Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    1/23

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    2/23

    2

    KEBIJAKAN EKONOMI: FISKAL DAN MONETER MASA RASUL

    A. PENDAHULUAN

    Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada

    tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu

    diturunkan melalui Nabi Muhammad saw karena rujukan utama pemikiran ekonomi ini

    munculnya bersamaan dengan diturunkannya Alquran dan masa kehidupan Rasulullah Saw,

    pada abad akhir 6 M hingga awal abad 7 M.1 Kehidupan Rasulullah Saw dan masyarakat

    pada zaman beliau adalah teladan yang paling baik dalam implementasi Islam. Sehingga

    Allah memuji Rasulullah dan masyarakat pada zaman beliau sebagaimana yang tertulis

    dalam Alquran Q.S Ali Imran ayat 110:

    Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

    ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli

    Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,

    dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

    Oleh karena itu, kehidupan Rasulullah dan masyarakat pada zaman beliau adalah teladan

    yang paling baik yang harus di kaji dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang

    ekonomi. Terntu saja sistem perekonomian Rasulullah yang dimaksud disini adalah sistem

    perekonomian masa Madinah, karena pada fase Makkah masyarakat Muslim belum sempat

    membangun sistem perekonomian karena pada masa itu fokus masyarakat Muslim adalah

    mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang Quraisy.

    1Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 97

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    3/23

    3

    B. EKONOMI MASA AWAL MADINAH

    Seteleh mendapatkan perintah untuk berhijrah, maka Rasulullah Saw memutuskan untuk

    berhijrah ke kota Yatsrib (Madinah) dan menjadi pemimpin agama dan politik disana. Pada

    periode Madinah ini Rasulullah Saw memimpin sendiri membangun masyarakat madinah

    sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera dan beradab.

    Perekonomian pada masa Madinah relatif masih sederhana, tetapi Rasulullah Saw telah

    menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari

    perekonomian pada masa itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma,

    serta perhatiannya yang besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan. Usaha-usahaekonomi harus dilakukan secara etis dalam bingkai syariah Islam, sementara sumber daya

    ekonomi tidak boleh menumpuk pada segelintir orang melainkan harus beredar bagi

    kesejahteraan seluruh umat. Pasar menduduki peranan penting sebagai mekanisme ekonomi,

    tetapi pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan

    menegakkan keadilan.2

    Seperti halnya masyarakat arab lainnya, mata pencaharian utama penduduk Madinah

    adalah berdagang, sebagian yang lain bertani, beternak, berkebun dan menjadi pengrajin besi.

    Madinah memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan Makkah yang gersang. Madinah

    memiliki tingkat kelembaban dan curah hujan yang cukup sehingga membuat daerah itu

    relatif subur sehingga peternakan, pertanian, dan perkebunan dapat dilakukan di kota ini.

    Pembangunan Madinah pada masa awal kedatangan Rasulullah Saw dilakukan dengan

    cermat oleh Rasulullah Saw jika ditinjau, kondisi Madinah pada saat itu memiliki banyak

    persoalan diantaranya dalam bidang ekonomi yaitu tidak meratanya distribusi kekayaan

    dimana kaum Muhajirin tidak memiliki harta karena harta kekayaannya ditinggalkan di

    Makkah. Selain itu, pada masa awal itu juga belum jelasnya sumber keuangan negara. Oleh

    karena itu, Rasulullah Saw menyusun beberapa kebijakan fiskal dan moneter yang akan

    dibahas dalam sub bab berikutnya.

    2Ibid., h.98

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    4/23

    4

    C. KEBIJAKAN FISKAL RASUL

    Kebijakan fiskal negara pada dasarnya dapat dilihat melalui variabel anggaran negara.

    Dari variabel ini terlihat bagaimana negara mengatur arus dana yang ada dalam pemerintahan

    dalam rangka menjalankan fungsinya, yaitu melaksanakan program-program pembangunan,

    baik yang bersifat abstrak seperti pembangunan moral, maupun yang bersifat fisik atau

    materi seperti pembangunan ekonomi.3

    Kembali kepada konteks Madinah dengan persoalannya yang telah disebutkan diatas,

    maka diperlukan kebijakan-kebijakan yang cermat untuk mengatasi persoalan-persoalan

    tersebut. Karenanya Rasulullah saw pada awal kedatangannya ke Madinah segerameletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, selanjutnya melakukan pembangunan

    sistem ekonomi dan melakukan kebijakan fiskal. Sedangkan yang dimaksud dengan dasar-

    dasar kehidupan bermasyarakat yaitu meliputi:4

    1. Membangun masjid sebagaiIslamic Centre.

    2. Menjalin ukhuwwah islamiyyah antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.

    3. Menjalin kedamaian dalam negara.

    4.

    Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negara.

    5. Membuat konstitusi negara.

    6. Menyusun sistem pertahanan negara.

    7. Meletakkan dasar-dasar keuangan negara.

    Hal yang menarik seputar distribusi kekayaan dapat kita lihat dari ukhuwwah islamiyyah

    yang dilakukan Rasulullah saw antara kaum anshor dan muhajirin. Sebagaimana kita ketahui

    bahwa kaum muhajirin tidak membawa harta saat hijrah ke Madinah sehingga terjadi

    ketidakmerataan distribusi kekayaan antara kaum anshor dan muhajirin. Namun dengan

    kebijakan Rasulullah saw untuk mempersaudarakan antara kaum anshor dan muhajirin

    sehingga dengan sendirinya terjadi resdistribusi kekayaan. Kebijakan ini sangat penting

    sebagai strategi awal pembangunan Madinah. Selanjutnya untuk memutar roda

    3Ikhwan A. Basri, Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik, (Jakarta:Aqwam,2007), h.46

    4Dr. Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,(Depok: Gramata Publishing, 20110), h.77

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    5/23

    5

    perekonomian, Rasulullah mendorong kerja sama usaha diantara anggota masyarakat seperti

    muzaraah, mudharabah, musaqah dan lain-lain.

    Selain itu Rasulullah saw juga menjadikan Alquran sebagai panutan bagi kehidupan

    bermasyarakat, termasuk sistem ekonomi pun harus mengacu kepada Alquran. Oleh karena

    itu, jika ada kegiatan ekonomi yang bertentangan dengan islam dan Alquran, maka kegiatan

    tersebut akan dihapuskan. Disini kita lihat bahwa pada awalnya Rasulullah menanamkan

    aqidah islam sebagai pondasi kegiatan bermasyarakat, termasuk kegiatan ekonomi. Maka

    pantaslah bahwa yang pertama dibangun Rasulullah saw di Madinah adalah masjid sebagai

    Islamic Centre.

    Dari aqidah islam yang ditanamkan itulah muncul prinsip-prinsip kebijakan ekonomi

    yang dijelaskan Alquran sebagai berikut:5

    1. Allah Swt adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta.

    2. Manusia hanyalah khalifahAllah Swt di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya.

    3. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah swt.

    4. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.

    5.

    Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan.

    6. Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan.

    7. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.

    Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi tersebut diatas menghasilkan sistem ekonomi islam.

    Adapun kebijakan-kebijakan untuk membangun sistem ekonomi setelah dipersaudarakannya

    kaum muhajirin dan anshar yang paling penting adalah pembangunan baitul mal. Baitul mal

    merupakan institusi khusus yang menangani harta yang diterima negara dan

    mengalokasikannya bagi kaum Muslim yang berhak menerimanya. Karena baitul mal

    merupakan hal yang sangat penting dalam kebijakan sistem ekonomi saat itu, maka

    selanjutnya penulis akan membahas tentang baitul mal dalam sub bab tersendiri.

    5Ibid., h.77

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    6/23

    6

    a. Baitul Mal

    Pertama kali berdirinya baitul mal sebagai sebuah lembaga adalah setelah turunnya

    firman Allah Swt -yakni di Badar seusai perang dan saat itu para sahabat berselisih tentang

    ghanimah-:6

    Mereka (para sahabat) akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anfal, katakanlah

    bahwa anfal itu milik Allah dan Rasul, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah

    perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian

    benar-benar beriman.(TQS. al-Anfal [8]: 1)

    Diriwayatkan dari Said bin Zubair yang berkata: Aku pernah bertanya kepada Ibnu

    Abbas tentang surat al-Anfal, maka dia menjawab: 'surat al-Anfal turun di Badar.

    Ghanimah Badar merupakan harta pertama yang diperoleh kaum Muslim setelah ghanimah

    yang didapat dari ekspedisi (sarayah) Abdullah bin Jahsyi. Pada saat itu Allah menjelaskan

    hukum tentang pembagiannya dan menjadikannya sebagai hak seluruh kaum Muslim. Selain

    itu, Allah juga memberikan wewenang kepada Rasul saw untuk membagikannya dengan

    mempertimbangkan kemaslahatan kaum Muslim, sehingga ghanimah tersebut menjadi hak

    baitul mal. Pembelanjaan harta tersebut dilakukan oleh Khalifah sesuai dengan pendapatnya

    dalam rangka merealisasikan kemaslahatan mereka (kaum Muslim).7

    Adapun baitul mal yang berarti tempat penyimpanan harta yang masuk dan pengelolaan

    harta yang keluar, maka di masa Nabi saw belum merupakan tempat yang khusus. Ini

    disebabkan harta yang masuk pada saat itu belum begitu banyak. Lagi pula hampir selalu

    habis dibagikan kepada kaum Muslim, serta dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan mereka.

    Singkatnya, Pemasukan negara yang sangat sedikit hanya disimpan di lembaga ini dalam

    jangka waktu yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan seluruhnya kepada masyarakat.

    6Abdul Qadir Zallum, al-amwal fii daulah khilafah, (darul ulum:1982)

    7Ibid

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    7/23

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    8/23

    8

    menjadi sumber utama pemasukan Negara adalah zakat dan ushr. Sumber-sumber

    pemasukan negara ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab berikutnya.

    D. SUMBER-SUMBER KEUANGAN NEGARA

    Secara garis besar pemasukan Negara pada zaman rasulullah saw bersumber dari umat

    Muslim sendiri, non-Muslim, dan umum sebagaimana dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

    Dari kaum Muslim Dari kaum non-Muslim Umum

    1. Zakat

    2. Ushr (5-10%)

    3.

    Ushr (2,5%)

    4. Zakat Fitrah

    5. Wakaf

    6. Amwal Fadila

    7. Nawaib

    8. Shadaqah yang lain

    9. Khumus

    1. Jizyah

    2. Kharaj

    3.

    Ushr (5%)

    1. Ghanimah

    2. Fai

    3.

    Uang tebusan

    4. Pinjaman dari kaum

    Muslim atau non-

    Muslim

    5. Hadiah dari

    pemimpin atau

    pemerintah negara

    lain

    Sumber: Sabzwari, 1984 dalam Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,

    2012

    Harta ghanimahkaum Muslim yang pertama kali, terjadi setelah Allah Swt mengijinkan

    mereka berperang seiring dengan hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah, yaitu ghanimah

    Abdullah bin Jahsyi. Ghanimah tersebut berupa sebagian unta Quraisy yang membawa

    perbekalan logistik dan barang dagangan. Peristiwa ini terjadi pada bulanJumadi ats-Tsaniy,

    tahun kedua Hijriyah. Pada bulan Ramadan tahun yang sama terjadinya perang Badar, dan

    kaum Muslim memperoleh ghanimahberupa harta dan persenjataan.

    Setelah terjadi perang badr, terjadi perselisihan diantara kaum muslim tentang sistem

    pembagian ghanimah. Kemudian Allah Swt menjadikan harta rampasan perang

    diperuntukkan bagi Rasul-Nya. Kemudian beliau membagikannya tanpa mengambil

    seperlimanya. Sesuai firman Allah SWT dalam surah al anfal ayat 1 yang turun waktu itu:

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    9/23

    9

    Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang harta rampasan perang (anfal).

    Katakanlah kepada mereka, bahwa harta tersebut adalah milik Allah dan Rasul-Nya.

    (TQS. al-Anfal [8]: 1)

    Setelah itu, kaum Muslim memperoleh ghanimah berupa harta Yahudi bani Qainuqa'

    karena mereka mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah saw. Perperangan ini terjadi pada

    bulan Syawal 2 Hijriah. Beliau mengusir mereka ke wilayah Syam. Peristiwa ini terjadi

    sebulan setelah perang Badar. Rasulullah saw mengambil seperlimanya sesuai dengan ayatghanimah yang turun setelah perang Badar, yaitu:

    Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dari ghanimah yang kamu sekalian peroleh, maka

    seperlimanya untuk Allah, Rasul-Nya, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu

    sabil.(TQS. Al-Anfal [8]: 41)

    Tanah yang pertama kali ditaklukkan oleh Rasulullah saw adalah tanah (Yahudi) bani

    Nadlir, setelah mereka membatalkan perjanjian sesaat setelah perang Uhud reda. Rasulullah

    mengepung mereka selama 15 hari, kemudian memberikan keputusan kepada mereka harus

    ke luar dari wilayah Madinah. Mereka (diizinkan) membawa unta-unta dan barang

    bawaannya kecuali tali kekang dan persenjataan. Rasulullah saw membagikan harta

    rampasan bani Nadlir tersebut -kecuali tanahnya- kepada kaum Muhajirin angkatan pertama,

    tanpa menyertakan kaum Anshar, kecuali Sahal bin Hanif dan Abu Dujanah Sumaki bin

    Kharisyah karena keadaannya yang sangat fakir. Dari tanah yang tidak dibagikan tersebut,

    sebagian dari hasilnya diberikan kepada keluarga beliau untuk keperluan hidup setahun, dan

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    10/23

    10

    sisanya digunakan Rasulullah saw untuk keperluan pengadaan amunisi dan persenjataan yang

    disiapkan untuk perang di jalan Allah.9

    Pada peristiwa peperangan ini turun surat al-Hasyr, yaitu:

    Dan apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta

    benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun

    dan (tidak pula) seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada

    Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala

    sesuatu. (TQS. al-Hasyr [59]: 6)

    Allah Swt menjadikan harta fai khusus untuk Rasul saja. Pada peristiwa pengepungan

    dan peperangan dengan bani Quraidhah, setelah mereka membatalkan perjanjian (secara

    sepihak), mengkhianati kaum Muslim dan bergabung dengan pasukan Ahzab pada perang

    Khandaq, Rasulullah saw membagikan harta rampasan yang diperolehnya kepada kaum

    Muslim. Kemudian terjadi perang Khaibar (setelah Rasulullah saw mengadakan perjanjian

    perdamaian dengan orang Quraisy di Hudaibiyah). Allah Swt menaklukkan daerah tersebut

    untuk Rasul-Nya serta kaum Mukmin secara paksa, dan mampu menguasai tanah, kampung

    halaman dan hartanya.

    Setelah penaklukkan Khaibar, datanglah penduduk Fadak, maka Rasulullah saw

    menetapkan atas mereka bahwa separuh dari hasil bumi dan kurmanya adalah untuk Rasul,

    dan separuhnya lagi untuk mereka, dan mereka tetap bekerja untuk Rasul. Dengan demikian

    setengah bagian dari tanah Fadak dan hasilnya adalah khusus bagi Rasulullah saw saja,

    karena tanah tersebut ditaklukkan tanpa pengerahan pasukan berkuda maupun unta.

    Rasulullah saw kemudian membagikan sebagian harta yang diperolehnya dari tanah Fadak

    tersebut sebagai shadaqah. Beliaupun telah memutuskan bahwa penduduk Wadi al-Qurra

    boleh mengelola tanah mereka walaupun (wilayah tersebut) ditaklukkan secara paksa, seperti

    9Ibid

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    11/23

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    12/23

    12

    Dengan demikian, harta kekayaan negara bersumber dari hal-hal berikut:

    1. Anfal, ghanimah, fai dankhumus.

    Anfal dan Ghanimah merupakan hal yang sama. Allah Swt telah berfirman:

    Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anfal. Katakanlah bahwa

    anfal itu untuk Allah dan Rasul-Nya.(TQS. al-Anfal [8]: 1)

    Ibnu Abbas dan Mujahid telah dimintai pendapat tentang anfal dalam firman Allah

    Swt, "mereka akan bertanya kepadamu tentang anfal". Keduanya berpendapat bahwa

    anfal itu adalah ghanimah. Yang dimaksud dengan anfal -yang telah

    dirampas/dikuasai oleh seorang Imam-, adalah segala sesuatu yang dikuasakan

    kepadanya dari harta orang kafir, baik sebelum maupun setelah peperangan. Oleh

    karena itu, anfal dan ghanimah adalah sama, yaitu segala sesuatu yang dikuasai oleh

    kaum Muslim dari harta orang kafir melalui peperangan di medan perang. Harta

    tersebut bisa berupa uang, senjata, barang-barang dagangan, bahan pangan, dan lain-

    lain.12

    Sedangkan Yang dimaksud dengan fai adalah segala sesuatu yang dikuasai kaum

    Muslim dari harta orang kafir dengan tanpa pengerahan pasukan berkuda maupun

    unta, juga tanpa kesulitan serta (tanpa) melakukan peperangan. Kondisi ini seperti

    yang terjadi pada bani Nadlir, atau seperti kejadian lainnya sehingga mereka

    meninggalkan kampung halaman dan harta benda mereka. Kaum Muslim menguasai

    segala sesuatu yang mereka tinggalkan, atau bisa juga akibat ketakutan orang-orang

    kafir sehingga mendorong mereka menyerahkan diri kepada kaum Muslim, dengan

    harapan kaum Muslim berbuat baik kepada mereka dan tidak memerangi mereka.

    Hal ini dilakukan mereka disertai dengan penyerahan sebagian dari tanah dan harta

    benda mereka, -contohnya adalah peristiwa yang terjadi pada penduduk Fadak yang

    beragama Yahudi-. Inilah makna fai yang dimaksud oleh firman Allah Swt dalam

    surat al-Hasyr, yaitu:

    12Abdul Qadir Zallum, al-amwal fii daulah khilafah, (darul ulum:1982)

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    13/23

    13

    Dan apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari

    harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor

    kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan

    kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas

    segala sesuatu. (TQS. al-Hasyr [59]: 6)

    Khumus adalah seperlima bagian yang diambil dari ghanimah, berlandaskan firman

    Allah Swt:

    Dan ketahuilah sesungguhnya ghanimah yang kalian peroleh dari sesuatu, maka

    seperlimanya untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim dan orang miskin.

    (TQS. al-Anfal [8]: 41)

    2. Kharaj.

    Kharaj adalah hak kaum Muslim atas tanah yang diperoleh (dan menjadi bagian

    ghanimah) dari orang kafir, baik melalui peperangan maupun perjanjian damai. Oleh

    karena itu ada kharaj unwah(kharaj paksaan) dan kharaj sulhi (kharaj damai).

    Kharaj dan 'usyur tidak sama. 'Usyuradalah segala sesuatu yang diambil dari hasil

    tanah 'usyriyah. Tanah-tanah 'usyriyah itu mencakup:

    a. Jazirah Arab. Hal ini karena penduduknya merupakan penyembah berhala maka

    tidak pernah diterima dari mereka kecuali mereka masuk Islam. Selain itu, karena

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    14/23

    14

    Rasulullah saw sendiri tidak mewajibkan kharaj apapun atas tanah mereka walaupun

    terjadi peperangan dan penaklukan di atasnya.

    b. Setiap tanah yang penduduknya masuk Islam, seperti Indonesia dan Asia

    Tenggara. Rasulullah saw bersabda:

    Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Tiada

    Tuhan selain Allah. Maka barangsiapa mengucapkan Tiada Tuhan Selain Allah,

    maka terpeliharalah dariku jiwanya dan hartanya kecuali dengan haknya serta

    perhitunggannya di sisi Allah.

    c. Setiap tanah yang ditaklukkan secara paksa, kemudian Rasulullah saw (Khalifah)

    membagikannya kepada (pasukan) tentara yang turut peperangan, seperti tanah

    Khaibar.

    d. Setiap tanah yang penduduknya melakukan perjanjian damai dengan ketetapan

    bahwa kepemilikannya tetap berada di tangan mereka dan bersedia membayar kharaj.

    Tanah ini menjadi tanah 'usyur saat penduduknya masuk Islam, atau penduduknya

    menjual tanah tersebut kepada seorang muslim.

    e. Setiap tanah mati (tanah mawat) yang dihidupkan oleh seorang muslim. Bersabda

    Rasul saw:

    Dari Urwah, dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa

    Sallam bersabda: "Barangsiapa memakmurkan tanah yang tidak dimiliki oleh

    siapapun maka ia lebih berhak dengan tanah tersebut." Urwah berkata: Umar

    memberlakukan hukum itu pada masa khilafahnya. Riwayat Bukhari.13

    3. Jizyah.

    Jizyah adalah hak yang Allah berikan kepada kaum Muslim dari orang-orang kafir

    sebagai tanda tunduknya mereka kepada Islam. Apabila orang-orang kafir itu telah

    13http://alquran-sunnah.com/kitab/bulughul-

    maram/source/7.%20Bab%20Jual%20Beli/16.%20Bab%20Menghidupkan%20Tanah%20Yang%20Mati.htm

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    15/23

    15

    memberikan jizyah, maka wajib bagi kaum Muslim melindungi jiwa dan harta

    mereka. Ketentuan jizyah ini berdasarkan firman Allah Swt:

    Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada

    hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah di-haramkan oleh

    Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah),

    yaitu orang-orang yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka

    membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (hina dina).

    (TQS. at-Taubah [9]: 29)

    4. Bermacam-macam harta milik umum.

    Harta milik umum adalah harta yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh Syari

    (Allah) bagi kaum Muslim, dan menjadikan harta tersebut sebagai milik bersama

    kaum Muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari harta tersebut,

    akan tetapi mereka dilarang untuk memilikinya secara pribadi.

    Jenis-jenis harta ini dikelompokkan pada tiga jenis, yaitu:

    1. Sarana-sarana umum yang diperlukan oleh seluruh kaum Muslim dalam

    kehidupan sehari-hari.

    2. Harta-harta yang keadaan asalnya terlarang bagi individu tertentu untuk

    memilikinya.

    3. Barang tambang (sumber alam) yang jumlahnya tak terbatas.14

    Ketiga jenis pengelompokkan ini beserta cabang-cabangnya dan hasil pendapatannya

    merupakan milik bersama kaum Muslim, dan mereka berserikat dalam harta tersebut.

    Sistem ditribusi harta milik umum ini adalah untuk kemaslahatan kaum muslim. Dari

    Abu Khurasyi dari sebagian sahabat Nabi saw, berkata bahwa Rasulullah saw

    bersabda:

    Kaum Muslim itu berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput dan api.

    14Abdul Qadir Zallum, al-amwal fii daulah khilafah, (darul ulum:1982)

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    16/23

    16

    5. Harta milik negara yang berupa tanah, bangunan, sarana umum dan pendapatannya.

    6. Harta usyur.

    'Usyur merupakan hak kaum Muslim yang diambil dari harta serta perdagangan ahlu

    dzimmah dan penduduk darul harbi yang melewati perbatasan negara Khilafah.

    Orang yang bertugas memungutnya disebut 'Asyir.

    8. Khumus barang temuan dan barang tambang.

    9. Harta yang tidak ada ahli warisnya.

    Setiap harta baik bergerak ataupun tidak bergerak, yang pemiliknya telah mati dan tidak

    ada ahli warisnya berdasarkan hukum faraidh, tidak ada (sisa) keluarganya karena yang

    dimaksud juga telah mati, tidak ada pewaris baik istrinya, anak-anaknya, bapak-

    bapaknya, ibu-ibunya, saudara laki-lakinya, saudara perempuannya, atau ashabahnya,

    maka harta tersebut dimasukkan ke dalam baitul mal. Dari Maqdam al-Kindi dari Nabi

    saw, bahwa beliau bersabda:

    Aku wali bagi setiap orang mukmin dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka siapa

    saja yang (mati lalu) meninggalkan hutang atau beban yang ditinggalkannya maka

    datanglah kepadaku. Dan siapa saja yang meninggalkan harta maka wariskanlah (pada

    ahli warisnya). Aku adalah wali bagi orang-orang yang tidak ada wali baginya, akulah

    yang mewarisi hartanya dan membebaskannya.(HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

    10. Harta orang-orang murtad.

    11. Pajak (dlaribah).

    Dlaribah (pajak) adalah harta yang diwajibkan Allah Swt kepada kaum Muslim untuk

    membiayai berbagai kebutuhan dan pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka,

    pada kondisi di baitul mal tidak ada uang/harta.

    12. Harta zakat.

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    17/23

    17

    E. KEBIJAKAN MONETER RASUL

    Kebijakan moneter adalah tindakan penguasa untuk mempengaruhi jumlah uang yang

    beredar yang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. kebijakan moneter

    merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter

    ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan

    ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca

    pembayaran.

    Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa kebijakan moneter sangat erat kaitannya

    dengan uang, jadi sebelum kita membahas tentang kebijakan moneter pada masa Rasulullahsaw, kita harus mengetahui terlebih dahulu uang(nuqud) apa yang berlaku pada zaman

    Rasulullah saw.

    a. Nuqud (Uang)

    Uang dikenal sebagai sesuatu yang diistilahkan oleh manusia dapat menjadikan barang

    itu memiliki harga, dan sebagai upah atas jasa dan pelayanan, baik berbentuk uang logam

    maupun bukan. Dengan uang pula seluruh barang, usaha dan jasa dapat dinilai.

    Sebelum manusia mengenal uang, mereka telah melakukan aktivitas jual beli dan tukar

    menukar barang dengan jasa. Namun, karena pertukaran barang dengan jasa menimbulkan

    banyak kesulitan, terutama yang berkaitan dengan transaksi perdagangan, maka mereka

    berpikir untuk mencari barang dasar yang memiliki nilai intrinsik. Selain itu, bisa

    memberikan kemudahan dalam peredarannya sehingga dapat dijadikan tolok ukur yang

    menilai seluruh barang dan jasa. Lalu muncullah mata uang, yang menjadikannya satu-

    satunya tolok ukur. Setelah manusia di masa lalu mengetahui bahwa logam mulia, emas dan

    perak memiliki nilai intrinsik, maka mereka menjadikan keduanya sebagai mata uang.

    Kemudian mereka mencetak dinar dan dirham. Kedua benda tersebut relatif jarang diperoleh

    (depositnya), tetapi memiliki keunikan (seperti emas) yang tidak hancur ditelan masa.

    Kerajaan Romawi dan negeri-negeri pengikutnya telah menjadikan emas sebagai dasar

    mata uangnya. Dengan emas ini dicetak dinar Hirakliydalam bentuk dan ukuran tertentu.

    Demikian juga kekaisaran Persia dan negeri-negeri pengikutnya telah menjadikan perak

    sebagai dasar mata uangnya. Dengan perak ini dicetak dirham dalam bentuk dan ukuran

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    18/23

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    19/23

    19

    Diriwayatkan oleh al-Baladzuriy dari Abdullah bin Tsa'labah bin Sha'ir:

    Dinar Hirakliy dan dirham Persia biasa digunakan oleh penduduk Makkah pada masa

    Jahiliyah. Akan tetapi mereka tidak menggunakannya dalam jual beli, kecuali

    menjadikannya (timbangan) lantakan. Mereka sudah mengetahui timbangan mitsqal.

    Timbangannya adalah 22 qirath kurang (satu dirham) Kisra. Dan timbangan 10 dirham

    sama dengan 7 mitsqal. Satu rithl sama dengan 12 uqiyah, dan setiap satu uqiyah sama

    dengan 40 dirham. Dan Rasulullah saw membiarkan hal itu. Begitu pula Abu Bakar,

    Umar, Utsman dan Ali.Dengan demikian kaum Muslim telah menggunakan bentuk, cetakan dan gambar dinar

    Hirakliy dan dirham Kisra pada masa Rasulullah saw, Khalifah Abubakar Shiddiq dan awal

    dari masa Khalifah Umar. Pada tahun ke-20 Hijriyah atau pada tahun ke-8 dari masa

    pemerintahan Khalifah Umar, beliau mencetak dirham yang baru berdasarkan dirham

    Sasanid. Bentuk dan timbangannya tetap mengacu pada (dirham) Kisra, gambar dan

    tulisannya bermotif Bahlawiyah (Pahlevi). Hanya saja beliau menambah tulisannya dengan

    menggunakan huruf Arab kufi, misalnya (dengan nama Allah) dan

    (dengan nama Allah Rabbku). Kemudian kaum Muslim tetap menggunakan uang dinar yang

    mengacu pada (bentuk) dinar Byzantium dan dirham Sasanid, hanya terdapat tambahan kata

    Islam dengan menggunakan huruf Arab. Keadaan ini berlangsung terus sampai masa

    Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pada tahun 75 atau 76 H Khalifah Abdul Malik bin

    Marwan mencetak dirham yang berciri khas Islam, yang mengandung teks-teks Islam dengan

    menggunakan khathkufi, sedangkan bentuk Sasanid ditinggalkan. Pada tahun 77 H dicetak

    dinar yang berciri khas Islam, dan terukir di dalamnya teks-teks Islami dengan khath Arab

    kufi, sedangkan dinar yang berbentuk Byzantium ditinggalkan. Setelah Khalifah Abdul

    Malik bin Marwan mencetak dirham dan dinar yang berciri khas Islam, maka kaum Muslim

    memiliki mata uang yang berciri khas Islam, dan menanggalkan mata uang lainnya.15

    15Ibid

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    20/23

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    21/23

    21

    Bahwa seorang laki-laki dari Bani Adiy telah dibunuh, maka Nabi saw menetapkan

    diyatnya 12.000. (HR. Ashhabus Sunan)

    Maksudnya dari mata uang dirham. Dan dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amru

    bin Hazm, dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Nabi saw telah menulis surat kepada

    penduduk Yaman, tertulis:

    Sesungguhnya pada jiwa diyatnya 100 ekor unta, dan bagi pemilik emas (diyatnya

    adalah) 1.000 dinar.(HR. an-Nasaiy)

    F. HUBUNGAN KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER RASUL DENGAN KONDISI

    SAAT INI

    Jika kita melihat kondisi saat ini (khususnya Indonesia) dengan permasalahan politik-

    ekonomi-sosial yang begitu kompleksnya, maka perlu difikirkan, kenapa bisa terjadi seperti

    ini. Banyak sekali persoalan di Negeri ini yang menyebabkan terjadinya problematika

    ummat. Yang saya maksud dengan problematika ummat adalah masalah (problem) yang

    dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat (ummat). Diantaraproblematika ummat

    yang dapat kita lihat saat ini adalah:

    1. Korupsi

    2. Kriminal

    3. Inflasi

    4. Distribusi kekayaan tidak merata

    5. Eksploitasi harta milik umum (milkiyyatul amm / collective property)

    6. Hutang Negara

    Dari problematika ummat tersebut, solusi terbaiknya adalah kembali kepada Islam.

    Karena islam dengan syariatnya telah mengatur segala persoalan yang telah atau akan terjadi.

    Kita harus mencontoh Rasulullah saw dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ummat

    karena tiada teladan yang paling baik selain Rasulullah saw. Dan isi makalah ini saya fikir

    mampu memjawab seluruh problematika ummat yang terjadi saat ini walaupun perlu dikaji

    lagi secara lebih mendalam dalam proses penerapan syariah yang dicontohkan oleh

    Rasulullah saw sewaktu beliau masih hidup.

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    22/23

    22

    G. KESIMPULAN

    Fase Madinah merupakan fase awal pembentukan sistem ekonomi Islam setelah pada

    sebelumnya pada fase Makkah umat Islam belum sempat membangun sistem ekonomi yang

    mandiri karena masih sibuk menghadapi intimidasi terutama dari masyarakat Quraisy.

    Barulah pada fase Madinah, Rasulullah saw di daulat menjadi pemimpin politik dan spiritual

    dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Yastrib waktu itu.

    Sistem ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Rasulullah saw di Madinah

    adalah hasil dari bimbingan Allah SWT dalam bentuk wahyu (al-Quran). Oleh karena itu

    yang ditanamkan terlebih dahulu oleh Rasulullah saw kepada ummat Islam adalah aqidahnya,dan yang pertama dibangun sewaktu pertama beliau datang di Madinah adalah sebuah masjid

    yang berfungsi sebagaiIslamic Centre.

    Setelah itu barulah kebijakan-kebijakan fiskal dikeluarkan seperti pembentukan baitul

    mal yang menampung dan menyalurkan sumber-sumber keuangan negara seperti Zakat,

    Usyr, Khumus, Ghanimah, Fai, Kharaj, Jizyah, dan lain-lain, walaupun bentuknya masih

    sangat sederhana waktu itu. Dan setiap harta yang masuk ke baitul mal langsung

    didistribusikan oleh Rasulullah saw dalam waktu yang singkat. Pendistribusian harta baitul

    maladalah untuk kemaslahatan ummat.

    Dalam hal distribusi harta, maka Rasulullah saw mengecam setiap penimbunan harta dan

    mendorong masyarakat untuk mau memutarkan hartanya dalam bentuk syirkah dan/atau

    transaksi-transaksi lain yang diakui oleh islam seperti Mudhorobah, Musaqat, Ijaroh, bai

    dan lain-lain. Selain itu, Rasulullah saw juga menghapus setiap transaksi yang bertentangan

    dengan islam sepertiRiba, transaksi yang mengandung Gharar ataupumMaisir.

    Disisi lain, dinar dan dirham ditetapkan oleh Rasulullah saw sebagai alat tukar yang sah

    di negara Madinah. Nilainya yang relatif stabil sangat menguntungkan karena jarang sekali

    terjadi inflasi mata uang.

  • 7/21/2019 Kebijakan Ekonomi Fiskal Moneter

    23/23

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Qadir Zallum, al-amwal fii daulah khilafah, (darul ulum:1982)

    Dr. Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,(Depok: Gramata Publishing, 20110)

    Ikhwan A. Basri, Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik, (Jakarta:Aqwam,2007)

    Tim Penulis Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:

    Rajawali Press, 2012)

    http://alquran-sunnah.com/kitab/bulughul-

    maram/source/7.%20Bab%20Jual%20Beli/16.%20Bab%20Menghidupkan%20Tanah%20Yang%20Ma

    ti.htm