42
TUGAS 01 SISTEM PENGELOLAAH DAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DI INDONESIA (STUDI KASUS IPLT KOTA KENDARI) disusun oleh : RININTA TRIANANDA NOOR 25714301 IRA RYSKI WAHYUNI 25714302 ANGGI WULANDINI 25714311 PROGRAM STUDI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH DAN SANITASI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015

Keberlanjutan IPLT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengelolaan Air Limbah saat ini dinilai sebagai sebuah permasalahan yang belum krusial dan masih dikesampingkan. Padahal dalam kenyataannya hal ini merupakan permasalahan yang mendesak untuk dicarikan solusinya. Salah satunya bagaimana menanngai lumpur tinja yang telah ada pada septik tank. Septik tank yang telah penuh dan tanpa dilakukan pengurasan memiliki permasalahan dalam keoptimalan pengolahan yang ada didalamnya. Penyedotan yang dilakukan memerlukan tempat untuk menampung lumpur yang telah disedot. Tetapi kenyataannya tempat tersebut atau yang sering disebut IPLT menjadi permasalahan tersendiri untuk setiap daerah. Layanan yang kurang, pemeliharaan yang tidak ada, dan operator yang kurang handal merupakan permasalahan yang klise yang dihadapi hampir seluruh IPLT di Indonesia.

Citation preview

Page 1: Keberlanjutan IPLT

TUGAS 01SISTEM PENGELOLAAH DAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DI INDONESIA(STUDI KASUS IPLT KOTA KENDARI)

disusun oleh :

RININTA TRIANANDA NOOR 25714301IRA RYSKI WAHYUNI 25714302ANGGI WULANDINI 25714311

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH DAN SANITASIFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGANINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG2015

Page 2: Keberlanjutan IPLT

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1

1.1 TUJUAN.......................................................................................................2

1.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN..............................................................2

1.3 METODOLOGI.............................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................4

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH...................................................................4

2.2 ASPEK TEKNIS...........................................................................................5

2.2.1 TEKNOLOGI..........................................................................................5

2.2.2 CAKUPAN LAYANAN IPLT.................................................................13

2.3 ASPEK NON TEKNIS................................................................................16

2.3.1 KELEMBAGAAN.................................................................................16

2.3.2 KEBIJAKAN.........................................................................................17

2.3.3 PENDANAAN......................................................................................18

2.4 KENDALA DAN PERMASALAHAN...........................................................19

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................21

3.1 KESIMPULAN............................................................................................21

3.2 SARAN DAN REKOMENDASI...................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

LAMPIRAN..............................................................................................................24

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

i

Page 3: Keberlanjutan IPLT

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1-1Lokasi Wilayah Kajian.........................................................................4

Gambar 2.2-1Diagram Alir IPLT Kendari..................................................................5

Gambar 2.2-2 Perbandingan Tangki Imhoff Eksisting dengan Imhoff Kriteria...........6

Gambar 2.2-3 Potongan Kolam Anaerobik IPLT Kendari..........................................8

Gambar 2.2-4 Potongan Kolam Fakultatif IPLT Kendari...........................................9

Gambar 2.2-5 Potongan Kolam Maturasi IPLT Kendari..........................................11

Gambar 2.2-6 Bak Pengering Lumpur IPLT Kendari...............................................12

Gambar 2.3-1Struktur Kelembagaan IPLT Kota Kendari........................................16

Gambar 2.3-2Grafik Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari.....18

DAFTAR PETA

Peta 2.2-1Cakupan Layanan Air Limbah dan Lokasi IPLT Kota Kendari................15

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Cakupan Layanan IPLT Hingga Tahun 2012.....................................13

Tabel 2.3.3-1Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari.................18

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

i

Page 4: Keberlanjutan IPLT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem pengolahan air limbah di Indonesia sebagian besar masih

menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (onsite system).

Dibandingkan dengan sistem terpusat (offsite system), sistem setempat

memerlukan biaya perawatan yang lebih rendah serta pelaksanaan dan

operasionalnya juga lebih sederhana sehingga lebih dapat diterima dan

dimanfaatkan oleh masyarakat.

Pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem setempat memerlukan

pengurasan yang dilakukan secara berkala, umumnya 1 sampai 3 tahun

sekali, untuk menghindari kejenuhan atau penuhnya tangkiseptik. Pengurasan

lumpur dalam tangki dilakukan dengan menggunakan truk tinja dan

selanjutnya dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

IPLT adalah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang dirancang hanya

menerima dan mengolah lumpur tinja yang diangkut melalui mobil (truk tinja)

atau gerobak tinja. Pengolahan lumpur tinja di IPLT dilakukan dengan tujuan

untuk menurunkan kandungan zat organik dari dalam lumpur tinja,

menghilangkan dan menurunkan mikroorganisme patogen (bakteri, jamur dan

lain sebagainya).

Kota Kendari sebagai ibukota dari Provinsi Sulawesi Tenggara, membangun

IPLT pada tahun 2006 dengan Lokasi di Kecamatan Konda perbatasan antara

Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan. Karena terjadi sengketa lahan

di lokasi IPLT tersebut, pada tahun 2010, dengan seizin Pemerintah Kota

Kendari, Satker PLP Provinsi Sultra membangun IPLT baru bertempat di

Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puwatu Kota Kendari.

Setelah beroperasi selama 5 tahun, IPLT ini masih mengalami beberapa

kendala dan permasalahan baik aspek teknis maupun aspek non teknis, salah

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

1

Page 5: Keberlanjutan IPLT

satu permasalahannya yaitu rendahnya persentase cakupan layanan

penyedotan tinja masyarakat Kota Kendari, sehingga sarana yang ada tidak

dapat berfungsi secara maksimal.

Laporan ini berisi mengenai sistem pengolahan limbah cair domestik di

Indonesia dengan studi kasus Kota Kendari. Laporan ini akan memberikan

gambaran IPLT Kota Kendari dari aspek teknis dan non teknis, memberikan

gambaran kendala dan permasalahan serta rekomendasi dan saran dalam

meningkatkan operasional IPLT Kota Kendari.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari tugas ini yaitu:

1. Memberikan gambaran kondisi eksisting aspek teknis IPLT Kota Kendari.

2. Memberikan gambaran kondisi eksisting aspek non teknis IPLT Kota

Kendari.

3. Memetakan kendala dan permasalahan yang ada dalam pengelolaan IPLT

Kota Kendari.

4. Memberikan kesimpulan, saran dan rekomendasi yang dapat dilakukan

dalam meningkatkan layanan dan operasional IPLT.

1.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Ruang lingkup pembahasan dalam tugas ini yaitu mengenai aspek teknis dan

non teknis dalam pengelolaan IPLT Kota Kendari, menyimpulkan beberapa

kendala dan permasalahan serta rekomendasi yang diusulkan dalam

menyelesaikan kendala dan permasalahan tersebut.

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

2

Page 6: Keberlanjutan IPLT

1.4 METODOLOGI

Metodologi dalam pelaksanaan tugas ini dilakukan dengan metode yaitu :

1. Pengumpulan data sekunder baik teknis maupun non teknis seperti data

kelembagaan, regulasi, dan pendanaan.

2. Menggunakan beberapa literatur dalam perencanaan IPLT dan

membandingkannya dengan kondisi eksisting IPLT Kota Kendari .

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

3

Page 7: Keberlanjutan IPLT

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH

IPLT Kendari dibangun pada tahun 2006 dan mengalami

relokasi/pembangunan baru pada tahun 2010. Berlokasi di Kelurahan

Watulondo Kecamatan Puwatu Kota Kendari, berjarak ± 10 Km dari pusat

kota Kendari

Gambar 2.1-1Lokasi Wilayah Kajian

IPLT Kota memiliki fasilitas berupa bak penampung, tangki imhoff, kolam

anaerobik dan kolam fakultatif, kolam maturasi, bak pengering lumpur,

kemudian untuk fasilitas penunjang ada pos jaga dan kantor pengelola.

Sarana ini juga dilengkapi dengan 2 unit mobil tinja yang beroperasi di bawah

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari.

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

4

Page 8: Keberlanjutan IPLT

2.2 ASPEK TEKNIS

2.2.1 TEKNOLOGIIPLT Kendari menggunakan teknologi pengolahan berupa sistem kolam

yang terdiri dari tangki imhoff, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam

maturasi dan bak pengering lumpur. Semua unit pengolah lumpur tinja

berjumlah 1 unit. Diagram alir IPLT Kendari dapat dilihat pada Gambar

berikut:

Gambar 2.2-2Diagram Alir IPLT Kendari

Lumpur tinja dari unit pengolah air limbah diangkut dengan

menggunakan mobil tinja yang kemudian dimasukan ke tangki imhoff.

Di dalam tangki imhoff terjadi pemisahan antara zat padat dan cair

yang terdapat dalam lumpur tinja. Padatan dialirkan menuju bak

pengering lumpur sedangkan cairan dialirkan ke kolam anaerobik yang

kemudian diteruskan ke kolam fakultatif dan kolam maturasi. Aliran

dalam sistem ini mengalir secara gravitasi.

a) Tangki Imhoff

Tangki imhoff terdiri dari 2 kompartemen yaitu kompartemen atas

berfungsi sebagai ruang pengendap dan kompartemen bawah sebagai

ruang pencerna, sehingga bagian lumpur tinja yang berupa padatan

akan mengendap di bagian kompartemen bawah dan tinggal selama

beberapa bulan namun tetap memerlukan pengurasan secara berkala

yang selanjutnya dapat dikeringkan pada unit pengering lumpur.

Berdasarkan petunjuk teknis tata cara perencanaan IPLT dengan

sistem kolam terdapat beberapa kriteria untuk tangki imhoff. Jika

Page 9: Keberlanjutan IPLT

dibandingkan dengan kriteria maka dapat diketahui terdapat beberapa

hal tidak sesuai antara kondisi eksisting tangki imhoff IPLT Kendari

dengan kriteria yang dipersyaratkan antara lain:

1. Tinggi tangki imhoff hanya 3,7 m (kriteria 6 – 9 m);

2. Perbandingan lebar dan panjang tangki hanya 1:1,67

(kriteria (1: (2 – 4));

3. Syarat kemiringan penampung lumpur, minimal 30 tidak terpenuhi.

Perbandingan tangki imhoff eksisting dengan kriteria tangki imhoff

dapat dilihat pada gambar berikut:

Kriteria Imhoff Imhoff Eksisting

Gambar 2.2-3 Perbandingan Tangki Imhoff Eksisting dengan Imhoff Kriteria

Kelebihan Menyisihkan padatan dari lumpur tinja sebelum melewati jaringan

perpipaan selanjutnya sehingga tidak hanya mengurangi potensi

penyumbatan juga dapat membantu mengurangi dimensi pipa;

Operasi dan pemeliharaan mudah sehingga dapat menggunakan

sumber daya manusia dengan pengetahuan minimal;

Tidak memerlukan pengolahan primer (primary treatment) pada

pengolahan selanjutnya (secondary treatment);

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

6

Page 10: Keberlanjutan IPLT

Mampu bertahan terhadap aliran debit masuk yang sangat

berfluktuasi (resistant against shock loads).

Kelemahan Pemeliharaan merupakan suatu keharusan;

Jika tidak dioperasikan dan dirawat dengan baik, maka resiko

penyumbatan pada pipa pengaliran;

Membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk efluen baik pada frasa

cair maupun padatan yang telah dipisahkan;

Efisiensi penyisihan rendah.

b) Kolam anaerobik

Kolam anaerobik merupakan unit pengolah BOD dengan kondisi tanpa

oksigen/anaerob. Kolam anaerobik cocok untuk digunakan mengolah

air limbah dengan konsentrasi BOD yang tinggi, sehingga kolam ini

sangat cocok digunakan untuk mengolah lumpur tinja yang merupakan

high-strenght wastewater dengan konsentrasi BOD minimal 1.500 mg/l.

Kolam anaerobik yang terdapat di IPLT Kendari tidak memiliki

kedalaman yang sesuai dengan kriteria desain. Kedalaman kolam

anaerobik eksisting hanya 0.5 m, hal ini tidak menjadikan kolam

tersebut sebagai kolam anaerob karena kedalaman yang sangat

rendah yang memungkinkan kolam terebut menjadi kolam aerob. Pada

petunjuk teknis perencanaan IPLT sistem kolam, kolam anaerobik

disyaratkan dirancang dengan kedalaman 2-4 m dengan tujuan untuk

membentuk dan mempertahankan kondisi anaerobik bagi proses

degradasi oleh mikroba yang terjadi didalamnya. Pada kedalaman ini

akan terbentuk kondisi anaerob dan mampu menyimpan lumpur hingga

akumulasi (30-40) liter/orang/tahun.

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

7

Page 11: Keberlanjutan IPLT

Gambar 2.2-4 Potongan Kolam Anaerobik IPLT Kendari

Kriteria desain lain untuk kolam anaerobik antara lain:

Rasio panjang banding lebar sebesar (2-4):1.

Kolam anaerobik umumnya diaplikasikan 2 (dua) unit kolam yang

dibuat paralel atau seri agar dapat mengantisipasi jika ada

perawatan kolam.

Kolam diberi talud sebesar 1:3 untuk memudahkan perawatan

kolam.

Kelebihan Membantu memperkecil dimensi/ukuran kolam fakultatif dan

maturasi;

Mengurangi penumpukan lumpur pada unit pengolahan berikutnya;

Biaya operasional murah;

Mampu menerima limbah dengan konsentrasi yang tinggi.

Kelemahan Menimbulkan bau yang dapat mengganggu;

Proses degradasi berjalan lambat;

Memerlukan lahan yang luas.

c) Kolam fakultatif

Kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan

konsentrasi bahan organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah

pada kolam anaerobik. Proses yang terjadi pada kolam ini adalah

campuran antara proses anaerob dan aerob. Secara umum kolam

Page 12: Keberlanjutan IPLT

fakultatif terstratifikasi menjadi tiga zona atau lapisan yang memiliki

kondisi dan proses degradasi yang berbeda.

Zona aerobik (atas). Pada bagian atas kolam kaya akan oksigen.

Oksigen yang berlimpah berasal dari udara pada permukaan

kolam, proses fotosintesis algae dan adanya agitasi atau

pengadukan akibat tiupan angin. Zona aerobik juga berfungsi

sebagai penghalang bau hasil produksi gas dari aktivitas mikroba

pada zona di bawahnya

Zona fakultatif atau zona aerobik-anaerobik (tengah).

Zona anaerob (bawah). Pada zona ini ditemukan lapisan lumpur

yang terbentuk dari padatan yang terpisahkan dan mengendap

pada dasar kolam. Lumpur yang terbentuk sangat kaya akan

mikroba anaerob yang akan terus mencerna dan memperlambat

proses pengendapan lumpur ke dasar kolam. Lumpur yang

mengendap harus dikuras secara periodik bergantung pada iklim,

disain kolam dan program pemeliharaan yang dijalankan. Namun

sebagai patokan umum, periode pengurasan dilakukan antara 5-10

tahun (Direktorat PPLP).

Gambar 2.2-5 Potongan Kolam Fakultatif IPLT Kendari

Kedalaman kolam fakultatif berkisar antara (0.9-2.4) m. Kedalaman ini masih

dapat mendukung pertumbuhan algae dan juga cukup dalam untuk

mendapatkan kondisi anaerobik pada bagian dasar kolam. Kedalaman kolam

arus tetap dipertahankan untuk menghindari terjadinya penguapan yang akan

mengganggu stratifikasi zona yang ada juga mencegah bau. Rasio panjang dan

lebar adalah (2-4):1 (Direktorat PPLP, ).

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

9

Page 13: Keberlanjutan IPLT

Kelebihan Sangat efektif menurunkan jumlah atau konsentrasi bakteri patogen hingga

(60-99)%;

Mampu menghadapi beban yang berfluktuasi;

Operasi dan perawatan mudah sehingga tidak memerlukan keahlian tinggi;

Biaya operasi dan perawatan murah.

Kelemahan Kolam fakultatif ini memerlukan luas lahan yang besar;

Waktu tinggal yang lama, bahkan beberapa literatur menyarankan waktu

tinggal antara (20-150) hari;

Jika tidak dirawat dengan baik, maka kolam dapat menjadi sarang bagi

serangga;

Berpotensi mengeluarkan bau;

Memerlukan pengolahan lanjutan terutama akibat pertumbuhan algae pada

kolam;

d) Kolam maturasi

Kolam maturasi merupakan kolam yang terakhir dalam proses pengolahan

aerobik air limbah yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi padatan

tersuspensi dan BOD yang masih tersisa dari proses sebelumnya. Fungsi utama

kolam maturasi adalah menghilangkan mikroba patogen yang berada di dalam

limbah melalui perubahan kondisi yang berlangsung cepat dan pH yang sangat

tinggi (Direktorat PPLP). Kondisi aerobik terjadi karena kedalaman kolam yang

dangkal dan adanya algae sebagai produsen oksigen yang digunakan oleh

mikroba aerobik dalam pengolahan air limbah.

Kedalaman kolam yang disyaratkan dalam petunjuk teknis perencanaan IPLT

adalah 0.8 – 1.2. Hal ini dimaksudkan agar kondisi aerobik yag dibutuhkan

dalam proses pengolahan dapat tetap dipertahankan. Rasio panjang dan lebar

kolam maturasi adalah (2-4) : 1 dengan waktu detensi antara 5 – 15 hari.

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

10

Page 14: Keberlanjutan IPLT

Kolam maturasi pada IPLT kendari memiliki kedalaman air 0.5 m yang berarti

tidak sesuai dengan kriteria teknis yang dipersyaratkan namun dengan

kedalaman yang lebih dangkal dapat memperkaya kolam dengan kandungan

oksigen.

Gambar 2.2-6 Potongan Kolam Maturasi IPLT Kendari

Kelebihan Biaya operasi rendah karena tidak menggunakan aerator;

Mampu menyisihkan nitrogen hingga 80% dan amonia hingga 95%;

Mampu menyisihkan mikroba patogen.

Kelemahan Hanya mampu menyisihkan BOD dalam konsentrasi yang kecil.

e) Bak Pengering Lumpur

Unit pengering lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur dari unit

pengolahan biologis. Lumpur selanjutnya dikeringkan secara alami dengan

bantuan sinar matahari dan angin. Lumpur yang sudah kering dapat digunakan

sebagai pupuk, sedangkan cairan hasil pengeringan dapat disalurkan ke bak

pengumpul untuk digunakan sebagai pengencer.

Kriteria perencanaan berdasarkan petunjuk teknis perencanaan IPLT antara lain:

Lebar sebuah bak = (4,50-7,50) m;

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

11

Page 15: Keberlanjutan IPLT

Panjang sebuah bak = (3-6) x lebar;

Ketinggian dinding bak = 45 cm di atas pasir;

Tinggi jagaan = (15-25) cm;

Dinding bak bisa dibuat dari beton, pasangan bata dengan spesi semen;

Pipa pemberi yang membawa sludge ke tepi bak berdiameter ≥ 150 mm dan

dari bahan GI;

Pipa distributor mempunyai kriteria sebagai berikut:

o Dipasang di atas (di salah satu sisi) dinding memanjang tiap kompartemen;

o Diameter ≥ 150 mm;

o Bahan GI;

o Bila menggunakan bahan pipa dari PVC harus ditanam dalam dinding;

Pipa pembuang dipasang pada drainase bak dengan diameter minimal 15 cm;

Kadar air lumpur kering optimal = (70-80) %;

Tebal lumpur kering di atas pasir = (20-30) cm;

Tebal lumpur basah di atas pasir = (30-45) cm;

Bak pengering lumpur yang terdapat di IPLT Kendari memiliki lebar 7 m dan

panjang 18 m (Gambar 6), yang berarti memiliki rasio perbandingan panjang dan

lebar adalah 2,5 : 1.

Gambar 2.2-7 Bak Pengering Lumpur IPLT Kendari

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

12

Page 16: Keberlanjutan IPLT

2.2.2 CAKUPAN LAYANAN IPLTIPLT Kota Kendari melayani pengolahan lumpur tinja seluruh kecamatan

dengan sumber yang berasal dari unit pengolahan limbah domestik dan

fasilitas komersil (hotel, ruko, dll). Peta cakupan layanan IPLT dapat dilihat

pada Gambar 7. Data terakhir (tahun 2012) menyebutkan bahwa sumber

lumpur tinja yang berasal dari domestik terdapat 59.147 unit pengolah

dengan pertimbangan setiap KK memiliki unit pengolah limbah penghasil

lumpur tinja. Namun penyedotan lumpur tinja hanya dilakukan oleh 3% dari

total keseluruhan unit septiktank yang harus disedot. Septiktank wajib sedot

merupakan septiktank yang sudah digunakan selama lebih dari 2 tahun.

Kota Kendari memiliki 2 unit mobil tinja, yang beroperasi setiap hari untuk

melayani penyedotan lumpur tinja yang berasal dari domestik dan komersial.

Selain itu juga mobil tinja melayani hingga ke kabupaten lain.

Tabel 1 Data Cakupan Layanan IPLT Hingga Tahun 2012

No Kecamatan KK Tangki Septik Wajib Sedot

Yang Pernah Menyedot dengan Layanan Dinas Kebersihan

1 Kec Mandonga 7377 4177 182 Kec Kendari 5213 2794 443 Kec Baruga 3951 1368 234 Kec Poasia 5095 2183 05 Kec Kendari

Barat8757 4441 656

6 Kec Abeli 4577 1261 17 Kec Wua-Wua 4978 2635 718 Kec Kadia 8005 5481 1949 Kec Puwatu 5660 1908 710 Kec Kambu 5535 2792 3  Grand total 59147 29042 1016        3%

Sumber: Studi EHRA Kota Kendari, 2012

Pada tahun 2013 dilakukan suatu kerjasama antara Pemerintah Daerah,

Pemerintah Pusat, maupun pihak non pemerintah untuk membangun sektor

sanitasi yang lebih baik, yang dituangkan dalam memorandum program sanitasi.

Dalam memorandum tersebut terdapat juga program untuk peningkatan kinerja

IPLT. Sasaran program kerjasama tersebut dalam IPLT adalah

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

13

Page 17: Keberlanjutan IPLT

Meningkatnya Layanan IPLT dari 2 % menjadi 20 % di tahun 2017;

Optimalnya fungsi IPLT dalam pengolahan lumpur tinja pada tahun 2014; Adanya ada uji kelayakan IPLT yang ada baik dari segi lokasi, konstruksi,

kapasitas, dan sistem pengolahan limbah yang digunakan;

Adanya ada uji kelayakan IPLT yang ada baik dari segi lokasi, konstruksi,

kapasitas, dan sistem pengolahan limbah yang digunakan;

Adanya uji mengenai data buangan dari IPLT (baik itu volume, kualitas efluen,

efisiensi pengolahan, hasil lumpur;

Adanya pemanfaatan hasil sedimentasi (lumpur) IPLT dan MCK ++.

Prioritas yang dirancanakan dalam meningkatkan cakupan layanan IPLT antara lain

perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah yang telah ada

dengan dana dari APBD dan rehabilitasi IPLT dengan menggunakan dana APBD

dan APBN.

Page 18: Keberlanjutan IPLT

Peta 2.2-1Cakupan Layanan Air Limbah dan Lokasi IPLT Kota Kendari

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT Kota Kendari)

15

Page 19: Keberlanjutan IPLT

2.3 ASPEK NON TEKNIS

2.3.1 KELEMBAGAANKeberhasilan kinerja dalam pengelolaan suatu IPLT maka diperlukan

suatu organisasi dan manajemen pengelolaan IPLT. Organisasi dan

manajemen pengelolaan IPLT ini dapat disebut juga sebagai

kelembagaan IPLT, dimana kelembagaan IPLT ini mengatur dan

mengawasi mulai dari tahap pembangunan hingga penggunaan IPLT

tersebut. Untuk studi kasus IPLT Kendari, pengelolaan IPLT ditangani

dibawah Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari.

Struktur kelembagaan pengelolaan IPLT Kota Kendari dapat dilihat pada

bagan berikut:

KEPALA DINAS

KELP JABATAN FUNGSIONAL

SEKRETARIS

SUB BAG UMUM & KEPEGAWAIAN

SUB BAG PERENCANAAN, PELAPORAN & KEUANGAN

BIDANG KEBERSIHAN & PERSAMPAHAN

SEKSI KEBERSIHAN JALAN DAN DRAINASE

SEKSI PENGANGKUTAN & PENGOLAHAN

SAMPAH

UPTD

BIDANG PERTAMANAN & PEMAKAMAN

SEKSI PERTAMANAN

SEKSI PEMAKAMAN

BIDANG PERALATAN & PENGAWASAN

SEKSI PERALATAN

SEKSI PENGAWASAN

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012

Gambar 2.3-8Struktur Kelembagaan IPLT Kota Kendari

Untuk pelaksanaan IPLT dilakukan dibawah Kementerian Pekerjaan

Umum Dirjen Cipta Karya Melalui Satker PPLP Provinsi Sulawesi

Tenggara. Sedangkan untuk Operational and Maintenance diserahkan

kepada Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari,

pada Bidang Kebersihan dan Persampahan dalam hal ini adalah Seksi

Kebersihan Jalan dan Drainase.Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia

(Studi Kasus IPLT kota Kendari)16

Page 20: Keberlanjutan IPLT

2.3.2 KEBIJAKANKebijakan atau regulasi sangat penting dimiliki dalam pengelolaan IPLT.

Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan atau regulasi yang bersifat

sebagai payung hukum terhadap pelaksanaan pengelolaan IPLT yang

ada, maka dengan demikian setiap yang dilakukan oleh IPLT akan diatur

dan tunduk pada kebijakan atau regulasi yang ada. Kebijakan atau

regulasi tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil

keputusan pada setiap pelaksanaan yang akan dilakukan oleh IPLT.

Pada Kota Kendari, peraturan daerah yang dimiliki berkaitan dengan

IPLT adalah Peraturan Daerah Kota Kendari No. 4 Tahun 2007 Tentang Retribusi Pengangkutan Lumpur Tinja.

Peraturan ini mengatur tentang penetapan retribusi yang akan

dibayarkan oleh pelanggan untuk mengangkut lumpur tinja. Dalam

peraturan tersebut juga menjelaskan mengenai penetapan retribusi

berdasarkan kelas pelanggan yang ada. Untuk penyedotan Domestik

dikenakan tarif Rp. 400.000,- sekali penyedotan dan untuk Komersial

dikenakan tarif penyedotan sebesar Rp. 600.000,- sekali penyedotan.

Peraturan ini merupakan satu-satunya peraturan yang dimiliki oleh Kota

Kendari dalam hal pelaksanaan IPLT yang ada. Untuk saat ini, Kota

Kendari belum memiliki perda teknis yang mengatur mengenai

pengelolaan air limbah domestik.

Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia(Studi Kasus IPLT kota Kendari)

17

Page 21: Keberlanjutan IPLT

2.3.3 PENDANAANPembahasan mengenai pendanaan akan dimulai dari biaya atau

investasi awal dari pembangunan IPLT. Investasi awal ini diperlukan

dalam pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja beserta

kelengkapannya di Kota Kendari. Dana investasi awal ini berasal dari

dana APBN PLP sebesar Rp 1.700.000.000,-.

Pendanaan yang ada juga mencakup mengenai iuran atau retribusi

penyedotan tinja. Untuk iuran atau retribusi penyedotan tinja sudah

diatur oleh Pemerintah Daerah Kota Kendari. Data iuran atau retribusi

penyedotan tinja dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 2.3.3-2Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari

No 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

Pertumbuhan (%)

A Retribusi Sedot tinja

73.000.000 75.500.000 80.250.000 92.100.000 95.750.000 83.320.000 7,11

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012

2007 2008 2009 2010 20110

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

73,000,00075,500,00080,250,00092,100,00095,750,000

Retribusi Sedot tinja

Gambar 2.3-9Grafik Data Iuran atau Retribusi Penyedotan Tinja Kota Kendari

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012

18

Page 22: Keberlanjutan IPLT

Berdasarkan tabel dan grafik diatas diketahui bahwa iuran atau retribusi

penyedotan tinja ini dimulai pada tahu 2007 dan terjadi penaikan jumlah iuran

atau retribusi penyedotan tinja setiap tahunnya. Berdasarkan secara teknis

penyedotan tinja ini tidak hanya untuk domestik tetapi juga melayani kawasan

industri dan komersial, maka ada penetapan iuran atau retribusi yang dibuat

oleh Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan, untuk wilayah

domestik iuran atau retribusi yang ditarik ke masyarakat adalah Rp

400.000,-/bulan, sedangkan untuk kawasan industri dan komersial iuran atau

retribusi yang ditarik adalah Rp 600.000,-/bulan. Retribusi atau iuran

penyedotan tinja ini dikelola oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman Kota Kendari.

Iuran atau retribusi ini akan masuk ke dalam pendapatan asli daerah atau PAD

Kota Kendari. Untuk biaya Operational and Maintenance setiap tahunnya ada

dialokasikan oleh Pemerintah Daerah Kota Kendari tetapi hanya untuk

operasional truk tinja sedangkan untuk perbaikan IPLT belum ada dianggarkan

oleh Pemerintah Daerah Kota Kendari.

2.4 KENDALA DAN PERMASALAHANBerdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui beberapa kendala dan

permasalahan yang terjadi pada IPLT Kota Kendari. Kendala maupun

permasalahan tersebut berada di aspek teknis maupun non teknis. Kendala

dan permasalahan tersebut antara lain adalah:

a. Berdasarkan aspek teknis yang ada, diketahui bahwa desain IPLT yang

dibangun sangat berbeda dengan kriteria desain untuk IPLT yang berlaku.

Hal ini berlaku baik di desain tangki imhoff, kolam anaerobik, kolam

fakultatif, maupun maturasi. Keadaan ini dapat membuat proses kerja dari

teknologi yang digunakan menjadi kurang efektif dalam mengolah lumpur

tinja yang ada. Akibatnya efluen yang dihasilkan masih akan menjadi

beban atau masalah ketika masuk ke unit pengolahan lainnya dan

efisiensi penurunan organik yang dilakukan menjadi tidak efektif sehingga

masih dapat mencemari lingkungan yang ada.

b. Dari segi kelembagaan, pengelolaan IPLT masih belum ditangani secara

fokus oleh suatu lembaga yang memang hanya menangani IPLT, tetapi

Page 23: Keberlanjutan IPLT

pengelolaan IPLT dimasukan ke dalam Seksi Kebersihan Jalan dan

Drainase. Hal ini sangat berbeda, penanganan IPLT membutuhkan

pengawasan yang tetap dikarenakan dari karakteristik lumpur tinja yang

sangat berbahaya maka perlu penanganan yang khusus maka sebaiknya

perlu ada lembaga tersendiri yang berfungsi sebagai pengelola IPLT,

seperti UPTD atau bidang yang menangani khusus IPLT. Sehingga

melalui lembaga tersendiri ini proses kerja yang terjadi di IPLT menjadi

terarah dan terpantau sesuai dengan fungsi dari IPLT itu sendiri.

c. Dari segi kebijakan atau regulasi, Pemerintah Daerah Kota Kendari belum

mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang teknis pengelolaan air

limbah domestik. Pada dasarnya peraturan ini dapat menjadi acuan dalam

pelaksanaan IPLT dan menjadi pengikat ke masyarakat untuk dapat mau

menyedot lumpur tinjanya yang berada di tangki septik. Saat ini

Pemerintah Daerah Kota Kendari hanya membuat peraturan yang

mengatur tentang retribusi pengangkutan lumpur tinja.

d. Dari segi pendanaan, Pemerintah Daerah Kota Kendari belum

mengalokasikan dana untuk operasional dan perawatan bagi IPLT. Hal ini

sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan dari IPLT yang ada.

Melalui dana tersebut maka ada jadwal untuk proses perawatan dan

perbaikan terhadap teknologi-teknologi yang digunakan di IPLT, seperti

pembersihan kolam-kolam yang digunakan ataupun perbaikan terhadap

pompa yang digunakan. Sedangkan saat ini Pemerintah Daerah Kota

Kendari hanya menyediakan dana untuk operasional truk tinja. Akan lebih

baik jika iuran atau retribusi yang didapat sebagian digunakan untuk

Operasional dan Perawatan bagi IPLT tidak semuanya dimasukkan

sebagai PAD Kota Kendari.

20

Page 24: Keberlanjutan IPLT

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

3.1KESIMPULAN

1. IPLT kota Kendari dibangun mulai pada tahun 2006 dan mengalami relokasi

pada tahun 2010 dan beroperasi hingga saat ini.

2. Teknologi IPLT yang digunakan yaitu truk tinja mengirimkan lumpur ke bak

pengumpul melalui penyaringan untuk memisahkan benda-benda padat

yang tidak dapat diproses, kemudian endapan lumpur yang terkumpul dalam

tangki imhoff secara periodik disalurkan ke bak pengering, Selanjutnya

supernatan akan mengalir ke kolam anaerob secara berkala, proses

anaerobik selama 3 hari. Untuk selanjutnya air akan mengalir melalui

saluran overflow ke kolam fakultatif, overflow dari kolam fakultatif dialirkan ke

kolam maturasi atau pematangan, juga minimum selama 3 hari. Selanjutnya

dari kolam maturasi, melalui overflow air dialirkan ke badan air terdekat atau

bidang resapan. Namun masih terdapat beberapa spesifikasi desain yang

belum sesuai dengan petunjuk teknis perencanaan dan pembangunan IPLT,

seperti kedalaman kolam.

3. Cakupan layanan IPLT sesuai data terbaru yaitu 3% atau hanya sekitar 1016

KK yang pernah melakukan penyedotan tinja melalui Dinas Kebersihan,

sesuai data EHRA kota kendari 2012

4. Kelembagaan IPLT kota kendari berada di bawah Dinas Kebersihan,

Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari, namun operasional IPLT masih

bergabung di bidang kebersihan dan persampahan, sehingga

pengelolaannya belum maksimal.

5. Kebijakan/regulasi terkait pengelolaan limbah domestik dan IPLT yaitu telah

terdapat perda retribusi tinja yaitu Perda No.4 Tahun 2007 Tentang

Retribusi Pengangkutan Lumpur Tinja, namun belum ada Perda mengatur

secara teknis mengenai pengelolaan limbah domestik.

6. Untuk aspek Pendanaan, retribusi tinja dari tahun ketahun cenderung

mengalami kenaikan, meskipun pemasukan retribusi bukan hanya dari

limbah domestik, tetapi juga dari limbah komersil, hasil retribusi ini telah

masuk ke pendapatan asli daerah pemerintah Kota Kendari.

Page 25: Keberlanjutan IPLT

3.2SARAN DAN REKOMENDASI

1. Beberapa desain teknologi yang belum sesuai dengan petunjuk teknis

perencanaan dan pembangunan IPLT sebaiknya memperoleh perbaikan dari

pemerintah setempat, agar hasil pengolahan lumpur lebih maksimal

2. Untuk meningkatkan cakupan layanan IPLT Kota Kendari terdapat beberapa

hal yang harus dilakukan Pemerintah Kota Kendari antara lain :

a. Pemerintah Kota Kendari melalui dinas-dinas terkait seperti Dinas

Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Tata Kota dan Perumahan

dan Badan Lingkungan Hidup melakukan sosialisasi dan pengawasan

terkait standar tangkiseptik yang aman dilingkungan permukiman.

b. Merancang dan menerbitkan Perda atau Perwali yang bersifat teknis

yang mengatur kewajiban menyedot tangkiseptik dalam waktu berkala,

misalnya 1 atau 3 tahun sekali.

c. Membuat unit atau bidang khusus dalam Dinas Kebersihan, Pertamanan

dan Pemakaman yang menangani pengelolaan IPLT kota Kendari,

sehingga pengelolaannya lebih maksimal.

d. Mengalokasikan biaya operasional IPLT dan truk tinja sesuai kebutuhan.

3. Melakukan pengawasan dan perawatan berkala terhadap IPLT

4. Melakukan pembinaan dan pelatihan teknis terhadap sumber daya manusia

di lingkup Dinas Kebersihan terkait operasional dan perawatan IPLT.

22

Page 26: Keberlanjutan IPLT

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dirjen Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Materi bidang Limbah

Pokja Sanitasi Kota Kendari. 2012. Buku Putih Sanitasi Kota Kendari

Pokja Sanitasi Kota Kendari. 2013. Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari

Page 27: Keberlanjutan IPLT

LAMPIRAN

Dokumentasi IPLT Kota Kendari

Bak Pengumpul dan Tangki Imhoff

Bak Pengering Lumpur IPLT Kota Kendari

Page 28: Keberlanjutan IPLT

Kolam Maturasi

Kolam Fakultatif

Proses Pembuangan Lumpur Tinja Di Tangki Imhoff