24
Tugas PKN Kebudayaan Sumatera Utara

Kebudayaan Sumatera Utara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kebudayaan Sumatera Utara

Tugas PKN

Kebudayaan Sumatera Utara

Page 2: Kebudayaan Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan

Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².

Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:

Pesisir Timur

Pegunungan Bukit Barisan

Pesisir Barat

Kepulauan Nias

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena

persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur

juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya.

Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's

Oostkust bersama provinsi Riau.

Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa

wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan

Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau

ini.

Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari

masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini

masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.[4]

Batas wilayah

Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka

Selatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia

Barat Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia

Timur Selat Malaka

Page 3: Kebudayaan Sumatera Utara

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk

(kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).

Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.

Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan

terletak di Gunung Sitoli.

Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa.

Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan

Nias.

Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa,

Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.

Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung

Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis.

Penduduk

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia

setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus

Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010

jumlah penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk

Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi

178 jiwa per km².

Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun

2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002

naik lagi menjadi 69,45 persen.

Suku Bangsa

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk

asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang

Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orangMinangkabau. Wilayah tengah

sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya

beragama Kristen. Suku Niasberada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya

perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak

mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan

berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai

berikut :

1. Suku Melayu : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan

Langkat

2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo

3. Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten

Samosir, Kabupaten Toba Samosir

4. Suku Batak Mandailing : Kabupaten Mandailing Natal

5. Suku Batak Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas

Page 4: Kebudayaan Sumatera Utara

6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun

7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

8. Suku Nias : Pulau Nias

9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Kabupaten Batubara, Pesisir barat

10. Suku Aceh : Kota Medan

11. Suku Jawa : Pesisir timur

12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir timur & barat.

Bahasa

Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli

mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi

bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek,

Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan

Batu dengan sedikit perbedaan ragam.

Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut

bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai

pengantar sehari-hari.

Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia.

Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak yang terbagi atas empat logat

(Silindung-Samosir-Humbang-Toba).

Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias.

Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan

Mandailing Natal menggunakan Bahasa Minangkabau.

Tarian

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian

sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan.

Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh

dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil

mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada

yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan

juga para muda-mudi.

Page 5: Kebudayaan Sumatera Utara

Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung.

Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan

dengan penuh kekhusukan.

Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.

Tari Terang Bulan (Karo) Tari Maena (Nias)

Tari Karo Lima Serangkai Sumatera Utara

Page 6: Kebudayaan Sumatera Utara

Tari Kuala Deli Tanjung Katung Medan

Tari Dembas Simenguda Tapanuli

Tari Kemuliaan Man Dibata Karo

Page 7: Kebudayaan Sumatera Utara

Tari Bolo-Bolo Karo

Tari Begu Deleng Sumatera Utara

Tari Ngari-ngari Karo

Page 8: Kebudayaan Sumatera Utara

Lagu Daerah

Instrumen tradisional musik Batak adalah salah satu peninggalan kekayaan kebudayaan Batak. Musik Batak pada jaman dulu banyak digunakan untuk mendukung upacara-upacara adat dan keagamaan Batak asli. Namun pada jaman sekarang instrumen musik tradisional Batak selain digunakan untuk upacara adat juga sudah mulai dipakai untuk pertunjukan dan hiburan. Musik Batak mempunya keunikan baik dari bunyi yang dihasilkan, cara memainkan maupun ornamen pendukungnnya yaitu gorga Batak.

Instrumen musik Bataklah salah satu penopang utama lestarinya kesenian Batak. Kita bersyukur bahwa saat ini, semakin banyak generasi muda Batak baik yang ada di tanah Batak maupun yang diperantaun yang mempelajari dan menguasai penggunaan instrumen musik Batak.

Lagu Batak yang sering kita dengar dibawakan dan direkam dalam VCD/ DVD maupun dipertunjukan di atas panggung maupun media televisi tidak identik dengan kesenian tradisional Batak. Lagu-lagu berbahasa Batak dengan instrumen musik Barat sebenarnya merupakan bagian dari kesenian modern.

Lagu-lagu Batak yang didukung oleh permainan musik tradisional Batak itulah yang sesungguhnya kesenian asli Batak.

Berikut ini adalah daftar beebrapa lagu-lagu tradisional dari daerah Sumatera Utara

Anju Ahu   

Butet   

Cikala Le Pongpong

Dago Inang Sarge   

Ketabo   

Leleng Mah Hupaima Ima  

Lisoi   

Madekdek Magambiri  

Mariam Tomong  

Nasonang Dohita Nadua   

O'pio  

Rambadia  

Say Selamat Masinegar   

Sengko-sengko   

Sigulepong   

Sinanggar Tulo  

Sing Sing So

Sory Ya Katulla   

Alat Musik

Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

Instrumen musik Bataklah salah satu penopang utama lestarinya kesenian Batak. Kita bersyukur bahwa saat ini, semakin banyak generasi muda Batak baik yang ada di tanah Batak maupun yang diperantaun yang mempelajari dan menguasai penggunaan instrumen musik Batak.

Page 9: Kebudayaan Sumatera Utara

a. Tata Ganing atau Gondang

Alat-alat musik yang digunakan adalah : Gong Gerantung, yaitu alat musik pukul semacam gambang Tanggelong atau nungneng, yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari tali dan cara

memainkannya dengan dipukul Suling dengan nama seperti salodap, salonat, sordam dan tarafair. Arbab, hasapi, hapetan dan kulcapi.

b. Gondang SambilanGondang sambilan adalah musik daerah Sumatera Utara yang berbentuk ansambel gendang (drum), merupakan cirri umum musik di daerah ini. Alat musik yang digunakan dalam ansambel gondang sambilan adalah :

1) Sembilan buah gendang besar (gondang) yang memiliki ukuran berbeda-beda2) Sekelompok gong yang memiliki kecil hingga besar3) Sepasang simbal.4) Serunai

c. Alat Musik Nusantara daerah Nias

Musik daerah nias terdiri atas empat atau tiga nada dalam satu oktaf. Alat musiknya terdiri atas :a. Gong dengan berbagai ukuran. Gong yang berukuran besar disebut gong sedang yang

berukuran kecil disebut faritia atau saraina

Page 10: Kebudayaan Sumatera Utara

b. Lagiya atau semacam rebab

c. Koko atau semacam kecapi atau celempung

d. Gendang yang panjangnya tiga meter dengan nama tamburu, gendera, cucu, fodrahi dan tabunara

Page 11: Kebudayaan Sumatera Utara

e. Garputala

f. Sigu mbawa atau surune mbawa (seruling)

Page 12: Kebudayaan Sumatera Utara

Pakaian Adat

Pakaian Adat Tradisional Sumatera Utara - Mengenal kebudayaan Sumatra Utara melalui pakaian adatnya. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera.

Sumatera Utara yang beribukota di Medan adalah provinsi multietnis dimana ada beberapa etnis yang mendominasi yaitu dengan suku Batak, Nias serta etnis Melayu sebagai penduduk asli yang ada wilayah Sumatra Utara. Wilayah pesisir bagian timur provinsi Sumatera Utara, sebagian besar dihuni oleh masyarakat Melayu. Wilayah pantai barat mulai dari Barus sampai Natal, banyak di huni oleh orang Minangkabau. Sedangkan untuk wilayah tengah sekitar daerah Danau Toba, banyak didiami oleh Suku Batak. Sedangkan Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Berikut ini adalah Pakaian Adat Indonesia yang berasal dari provinsi SumatraUtara.

Gambar Pakaian Adat Tradisional Sumatera Utara

Page 13: Kebudayaan Sumatera Utara

Pakaian Tradisional Sumatera Utara juga beragam, Semua etnis yang ada di Sumatera Utara memiliki nilai budaya sendiri-sendiri dan semuanya itu menjadi keunikan budaya sumatera utara, seperti adat istiadat, tarian daerah, Makan, pakaian adat serta bahasa daerah masing-masing. Dari beragam Budaya Sumatera Utara ini tentunya sangat mendukung sekali untuk promosi tempat wisata Sumatera Utara.

Dengan melihat gambar pakaian adat tradisional daerah sumatera utara ini, moga menambah wasasan kita tentang Budaya Indonesia, bahwa negara kita memiliki keunikan budaya yang pantas di

Page 14: Kebudayaan Sumatera Utara

benggakan. Pakaian adat tradisional Sumatera Utara tentu semakin menambah kekayaan Pakaian Tradisional Indonesia. 

Senjata Tradisional

Tunggal Panaluan merupakan senjata tradisional bagi suku bangsa Batak khususnya Batak Toba. Senjata ini sebenarnya adalah wujud tongkat berukir dan pangkalnya berwujud kepala manusia lengkap dengan rambutnya yang terbuat dari bulu kuda. Masyarakat Batak mengenal senjata ini hanya ada pada Raja Sisingamangaraja, dimana dengan kekuatan ilmu sihirnya tongkat ini dapat diterbangkan sesuai dengan keinginan pemiliknya. 

Hngga saat ini Tunggal Panaluan dapat kita lihat di took-toko souvenir di daerah Parapat pinggiran Danau Toba. Karena masyarakat telah membuat duplikatanya dan mengembangkan menjadi cinderamata.

Piso Surit

Page 15: Kebudayaan Sumatera Utara

Piso Gaja DoppakPiso Gaja Doppak ini adalah pisau pedang seorang raja yang mana apabila pisau ini dipakai, maka segala penghambat didepan, disamping, dibelakang akan jauh. Biasa pisau ini dipakai oleh Raja pada saat berjalan atau keluar daerah.

hujur Hujur Siringis adalah sebuah tombak sakti yang biasa digunakan para panglima perang.

iso Solam DebataPiso Solam Debata adalah sebuah pisau kecil Siraja Batak yang biasa dipakai oleh seorang Raja dan apabila dia berbicara atau memerintah, maka semua manusia akan menurut. Pisau ini hanya dipakai oleh seorang raja.

Page 16: Kebudayaan Sumatera Utara

Para Podang Para Podang , kadang-kadang juga dikenal sebagai Piso Podang adalah pedang umum untuk Sumatera dan khusus untuk Batak People. Pengaruh pedang pedang lengkung India India pada bentuk gagang spesifik jelas

Rumah Adat

Rumah adat Sumatra Utara Jahu ba1on, sebuah rumah pertemuan keluarga besar.Berbentuk pangung dan ruang atas untuk tempat tinggal. Pada ruang ini tak adakamar-kamar dan biasanya 8 keluarga tinggal bersama-sama. Tempat tidur lebihtinggi dari dapur.

Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari

hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam

berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak

melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan

kepala kerbau.

Page 17: Kebudayaan Sumatera Utara

Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak ditemui

di Samosir.

Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya

terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang

disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki

bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di

Sumatera Utara.

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang

Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh,

dan lesung.

Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan

"Sopo Godang" (balai musyawarah adat).

Page 18: Kebudayaan Sumatera Utara

Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat

lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

Page 19: Kebudayaan Sumatera Utara

Seni Ukir

Kebanyakan tulisan tentang Batak lebih menyoroti tentang sistim kekerabatan, bahasa dan agama

Batak. Sedikit sekali penelitian yang mendalam tentang hasil kebudayaan Batak lainnya seperti ukiran

Batak. Berikut ini adalah beberapa bentuk karya seni tradisional Batak yang hingga kini masih terus

hidup terutama dapat dijumpai di Tomok Samosir.

Naga Morsarang atau Sahang

Datu adalah pemimpin upacara keagamaan asli Batak. Seorang datu memerlukan bermacam-macam

tempat penyimpanan yang terbuat dari berbagai macam material untuk menyimpan ramuan gaibnya.

Benda berbentuk kapal ini dikenal sebagai naga morsarang juga dikenal sebagai sahang, terdiri dari

tanduk kerbau yang berongga yang permukaan luarnya diukir dengan ornamen khas batak.

Bagian ujung dari tanduk diukir dalam rupa orang yang sedang duduk. Bagian pangkal tanduk

disumbat denganpenutup dari kayu berukir yang menggambarkan singa yang ditunggangi oleh empat

orang.

Tunggal Panaluan

Tongkat magis orang Batak terdiri dari dua macam yaitu Tunggal Panaluan, kira-kira panjangnya 1,7

metres dan umumnya diukir dengan inda, dan Tunggal Malehat, yang lebih pendek dan biasanya

dibuat dengan lebih sederhana. Tongkat ini adalah atribut para datu (dukun) Batak. Namun demikian

tongkat bukanlah milik datu tetapi milik marga. Kepemilikan tongkat ini tampak dalam penggunaan

tongkat ini, datu memakainya dalam acara yang melibatkan seluruh anggota marga, contohnya saat

memanggil hujan, perayaan perang, dan acara menolak bala. Hal ini juga ditunjukkan oleh hiasan

singa, fungsi utama tongkat ini adalah untuk melindungi anggota masyarakat dan kelangsungan

marga.

Page 20: Kebudayaan Sumatera Utara

Guri-Guri 

Sebelum penyebaran agama Kristen di tanah Batak meluas pada awal abad

keduapuluhhadatuon (perdukunan) merupakan bagian penting dalam ritual keagamaan Batak asli.

Pemuka agama yang biasanya dikenal sebagai Datu, menjalankan perdukunan baik yang sifatnya

menyembuhkan maupun merusak dengan menggunakan berbagai macam perlengkapan. Peralatan

datu yang paling keramat dan ampuh adalah guri-guri. Benda ini adalah tempat penyimpanan pupuk,

suatu benda yang sangat ampuh terbuat dari korban manusia yang dibunuh dalam suatu upacara.

Pupuk dipercaya dapat memerintahkan arwah si korban untuk melakukan perintah datu. Guri-guri

seringkali terbuat dari keramik Cina yang diimpor dan diberi tutup ukiran Batak yang terbuat dari kayu.

Kebanyakan penutup menggambarkan orang yang menunggang mahluk seperti kuda yang disebut

singa. Singa yang merupakan gabungan dari aspek-aspek kuda, ular, harimau dan binatang-binatang

lain adalah mahluk dalam mitologi Batak yang merupakan simbol kesuburan dan perlindungan alam.

Si Galegale

Sebuah tradisi yang unik dalam seni patung Batak adalah boneka yang dikenal dengan nama si

Galegale. Di masa yang lampau, si galegale muncul dalam acara penguburan dimana ia berfungsi

sebaga pengganti anak laki-laki orang yang dikuburkan yang tidak pernah memiliki anak laki-laki

Page 21: Kebudayaan Sumatera Utara

dalam hidupnya. Boneka ini, digerakkan dengan tali temali yang menghubungkan berbagai bagian

dari boneka tersebut yang dikendalikan oleh si pemain, turut menari (manortor) selama ritual

penguburan bersama keluarga orang yang meninggal. Dengan bantuan bola yang dilembutkan dalam

kepala boneka, beberapa boneka bahkan dapat dibuat seperti mengeluarkan air mata untuk

“ayahnya” yang meninggal. Kepala si galegale ini diukir dengan roman muka yang sangat menarik.

Alis mata dibuat dari tanduk kerbau dan daun telinganya diperindah dengan ornamen yang terbuat

dari kuningan dikenal dengan nama sitepal.

Ornamen Kepala Kuda

Secara tradisional, rumah Batak kaya dengan dekorasi design geometris dan gambar-gambar natural

dengan warna-warna merah, putih dan hitam. Dekorasi utama sebuah rumah umumnya berukuran

besar dengan ukiran kepala binatang digabungkan dengan motif-motif yang kompleks dan indah.

Ornamen arsitektur bagian samping rumah biasanya didominasi oleh kepala kuda. Ukiran ini bukan

hanya untuk hiasan tetapi juga berfungsi sebagai pengawal gaib untuk memberikan perlindungan

bagi penghuni rumah. Di daerah Batak Toba, kuda sering disembelih untuk penghormatan leluhur dan

dipercaya memiliki kemampuan untuk menghantarkan seseorang berjumpa dengan leluhurnya. Kuda

juga merupakan simbol status karena hanya orang-orang terhormat yang mampu memilikinya.

Ulos Ragidup

Page 22: Kebudayaan Sumatera Utara

Dalam tradisi perkawinan di masyarakat Batak Toba yang masih hidup hingga saat ini ayah pengantin

pria memberikan sejenis kain yang dikenal dengan ulos ragidup kepada ibu mempelai wanita.

Pemberian ini dimaksudkan untuk kesuburan (keturunan) bari pasangan tersebut dan memperkokoh

tali persaudaraan kedua keluarga pengantin laki-laki dan keluarga perempuan. Kadangkala, ulos

ragidup juga dipakai pada saat acara pemakaman untuk membungkus tulang belulang atau pelapis

peti jenazah.