41
MAKALAH KEBUDAYAAN DI SUMATERA UTARA Oleh : BESLIN SEPTIANTA TARIGAN NIM 091910101092 PROGARAM STUDI STRATA I TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

Kebudayaan di Sumatera Utara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Tentang Kebudayaan yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia

Citation preview

Page 1: Kebudayaan di Sumatera Utara

MAKALAH

KEBUDAYAAN DI SUMATERA UTARA

Oleh :

BESLIN SEPTIANTA TARIGAN

NIM 091910101092

PROGARAM STUDI STRATA I TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: Kebudayaan di Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Ada masanya untuk bicara, berteriak keras, bertutur lirih, diam, duduk

manis, dan mulai menulis. Suara akan hilang ditelan masa walaupun sebagian

mungkin sempat terekam di kepala, tetapi tulisan akan tetap ada dan berada,

selama masih ada yang sudi membacanya. Bukan pekerjaan mudah pada mulanya,

tetapi setiap tulisan harus dimulai dengan satu goresan, sebuah perjalanan panjang

harus diawali dengan satu langkah pembuka.

Puji syukur kepada Tuhan Maha Pencipta, yang mengajari manusia

’membaca’ dan ’menulis’, melalui nabi, utusan, dan para pewaris-Nya, para

ilmuwan yang mengajarkan. Ilmu tidak akan pernah habis atau berkurang dengan

dibagikan. Semoga penulis mendapat tambahan pengetahuan dan masukan yang

lebih berharga dari sedikit saja yang dituliskan.

Jember, 1 November 2011

Penulis

Page 3: Kebudayaan di Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................3

1.2 STUDI PUSTAKA......................................................................................................4

1.3 RUMUSAN MASALAH............................................................................................5

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT.......................................................................................6

BAB 2. PEMBAHASAN......................................................................................................7

2.1 KEKAYAAN BUDAYA............................................................................................7

2.2 BAHASA....................................................................................................................9

2.3 SENI DAN BUDAYA..............................................................................................10

2.3.1 Musik ...............................................................................................................10

2.3.2 Arsitektur.........................................................................................................10

2.3.3 Tarian..............................................................................................................15

2.3.4 Kerajinan.........................................................................................................21

2.3.5 Makanan Khas.................................................................................................24

BAB 3. PENUTUP..............................................................................................................27

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................27

3.2 SARAN.....................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

Page 4: Kebudayaan di Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka

ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah.

Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak

Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan

(meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta

penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa

budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi

yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya,

maupun sejarah.

Sumatera Utara adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan

sebagai tujuan wisata, mulai dari wisata alam yang memiliki panorama

yang indah, wisata kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki

berbagai situs yang tersebar diwilayah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara

kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain :

Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak

Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.

Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat

istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki

bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung

dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis

budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam

bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan

memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah

bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai

Page 5: Kebudayaan di Sumatera Utara

etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap

daerah sumatera utara.

1.2 STUDI PUSTAKA

Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang

dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan

pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam

suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam

organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam

keterlibatan karyawan tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi. Dalam

kaitan ini, Shein (1985-1990) – pakar dalam “Applied Strategic Planning” – telah

mengemukakan definisi yang lebih komprehensif tentang budaya, yaitu : “Budaya

adalah suatu pola dari asumsiasumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang

ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi,

dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun

waktu tertentu telah berjalan/berfungsi dengan baik, maka dipandang sah,

karenanya dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai

cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam

organisasi”.

Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adlah

istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam

konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas"

atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk

"budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian

yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa".

masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian

kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota.

"Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada

seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia

Page 6: Kebudayaan di Sumatera Utara

atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan

sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya.

Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang

menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban..

peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan

masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu

masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya

dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah

peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam

struktur hirarki sosial.

Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari

istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia

dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat

istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi

yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat".Namun, dalam definisi yang

paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan

kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari

budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan

ekonomi dan budaya.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Pada makalah ini, saya membahasnya hanya dalam ruang lingkup atau

rumusan masalah mengenai :

Apa kekayaan budaya yang dimiliki sumatera utara?

Apa bahasa di sumatera utara?

Bagaimana seni dan budaya di sumatera utara?

Apa tarian yang ada di sumatera utara?

Kerajinan apa yang ada di sumatera utara?

Makanan khas apa yang ada di sumatera utara?

Page 7: Kebudayaan di Sumatera Utara

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dan Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

Kekayaan budaya yang dimiliki Sumatra utara, Bahasa, Seni dan budaya, Tarian,

Kerajinan dan Makanan khas.

Page 8: Kebudayaan di Sumatera Utara

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEKAYAAN BUDAYA

Sumatera Utara adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan sebagai

tujuan wisata, mulai dari wisata alam yang memiliki panorama yang indah, wisata

kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki berbagai situs yang tersebar

diwilayah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya

atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo,

Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga

Pesisir, dan etnis pendatang.

Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat

istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa

daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar

pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera

Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis

dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di

lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk

dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif

terhadap daerah sumatera utara.

Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu : Batak Toba dengan

Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita

rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal

dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-

buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki

adat budaya yang masih tradisional. Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai

peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah

melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang

terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat

dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat

menembus pasar global. Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan

Page 9: Kebudayaan di Sumatera Utara

sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki

adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus. Etnis Simalungun

memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan

Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai

peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya

yang tersendiri.

Etnis Nias memiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat

menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini

juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah

yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini

masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang

tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita

masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah

satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. Etnis Sibolga Pesisir ini juga

memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai

sejarah yang sangat berharga.

Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara

memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan

dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang

Kebudayaan dan Pariwisata.

Sumatera utara merupakan provinsi multietnis dengan batak, nias, da

melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Sejak dibukanya perkebunan tembakau

di sumatera timur, pemerintahan colonial Hindia Belanda banyak mendatangkan

kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan

berasal dari etnis jawa dan tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di sumatera

utara, sebagai berikut :

1. Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang,

Serdang Bedagai, dan Langkat

2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo

3. Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba

Samosir

4. Suku Batak Pesisir  : Tapanuli Tengah, Kota Sibolga

Page 10: Kebudayaan di Sumatera Utara

5. Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang

Lawas, dan Mandailing Natal

6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun

7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat

8. Suku Nias : Pulau Nias

9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat

10. Suku Aceh : Kota Medan

11. Suku Jawa : Pesisir Timur & Barat

12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur & Barat

2.2 BAHASA

Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa

Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena

kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir timur seperi wilayah

Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai,

memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit

perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu

Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan

Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.

Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian

selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak

yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias

dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang Pesisir

Pantai Barat Sumut, seperti Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah serta

Aceh Singkil dan Natal Madina menggunakan bahasa pesisir.

Page 11: Kebudayaan di Sumatera Utara

2.3 SENI DAN BUDAYA

2.3.1 Musik

Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara

-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti

pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

2.3.2 Arsitektur

Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang

merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan.

Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen. Pada umumnya

bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau

berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala

kerbau. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan

rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap

-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan

"tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk

khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis

atap di Sumatera Utara.

Gambar. Rumah Adat Batak Karo

Page 12: Kebudayaan di Sumatera Utara

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks

rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah

bolon, balai bolon,jemur,pantangan balai butuh dan lesung. Daun pintu yang

horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi.

Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar,

walaupun bersamaan disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada

pembagian ruangan. Karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi

oleh adat mereka yang kuat. Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang

memiliki bangunan empat persegi panjangyangkadang-kadang ditempatioleh 5

sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang

terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila

orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak

terbentur pada balok yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si

pemilik rumah.Lantai rumahadat batak ini kadang-kadang sampai 1,75m di atas

tanah dan bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti babi,

ayam, dan sebagainya. Pintu masuk rumah adat ini, dahulunya memiliki 2 macam

daun pintu.

Jika keluarga besar maka diadakan tempat di antaradua ruang atau jabu

yang berdempetan, sehingga ruangan bertambahdua lagi dan ruangan ini disebut

Jabu Tonga-ronga ni jabu rona. Walaupun rumah tersebut berdempetan, tiap

keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa

bangunan tambahan. Dan di antaradua deretan ruangan yakni di tengah-tengah

rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat

bermusyawarah.

Page 13: Kebudayaan di Sumatera Utara

Gambar. Rumah Adat Batak Simalungun

Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas

Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).

Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan

dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman

Gedung Nasional Sibolga.

Gambar. Bangunan Khas Mandailing

Rumah adat melayu disebut juga rumah Belah Bubung. Rumah ini juga

dikenal dengan sebutan rumah Rabung atau rumah Bumbung Melayu. Nama

rumah Belah Bubung diberikan oleh orang Melayu karena bentuk atapnya

Page 14: Kebudayaan di Sumatera Utara

terbelah. Disebut rumah Rabung karena atapnya mengunakan perabung.

Sedangkan nama rumah Bubung Melayu diberikan oleh orang-orang asing,

khususnya Cina dan Belanda, karena bentuknya berbeda dengan rumah asal

mereka, yaitu berupa rumah Kelenting dan Limas.

Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi

atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah

Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu

karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung

Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung

Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.

Besar kecilnya rumah yang dibangun ditentukan oleh kemampuan

pemiliknya, semakin kaya seseorang semakin besar rumahnya dan semakin

banyak ragam hiasnya. Namun demikian, kekayaan bukan sebagai penentu yang

mutlak. Pertimbangan yang paling utama dalam membuat rumah adalah

keserasian dengan pemiliknya.

Gambar. Rumah Adat Melayu

Untuk menentukan serasi atau tidaknya sebuah rumah, sang pemilik

menghitung ukuran rumahnya dengan hitungan hasta, dari satu sampai lima.

Adapun uratannya adalah: ular berenang, meniti riak, riak meniti kumbang

Page 15: Kebudayaan di Sumatera Utara

berteduh, habis utang berganti utang, dan hutang lima belum berimbuh. Ukuran

yang paling baik adalah jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh.

Gambar. Rumah Adat Suku Nias

Rumah adat di Nias dibuat dengan ukuran lebih kecil dari rumah-rumah

adat aslinya, adalah mewakili rumah adat dari Nias Selatan. Rumah yang

berbentuk empat persegi panjang dan berdiri di atas tiang ini menyerupai bentuk

perahu. Begitu pula pola perkampungan, hiasan-hiasan bahkan peti matinya pun

berbentuk perahu. Dengan bentuk rumah seperti perahu ini diharapkan bila terjadi

banjir maka rumah dapat berfungsi sebagai perahu. Untuk memasuki rumah adat

ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan anak tangga yang selalu ganjil 5 - 7

buah, kemudian memasuki pintu rumah yang ada dua macam yaitu seperti pintu

rumah biasa dan pintu horizontal yang terletak di pintu rumah dengan daun pintu

membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini mempunyai maksud untuk

menghormati pemilik rumah juga agar musuh sukar menyerang ke dalam rumah

bila terjadi peperangan.

Rumah adat Nias biasanya diberi hiasan berupa ukiran-ukiran kayu yang

sangat halus dan diukirkan pada balok-balok utuh. Seperti dalam ruangan Tawalo

yang luas itu interinya dihiasi ukiran kera lambang kejantanan, ukiran perahu

-perahu perang melambangkan kekasaran. Dahulu, di ruangan ini juga

digantungkan tulang-tulang rahang babi yang berasal dari babi-babi yang

dipotong pada waktu pesta adat dilaksanakan dalam pembuatan rumah adat

Page 16: Kebudayaan di Sumatera Utara

tersebut.

Menurut cerita, di ruangan ini dahulu digantungkan tengkorak kepala manusia

yang dipancumg untuk tumbal pendirian rumah. Tapi setelah Belanda datang,

kebiasaan tersebut disingkirkan. Untuk melengkapi ciri khas adat istiadat Nias

adalah adanya batu loncat yang disebut zawo-zawo. Bangunan batu ini dibuat

sedemikian rupa untuk upacara lompat batu bagi laki-laki yang telah dewasa

dalam mencoba ketangkasannya.

2.3.3 Tarian

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang

bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang

berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat,

tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari

guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti

yang disebut Tunggal Panaluan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada

pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya

ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari

muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan

kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.

Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain tarian

Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang

bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang

berupa tari profan. Disamping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat,

tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari

guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti

yang disebut Tunggal Panaluan.

Page 17: Kebudayaan di Sumatera Utara

Gambar. Piso Surit

Piso surit adalah salah satu tarian Suku karo yang menggambarkan

seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut

sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan seperti burung Piso Surit yang

sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Batak  sebenarnya

berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis

pisau khas orang karo. Sebenarnya Piso Surit adalah bunyi sejenis burung yang

suka bernyanyi. Kicau burung ini bila didengar secara seksama sepertinya sedang

memanggil-manggil dan kedengaran sangat menyedihkan. Jenis burung tersebut

dalam bahasa karo disebut "pincala" bunyinya nyaring dan berulang-ulang dengan

bunyi seperti "piso serit". Kicau burung inilah yang di personifikasi

oleh Komponis Nasional dari Karo Djaga Depari dari Desat Desa dan

penyelenggaraan pesta adat di Desa Seberaya diberi nama Jambur Piso Serit.

Berkat kepiawaian Djaga Depari menciptakan lagu-lagu berbasis lagu

Karo, Moralitas Masyarakat Karo,Perkembangan zaman, adat-istiadat Karo,

romantisme sampai kehidupan perjuangan masyarakat Karo semasa merebut

kemerdekan dari tangan penjajah pada masa lalu, sehingga sang maestro

dianugrahkan gelar sebagai komponis nasional Indonesia, dan kini untuk lebih

mengenang jasa-jasa beliau, maka dibangun sebuah monumen Djaga Depari, di

Persimpangan antara Jl Patimura, Jl. Sultan Iskandar Muda dan Jl. Letjen Djamin

Ginting Medan.

Page 18: Kebudayaan di Sumatera Utara

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda – mudi yang ditarikan pada pesta

gembira.

Sebagaimana lazimnya dalam berbagai etnis di dunia, gerak tari sebagai

bagian dari seni budaya merupakan refleksi dan perwujudan dari sikap, sifat,

perilaku dan perlakuan serta pengalaman hidup masyarakat itu sendiri. Bahasa

menunjukkan bangsa, sebut para budayawan, maka tarian/gerak adalah juga

bahasa (tubuh) yang menggambarkan bangsa. Dalam tarian tergambar cita rasa,

daya cipta dan karsa dari sekelompok orang-orang. Tarian Melayu yang lemah

gemulai, tarian Nias atau Papua yang menghentak-hentak, atau tarian Mexico

yang cepat-sigap, menggambarkan bahasa hati/jiwa, sikap hidup mereka.

Akan halnya tortor Batak, tidak jauh berbeda dengan makna yang

digambarkannya dalam gerak yang selalu diiringi oleh musik tradisional gondang

Page 19: Kebudayaan di Sumatera Utara

sabangunan. Tortor Batak juga menggambarkan pengalaman hidup orang Batak

dalam kehidupan keseharian, gembira/senang, bermenung, berdoa/menyembah,

menangis, bahkan keinginan-cita-cita dan harapan dan lain sebagainya dapat

tergambar dalam Tortor Batak. Karenanya, penulis tidak menerima pernyataan

sementara orang-orang bahwa Tortor Batak sifatnya monoton.

Di era masuknya agama Kristen ke tanah Batak, pernah terjadi di sebuah

wilayah bahwa tortor Batak tidak diperbolehkan dipagelarkan dalam pesta atau

hajatan lain, karena dianggap bernuansa "animisme" bahkan di zaman inipun

justru ada "agama" yang mengharamkan menggunakan ulos,, tortor, gondang

sabangunan dan adat Batak dengan alasan bahwa mereka yang menggunakannya

bukan orang yang beragama. Kenyataan di dalam masyarakat, ulospun dibakar,

mereka yang menggelar gondang dan tortor Batak dikeluarkan dari sekte gereja.

Dapat digambarkan bahwa tortor Batak memaknai kehidupan seni-budaya

Batak, persoalannya apakah bertentangan dengan agama atau tidak tergantung

kepada cara pandang dan pemahaman kita. Bahkan akhir-akhir ini, justru dalam

kebaktian agama (gereja) tortor dan gondang Batak telah menjadi bagian dan

pendukung acara kebaktian (misalnya lakon pengakuan dosa dan mengantar

persembahan digambarkan/dikoreografis dengan tortor Batak). Gambaran

kehidupan orang Batak sebagaimana direfleksikan dalam tortor Batak tentu akan

dapat dipahami melalui urut-urutan dan nama musik gondang yang diminta oleh

tetua kelompok (paminta gondang).

Bagi mereka yang mengetahui, memahami dan menikmati irama gondang

dan tortor akan menyadari betul apa yang digambarkan dan dimaknai tortor yang

dipagelarkan. Dengan demikian, semua orang Batak dapat manortor tetapi tidak

semua disebut panortor (penari) atau "pandai manortor" karena untuk menjadi

panortor Batak haruslah memiliki talenta dan latihan yang kontinu.

Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh

para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini,

misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung.

Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.

Page 20: Kebudayaan di Sumatera Utara

Gambar. Tarian Tor-Tor

Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain

tarian batak terdapat pula tarian melayu seperti serampang dua belas.

Gambar. Tarian Serampang Dua Belas

Tari serampang dua belas merupakan salah satu dari sekian banyak tarian

yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang  di Kabupaten Serdang Bedagai

(dahulu Kabupaten Deli Serdang). Tari ini merupakan jenis tari tradisional yang

dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan

kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki

tahap pernikahan. Inilah salah satu cara masyarkat Melayu Deli dalam

mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari

Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari

proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun mahligai rumah tangga.

Page 21: Kebudayaan di Sumatera Utara

Ragam tarian yang dimainkan dalam Tari serampang Dua Belas

bertambah indah dan menarik dengan komposisi pakaian warna-warni yang

dipakai para penarinya. Lenggak-lenggok para penari begitu anggun dengan

berbalut kain satin yang menjadi ciri khas pakaian adat dari masyarakat Melayu di

pesisir pantai timur Pulau Sumatra. Sapu tangan melengkapi perpaduan pakaian

tersebut yang kemudian dipergunakan sebagai media tari pada gerakan penutup

Tari Serampang Dua Belas.

Maena merupakan tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi

mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah

menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak

memerlukan keahlian khusus. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir

semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah

terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa

sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya

dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena,

sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut

dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena

bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah

selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian

maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias

(amaedola/duma-duma), namun seiring oleh perkembangan peradaban yang

canggih dan moderen, pantun-pantun maena yang khas li nono niha sudah banyak

menghilang, bahkan banyak tercampur oleh bahasa Indonesia dalam

penuturannya, ini bisa kita dengarkan kalau ada acara-acara maena di kota-kota

besar. Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias,

karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak

peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa)

maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan

(falõwa/fangowalu) dan pesta (owasa/folau õri).

Page 22: Kebudayaan di Sumatera Utara

Gambar. Tarian Maena

Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal

dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk

penyambutan tamu atau wisatawan.

Gambar. Tarian Baluse

2.3.4 Kerajinan

Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari

suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos

merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan,

kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang

kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang

mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari

Page 23: Kebudayaan di Sumatera Utara

variasi kehidupan.

Ulos juga merupakan lambang kasih sayang dan dapat memberikan

kehangatan. Ulos sebagai salah satu warisan budaya Batak, harus terus

dikembangkan agar dapat mendunia. Ulos mempunyai keistimewaan tersendiri

yang tidak dimiliki kain tenun lainnya. Yakni ulos bukan hanya sekedar produk

berbentuk kain tenun melainkan juga mempunyai kedudukan tersendiri di dalam

budaya Batak yang dikenal dengan kasih sayang mereka yang hangat.

Gambar. Kain Ulos

Ulos dirajini sepenuhnya dari benang yang diciptakan dari tumbuh-

tumbuhan dan pewarna alami. Penenunannya pun dilakukan dengan tangan

sehingga memakan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan satu lembar.

Secara tradisional, ruang tenun terletak di kolong rumah-panggung penenun, yang

secara tradisonal adalah perempuan. Pada perkembangannya, ulos juga telah

diberikan kepada orang non-Batak yang dapat dimaknai sebagai tanda

penghormatan kepada si penerima ulos. Ulos sebagai salah satu warisan budaya

Batak dianggap penting untuk terus dikembangkan agar dapat mendunia.

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu. Songket

digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan

dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara

Page 24: Kebudayaan di Sumatera Utara

resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek

kemilau cemerlang.

Gambar. Kain Songket

Pada suku pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Biasanya

warna dasar oles adalah hitam kecoklatan atau putih. Pada suku karo ada tenunan

yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan

kemerahan.

Pada suku pesisir ada tenunan yang dikenal dengan nama songket barus.

Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah merah tua atau kuning emas.

Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan

Õröba Si’öli untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna

emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan

putih.

Page 25: Kebudayaan di Sumatera Utara

Gambar. Baju tenunan adat Nias

Adapun filosofi dari warna itu sendiri antara lain:

Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola) dan

pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk

menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.

Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/ ni’ogöna)

sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan

kapabilitas para prajurit.

Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi

kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.

Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere)

menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian. 

2.3.5 Makanan khas

Makanan khas di sumatera utara sangat bervariasi, tergantung dari daerah

tersebut. Saksang dan babi panggang sangat familiar untuk mereka yang

melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalnya seperti didaerah pakpak

dairi, pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat pedas.

Page 26: Kebudayaan di Sumatera Utara

Gambar. Makanan Pelleng

Di tanah Batak sendiri adalah dengke naniarsik yang merupakan ikan

yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah batak adalah surga

bagi pecinta makanan santan dan pedas juga panas. PASITUAK NATONGGI

atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana,

menggambarkan betapa dekatnya Tuak atau nira dengan kehidupan mereka.

Gambar. Minuman Tuak

Minuman tuak  atau juga dapat disebut  arak di Nusantara adalah

sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah

yang mengandung gula. Tuak sering juga disebuat pula arak adalah produk yang

Page 27: Kebudayaan di Sumatera Utara

mengandung alkohol. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan

yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari

pohon siwalan atau tal, atau sumber lain.

Page 28: Kebudayaan di Sumatera Utara

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam

dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya

terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo,

Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola,

Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa

dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini

memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam,

budaya.

Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat

istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa

daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar

pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera

Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis

dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di

lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk

dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif

terhadap daerah sumatera utara.

3.2 Saran

Dilihat dari suku yang ada disumatra saja sudah menunjukkan betapa

majemuk nya bangsa Indonesia. Tetapi tidak seharusnya kemajemukan atau

perbedaan yang ada menjadi halangan untuk mewujudkan persatuan kesatuan

bangsa Indonesia.itu seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi kita sebagai

warga Negara Indonesia, dengan tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah

ada menjadi cambuk untuk menumbuhkan rasa dan semangat nasionalisme.

Page 29: Kebudayaan di Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Eriyanti, linda. Dkk…….buku ajar ilmu sosial budaya dasar. Jember,

Soekanto. S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sunarto, K. (2000). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia Press.

http://www. Google. Com

http://www Wikipedia .com