinja yang merupakan
high-strenght wastewater dengan konsentrasi BOD minimal 1.500 mg/l.
Kolam anaerobik yang terdapat di IPLT Kendari tidak memiliki
kedalaman yang sesuai dengan kriteria desain. Kedalaman kolam
anaerobik eksisting hanya 0.5 m, hal ini tidak menjadikan kolam
tersebut sebagai kolam anaerob karena kedalaman yang sangat
rendah yang memungkinkan kolam terebut menjadi kolam aerob. Pada
petunjuk teknis perencanaan IPLT sistem kolam, kolam anaerobik
disyaratkan dirancang dengan kedalaman 2-4 m dengan tujuan untuk
membentuk dan mempertahankan kondisi anaerobik bagi proses
degradasi oleh mikroba yang terjadi didalamnya. Pada kedalaman ini
akan terbentuk kondisi anaerob dan mampu menyimpan lumpur hingga
akumulasi (30-40) liter/orang/tahun.
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
7
Gambar 2.2-4 Potongan Kolam Anaerobik IPLT Kendari
Kriteria desain lain untuk kolam anaerobik antara lain:
Rasio panjang banding lebar sebesar (2-4):1.
Kolam anaerobik umumnya diaplikasikan 2 (dua) unit kolam yang
dibuat paralel atau seri agar dapat mengantisipasi jika ada
perawatan kolam.
Kolam diberi talud sebesar 1:3 untuk memudahkan perawatan
kolam.
Kelebihan Membantu memperkecil dimensi/ukuran kolam fakultatif dan
maturasi;
Mengurangi penumpukan lumpur pada unit pengolahan berikutnya;
Biaya operasional murah;
Mampu menerima limbah dengan konsentrasi yang tinggi.
Kelemahan Menimbulkan bau yang dapat mengganggu;
Proses degradasi berjalan lambat;
Memerlukan lahan yang luas.
c) Kolam fakultatif
Kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan
konsentrasi bahan organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah
pada kolam anaerobik. Proses yang terjadi pada kolam ini adalah
campuran antara proses anaerob dan aerob. Secara umum kolam
fakultatif terstratifikasi menjadi tiga zona atau lapisan yang memiliki
kondisi dan proses degradasi yang berbeda.
Zona aerobik (atas). Pada bagian atas kolam kaya akan oksigen.
Oksigen yang berlimpah berasal dari udara pada permukaan
kolam, proses fotosintesis algae dan adanya agitasi atau
pengadukan akibat tiupan angin. Zona aerobik juga berfungsi
sebagai penghalang bau hasil produksi gas dari aktivitas mikroba
pada zona di bawahnya
Zona fakultatif atau zona aerobik-anaerobik (tengah).
Zona anaerob (bawah). Pada zona ini ditemukan lapisan lumpur
yang terbentuk dari padatan yang terpisahkan dan mengendap
pada dasar kolam. Lumpur yang terbentuk sangat kaya akan
mikroba anaerob yang akan terus mencerna dan memperlambat
proses pengendapan lumpur ke dasar kolam. Lumpur yang
mengendap harus dikuras secara periodik bergantung pada iklim,
disain kolam dan program pemeliharaan yang dijalankan. Namun
sebagai patokan umum, periode pengurasan dilakukan antara 5-10
tahun (Direktorat PPLP).
Gambar 2.2-5 Potongan Kolam Fakultatif IPLT Kendari
Kedalaman kolam fakultatif berkisar antara (0.9-2.4) m. Kedalaman ini masih
dapat mendukung pertumbuhan algae dan juga cukup dalam untuk
mendapatkan kondisi anaerobik pada bagian dasar kolam. Kedalaman kolam
arus tetap dipertahankan untuk menghindari terjadinya penguapan yang akan
mengganggu stratifikasi zona yang ada juga mencegah bau. Rasio panjang dan
lebar adalah (2-4):1 (Direktorat PPLP, ).
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
9
Kelebihan Sangat efektif menurunkan jumlah atau konsentrasi bakteri patogen hingga
(60-99)%;
Mampu menghadapi beban yang berfluktuasi;
Operasi dan perawatan mudah sehingga tidak memerlukan keahlian tinggi;
Biaya operasi dan perawatan murah.
Kelemahan Kolam fakultatif ini memerlukan luas lahan yang besar;
Waktu tinggal yang lama, bahkan beberapa literatur menyarankan waktu
tinggal antara (20-150) hari;
Jika tidak dirawat dengan baik, maka kolam dapat menjadi sarang bagi
serangga;
Berpotensi mengeluarkan bau;
Memerlukan pengolahan lanjutan terutama akibat pertumbuhan algae pada
kolam;
d) Kolam maturasi
Kolam maturasi merupakan kolam yang terakhir dalam proses pengolahan
aerobik air limbah yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi padatan
tersuspensi dan BOD yang masih tersisa dari proses sebelumnya. Fungsi utama
kolam maturasi adalah menghilangkan mikroba patogen yang berada di dalam
limbah melalui perubahan kondisi yang berlangsung cepat dan pH yang sangat
tinggi (Direktorat PPLP). Kondisi aerobik terjadi karena kedalaman kolam yang
dangkal dan adanya algae sebagai produsen oksigen yang digunakan oleh
mikroba aerobik dalam pengolahan air limbah.
Kedalaman kolam yang disyaratkan dalam petunjuk teknis perencanaan IPLT
adalah 0.8 – 1.2. Hal ini dimaksudkan agar kondisi aerobik yag dibutuhkan
dalam proses pengolahan dapat tetap dipertahankan. Rasio panjang dan lebar
kolam maturasi adalah (2-4) : 1 dengan waktu detensi antara 5 – 15 hari.
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
10
Kolam maturasi pada IPLT kendari memiliki kedalaman air 0.5 m yang berarti
tidak sesuai dengan kriteria teknis yang dipersyaratkan namun dengan
kedalaman yang lebih dangkal dapat memperkaya kolam dengan kandungan
oksigen.
Gambar 2.2-6 Potongan Kolam Maturasi IPLT Kendari
Kelebihan Biaya operasi rendah karena tidak menggunakan aerator;
Mampu menyisihkan nitrogen hingga 80% dan amonia hingga 95%;
Mampu menyisihkan mikroba patogen.
Kelemahan Hanya mampu menyisihkan BOD dalam konsentrasi yang kecil.
e) Bak Pengering Lumpur
Unit pengering lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur dari unit
pengolahan biologis. Lumpur selanjutnya dikeringkan secara alami dengan
bantuan sinar matahari dan angin. Lumpur yang sudah kering dapat digunakan
sebagai pupuk, sedangkan cairan hasil pengeringan dapat disalurkan ke bak
pengumpul untuk digunakan sebagai pengencer.
Kriteria perencanaan berdasarkan petunjuk teknis perencanaan IPLT antara lain:
Lebar sebuah bak = (4,50-7,50) m;
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
11
Panjang sebuah bak = (3-6) x lebar;
Ketinggian dinding bak = 45 cm di atas pasir;
Tinggi jagaan = (15-25) cm;
Dinding bak bisa dibuat dari beton, pasangan bata dengan spesi semen;
Pipa pemberi yang membawa sludge ke tepi bak berdiameter ≥ 150 mm dan
dari bahan GI;
Pipa distributor mempunyai kriteria sebagai berikut:
o Dipasang di atas (di salah satu sisi) dinding memanjang tiap kompartemen;
o Diameter ≥ 150 mm;
o Bahan GI;
o Bila menggunakan bahan pipa dari PVC harus ditanam dalam dinding;
Pipa pembuang dipasang pada drainase bak dengan diameter minimal 15 cm;
Kadar air lumpur kering optimal = (70-80) %;
Tebal lumpur kering di atas pasir = (20-30) cm;
Tebal lumpur basah di atas pasir = (30-45) cm;
Bak pengering lumpur yang terdapat di IPLT Kendari memiliki lebar 7 m dan
panjang 18 m (Gambar 6), yang berarti memiliki rasio perbandingan panjang dan
lebar adalah 2,5 : 1.
Gambar 2.2-7 Bak Pengering Lumpur IPLT Kendari
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
12
2.2.2 CAKUPAN LAYANAN IPLTIPLT Kota Kendari melayani pengolahan lumpur tinja seluruh kecamatan
dengan sumber yang berasal dari unit pengolahan limbah domestik dan
fasilitas komersil (hotel, ruko, dll). Peta cakupan layanan IPLT dapat dilihat
pada Gambar 7. Data terakhir (tahun 2012) menyebutkan bahwa sumber
lumpur tinja yang berasal dari domestik terdapat 59.147 unit pengolah
dengan pertimbangan setiap KK memiliki unit pengolah limbah penghasil
lumpur tinja. Namun penyedotan lumpur tinja hanya dilakukan oleh 3% dari
total keseluruhan unit septiktank yang harus disedot. Septiktank wajib sedot
merupakan septiktank yang sudah digunakan selama lebih dari 2 tahun.
Kota Kendari memiliki 2 unit mobil tinja, yang beroperasi setiap hari untuk
melayani penyedotan lumpur tinja yang berasal dari domestik dan komersial.
Selain itu juga mobil tinja melayani hingga ke kabupaten lain.
Tabel 1 Data Cakupan Layanan IPLT Hingga Tahun 2012
No Kecamatan KK Tangki Septik Wajib Sedot
Yang Pernah Menyedot dengan Layanan Dinas Kebersihan
1 Kec Mandonga 7377 4177 182 Kec Kendari 5213 2794 443 Kec Baruga 3951 1368 234 Kec Poasia 5095 2183 05 Kec Kendari
Barat8757 4441 656
6 Kec Abeli 4577 1261 17 Kec Wua-Wua 4978 2635 718 Kec Kadia 8005 5481 1949 Kec Puwatu 5660 1908 710 Kec Kambu 5535 2792 3 Grand total 59147 29042 1016 3%
Sumber: Studi EHRA Kota Kendari, 2012
Pada tahun 2013 dilakukan suatu kerjasama antara Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat, maupun pihak non pemerintah untuk membangun sektor
sanitasi yang lebih baik, yang dituangkan dalam memorandum program sanitasi.
Dalam memorandum tersebut terdapat juga program untuk peningkatan kinerja
IPLT. Sasaran program kerjasama tersebut dalam IPLT adalah
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
13
Meningkatnya Layanan IPLT dari 2 % menjadi 20 % di tahun 2017;
Optimalnya fungsi IPLT dalam pengolahan lumpur tinja pada tahun 2014; Adanya ada uji kelayakan IPLT yang ada baik dari segi lokasi, konstruksi,
kapasitas, dan sistem pengolahan limbah yang digunakan;
Adanya ada uji kelayakan IPLT yang ada baik dari segi lokasi, konstruksi,
kapasitas, dan sistem pengolahan limbah yang digunakan;
Adanya uji mengenai data buangan dari IPLT (baik itu volume, kualitas efluen,
efisiensi pengolahan, hasil lumpur;
Adanya pemanfaatan hasil sedimentasi (lumpur) IPLT dan MCK ++.
Prioritas yang dirancanakan dalam meningkatkan cakupan layanan IPLT antara lain
perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah yang telah ada
dengan dana dari APBD dan rehabilitasi IPLT dengan menggunakan dana APBD
dan APBN.
Peta 2.2-1Cakupan Layanan Air Limbah dan Lokasi IPLT Kota Kendari
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT Kota Kendari)
15
2.3 ASPEK NON TEKNIS
2.3.1 KELEMBAGAANKeberhasilan kinerja dalam pengelolaan suatu IPLT maka diperlukan
suatu organisasi dan manajemen pengelolaan IPLT. Organisasi dan
manajemen pengelolaan IPLT ini dapat disebut juga sebagai
kelembagaan IPLT, dimana kelembagaan IPLT ini mengatur dan
mengawasi mulai dari tahap pembangunan hingga penggunaan IPLT
tersebut. Untuk studi kasus IPLT Kendari, pengelolaan IPLT ditangani
dibawah Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari.
Struktur kelembagaan pengelolaan IPLT Kota Kendari dapat dilihat pada
bagan berikut:
KEPALA DINAS
KELP JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
SUB BAG UMUM & KEPEGAWAIAN
SUB BAG PERENCANAAN, PELAPORAN & KEUANGAN
BIDANG KEBERSIHAN & PERSAMPAHAN
SEKSI KEBERSIHAN JALAN DAN DRAINASE
SEKSI PENGANGKUTAN & PENGOLAHAN
SAMPAH
UPTD
BIDANG PERTAMANAN & PEMAKAMAN
SEKSI PERTAMANAN
SEKSI PEMAKAMAN
BIDANG PERALATAN & PENGAWASAN
SEKSI PERALATAN
SEKSI PENGAWASAN
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012
Gambar 2.3-8Struktur Kelembagaan IPLT Kota Kendari
Untuk pelaksanaan IPLT dilakukan dibawah Kementerian Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta Karya Melalui Satker PPLP Provinsi Sulawesi
Tenggara. Sedangkan untuk Operational and Maintenance diserahkan
kepada Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari,
pada Bidang Kebersihan dan Persampahan dalam hal ini adalah Seksi
Kebersihan Jalan dan Drainase.Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia
(Studi Kasus IPLT kota Kendari)16
2.3.2 KEBIJAKANKebijakan atau regulasi sangat penting dimiliki dalam pengelolaan IPLT.
Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan atau regulasi yang bersifat
sebagai payung hukum terhadap pelaksanaan pengelolaan IPLT yang
ada, maka dengan demikian setiap yang dilakukan oleh IPLT akan diatur
dan tunduk pada kebijakan atau regulasi yang ada. Kebijakan atau
regulasi tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil
keputusan pada setiap pelaksanaan yang akan dilakukan oleh IPLT.
Pada Kota Kendari, peraturan daerah yang dimiliki berkaitan dengan
IPLT adalah Peraturan Daerah Kota Kendari No. 4 Tahun 2007 Tentang Retribusi Pengangkutan Lumpur Tinja.
Peraturan ini mengatur tentang penetapan retribusi yang akan
dibayarkan oleh pelanggan untuk mengangkut lumpur tinja. Dalam
peraturan tersebut juga menjelaskan mengenai penetapan retribusi
berdasarkan kelas pelanggan yang ada. Untuk penyedotan Domestik
dikenakan tarif Rp. 400.000,- sekali penyedotan dan untuk Komersial
dikenakan tarif penyedotan sebesar Rp. 600.000,- sekali penyedotan.
Peraturan ini merupakan satu-satunya peraturan yang dimiliki oleh Kota
Kendari dalam hal pelaksanaan IPLT yang ada. Untuk saat ini, Kota
Kendari belum memiliki perda teknis yang mengatur mengenai
pengelolaan air limbah domestik.
Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)
17
2.3.3 PENDANAANPembahasan mengenai pendanaan akan dimulai dari biaya atau
investasi awal dari pembangunan IPLT. Investasi awal ini diperlukan
dalam pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja beserta
kelengkapannya di Kota Kendari. Dana investasi awal ini berasal dari
dana APBN PLP sebesar Rp 1.700.000.000,-.
Pendanaan yang ada juga mencakup mengenai iuran atau retribusi
penyedotan tinja. Untuk iuran atau retribusi penyedotan tinja sudah
diatur oleh Pemerintah Daerah Kota Kendari. Data iuran atau retribusi
penyedotan tinja dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 2.3.3-2Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari
No 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertumbuhan (%)
A Retribusi Sedot tinja
73.000.000 75.500.000 80.250.000 92.100.000 95.750.000 83.320.000 7,11
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012
2007 2008 2009 2010 20110
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
73,000,00075,500,00080,250,00092,100,00095,750,000
Retribusi Sedot tinja
Gambar 2.3-9Grafik Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012
18
Berdasarkan tabel dan grafik diatas diketahui bahwa iuran atau retribusi
penyedotan tinja ini dimulai pada tahu 2007 dan terjadi penaikan jumlah iuran
atau retribusi penyedotan tinja setiap tahunnya. Berdasarkan secara teknis
penyedotan tinja ini tidak hanya untuk domestik tetapi juga melayani kawasan
industri dan komersial, maka ada penetapan iuran atau retribusi yang dibuat
oleh Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan, untuk wilayah
domestik iuran atau retribusi yang ditarik ke masyarakat adalah Rp
400.000,-/bulan, sedangkan untuk kawasan industri dan komersial iuran atau
retribusi yang ditarik adalah Rp 600.000,-/bulan. Retribusi atau iuran
penyedotan tinja ini dikelola oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan
Pemakaman Kota Kendari.
Iuran atau retribusi ini akan masuk ke dalam pendapatan asli daerah atau PAD
Kota Kendari. Untuk biaya Operational and Maintenance setiap tahunnya ada
dialokasikan oleh Pemerintah Daerah Kota Kendari tetapi hanya untuk
operasional truk tinja sedangkan untuk perbaikan IPLT belum ada dianggarkan
oleh Pemerintah Daerah Kota Kendari.
2.4 KENDALA DAN PERMASALAHANBerdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui beberapa kendala dan
permasalahan yang terjadi pada IPLT Kota Kendari. Kendala maupun
permasalahan tersebut berada di aspek teknis maupun non teknis. Kendala
dan permasalahan tersebut antara lain adalah:
a. Berdasarkan aspek teknis yang ada, diketahui bahwa desain IPLT yang
dibangun sangat berbeda dengan kriteria desain untuk IPLT yang berlaku.
Hal ini berlaku baik di desain tangki imhoff, kolam anaerobik, kolam
fakultatif, maupun maturasi. Keadaan ini dapat membuat proses kerja dari
teknologi yang digunakan menjadi kurang efektif dalam mengolah lumpur
tinja yang ada. Akibatnya efluen yang dihasilkan masih akan menjadi
beban atau masalah ketika masuk ke unit pengolahan lainnya dan
efisiensi penurunan organik yang dilakukan menjadi tidak efektif sehingga
masih dapat mencemari lingkungan yang ada.
b. Dari segi kelembagaan, pengelolaan IPLT masih belum ditangani secara
fokus oleh suatu lembaga yang memang hanya menangani IPLT, tetapi
pengelolaan IPLT dimasukan ke dalam Seksi Kebersihan Jalan dan
Drainase. Hal ini sangat berbeda, penanganan IPLT membutuhkan
pengawasan yang tetap dikarenakan dari karakteristik lumpur tinja yang
sangat berbahaya maka perlu penanganan yang khusus maka sebaiknya
perlu ada lembaga tersendiri yang berfungsi sebagai pengelola IPLT,
seperti UPTD atau bidang yang menangani khusus IPLT. Sehingga
melalui lembaga tersendiri ini proses kerja yang terjadi di IPLT menjadi
terarah dan terpantau sesuai dengan fungsi dari IPLT itu sendiri.
c. Dari segi kebijakan atau regulasi, Pemerintah Daerah Kota Kendari belum
mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang teknis pengelolaan air
limbah domestik. Pada dasarnya peraturan ini dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaan IPLT dan menjadi pengikat ke masyarakat untuk dapat mau
menyedot lumpur tinjanya yang berada di tangki septik. Saat ini
Pemerintah Daerah Kota Kendari hanya membuat peraturan yang
mengatur tentang retribusi pengangkutan lumpur tinja.
d. Dari segi pendanaan, Pemerintah Daerah Kota Kendari belum
mengalokasikan dana untuk operasional dan perawatan bagi IPLT. Hal ini
sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan dari IPLT yang ada.
Melalui dana tersebut maka ada jadwal untuk proses perawatan dan
perbaikan terhadap teknologi-teknologi yang digunakan di IPLT, seperti
pembersihan kolam-kolam yang digunakan ataupun perbaikan terhadap
pompa yang digunakan. Sedangkan saat ini Pemerintah Daerah Kota
Kendari hanya menyediakan dana untuk operasional truk tinja. Akan lebih
baik jika iuran atau retribusi yang didapat sebagian digunakan untuk
Operasional dan Perawatan bagi IPLT tidak semuanya dimasukkan
sebagai PAD Kota Kendari.
20
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1KESIMPULAN
1. IPLT kota Kendari dibangun mulai pada tahun 2006 dan mengalami relokasi
pada tahun 2010 dan beroperasi hingga saat ini.
2. Teknologi IPLT yang digunakan yaitu truk tinja mengirimkan lumpur ke bak
pengumpul melalui penyaringan untuk memisahkan benda-benda padat
yang tidak dapat diproses, kemudian endapan lumpur yang terkumpul dalam
tangki imhoff secara periodik disalurkan ke bak pengering, Selanjutnya
supernatan akan mengalir ke kolam anaerob secara berkala, proses
anaerobik selama 3 hari. Untuk selanjutnya air akan mengalir melalui
saluran overflow ke kolam fakultatif, overflow dari kolam fakultatif dialirkan ke
kolam maturasi atau pematangan, juga minimum selama 3 hari. Selanjutnya
dari kolam maturasi, melalui overflow air dialirkan ke badan air terdekat atau
bidang resapan. Namun masih terdapat beberapa spesifikasi desain yang
belum sesuai dengan petunjuk teknis perencanaan dan pembangunan IPLT,
seperti kedalaman kolam.
3. Cakupan layanan IPLT sesuai data terbaru yaitu 3% atau hanya sekitar 1016
KK yang pernah melakukan penyedotan tinja melalui Dinas Kebersihan,
sesuai data EHRA kota kendari 2012
4. Kelembagaan IPLT kota kendari berada di bawah Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari, namun operasional IPLT masih
bergabung di bidang kebersihan dan persampahan, sehingga
pengelolaannya belum maksimal.
5. Kebijakan/regulasi terkait pengelolaan limbah domestik dan IPLT yaitu telah
terdapat perda retribusi tinja yaitu Perda No.4 Tahun 2007 Tentang
Retribusi Pengangkutan Lumpur Tinja, namun belum ada Perda mengatur
secara teknis mengenai pengelolaan limbah domestik.
6. Untuk aspek Pendanaan, retribusi tinja dari tahun ketahun cenderung
mengalami kenaikan, meskipun pemasukan retribusi bukan hanya dari
limbah domestik, tetapi juga dari limbah komersil, hasil retribusi ini telah
masuk ke pendapatan asli daerah pemerintah Kota Kendari.
3.2SARAN DAN REKOMENDASI
1. Beberapa desain teknologi yang belum sesuai dengan petunjuk teknis
perencanaan dan pembangunan IPLT sebaiknya memperoleh perbaikan dari
pemerintah setempat, agar hasil pengolahan lumpur lebih maksimal
2. Untuk meningkatkan cakupan layanan IPLT Kota Kendari terdapat beberapa
hal yang harus dilakukan Pemerintah Kota Kendari antara lain :
a. Pemerintah Kota Kendari melalui dinas-dinas terkait seperti Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Tata Kota dan Perumahan
dan Badan Lingkungan Hidup melakukan sosialisasi dan pengawasan
terkait standar tangkiseptik yang aman dilingkungan permukiman.
b. Merancang dan menerbitkan Perda atau Perwali yang bersifat teknis
yang mengatur kewajiban menyedot tangkiseptik dalam waktu berkala,
misalnya 1 atau 3 tahun sekali.
c. Membuat unit atau bidang khusus dalam Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Pemakaman yang menangani pengelolaan IPLT kota Kendari,
sehingga pengelolaannya lebih maksimal.
d. Mengalokasikan biaya operasional IPLT dan truk tinja sesuai kebutuhan.
3. Melakukan pengawasan dan perawatan berkala terhadap IPLT
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan teknis terhadap sumber daya manusia
di lingkup Dinas Kebersihan terkait operasional dan perawatan IPLT.
22
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dirjen Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Materi bidang Limbah
Pokja Sanitasi Kota Kendari. 2012. Buku Putih Sanitasi Kota Kendari
Pokja Sanitasi Kota Kendari. 2013. Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari
LAMPIRAN
Dokumentasi IPLT Kota Kendari
Bak Pengumpul dan Tangki Imhoff
Bak Pengering Lumpur IPLT Kota Kendari
Kolam Maturasi
Kolam Fakultatif
Proses Pembuangan Lumpur Tinja Di Tangki Imhoff