9
Pengarang Utama 5 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP (SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990) 9 Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2004–2006 (The Disability of New Leprosy Patients in Leprosy Division Out-Patient Clinic of Dermato-Venereology Dr. Soetomo General Hospital Surabaya in 2004–2006) I Gusti Nyoman Darma Putra, Nurul Fauzi, Indropo Agusni Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya ABSTRAK Latar belakang: Sampai saat ini masih banyak penderita kusta yang baru datang ke dokter setelah mengalami kecacatan. Risiko terjadinya kecacatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah tipe kusta, lamanya sakit, jumlah syaraf yang terkena, terjadinya reaksi kusta, jenis kelamin, usia dan jenis pengobatan, demikian juga faktor sosio ekonomi, pendidikan, etnis, pekerjaan, metode penemuan kasus. Tujuan: mengetahui besarnya masalah kecacatan pada penderita kusta baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006. Metode: Penelitian dilakukan secara retrospektif berdasarkan laporan tahunan dan catatan medik penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya selama periode 2004-2006. Hasil: 22,5% penderita baru telah mengalami kecacatan tingkat 1 dan 7,3% penderita telah mengalami kecacatan tingkat 2. Kesimpulan: Jumlah penderita kusta baru di RSU Dr. Soetomo antara tahun 2004–2006 relatif sama dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya and angka kecacatan tingkat 1 pada penderita kusta di penelitian ini masih cukup tinggi. Kata kunci: kusta, kecacatan ABSTRACT Background: Recently, there are many leprosy patients who have already suffer from disability. The risk of suffering from disability such as the type of leprosy, duration of the disease, the number of nerves affected, leprosy reaction, sex, age, type of the treatment and also sosio-economic factor. Aim: To evaluate the disability problem among new leprosy patient at out–patient clinic of Dermato-Venereology Department Dr. Soetomo General Hospital Surabaya periode of 2004–2006. Result: 22,5% of the new leprosy patient have already suffer disability grade 1 and 7,3% patient suffer from disability grade 2. Conclusion: The number of new leprosy patient who suffer from disability relatively constant and there are still many patients who suffered from disability grade 1. Key words: leprosy, disability Korespondensi: I Gusti Nyoman Darma Putra, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6–8 Surabaya 60286 Indonesia. Telp. +6231 5501609 PENDAHULUAN Kusta adalah penyakit menular, menahun yang disebabkan oleh kuman kusta, yaitu Mycobacterium leprae, yang terutama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit dan jaringan tubuh lainnya, seperti mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis, kecuali susunan saraf pusat. Infeksi pada saraf merupakan bagian yang integral dari penyakit kusta, namun kerusakan saraf permanen yang menyebabkan kecacatan tidak harus selalu terjadi pada penderita kusta. Kecacatan pada penderita kusta sampai saat ini masih menimbulkan stigma di masyarakat, sehingga penderita kusta sulit diterima di masyarakat walaupun penyakitnya sudah dinyatakan sembuh. 1,2 Jumlah penderita kusta baru di dunia menurut regional WHO pada tahun 2005 adalah sekitar 296.499. Dari jumlah tersebut yang terbanyak adalah di Asia Tenggara yaitu sebesar 68%. Di Indonesia didapatkan jumlah penderita kusta baru pada tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, dengan proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 8,7%. Tingginya angka kecacatan merupakan

Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

Pengarang Utama 5 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP(SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990)

9

Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2004–2006

(The Disability of New Leprosy Patients in Leprosy Division Out-Patient Clinic of Dermato-Venereology Dr. Soetomo General Hospital Surabaya in 2004–2006)

I Gusti Nyoman Darma Putra, Nurul Fauzi, Indropo Agusni Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

ABSTRAKLatar belakang: Sampai saat ini masih banyak penderita kusta yang baru datang ke dokter setelah mengalami kecacatan. Risiko terjadinya kecacatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah tipe kusta, lamanya sakit, jumlah syaraf yang terkena, terjadinya reaksi kusta, jenis kelamin, usia dan jenis pengobatan, demikian juga faktor sosio ekonomi, pendidikan, etnis, pekerjaan, metode penemuan kasus. Tujuan: mengetahui besarnya masalah kecacatan pada penderita kusta baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006. Metode: Penelitian dilakukan secara retrospektif berdasarkan laporan tahunan dan catatan medik penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya selama periode 2004-2006. Hasil: 22,5% penderita baru telah mengalami kecacatan tingkat 1 dan 7,3% penderita telah mengalami kecacatan tingkat 2. Kesimpulan: Jumlah penderita kusta baru di RSU Dr. Soetomo antara tahun 2004–2006 relatif sama dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya and angka kecacatan tingkat 1 pada penderita kusta di penelitian ini masih cukup tinggi.

Kata kunci: kusta, kecacatan

ABSTRACTBackground: Recently, there are many leprosy patients who have already suffer from disability. The risk of suffering from disability such as the type of leprosy, duration of the disease, the number of nerves affected, leprosy reaction, sex, age, type of the treatment and also sosio-economic factor. Aim: To evaluate the disability problem among new leprosy patient at out–patient clinic of Dermato-Venereology Department Dr. Soetomo General Hospital Surabaya periode of 2004–2006. Result: 22,5% of the new leprosy patient have already suffer disability grade 1 and 7,3% patient suffer from disability grade 2. Conclusion: The number of new leprosy patient who suffer from disability relatively constant and there are still many patients who suffered from disability grade 1.

Key words: leprosy, disability

Korespondensi: I Gusti Nyoman Darma Putra, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6–8 Surabaya 60286 Indonesia. Telp. +6231 5501609

PENDAHULUAN

Kusta adalah penyakit menular, menahun yang disebabkan oleh kuman kusta, yaitu Mycobacterium leprae, yang terutama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit dan jaringan tubuh lainnya, seperti mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis, kecuali susunan saraf pusat. Infeksi pada saraf merupakan bagian yang integral dari penyakit kusta, namun kerusakan saraf permanen yang menyebabkan kecacatan tidak harus selalu terjadi pada penderita

kusta. Kecacatan pada penderita kusta sampai saat ini masih menimbulkan stigma di masyarakat, sehingga penderita kusta sulit diterima di masyarakat walaupun penyakitnya sudah dinyatakan sembuh.1,2

Jumlah penderita kusta baru di dunia menurut regional WHO pada tahun 2005 adalah sekitar 296.499. Dari jumlah tersebut yang terbanyak adalah di Asia Tenggara yaitu sebesar 68%. Di Indonesia didapatkan jumlah penderita kusta baru pada tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, dengan proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 8,7%. Tingginya angka kecacatan merupakan

Page 2: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

10

Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

tolak ukur yang relevan dalam penanganan kusta. Apabila angka ini masih tinggi penemuan kasus secara aktif harus digalakkan dan diperlukan adanya edukasi agar masyarakat dapat mencari pengobatan sedini mungkin sebelum timbul kecacatan.3,4

Sixth WHO Expert committee on Leprosy 1988 mengelompokkan derajat kecacatan kusta menjadi 3 tingkat (0,1,2), dengan melakukan evaluasi pada tangan, kaki, dan mata. Pembagian ini bertujuan agar dapat menilai beban kecacatan yang disebabkan oleh penyakit ini di masyarakat, sehingga dapat merencanakan program yang sesuai, sebagai indikator untuk menilai pelaksanaan program eliminasi, dan juga untuk mengevaluasi pencegahan kecacatan pada tiap individu.5,6

Penderita kusta sama halnya dengan manusia lainnya, membutuhkan mata, tangan, dan kakinya untuk dapat melaksanakan kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi, sampai saat ini masih banyak penderita kusta yang baru datang ke dokter setelah mengalami kecacatan. Hal ini sangat disayangkan mengingat saat ini pernyakit kusta telah dapat ditangani dengan baik dan kecacatan telah dapat dicegah. Risiko adanya kecacatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tipe kusta, lamanya sakit, jumlah syaraf yang terkena, terjadinya reaksi kusta, jenis kelamin, usia, jenis pengobatan, faktor sosio ekonomi, pendidikan, etnis, pekerjaan, dan metode penemuan kasus.7,8,9

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya masalah kecacatan pada penderita kusta baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006 yaitu untuk mengetahui besarnya kunjungan penderitantuk mengetahui besarnya kunjungan penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya selama periode 2004–2006, untuk mengetahui hasil pemeriksaanntuk mengetahui hasil pemeriksaan klinis pada mata, tangan, dan kaki sesuai dengan tingkat kecacatan (WHO 1988; tingkat 0,1,2) pada penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya selama periode 2004–2006, untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecacatan dengan variabel: Jenis kelamin, umur, asal penderita, lamanya sakit, riwayat pengobatan sebelumnya, tipe kusta, hasil pemeriksaan bakteriologis.

Dengan mengetahui besarnya tingkat kecacatan serta faktor risiko yang berkaitan dengan kecacatan pada penderita kusta baru akan sangat bermanfaat dalam merencanakan program yang tepat untuk

mencegah terjadinya kecacatan maupun mencegah kecacatan berlanjut.

BAHAN DAN CARA

Bahan penelitian diambil dari laporan tahunan dan catatan medik penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, selama periode 2004–2006.

Penelitian dilakukan secara retrospektif berdasarkan laporan tahunan dan catatan medik penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode 2004–2006. Dari catatan medik penderita kusta baru tersebut diambil data mengenai: data dasarata dasar berupa gambaran umum penderita kusta yang meliputi data mengenai jenis kelamin, umur, asal penderita, lama sakit, dan riwayat pengobatan sebelumnya, data klinis yang meliputi hasil pemeriksaan klinis, tipe kusta, dan indeks bakteriologis, data kecacatan yang meliputi keadaan cacat pada mata, tangan, dan kaki sesuai tingkat kecacatan WHO.

Pada penelitian ini penilaian tingkat kecacatan untuk menunjukkan nilai cacat umum pada seorang penderita kusta baru adalah kriteria tingkat kecacatan 0,1,2 (sixth WHO Expert Committee on Leprosy 1988) yaitu:5 untuk tangan dan kaki tingkat 0 tidak adantuk tangan dan kaki tingkat 0 tidak ada anastesi, tidak ada deformitas, tingkat 1 didapatkan adanya anastesia, akan tetapi belum ada kerusakan/ deformitas, tingkat 2 didapatkan adanya deformitas/ingkat 2 didapatkan adanya deformitas/kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain); untuk mata tingkat 0 tidak ada anastesi, tidak adantuk mata tingkat 0 tidak ada anastesi, tidak ada deformitas, tidak ada kelainan, tingkat 1 didapatkan, tidak ada kelainan, tingkat 1 didapatkaningkat 1 didapatkan kelainan pada mata, akan tetapi penglihatan tidak terganggu (dapat menghitung jari pada jarak 6 meter/visus 6/60), tingkat 2 didapatkan gangguan penglihatan (visus < 6/60, tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 meter).

Masalah pada mata dapat meliputi anastesi kornea, lagophtalmos dan iridosiklitis.

Selanjutnya nilai tingkat kecacatan umum dipakai pada seorang penderita kusta baru adalah tingkat kecacatan tertinggi pada saat menentukan keadaan cacat pada mata, tangan, atau kaki.5

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Penderita Kusta Baru periode 2004–2006.

Dalam periode tahun 2004–2006 didapatkan kunjungan total penderita kusta baru yang berobat

Page 3: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

Artikel Asli Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin,Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama Periode 2004–2006

11

Tabel 1. Gambaran umum penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo periode 2004–2006 Soetomo periode 2004–2006

Gambaran Umum 2004 2005 2006 Total

Jenis kelaminLaki-laki 229

345209

290214

310652

945Wanita 116 81 96 293

Umur< 14 tahun 25

34521 290 19

31065

945> 14 tahun 320 269 291 880

Asal penderitaSurabaya 239

345192

290215

310407

945Luar Surabaya 106 98 95 299

Lama sakit< 3 bulan 57

34542

29046

310145

945 3–6 bulan 27 23 28 78> 6 bulan 261 290 236 722

Riwayat pengobatan Ya 50

34569

29037

310156

945Tidak 295 221 273 789

di poliklinik kulit RSUD Dr. Soetomo sebanyak 945 orang. Dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Sebagian besar penderita berumur > 14 tahun,Sebagian besar penderita berumur > 14 tahun, dan berasal dari dalam kota Surabaya. Sebagian besar penderita telah menderita kusta > 6 bulan. Hanya sebagian kecil penderita pernah berobat sebelum datang ke poliklinik kulit RSUD Dr. Soetomo.

Berdasarkan tabel 2, tampak bahwa sebagian besar penderita menderita kusta tipe MB yaitu sebanyak 769 orang (81,4%). Hanya sebagian kecil penderita yang menderita kusta tipe PB yaitu hanya sebanyak 176 orang (18,6%).

Dari hasil pemeriksaan klinis penderita kusta baru didapatkan bahwa gejala terbanyak berupa adanya hipo/anastesi yaitu pada 755 penderita (79,9%). Selain itu dijumpai penebalan syaraf yang didapatkan pada 659 penderita (69,7%), dan ketiga terbanyak adalah adanya madarosis pada 143 penderita (15,1%). (lihat tabel 3).

Tabel 2. Distribusi Tipe Kusta penderita kusta baru di Divisi Kusta dan URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2004–2006

TipeTipe Kusta

TahunJumlah (%)

2004 2005 2006PBMB

65280

52238

59251

176 (18,6)769 (81,4)

Jumlah 345 290 310 945

Tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian besar penderita dengan indeks bakteriologis < 1 yaitu sebanyak 646 orang (68,3%). Hanya sebagian kecil penderita dengan indeks bakteriologis > 3 yaitu hanya sebanyak 13 orang (1,4%).

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa penderita dengan kecacatan tingkat 1 sebanyak 213 penderita (22,5%) lebih banyak daripada penderita yang

Tabel 3. Hasil pemeriksaan klinis penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya Periode 2004-2006

Hasil Pemeriksaan2004

n = 3452005

n = 2902006

n = 310Jumlah (%)

n = 945Hipo/anestesiPenebalan sarafMadarosisAtrofiKontrakturUlkusHidung pelanaDrop footMutilasi

263244 66 49 30 29 23 10 4

233197 35 34 31 26 7 9 3

259218 42 36 33 16 9 4 2

755 (79,9) 659 (69,7) 143 (15,1) 119 (12,6) 94 (9,9) 71 (7,5) 39 (4,1) 23 (2,4) 9 (0,9)

Page 4: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

12

Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

Tabel 4. Distribusi Indeks bakteriologis penderita baru Kusta di Divisi Kusta dan URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2004–2006

Indeks BakteriologisTahun

Jumlah (%)2004 2005 2006

< 11–3> 3

238103 4

202 84 4

206 99 5

646 (68,3)286 (30,3) 13 (1,4)

Jumlah 345 290 310 945

Tabel 5. Distribusi tingkat kecacatan penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2004–2006

Tingkat Kecacatan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Total (%)012

225 (65,2) 98 (28,4) 22 (6,4)

233 (80,3) 33 (11,8) 24 (8,3)

205 (66,1) 82 (26,5) 23 (7,4)

663 (70,2)213 (22,5) 69 (7,3)

Total 345 (100) 290 (100) 310 (100) 945 (100)

mengalami kecacatan tingkat 2 yaitu sebanyak 69 penderita (7,3%).

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa lokasi kecacatan tingkat 2 yang terbanyak adalah pada tangan sejumlah 50 penderita (5,3%), sedangkan paling sedikit adalah kecacatan tingkat 2 pada mata yaitu hanya didapatkan pada 5 penderita (0,5%).

Dari tabel 7 didapatkan bahwa penderita dengan kecacatan tingkat 1 lebih banyak pada penderita kusta laki-laki yaitu sebanyak 60 orang (16,9%) dibandingkan wanita yang hanya 53 orang (5,6%). Untuk kecacatan tingkat 2, penderita kusta laki-laki (4,4%) juga lebih banyak daripada penderita kusta wanita (2,9%).

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar penderita kusta baru berumur lebih dari 14 tahun (93,1%). Selain itu, angka kecacatan tingkat 1 didapatkan lebih banyak (22,1%) pada usia > 14 tahun dibandingkan usia < 14 tahun (0,9%). Penderita

Tabel 6. Distribusi tingkat kecacatan penderita kusta baru berdasarkan lokasi kecacatan di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya Periode 2004–2006

Tingkat Kecacatan

2004 2005 2006 Total Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi

M T K M T K M T K M (%) T (%) K (%)012

333 9 3

246 88 11

200106 9

286 3 1

217 53 20

219 62 9

309 0 1

255 36 19

269 34 7

928 (98,2) 12 (1,3) 5 (0,5)

718 (76,0)177 (18,7) 50 (5,3)

688 (72,8)202 (21,4) 25 (2,6)

Jumlah 345 345 345 290 290 290 310 310 310 945 (100) 945 (100) 945 (100)

Keterangan: M = Mata; T = Tangan; K= Kaki

dengan kecacatan tingkat 2 juga lebih banyak (6,1%) pada penderita yang berusia > 14 tahun dibandingkan dengan yang berusia < 14 tahun (1,2%).

Berdasarkan asal penderita diketahui bahwa penderita dari dalam kota Surabaya masih mendominasi kunjungan (68,4%). Namun demikian, kecacatan tingkat 2 pada penderita kusta dari luar Surabaya (3,7%) sedikit lebih banyak dari dalam kota Surabaya (3,6%). Sedangkan kecacatan tingkat 1 penderita dari Surabaya (15,9%) jauh lebih banyak dibandingkan luar Surabaya (6,6%) seperti ditunjukan pada tabel 9.

Dilihat dari lamanya menderita kusta, sebagian besar (76,4%) penderita telah menderita kusta selama > 6 bulan dan jika dibandingkan angka kecacatan kelompok tersebut dengan kelompok lainnya, didapatkan angka kecacatan tingkat 1 (21,4%) maupun tingkat 2 (6,7%) lebih tinggi daripada kelompok lain (lihat tabel 10).

Page 5: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

Artikel Asli Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin,Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama Periode 2004–2006

1�

Tabel 7. Distribusi tingkat kecacatan penderita kusta baru berdasarkan jenis kelamin di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006

Jenis Kelamin

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

Laki-laki 141 77 11 229 172 20 17 209 137 63 14 214 450 (47,6)

160 (16,9)

42 (4,4)

652 (69,0)

Wanita 84 21 11 116 61 13 7 81 68 19 9 96 213 (22,5)

53 (5,6) 27 (2,9)

293 (31,0)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663 (70,2)

213 (22,5)

69 (7,3) 945 (100)

Tabel 8. Distribusi tingkat kecacatan pada penderita kusta baru berdasarkan kelompok umur penderita di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006

Umur (tahun)

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

< 14 13 8 4 25 14 3 4 21 11 5 3 19 38(4,0)

16(1,7)

11(1,2)

65(6,9)

> 14 212 90 18 320 219 30 20 269 194 77 20 291 625(66,2)

197(20,8)

58(6,1)

880(93,1)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663(70,2)

213(22,5)

69(7,3)

945(100)

Tabel 9. Distribusi tingkat kecacatan pada penderita kusta baru berdasarkan Asal Penderita (dalam/luar Surabaya), di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya Periode 2004–2006

Asal Penderita

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

Surabaya 159 77 3 239 144 25 23 192 159 48 8 215 462(58,9)

150(15,9)

34(3,6)

646(68,4)

Luar Surabaya 66 21 19 106 89 8 1 98 46 34 15 95 201(21,3)

63(6,6)

35(3,7)

299(31,6)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663(70,2)

213(22,5)

69(7,3)

945(100)

Tabel 10. Distribusi tingkat kecacatan pada penderita kusta baru berdasarkan lama sakit di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2004–2006

Lama Sakit

(bulan)

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

<3 57 0 0 57 42 0 0 42 46 0 0 46 145(15,3)

0 0 145(15,3)

3 – 6 22 3 2 27 19 3 1 23 20 5 3 28 61(6,5)

11(1,2)

6(0,6)

78(8,3)

> 6 146 95 20 261 172 30 23 225 139 77 20 236 456(48,3)

202(21,4)

63(6,7)

722(76,4)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663(70,2)

213(22,5)

69(7,3)

945(100)

Page 6: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

1�

Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

Tabel 11. Distribusi tingkat kecacatan pada penderita kusta baru Berdasarkan tipe kusta di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Setomo, Surabaya periode 2004–2006

Tipe Kusta

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

PB 42 13 10 65 43 5 4 52 51 5 3 59 136(14,4)

23(2,4)

17(1,8)

176(18,6)

MB 183 85 12 280 190 28 20 238 154 77 20 251 527(55,8)

190(20,1)

52(5,5)

769(81,4)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663(70,2)

213(22,5)

69(7,3)

945(100)

Berdasarkan tipe kusta, kelompok terbanyak adalah penderita kusta tipe MB (81,4%) dengan nilai kecacatan yang lebih tinggi daripada penderita kusta tipe PB yakni kecacatan tingkat 1 sebanyak 190 orang (20,1%) dan kecacatan tingkat 2 sebanyak 52 orang (5,5%) seperti tampak pada tabel 11.

Dilihat dari riwayat pengobatan sebelumnya, sebagian besar (83,5%) penderita belum pernah mendapatkan pengobatan. Angka kecacatan tingkat 2 pada penderita yang belum pernah mendapat pengobatan lebih banyak (6,0%) daripada kelompok yang sudah pernah mendapatkan pengobatan (1,3%). Selain itu, angka kecacatan tingkat 1 juga lebih banyak pada penderita yang belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya yaitu sebanyak 179 orang (18,9%) dibandingkan yang sudah pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya yaitu sebanyak 34 orang (3,6%) seperti ditujukan pada tabel 12.

Dari hasil pemeriksaan Indeks Bakteriologis, terbanyak didapatkan penderita dengan indeks bakteriologis < 1 yaitu sebanyak 646 penderita (68,3%), dengan angka kecacatan terbanyak yakni kecacatan tingkat 1 sebanyak 132 penderita (14,9%) dan angka kecacatan tingkat 2 sebanyak 51 penderita,

(5,4%) dibandingkan dengan kelompok lainnya. (lihat tabel 13).

DISKUSI

Berdasar data kunjungan penderita kusta baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo periode 2004-2006 diperoleh jumlah total penderita kusta baru sebanyak 945 orang dengan distribusi yang relatif konstan setiap tahunnya. Jumlah penderita kusta baru ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Renatasari F pada tahun 2001–2003 yakni sebanyak 922 penderita. Namun jumlah ini relatif menurun bila dibandingkan dengan penelitian Werdiningsih R pada tahun 1998-2000 yakni sebanyak 1056 penderta.10,11

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah total penderita kusta baru pada laki-laki sebanyak 652 orang (69,2%). Jumlah ini juga mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2001–2003 yakni sebanyak 605 orang. Jumlah penderita kusta yang berjenis kelamin laki-laki pada penelitian ini hampir dua kali lipat lebih banyak daripada penderita kusta yang berjenis kelamin

Tabel 12. Distribusi tingkat kecacatan penderita kusta baru berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006

Pernah minum

Obat

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

Ya 41 8 1 50 48 13 8 69 21 13 3 37 110(11,6)

34(3,6)

12(1,3)

156(16,5)

Tidak 184 90 21 295 185 20 16 221 184 69 20 273 553(58,5)

179(18,9)

57(6,0)

789(83,5)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663(70,2)

213(22,5)

69(7,3)

945(100)

Page 7: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

Artikel Asli Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin,Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama Periode 2004–2006

1�

wanita yaitu sebanyak 299 orang. PerbandinganPerbandingan itu sesuai dengan rasio prevalensi penderita kusta laki-laki dibandingkan wanita pada penelitian di negara-negara endemik kusta yaitu kurang lebih 2: 1. Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena laki-laki cenderung lebih sering beraktivitas di luar rumah sehingga sering terpapar dengan penderita yang menjadi sumber infeksi sehingga risiko tertular kusta lebih besar daripada wanita.11,12

Jumlah penderita kusta anak (umur < 14 tahun) pada penelitian ini sebanyak 65 orang. Jumlah ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan penelitian Renatasari F yaitu sebanyak 56 penderita. Namun, jika dibandingkan dengan penelitian Gratiano R pada tahun 1995–1997 yaitu 137 orang dan Wardana M pada tahun 1987–1989 yaitu 218 orang, jumlah ini telah jauh mengalami penurunan. BerdasarkanBerdasarkan kelompok umur, pada penelitian ini sebagian besar penderita berumur > 14 tahun yaitu 880 orang. Hasil yang sama juga dijumpai pada penelitian Kumar dkk di distrik Agra, India. Menurut Kumar insiden kusta meningkat sesuai peningkatan umur kemungkinan karena bertambahnya usia akan meningkatkan risiko paparan dengan penderita kusta selain itu juga karena masa inkubasi penyakit kusta yang sangat lama.11, 13,14

Penderita kusta baru yang berobat ke poliklinik kusta RSUD Dr. Soetomo sebagian besar telah menderita kusta lebih dari 6 bulan yaitu sebanyak 722 orang (76,4%). Hanya 145 orang (15,3%) yang telah menderita kusta selama <3 bulan dan sebagian kecil telah menderita kusta selama 3–6 bulan yaitu sebanyak 78 orang (8,3%). Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita kusta tergolong terlambat dalam mencari pengobatan untuk penyakitnya. Keadaan itu kemungkinan disebabkan karena penderita

Tabel 13. Distribusi tingkat kecacatan penderita kusta baru berdasarkan Indeks Bakteriologis (IB) di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo, Surabaya periode 2004–2006

Indeks Bakterio

Logis (IB)

2004 2005 2006 JumlahTotal (%)

Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan Tingkat kecacatan

0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 1 2 Jml 0 (%) 1 (%) 2 (%)

< 1 155 67 16 238 165 21 16 202 143 44 19 206 463(49,0)

132(14,9)

51(5,4)

646(68,3)

1 – 3 68 30 5 103 66 12 6 84 61 35 3 99 195(20,6)

77(8,1)

14(1,5)

286(30,3)

> 3 2 1 1 4 2 0 2 4 1 3 1 5 5(0,5)

4(0,4)

4(0,4)

13(1,4)

Jumlah 225 98 22 345 233 33 24 290 205 82 23 310 663(70,2)

213(22,5)

69(7,3)

945(100)

kurang waspada terhadap kesehatan dirinya, kurang memperhatikan kelainan kulit yang dideritanya. Kelainan yang terjadi pada penderita kusta umumnya hanya berupa bercak putih atau merah yang mati rasa yang berkembang secara perlahan sehingga tidak terlalu dihiraukan oleh penderita. Penderita biasanya baru berobat apabila kelainan itu sudah mengganggu aktivitasnya, misalnya bila terjadi ulkus pada kaki, kekakuan pada jari-jari dan bila terjadi panas badan saat terjadi reaksi kusta.15

Dari hasil pemeriksaan klinis penderita kusta baru, didapatkan hipo/anastesi merupakan gejala yang paling banyak dijumpai yaitu sebanyak 755 penderita (79,9%). Jumlah penderita yang mengalami penebalan syaraf juga relatif tinggi yaitu sebanyak 659 penderita (69,7%). Keadaan ini sesuai dengan perjalanan penyakit kusta di mana M.leprae primer menyerang saraf tepi yang menimbulkan manifestasi klinis berupa pembesaran saraf dan anestesi pada makula.15

Berdasarkan tingkat kecacatan, jumlah penderita kusta baru dengan kecacatan tingkat 1 sebanyak 213 orang (22,5%) dan kecacatan tingkat 2 sebanyak 69 orang (7,3%). Jumlah itu relatif tetap jika dibandingkan dengan penelitian Renatasari F yaitu sebanyak 23,0% untuk kecacatan tingkat 1 dan 7,0% untuk kecacatan tingkat 2. Tingginya angka kecacatan tingkat 1 memerlukan perhatian khusus sebab apabila tidak ditangani dengan tepat, kecacatan tingkat 1 akan berkembang menjadi kecatatan tingkat 2. Untuk itu diperlukan konseling dan mengajarkan cara-cara perawatan diri pada penderita kusta yang mengalami kecacatan tingkat 1 sehingga terjadinya deformitas sekunder dapat dicegah.4,9

Melihat dari organ yang terkena, kecacatan tingkat 1 dan 2 pada mata relatif sedikit (1,6%), keadaan ini

Page 8: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

1�

Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009

tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yakni sebanyak 1,7%. Walaupun angka kecacatan pada mata tergolong sedikit, namun adanya kelainan pada mata akan sangat mengganggu penderita, membuat penderita stres dan tidak mampu bekerja.16,17

Menurut jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa laki-laki lebih banyak mengalami kecacatan dibandingkan wanita, hasil ini sesuai dengan pendapat Srinivasan yang menyatakan bahwa tingginya angka kecacatan pada laki-laki ini kemungkinan disebabkan karena angka kejadian penyakit kusta yang relatif lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Selain itu,Selain itu, persentase laki-laki yang menderita tipe lepromatosa juga lebih tinggi daripada wanita. Pekerjaan berat yang biasa dilakukan oleh laki-laki juga menyebabkan peningkatan risiko terjadinya kecacatan.18

Bila dihubungkan dengan kelompok umur, angka kecacatan dijumpai lebih tinggi pada usia >14 tahun. Hasil ini sesuai dengan pendapat Srinivasan yang menyatakan bahwa angka kecacatan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dengan bertambahnya usia, berarti penderita makin lama menderita kusta, dan makin besar kemungkinan mengalami kecacatan. Oleh karena itu, penderita usia muda lebih jarang mengalami kecacatan dibanding usia tua. Angka kecacatan pada kelompok umur < 14 tahun sangat menurun dibandingkan penelitian Gratiarno R yakni 1,1% untuk kecacatan tingkat 1 dan 2,2% kecacatan tingkat 2. Tetapi hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Werdiningsih R yaitu 0,7% untuk kecacatan tingkat 1 dan 0,1% untuk kecacatan tingkat 2 dan Renatasari F yaitu 0,9% untuk kecacatan tingkat 1 dan 0,1% untuk kecacatan tingkat 2. Mahajan PM dkk15 mendapatkan 40 dari total 143 anak (28%) mengalami deformitas, dan semakin meningkat dengan meningkatnya usia.10,11,19

Jumlah penderita kusta dari kota Surabaya yang mengalami kecacatan tingkat 1 dan 2 secara total (19,5%) lebih banyak dibandingkan dengan penderita dari luar Surabaya(10,3%). Hasil ini kemungkinan karena sebagian besar penderita berasal dari dalam kota Surabaya, karena jarak menuju ke RSUD Dr. Soetomo lebih dekat.18

Menurut lamanya sakit, yang paling banyak mengalami kecacatan adalah penderita yang sakit lebih dari 6 bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Srinivasan menyatakan makin lama masa aktif penyakit ini akan meningkatkan risiko terjadinya kecacatan.18

Dari riwayat pengobatan sebelumnya, 83,5% penderita kusta baru belum pernah mendapatkan

pengobatan sebelumnya. Mereka yang pernah mendapatkan pengobatan ini biasanya datang karena dirujuk oleh dokter puskesmas setempat karena mengalami reaksi, deformitas, ataupun sengaja datang berobat karena ingin mendapatkan kepastian mengenai penyakitnya dan memperoleh pengobatan yang lebih baik.7,18

Dari data mengenai tipe kusta, pada tipe MB didapatkan angka kecacatan yang lebih tinggi dari pada tipe PB, hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa peneliti lainnya. Srinivasan menyatakan pada tipe lepromatosa dan borderline risiko terjadinya kecacatan akan lebih tinggi. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Van Brakel di Nepal, di mana angka kecacatan pada penderita kusta tipe BL lebih tinggi (29/100 tahun-orang) daripada penderita kusta tipe BT (12/100 tahun-orang). Hasil yang sama juga dijumpai pada penelitian Schipper, di mana angka kecacatan pada penderita kusta tipe MB (64%) lebih tinggi daripada penderita kusta tipe PB (27%). Menurut Van Brakel dkk, keadaan tersebut kemungkinan karena risiko terjadinya reaksi kusta tipe I lebih tinggi pada kusta tipe BL daripada tipe BT.9,20

Berdasarkan indeks bakteriologis, angka kecacatan kusta paling tinggi dijumpai pada kelompok penderita dengan IB < 1. Hasil ini sesuai dengan pendapat Van Brakel yang menyatakan bahwa tingginya indeks bakteriologis tidak berkaitan dengan angka kecatatan pada kusta.20

KESIMPULAN

Jumlah penderita kusta baru di RSUD Dr. Soetomo antara tahun 2004–2006 relatif sama dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Angka kecacatan tingkat 1 pada penderita kusta di penelitian ini masih cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan berbagai usaha untuk mencegah agar tidak terjadi kecacatan yang berlanjut.

Pada penelitian ini angka kecacatan pada mata tergolong sangat sedikit, namun kecacatan pada mata ini harus mendapat perhatian serius sebab kecacatan pada mata merupakan kecacatan yang paling mengganggu bagi penderita dibandingkan dengan kecacatan pada tangan dan kaki. Dalam penelitian ini terlihat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya kecacatan yaitu umur, jenis kelamin, lama menderita kusta, tipe kusta. Pada penelitian ini angka kecacatan kusta tertinggi didapatkan pada mereka yang menderita sakit > 6 bulan. Tingginya indeks bakteriologis ternyata tidak berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya kecacatan.

Page 9: Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kecacatan pend kusta Vol 21... · kerusakan (ulkus, mutilasi, kekakuan, dan lain-lain);

Artikel Asli Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin,Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta, URJ Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama Periode 2004–2006

1�

SARAN

Mengingat masih tingginya angka kecacatan tingkat 1 pada penderita kusta baru, sebaiknya dilakukan peningkatan kerjasama antara petugas medis dan penderita, khususnya dalam edukasi untuk mencegah adanya deformitas sekunder serta dalam mendeteksi dini tanda-tanda reaksi kusta serta dapat memberikan penanganan dengan cepat dan tepat.

Banyaknya penderita baru yang baru berobat setelah menderita sakit > 6 bulan, menunjukkan kewaspadaan masyarakat masih perlu ditingkatkan.

KEPUSTAKAAN

1. World Health Organization. WHO Action Programme for Elimination of Leprosy, Status Report 1996. WHO, Geneva 1996. p. 6–13.

2. Bryceson ADM, Pfaltzgraff RE. Introduction, The eye on leprosy, complication due to nerve damage.In: Leprosy, 3rd ed. London: Churchill Livingstone, Edinburgh; 1990. p. 133–151.

3. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.

4. Brandsma JW, et al. The international classification of impairments, disabilities and handicaps in leprosy control project. Lepr Rev 1992; 63: 337–344.

5. World Health Organization. WHO Expert Committee on Leprosy: Seven Report. Technical Report Series 874, WHO, Geneva 1998. p. 24–7.

6. Nakamura T, Peshawar-kai Medical services.Hansen's Disease in NWFP, Pakistan & Afghanistan, Sekifusha publisher; 2005. p. 7–62.

7. Srinivasan H. Disability, deformity and rehabilitation. In: Hastings RC, Opramolla DVA. Leprosy. 2Leprosy. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, Edinburgh; 1994, p. 411–47.

8. Smith WCS. The epidemiology of disability in leprosy including risk factors. Lepr Rev 1992; 63(Suppl): 23 S–30S.

9. Schipper A, Lubbers WJ, Hogeweg M, De Soldenhoff R. Disabilities of hands, feet and eyes in newly diagnosed

leprosy patients in eastern Nepal. Lepr Rev 1994; 65: 239–47.

10. Werdiningsih R. Kecacatan Pada Penderita KustaWerdiningsih R. Kecacatan Pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 1998–2000. Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR - RSUD Dr. Soetomo

11. Renatasari F. Kecacatan Pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2001–2003. Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR - RSUD Dr. Soetomo

12. Peters ES, Eshiet AL. Male-female (sex) differences in leprosy patients in South Eastern Nigeria. Lepr Rev 2002; 73: 262–7.

13. Kumar A et al. Incidence of leprosy in Agra district. Lepr Rev 2007; 78: 131–6.

14. Wardhana M. Penyakit kusta pada anak di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. BIPKK 1990; 2: 191–7.

15. Pfaltzgraff RE, Bryceson A. Clinical Leprosy. In:15. Pfaltzgraff RE, Bryceson A. Clinical Leprosy. In: Hastings RC, Editor. Leprosy. 1st Edition. New York: Churchill Livingstone; 1985: 134–76.

16. Bryceson. ADM, Pfaltzgraff. RE. Introduction, The eye on leprosy, Complication due to nerve damage. In: Leprosy, 3rd ed. London: Churchill Livingstone, Edinburgh; 1990; 153–63.

17. Rao PS, Daniel E. Kurian N. Epidemiological aspect of ocular morbidity in leprosy affected persons. Indian J lepr 1998; 70: 115–22.

18. Srinivasan H. Developmental Article: The problem and challenge of disability and rehabilitation in leprosy. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal 1998 Vol. 9 No. 2. Available from URL: http//www.dinf.ne.jp/doc/English/asia/resource/apdrj/z13jo0200/z13jo0204.htm.

19. Mahajan PM, Jogaikar DG, Mehta JM. Study deformities in children with leprosy an urban experience. Indian J Lepr 1995; 67: p. 405–9.

20. Van Brakel WH, Khawas IB. Nerve damage in leprosy: an epidemiological and clinical study of 396 patients in west Nepal-Part1. Definitions, methods and frequencies. Lepr Rev 1994; 65: 204–21.