62
i KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( STUDI HISTORIS PADA BEBERAPA NEGARA) Oleh : MELIANA NIM : 222012029 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

i

KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH

APA DAN BAGAIMANA?

( STUDI HISTORIS PADA BEBERAPA NEGARA)

Oleh :

MELIANA

NIM : 222012029

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

ii

Page 3: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

iii

Page 4: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

iv

Page 5: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

v

Page 6: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

vi

HALAMAN MOTTO

HE MUST BECOME GREATER, I MUST BECOME LESS.

JOHN 3 : 30 (NIV)-

Page 7: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

vii

KATA PENGANTAR

Kebijakan Redenominasi merupakan kebijakan yang cukup populer ditahun 2010

silam ketika Bank Indonesia mengumumkan akan mengimplementasikan

kebijakan Redenominasi di Indonesia. Tentu saja rencana kebijakan

Redenominasi ini langsung menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan baik

pihak akademis, bisnis, pembuat kebijakan publik dan masyarakat tentunya. Hal

ini dirasa wajar karena masyarakat Indonesia pernah memiliki pengalaman yang

tidak mengenakan ditahun 1998 dan salah satu kebijakan yang digunakan untuk

mengatasi hal tersebut adalah kebijakan Sanering. Sampai saat ini, masih banyak

masyarakat yang menyamakan kebijakan Redenominasi dengan Kebijakan

Sanering sehingga “takut” kejadian tahun 1998 akan terulang kembali.

Pada tulisan ini, penulis mengkaji penerapan kebijakan Redenominasi yang telah

dilaksanakan oleh banyak negara baik yang gagal dan yang sukses, guna

mengetahui apakah kebijakan redenominasi ini perlu dilakukan atau tidak di

Indonesia. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam tulisan

ini, oleh karenanya penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membagun dari

pembaca. Kiranya, tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Salatiga, Oktober 2015

Penulis

Page 8: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

viii

HALAMAN TERIMA KASIH

Puji Tuhan! Mengucap syukur atas kasih sayang dan penyertaan Tuhan Yesus

Kristus yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Kertas Kerja ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis juga ingin

mengungkapkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

dukungan selama berkuliah di FEB UKSW :

1. Keluarga tersayang. Untuk Papi Tadius Satimo, Mami Meying Satimo,

Cecang Alex Hartono dan Jie-jie Wiwin Suwandhari Satimo, Koko Luckyanto

dan Jie-jie Priska Wahyuni Satimo, Jie-jie Gulsan Ruthini Satimo, Koko Lucas

Gunawan Satimo.

2. Ibu Birgitta Dian Saraswati, SE, Msi selaku pembimbing peyusunan

proposal dan Kertas Kerja. Terima kasih untuk ide, waktu, tenaga, kesabaran dan

motivasi yang telah diberikan selama penulis berkuliah di FEB UKSW. Kiranya

Tuhan Yesus senantiasa memberkati pelayanan Ibu dan keluarga.

3. Bapak Gatot Sansongko, SE, Ms selaku Kaprogdi Imu Ekonomi FEB

UKSW, Bapak Daniel Daud Kameo, SE, Ma, Phd selaku Wali Studi Ilmu

Ekonomi angkatan 2012, Bapak Yulius Pratomo, SE, MIDEC dan Bapak Eranus

Yoga Kundhani, SE, Msi selaku Dosen Ilmu Ekonomi FEB UKSW, juga kepada

Bapak Yesepaldo Pasharibu ST., MM. Terima kasih sudah menjadi orang tua juga

saudara yang mau mendengar keluh kesah Penulis, memberikan arahan dan

motivasi yang luar biasa selama berkampus di UKSW. Kiranya Tuhan Yesus

senantiasa memberikan memberkati Bapak-bapak sekalian dan keluarga serta

pelayanan.

4. Widya Fransiska, Veronica Usha, Handoko Lim, Samuel Kevin Gunawan

Lely Trisnawati, Kristiana, Riko Mahardika, dan teman-teman IESP 2012 lainnya.

5. Keluarga Besar Kelompok Studi Pembangunan (KSP FEB UKSW),

BadanPerwakilan Mahasiswa Fakultas periode 2012-2015, Korps Asisten Dosen,

BapakIbu Dosen FEB UKSW, Staff FEB UKSW dan seluruh Civitas Akademika

UKSW. Terima kasih sudah menjadi bagian dalam proses hidup Penulis selama

berkuliah. Kiranya Tuhan Yesus senantiasa memberkati pelayanan kita semua.

Page 9: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA .................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN MOTTO ....................................................................................................................vi

ABSTRACT ....................................................................................Error! Bookmark not defined.

SARIPATI ......................................................................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... vii

HALAMAN TERIMA KASIH ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... xii

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 5

Pengertian Redenominasi ......................................................................................................... 5

Tahapan Kebijakan Redenominasi ...................................................................................... 7

Ilustrasi Tahapan Proses Redenominasi .............................................................................. 8

METODE PENELITIAN ................................................................................................................. 8

Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................................................................... 8

Jenis dan Sumber Data ...................................................................................................... 10

Kerangka Berfikir ............................................................................................................. 11

PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 11

Hiperinflasi sebagai alasan utama penerapan redenominasi ............................................. 12

Kredibilitas Mata Uang Menjadi Alasan Utama Redenominasi ....................................... 14

Page 10: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

x

Rencana Redenominasi Rupiah Indonesia ........................................................................ 38

Ilustrasi Penyederhanaan Nominal Rupiah ....................................................................... 44

KESIMPULAN ........................................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 46

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ 50

Page 11: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.Rincian Teknis Mengenai Redenominasi.................................................37

Tabel II. Daftar 10 Negara Kategori Garbage Money di Dunia............................40

Tabel III. Ilustrasi Penyederhanaan Nominal Rupiah............................................43

Page 12: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tingkat Inflasi Turki (%) ....................................................................... 2

Gambar 2. Tingkat Inflasi Ghana (%) ...................................................................... 3

Gambar 3. Tingkat Inflasi Zimbabwe (%) ............................................................. 18

Gambar 4.Tingkat Inflasi Rusia (%) ...................................................................... 22

Gambar 5. Tingkat Inflasi Ghana (%) .................................................................... 27

Gambar 6. Tingkat Inflasi Polandia (%) ................................................................ 30

Gambar 7. Tingkat Inflasi Turki (%) ..................................................................... 34

Gambar 8. Tingkat Inflasi Romania (%) ................................................................ 38

Gambar 9. Tingkat Inflasi Indonesia (%) ............................................................... 39

Gambar 10. Tingkat Stabilitas Politik di Indonesia...............................................43

Page 13: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

1

PENDAHULUAN

Kedaulatan moneter suatu negara merupakan hal yang penting. Berdaulat

secara moneter berarti setiap negara berhak untuk menentukan kebijakan moneter

secara independen tanpa adanya intervensi dari pihak manapun untuk mencapai

tujuan tertentu. Kebijakan moneter dibuat dan dijalankan oleh otoritas moneter

yaitu Bank Sentral. Setiap negara memiliki permasalahan moneternya masing-

masing seperti tingkat inflasi yang tinggi, nilai tukar yang selalu terdepresiasi dan

ketidakstabilan tingkat suku bunga yang terlalu tinggi maupun tingkat suku bunga

terlalu rendah. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi setiap negara

mengalami perbedaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan kebijakan moneter untuk

mencapai stabilitas moneter. Tidak terkecuali dengan kebijakan redenominasi.

Redenominasi merupakan penghapusan angka nol pada satuan mata uang tanpa

menghilangkan nilai rill dari kegunaan mata uang tersebut. Sedangkan

redenominasi menurut Mosley (2005) adalah usaha bank sentral untuk

menegaskan kembali kedaulatan moneternya kepada negara-negara lain.

Kedaulatan moneter suatu negara sangat penting karena hal tersebut

menggambarkan kredibilitas serta kesetaraan ekonomi di mata internasional

(Internasional Monetary Fund, 2003).

Kebijakan penghapusan beberapa angka nol pada mata uang ini tidak

diikuti dengan penghapusan daya beli (purchasing power) masyarakat. Hal

tersebut berbeda dengan sanering. Sanering adalah penghapusan angka nol pada

mata uang tanpa diikuti pemotongan harga barang dan jasa dalam perekonomian

sehingga daya beli masyarakat menurun (Pambudi et al, 2014). Pengurangan

angka nol mata uang ini juga tidak seperti revaluasi dan devaluasi mata uang.

Revaluasi adalah kebijakan pengurangan angka nol pada mata uang dengan tujuan

meningkatkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain.

Biasanya kebijakan ini dilakukan pemerintah ketika kondisi dalam perekonomian

mendekati kondisi full employment. Sedangkan Devaluasi adalah kebijakan

penambahan angka nol pada mata uang dengan tujuan menurunkan nilai tukar

mata uang domestik terhadap mata uang luar negri. Biasanya kebijakan revaluasi

Page 14: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

2

ini dilakukan pemerintah ketika neraca perdagangan mengalami defisit yang

parah. (Muhyuddin, 2010).

Setidaknya sudah lebih dari 50 negara yang melakukan kebijakan

redenominasi. Nyatanya, ada beberapa negara yang sukses dan gagal dalam

melaksanakan kebijakan redenominasi ini. Salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur keberhasilan redenominasi adalah kondisi ekonomi

yang stabil setelah redenominasi. Salah satu negara yang sukses melaksanakan

redenominasi adalah Turki. Turki melaksanakan kebijakan redenonimasi pada

awal Januari 2005. Sebelumnya, Central Bank of Republic of Turkey

mengeluarkan denominasi mencapai 2.000.000 Lira. Nominal yang besar ini

berpengaruh terhadap kredibilitas Lira, sistem pencatatan statistik serta transaksi

yang kompleks (Nasruddindjoko, 2013). Pada tahun 1990-an pemerintah mulai

melakukan sosialisasi kebijakan redenominasi kepada masyarakat secara kontinyu

hingga akhirnya tahun 2005 Turki mantap mengambil kebijakan untuk

meredenominasi mata uangnya dari 1.000.000 Lira lama menjadi 1 Lira baru

(Syahputra, 2014). Berikut gambaran inflasi sebelum dan sesudah redenominasi di

Turki:

Sumber : World Bank, 2013 (data diolah).

Dari gambar diatas dapat dilihat pada saat sebelum redenominasi, tingkat

inflasi Turki mencapai 20-80%, pada saat redenominasi sebesar 10,14% dan

setelah redenominasi tingkat inflasi cenderung stabil yaitu dibawah 10%.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Gambar1

Tingkat Inflasi Turki (%)

Page 15: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

3

Kecuali pada tahun 2008 inflasi naik kembali sebesar 10,44% namun setelah itu

inflasi turun dan cenderung stabil kembali. Hal ini menunjukan dampak positif

dengan adanya redenominasi yaitu tingkat inflasi menjadi lebih stabil.

Disisi lain ada juga negara-negara yang gagal dalam melaksanakan

redenominasi. Salah satunya adalah Ghana. Ghana meredenominasi mata uangnya

pada tahun 2007 dari 10.000 Cedi lama menjadi 1 Cedi Baru. Berikut gambaran

inflasi di Ghana sebelum, saat dan sesudah redenominasi.

Sumber : World Bank, 2013 (Data diolah).

Dari gambar diatas dapat dilihat akibat dari kebijakan redenominasi

adalah tingkat inflasi naik selama dua tahun setelah redenominasi. Kenaikan

tingkat inflasi ini dikarenakan terjadinya money illusion di Ghana. Selain ituBank

Of Ghana (BOG) yang tidak mampu menyediakan permintaan Cedi baru setelah

redenominasi, akibatnya masyarakat merasa marah terhadap pemerintah yang

tidak cepat mengganti dengan Cedi Baru (Pambudi et al, 2014). Setelah itu, inflasi

kembali turun selama dua sampai tiga tahun selanjutnya namun inflasi kembali

meningkat pada tahun 2013. ini memperlihatkan sistem keuangan di Ghana belum

mengalami kestabilan setelah dilaksanakannya redenominasi.

Indonesia sudah mencanangkan kebijakan redenominasi sejak akhir tahun

2010. Bank Indonesia mulai mengekspos berita ini ke publik sehingga banyak

menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan masyarakat. Menurut Ketua

Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit

12.62

15.12

10.92 10.73

16.52

19.25

10.71

8.73 9.16

11.61

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 2

Tingkat Inflasi Ghana (%)

Page 16: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

4

Pramonomenjelaskan bahwa pelaksanaan redenominasi sangat menguntungkan

sebuah negara, karena dengan pengurangan angka nol pada Rupiah akan membuat

biaya transaksi lebih murah, selain itu dalam hal pencatatan, perhitungan lebih

efisien serta meningkatkan martabat moneter Indonesia pada perdagangan

internasional.1 Hal senada juga dilontarkan oleh Direktur Utama Bursa Efek

Indonesia Ito Warsito bahwa redenominasi membuat sistem penyimpanan saham

dan operasi IT menjadi lebih sederhana. Selain itu juga, redenominasi dapat

membantu proses settlement Perdagangan saham Indonesia.2 Namun disisi lain

banyak juga yang kontra terhadap kebijakan redenominasi ini. Salah satunya

disampaikan oleh Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung. Beliau

mengungkapkan redenominasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

perekonomian, hanya membuang-buang dana dan waktu selain itu juga belum ada

tujuan yang jelas dari pelaksanaan kebijakan redenominasi ini oleh Bank

Indonesia.3 Selain itu menurut Kwik Kian Gie kebijakan redenominasi hanya akan

meningkatkan gejolak sosial dan ekonomi, atau adanya kekuatan politik di balik

kebijakan redenominasi sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat

terhadap pemerintah.4 Mantan menteri perekonomian, Rizal Ramli menjelaskan

bahwa redenominasi hanya akan mengurangi daya beli masyarakat, membutuhkan

biaya yang besar untuk pelaksanaannya serta memperkuat nilai tukar secara semu

dan juga terjadi pembulatan harga ke atas yang akan menyebabkan

inflasi.5Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka perencanaan kebijakan

redenominasi di Indonesia perlu dikaji lebih mendalam agar kebijakan yang

dibuat tidak merugikan masyarakat. Kebijakan redenominasi ini memerlukan

biaya yang besar. Jika Indonesia sampai gagal melaksanakannya, maka biaya

yang dikeluarkan akan menjadi sangat besar dan dapat menyebabkan inflasi.Oleh

1 Erlangga Djumena, Awasi Dampak Pembulatan Redenominasi,

http://bisniskeuangan.kompas.com, diakses pada tanggal 12 Februari 2015; 18:28 WIB. 2 Ruslan Bruhani, BEI : redenominasi membuat sederhana, http://www.antaranews.com,

diakses pada tanggal 12 Februari 2015 ; 18:42 WIB 3 Ilyas Istianur Praditya, Pengusaha Pikir Pengurangan Nol Dalam Rupiah Belum tepat Saat Ini,

http://bisnis.liputan6.com, Diakses pada tanggal 12 Februari 2015; 18:50 WIB. 4 Ibid.

5Rizal Ramli dalam Setiawan et al, Inflasi Menghantui Redenominasi, http://nasional.kontan.co.id,

Diakses pada tanggal 8 Februari 2015;15:32 WIB.

Page 17: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

5

sebab itu, mari kita belajar dari beberapa negara yang gagal dan sukses dalam

melaksanakan kebijakan redenominasi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang

menjadirumusan masalah pada penelitian ini adalah redenominasi seperti apa

yang seharusnya dilakukan oleh Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan

dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui beberapa kondisi dan syarat untuk

keberhasilan redenominasi di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah berfokus pada analisa kebijakan redenominasi

yang sudah dilakukan dibeberapa negara dan bagaimana

mengimplementasikannya di Indonesia. Redenominasi yang dimaksud pada

penelitian ini adalah penghapusan angka nol pada suatu mata uang tanpa

menghapus daya beli masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Redenominasi

Ioana (2009) dalam penelitiannya yang berjudul The National Currency

Re-denomination experience in several countries (a comparative analysis)

mencetuskan pengertian redenominasi sebagai berikut. “The redenomination is a

technical procedure of reducing the nominal value of the cash ensign that does

not change the substance of national currency”. Menurut Ioana, redenominasi

merupakan sebuah teknis yang digunakan untuk mengurangi nilai nominal suatu

mata uang tanpa mengubah nilai riil dari mata uang tersebut. Priyono (2013)

Page 18: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

6

dalam penelitiannya yang berjudul Redenomination; Between Hope and Reality

(The study of the implementation of the Redenomination in Indonesia),

mengatakan bahwa “the redenomination is divided into two syllables, ie Re with

Denomination, Denominations can be interpreted as a fraction, so the

denomination currency means the currency denominations refer to the nominal

value of a currency in force in a state, so redenomination is interpreted as a

whole is any mention or simplification return fractional currency of the country in

a performance.”Menurut Priyono, kata redenominasi berasal dari dua suku kata

yaitu “Re” dan “Denominasi” Denominasi diartikan sebagai sebuah pecahan

sehingga denominasi mata uang dapat berarti denomiansi mata uang yang

mengacu hanya pada nilai nominal mata uang tersebut sehingga redenominasi

secara keseluruhan diartikan sebagai sebuah sebutan penyederhanaan pecahan

mata uang pada kinerja sebuah negara. Hal senada juga dikatakan oleh Pambudi et

al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Penentu Keberhasilan

RedenominasiMata Uang: Pendekatan Historis danEksperimental” bahwa

Redenominasi adalah penyederhanaan nilai nominal mata uang dengan

mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai riil mata uang tersebut.

Terdapat pengertian yang berbeda dari Seftiningtyas (2013) yang

menjelaskan bahwa Redenominasi merupakan penurunan nilai nominal mata uang

dengan cara menghapus angka nol pada mata uang karena terjadinya

hyperinflation di suatu negara. Kemudian Nilasari (2014) juga mengatakan bahwa

untuk mengatasi inflasi tinggi di berbagai negara maka perlu dilakukan

penyederhanaan mata uang. Annabella et al (2013) mendukung kedua penjelasan

tersebut dengan memberikan contoh negara Jerman sebagai negara yang pertama

kali melaksanakan redenominasi. Jerman meredenominasi mata uangnya dengan

menghapuskan 12 angka nol karena terjadi hyperinflation.

Tetapi kemudian Budilaksono (2013) mengatakan bahwa redenominasi

adalah sebuah tindakan untuk mengembalikan kredibilitas mata uang suatu

negara. Kredibilitas ini terlihat dari nilai tukar yang kuat dibanding dengan mata

uang kuat yaitu USD dan inflasi yang stabil yakni inflasi kurang dari 10%. Akan

tetapi, Astrini (2014) dalam Kertas Kerjanya yang berjudul “Dampak

Page 19: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

7

Redenominasi Terhadap KinerjaPerekonomian: Pendekatan Percobaan

EkonomiDan Data Historis” menjelaskan bahwa Redenominasi merupakan

penyederhanaan dari nilai atau nominal yang tertera pada mata uang tertentu tanpa

memotong nilai tukar uang itu sendiri, disertai dengan penyesuaian harga

komoditas di pasaran dan nilai tukar dengan valuta asing (valas).

Tahapan Kebijakan Redenominasi

Bank Indonesia (BI) dalam laporan “Kajian tentang kebijakan

redenominasi” tahun 2013 membuat tahapan kebijakan redenominasi dalam empat

tahapan, yaitu :

1. Tahap penyiapanmerupakan tahap pembuatan blue print yang berisi

langkah-langkah redenominasi, peraturan perundang-undangan yang mengatur

pelaksanaan redenominasi, penyusunan strategi komunikasi dan sosialisasi kepada

pemerintah, stakeholders dan masyarakat Indonesia. Selain itu juga persiapan

sistem pembayaran, sistem akuntansi, dan teknologi informasi. Tahap pertama ini

terjadi selama satu tahun.

2. Tahap pemantapan merupakan tahap kedua yang meliputi pelaksanaan

koordinasi dan sosialisasi kepada stakeholders komunikasi dengan pemerintah,

sosialisasi kepada stakeholders serta edukasi kepada masyarakat luas.

Penyesuaian infrastruktur sistem pembayaran, akuntansi dan sebagainya. Tahap

kedua ini terjadi selama tiga tahun.

3. Tahap implementasi dan transisi adalah tahapan ketiga dimana Bank

Indonesia menerbitkan uang baru bersama-sama dengan tetap berlakunya uang

lama (dualcirculation), penerapan dual price tagging serta penarikan uang lama

secara bertahap sesuai keadaan perekonomian selain itu juga penerapan dual

bookentry pelaporan apabila diperlukan. Tahap implementasi ini berlangsung

empat tahun.

4. Tahap phasing outmerupakan tahapan terakhir yakni penarikan uang lama

dan pernyataan tidak berlakunya uang lama serta penggunaan uang baru sebagai

Page 20: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

8

satu-satunya alat pembayaran yang sah di Indonesia. Tahap phasing out ini

berlangsung tiga tahun.

Ilustrasi Tahapan Proses Redenominasi

Sumber : Bank Indonesia (2010)

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan

fenomena yang terjadi pada sebuah objek yang dituangkan ke dalam kata-kata

sendiri. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan historis dengan

teknik studi literatur. Metode historis merupakan pendekatan yang menggunakan

pengalaman serta sejarah masa lalu sebagai alat analisis. Pada metode historis,

penulis menggunakan imajinasinya untuk merekonstruksi fakta-fakta yang

ditemukan secara sistematis dan objektif dengan mengumpulkan dan

memverifikasi penemuan-penemuan yang sudah ada untuk menetapkan fakta dan

mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. (Supardan, 2007).

Page 21: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

9

Adapun yang menjadi alasan penulis menggunakan metode historis adalah karena

adanya keterkaitan dengan objek penelitian yaitu pengalaman beberapa negara

dalam mengimplementasikan kebijakan redenominasi. Peneliti perlu

mengumpulkan fakta-fakta serta sejarah yang terjadi dibalik kebijakan

redenominasi yang telah dilakukan banyak negara. Tentu dalam

mengimplementasikan metode tersebut, dibutuhkan langkah-langkah dalam

metode historis agar penulisan lebih sistematis. Gray (1964) membuat enam

tahapan yang dapat digunakan pada metode historis yaitu :

1. Memilih topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan tepat.

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan

dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung

(misalnya dengan menggunakan fotocopy, komputer, dan internet sehingga

menjadi lebih mudah).

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik

sumber)

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola

yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan

sebelumnya.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikan kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti

sejelas mungkin.

Seperti yang telah dikemukakan penulis bahwa penggunaan metode

historis ini didukung oleh teknik penelitian studi literatur. Studi literatur atau

kajian pustaka merupakan proses pengumpulan data dengan melakukan studi

penelaahan terhadap berbagai macam penelitian ilmiah yang sudah dilakukan

sebelumnya baik dari berbagai buku, literatur, jurnal, koran, dan laporan-laporan

yang relevan pada penelitian. Studi literatur ini dilakukan untuk melihat,

membandingkan, dan memverifikasi penelitian-penelitian sebelumnya sehingga

penulis dapat membentuk kerangka berpikir yang tepat. Dalam studi literatur ini

Page 22: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

10

juga penulis mampu menemukan gap penelitian yang didapat dari perbedaan hasil

penelitian dengan objek yang sama. Selanjutnya gap penelitian ini dianalisis

kebenaran ilmiahnya.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data didapat dari

berbagai macam tulisan seperti jurnal, buku, literature, koran serta laporan-

laporan lainnya yang berkaitan dengan pengalaman negara-negara yang sudah

melaksanakan kebijakan redenominasi. berdasarkan pengalaman negara-negara

yang sudah melaksanakan kebijakan redenominasi. Pada penelitian ini penulis

mengambil tiga negara yang sukses melaksanakan redenominasi yaitu Turki,

Polandia dan Romania. Sedangkan Tiga negara yang gagal melaksanakan

redenominasi adalah Rusia, Ghana dan Zimbabwe. Adapun yang menjadi alasan

penulis memilih enam negara tersebut adalah karena untuk mengumpulkan fakta-

fakta sejarah redenominasi yang sudah dilaksanakan berdasarkan pengalaman

yang berbeda-beda setiap negara. Selain itu pengelompokan didasarkan pada

alasan redenominasi. Oleh sebab itu penulis ingin melihat secara jelas proses yang

terjadi dibalik kebijakan redenominasi pada negara tersebut baik sebelum

redenominasi, pada saat redenominasi dan setelah redenominasi.

Page 23: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

11

Kerangka Berfikir

Gambar 3

Kerangka Berfikir Penelitian

PEMBAHASAN

Sampai saat ini lebih dari 50 negara telah melaksanakan kebijakan

redenominasi. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pelaksanaan

Alasan Redenominasi

Implikasi Redenominasi

GHANA RUSIA ZIMBABWE TURKI POLANDIA ROMANIA

2. Implementasi Redenominasi di Indonesia

1. Syarat Keberhasilan Redenominasi di Indonesia

Dampak Redenominasi

Page 24: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

12

redenominasi yang tentunya berbeda antara satu negara dengan negara yang lain.

Berikut beberapa motivasi atau latar belakang yang mendorong setiap negara

melakukan redenominasi :

Hiperinflasi sebagai alasan utama penerapan redenominasi

Hiperinflasi merupakan faktor utama yang mendorong banyak negara ingin

melaksanakan kebijakan redenominasi. Zimbabwe adalah salah satu negara yang

melaksanakan redenominasi karena hiperinflasi. Pada tahun 2006, saat pertama

kali Zimbabwe melaksanakan redenominasi tingkat inflasinya sebesar 1.281,1%.

Hiperinflasi ini terjadi karena sebelumnya pada masa perang ada kebijakan

pemerintah untuk mencetak dollar Zimbabwe dalam jumlah yang banyak guna

memenuhi biaya perang serta mensuplai kebutuhan uang masyarakat. Pencetakan

uang ini justru membawa inflasi semakin meningkat dimana pada 2008 tingkat

inflasi mencapai 231.158.889%. Akibat inflasi ini masyarakat harus membawa

gerobak uang untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pada tahun 2008 The Reserve

Bank of Zimbabwe mencetak dollar Zimbabwe yang bernominal

100.000.000.000.000.000 dollar Zimbabwe dengan maksud masyarakat tidak

perlu membawa uang yang banyak lagi ketika melakukan transaksi ekonomi.

Namun uang dengan nominal terbesar di dunia ini tidak memiliki nilai yang sama

akibat inflasi yang tinggi, sehingga harga barang dan jasa di Zimbabwe tetap

tinggi. Kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil ini membawa kegiatan

perekonomian tidak berjalan dengan baik, dimana pada tahun 2009 sekitar 80%

dari 13,4 juta orang di Zimbabwe masih tinggal di garis kemiskinan, lima juta

orang masih sangat bergantung dengan bantuan pangan dari negara lain (World

Food Programme, 2009). Pemerintah Zimbabwe merasa perlu untuk secepat

mungkin mengatasi hiperinflasi di negaranya. Cara yang ditempuh Zimbabwe

adalah dengan melaksanakan redenominasi. Zimbabwe melakukan redenominasi

pertama kalinya pada tahun 2006 dengan alasan untuk mengatur hiperinflasi.

Selanjutnya negara yang melakukan redenominasi karena inflasi tinggi

adalah Rusia. Memiliki sejarah inflasi tinggi pada tahun 1993 yakni mencapai

lebih dari 874,6% membuat keadaan perekonomian di Rusia terganggu. Inflasi

Page 25: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

13

tinggi ini dikarenakan adanya permasalahan sistem nilai tukar di Rusia. Kebijakan

moneter Rusia adalah fokus pada stabilitas nilai tukar. Melihat dari sudut pandang

para pengusaha Rusia, nilai tukar yang stabil akan membuat pengusaha atau

produsen mendapatkan keuntungan tinggi dari perbedaan harga yang ada.

Keuntungan yang tinggi akan mendorong pengusaha tersebut untuk menghasilkan

barang yang berkualitas dengan harga yang murah sehingga memaksa untuk terus

ekspor. Namun yang terjadi adalah harga minyak dunia yang fluktuatif dan

cenderung naik, sedangkan untuk memproduksi barang para pengusaha

membutuhkan minyak yang diimpor akibatnya tujuan untuk mendapatkan

keuntungan tinggi tidak tercapai justru membuat harga barang dan jasa di Rusia

meningkat. Pada tanggal 2 September 1998 pemerintah memutuskan untuk

mengubah sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali

menjadi nilai tukar mengambang bebas yang membuat nilai tukar Rubel terhadap

dollar menjadi tidak stabil. Walaupun sudah menghabiskan kira-kira US$27

milyar untuk menjaga kurs Rubel tetap stabil namun nilai Rubel terus

terdepresiasi mencapai 20% (Prabawani, 2014). Instabilitas ekonomi karena

hiperinflasi ini mendorong pemerintah melaksanakan redenominasi Rubel pada

tahun 2005 agar inflasi di Rusia menjadi stabil dan terkendalikan.

Selanjutnya adalah Ghana yang melaksanakan redenominasi karena inflasi

tinggi. Walaupun inflasi di Ghana tidak seperti Zimbabwe dan Rusia yang

mencapai lebih dari 100%. Inflasi Ghana sebelum dilakukan redenominasi yaitu

32,9% (2001), 14,8% (2002), 26,7% (2003), 12,6% (2004), 15,1% (2005). Dan

pada saat diterapkan redenominasi tahun 2007, tingkat inflasi sebesar 10,7%.

Namun pemeritah Ghana merasa penting untuk melaksanakan redenominasi Cedi

Ghana guna menstabilkan tingkat inflasi. Khusus untuk Ghana karena inflasinya

yang dua digit, juga karena adanya biaya transaksi yang tinggi di dalam

perekonomian. Pada saat itu karena inflasi yang tinggi memaksa masyarakat

membawa uang dalam tempat yang besar ketika melakukan transaksi yang besar

dimana membutuhkan nominal uang yang cukup banyak atau dikenal dengan

sebutan Pile of Bricks. Kondisi inflasi yang tergolong tinggi juga berdampak pada

kurs yang terdepresiasi sehingga semakin rendah jika dibandingkan mata uang

Page 26: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

14

kuat seperti dollar Amerika. Sebagai contoh pada tahun 2001 US$1 sama dengan

95,161617 Cedi. Kondisi ini menyebabkan sering terjadi kesalahan catat dan

perhitungan dengan software dan hardware yang terbatas (Dzokoto, 2013). Selain

berdampak terhadap kondisi ekonomi, hiperinflasi di Ghana juga menyebabkan

kondisi politik tidak stabil yang ditandai dengan tingginya tingkat kejahatan.

Kondisi dampak inflasi yang begitu kompleks membuat pemerintah Ghana

melakukan redenominasi pada tahun 2007. Selain Zimbabwe, Rusia dan Ghana

ada juga Polandia yang melaksanakan redenominasi karena inflasi Tinggi. Tingkat

inflasi Polandia pada tahun 1990 mencapai 555,4%. Untuk menstabilkan tingkat

inflasi tersebut, Pemerintah Polandia melaksanakan redenominasi pada tahun

1995.

Kredibilitas Mata Uang Menjadi Alasan Utama Redenominasi

Kurs mata uang sebagai indikator kredibilitas mata uang suatu negara

menjadi alasan utama sebuah negara berupaya agar kurs mata uangnya menjadi

setara dengan negara lain. Sebagai contoh, pada tahun 2015 US$1 sama dengan

Rp 10.000. Dengan dipangkasnya tiga angka nol pada Rupiah maka akan menjadi

US$1 sama dengan Rp 10. Meski Rp 10.000 dan Rp 10 memiliki nilai yang sama,

namun US$1 sama dengan Rp 10 menggambarkan kredibilitas Rupiah tidak jauh

berbeda atau hampir sama dengan dollar Amerika. Dibandingkan bila US$1 sama

dengan Rp 10.000, angka nol yang banyak pada rupiah memberikan kesan

kredibilitas Rupiah yang rendah dan jauh berbeda di bawah dollar Amerika.

Selain itu, nominal uang yang kecil juga berpengaruh terhadap psikologis

masyarakat. Dengan menggunakan ilustrasi diatas, maka dampak psikologisnya

adalah masyarakat memiliki rasa bangga dan kepercayaan yang tinggi terhadap

Rupiah. Semakin luasnya kegiatan perekonomian dibutuhkan kepercayaan diri

terhadap penggunaan mata uang nasional, karena mata uang nasional akan terus

dibandingkan dengan mata uang lain. Namun menurut Ioana (2005) Kredibilitas

mata uang ini tidak langsung tercapai jika tidak diikuti dengan penurunan tingkat

Page 27: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

15

inflasi. Jika tingkat inflasi cenderung naik setelah redenominasi maka mata uang

negara tersebut tidak mengalami peningkatan kredibilitas.

Romania merupakan salah satu negara yang melaksanakan redenominasi

untuk meningkatkan kredibilitas Leu, mata uang Romania. Sebelum diterapkan

redenominasi pada Juni 2005, nilai tukarnya 29,891Lei/US$1 dan

36,050Lei/1Euro. Dengan konsekuensi seperti tersebut, Romania merasa tidak ada

kesetaraan sehingga Romania melakukan redenominasi menyetarakan mata

uangnya pada tahun 2005.

Selain itu ada Turki yang meredenominasi guna meningkatkan kredibilitas

mata uang nasionalnya. Walaupun sempat memiliki sejarah inflasi yang tidak

stabil yaitu tahun 2000 inflasi sebesar 54,9% namun pada saat pelaksanaan

redenominasi tahun 2005 inflasi Turki dapat dikatakan sudah lebih baik yaitu

sebesar 10,1%. Menurut MRI Bankers Guide to Foreign Currency (2005) dalam

Ioana (2009) denominasi tertinggi diseluruh dunia pada tahun 2004 adalah

20.000.000 Lira, mata uang Turki. Dimana denominasi ini memiliki nilai sebesar

15,04 dalam USD. Setelah pemerintah memutuskan untuk memangkas enam

angka nol pada Lira, nilai tukar US$1 sama dengan 1.3448 YTL (Yeni Turkey

Lira) dan 1Euro sama dengan 1.6361 YTL. Selain itu, proses pencatatan,

perhitungan statistis menjadi lebih sederhana. Nilai tukar dengan angka nol yang

banyak membuat kredibilitas moneter suatu negara menjadi rendah (garbage

money). Kebijakan redenominasi dibutuhkan untuk meningkatkan kredibilitas

mata uang dengan negara lain.

Proses Pelaksanaan Redenominasi Dimana Hiperinflasi Sebagai Alasan

Zimbabwe

The Reserve Bank Of Zimbabwe dan Pemerintah Zimbabwe telah

melaksanakan redenominasi dollar Zimbabwe sebanyak tiga kali. Redenominasi

pertama kali dilaksanakan pada tahun 2006 dengan mengurangi tiga angka nol

dollar Zimbabwe dari 1.000$Z menjadi 1 new $Z. Seperti yang sudah dijelasakan

diatas bahwa redenominasi di Zimbabwe dilaksanakan karena hiperinflasi.

Terdapat dua penyebab utama terjadinya hiperinflasi di Zimbabwe yaitu kondisi

Page 28: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

16

ekonomi dan politik yang tidak stabil. Kondisi ekonomi yang tidak stabil ini

ditunjukan pada tahun 2006, tingkat inflasi mencapai 1.281,1%. Inflasi tinggi ini

sebagai akibat kebijakan pencetakan uang oleh The Reserve Bank of

Zimbabweuntuk memenuhi segala kebutuhan pemerintahan. Selain itu tingkat

pertumbuhan ekonomi Zimbabwe sebesar -3,5%. Sedangkan instabilitas politik

tercermin dari awal kemerdekaan Zimbabwe tahun 1980 sampai saat ini dibawah

kepemimpinan Robert Gabriel Mugabe. Robert Gabriel Mugabe merupakan

presiden Zimbabwe yang sudah tujuh kali berturut-turut menjadi presiden selama

kurang lebih 35 tahun. Karena sikapnya yang otoriter, kegiatan politik,

pemerintahan, ekonomi, dan media masa dikuasai oleh pemerintah Zimbabwe.

Kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil ini membuat tingkat kesejahteraan

masyarakat menjadi buruk dimana kebutuhan dasar masyarakat seperti kesehatan,

pendidikan, sosial dan ekonomi tidak dapat dipenuhi.Oleh sebab itu, bank sentral

dan pemerintah ingin menurunkan inflasi melalui redenominasi. Pada

redenominasi yang pertama ini tidak dilakukan sosialisasi dan edukasi dari bank

sentral dan pemerintah karena kondisi yang tidak kondusif dan media pemberitaan

sangat dibatasi ruang geraknya oleh pemerintah yang berkuasa. Akibatnya tingkat

inflasi satu tahun setelah redenominasi mengalami peningkatan dari 64.931,2%

menjadi 66.212,3% di tahun 2007. Pada tahun 2007 tersebut pemerintah

memutuskan untuk merevaluasi mata uangnya dengan tujuan meningkatkan nilai

dollar Zimbabwe. Justru yang terjadi adalah inflasi kian meningkat menjadi

231.158.889% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar -17,7% ditahun

2008. Hal tersebut menggambarkan kegagalan pemerintah Zimbabwe dalam

melaksanakan redenominasi. Bukannya memilih untuk menganalisis penyebab

lonjakan inflasi, The Reserve Bank of Zimbabwe memutuskan untuk

meredenominasi dollar Zimbabwe yang kedua kalinya yaitu tahun 2008.

Redenominasi yang kedua dilaksanakan pada tahun 2008 dengan tingkat

inflasi sebesar 231.158.889% dan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar -17,7%.

Redenominasi dilaksanakan dengan mengurangi tiga angka nol pada dollar

Zimbabwe dari 10.000.000.000$Z menjadi 10.000.000$Z. Kondisi ekonomi dan

politik yang tidak stabil membuat bank sentral dan pemerintah tidak sempat untuk

Page 29: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

17

melakukan sosialisasi dan edukasi redenominasi kembali. Harga barang dan jasa

yang tinggi akibat hiperinflasi membuat masyarakat harus membawa uang yang

banyak untuk melakukan transaksi ekonomi. Bahkan masyarakat harus membawa

gerobak atau tempat yang besar untuk menampung uang karena tidak cukup

dengan menggunakan tangan saja. Untuk mengurangi kesulitan yang dihadapi

masyarakat dalam membawa uang, pemerintah banyak mencetak uang 1 kertas

dengan nominal 100.000.000.000.000.000 ($Z12Triliun) dengan maksud agar

masyarakat tidak perlu membawa uang banyak lagi untuk melakukan transaksi

ekonomi. Namun sayangnya pencetakan uang dengan nominal terbesar di dunia

tersebut tidak sesuai dengan nilainya. Dimana dengan nominal tersebuttidak dapat

untuk membeli sekaleng cola-cola juga membayar ongkos bus di

Zimbabwe.6Pada redenominasi yang kedua ini, pemerintah Zimbabwe mulai

melakukan program stabilisasi perekonomian yang didalamnya terdapat

penyelesaian politik internal dan diterapkannya rezim multi mata uang

(diantaranya dollar Amerika, Euro, Rand) serta penghentian kuasi-fiskal oleh

Reserve Bank of Zimbabwe7. Dampak dari program tersebut, pertumbuhan

ekonomi di Zimbabwe meningkat pesat dari-17,7% menjadi 6,0% dan terjadi

penurunan inflasi yang sangat signifikan dari 231.158.889% menjadi

2.233.713,4%ditahun 2009. Walaupun terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi

yang signifikan, namun kesejahteraan masyarakat masih rendah karena harga

barang dan jasa yang masih mahal akibat inflasi. Merasa tidak berhasil dengan

redenominasi yang kedua karena inflasi yang masih tinggi, pemerintah melakukan

redenominasi untuk yang ketiga kalinya.

Pemerintahan Zimbabwe memutuskan untuk meredenominasi dollar

Zimbabwe yang ketiga kalinya pada tahun 2009 dengan mengurangi dua belas

angka nol dari 1.000.000.000.000$Z menjadi 1$Z.

6 Junanto Herdiawan, Sekaleng Cola Seharga 15 Milyar, www.kompasiana.com, diakses pada

tanggal 26 agustus 2015 ; jam 22.09 WIB. 7 Brian Hungwe, Zimbabwe’s Multi Currency, www.newszimbabwe.com, diakses pada tanggal

26 agustus 2015 ; jam 22.15 WIB.

Page 30: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

18

Sumber : World Bank (2015)

Pada redenominasi yang ketiga, tingkat inflasi pada saat dilaksanakannya

redenominasi adalah sebesar 2.233.713,4% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

6,0%. Sebelumnya pemeritah sudah melakukan program stabilitas ekonomi dan

politik Zimbabwe namun sampai penerapan redenominasi ketiga sosialisasi dan

edukasi tidak dilakukan dengan maksimal oleh bank sentral dan pemerintah. Hal

ini terlihat dari masyarakat Zimbabwe mengalami kebingungan antara uang lama

dan uang baru (money ilussion) bahkan ketika masyarakat ingin menukarkan uang

lama ke uang baru, bank sentral tidak dapat menyediakannya (Astrini, 2014). Hal

tersebut membuat masyarakat kebingungan dan ketakutan uang lama tidak bisa

dipakai atau ditukar lagi. Kepanikan ini semakin parah karena kebijakan yang

sebelumnya menggunakan multi mata uang dimana masyarakat merasa bingung

dimana harus menukar, mengembalikan dan sebagainya. Akibatnya inflasi

melonjak lebih tinggi lagi pada tahun 2010 menjadi 6.544.667%. Selanjutnya jika

membandingkan Tingkat inflasi sesudah redenominasi adalah sebesar

231.158.889 dan tingkat inflasi setelah redenominasi adalah sebesar 6.544.667%.

memang terjadi penurunan inflasi yang sangat signifikan. Namun penurunan

inflasi ini masih dalam kategori hiperinflasi dan belum memberi dampak

perbaikan kondisi ekonomi bagi masyarakat Zimbabwe. Dari proses redenominasi

yang dilaksanakan di Zimbabwe ini, dapat diketahui penyebab kegagalan

redenominasi di Zimbabwe yaitu kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil,

599 623 586 1281 662

231158889

2233713 6544668 9657756 11200000 8500000

-50,000,000

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Infl

asi

Tahun

Gambar 3

Tingkat Inflasi Zimbabwe (%)

Page 31: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

19

tidak adanya sosialisasi dan edukasi, tidak tersedianya uang baru ketika

masyarakat ingin menukarkan uang lama ke uang baru serta kebijakan

redenominasi dilaksanakan dengan tidak disertai program stabilitas perekonomian

yang berkelanjutan. Dari pengalaman di Zimbabwe ini, dapat diketahui bahwa

Kebijakan redenominasi bukanlah kebijakan yang tepat dan dapat digunakan

untuk menurunkan inflasi jika kondisi perekonomian dan politik dalam kondisi

tidak stabil. Keputusan yang tepat adalah diadakan terlebih dahulu program

stabilitas perekonomian dan politik hingga kondisi menjadi kondusif. Jika sudah

stabil maka redenominasi dapat dilaksanakan dan tujuan penurunan inflasi dapat

tercapai.

Page 32: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

20

Rusia

Selanjutnya adalah Rusia melaksanakan redenominasi karena hiperinflasi.

The Central Bank of Russia bersama Pemerintah Rusia memutuskan untuk

menerapkan redenominasi Rubel (mata uang Rusia) untuk pertama kalinya pada

tahun 1947 dari 10 Rubel lama menjadi 1 Rubel baru dan yang kedua pada tahun

1961 juga memangkas dari 10 Rubel lama menjadi 1 Rubel baru. Adapun yang

memotivasi pemerintah untuk melakukan redenominasi mata uangnya pada waktu

itu karena hyperinflation. menurut data yang didapat dari World Data Bank, pada

tahun 1993 tingkat inflasi di Rusia sudah mencapai 874,6%. Tentu inflasi yang

tinggi ini sangat mengerus daya beli masyarakat, sehingga masyarakat

menurunkan konsumsi atas barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri. Selain

itu di Rusia pada saat itu juga terjadi instabilitas politik seperti Zimbabwe. Sering

terjadi perubahan-perubahan dalam dunia politik dan pemerintahan, pergantian

kepemimpian serta adanya konflik kepentigan antara eksekutif dan legislatif

sehingga kondisi ekonomi menjadi tidak kondusif. Karena kondisi ekonomi dan

politik yang kurang stabil, proses sosialisasi dan edukasi terhadap kebijakan

redenominasi yang dilakukan pemerintah menjadi tidak maksimal dimana

kepercayaan masyarakat kepada pemerintah rendah. Pada saat sosialisasi mulai

dilakukan, tidak banyak masyarakat yang setuju dengan kebijakan redenominasi

dan timbul banyak pro dan kontra pada masyarakat. Sosialisasi dan edukasi yang

dilakukan dalam beberapa bulan menciptakan kebingungan di masyarakat.

Sehingga dapat dikatakan Rusia mengalami kegagalan pada redenominasi yang

pertama dan kedua. Kondisi perekonomian Rusia yang tak kunjung stabil setelah

dua kali redenominasi membawa Rusia mengalami krisis pada tahun 1998 yang

sering disebut krisis Rubel. Pada saat itu nilai Rubel terdepresiasi sampai 20%,

akibatnya harga barang-barang impor naik sampai empat kali lipatnya (Prabawani,

2014). Kenaikan harga pangan membuat produksi barang industri-industri yang

ada di Rusia menurun dan terdapat banyak pegawai yang tidak dibayarkan gajinya

yang mencapai 919 juta dollar Amerika.

Page 33: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

21

Selain itu menumpuknya hutang luar negri, defisit neraca perdangan

internasional yang disebabkan adanya penurunan permintaan minyak mentah dan

logam non besi Rusia serta terjadi krisis keuangan di Asia.8 membuat

pertumbuhan ekonomi Rusia bernilai -5,3% di tahun 1998. Akibatnya kegiatan

perekonomian di Rusia menjadi lesu. Dana yang dipinjamkan oleh World Bank

dan IMF sebesar 22,6 milyar tidak mampu membuat kondisi perekonomian

menjadi stabil justru semakin diperparah dengan suku bunga yang cukup tinggi

pada saat itu. Di kondisi perekonomian yang tidak stabil ini, The Central Bank of

Russia dan Pemerintah memutuskan untuk meredenominasi Rubel ketiga kalinya.

Di tahun 1998 atau pada saat dijalankannya kebijakan redenominasi, tingkat

inflasi adalah sebesar 22,7%. Masuk dalam kategori galloping inflation, inflasi

ini cukup berbahaya bagi perekonomian dan tidak cocok untuk dilakukan

redenominasi mata uang. Mengingat banyak masyarakat yang belum paham benar

akan arti redenominasi. Selain itu tingkat pertumbuhan ekonomi bernilai -5,3%.

Kondisi yang tidak stabil ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan

devaluasi Rubel pada 17 Agustus 1998.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan moneter Rusia adalah

stabilitas nilai tukar. Namun yang terjadi nilai tukar tidak stabil karena adanya

permasalahan dan goncangan dari pihak eksternal seperti naiknya harga minyak

dunia. Akibatnya, masyarakat mengalami kebingungan dan kepanikan. Kepanikan

dan kebingungan ini ditambah dengan adanya kebijakan pemerintah yang

meminta masyarakat untuk mengganti uang lama menjadi uang baru hanya dalam

beberapa bulan saja. Salah satu contoh kebingungan masyarakat terjadi di salah

satu toko di Moscow. Ketika seorang ibu ingin membayar roti yang dibelinya,

penjaga kasir malah menanyakan uang yang diberikan oleh pembeli itu dalam

uang lama atau uang baru. Bahkan semakin bingungnya penjaga kasir, dia

memanggil temannya untuk membantunya memberi kembalian kepada ibu yang

membeli roti tersebut. adapun alasan penjaga kasir melakukan hal tersebut karena

8 Reynaldo De Archellie, Putin, Rusia dan WEC, www.unisosdem.org, diakses pada tanggal 1

Oktober 2014; 21.58 WIB

Page 34: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

22

dia tidak ingin ditipu oleh pembeli toko roti tersebut.9 Kejadian tersebut membuat

antrian panjang dan kegiatan ekonomi justru tidak berjalan dengan baik seperti

yang diharapkan. Selain itu banyak toko yang tidak mengikuti aturan yang

diberikan pemerintah. Pemerintah memerintahkan proses transisi berjalan satu

tahun, namun penjual di Rusia ini justru bersikap untuk tidak menerima

pembayaran uang dengan nominal 100 dan 500 Ruble lama yang diberikan

kepada masyarakat dalam beberapa bulan yang akan datang. Hal tersebut

dilakukan karena tidak percayanya masyarakat kepada pemerintahan dan

ketakutan penyediaan uang baru tidak tersedia oleh Pemerintah. Karena hal-hal

tersebut, inflasi meningkat signifikan pada tahun 1999 menjadi 85,7%. Selain

karena kepanikan dan kebingungan masyarakat terhadap mata uang baru,

masyarakat menganggap pemerintah telah merampok uang masyarakat dari

pendapatan yang banyak menjadi sedikit. Hal tersebut menggambarkan bahwa

telah terjadi money illusion pada masyarakat.

Sumber : World Bank (2015)

Jika membandingkan tingkat inflasi sebelum redenominasi dan sesudah

redenominasi, tingkat inflasi satu tahun sebelum redenominasi adalah sebesar

9 Stephanie Baker, Russia : Ruble Redenomination Just Getting Started, www.rferl.org, diakses

pada 5 Oktober 2015; 14.41 WIB

874.6

307.6

197.5

47.7 14.8 27.7

85.7 20.8 21.5 15.8 13.7

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

800.0

900.0

1000.0

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Infl

asi

Tahun

Gambar 4

Tingkat Inflasi Rusia (%)

Page 35: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

23

14,8% lebih kecil dari tingkat inflasi satu tahun sesudah redenominasi yakni

sebesar 85,7%. Terjadi peningkatan inflasi yang sangat tinggi setelah

dilaksanakannya redenominasi ini.

Berbeda dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi

satu tahun setelah redenominasi meningkat tajam dari -5,3% menjadi 6,4% dan

terus meningkat menjadi 10% di tahun 2000. Menurut Archellie (2009)10

selama

proses krisis Rubel ini, Presiden tetap mendorong konsumsi masyarakat,

memberikan jaminan sosial kepada masyarakat serta berusaha menciptakan

lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Beliau mencoba membangun

kepercayaan masyarakat kembali. Dari pengalaman Rusia ini, dapat dilihat

beberapa penyebab kegagalan redenominasi adalah redenominasi dilaksanakan

pada saat terjadi krisis keuangan akibatnya inflasi terus meningkat, kondisi politik

yang tidak stabil membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

rendah akibatnya masyarakat menganggap pemerintah telah merampok uang

masyarakat, penerapan redenominasi dibarengi dengan kebijakan devaluasi mata

uang, sosialisasi yang tidak maksimal menyebabkan pro dan kontra redenominasi

sehingga beberapa masyarakat yang kontra mengambil kebijakan sendiri dalam

proses redenomiansi, waktu penukaran uang lama ke uang baru dalam beberapa

bulan membuat masyarakat ketakutan dan merasa tidak cukupnya uang baru untuk

ditukar, serta terjadinya money ilussion, yaitu masyarakat merasa pendapatannya

menjadi sedikit sejak dilakukannya redenomiansi, kebijakan redenominasi tidak

diikuti dengan program stabilitas dan perbaikan fundamental perekonomian

sehingga jika ada guncangan perekonomian kondisi perekonomian tetap dalam

kondisi stabil.

10

Reynaldo De Archellie, Putin, Rusia dan WEC, www.unisosdem.org, diakses pada tanggal 1

Oktober 2014; 21.58 WIB

Page 36: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

24

Ghana

Ghana meredenominasi mata uangnya yaitu Cedi pada tahun 2007.

Ghana mengurangi empat angka nol pada mata uangnya dari 10.000 Cedi menjadi

1 Cedi. Adapun yang menjadi alasan redenominasi Cedi Ghana adalah untuk

menurunkan tingkat inflasi. Ghana mengalami inflasi parah yakni 116,5% pada

tahun 1977, berutung dengan kebijakan demonetisasi yaitu kebijakan

penghapusan atau penarikan alat pembayaran tertentu dengan tujuan untuk

mengurangi jumlah uang beredar pada saat itu berhasil dilaksanakan. Kebijakan

demonetisasi dilaksanakan pada tahun 1979 dengan mengurangi 30% dari uang

Ȼ 5000 dan 50% dari uang Ȼ 50.000 (Dzokoto, 2013). Sebagai negara berkembang

yang juga memiliki karakteristik yang sama dengan Indonesia, pada saat itu

Ghana dililit bayak hutang dimana sampai tahun 1992, hutang Ghana mencapai

US$4,3 Milyar.11

Pada saat itu karena inflasi yang tinggi memaksa masyarakat

membawa uang dalam tempat yang besar ketika melakukan transaksi yang besar

dimana membutuhkan nominal uang yang cukup banyak atau dikenal dengan

sebutan Pile of Bricks. Kondisi inflasi yang tergolong tinggi juga berdampak pada

kurs yang terdepresiasi sehingga semakin rendah jika dibandingkan mata uang

kuat seperti dollar Amerika. Sebagai contoh pada tahun 2001 US$1 sama dengan

95,161617 Cedi. Kondisi ini menyebabkan sering terjadi kesalahan catat dan

perhitungan dengan software dan hardware yang terbatas (Dzokoto, 2013). Selain

berdampak terhadap kondisi ekonomi, hiperinflasi di Ghana juga menyebabkan

kondisi politik tidak stabil yang ditandai dengan tingginya tingkat kejahatan.

Kondisi dampak inflasi yang begitu kompleks membuat pemerintah Ghana

melakukan redenominasi pada tahun 2007 dengan tujuan mestabilkan tingkat

inflasi. Pertama-tama penerapan redenominasi dilakukan dengan sosialisasi dan

edukasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dzokoto et al (2013) Persiapan

yang dilakukan oleh Ghana untuk melaksanakan redenominasi kurang maksimal.

Hal ini terlihat dari sosialisasi dan edukasi yang dilakukan hanya tujuh bulan

sebelum dilakukannya redenominasi. Sebelumnya, proposal perencanaan

11

U.S. Library Of Congress, Debt and Inflation, countrystudies.us, diakses pada tanggal 1

Oktober 2014; 22.59 WIB.

Page 37: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

25

redenominasi yang seharusnya diserahkan kepada pihak legislatif belum

diserahkan oleh Bank Of Ghana (Dzokoto, 2013). Padalah proposal redenominasi

ini sangat penting guna pembuatan peraturan dan sistem yang mengatur tentang

redenominasi di Ghana. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa perubahan

nominal uang yang dilakukan Ghana tidak ada rencana untuk membawa dan

mengembangkan perekonomian Ghana ke arah yang lebih baik. Sosialisasi dan

edukasi hanya dilakukan di Televisi, koran, radio serta poster tentang

redenominasi. Pada saat itu penduduk Ghana mencapai sekitar 23 juta penduduk

dengan beragam agama dan kehidupan sosial yang berbeda-beda dimasyarakat.

Tidak semua masyarakat memiliki sumber informasi yang sama satu dengan yang

lainnya. Sosialisasi ini hanya dilakukan lewat media massa dan pertemuan-

pertemuan lembaga negara tanpa adanya langsung turun kepada masyarakat.

Akibatnya tidak semua masyarakat paham benar mengenai redenominasi. Tentu

selama proses edukasi, terjadi pro dan kontra dari masyarakat yang diwakili oleh

media massa. Namun Bank Of Ghana mengklaim bahwa 95% masyarakat paham

mengenai rencana redenominasi tapi 65% dari masyarkat tidak mengetahui

dampak dari redenominasi. Selanjutnya media massa Ghana lebih banyak blow up

mengenai akan adanya inflasi yang semakin parah setelah adanya redenominasi

juga tidak adanya lagi sebutan milyarder di Ghana. Tentu hal ini membentuk

ekspektasi inflasi masyarakat bahwa inflasi di masa yang akan datang semakin

tinggi. Setelah itu, Bank Of Ghana hanya memberikan waktu enam bulan untuk

melakukan penukaran antara uang lama dan uang baru. Tentu itu merupakan

waktu yang sangat kurang untuk dapat menukarkan semua uang lama ke uang

baru dalam perekonomian Ghana.Tingkat inflasi Ghana saat melaksanakan

kebijakan redenominasi yaitu sebesar 10,7%. Tingkat inflasi ini tergolong belum

stabil.

Namun pemeritah Ghana tetap ingin melaksanakan kebijakan

redenominasi. Pada tahun 2008, tingkat inflasi langsung meningkat menjadi

16,5%. Hal tersebut membuktikan bahwa jika redenominasi dilaksanakan pada

saat inflasi tidak stabil maka tingkat inflasi tahun sebelumnya akan meningkat.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pambudi (2014) bahwa

Page 38: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

26

instabilitas inflasi pada saat pelaksanaan redenominasi menciptakan instabilitas

inflasi yang lebih tinggi pada satu tahun sesudahnya. Namun hal tersebut berbeda

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Ghana. Pada saat dilaksanakannya

redenominasi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. pertumbuhan ekonomi satu

tahun sesudahnya meningkat sebesar 8,4%. Peningkatan ini terjadi karena adanya

peningkatan konsumsi masyarakat akibat money illusion dan juga bertambahnya

investasi di Ghana. Tentu hal ini menjadi dampak positif setelah dilaksanakannya

redenominasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi et

al (2014) yag mengatakan bahwa redenominasi yang dilaksanakan pada saat

pertumbuhan ekonomi positif akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi satu

tahun setelah redenominasi. Adapun beberapa penyebab peningkatan inflasi yaitu

terjadinya money illusion oleh masyarakat. Money illusion adalah suatu kondisi

dimana masyarakat mengalami kebingungan dalam mengintepretasi nilai riil dan

nilai nominal pada uang. Dampak money illusion ini dapat dilihat dari

meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat sebesar 20% (Dzokoto, 2013).

Peningkatan konsumsi ini disebabkan karena masyarakat menganggap dengan

hilangnya angka nol pada Cedi maka harga juga menjadi lebih murah sehingga

pembelian barang dan jasa oleh masyarakat meningkat. Selain itu masalah money

illusion juga terjadi dengan semakin meningkatnya sumbangan yang diberikan

antar masyarakat di Ghana. Ghana termasuk negara yang memiliki tingkat sosial

yang tinggi (Prabawani, 2014). Masyarakat Ghana menganggap bahwa

sumbangan yang diberikan kepada sesama masyarakat terlalu kecil dan

memutuskan untuk menambah sumbangannya. Dampak lainnya adalah sebutan

milyarder menjadi berkurang di Ghana.

Selain itu juga inflasi meningkat disebabkan karena adanya

Trivialization. Trivializationadalah kondisi dimana penjual tidak memiliki uang

kembalian kecil yang menjadi hak konsumen dan pembeli juga “ikhlas” dengan

tidak meminta uang kembalian yang secara nominal semakin kecil dari

sebelumnya. Masalah Trivialization ini semakin menekan inflasi yang

dikarenakan penjual melakukan pembulatan harga keatas. Selain itu juga terjadi

kebingungan yang dihadapi masyarakat dalam mengkonversi dari uang lama ke

Page 39: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

27

uang baru. Kebingungan ini sempat membuat konsumen membayar lebih kepada

produsen yang tidak jujur. Tetapi produsen juga sempat mengalami kebingungan

karena tidak memiliki kembalian sehingga membuat konsumen bingung dalam

mengambil keputusan untuk membeli barang dan jasa tersebut atau tidak. Karena

tidak memiliki kembalian yang pas (tidak maunya juga menggunakan uang koin

untuk kembalian atau sebagai pembayaran), terkadang konsumen memutuskan

untuk membeli lebih banyak dari yang diharapakan atau memutuskan tidak

membeli barang tersebut. Selain itu, masyarakat juga masih bingung dengan nilai

uang yang tiba-tiba menjadi kecil dan merasa tidak ada uang (money illusion) dan

juga uang koin yang digunakan oleh masyarakat dianggap semakin pembayaran

yang tidak sah karena nilainya yang begitu kecil. Namun uang tersebut masih

beredar di masyarakat.

Sumber : World Bank (2015)

Selanjutnya, jika membandingkan tingkat inflasi sebelum redenominasi

dan tingkat inflasi sesudah redenominasi, tingkat inflasi sebelum redenominasi

adalah sebesar 10,9% dan tingkat inflasi sesudah dilaksanakannya redenominasi

adalah sebesar 16,5%. Dari perbandingan tersebut jelas terlihat terjadi

peningkatan inflasi yang cukup signifikan. Berdasarkan hal tersebut dapat

dikatakan bahwa redenominasi memiliki pengaruh terhadap inflasi. Peningkatan

25.2

32.9

14.8

26.7

12.6 15.1

10.9 10.7

16.5 19.3

10.7 8.7 9.2

11.6

15.5

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Infl

asi

Tahun

Gambar 6

Tingkat inflasi Ghana (%)

Page 40: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

28

inflasi tersebut masih dalam kategori galloping inflation yang menggambarkan

belum terjadinya stabilitas inflasi sepenuhnya.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amoako et al

(2014) bahwa hanya 46% masyarakat yang nyaman menggunakan uang baru

sedangkan sisanya mengalami kesulitan dalam menggunakan uang baru.

Walaupun terjadi peningkatan inflasi, namun terdapat beberapa dampak positif

dari pelaksanaan redenominasi di Ghana yakni berkurangnya tingkat kejahatan

karena nominal yang dibawa menjadi lebih sederhana, portabilitas meningkat

yakni masyarakat hanya perlu membawa dompetnya untuk membawa uang, serta

sistem pencatatan menjadi lebih sederhana dapat disesuaikan dengan software dan

hardware yang ada (Ioana, 2009).Dari pengalaman Ghana ini dapat diketahui

beberapa penyebab kegagalan redenominasi Ghana adalah tingkat inflasi yang

belum stabil ditambah dengan sosialisasi dan edukasi yang hanya dilakukan di

media massa menimbulkan ilusi uang dan trivialization yang menyebabkan

terjadinya peningkatan inflasi pasca redenominasi. Media massa membentuk

ekspektasi inflasi masyarakat yang akan terus meningkat dengan tidak adanya

penjelasan atau kerja sama dengan bank sentral atau pemerintah, peraturan

perundangan redenominasi tidak dipersiapkan dengan baik oleh Bank Sentral

Ghana sehingga ada pemikiran tujuan bank sentral yang bukan membawa

perekonomian ke kondisi yang lebih baik. Oleh sebab itu dapat dikatakan tujuan

Ghana untuk meningkatkan menurunkan inflasi belum dapat tercapai.

Polandia

Polandia adalah contoh terakhir negara yang melaksanakan redenominasi

karena inflasi tinggi. Negara yang merdeka pada tanggal 11 November 1918 ini

menerapkan redenominasi dengan menghilangkan empat angka nol dari 10.000

Zloty menjadi 1 Zloty pada tahun 1995. Adapun yang menjadi alasan The

National Bank of Poland dan Pemerintah Polandia melakukan redenominasi

adalah untuk mestabilkan tingkat inflasi. Pada tahun 1990, tingkat inflasi di

Polandia mencapai 555,4%. Pada awalnya, perekonomian Polandia menganut

sistem ekonomi komunis dimana segala macam sumber daya berada ditangan

Page 41: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

29

swasta dan pemilik modal serta tidak ingin terbuka terhadap perekonomian

internasional. Negara yang kaya akan batu bara ini, dieksploitasi sumber dayanya

sehingga hanya segelintir orang yang kaya dan banyak yang menjadi miskin,

distribusi pendapatan di Polandia menjadi tidak merata. akibatnya terjadi inflasi

yang tinggi Polandia dan mulai banyak gerakan masyarakat yang menentang

sistem komunis tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mulai

melakukan program stabilisasi dan perbaikan fundamental ekonomi dan politik

Polandia. Program tersebut sukses dilaksanakan karena dapat menurunkan inflasi

menjadi dua digit yakni sebesar 76,7% (1991), 45,3% (1992), 36,9% (1993),

33,3% (1994) dan 28,1% (1995). Melihat tren inflasi yang positif bagi

perekonomian, bank sentral dan pemerintah memutuskan untuk melaksanakan

redenominasi pada tahun 1995. Kondisi ekonomi dan politik yang mulai stabil

memudahkan bank sentral serta pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan

edukasi tentang redenominasi kepada masyarakat. Adapun salah satu program

stabilisasi yang sudah difikirkan oleh pemerintah adalah redenominasi. Oleh

sebab itu, pemerintah mulai melakukan sosialisasi dan edukasi redenominasi.

Dimulai dari media massa dan kerja sama dari berbagai pihak dalam

menyukseskan redenominasi. Setelah itu diikuti dengan pembuatan peraturan

perundangan redenominasi, pencetakan uang baru dengan karakteristik yang sama

dengan uang lama, juga adanya dual circulation yakni menerbitkan uang baru

bersama-sama dengan tetap berlakunya uang lama dan dual pricetagging yaitu

pemberian harga pada barang yang dijual dalam harga nominal uang lama dan

nominal uang baru. Bank Sentral Polandia butuh waktu kurang lebih 10 tahun

untuk menyukseskan pelaksanaan redenominasi ini. Yang menarik dari sosialisasi

dan edukasi redenominasi di Polandia adalah diadakannya Kampanye

redenominasi yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan instansi dan

universitas untuk mengkampanyekan redenominasi. Sehingga masyarakat dapat

paham dengan maksud dan tujuan dari kebijakan redenominasi. Setelah itu,

karena yakin masyarakat sudah paham dan setuju dengan redenominasi, akhirnya

pemerintah memutuskan untuk meredenominasi Zloty. Berikut adalah gambaran

inflasi di Polandia masa redenominasi

Page 42: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

30

Sumber : World Bank (2015)

Jika kita lihat pada gambar 10, tingkat inflasi pada saat dilaksanakannya

redenominasi adalah sebesar 28%. Inflasi ini termasuk dalam galloping inflation

dan bersifat tidak stabil. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, inflasi

jenis ini tidak cocok untuk dilaksanakan redenominasi. Tetapi jika dilihat tren atau

kecenderungan inflasi, tingkat inflasi cenderung turun dari sebelum redenominasi

dan setelah redenominasi. Setelah redenominasi tingkat inflasi mengalami

penurunan berturut-turut yaitu sebesar 19,8% (1996); 15,1% (1997); 11,7%

(1999) dan 5,5% (2001). Adapun yang menjadi penyebab penurunan inflasi pasca

dilaksanakan redonominasi disaat inflasi tidak stabil yaitu dengan diikutinya

program stabilitas perekonomian. Program stabilitas perekonomian ini seperti

mencoba menarik investasi dari berbagai negara, mulai dibangunnya infrastruktur

untuk memperlancar kegiatan perekonomian dan memperbaiki anggaran

pemerintah. Sehingga jika dilihat dari tingkat inflasi pada saat dilaksanakannya

redenominasi, redenominasi ini dikatakan sukses karena dapat menurunkan inflasi

dari kategori galliponginflation menjadi creeping inflation. Dilihat dari sisi

pertumbuhan ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi pada saat dilakukannya

redenominasi adalah sebesar 7%. Pertumbuhan ini sangat stabil. Namun satu

tahun setelah redenominasi justru menurun sebesar 6,2%. Penurunan pertumbuhan

ekonomi ini disebabkan karena adanya penurunan permintaan minyak dunia yang

244.6

555.4

76.7 45.3 36.9 33.3 28.1 19.8 15.1 11.7 7.3 10.1 5.5

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Infl

asi

Tahun

Gambar 7

Tingkat inflasi Polandia (%)

Page 43: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

31

pada saat itu harga minyak dunia mulai naik. Selanjutnya, tingkat inflasi sebelum

dilaksanakannya redenominasi adalah sebesar 33,3% dibandingkan dengan tingkat

inflasi setelah dilaksanakan redenominasi adalah sebesar 19,8%. Terjadi

penurunan tingkat inflasi yang sangat signifikan sebelum dan sesudah

redenominasi.

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perekonomian Polandia yang

mengalami permasalahan namun selanjutnya inflasi cenderung turun. Setelah itu

tingkat inflasi sesudah dilaksanakan redenominasi adalah cenderung turun dan

stabil. Artinya inflasi dapat menjadi stabil jika diikuti dengan program stabilitasi

perekonomian. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ioana (2009) bahwa redenominasi yang diikuti dengan program stabilitas

perekonomian dapat menurunkan tingkat inflasi.

Berdasarkan pengalaman redenominasi di Polandia, dapat diketahui

beberapa hal yang membuat keberhasilan polandia adalah adanya program

stabilitas dan perbaikan fundamental ekonomi yaang membawa ekonomi menjadi

stabil dan inflasi cenderung turun, dengan ekspektasi inflasi yang terus turun

pemerintah berani untuk melaksanakan redenominasi disaat inflasi dalam keadaan

kurang stabil. Namun hal ini perlu diwaspadai karena inflasi lebih dari 10%

menggambarkan ketidakstabilan perekonomian. Keberhasilan ini didukung oleh

sosialisasi dan edukasi yang dilakukan dengan bertahap bahkan sampai

melakukan kampanye redenominasi di seluruh lapisan masyarakat agar

masyarakat benar-benar paham akan kebijakan redenominasi. Adapun dampak

positif dari dilaksanakannya redenominasi adalah tingkat inflasi menjadi stabil

dari hyperinflation menjadi creeping inflation.

Proses Pelaksanaan Redenominasi Dimana Kredibilitas Mata Uang Sebagai

Alasan

Turki

Turki melaksanakan redenominasi pada tahun 2005 dengan memotong

langsung enam angka nol pada 1.000.000.000 Lira lama menjadi 1 Lira Baru.

Adapun yang menjadi alasan Pemerintah Turki untuk meredenominasi mata

Page 44: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

32

uangnya adalah meningkatkan kredibilitas mata uang nasionalnya. Walaupun

sempat memiliki sejarah inflasi yang tidak stabil yaitu tahun 2000 inflasi sebesar

54,9% namun pada saat pelaksanaan redenominasi tahun 2005 inflasi Turki dapat

dikatakan sudah lebih baik yaitu sebesar 10,1%. Karena adanya program stabilitas

perekonomian yang dijalankan pemerintah sebelum dilaksanakan redenominasi,

akhirnya tingkat inflasi Turki setiap tahunnya mengalami penurunan yakni 54,4%

(2001), 45,0% (2002), 25,3% (2003), 10.6% (2004) dan 10,1% (2005). Menurut

MRI Bankers Guide to Foreign Currency (2005) dalam Ioana (2009) denominasi

tertinggi diseluruh dunia pada tahun 2004 adalah 20.000.000 Lira, mata uang

Turki. Dimana denominasi ini memiliki nilai sebesar 15,04 dalam USD.

Pencetakan uang kertas ini memiliki efek negatif terhadap kredibilitas Lira

dimasyarakat. Jika hal ini terus dibiarkan, maka yang terjadi adalah sikap

masyarakat yang cenderung menggunakan mata uang asing terutama dollar

Amerika untuk transaksi perekonomian masyarakat (dollarization). Hal tersebut

akan berpengaruh terhadap nilai tukar Liu terhadap dollar yang akan terdepresiasi

terus.

Selain itu juga sistem pencatatan statistik yang terbatas mendorong

Pemerintah Turki untuk memangkas enam angka nol pada Lira. Oleh sebab itu

pemerintah dan bank sentral ingin meredenominasi Lira.Pada waktu itu, saat

sedang mengalami inflasi tinggi, Pemerintah Turki sudah berencana untuk

meredenominasi Lira agar kredibilitas Lira meningkat. Pemerintah Turki sudah

mulai melakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa Liu akan

segera diredenominasi sambil menunggu inflasi yang stabil (Seftiningsih, 2013).

Edukasi ini membentuk ekspektasi inflasi masyarakat Turki bahwa diwaktu yang

akan datang, inflasi akan cenderung turun. Walaupun belum yakin dengan pasti

kapan redenominasi akan dilaksanakan namun ekspektasi inflasi masyarakat ini

membawa inflasi pada tahun-tahun mendatang benar menjadi turun dan stabil.

Sehingga dapat dikatakan kurang lebih 15 tahun Bank Sentral dan Pemerintah

bekerja sama memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat (Suhendra et

al, 2012). Selanjutnya proses redenominasi dilakukan secara bertahap. Mulai dari

pengesahan peraturan perundangan tentang redenominasi, penyiapan infrastruktur

Page 45: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

33

redenominasi berupa software dan hardwere, pencetakan uang baru sesuai

kebutuhan yang sama persis dengan uang lama hanya beda di nominal nol saja.

Bentuk, ukuran, gambar, warna dibuat sama persis sehingga tidak menimbulkan

kebingungan dimasyarakat. Selain itu juga di media massa dibahas berbagai

kemungkinan yang akan terjadi setelah redenominasi dan media massa blow up

berita mengenai pembulatan harga dampaknya tidak akan terjadi pembulatan di

masyarakat (Syahputra, 2014). Selanjutnya menurut Habir (2010)12

ada sebutan

yang digunakan untuk mata uang lama dan mata uang baru. Transaksi yang

menggunakan uang lama disebut Old Turkish Lira (TLY) dan transaksi yang

menggunakan uang baru disebut New Turkish Lira (TRL). Penyebutan ini dapat

meminimalisir kebingungan yang dialami masyarakat. Setelah masyarakat paham

benar akan redenominasi, redenominasi dilaksanakan. Berikut gambaran inflasi di

Turki:

Sumber : World Bank (2015)

Tingkat inflasi pada saat dilaksanakannya redenominasi adalah sebesar

10,6% dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,4%. Meskipun tingkat inflasi

masih tergolong galloping inflation, namun redenominasi mata uang sudah dapat

12

Manggi Habir, Redenomination : How Not To Socialize Policy, www.thejakartapost.com,

diakses pada tanggal 5 Oktober 2015; 14.41 WIB.

80.3

85.7

84.6 64.9

54.9

54.4

45.0 25.3

10.6

10.1

9.6

8.8

10.4

6.3 8.6

6.5 0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.0

100.0

Infl

asi

Tahun

Gambar 8

Tingkat Inflasi Turki (%)

Page 46: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

34

dilaksanakan mengingat sosialisasi dan edukasi yang sudah dilakukan sejak tahun

1990-an dan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 8,4% mendorong

pemerintah yakin untuk untuk menghapus enam angka nol pada Lira.

Selain itu kondisi politik yang stabil mendorong tercapainya tujuan redenominasi.

Adapun tingkat inflasi satu tahun pasca dilaksanakannya redenominasi turun

menjadi 9,6%. Penurunan tingkat inflasi ini menggambarkan kesuksesan

redenominasi. Jika dibandingkan tingkat inflasi sebelum redenominasi adalah

sebesar 10,6% dengan tingkat inflasi sesudah redenominasi adalah sebesar 9,6%

maka dapat dikatakan redenominasi memiliki pengaruh positif terhadap inflasi

dengan terjadinya penurunan inflasi sebesar 1%. Namun justru pertumbuhan

ekonomi satu tahunnya semakin turun menjadi 6,9%. Penurunan pertumbuhan

ekonomi disebabkan karena terjadi kenaikan harga minyak dunia ditahun 2005-

2006.Walaupun inflasi sempat meningkat pada tahun 2008 sebesar 10,4% namun

inflasi turun kembali pada tahun 2009 menjadi 6,3%. Penurunan inflasi setelah

dilaksanakan redenominasi menggambarkan bahwa redenominasi memiliki

dampak postif terhadap inflasi. Menurut penelitian Ioana (2009) setelah

dilaksanakan redenominasi, dengan menurunnya tingkat inflasi, yang tadinya

denominasi tertinggi diseluruh dunia pada tahun 2004 adalah 20.000.000 Lira

memiliki nilai sebesar 15,04 dalam USD namun setelah redenominasi nilai tukar

US$1 sama dengan 1,3448 YTL (Yeni Turkey Lira) dan 1Euro sama dengan

1,6361 YTL. Selain itu, proses pencatatan, perhitungan statistis menjadi lebih

sederhana. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Tujuan redenominasi Turki

yakni meningkatkan kredibilitas Lira sudah tercapai.

Dari pengalaman redenominasi Turki dapat diketahui beberapa hal yang

menyukseskan redenominasi Turki adalah redenominasi dilaksanakan dalam

kondisi galopping inflationsebesar 10,1%, pertumbuhan ekonomi dan politik yang

stabil, sosialisasi dan edukasi dilakukan lebih dari 10 tahun yang membawa

ekspektasi inflasi oleh masyarakat menjadi stabil, bank sentral dan pemerintah

memanfaatkan media massa untuk memblow up berita pembulatan harga yang

menjadi keresahan masyarakat sehingga isu pembulatan harga tidak terjadi selama

proses redenominasi, redenominasi dilakukan secara bertahap mulai dari

Page 47: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

35

pembuatan peraturan perundangan redenominasi, pencetakan uang baru yang

memiliki bentuk, ukuran, warna yang sama dengan uang lama serta sebutan yang

berbeda untuk uang lama dan uang baru sangat membantu masyarakat sehingga

tidak mengalami kebingungan, proses pertukaran uang lama ke uang baru hanya

dalam dua tahun dengan sistem dual curculation dan dual price tagging. Adapun

manfaat yang dirasakan oleh Turki ialah akibat inflasi yang turun, kredibilitas Lira

meningkat yang ditunjukan nilai tukar yang lebih sederhana dibandingkan dengan

mata uang kuat seperti dollar Amerika dan Euro. Manfaat lain yang dirasakan

oleh masyarakat adalah sistem pencatatan, pengolahan data keuangan dan lainnya

menjadi lebih sederhana.

Romania

Romania meredenominasi mata uangnya yaitu Lei pada tahun 2005. The

National Bank of Romania dan Pemerintah Romania bersama-sama memutuskan

untuk mengurangi empat digit angka nol pada Lei dari 10.000 Lei lama menjadi 1

Leu baru. Adapun yang menjadi alasan Bank Nasional Romania dan Pemerintah

Romania meredenominasi Leu adalah untuk meningkatkan kredibilitas dan

kesetaraan ekonomi khususnya di negera-negara Uni Eropa. Dalam proses

pembangunan ekonomi, negara yang berada dikawasan Eropa Tenggara ini

berniat untuk menyamakan kedudukan Leu pada mata uang Euro dan Dollar

Amerika Serikat. Walaupun sudah bergabung dengan Uni Eropa, namun Uni

Eropa belum memperbolehkan masyarakat Romania menggunakan Euro sebagai

mata uang nasional. Inflasi yang tinggi pada tahun 2000 yakni sebesar 45,67%

membuat masyarakat Romania beralih menggunakan Euro atau Dollar sebagai

alat transaksi. Selain itu akibat inflasi yang tinggi, nilai tukar sebelum

redenominasi adalah 29,891Lei/US$1 dan 36,050Lei/1Euro. Karena hal-hal

tersebut pemerintah ingin menerapkan redenominasi.

Pada waktu itu Gubernur Bank Nasional Romania, Mugur Isarescu

terinspirasi dari Turki yang mampu meredenominasi mata uangnya sampai 6

angka nol sehingga ingin mencontoh Turki dalam memangkas angka nol pada

Lira.Karenanya sepuluh tahun sebelum dilaksanakannya redenominasi, bank

Page 48: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

36

sentral dan pemerintah telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada

masyarakat. Proses edukasi dan sosialisasi yang dilakukan Romania tidak jauh

berbeda dengan Turki. Sebelum redenominasi, Pemerintah mengesahkan

peraturan redenominasi, Bank Sentral Romania juga sudah mencetak uang baru

yang akan diedarkan ke masyarakat. Pencetakan uang ini menggunakan warna,

ukuran, bentuk, gambar yang sama dengan uang lama agar masyarakat tidak

bingung. Sama seperti Turki yang melakukan pembedaan penyebutan pada

masing-masing mata uang, Romania juga menggunakan cara yang sama. RON

untuk uang baru dan ROL untuk uang lama, sehingga 1RON sama dengan

10.000ROL. Bank Sentral dan pemerintah juga turun ke masyarakat melakukan

sosialisasi dan edukasi sampai masyarakat benar-benar mengerti tentang manfaat

redenominasi. Pada tanggal 31 Desember 2006, ROL sudah dapat ditarik dari

perekonomian, namun bagi masyarakat yang masih memiliki RON masih

diperbolehkan untuk menukarkan uang tersebut di bank-bank yang ada di

Romania. Sudah mantap dengan sosialisasi dan edukasi, pemerintah eksekusi

pergantian uang lama ke uang baru. Selanjutnya gambaran inflasi di Romania:

Sumber : World Bank (2015)

Tingkat inflasi pada saat dilaksanakannya redenominasi Leu adalah

sebesar 8,9%. Inflasi ini tergolong stabil untuk melaksanakan redenominasi.

Karena dilaksanakan pada saat inflasi stabil maka inflasi tahun selanjutnya

154.8

59.1 45.8

45.7

34.5

22.5

15.3

11.9

9.0

6.6

4.8

7.8

5.6

6.1

5.8

3.3

4.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

Infl

asi

Tahun

Gambar 8

Tingkat Inflasi Romania (%)

Page 49: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

37

menjadi turun signifikan menjadi 6,6%. Hal tersebut juga terjadi pada

pertumbuhan perekonomian Romania ditahun 2005 sebesar 4,3% dan meningkat

signifikan menjadi 8,7%. Peningkatan pertumbuhan perekonomian ini selain

pengaruh tidak langsung redenominasi yaitu dimana nilai tukar Lei terapresiasi

dari 29,89Lei menjadi 2,98 Lei per US$1 dan dari 36,050 Lei menjadi 3,6Leu per

1Euro (Juanda, 2013). Sehingga banyak investor menginvestasikan dananya ke

Romania. Selanjutnya jika dibandingkan tingkat inflasi sebelum redenominasi dan

sesudah redenominasi, tingkat inflasi sebelum dilaksanakan redenominasi adalah

sebesar 11,9% dan tingkat inflasi sesudah redenominasi menjadi 6,6%. Terjadi

penurunan inflasi yang cukup berarti dari galloping inflation menjadi creeping

inflation. Penurunan inflasi setelah dilaksanakan redenominasi menggambarkan

bahwa redenominasi memiliki pengaruh terhadap inflasi dan dan dapat

menurunkan inflasi jika dilaksanakan pada saat perekonomian stabil. Berdasarkan

pengalaman Romania tersebut, dapat dilihat hal-hal yang menyukseskan

redenominasi di Romania adalah redenominasi dilaksanakan pada saat kondisi

ekonomi yang stabil sehingga inflasi selanjutnya dapat turun, sosialisasi dan

edukasi telah dilaksanakan kurang lebih 10 tahun dengan langsung turun ke

masyarakat sehingga masyarakat paham akan tujuan dan manfaat redenominasi,

pencetakan uang baru yang sama dengan uang lama namun beda di jumlah angka

nol serta penyebutan ROL untuk uang lama dan RON untuk uang baru dan juga

sistem dual circulation dan dual price tagging. Adapun manfaat yang dirasakan

dengan menurunnya inflasi pasca redenominasi adalah meningkatnya tingkat

kredibilitas dan efek psikologis yaitu kebanggaan terhadap Leu Romania

meningkat dan percaya diri dalam kegiatan ekonomi dengan negara Uni Eropa

lainnya.

Demikianlah proses redenominasi masing-masing negara dengan alasan

hiperinflasi dan kredibilitas mata uang. berikut rangkuman rincian teknis

mengenai redenominasi yang sudah dilaksanakan:

Page 50: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

38

Tabel 1

Rincian Teknis mengenai Redenominasi

Rencana Redenominasi Rupiah Indonesia

Jika dilihat dari latar belakang negara-negara yang telah melaksanakan

redenominasi seperti penjelasan sebelumnya, terdapat dua alasan redenominasi

yakni untuk menurunkan tingkat inflasi dan meningkatkan kredibilitas mata uang.

Berdasarkan alasan tersebut, perlu untuk melihat latar belakang redenominasi

Rupiah Indonesia berdasarkan kedua alasan tersebut. Berikut gambaran tingkat

inflasi di Indonesia sepuluh tahun terakhir :

Sumber : World Bank (2015)

6.2

10.5

13.1

6.4

9.8

4.8 5.1 5.4 4.3

6.4 6.4

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Infl

asi

tahun

Gambar 9

Tingkat Inflasi Indonesia (%)

Negara Tahun Jumlah

Nol Alasan Unit Mata Uang Baru

Sosilisasi

Edukasi

Waktu

Sosialisasi

Sukses /

Gagal

Zimbabwe

2006 3 Hiperinflasi 1000 $Z = 1 New $Z Tidak 1 Tahun Gagal

2008 3 Hiperinflasi 10.000.000.000$Z = 10.000.000 New $Z Tidak 2 Tahun Gagal

2009 12 Hiperinflasi 1.000.000.000.000$Z = 1New$Z Tidak 1 Tahun Gagal

Rusia 1998 3 Hiperinflasi

1.000 Rubel =

1 Rubel Baru Ya 12 Bulan Gagal

Ghana 2007 4

GallopingInfl

ation 10.000 Cedi = 1 Cedi Ghana Baru Ya 7 Bulan Gagal

Polandia 1995 4 Hiperinflasi 10.000 Zlothy lama = 1 Zloty Baru Ya 10 Tahun Sukses

Turki 2005 6 Kredibilitas 1.000.000.000 TYL = 1 TRL Ya 10 Tahun Sukses

Romania 2005 4 Kredibilitas 10.000 Lei Lama = 1 Leu Ya 10 Tahun Sukses

Page 51: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

39

Tingkat inflasi di Indonesia sepuluh tahun terakhir cenderung stabil dan

masuk kategori creeping inflation. Walaupun pada tahun 2005 tingkat inflasi

cukup tinggi sebesar 17,11% hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga

minyak dunia yang membuat pemerintahan Bapak Susilo Bambnag Yudhoyono

ini menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dua kali pada tahun 2005.

Penaikan harga BBM yang pertama pada tanggal 1 Maret 2005 dari Rp1.810

menjadi Rp2.400 per liter. Kenaikan yang cukup tinggi ini tentu membuat harga

barang dan jasa menjadi semakin mahal. Kenaikan harga BBM yang kedua terjadi

pada 1 Oktober 2015 yang harga semula Rp2.400menjadi Rp4.500. Kenaikan

yang tidak tanggung-tanggung mencapai 87,5%.13

Kenaikan harga BBM ini

membuat kegiatan produksi barang tidak berjalan dengan baik karena harga bahan

baku yang juga menjadi naik. Namun setelah itu inflasi dapat turun normal

kembali. Inflasi kembali meningkat pada tahun 2008 menjadi 11,06 hal ini

disebabkan adanya permasalahan di Amerika Serikat atau mortagage crisis yaitu

krisis gagal bayar perumahan di Amerika Serikat. Mau tidak mau seluruh negara

yang bekerja sama dengan Amerika Serikat terkena imbasnya. Secara keseluruhan

inflasi di Indonesia masih stabil. Dilihat dari kondisi inflasi indonesia sepanjang

10 tahun terakhir, menunjukkan bahwa kondisi inflasi di indonesia masih

relativeterkendali dan bisa dikatakan stabil. Sehingga menjadi kurang tepat

apabila kebijakan redenominasi dilakukan dengan alasan inflasi tinggi ataupun

dengan alasan untuk menstabilkan inflasi.

Selanjutnya, jika dilihat dari sisi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang

kuat seperti dollar Amerika, Indonesia masuk dalam mata uang sampah urutan

ketiga dunia setelah Dong, Vietnam menurut id.rateq.com. Dimana terdapat 180

mata uang nasional yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada

tahun 2015 ini, nilai tukar US$1 sama dengan Rp14.668,0476. Apakah nilai tukar

tukar rupiah ini menimbulkan masalah bagi perekonomian? Ya. Sebutan nilai

uang sampah mengindikasikan bahwa rupiah merupakan mata uang yang tidak

13

MAW, Harga BBM Dinaikan 3 Kali Hanya Dalam Tiga Tahun,

www.moharifwidarto.wordpress.com, diakses pada 06 Oktober 2015; 17.37 WIB.

Page 52: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

40

berharga dan tidak memiliki pengaruh terhadap mata uang lain. Berikut beberapa

mata uang yang masuk kategori mata uang sampah menurut id.rateq.com

Tabel II

Daftar 10 Negara yang masuk kategori Garbage Money di dunia

No Negara Mata Uang Nilai Tukar per US$1

1. Iran Rial 28.858,6311

2. Vietnam Dong 22.463,97

3. Indonesia Rupiah 14.668,0476

4. Zambia Kwacha 7.294,949

5. Paraguay Guaran 5.648,989

6. Madagaskar Franc 3.190,951

7. Uganda Shilling 3.695,156

8. Kolombia Peso 3.053,3288

9. Bulgaria Lev 1,739,1219

10. Burundi Franc 1.569,698

Sumber : http://id.rateq.com/; diakses pada 06 Oktober 2015; 00:23 WIB

Karena hal tersebut banyak masyarakat Indonesia yang memilih mata

uang lain yang memiliki nilai lebih tinggi seperti dollar Amerika untuk melakukan

transaksi ekonomi atau yang biasanya disebut dollarization. Penggunaan mata

uang asing secara terus menerus dalam jangka panjang akan menciptakan

instabilitas perekonomian. Selain itu juga dapat membuat mata uang rupiah

semakin terdepresiasi karena permintaan dollar yang lebih tinggi sedangkan

permintaan rupiah menjadi sedikit karena masyarakat memilih dollar. Masalah

kedua adalah alasan psikologis. Merasa Rupiah memiliki nilai yang rendah dan

juga kesan harga yang mahal jika berbelanja diluar negri karena menukarkan

rupiah yang memiliki banyak angka dengan mata uang asing yang nominalnya

kecil. Selain itu alasan psikologis juga terasa saat Indonesia akan mengikuti

program integrasi ekonomi yaitu Economic Asean Community (EAC) pada awal

tahun 2016 yang akan datang. Bila kita bandingkan dengan negara-negara

kawasan ASEAN, US$1 sama dengan 4,43Ringgit Malaysia, 46,68Peso Filipina,

36,28Bath Thailand apalagi dibandingkan dengan Singapura yaitu sebesar

1,43Dollar Singapura. Negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia nilai

tukarnya tidak lebih dari angka seribu. Tentu pemerintah Indonesia perlu

meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia untuk dapat “bermain” dengan

Page 53: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

41

baik bersama seluruh negara ASEAN.Selain itu juga kondisi sistem pencatatan

statistik di Indonesia tidak dapat menampung seluruh angka nol pada Rupiah

karena terbatasnya software dan hardware untuk menghitung statistik di

Indonesia. Tentu angka nol pada rupiah ini jika terus dibiarkan maka Indonesia

bisa menjadi Zimbabwe yang memiliki angka nol mencapai kuadranliun yaitu

angka nol mencapi 15 digit. Karena perkembangan ekonomi yang semakin maju

kedepannya akan membuat semakin banyak angka nol yang menempel pada

Rupiah. Sehingga sangat tepat apabila Indonesia melakukan kebijakan

redenominasi Rupiah dengan alasan meningkatkan kredibilitas mata uang dan

kesetaraan ekonomi dengan negara lain.

Namun demikian baik karena alasan hyperinflasi ataupun untuk

meningkatkan kredibilatas, Redenominasi memberi dampak atau konsekuensi

yang sama di kedua alasan tersebut. Beberapa konsekuensi yang timbul dari

kebijakan redenominasi adalah money ilussion, trivialization, serta pembulatan

harga keatas yang dapat menyebabkan inflasi meningkat. Untuk dapat berhasil

menerapkan redenominasi, perlu kebijakan pendukung untuk meminimalkan

konsekuensi dari penerapan redenominasi.

Melihat kondisi Indonesia saat ini, Indonesia memiliki tujuan yang sama

seperti Turki dan Romania yaitu untuk meningkatkan kredibilitas mata uangnya.

Untuk menerapkan redenominasi Turki dan Romania membutuhkan stabilitas

perekonomian yakni inflasi stabil dan pertumbuhan ekonomi positif serta

stabilitas politik. Jika dilihat dari stabilitas ekonomi yakni inflasi yang stabil maka

Indonesia sudah memenuhi syarat tersebut. Selanjutnya menurut Worldwide

Governance Indicator (2015), indikator stabilitas politik di Indonesia juga

tergolong stabil dan aman untuk dilaksanakan kebijakan redenominasi.

Page 54: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

42

Sumber : World Governance Indicators (2015)

Gambar diatas mengambarkan stabilitas politik di Indonesia 10 tahun

terakhir. Walaupun tingkat nilainya masih di bawah 50% namun indeks diatas

memiliki kecenderungan meningkat. Artinya ekspektasi stabilitasi politik di

Indonesia kedepannya akan semakin meningkat. Sebelumnya keadaan Indonesia

hampir sama dengan negara-negara sebelumnya. Dimana pada tahun 1998,

Indonesia mengalami krisis keuangan. Mengalami hiperinflasi juga pengalaman

kondisi politik yang tidak mengenakan pada saat itu. Kondisi politik semakin

buruk karena tingginya angka korupsi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh

Transparency Internasional mengenai indeks korupsi di seluruh dunia, Indonesia

menempati posisi 107 dari 174 negara yang dipriksa. Indeks korupsi sebesar 34

dari peringkat 100. Tentu hal ini berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah dalam mengatur negara. Namun, semenjak pemerintahan Joko

Widodo, banyak perubahan telah terjadi. Mulai muncul banyak gerakan dari

masyarakat untuk memberikan dukungan dan masukan guna membawa kondisi

negara Indonesia lebih baik lagi.

Jika Indonesia ingin berhasil untuk melaksanakan redenominasi ini, maka

Indonesia perlu mempersiapkan semuanya dengan matang, seperti peraturan,

pencetakan uang baru, dan sosialisasi edukasi yang maksimal kepada masyarakat

Indonesia. Sosialisasi dan edukasi dilakukan secara bertahap dalam waktu kurang

0

10

20

30

40

50

60

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 10

Tingkat Stabilitas Politik Di Indonesia

Political Stabiity

Page 55: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

43

lebih 10 tahun dan dilakukan semaksimal mungkin, seperti yang dilakukan oleh

Romania, Polandia dan Turki. Sosialisasi adalah kunci utama keberhasilan

Redenominasi. Karena dengan pemahaman masyarakat yang benar akan arti

redenominasi akan menghindarkan dari konsekuensi money illusion,

trivializationdan dapat mengatur ekspektasi inflasi masyarakat. Sebaliknya

apabila pemahaman masyarakat akan redenominasi masih rendah justru akan

membawa Indonesia ke jurang kehancuran perekonomian dengan penerapan

redenominasi. Dalam hal ini kondisi inflasi di indonesia yang tergolong rendah

akan dipertaruhkan ketika menerapkan redenomiasi.Oleh sebab itu sudah sangat

tepat adanya rancangan tahapan redenominasi yang disusun oleh BI dimana tahap

sosialisasi merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan redenominasi,

sehingga pada tahap ini Bank Sentral dan Pemerintah bekerja sama melakukan

sosialisasi kepada masyarakat Indonesia. Tujuannya agar memberikan

pemahaman kepada masyarakat bahwa redenominasi bukan sanering (Nilasari,

2014). Mendasarkanpada penelitian Astrini (2014) berdasarkan hasil survey dari

24 orang, 14 orang mengaku bahwa pemerintah belum melakukan sosialisasi

dengan baik kepada masyarakat karena mereka mengalami kebingungan.

Sosialisasi yang baik tidak akan membuat masyarakat kebingungan bahkan

kehilangan rasionalitasnya untuk melakukan transaksi ekonomi. (Priyono, 2013).

Selain itu Pencetakan uang baru yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan

kegagalan redenominasi. Hal tersebut terjadi di Argentina, ketika warga

negaranya ingin menukarkan uang lama dengan uang baru, bank sentral Argentina

tidak siap karena uang baru belum dicetak. Sehingga permintaan uang baru

menjadi sangat tinggi dan membuat keadaan inflasi Argentina semakin parah.

Selain itu desain untuk uang lama dan uang baru tidak perlu dibedakan. Baik dari

ukuran, warna, desain dan sebagainya. Agar masyarakat tetap mengenali mata

uangnya (Ioana, 2009).

Page 56: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

44

Ilustrasi Penyederhanaan Nominal Rupiah

Tabel III

Sumber : Bank Indonesia (2010)

Pada prisipnya akan ada penggantian mata uang dari rupiah lama ke rupiah

baru. semua aspek yang menyangkut nominal rupiah akan dikurangi tiga angka

nolnya namun memiliki nilai intrinsik yang tetap sama. Pada masa transisi harga

barang akan dinyatakan dalam dua mata uang yaitu rupiah baru dan rupiah lama.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengalaman Zimbabwe, Rusia, Ghana, Romania, Turki dan

Polandia dapat diketahui bahwa terdapat dua alasan dilakukannya redenominasi

yaitu hiperinflasi dan kredibilitas mata uang. Namun demikian redenominasi

tidaklah tepat untuk mengatasi hiperinflasi dalam kondisi perekonomian dan

politik yang tidak stabil. Terbukti negara yang menerapkan redenominasi dengan

alasan hiperinflasi yaitu negara Zimbabwe dan Rusia telah gagal dalam

menerapkan redenominasi.

Kebijakan redenominasi ini memiliki beberapa konsekuensi antara lain money

ilussion, trivialization, serta pembulatan harga keatas yang dapat menyebabkan

inflasi meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan sosialisasi dan

Page 57: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

45

edukasi secara maksimal kurang lebih 10 tahun. Selain itu juga dalam proses

penerapan redenominasi diperlukan sistem dual circulation yakni menerbitkan

uang baru bersama-sama dengan tetap berlakunya uang lama dan dual

pricetagging yaitu pemberian harga pada barang yang dijual dalam harga nominal

uang lama dan nominal uang baru.

Indonesia sebagai negara yang akan menerapkan redenominasi lebih

tepat jika didasarkan pada tujuan meningkatkan kredibilitas mata uang Rupiah.

Inflasi yang tergolong rendah menjadi taruhan dalam pelaksanaan redenominasi di

Indonesia apabila tidak didukung oleh pemahaman tentang redenominasi yang

benar oleh masyarakatnya. Program sosialisasi dan edukasi yang bertahap dan

dalam waktu yang relatif panjang menjadi kunci utama keberhasilan

redenominasi.

Kebijakan redenominasi tidak dapat berdiri sendiri artinya redenominasi

ini perlu diikuti dengan program stabilitas dan perbaikan fundamental

perekonomian. Beberapa kebijakan yang sebaiknya dihindari jika ingin

melakukan redenominasi adalah kebijakan yang bersifat ekspansif seperti

mencetak uang dan tidak perlu dibarengi dengan kebijakan mata uang lainnya

seperti revaluasi dan devaluasi. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat menimbulkan

kebingungan dimasyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan inflasi

sehingga tujuan redenominasi menjadi tidak tercapai.

Page 58: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

46

DAFTAR PUSTAKA

Agyeman, Francis dan Mintah, E. 2014. The Benefits and Challenges of

Ghana’s Redenomination Exercise to Market Women – A Case Study

of Adum, Kejetia, and Central Marketsin Kumasi Metropolis.

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2458054.pdf.

Diakses pada 14 April 2015;12.23WIB

Arimurti, Rheza.2013.Analisis Pengaruh Kebijakan

RedenominationTerhadap Permintaan Konsumen Dalam Kondisi

Ekonomi Dengan TingkatInflasi

Tinggi.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/65997.pdf. Diakses

pada 4 April 2015; 17.35WIB.

Alhuasain. S. 2012. Rencana Redenominasi

Rupiah.http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Sing

kat-IV-24-II-P3DI-Desember-2012-32.pdf. Diakses pada 28 Maret

2015;16.00WIB.

Astrini, Danti. 2014. Kajian Dampak Redenominasi terhadap

PerekonomiandenganMetodePercobaan Ekonomi.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/69733.pdf. Diakses pada 1

Maret 2015;20.38WIB.

Bank Indonesia. 2010. Kajian Redenominasi oleh Bank Indonesia.

https://bbjuanda.files.wordpress.com/2012/10/kuliah-umum-

redenominasi.pdf. Diakses pada 10 April 2015;07.23WIB.

Budilaksono, Agung. 2013. Redenominasi Mata Uang: Potret kecil sejarah,

teori dan praktek serta

dampaknya.http://www.academia.edu/6268301/Redenominasi_Mata_Ua

Page 59: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

47

ng_Potret_kecil_sejarah_teori_dan_praktek_Serta_dampaknya.pdf.

Diakses pada 26 Januari 2015; 14.30WIB.

Dzokoto, Vivian dan Mensah, C. 2013. Making Sense of A New Currency : An

Exploration of Ghanaian Adaptation to The New Ghana Cedi.

http://www.na-businesspress.com/JABE/Jabe105/DzokotoWeb.pdf.

Diakses pada 11 April 2015;12.43WIB.

Fic, Tatiana dan Saqib,Omar. 2004. Political Instability and The August1998

Ruble Crisis.http://www.diw-

berlin.de/documents/publikationen/73/44717/dp626.pdf. Diakses pada 25

April 2015;12.44WIB.

Gono,G. 2005. The 2005 Post-Election And Drought Mitigation Monetary

Framework. http://www.rbz.co.zw/assets/2005-post-elections-statement-

18-may.pdf. Diakses pada 28 Maret 2015; 21.54WIB.

Gray, Wood. 1964. Bab III Metode Penelitian.

repository.upi.edu/.../3/S_SEJ_0901646_Chapter3.pdf. Diakses pada 5 Juli

2015; 02.31WIB.

Henaku, O. Annabella. Ghanaians’ Perception and Evaluation of the New Ghana

Cedi. http://www.ijbhtnet.com/journals/Vol_3_No_4_April_2013/1.pdf.

Diakses pada 2 Maret 2015; 06.00WIB.

Iona, D. 2005. The National Currency Re-denomination Experience in

Several Countries: A Comparative

Analysis.http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1347407.pdf.

Diakses pada 5 Maret 2015;15.23WIB.

Page 60: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

48

Juanda, Bambang. 2013. Kebijakan Redenominasi Rupiah dan Dampaknya

Terhadap Perekonomian Indonesia.

https://parahita.wordpress.com/2010/08/03/menimbang-untung-rugi-

redenominasi-rupiah/.pdf. Diakses pada 11 April 2015;17.45WIB.

Lianto, J dan Ronald Suryaputra. 2012. The Impact of Redenomination in

Indonesia from IndonesianCitizens’Perspective.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042812006209.pdf.

Diakses pada 1 April 2015;18.25WIB.

Mehdi, S dan Motiee Reza. 2012. An investigating Zeros Elimination of the

National Currency and Its Effect on National Economy (Case study in

Iran). http://pelagiaresearchlibrary.com/european-journal-of-

experimental-biology/vol2-iss4/EJEB-2012-2-4-1137-1143.pdf. Diakses

pada 30 Maret 2015;19.25WIB.

Mosley, L. 2005. Dropping Zeros, Gaining Credibility?

CurrencyRedenomination in DevelopingNations.

https://www.unc.edu/~lmosley/APSA%202005.pdf. Diakses pada 1 April

2015;10.34WIB.

Muhyuddin.2014. Redenominasi Rupiah dan Trauma Sanering.

http://mirror.unpad.ac.id/.../mediaindonesia_2010-08-06_0....pdf. Diakses

pada 30 Mareet 2015; 00.52WIB.

Nilasari, Erissa. 2014. Urgent Redenominasi Nilai Rupiah Dalam Perekonomian

Indonesia. file:///C:/Users/jhjkhjk/Downloads/79-491-1-PB.pdf. Diakses

pada 11 Februari 2015;07.15WIB.

Priyono. 2013. Redenomination; Between Hope and Reality (The Study of the

implementation of the Redenomination in Indonesia).

http://priyonodr.com/redenomination-between-hope-and-reality-the-study-

Page 61: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

49

of-the-implementation-of-the-redenomination-in-indonesia-2/.pdf. Diakses

pada 3 Maret 2015;12.23WIB.

Seftiningtyas, L.H. 2013.Pengaruh Redenominasi Terhadap Inflasi, Ekspor

dan Nilai Tukar. https://s3fti.files.wordpress.com/2013/06/pengaruh-

redenominasi-terhadap-inflas1.pdf. Diakses pada 14 Februari

2015;09.00WIB.

Suhendra, E dan S.W. Handayani. 2012. Impacts of Redenomiantion on

Economics Indicators. http://avekon.org/papers/395.pdf. Diakses pada 15

April 2015;03.33WIB.

Supardan. 2007. Metodelogi dan Histriografi Sejarah.www.fkip.untag-

banyuwangi.ac.id/index.php?.pdf. Diakses pada 29 April 2015. 14.30WIB

Syahputra, B. 2014. Redenominasi dan Hunungannya dengan Inflasi dan Nilai

Tukar (Pengalaman Beberapa

Negara).http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1185/1093.pd

f. diakses pada 25 Januari 2015; 13.32 WIB.

Pambudi, A. dan Bambang, J. 2014.Penentu Keberhasilan Redenominasi Mata

Uang: Pendekatan Historical dan

Eksperimental.http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Document

s/Penentu%20Keberhasilan%20Redenominasi%20Mata%20Uang%3B%2

0%20Pendekatan%20Historis%20dan%20Eksperimental.pdf . Diakses

pada 26 Januari 2015; 14.00 WIB.

Prabawani, Bulan dan Prihatini, Endang. 2014. Coping With Redenomination

Policy.http://ajbasweb.com/old/ajbas/2014/Special%2013/245-253.pdf.

Diakses pada 5 April 2015;05.55WIB.

World Food Program. 2009. https://www.wfp.org/countries/zimbabwe. Diakses

pada 25 Juli 2015;21.30WIB.

Page 62: KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH APA DAN BAGAIMANA? ( …

50

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MELIANA

Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 08 November 1994

NIM : 222012029

Alamat Asal : Jl. Wartawan No.12 Bandar Lampung

Judul Kertas Kerja :Kebijakan Redenominasi Rupiah : Apa dan

Bagaimana? (Studi Historis Pada Bebeberapa

Negara)

Riwayat Pendidikan:

Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Ekonomika dan Bisnis 2012-

2015

SMK BPK Penabur Bandar Lampung 2009-2012

SMP Kristen 5 Bandar Lampung 2006-2009

SD Negri 2 Gunung Sulah Bandar Lampung 2000-2006

Pengalaman Organisasi:

Fungsionaris Badan Perwakilan Mahasiswa FEB 2012-2013

Sekretaris Komisi Anggaran dan Program BPMF 2013-2014

Sekretaris Umum BPMF FEB 2014-2015

Ketua Osis SMK BPK Penabur 2013-2014