77
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN POSTER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN ISI TEKS FABEL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP N 19 SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Tsausan Syadza Salsabiela NIM : 2101413009 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN POSTER

BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG

DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN ISI

TEKS FABEL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP N 19

SEMARANG

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Tsausan Syadza Salsabiela

NIM : 2101413009

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

ii

Page 3: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

iii

Page 4: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

iv

Page 5: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. Apabila hati berharap dan bersandar kepada manusia, kekecewaanlah yang

didapat. Apabila hati berharap dan bersandar kepada Allah Swt.,

ketenangan dan kepastianlah yang akan didapat (Ali bin Abu Thalib).

2. Segala upaya yang dibangun dengan keikhlasan dan kerja keras, tidak

terluputkan dari sikap dengki dan cemoohan orang. Namun, apabila kita

yakin hanya kepada Allah Swt., niscaya Allah Swt. akan senantiasa

menolong hamba-Nya yang ikhlas berjuang (Aa Gymnastiar).

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Orang tua, adik-adik, dan seluruh

keluarga yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat kepada saya

untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat-Nya karena peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Keefektifan Penggunaan Media Komik dan Poster Berseri Berseri dengan

Penerapan Model Instruksi Langsung dalam Pembelajaran Keterampilan

Menceritakan Isi Teks Fabel pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 19

Semarang”.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak hanya dari

kemampuan dan usaha peneliti, tetapi ada pihak tertentu yang turut mendukung

peneliti dalam menyusun skripsi. Semoga Allah membalas kebaikan berbagai

pihak yang telah membantu. Ucapan terima kasih tidak lupa peneliti sampaikan

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas

Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

mewujudkan skripsi ini;

3. Dr. Haryadi, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Dr. Mukh Doyin, M.Si., sebagai dosen pembimbing I dan Ahmad Syaifudin,

S.S., M.Pd. sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini;

Page 7: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

vii

5. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal

ilmu dan pengetahuan sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi ini;

6. Drs. Catonggo Sulistyono, S.Kom., Kepala SMP Negeri 19 Semarang yang

telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut;

7. Nunik Iswati, S.Pd. dan Sunarni, S.Pd., guru mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia yang telah membimbing selama penelitian;

8. siswa kelas VII A dan VII D SMP Negeri 19 Semarang yang telah bersedia

menjadi responden penelitian;

9. keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa;

10. teman-teman rombel 1 PBSI 2013 yang selalu memberi motivasi dan berbagi

pengalaman;

11. semua sahabat yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan yang akan datang.

Semarang, Juni 2017

Peneliti,

Tsausan Syadza Salsabiela

Page 8: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

viii

SARI

Salsabiela, Tsausan Syadza. 2017. “Keefektifan Penggunaan Media Komik dan

Poster Berseri Berseri dalam Pembelajaran Keterampilan

Menceritakan Isi Teks Fabel pada Peserta Didik Kelas VII SMP N 19

Semarang”. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr.

Mukh Doyin, M.Si., Pembimbing II: Ahmad Syaifudin, S.S., M.Pd.

Kata kunci : media komik, media poster berseri, model instruksi langsung,

pembelajaran menceritakan isi teks fabel.

Pembelajaran keterampilan menceritakan isi teks fabel merupakan

pembelajaran yang sangat bermanfaat, karena dapat menumbuhkan nilai – nilai

positif dan kompetensi berbicara yang baik pada peserta didik. Untuk itu,

diperlukan media pembelajaran dan model yang sesuai agar pembelajaran berjalan

maksimal. Media pembelajaran menceritakan isi teks fabel yang dirasa sesuai

adalah media komik dan media poster berseri. Adapun model yang dianggap

sesuai adalah model instruksi langsung.

Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan penggunaan media komik

dan media poster berseri dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel.

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana keefektifan penggunaan

media komik dengan penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19

Semarang; (2) Bagaimana keefektifan penggunaan media poster berseri dengan

penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran keterampilan

menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang; (3)

Media manakah yang lebih efektif penggunaannya antara komik dan poster

berseri dengan penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19

Semarang.

Desain yang digunakan adalah pra eksperimen (eksperimen lemah) yaitu

The Static Group Pretest – Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang. Sampel dalam penelitian ini

adalah keterampilan menceritakan isi teks fabel oleh peserta didik kelas VII SMP

N 19 Semarang pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yaitu pada kelas

VII A dan VII C. Kelas VII A diberi perlakuan dengan media komik dan model

instruksi langsung, sementara kelas VII C diberi perlakuan dengan media poster

berseri dan model instruksi langsung.

Hasil penelitian kemudian dihitung dengan Uji T. Keefektifan tersebut

dibuktikan dengan hasil uji t dengan nilai Sig(2-tailed) sebesar 0,24 < 0,05 pada

aspek pengetahuan, dan Sig (2-tailed) sebesar 0,30 < 0,50 pada aspek

keterampilan, maka dapat disimpulkan HI diterima dan H0 ditolak, yang artinya

terdapat perbedaan antara rata – rata prestasi belajar kelompok eksperimen 1

dengan kelompok eksperimen 2. Adanya perbedaan rata – rata antara kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 menunjukkan bahwa penggunaan media

Page 9: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

ix

komik dan model instruksi langsung efektif digunakan dalam pembelajaran

menceritakan isi teks fabel, baik untuk menunjang nilai pengetahuan maupun nilai

keterampilan.

Berdasarkan hasil penelitian, media komik dan media poster berseri

dengan penerapan model instruksi langsung dapat digunakan sebagai alternatif

pilihan media dan model pembelajaran menceritakan isi teks fabel. Media komik

cocok digunakan untuk peserta didik memiliki minta baca yang tinggi dan kurang

suka berimajinasi tentang peristiwa dalam cerita. Hal tersebut karena, teks fabel

dalam komik menjelaskan secara rinci setiap peristiwa dengan kalimat yang

lengkap. Adapun media poster berseri cocok digunakan untuk peserta didik yang

lebih suka berimajinasi dan memiliki minat baca yang kurang. Hal tersebut karena

teks fabel dalam poster berseri cenderung singkat sehingga peserta didik baiknya

mampu berimajinasi tentang isi cerita fabel.

Page 10: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................. Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN KELULUSAN ................................ Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ...................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v

PRAKATA .............................................................................................................. vi

SARI.......................................................................................................................viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 4

1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS.......................6

2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 6

2.2 Landasan Teoretis ........................................................................................ 11

2.2.1 Media Komik ........................................................................................ 11

2.2.1.1 Pengertian Komik .............................................................................. 11

2.2.1.2 Manfaat Komik .................................................................................. 14

2.2.1.3 Komik Sebagai Media Pembelajaran ................................................. 16

Page 11: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xi

2.2.1.4 Langkah - langkah Penggunaan Komik dalam Pembelajaran

Menceritakan Isi Teks

Fabel................................................................................................................19

2.2.2 Media Poster Berseri ............................................................................. 19

2.2.2.1 Pengertian Poster Berseri ................................................................... 19

2.2.2.2 Manfaat Poster Berseri....................................................................... 21

2.2.2.3 Poster Berseri sebagai Media Pembelajaran ...................................... 21

2.2.2.4 Langkah - langkah Penggunaan Poster Berseri dalam Pembelajaran

Menceritakan Isi Teks Fabel

........................................................................................................................24

2.2.3 Persamaan dan Perbedaan Komik dan Poster Berseri ......................... 24

2.2.4 Model Instruksi Langsung .................................................................... 25

2.2.4.1 Pengertian Model Instruksi Langsung ............................................... 25

2.2.4.2 Prinsip Model Instruksi Langsung ..................................................... 27

2.2.4.3 Sintak Model Instruksi Langsung ...................................................... 30

2.2.4.4 Dampak Instruksional dan Pengiring Model Instruksi Langsung ..... 33

2.2.4.5 Sistem Sosial Model Instruksi Langsung .......................................... 34

2.2.4.6 Sistem Dukungan Model Instruksi Langsung .................................... 34

2.2.4.7 Langkah – langkah Pembelajaran Model Instruksi Langsung ........... 34

2.2.5 Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel .......................................... 35

2.2.5.1 Pengertian Menceritakan Isi Teks Fabel ............................................ 36

2.2.5.2 Pengertian Teks Fabel ....................................................................... 39

2.2.5.3 Struktur dan Kaidah Bahasa Teks Fabel ........................................... 43

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 46

2.4 Hipotesis ...................................................................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................51

Page 12: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xii

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 51

3.2 Desain Penelitian ......................................................................................... 51

3.3. Subjek Penelitian ........................................................................................ 53

3.3.1 Populasi ................................................................................................. 53

3.3.2 Sampel .................................................................................................. 53

3.4 Variabel Penelitian ...................................................................................... 54

3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 54

3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 55

3.6.1 Instrumen Tes ....................................................................................... 55

3.6.2 Instrumen Nontes .................................................................................. 58

3.6.2.1 Observasi ........................................................................................... 58

3.6.2.2 Jurnal Siswa ....................................................................................... 60

3.6.2.3 Dokumentasi ...................................................................................... 61

3.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................................................ 61

3.7.1 Uji Validitas .......................................................................................... 61

3.7.2 Reliabilitas ............................................................................................ 62

3.8 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 64

3.9 Teknik Analisis Data ................................................................................... 64

3.9.1 Analisis Pendahuluan ............................................................................ 64

3.9.2 Analisis Tahap Akhir ............................................................................ 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................75

4.1 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 75

4.1.1 Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel

Menggunakan Media Komik dengan Penerapan Model Instruksi Langsung 75

Page 13: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xiii

4.1.1.1 Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi Teks

Fabel Menggunakan Media Komik dengan Penerapan Model Instruksi

Langsung ........................................................................................................ 84

4.1.1.2 Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel

Menggunakan Media Komik dengan Penerapan Model Instruksi Langsung 86

4.1.1.3 Penilaian Sikap dalam Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi

Teks Fabel Menggunakan Media Komik dengan Penerapan Model Instruksi

Langsung ........................................................................................................ 90

4.1.1.4 Uji Perbedaan Dua Rata – rata (Uji T) Data Pretest daan Posttest

Kelas Ekspreimen 1 ....................................................................................... 93

4.1.2 Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel Menggunakan

Media Poster Berseri dengan Penerapan Model Instruksi Langsung ............ 95

4.1.2.1 Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi Teks

Fabel Menggunakan Media Poster Berseri dengan Penerapan Model Instruksi

Langsung ...................................................................................................... 106

4.1.2.2 Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel

Menggunakan Media Poster Berseri dengan Penerapan Model Instruksi

Langsung ...................................................................................................... 108

4.1.2.3 Penilaian Sikap dalam Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Isi

Teks Fabel Menggunakan Media Poster Berseri dengan Penerapan Model

Instruksi Langsung ....................................................................................... 113

4.1.2.4 Uji Perbedaan Dua Rata – rata (Uji T) Data Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen 2 ............................................................................................... 115

4.2 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata – rata Data Posttest Kelas Eksperimen 1 dan

Kelas Eksperimen 2 ......................................................................................... 117

4.3 Pengujian Hipotesis ................................................................................... 120

4.4 Pembahasan ............................................................................................... 122

4.4.1 Keefektifan Penggunaan Media Komik dengan Penerapan Model

Instruksi Langsung dalam Pembelajaran Menceritakan Isi Teks Fabel ...... 122

4.4.2 Keefektifan Penggunaan Media Poster Berseri dengan Penerapan

Model Instruksi Langsung dalam Pembelajaran Menceritakan Isi Teks Fabel

..................................................................................................................... 125

Page 14: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xiv

4.4.3 Perbandingan Keefektifan Penggunaan Media Komik dan Media Poster

Berseri dengan Penerapan Model Instruksi Langsung dalam Pembelajaran

Menceritakan Isi Teks Fabel ........................................................................ 128

BAB V PENUTUP ...............................................................................................133

5.1 Simpulan .................................................................................................... 133

5.2 Saran .......................................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................137

Page 15: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Komik dan Poter Berseri ...............................24

Tabel 3.1 Desain Penelitian .....................................................................................52

Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen Penilaian Pengetahuan ...........................................56

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Penilaian Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel

...............................................................................................................57

Tabel 3.4 Indikator Pengamatan Sikap Spiritual dan Sosial ....................................58

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial ..........................................60

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................63

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Aspek Pengetahuan Kelas Eksperimen

1 .............................................................................................................65

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen

1 ............................................................................................................ 66

Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Aspek Pengetahuan Kelas Eksperimen

2 ............................................................................................................ 66

Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Data Pretset Aspek Keterampilan Kelas

Eksperimen 2 ........................................................................................ 67

Tabel 3.11 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Aspek Pengetahuan ......................68

Tabel 3.12 Hasil Uji Homogenitas Aspek Keterampilan .........................................68

Tabel 3.13 Hasil Uji Normalitas Posttest Aspek Pengetahuan Kelas eksperimen 1

.............................................................................................................. 69

Tabel 3.14 Hasil Uji Normalitas Posttest Aspek Pengetahuan Kelas Eksperimen 2

.............................................................................................................. 70

Tabel 3.15 Hasil Uji Normalitas Posttest Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen 1

.............................................................................................................. 70

Tabel 3.16 Hasil Uji Normalitas Posttest Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen 2

.............................................................................................................. 71

Tabel 3.17 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Aspek Pengetahuan ....................71

Page 16: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xvi

Tabel 3.18 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Aspek Keterampilan ...................72

Tabel 3.19 Selisih Nilai Rata – rata Aspek Pengetahuan .........................................73

Tabel 3.20 Selisih Nilai Rata – rata Aspek Keterampilan ........................................73

Tabel 4.1 Penilaian Proses dalam Pembelajaran Menceritakan Isi Teks Fabel

Menggunakan Media Komik dengan Model Instruksi Langung ............ 84

Tabel 4.2 Rata – rata Pretest Nilai PengetahuanKelas Eksperimen 1 ..................... 87

Tabel 4.3 Perbandingan Rata – rata Nilai pada Aspek Pengetahuan Kelas

Eksperimen 1 .......................................................................................... 88

Tabel 4.5 Rata – rata nilai Pretest Nilai Keterampilan Kelas Eksperimen 1 ............89

Tabel 4.6 Perbandingan Rata – rata Nilai pada Aspek Keterampilan Kelas

Eksperimen 1 .......................................................................................... 90

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Sikap Kelas Ekserimen 1 ................................................91

Tabel 4.9 Hasil Uji T Aspek Pengetahuan pada Kelas Eksperimen 1 .....................94

Tabel 4.10 Hasil Uji T Aspek Keterampilan pada Kelas Eksperimen 1 ..................95

Tabel 4.11 Penilaian Proses dalam Pembelajaran Menceritakan Isi Teks Fabel

Menggunakan Media Poster Berseri dengan Model Instruksi Langung

............................................................................................................ 106

Tabel 4.12 Rata – rata Pretest Nilai Pengetahuan Kelas eksperimen 2 ..................109

Tabel 4.13 Perbandingan Rata – rata Nilai pada Aspek Pengetahuan Kelas

Eksperimen 2 ...................................................................................... 110

Tabel 4.15 Rata – rata Pretest Nilai Keterampilan Kelas Eksperimen 2 ................111

Tabel 4.16 Perbandingan Rata – rata Nilai pada Aspek Keterampilan Kelas

Eksperimen 2 ...................................................................................... 112

Tabel 4.17 Hasil Penilaian Sikap Kelas Eksperimen 2 ..........................................113

Tabel 4.18 Hasil Uji T Aspek Pengetahuan Kelas Eksperimen 2 ..........................115

Tabel 4.19 Hasil Uji T Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen 2 .........................116

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Postest Aspek Pengetahuan Kelas Eksperimen 1 dan

Kelas Eksperimen 2 .............................................................................117

Page 17: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xvii

Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaaan Dua Rata – rata (Uji T) Data Postest Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Nilai Pengetahuan ................ 118

Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Postest Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen 1 dan

Kelas Eksperimen 2 .............................................................................119

Tabel 4.23 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata – rata (Uji T) Data Postest Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .............................................. 120

Page 18: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Struktur Teks Fabel .................................................................................46

Bagan 2.2 Paradigma Kerangka Berpikir ............................................................... 47

Page 19: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 peserta didik menceritakan isi teks fabel ..............................................79

Gambar 4.2 guru menjelaskan cara praktik berbicara dengan pedoman penskoran 81

Gambar 4.3 siswa menganalisis unsur dan pesan dalam teks fabel .........................82

Gambar 4.4 peserta didik sedang melakukan diskusi .............................................101

Gambar 4.5 guru sedang menjelaskan alur teks fabel ............................................102

Gambar 4.6 peserta didik praktik menceritakan isi teks fabel dari poster berseri

yang dibaca ......................................................................................... 103

Page 20: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xx

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................142

2. Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa I ..........................................................171

3. Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa II .........................................................174

4. Lampiran 4 Soal Pretest Kelas Eksperimen 1 .........................................176

5. Lampiran 5 Soal Pretest Kels Eksperimen 2 ...........................................179

6. Lampiran 6 Soal Posttest Kelas Eksperimen 1 .......................................176

7. Lampiran 7 Soal Posttest Kelas Eksperimen 2 ........................................182

8. Lampiran 8 Media Komik .......................................................................183

9. Lampiran 9 Media Poster Berseri.............................................................195

10. Lampiran 10 Lembar Jawab Aspek Pengetahuan ...................................200

11. Lampiran 11 Pedoman Penskoran Praktik Menceritakan Isi Teks Fabel 201

12. Lampiran 12 Lembar Observasi Sikap Spiritual dan Sosial ...................202

13. Lampiran 13 Jurnal Siswa Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 203

14. Lampiran 14 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 205

15. Lampiran 15 Lembar Observasi Kelas Eksperimen 1 ..............................207

16. Lampiran 16 Lembar Observasi Kelas Eksperimen 2 .............................208

17. Lampiran 17 Nilai Terendah Pretest Kelas Eksprimen 1 .........................209

18. Lampiran 18 Nilai Terendah Pretest Kelas Eksperimen 2 ......................215

19. Lampiran 19 Nilai Tertinggi Pretest Kelas Eksperimen 2 .....................220

20. Lampiran 20 Nilai Terendah Pretest Kelas Eksperimen 2 .......................224

21. Lampiran 21 Nilai Tertinggi Posttest Kelas Eksperimen 1 .....................228

22. Lampiran 22 Nilai Terendah Posttest Kelas Eksperimen 1 .....................232

23. Lampiran 23 Nilai Tertinggi Posttest Kelas Eksperimen 2 .....................236

Page 21: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

xxi

24. Lampiran 24 Nilai Terendah Posttest Kelas Eksperimen 2 ....................241

25. Lampiran 25 Jurnal Siswa Pretest Kelas Eksperimen 1 ..........................247

26. Lampiran 26 Jurnal Siswa Posttest Kelas Eksperimen 1 ........................248

27. Lampiran 27 Jurnal Siswa Pretest Kelas Eksperimen 2 ..........................249

28. Lampiran 28 Jurnal Siswa Posttest Kelas Eksperimen 2 ........................250

29. Lampiran 29 Rekap Nilai Siswa Kelas Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 ............................................................................................251

30. Lampiran 30 Rekap Nilai Siswa Kelas Eksperimen 1 ............................253

31. Lampiran 31 Rekap Nilai Siswa Kelas Eksperimen 2 ............................254

32. Lampiran 32 Surat Keputusan .................................................................255

33. Lampiran 33 Surat Permohonan Izin Penelitian .....................................256

34. Lampiran 34 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................257

35. Lampiran 35 Sertifikat UABI ..................................................................258

36. Lampiran 36 Dokumentasi Kelas Eksperimen 1 .....................................259

37. Lampiran 37 Dokumentasi Kelas Eksperimen 2 .....................................260

38. Lampiran 38 Lembar Bimbingan ............................................................261

39. Lampiran 39 Lembar Laporan Selesai Bimbingan .................................267

Page 22: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan media komik dan poster berseri dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel belum diketahui keefektifannya. Komik

dan poster berseri memiliki keunggulan yaitu mudah dimengerti dan menanamkan

ingatan yang cukup lama pada peserta didik mengenai cerita dalam teks fabel

yang dibaca. Nurgiyantoro (2005:409) mengungkapkan, komik merupakan media

yang sifatnya sederhana tapi jelas, mudah dimengerti, dan mempunyai fungsi

iinformatif dan edukatif. Sementara poster, menurut Sudjana dan Rivai (2009:51)

wujud poster pada umumnya sebagai kombinasi viasual dari rancangan yang kuat

dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang

lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam ingatannya.

Penelitian tentang penggunaan media komik dan poster berseri ini dalam

penerapannya menggunakan model instruksi langsung. Keunggulan terpenting

dalam model ini karena adanya fokus akademik, arahan dan harapan yang tinggi

terhadap perkembangan siswa, sistem manajemen waktu, dan atmosfer akademik

yang cukup netral. Model instruksi langsung dipilih dalam pembelajaran

menceritakan isi teks fabel karena cocok digunakan untuk membelajarkan

keterampilan atau skill peserta didik. Hal tersebut karena sintak yang terdapat

dalam model instruksi langsung sangat menuntun peserta didik untuk berlatih dan

praktik menceritakan isi teks fabel. Sejalan dengan itu, Joyce dan Weil (2011:426)

menyatakan, dalam praktik ini

Page 23: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

2

siswa akan menampilkan dan memeragakan skill secara mandiri dengan kesalahan

minimal.

Selain menggunakan model instruksi langsung, penelitian ini juga

mengukur tingkat keefektifan media komik dan poster berseri. Secara umum,

komik dan poster berseri dipilih karena dinilai memiliki nilai lebih yaitu sama –

sama menojolkan ilustrasi. Ilustrasi yang terdapat dalam komik dan poster berseri

dapat membantu peserta didik berimajinasi sehingga membantu untuk mengingat

alur, dan tokoh dalam cerita.

Secara khusus, media komik dipilih karena memiliki kelebihan pada

percakapan dan ilustrasi yang banyak, sehingga memiliki alur yang komplit dan

mudah dipahami. Apalagi dunia komik saat ini begitu digemari oleh peserta didik.

Adapun media poster berseri dipilih karena memiliki ilustrasi yang

sederhana dan kalimat yang singkat. Poster berseri dapat membantu daya tangkap

pokok – pokok alur cerita. Oleh karena itu, poster berseri dapat memancing daya

ingat peserta didik terhadap isi teks fabel. Sependapat dengan hal tersebut,

Tinarbuko (2007) mengatakan bahwa kehadiran Poster Berseri bertujuan untuk

menyampaikan pesan dan mengingatkan tentang hal - hal yang dianggap penting.

Selain itu, wujud poster berseri yang memiliki beberapa rangkaian dapat

memudahkan peserta didik untuk merangkai urutan cerita dalam teks fabel

sehingga akan membantu peserta didik dalam memahami isi cerita teks fabel.

Dengan demikian, model instruksi langsung dimaksudkan untuk

membantu membelajarkan keterampilan atau skill menceritakan isi teks fabel.

Page 24: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

3

Adapun komik dan poster berseri dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel

berfungsi sebagai pemantik daya ingat peserta didik terhadap keseluruhan isi

cerita dalam teks fabel yang dibaca, sehingga ketika praktik menceritakan isi teks

fabel akan dapat diketahui media manakah yang lebih berpengaruh terhadap

keefektifan penceritaan isi teks fabel oleh peserta didik.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah, masih

banyak ditemui permasalahan yang terjadi. Salah satunya dalam kegiatan

keterampilan berbicara yaitu menceritakan kembali isi teks fabel. Berdasarkan

latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi bahwa

permasalahan yang ada dalam pembelajaran menceritakan kembali isi teks fabel

adalah sebagai berikut.

Faktor yang berasal dari peserta didik adalah keruntutan peristiwa atau

alur cerita dalam teks, lupa, peserta didik kurang fokus, dan penyimpulan pesan

atau nilai moral dalam teks. Kegiatan menceritakan kembali isi teks fabel yang

telah dilalui, peserta didik seringkali lupa terhadap alur cerita sehingga menjadi

tidak runtut. Hal tersebut mengakibatkan ketidaksinkronan cerita dengan yang

diceritakan kembali oleh peserta didik. Adapun hal yang biasa dilakukan peserta

didik saat lupa alur cerita, mereka akan mengarang ending cerita sendiri.

Kendala lainnya yaitu kesulitan menentukan pesan atau amanat yang

terkandung dalam teks fabel. Pesan dalam teks fabel harus disampaikan dalam

kegiatan menceritakan isi teks fabel. Sebab, hal itu yang membedakan proses

bercerita biasa dengan bercerita tentang isi teks fabel. Akhirnya peserta didik yang

Page 25: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

4

mengalami kesulitan tersebut dibantu oleh guru untuk menalar pesan yang

terkandung dalam teks dengan pemahaman yang dimiliki peserta didik setelah

melalui proses membaca.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, cakupan

masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan media Komik dan Poster Berseri

dalam penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran keterampilan

menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang.

Penelitian ini membandingkan keefektifan komik dan poster berseri sebagai

media pembelajaran menceritakan isi teks fabel dengan model instruksi langsung

pada peserta didik kelas VII SMP. Dengan demikian, kedua media tersebut dapat

diketahui keefektifannya untuk meningkatkan keterampilan menceritakan isi teks

fabel.

1.4 Rumusan Masalah

Berpedoman latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan

yang menjadi pembahasan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;

1) Bagaimana keefektifan penggunaan media komik dengan penerapan model

instruksi langsung dalam pembelajaran keterampilan menceritakan isi teks

fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang ?

2) Bagaimana keefektifan penggunaan media poster berseri dengan penerapan

model instruksi langsung dalam pembelajaran keterampilan menceritakan isi

teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang ?

Page 26: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

5

3) Media manakah yang lebih efektif penggunaanya antara komik dan poster

berseri dengan penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N

19 Semarang ?

1.5 Tujuan Penelitian

Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka

penelitian ini bertujuan untuk ;

1) Mendeskripsikan keefektifan penggunaan media komik dengan penerapan

model instruksi langsung dalam pembelajaran keterampilan menceritakan isi

teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang.

2) Mendeskripsikan keefektifan penggunaan media poster berseri dengan

penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran keterampilan

menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N 19 Semarang.

3) Mendeskripsikan perbedaan keefektifan penggunaan media komik dan poster

berseri dengan penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP N

19 Semarang.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang didapatkan adalah :

1) Menambah wawasan atau pengetahuan peneliti sebagai calon pendidik.

2) Sebagai alternatif dalam menentukan langkah pembelajaran yang efektif

dalam menceritakan isi teks fabel.

3) Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Page 27: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai media komik dan poster sudah sering dilakukan

dengan menggunakan metode atau model yang bervariasi. Beberapa penelitian

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain dilakukan oleh

Morrison, dkk (2002), Wahyuningsih (2010), Judith, dkk (2010), Hapsari,

Sukarno, dan Daryanto (2012), Maiyena (2013), Juanda, Dwi dan Zacky (2015),

Kusnida (2015), Wulandari (2015).

Penelitian tentang komik pernah dilakukan oleh Morrison, dkk (2002).

Penelitian tersebut berjudul “Using Students: Generated Comic Books in The

Classroom”. Simpulan penelitian tersebut adalah peserta didik mampu membuat

komik sendiri setelah mereka melakukan analisis terhadap dialog, kosa kata dan

komunikasi nonverbal. Adapun relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini

adalah penggunaan komik sebagai bahan kajian. Adapun perbedaan penelitian

Morrison, dkk dan penelitian ini adalah Morrison, dkk menjadikan komik sebagai

hasil akhir berupa produk yang dibuat oleh peserta didik, sedangkan dalam

penelitian ini komik dijadikan media untuk membantu peserta didik mengingat

cerita fabel yang telah dibaca untuk diceritakan kembali pada kelompoknya.

Penelitian media komik pernah dilakukan oleh Wahyuningsih (2010).

Penelitian tersebut tentang pengembangan media komik bergambar sistem saraf

manusia untuk pembelajaran menggunakan strategi P4QR yang valid, efektif, dan

Page 28: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

7

praktis. Simpulan penelitian tersebut adalah media pembelajaran komik

bergambar dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik dilihat dari

gain score termasuk kriteria sedang, meningkatkan keaktifan peserta didik,

meningkatkan minat peserta didik, dan mendapat respon positif dari peserta didik

serta guru. Adapun relevansi penelitian Wahyuningsih dengan penelitian ini

adalah sama – sama melibatkan media komik untuk menunjang keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Perbedaan penelitian penggunaan komik milik

Wahyuningsih bertujuan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik,

sedangkan pada penelitian ini, penggunaan komik bertujuan untuk membantu

daya ingat peserta didik terhadap cerita fabel yang telah dibaca untuk diceritakan

kembali.

Penelitian tentang komik juga pernah dilakukan oleh Hapsari, Sukarno,

dan Daryanto (2012) yaitu media komik untuk meningkatkan keterampilan

menulis karangan. Simpulan penelitian tersebut adalah penggunaan media komik

dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan. Adapun relevansi penelitian

Hapsari, dkk dengan penelitian ini adalah sama – sama menggunakan media

komik untuk menunjang salah satu keterampilan berbahasa. Perbedaan mendasar

pada penelitian Hapsari adalah mereka menggunakan komik untuk menunjang

keberhasilan pembelajaran keterampilan menulis, yaitu menulis karangan,

sedangkan pada peneitian ini komik digunakan untuk menunjang keberhasilan

pembelajaran keterampilan berbicara yaitu menceritakan kembali isi teks fabel

yang telah dibaca pada komik.

Page 29: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

8

Penelitian tentang poster pernah dilakukan oleh Judith (2010). Penelitian

tersebut berjudul “Using Poster Presentations as Assessment of Work Integrated

Learning”. Simpulan penelitian tersebut yaitu, Poster Berseri terbukti efektif dan

autentik dapat menilai berbagai hasil belajar pada berbagai disiplin ilmu. Poster

dinilai mampu untuk menunjukkan refleksi dalam belajar dan demonstrasi yang

baik dari pengalaman belajar. Adapun relevansi penelitian Judith dengan

penelitian ini adalah adanya penggunaan poster sebagai bahan kajian. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu Judith menempatakan poster

sebagai alat penilaian untuk berbagai disiplin ilmu, sedangkan penelitian ini

menempatkan Poster Berseris sebagai sarana pembantu agar pencapaian hasil

praktik menceritakan isi teks fabel lebih maksimal.

Penelitian tentang poster pernah dilakukan oleh Maiyena (2013).

Penelitian tersebut berjudul “Pengembangan Media Poster Berbasis Pendidikan

Karakter untuk Materi Global Warming”. Simpulan penelitian tersebut adalah

media poster terbukti praktis digunakan untuk membantu konsep global warming

dan penanaman nilai – nilai karakter pada mahasiswa. Penelitian Maiyena

memiliki relevansi dengan penelitian ini. Adapaun relevansi tersebut adalah

Maiyena sama – sama memanfaatkan media poster dalam pembelajaran. Adapun

perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah Maiyena menggunakan

media poster dengan tujuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu konsep

keilmuan yaitu tentang global warming, sedangkan pada penelitian ini media

poster digunakan untuk membantu peserta didik dalam mengingat rangkaian

Page 30: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

9

peristiwa dalam cerita fabel yang telah dibaca. Tujuan mengingat tersebut adalah

sebagai pemantik ingatan dalam praktik menceritakan isi teks fabel.

Penelitian tentang komik fabel pernah dilakukan oleh Juanda, Dwi dan

Zacky (2015). Penelitian tersebut berjudul “Perancangan Komik Pembelajaran

Bertemakan Fabel untuk Pembentukan Karakter pada Anak”. Penelitian itu

memiliki fokus pada komik fabel sebagai media pembentukan karakter anak.

Adapun relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama – sama

melibatkan komik dan fabel dalam pembelajaran. Perbedaan penelitian Juanda,

dkk dan penelitian ini adalah Juanda menggunakan komik milik juanda

bertemakan fabel untuk membantu pembentukan karakter pada anak. Cerita dalam

komik membantu mereka untuk mempelajari dan memahami bagaimana mereka

harus bertindak dalam suatu kondisi, sedangkan dalam penelitian ini komik yang

digunakan adalah komik yang mengandung cerita fabel yang digunakan sebagai

pemantik daya ingat peserta didik dalam menceritakan isi teks fabel.

Berkaitan dengan komik, hal tersebut pernah diteliti juga oleh Kusnida

(2015). Penelitian tersebut berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Film

Animasi dan Media Komik Strip dalam Pembelajaran Menulis Cerpen yang

Bermuatan Nilai – Nilai Karakter Berdasarkan Gaya Belajar Peserta Didik Kelas

VII”. Simpulan penelitian tersebut yaitu penggunaan media film animasi

memberikan keefektifan lebih besar daripada media komik strip pada

pembelajaran menulis cerpen bermuatan nilai – nilai karakter pada peserta didik

kelas VII. Adapun relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu

penggunaan media komik. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini

Page 31: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

10

yaitu Kusnida menggunakan komik sebagai media dalam pembelajaran menulis

cerpen, sedangkan penelitian ini menjadikan komik sebagai media pembelajaran

menceritakan isi teks fabel. Kebaruan penelitian ini yaitu penggunaan model

instruksi langsung dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel. Model

instruksi langsung dianggap cocok digunakan dalam pembelajaran menceritakan

isi teks fabel karena model ini mendorong siswa untuk berlatih secara terstruktur

dan terbimbing sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik mencapai

prestasi yang baik.

Penelitian tentang teks fabel pernah dilakukan juga oleh Wulandari (2015).

Penelitian tersebut berjudul “Keefektifan Teknik Papan Cerita dalam

Pembelajaran Memproduksi Teks Fabel pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Patuk”. Simpulan penelitian tersebut adalah teknik papan cerita efektif digunakan

dalam pembelajaran memproduksi teks fabel. Adapun relevansi penelitian

tersebut dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini sama – sama menjadikan

teks fabel sebagai bahan penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan

penelitian ini adalah pada variabel penelitian Wulandari yaitu memproduksi teks

fabel menggunakan teknik papan cerita, sedangkan pada penelitian ini yaitu

menceritakan kembali isi teks fabel menggunakan model instruksi langsung.

Kebaruan dalam penelitian ini adalah penggunaan media komik dan poster

sebagai variabel dalam penelitian.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian

yang relevan dengan penelitian ini sudah banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian

tentang tingkat keefeektifan media komik dan poster berseri dalam pembelajaran

Page 32: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

11

menceritakan teks fabel belum diketahui hingga saat ini, sehingga peneliti

menganggap masih perlu dilakukan penelitian sejenis. Penelitian ini dimaksudkan

untuk menginovasi hasil penelitian sebelumnya dengan media pembelajaran serta

subjek yang berbeda, khususnya penelitian tentang keterampilan menceritakan isi

teks fabel.

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Media Komik

Dalam subbab media komik akan dipaparkan pengertian komik menurut

para ahli, manfaat komik, dan komik sebagai media pembelajaran.

2.2.1.1 Pengertian Komik

Kata komik berasal dari bahasa Perancis comique. Sebagai kata sifat,

comique berarti lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak

atau badut. Comique pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu komikos.

Disebut komik karena pada zaman dahulu cerita komik mengacu kepada cerita-

cerita humoristis atau satiris untuk menghibur khalayak (Antakusumah dalam

Puspita 2008: 28). Komik mempunyai kelebihan yaitu kombinasi gambar dan

kata. Komunikasi antara penulis dan pembaca dapat terjadi melalui kerja sama

antara gambar dan teks.

Franz dan Meier (1994:53 – 54) menjelaskan komik menjadi tiga bagian

yaitu komik dalam arti luas, komik dalam arti lebih sempit, dan komik dalam arti

paling sempit.

Page 33: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

12

Komik dalam arti luas yaitu penyajian teks, kata dan gambar. Komik

dalam arti sempit yaitu lembaran – lembaran gambar, peristiwa dalam gambar,

karikatur yang mengejek secara ironis sebagai bentuk – bentuk realisasi sosial-

politik dan sejarah/peristiwa/ cerita dalam gambar yang populer. Sedang komik

dalam arti paling sempit yaitu komik yang mula – mula cerdik, lucu, tetapi juga

sudah politis-satiris (cenderung mengejek/ mengkritik keadaan politik) dalam

terbitan minggu atau terbitan biasa, kemudian secara terberkas diterbitkan menjadi

“Komik”.

Rohani (1997:78) menjelaskan komik adalah suatu kartun yang

mengungkapkan suatu karakter dan memerankan suatu cerita dan urutan yang

erat, dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan

kepada para pembaca. Namun intinya, komik adalah bentuk lahir dari hasrat

manusia untuk menceritakan pengalamannya melalui bentuk dan tanda (Bonef

1998:16).

McCLoud, dalam bukunya Understanding Comics (2002:9)

mengungkapkan bahwa komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang lain

yang terjukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu yang

bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis

dari para pembaca. Komik merupakan media visual. Komik adalah seni

keseimbangan terhebat, seni yang subtraktif sekaligus aditif.

Berdasarkan defenisi komik McCLoud, menurutnya defenisi komik yang

paling baik adalah yang paling luas yaitu “seni berurutan” gambar dan lambang-

lambang lain yang berbentuk posisi dalam urutan tertentu.

Page 34: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

13

Topffer dalam McCloud (2002:201) menjelaskan komik sebagai cerita

bergambar yang diremehkan oleh para kritikus dan tidak diperhatikan oleh kaum

terpelajar, telah memiliki pengaruh yang besar setiap waktu bahkan mungkin

melebihi literatur tertulis. Selain itu cerita bergambar menarik perhatian, terutama

bagi anak-anak dan masyarakat kelas bawah.

Nurgiyantoro (2005:409) mengungkapkan bahwa komik merupakan

gambar-gambar dalam panel-panel (kotak-kotak) secara berderet yang disertai

balon-balon teks tulisan dan membentuk sebuah cerita. Selain itu, komik

merupakan media yang sifatnya sederhana tapi jelas dan mudah dimengerti dan

mempunyai fungsi informatif dan edukatif. Karenanya komik seringkali bersifat

komersial (Rumampuk 1988:31).

Dalam jurnal internasional Neil (2005:1) "Un-definishing Comics”

International Journal of Art Comic”menyatakan,

Comics consist of images and text, most often with the images in sequence.

However, comics utilize these forms in a variety of different ways. In most,

a sequence of images clearly exists to define a narrative, integrating text

throughout, though this is not the only interplay between these elements.

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa komik terdiri atas gambar dan teks,

paling sering dengan foto secara berurutan. Namun, komik menggunakan bentuk-

bentuk dalam berbagai cara yang berbeda. Pada umumnya, urutan gambar jelas

ada untuk mendefinisikan narasi, mengintegrasikan teks keseluruhan, meskipun

ini bukan satu-satunya interaksi antara elemen-elemen ini.

Dalam Ensiklopedi Nasional (dalam Puspita 2008:29) disebutkan

pengertian komik adalah cerita bergambar serial sebagai perpaduan karya seni

Page 35: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

14

rupa atau seni gambar dan seni sastra. Di Perancis, orang menyebutnya sastra

ekspresi grafis. Komik berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak,

yang keseluruhannya merupakan rentetan satu cerita. Gambar-gambar itu

umumnya dilengkapi balon-balon ucapan dan kalanya masih disertai narasi

sebagai penjelasan.

Dari berbagai definisi tersebut, unsur utama komik merupakan gambar.

Namun, banyak juga beredar buku bacaan lain yang memuat banyak gambar dan

memiliki teks, namun teks hanya berupa narasi. Bacaan yang memiliki banyak

gambar dan memiliki teks tetapi teks percakapan tidak menggunakan balon, maka

buku tersebut bukanlah komik. Buku tersebut dikategorikan sebagai cerita

bergambar. Hal ini karena dalam komik terdapat unsur atau bagian yang

menjadikannya sebagai ciri khas yang membedakan komik dengan bacaaan

lainnya.

Berdasarkan berbagai defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komik

adalah gambar – gambar dalam panel – panel yang berderet, disertai balon – balon

teks yang membentuk sebuah cerita.

2.2.1.2 Manfaat Komik

Komik merupakan bacaan yang sangat akrab bagi kalangan pelajar.

Dibalik pelbagai pandangan negatif mengenai komik, tentu komik juga masih

memiliki manfaat.

Dalam arti yang luas, ternyata komik tidak hanya berarti buku berisi cerita

atau kisah. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1976:339), karena bentuknya

Page 36: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

15

yang menarik, komik juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan lain. Manfaat

komik antara lain : (a) penyampaian program pemerintah, misalnya keluarga

berencana, perbaikan gizi, kesehatan, dan sebagainya, (b) untuk memperkenalkan

peristiwa keagamaan berdasarkan kitap suci, (c) untuk menyatakan kritik terhadap

masalah yang sedang hangat dibicarakan, misalnya tentang kenaikan BBM, (d)

untuk menawarkan produk(iklan), (e) sebagai media pembelajaran. Seperti

menjelaskan konsep-konsep yang sangat abstrak dan memerlukan obyek yang

konkret ataupun nonkonkret pada beberapa mata pelajaran. Misalkan Fisika,

Kimia, Matematika, Bahasa Indonesia, Biologi, dan lain-lain. Selain itu, juga

untuk memberi penggambaran yang konkret pada masa lalu, pada satu kejadian

sejarah. Bahkan biografi tokoh juga dapat ditulis dalam bahasa komik, (f) untuk

anak yang memiliki kemampuan membaca terbatas, komik dapat,membantunya

memiliki pengalaman membaca yang menyenangkan, (g) komik dapat membantu

anak memngembangkan motivasi dan keterampilannya membaca, (h) komik

memperkenalkan kosakata kepada para pembacanya, (i) komik dapat digunakan

untuk menyebarluaskan propaganda, terutama propaganda yang menentang

prasangka, (j) komik memberikan anak kebebasan emosi yang tertahan pada anak,

(k) pengidentifikasian diri anak dengan tokoh pada Komik yang memiliki sifat

yang dikaguminya, (l) Komik dapat membantu anak memecahkan masalah sosial

dan pribadinya melalui wawasan pada identifikasi karakter dalam komik, (m)

Komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang supernatural dan hal-

hal yang bersifat gaib, (n) Komik memberikan rehat sejenak dari aktifitas rutin

anak, (o) Komik mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu membaca dan

Page 37: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

16

memahami artinya melalui gambar, (p) Komik dapat memberikan kontinuitas

membaca pada anak.

Berbagai manfaat yang telah disebutkan tersebut, orang tua maupun

pendidik dapat mengambil sisi posotif komik untuk menjadikan komik sebagai

media pembelajaran serta media pengenalan membaca bagi anak dan peserta

didik.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan manfaat komik dapat

dilihat dari berbagai bidang kehidupan yaitu untuk kepentingan pemerintahan,

pendidikan, psikis, dan periklanan.

2.2.1.3 Komik Sebagai Media Pembelajaran

Salah satu bacaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mengisi waktu

luang peserta didik yaitu komik. Komik yang dapat dibaca tidak hanya berupa

komik manga, namun juga komik yang mengandung unsur pembelajaran di

dalamnya. Membaca komik tidak hanya untuk mengisi waktu senggang, komik

juga dapat dijadikan media pembelajaran.

Komik sebagai media berbasis visual berperan sebagai alat yang

mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini

pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pelajar dan

sumber belajar. Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan

pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Hal tersebut

didukung oleh Sudjana dan Rivai (2007:68) menyatakan bahwa penggunaan

media komik dalam proses pembelajaran dapat menciptakan minat baca para

peserta didik, mengefektifkan proses pembelajaran, meningkatkan minat belajar

Page 38: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

17

dan meningkatkan apresiasi. Selain itu, media komik dapat digunakan secara

efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan minat, mengembangkan

perbendaharaan kata-kata dan keterampilan membaca, serta untuk memperluas

minat baca.

Mengacu pada salah satu pendekatan pembelajaran di bidang seni,

Education through Art (pendidikan melalui seni) merupakan pendekatan yang

paling cocok sebagai landasan dasarnya. Menurut Plato (dalam Ismiyanto 2010) ia

menulis dalam tesisnya bahwa “Art should be based education” yang artinya

sesungguhnya seni atau pendidikan seni memiliki peran dan fungsi yang penting

bagi pendidikan pada umumnya. Berdasarkan perspektif pendidikan, seni telah

dipandang sebagai alat atau sarana untuk mencapai sasaran pendidikan sehingga

banyak sekali bermunculan alternatif media pembelajaran dalam bentuk kesenian

salah satunya komik.

Pendekatan Education through Art itu pada dasarnya bukan menanamkan

pada peserta didik keterampilan di bidang seni melainkan lebih menekankan pada

proses belajar dalam materi tertentu. Dan seni sebagai medianya akan lebih

merangsang keingintahuan peserta didik untuk lebih mengeksplorasi dan

mengeksperimen 1tasi materi dan informasi yang disampaikan dengan suasana

yang menyenangkan. Pendekatan ini terasa sangat penting dan jelas peranannya

dalam rangka mengembangkan aspek-aspek kepribadian anak, karena secara

umum dapat memberikan keseimbangan kemampuan atau kecerdasan emosional-

rasional, intelektualitas serta sensibilitas.

Page 39: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

18

Komik sangat berpengaruh dalam memberi pemahaman yang cepat kepada

peserta didik tentang suatu hal yang bermuatan pendidikan, baik itu pendidikan

moral, agama, budaya maupun terkait dengan ilmu pengetahuan. Bahasa gambar

dan teksnya yang singkat dan jelas dapat membantu guru mengembangkan materi

dengan ilustrasi yang menarik perhatian peserta didik, dibandingkan dengan

hanya menggunakan tulisan saja. Media komik dalam pembelajaran di sekolah

ditujukan kepada peserta didik yang masih dalam tahap pengembangan dan masih

sangat membutuhkan bimbingan guru.

Marianthi (2013) dalam jurnalnya “From Digitised Comic Books To

Digital Hypermedia comic books: Their Use in Education” menjelaskan bahwa,

Point out comic books as motivational an educational tool can be used in a

variety of teaching and training settings. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa

Komik merupakan media pembelajaran yang mempermudah guru dan peserta

didik dalam kegiatan belajar mengajar, dengan adanya media komik siswa

termotivasi untuk lebih semangat dan aktif belajar.

Oleh karena itu, komik dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang

jelas, sederhana, dan mudah dipahami. Komik juga tersusun atas ilustrasi, gambar,

dan teks sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam pembelajaran. Selain

itu komik mempunyai kesan rekreatif dan edukatif bagi peserta didik sehingga

membangkitkan minat peserta didik dalam belajar.

Page 40: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

19

2.2.1.4 Langkah – langkah Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran

Menceritakan Isi Teks Fabel

Komik dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel digunakan sebagai

media yang membantu peserta didik memahami teks fabel. Fungsi atensi media

sebagai penarik perhatian dan memiliki lambang visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau

pesan yang terkandung dalam gambar ( Arsyad 2011: 20). Selain itu, kedudukan

media dalam pembelajaran adalah untuk membantu proses belajar mengajar di

kelas. Adapun langkah – langkah penggunaan media komik dalam pembelajaran

menceritakan isi teks fabel yaitu : 1) peserta didik membaca teks fabel yang sesuai

dengan teks fabel dalam komik, 2) peserta didik menganaisis unsur – unsur dalam

teks fabel yang telah dibaca, 3) peserta didik membaca dan mencermati media

komik, 4) peserta didik menyimak langkah – langkah melakukan praktik

menceritakan isi teks fabel, 5) peserta didik praktik menceritakan isi teks fabel

dengan menggunakan media komik.

2.2.2 Media Poster Berseri

Dalam subbab ini akan dipaparakan tentang pengertian poster berseri,

manfaat poster berseri, poster berseri sebagai media pembelajaran.

2.2.2.1 Pengertian Poster Berseri

Salah satu kekuatan yang tampak pada media grafis sebagai media

penyampai pesan yaitu poster. Poster mampu memengaruhi perilaku, sikap dan

tata nilai masyarakat untuk berubah atau melakukan sesuatu. Hal yang membuat

Page 41: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

20

poster memiliki kekuatan untuk dicerna oleh orang yang melihat karena poster

lebih menonjolkan kekuatan pesan, visual dan warna.

Poster perlu didesain dengan memperhatikan perpaduan antara

kesederhanaan dengan dinamika yang ada ditambah dengan warna yang mencolok

dan kekontrasan yang tinggi sehingga mudah terbaca.

Istilah poster berseri muncul sebagai bentuk penggambaran poster yang

terdiri atas beberapa rangkaian poster yang berhubungan satu sama lain dengan

satu pokok pembahasan tertentu.

Sudjana dan Rivai (2009:51), mengemukakan pengertian poster yaitu

sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat dengan warna, dan pesan

dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama

menanamkan gagasan yang berarti dalam ingatannya.

Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:45), poster adalah media yang

diharapkan mampu mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang

melihatnya. Poster merupakan media komunikasi yang efektif untuk

menyampaikan pesan singkat, padat, dan impresif, karena ukurannya yang relatif

besar.

Poster yang dibuat untuk pendidikan pada prinsipnya merupakan gagasan

yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan yang

dibuat dengan ukuran besar. Tujuannya untuk menarik perhatian, membujuk,

memotivasi, memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu

(Daryanto 2013:131).

Page 42: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

21

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan pengertian

poster berseri yaitu gambar visual yang terdiri atas beberapa rangkaian yang

saling berhubungan satu sama lain, kuat dengan warna dan pesan yang singkat

dan mudah diingat dan mampu memotivasi orang yang melihatnya.

2.2.2.2 Manfaat Poster Berseri

Poster berseri memiliki kekuatan dramatik yang begitu tinggi memikat dan

menarik perhatian. Poster banyak digunakan untuk kepentingan bisnis, promosi,

sosial dan penanaman nilai di masyarakat (Daryanto 2013:130).

Sudjana dan Rivai (2009:56) mengemukakan salah satu kegunaan poster

yaitu memberikan peringatan. Poster dapat berisi tentang peringatan terhadap

suatu pelaksanaan aturan hukum, aturan sekolah atau peringatan – peringatan

tentang sosial, kesehatan bahkan keagamaan

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan poster dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis dan promosi, memberikan peringatan

dalam bidang hukum, sosial, kesehatan dan agama.

2.2.2.3 Poster Berseri sebagai Media Pembelajaran

Kekuatan poster berseri dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pembelajaran. Banyak poster berseri yang dipasang dilingkungan sekolah baik di

luar kelas atau di dalam kelas yang bertujuan agar peserta didik dapat berperilaku

positif, berdisiplin baik, dan memiliki pengetahuan tentang suatu hal.

Poster berseri memiliki kekuatan dramatik yang begitu tinggi memikat dan

menarik perhatian. Poster berseri dapat menarik perhatian karena uraian yang

Page 43: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

22

memadai secara kejiwaan dan merangsang untuk dihayati (Sudjana dan Rivai

2009:56).

Poster berseri sebagai media pembelajaran memiliki kekuatan untuk

dicerna oleh orang yang melihat karena poster berseri lebih menonjolkan kekuatan

pesan, visual, dan warna. Poster berseri adalah media yang kuat dengan warna,

pesan dan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat, tetapi cukup

lama menanamkan gagasan yang berarti dalam ingatannya (Sudjana 2005 : 51;

Daryanto 2010:129).

Poster sebagai media pembelajaran berfungsi untuk memberikan motivasi

pada peserta didik, dan memberikan pengalaman kreatif daam pembelajaran

(Daryanto 2013: 131).

Penggunaan poster untuk pembelajaran dapat dilakukan dengan

menggunakan poster sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Dalam hal

ini, poster digunakan saat guru menerangkan sebuah materi kepada peserta didik.

Begitu halnya peserta didik dalam mempelajari materi menggunakan poster yang

disediakan oleh guru. Poster yang digunakan ini harus relevan dengan tujuan dan

materi. Poster disediakan guru, baik dengan cara membuat sendiri maupun dengan

cara membeli/ menggunakan yang sudah ada. Misalnya, guru membelajarkan

peserta didik tentang teknik menulis karangan naratif tentang pentingnya buang

sampah pada tempatnya. Kemudian, guru memasang sebuah poster tentang akibat

membuang sampah sembarangan. Guru menugaskan peserta didik untuk

mengamati poster tersebut, kemudian peserta didik diperintahkan untuk membuat

karangan berdasarkan poster tersebut (Daryanto 2013:131).

Page 44: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

23

Dapat disimpulkan poster berseri sebagai media pembelajaran dapat

digunakan sebagai alat bantu menyampaikan materi atau sebagai bahan yang

dikaji dalam pembelajaran.

2.2.2.4 Langkah – langkah Penggunaan Media Poster Berseri dalam

Pembelajaran Menceritakan Isi Teks Fabel

Komik dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel digunakan sebagai

media yang membantu peserta didik memahami teks fabel. Fungsi kompensatoris

media visual yaitu memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu

peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi

dalam teks dan mengingatnya kembali ( Arsyad 2011: 21). Selain itu, kedudukan

media dalam pembelajaran adalah untuk membantu proses belajar mengajar di

kelas. Adapun langkah – langkah penggunaan media komik dalam pembelajaran

menceritakan isi teks fabel yaitu : 1) peserta didik membaca teks fabel yang sesuai

dengan teks fabel dalam poster berseri, 2) peserta didik menganaisis unsur – unsur

dalam teks fabel yang telah dibaca, 3) peserta didik membaca dan mencermati

media poster berseri, 4) peserta didik menyimak langkah – langkah melakukan

praktik menceritakan isi teks fabel, 5) peserta didik praktik menceritakan isi teks

fabel dengan menggunakan media poster berseri.

Page 45: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

24

2.2.3 Persamaan dan Perbedaan Komik dan Poster Berseri

Pemilihan media komik dan poster berseri dalam penelitian ini tentu

memiliki alasan yaitu karena keduanya hampir sama. Namun, walau demikian

tetap terdapat perbedaan dan persamaan dalam media tersebut. Berikut persamaan

dan perbedaan dalam media komik dan poster berseri.

Persamaan media komik dan poster berseri yaitu keduanya merupakan

media berjenis visual, sama – sama memiliki gambar dan warna yang kontras,

menggunakan kata – kata dalam menjelaskan maksud gambar, memiliki urutan

peristiwa dalam cerita.

Adapun perbedaan media Komik dan Poster Berseri yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Komik dan Poter Berseri

No

Aspek Pembeda

Media

Komik Poster Berseri

1. Berdasarkan ada

tidaknya alur

Terdapat alur yang

menonjol.

Tidak terdapat alur

yang menonjol.

2. Bahasa yang

digunakan

Bahasa sehari – hari. Bahasa singkat dan

mudah dipahami.

3. Penggunaan ilustrasi Banyak, sesuai

setting cerita.

Tidak perlu banyak.

4. Sifat Menarik dan mudah

dimengerti.

Menarik, berani,

langsung, dan

Page 46: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

25

menimbulkan

kejutan.

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan Komik

dan Poster Berseri adalah keberadaan alur yang menonjol, keefektifan bahasa

yang digunakan, banyaknya penggunaan ilustrasi, dan sifat kemenarikannya bagi

pembaca.

2.2.4 Model Instruksi Langsung

Dalam subbab ini dipaparkan pengertian, prinsip, sintak, dampak

instruksional dan pengiring, sistem sosial, sistem dukungan, dan langkah –

langkah pembelajaran model instruksi langsung.

2.2.4.1 Pengertian Model Instruksi Langsung

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instruksi terstruktur yang

disampaikan guru kepada peserta didik biasa dilakukan dalam pembelajaran.

Misalnya peserta didik diminta untuk mengerjakan sesuatu atau melakukan

tindakan tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut disebut dengan

pembelajaran dengan model instruksi langsung.

Joyce, et. al. (2011:423), mengemukakan bahwa istilah “instruksi

langsung” telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk merujuk pada suatu

model pengajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau

keterampilan baru terhadap peserta didik. Penjelasan ini dilanjutkan dengan

Page 47: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

26

meminta peserta didik menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik di

bawah bimbingan guru (praktik yang terstruktur, controlled practice), dan

mendorong peserta didik meneruskan praktik di bawah bimbingan guru (praktik

yang dibimbing, guided practice).

Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang

proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yaitu

pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu (Killen dalam Yamin

dan Ansari 2012:66). Pengetahuan prosedural berkenaan dengan bagaimana tata

urutan yang baik dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran langsung

ditujukan untuk menyampaikan rangkaian pembelajaran secara urut dan

sistematis.

Model pembelajaran instruksi langsung memainkan peran yang terbatas

namun penting dalam program pendidikan yang komprehensif. Instruksi langsung

memiliki track record empiris yang relatif solid. Huda (2014:135) menjelaskan

beberapa keunggulan terpenting dari instruksi langsung adalah adanya fokus

akademik, arahan dan eksperimen 1 2 guru, harapan yang tinggi terhadap

perkembangan siswa, sistem manajemen waktu, dan atmosfer akademik yang

stabil. Fokus akademik berarti prioritas tertinggi terhadap penugasan dan

penyelesaian tugas akademik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fokus

yang kuat terhadap permasalahan akademik dapat menciptakan keterlibatan siswa

yang semakin kuat sehingga memajukan dan memajukan prestasi mereka.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

model instruksi langsung adalah model pembelajaran yang dirancang secara

Page 48: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

27

khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik tentang pemahaman konsep

atau keterampilan tertentu berkenaan dengan bagaimana orang melakukan

sesuatu, pemberian arahan guru untuk praktik secara terstruktur di bawah

bimbingan guru.

2.2.4.2 Prinsip Model Instruksi Langsung

Prinsip – prinsip rancangan instruksional fokus pada konseptualisasi

performa pembelajar ke dalam tujuan – tujuan dan tugas – tugas, menguraikan

tugas – tugas tersebut ke dalam komponen – komponen yang lebih kecil,

mengembangkan aktivitas – aktivitas latihan yang memastikan adanya

penguasaan terhadap masing – masing komponen, dan pada akhirnya menyusun

seluruh situasi pembelajaran ke dalam rangkaian – rangkaian yang memastikan

adanya transfer antarsatu komponen dan komponen lain serta terpenuhinya

prasyarat pembelajaran sebelum menapaki level pembelajaran yang lebih tinggi.

Joyce, et. al. (2011:426 - 427), menjelaskan prinsip – prinsip model

instruksi langsung berkaitan erat dengan praktik dalam situasi bantuan yang

berbeda – beda. Prinsip – prinsip instruksi yaitu sebagai berikut.

Pertama, ketika peserta didik pertama kali dikenalkan skill atau konsep

baru, guru membuat pengelompokan dan memaparkan beberapa langkah tertentu

pada peserta didik untuk bisa terhindar dari masalah. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui sedikit kesalahan yang mungkin ada dalam langkah awal

pembelajaran, semisal saat peringatan tidak cukup berpengaruh untuk

meningkatkan dan mengarahkan perilaku yang tidak benar, dan saat kesalahan

justru memperkuat informasi yang salah. Setelah melewati praktik yang

Page 49: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

28

terstruktur, peserta didik melaksanakan praktik dengan cara mereka sendiri,

sedangkan guru memantau peserta didik. Selama masa ini, guru memberikan

respons balik yang korektif terhadap kesalahan yang diperbuat selain menguatkan

dan menegaskan praktik yang benar. Ketika peserta didik bisa melaksanakan

praktik dengan akurasi yang tinggi, mereka sebenarnya sudah siap untuk

melaksanakan praktik mandiri, yakni melakukan praktik tanpa bantuan siapa pun.

Prinsip kedua, berdasarkan panjang atau lamanya sesi masing – masing

praktik. Penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, semakin sering

seseorang mempraktikkan sebuah skill, maka akan semakin lama waktu yang ia

butuhkan untuk melupakannya. Prinsip umum yang menentukan panjangnya

waktu yang direkomendasikan untuk praktik ini adalah : periode praktik yang

singkat, intensif, dan dengan semangat tinggi akan menghasilkan pembelajaran

yang lebih baik dibandingkan praktik yang sedikit dengan periode praktik yang

lebih lama.

Prinsip ketiga adalah kebutuhan untuk memantau tahap awal praktik,

karena performa yang tidak benar dalam tahap ini akan sangat mengganggu

pembelajaran. Peserta didik membutuhkan respons balik yang korektif untuk

mencegah prosedur yang tidak benar menancap dan berkarat dalam ingatan

mereka. Respons balik korektif yang segera diberikan yakni informasi bagaimana

menampilkan hal yang benar akan menghilangkan kesalahan dalam memahami

konsep pada tahap – tahap awal proses pengajaran. Respons balik ini juga dapat

menghilangkan rasaa was – was pada peserta didik dalam melaksanakan praktik.

Page 50: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

29

Prinsip keempat adalah mendorong siswa untuk bisa mencapai 85 hingga

90 persen tingkat akurasi pada tingkatan praktik sebelum membahas pelajaran

selanjutnya.

Model ini menunjukkan bimbingan dan respons balik secara langsung.

Model ini menuntut siswa untuk mendekati materi akademik secara sistematis.

Rancangannya dibentuk untuk meningkatkan dan memelihara motivasi melalui

aktivitas pengendalian diri dan penguatan ingatan terhadap materi – materi yang

telah dipelajari (Huda 2014:138).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan prinsip model

instruksi langsung yaitu adanya pengelompokan untuk pemahaman konsep atau

skill tertentu, praktik terstruktur, pemantauan pada tahap praktik, serta pemberian

dorongan untuk mencapai keberhasilan praktik.

2.2.4.3 Sintak Model Instruksi Langsung

Tugas guru dalam model instruksi langsung adalah menyediakan

pengetahuan mengenai hasil – hasil, membantu peserta didik mengandalkan diri

mereka sendiri, dan melakukan penguatan.

Huda (2014: 136 - 137), mengemukakan sintak model instruksi langsung

yaitu: orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik dibawah bimbingan

guru, praktik mandiri.

Berikut penjelasan sintak model instruksi langsung menurut Huda.

Orientasi, tahap ini terdiri atas: a) guru menentukan materi pembelajaran, b) guru

meninjaumateri sebelumnya, c) guru menentukan tujuan pembelajaran, d) guru

menentukan prosedur pengajaran.

Page 51: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

30

Presentasi, tahap ini terdiri atas: a) guru menjelaskan konsep

ataupengetahuan baru, b) guru menyajikan representasi visual atas tugas yang

diberikan, c) guru memastikan pemahaman.

Praktik yang terstruktur, pada tahap ini terdiri atas: a) guru menuntun

kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah, b) siswa

merespons pertanyaan, c) guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan

memperkuat praktik yang telah benar.

Praktik di bawah bimbingan guru, pada tahap ini terdiri atas: a) siswa

berpraktik secara semi-independen, b) guru menggilir siswa untuk melakukan

praktik dan mengamati praktik, c) guru memberikan tangggapan balik berupa

pujian, bisikan, maupun petunjuk.

Praktik mandiri, pada tahap ini terdiri atas: a) siswa melakukan praktik

secar mandiri di kelas, b) guru menunda respon balik dan memberikannya pada

akhir rangkaian praktik, c) praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode

waktu yang lama.

Joyce et. al. (2011:427 – 429), mengemukakan sintak model instruksi

langsung, yaitu terdiri atas lima tahap aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktik

yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan praktik mandiri.

Berikut penjelasan sintak model instruksi langsung.

1. Orientasi

Orientasi merupakan tahap pertama di mana kerangka kerja pelajaran

dibangun. Selama tahap ini, guru menyampaikan harapan dan keinginannya,

menjelaskan tugas – tugas yang ada dalam pembelajaran, dan menentukan

Page 52: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

31

tanggung jawab peserta didik. Ada tiga tahap penting yang perlu dilakukan untuk

mencapai tujuan pada tahap orientasi, yaitu: 1) guru memaparkan maksud dan

dari pelajaran dan tingkat – tingkat performa dalam praktik; 2) guru

menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan atau

pengalaman sebelumnya; 3) guru mendiskusikan prosedur – prosedur pelajaran

yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab peserta didik

selama aktivitas – aktivitas ini berlangsung.

2. Presentasi

Tahap presentsi yaitu tahap menjelaskan konsep atau skill baru dan

memberikan pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep

baru, maka guru harus mendiskusikan karaktristik – karakteristik dari onsep

tersebut, aturan - aturan dan pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika materinya

adalah skill baru, maka hal yang harus disampaikan guru adalah langkah –

langkah untuk memiliki skill tersebut dengan menyajikan contoh di setiap

langkah.

3. Praktik Terstruktur

Pada tahap ini guru menuntun peserta didik melalui contoh – contoh

praktik dan langkah – langkah di dalamnya. Biasanya, peserta didik

melaksanakan praktik dalam sebuah kelompok, dan menawarkan diri untuk

menulis jawaban. Cara yang paling baik adalah menggunakan proyektor,

menyajikan contoh praktik secara transparan dan terbuka, sehingga semua peserta

didik bisa melihat bagaimana tahap – tahap praktik dilalui. Peran guru dalam

tahap ini adalah memberi respons balik terhadap responspeserta didik, baik untuk

Page 53: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

32

menguatkan respons yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan

mengarahkan peserta didikpada performa praktik yang tepat. Jika guru telah

mampu menjalankan fungsi tersebut dengan baik dan bisa memberikan contoh

praktik yang benar, bisa dipastikan bahwa peserta didik akan mampu memahami

segala langkah dalam praktik sehingga mereka bisa mengandalkan pengetahuan

tersebut sebagai rferensi utama sebelum menjalani tahap praktik semi-

independen.

4. Praktik di Bawah Bimbingan

Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

melakukan praktik dengan kemauan mereka sendiri. Praktik di bawah bimbingan

memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik dalam menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasanya dilakukan

dengan cara membantu meminimalisasi jumlah dan ragam kesalahan yang

dilakukan peserta didik. Peran guru adalah mengontrol kerja peserta didik, dan

memberikan respons yang korektif ketika dibutuhkan.

5. Praktik Mandiri

Pada tahap ini, peserta didik melakukan praktik dengan caranya sendiri

tanpa bantuan dan respons balik dari guru. Praktik mandiri ini ditinjau sesegera

mungkin setelah peserta didik menyelesaikan seluruh proses. Hal ini dilakukan

untuk memperkirakan dan mengetahui apakah level akurasi peserta didik telah

stabil ataukah tidak, serta untuk memberikan respons balik yang sifatnya korektif

di akhir praktik terhadap mereka yang membutuhknnya. Tujuan praktik mandiri

Page 54: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

33

adalah memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman

peserta didik terhadap praktik – praktik sebelumnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintak model

instruksi langsung yaitu: orientasi, presentasi, praktik terstruktur, praktik di bawah

bimbingan, dan praktik mandiri.

2.2.4.4 Dampak Instruksional dan Pengiring Model Instruksi Langsung

Model instruksi langsung menitikberatkan pada bimbingan dan pemberian

respon balik secara langsung. Model ini mendekati materi akademik secara

sistematis. Rancangannya dibentuk untuk meningkatkan dan memelihara motivasi

melalui aktivitas mengandalkan diri sendiri dan penguatan terhadap materi –

materi yang telah dipelajari.

Joyce et. al. (2011: 430), mengemukakan dampak instruksional model

instruksi langsung yaitu ; (1) penguasaan terhadap materi akademik dan

keterampilan; (2) motivasi siswa; (3) kemampuan memberikan langkah cepat.

Sedang dampak pengiringnya yaitu penghargaan diri siswa.

Huda (2014: 138), mengemukakan dampak instruksional model instruksi

langsung yaitu menuntut siswa mendekati materi akademik secara sistematis,

memelihara motivasi melalui aktivitas pengendalian diri dan penguatan ingatan

terhadap materi – materi yang telah dipelajari. Adapun dampak pengiring model

ini yaitu memperkaya penghargaan diri siswa melalui respons-balik yang positif.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan dampak

instruksional model instruksi langsung yaitu penguasaan materi akademik atau

Page 55: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

34

keterampilan, memotivasi siswa. Adapun dampak pengiring model ini yaitu

adanya penghargaan terhadap diri siswa.

2.2.4.5 Sistem Sosial Model Instruksi Langsung

Sistem sosial dalam model instruksi langsung ini benar – benar terstruktur.

2.2.4.6 Sistem Pendukung Model Instruksi Langsung

Lingkungan instruksi langsung adalah tempat di mana pembelajaran

menjadi fokus utama dan tempat di mana siswa terlibat dalam tugas – tugas

akademik dalam waktu tertentu untuk mencapai rating kesuksesan yang tinggi.

Iklim sosial dalam lingkungan ini harus diciptakan secara positif dan bebas dari

pengaruh negatif.

Adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan model

instruksi langsung yaitu kelas yang dilengkapi dengan proyektor dan laptop atau

komputer untuk menyampaikan materi.

2.2.4.7 Langkah – langkah Pembelajaran Model Instruksi Langsung

Joyce at al (2011:431), menjabarkan tahap – tahap model instruksi

langsung dalam pembelajaran. Berikut tahap – tahap model instruksi langsung.

a) Tahap Pertama : Orientasi

Adapun langkah – langkah dalam tahap pertama yaitu; (a) Guru

menentukan materi pelajaran, (b) Guru meninjau pelajaran sebelumnya, (c) Guru

menentukan tujuan pelajaran, (d) Guru menentukan prosedur pengajaran.

Page 56: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

35

b) Tahap Kedua : Presentasi

Adapun langkah – langkah dalam tahap kedua yaitu; (a) Guru menjelaskan

konsep atau keterampilan baru, (b) Guru menyajikan representasi visual atas

tugas yang diberikan, (c) Guru memastikan pemahaman.

c) Tahap Ketiga : Parktik yang Terstruktur

Adapun langkah – langkah dalam tahap ketiga yaitu; (a) Guru menuntun

kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah, (b) Siswa

merespons pertanyaan, (c) Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan

memperkuat praktik yang telah benar.

d) Tahap Keempat : Praktik di Bawah Bimbingan Guru

Adapun langkah – langkah dalam tahap keempat yaitu; (a) Siswa

berpraktik secara semi – independen, (b) Guru menggilir peserta didikuntuk

melakukan praktik dan mengamati praktik, (c) Guru memberikan tanggapan

balik berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk.

e) Tahap Kelima : Praktik Mandiri

Adapun langkah – langkah dalam tahap kelima yaitu; (a) Peserta didik

melakukan praktik secara mandiri di rumah atau di kelas, (b) Guru menunda

respons balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik, (c) Praktik mandiri

dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama.

2.2.5 Keterampilan Menceritakan Isi Teks Fabel

Dalam subbab ini dipaparkan tentang pengertian menceritakan isi teks

fabel, pengertian teks fabel, struktur dan kaidah bahasa.

Page 57: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

36

2.2.5.1 Pengertian Menceritakan Isi Teks Fabel

Menceritakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia offline artinya

menuturkan cerita kepada orang lain. Isi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

offline adalah sesuatu yg ada termuat, terkandung di dalam suatu benda; volume,

apa yg tertulis di dalamnya, dan inti atau bagian yg pokok dari suatu wejangan. Isi

dalam teks fabel yaitu pesan yang secara implisit terdapat dalam teks fabel. Pesan

tersebut tidak disampaikan secara langsung, melainkan melalui penggambaran

peristiwa, konflik, periaku tokoh dalam menghadapi konflik baik yang terlihat

dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang terjadi dalam pikirannya

(Nurgiyantoro 2010:339). Teks fabel adalah salah satu bentuk cerita tradisional

yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita dengan struktur tersendiri

(Nurgiyantoro 2010:190).

Jadi, menceritakan isi teks fabel adalah menuturkan cerita tentang tokoh –

tokoh binatang dalam suatu peristiwa, serta menyampaikan pesan yang secara

implisit terdapat dalam teks fabel kepada orang lain.

Menceritakan isi teks fabel adalah kegiatan bercerita yang dilakukan

seseorang setelah membaca teks fabel disertai isi, pesan, nilai, dan amanat yang

terkandung dalam fabel. Isi atau pesan atau nilai dalam teks fabel dapat

disimpulkan setelah seseorang selesai membaca keseluruhan teks fabel. Isi

tersebut adalah penggambaran dalam kehidupan manusia yang ingin disampaikan

kepada pembaca secara halus dan tidak menyinggung pembaca. Penyimpulan isi

dalam teks fabel dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Cara

penyampaian langsung berarti langsung dijelaskan isi atau inti ceritanya.

Page 58: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

37

Sementara cara penyampaian secara tidak langsung yaitu melalui peristiwa –

peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa

konflik itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang

hanya terjadi dalam pikiran dan perasaannya (Nurgiyantoro 2010:339).

Menceritakan isi teks fabel termasuk dalam kegiatan berbicara. Berbicara

bagi peserta didik menggambarkan tingkat pemahaman terhadap suatu materi.

Berbicara untuk menceritakan isi teks fabel dilakukan dalam sebuah kelas pada

sebuah kelompok studi. Berbicara pada kelompok studi merupakan suatu

penampilan khusus oleh seorang yang mempunyai kapasitas, yang diikuti dengan

pertanyaan – pertanyaan atau komentar – komentar dari pendengar. Berbicara

dalam kelompok studi merupakan bentuk yang paling cocok dan serasi bagi

situasi – situasi di mana pendengar menginginkan pengetahuan mengenai uatu

pokok tertentu (Powers dalam Tarigan 2008:42).

Dalam berbicara ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan sebelum

melakukan praktik berbicara.Christine Doddington dalam artikelnya “Entitled to

Speak: Talk in the Classroom” menjelaskan sebagai berikut.

To develop effective speaking and listening pupils should be taught to use

the vocabulary and grammar of standard;formulate, clarify and express

their ideas;adapt their speech to a widening range of circumstances and

demands;listen, understand and respond appropriately to others (DFE

1995, p. 2).

Page 59: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

38

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa untuk berbicara secara efektif ada

beberapa hal yang perlu dikembangkan yaitu :menggunakan kosa kata dan tata

bahasa yang standar; merumuskan, dan menjelaskan serta mengekspresikan ide –

ide mereka, beradaptasi bicara ke berbagai keadaan dan tuntutan, mendengarkan,

memahami dan menanggapi dengan tepat kepada orang lain.

Menceritakan isi teks fabel merupakan salah satu kegiatan berbicara yaitu

mengemukakan isi bacaan. Mengemukakan isi bacaan merupakan bentuk wicara

yang bertujuan untuk melatih wicara sekaligus untuk meningkatkan minat baca.

Dalam kegiatan ini, peserta didik harus membaca terlebih dahulu, karena tanpa

membaca dia tidak mungkin bisa melaporkan isi bacaan. Garis besar bacaan yang

akan dikemukakan berkaitan dengan: siapa saja tokoh dalam cerita, di mana

tempat kejadian tersebut, dan bagaimana jalan ceritanya secara ringkas (Saksomo

2010:65).

Dalam menceritakan isi teks fabel ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan. Apabila aspek tersebut tidak terkandung dalam kegiatan

menceritakan isi teks fabel maka kegiatan menceritakan isi teks fabel tersebut

akan tidak maksimal. Adapun aspek menceritakan kembali isi fabel yaitu ; a)

mengurutkan isi cerita fabel, b) menceritakan kembali isi fabel secara lisan.

Adapun indikator menceritakan kembali isi teks fabel yaitu ; a) menentukan tokoh

dan watak tokoh, b) menentukan rangkaian peristiwa. Dalam keterampilan

menceritakan kembali isi fabel hal yang perlu diperhatikan adalah ; a) kelancaran

penceritaan, b) ketepatan isi dengan cerita yang dibaca, c) intonsi dan kejelasan

Page 60: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

39

lafal, d) kepercayaan diri (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 : 104;

207 - 208).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan menceritakan isi teks

fabel yaitu kegiatan berbicara mengemukakan isi bacaan yang terdapat pada teks

fabel yang telah dibaca yang dilakukan dalam kelompok studi dengan

memperhatikan aspek bercerita yaitu: kelancaran penceritaan, ketepatan isi

dengan cerita yang dibaca, intonasi dan kejelaan lafal, serta kepercayaan diri.

2.2.5.2 Pengertian Teks Fabel

Teks adalah satuan bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu

kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang

lengkap (Mahsun 2014:1).

Hal tersebut merujuk kepada pencirian teks yang wujudnya dapat berupa

bahasa yang dituturkan atau dituliskan, atau juga bentuk bentuk sarana lain yang

digunakan untuk menyatakan apa saja yang dipikirkan. Teks digunakan untuk

pernyataan suatu kegiatan sosial dengan struktur berpikir yang lengkap, maka

setiap teks memiliki struktur tersendiri. Membahas soal teks tidak dapat

dilepaskan dari genre teks. Genre didefinisikan sebagai jenis teks yang berfungsi

menjadi rujukan agar suatu teks dapat dibuat lebih efektif, baik dari segi ketepatan

tujuan maupun ketepatan pemilihan dan penyusunan elemen teks, dan ketepatan

penggunaan unsur tata bahasanya.

Page 61: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

40

Cerita anak memiliki banyak jenis. Ada cerita fantasi, cerita tradisional,

dan dongeng. Cerita tersebut banyak ditemui pada media elektronik seperti

televisi dan internet.

Dari sekian banyak cerita atau dongeng, cerita fabellah yang dikenal baik

di kalangan anak-anak maupun orang tua. Fabel adalah salah satu jenis karya

sastra. Cara memahaminya, teks cerita fabel ditempatkan dalam orientasi yang

saling berkaitan dan mempunyai hubungan dengan konteks, yaitu pengarang,

pembaca, dan dunia nyata. Dalam fabel salah satu hubungan yang dominan, yaitu

hubungan pengarang dengan pembaca yakni sebagai tempat pengarang ingin

menyampaikan pesannya (Sastriyani 1998:39).

Fabel umumnya bersifat universal, artinya dapat diterima di daerah mana

pun tanpa menghiraukan batas-batas geografis, politik, dan sebagainya. Menurut

Dandrey (dalam Sastriyani 1998:39) moralitas diungkapkan dalam cerita-cerita

fabel dengan bijaksana dan secara universal. Perancis memiliki kekayaan teks

cerita fabel . Cerita-cerita fabel di Perancis mengandung ajaran-ajaran moral yang

sangat berguna, bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Cerita teks fabel tumbuh di mana-mana. Fabel disukai masyarakat karena

tidak suka memberitahukan sesuatu hal secara langsung kepada pokok persoalan

dan pemberitahuan yang bagaimana pun isinya lebih disukai melalui isyarat atau

sindiran. Hal itu diistilahkan oleh Hooykas (dalam Sastriyani 1998:39) dengan

memakai bentuk-bentuk yang terselubung.

Ajaran-ajaran teks fabel perlu diungkap mengingat suatu bangsa tidak bisa

lepas dari krisis kualitas moral masyarakat. Pendidikan dikatakan berhasil jika

Page 62: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

41

masyarakat mempunyai pribadi-pribadi yang bermoral dan berkepribadian baik.

Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai teks cerita fabel.

Banyak satrawan dan penulis dunia yang juga memanfaatkan bentuk fabel

dalam karangannya. Salah seorang pengarang fabel yang terkenal adalah Michael

de La Fontaine dari Perancis. Biasanya pada cerita fabel tersirat moral atau makna

yang lebih mendalam. Fabel merupakan dongeng yang mengangkat binatang

sebagai tokoh dalam cerita, yang bisa berbicara dan bertingkah laku seperti

manusia. Sebagai lambang pengajaran moral fabel biasa disebut sebagai cerita

binatang.

Dipodjojo (dalam Sastriyani 1998:39) menyatakan bahwa teks cerita fabel

atau lebih jelasnya cerita binatang adalah cerita yang pelaku-pelakunya diberi jiwa

seperti manusia. Jika orang membaca cerita fabel, seolah-olah dibawa ke satu

masyarakat yang tak ada bedanya dengan manusia, hanya saja pelaku-pelakunya

binatang. Selain itu, teks cerita fabel juga merupakan teks persuasif. Melalui

tokoh binatang, pengarang ingin mempengaruhi pembaca agar mencontoh yang

baik dan tidak mencontoh yang tidak baik, Sugihastuti (dalam Sastriyani

1998:39).

Lebih khusus, Danandjaja (2002:86) mengemukakan dongeng binatang

(fabel) adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar,

seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan, dan serangga.

Binatang-binatang itu dalam cerita ini dapat berbicara dan berakal budi seperti

manusia. Sejalan dengan itu, bahwa cerita fabel adalah dongeng tentang

kehidupan binatang yang digambarkan dan bisa bicara seperti manusia, biasanya

Page 63: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

42

bersifat sindiran, atau kiasan. Cerita-cerita fabel sangat luwes digunakan untuk

menyindir perilaku manusia tanpa membuat manusia tersinggung (Priyono

2006:26).

Adapun Nurgiyantoro (2010:190) menjelaskan bahwa cerita binatang

(fable, fabel) adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang menampilkan

binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan

berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan permasalhan hidup

layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara,

bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan

bahasa manusia. Cerita binatang seolah-olah tidak berbeda halnya dengan cerita

lain, dalam arti cerita dengan tokoh manusia, selain bahwa cerita itu menampikan

tokoh binatang.

Huck dan Mitchell dalam Nurgiyantoro (2010:191) juga berpendapat

bahwa cerita binatang hadir sebagai personifikasi tokoh manusia, baik yang

menyangkut penokohan lengkap dengankarakternya maupun persoalan hidup

yang diungkapnya. Artinya, manusia dan berbagai persoalannya diungkapkan

melalui binatang. Jadi, cerita ini pun juga berupa kisah tentang manusia dan

kemanusiaan yang juga ditujukan kepada manusia. Tetapi dengan komunitas

perbinatangan. Tujuan cerita ini jelas, yaitu untuk memberikan pesan-pesan moral

para tokoh binatang itu hanya dijadikan sarana, personifikasi, untuk memberikan

pelajaran moral tersebut. Tujuan pemberian moral inilah yang menjadi fokus

penceritaan dan sekaligus yang menyebabkan hadirnya cerita binatang di tengah

masyarakat.

Page 64: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

43

Cerita ini berkaitan dengan dunia binatang dan tidak secara langsung

menunjuk manusia, dan karenanya bersifat impresional, pesan moral atau kritik

yang ingin disampaikan menjadi lebih bersifat tidak langsung. Hal tersebut

menjadikan pembaca menjadi lebih senang dan menikmati, walaupun termasuk

yang terkena kritikkan menjadi tidak terasa serta-merta karena baik yang

memberikan kritik dan pesan maupun yang dituju adaah sama-sama binatang. Hal

itu pula yang menyebabkan cerita binatang menjadi amat populer, disenangi anak-

anak dan orang dewasa, serta bersifat universal.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian

teks fabel adalah teks yang menunjukkan penggambaran unsur moral dan karakter

manusia dan kritik tentang kehidupan yang diperankan oleh binatang yang

memiliki struktur yang lengkap baik secara lisan maupun tulis.

2.2.5.3 Struktur dan Kaidah Bahasa Teks Fabel

Fabel merupakan cerita yang bersifat universal, ditemukan di berbagai

masyarakat di dunia. Fabel termasuk dalam jenis teks naratif. Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (2016:199) menjelaskan truktur teks naratif secara

umum yaitu: orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda.

Berikut adalah struktur teks fabel.

Page 65: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

44

1. Orientasi

Orientasi berfungsi sebagai tempat penulis memperkenalkan latar atau

setting, serta memperkenalkan tokoh dalam cerita fabel. Selain itu, orientasi

dapat menjadi tempat penulis menguraikan latar belakang konflik yang terjadi

dalam cerita, lengkap dengan keterangan waktunya. Sehingga orientasi

menjawab pertanyaan: apa yang terjadi, siapa tokoh atau pelakunya, di mana

tempatnya, dan kapan waktu kejadiannya. Meskipun hal-hal tersebut juga

akan ditemukan dalam komplikasi, namun ciri khas dari orientasi adalah

posisinya yang berada di awal tulisan (kecuali dalam alur flashback, serta

tidak ditampilkan konflik yang terjadi. Jadi, orientasi merupakan struktur

yang berisi pengenalan latar cerita yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan

suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

2. Komplikasi

Komplikasi berfungsi menyampaikan konflik yang terjadi dalam

cerita. Komplikasi menurut para ahli merupakan inti dari cerita Feez dan

Joyce 2003; Cristie dan Derewianka 2008 (dalam Zainurrahman 2011:39).

Komplikasi hampir sama dengan konflik. Komplikasi adalah elemen,

sedangkan konflik adalah konten. Menurut Tompkins 2008 (dalam

Zainurrahman 2011:40) konflik dibagi atas tiga jenis. Pertama, konflik yang

terjadi antara tokoh satu dengan tokoh yang lainnya. Kedua, konflik terjadi

Page 66: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

45

antara tokoh dengan lingkungan. Ketiga, konflik antara tokoh dengan dirinya

sendiri (internal conflict).

3. Resolusi

Resolusi berfungsi menggambarkan upaya tokoh untuk memecahkan

persoalan dalam komplikasi. Ketiadaan resolusi membuat cerita yang ditulis

terkesan menggantung pikiran pembaca. Adanya resolusi menyebabkan

pembaca seperti berkaca dan belajar dari cerita. Bagaimana tokoh

menyelesaikan persoalan. Penyelesaian masalah ini juga harus masuk akal

dengan pedoman andaikan binatang dan berperilaku seperti manusia.

4. Koda

Koda merupakan elemen yang bersifat opsional. Setiap fabel sudah

pasti memuat sejumlah pesan moral atau unsur pendidikan, itulah yang

disebut dengan koda. Namun, sifat opsional yang dimasud adalah apakah

pesan itu ditulis secara eksplisit, atau hanya disisipi secara implisit (tidak

langsung).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur teks fabel

terdiri atas: orientasi (pengenalan), komplikasi (munculnya masalah), resolusi

(penyelesaian masalah), dan koda.Koda dalam fabel bersifat tidak harus ada, pada

bagian ini berisi nilai moral yang diangkat secara eksplisit berkaitan dengan isi

cerita.

Keempat bagian struktur teks fabel tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.

Orientasi

(perkenala

n)

Komplikasi

Page 67: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

46

Bagan 2.1 Struktur Teks Fabel

Adapun kaidah bahasa teks fabel (Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan 2016:199) terdiri atas ; a) kalimat naratif / peristiwa, b) kalimat

langsung yang berupa dialog para tokoh, c) menggunakan kata sehari – hari dalam

situasi tidak formal (bahasa percakapan).

2.3 Kerangka Berpikir

Penggunaan media komik dan poster berseri dalam pembelajaran

menceritakan isi teks fabel belum diketahui keefektifannya. Penggunaan komik

dan poster berseri sama – sama memiliki keunggulan. Komik memiliki balon –

balon percakapan serta narasi yang mudah dipahami, sehingga peserta didik akan

lebih mudah menangkap pesan dalam teks fabel. Adapun poster berseri memiliki

ide pokok cerita dalam setiap rangkaiannya, sehingga pokok – pokok itu akan

membantu peserta didik dalam mengingat urutan cerita dalam teks fabel.

Page 68: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

47

Media komik merupakan media visual yang memungkinkan seorang

pembaca mengingat rangkaian peristiwa dalam cerita fabel, karena setiap tokoh

dan pembicaraan dalam komik sangat melekat dalam pemikiran peserta didik.

Selain itu, bentuk komik yang terdiri atas gambar – gambar tokoh yang memiliki

balon dialog, memungkinkan peserta didik lebih mudah dalam menyimpulkan

pesan yang terkandung di dalamnya, sehingga peserta didik dapat menyampaikan

pesan secara akurat. Jika peserta didik mampu menyampaikan peristiwa secara

terperinci dan pesan secara tepat maka dia akan mampu bercerita dengan baik.

Media poster berseri merupakan perpaduan antara kalimat yang singkat

dengan gambar yang sederhana. Keunggulan poster berseri tersebut menjadikan

poster berseri sebagai media yang memungkinkan peserta didik untuk mengingat

pokok – pokok peristiwa dalam cerita. Keunikan poster berseri tersebut dapat

membantu peserta didik dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel, karena

peserta didik dapat mengingat pokok – pokok cerita dalam teks fabel, sehingga

pada saat kegiatan berbicara yaitu menceritakan isi teks fabel peserta didik dapat

menyampaikan bacaannya secara maksimal.

Dengan menggunakan media komik dan media poster berseri peserta

didik dapat mengingat informasi berupa peristiwa – peristiwa dan pesan dalam

teks fabel. Apabila peserta didik mengingat isi cerita dengan baik, maka ia akan

dapat bercerita dengan penuh percaya diri, sehingga peserta didik dapat

dinyatakan berhasil melakukan praktik menceritakan isi teks fabel. Penggunaan

media pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik dalam

Page 69: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

48

memahami isi cerita fabel, sehingga dapat membantu peserta didik dalam kegiatan

menceritakan isi teks fabel.

Media komik lebih unggul daripada media media pister berseri. Secara

teoritis, media komik memiliki keunggulan yaitu memiliki balon – balon

percakapan dan rangkaian gambar beserta cerita yang mudah dipahami. Peserta

didik akan lebih mudah melakukan praktik menceritakan isi teks fabel

menggunakan media komik karena pada saat membaca teks fabel kemudian

praktik, pemahaman mereka terhadap teks fabel lebih maksimal. Sementara,

media poster berseri juga memiliki keunggulan yaitu ide – ide pokok yang

terdapat pada setiap rangkaian poster. Ide – ideo pokok tersebut akan

memudahkan peserta didik untuk mengingat urutan peristiwa dalam teks fabel.

Akan tetapi, media poster berseri yang terdiri atas rangkaian tersebut hanya akan

memudahkan peserta didik menceritakan isi teks fabel dan tidak memudahkan

peserta didik untuk memahami isi teks fabel secara maksimal. Oleh karena itu,

media komik lebih unggul daripada media poster berseri.

Dalam penelitian ini, diterapkan juga model pembelajaran instruksi

langsung pada kedua kelas eksperimen 1. Hal tersebut bertujuan untuk

mendorong kemampuan bercerita peserta didik supaya lebih baik, karena sintak

dalam model ini menuntun peserta didik untuk melakukan praktik – praktik.

Dari pemahaman terhadap penerapan model dan penggunaan kedua media

pembelajaran tersebut, diharapkan akan diketahui efektivitas kedua media

pembelajaran tersebut untuk pembelajaran menceritakan isi teks fabel pada

peserta didik kelas VII SMP Negeri 19 Semarang.

Page 70: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

49

Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat kerangka berpikir sebagai

berikut.

Penggunaan media komik dengan

penerapan model instruksi langsung

dalam pembelajaran menceritakan

isi teks fabel

Penggunaan media poster

berseri dengan penerapan

model instruksi langsung dalam

pembelajaran menceritakan isi

teks fabel

Posttest

Pretest

Keefektifan penggunaan media komik dan poster berseri dengan

penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

menceritakan isi teks fabel

Pembelajaran menceritakan

isi teks fabel

Page 71: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

50

Bagan 2.2 Paradigma Kerangka Berpikir

Keefektifan Penggunaan Media Komik dan Poster Berseri dengan Penerapan

Model Instruksi Langsung dalam Pembelajaran Menceritakan Isi Teks Fabel

pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 19 Semarang

2.4 Hipotesis

HI : Penggunaan media komik dengan penerapan model instruksi langsung

lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan media poster berseri

dengan penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel.

H0 : Penggunaan media poster berseri dengan penerapan model instruksi

langsung tidak lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan media

komik dengan penerapan model instruksi langsung dalam pembelajaran

keterampilan menceritakan isi teks fabel.

Page 72: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

133

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian berkaitan dengan keefektifan media komik

dan media poster berseri sebagai media pembelajaran menceritakan isi teks fabel

dengan model instruksi langsung dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan media komik dengan penerapan model instruksi langsung dalam

pembelajaran menceritakan isi teks fabel dinyatakan efektif. Keefektifan

tersebut dibuktikan dengan hasil uji t data pretest dan posttest kelas

eksperimen 1 pada aspek pengetahuan dengan t hitung > t tabel yaitu 2,060 >

1,693. Sementara pada aspek keterampilan, diperoleh t hitung 2,209 sehingga

2,209 > 1,693. Artinya, terdapat perbedaan keterampilan menceritakan isi

teks fabel pada peserta didik setelah diberi perlakuan dengan media komik

serta penerapan model instruksi langsung baik pada aspek pengetahuan

ataupun keterampilan. Penggunaan media komik efektif karena kehadiran

balon – balon percakapan yang membnetuk sebuah cerita akan membantu

peserta didik lebih mudah memahami isi teks fabel, sehingga peserta didik

dapat mencapai hasil yang maksimal saat praktik menceritakan isi teks fabel.

2. Penggunan media poster berseri dengan penerapan model instruksi langsung

dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel dinyatakan efektif.

Keefektifan tersebut dibuktikan dengan hasil uji t data pretest dan posttest

kelas eksperimen 2 pada aspek pengetahuan dengan t hitung > t tabel yaitu 2,115

Page 73: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

134

> 1,693. Sementara pada aspek keterampilan, diperoleh t hitung 2,059 sehingga

2,059 > 1,693. Artinya, terdapat perbedaan keterampilan menceritakan isi

teks fabel pada peserta didik setelah diberi perlakuan dengan media poster

berseri serta penerapan model instruksi langsung baik pada aspek

pengetahuan ataupun keterampilan. Penggunaan media poster berseri efektif

karena, ide – ide pokok yang terdapat pada setiap rangkaian poster dapat

membantu peserta didik untuk mengingat urutan peristiwa dala teks fabel.

3. Media komik dengan penerapan model instruksi langsung lebih efektif

digunakan daripada media poster berseri dengan penerapan model instruksi

langsung dalam pembelajaran menceritakan isi teks fabel. Keefektifan

tersebut dibuktikan dengan hasil uji t dengan t hitung 2,139 dan nilai Sig(2-

tailed) sebesar 0,024 sehingga t hitung > t tabel yaitu 2,139 > 1,693 dan Sig

0,024< 0,05 pada aspek pengetahuan, dan t hitung 2,221 dan Sig (2-tailed)

sebesar 0,30 sehingga t hitung > t tabel yaitu 2,221 > 1,693 dan 0,024 < 0,50

pada aspek keterampilan, maka dapat disimpulkan HI diterima dan H0 ditolak,

yang artinya terdapat perbedaan antara rata – rata prestasi belajar kelompok

eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2 dimana penggunaan media

komik pada kelompok eksperimen 1 lebih efektif daripada penggunaan media

poster berseri pada kelompok eksperimen 2.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian keefektifan penggunaan media komik

dan media poster berseri dengan penerapan model instruksi langsung dalam

Page 74: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

135

pembelajaran mencertakan isi teks fabel pada peserta didik kelas VII SMP Negeri

19 Semarang, saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut.

1) Guru hendaknya menggunakan media komik dan model instruksi langsung

atau media poster berseri dan model instruksi langsung dalam pembelajaran

mencertakan isi teks fabel. Apabila guru menggunakan media komik dengan

penerapan model instruksi langsung, guru harus mengelola waktu

pembelajaran dengan baik agar tidak menganggu materi lain. Apabila guru

memilih menggunakan media poster berseri dengan penerapan model

instruksi langsung, guru harus mempertimbangkan minat baca dan imajinasi

perseta didik terhadap cerita fabel, karena teks fabel dalam poster berseri

cenderung singkat sehingga membutuhkan imajinasi yang kuat untuk

menangkap isi teks fabel.

2) Bagi praktisi atau peneliti di bidang pendidikan, penelitian ini dapat

digunakan sebagai rujukan dan dapat dikaji lebih lanjut sehingga menambah

dan menyempurnakan alternatif media dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Page 75: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

137

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Arnum Wulandari, Pradhita. 2015. Keefektifan Teknik Papan Cerita dalam

Pembelajaran Memproduksi Teks Fabel pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri Patuk. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Cohn, Neil. 2005. “Un-Definising Comics: Separating The Cultural From

The Structural in Comics”.International Journal Of Comic Art.

Oktober 2005. Nomor 2. Vol. 7. Hlm 1.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng , dan

lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Graffiti.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial

Nurani Sejahtera.

Djamarah, Syaiful Bahri., Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dodington, Christine. 2001. “Entitled to Speak: Talk in the Classroom”.

Philosophy and Education Cambridge. Hlm. 267 – 274. Homerton

College: UK

Dwi Hapsari, Dyah, Sukarno, Joko Daryanto. 2012. “Media Komik untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan”. Surakarta: PGSD

FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Huda, Miftahul. 2014. Model – model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu

– isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce, Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. 2011. Models of

Teaching: Model – model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismiyanto. 2010. Strategi dan Model Pembelajaran Seni. Semarang :

Jurusan Seni Rupa UNNES. Diunduh pada hari Kamis, 17 Agustus

2017 di http://novianart.blogspot.com pukul 13.45 WIB.

Juanda, Nicholas Isac, Heru Dwi Waluyanto, dan Asnar Zacky. 2015.

“Perancangan Komik Pembelajaran Bertemakan Fabel untuk

Pembentukan Karakter pada Anak”. Student Journal Petra. Vol 1.

No 6. Surabaya: Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Page 76: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

138

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016.

Bahasa Indonesia Kelas VII Edisi Revisi. Jakarta: Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kusnida, Faris. 2015. Keefektifan Penggunaan Media Film Animasi dan

Media Komik Strip dalam Pembelajaran Menulis Cerpen yang

Bermuatan Nilai – nilai Karakter Berdasarkan Gaya Belajar

Peserta Didik Kelas VII. Tesis. Universitas Negeri Semarang.

Kustandi, Cecep, Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran Manual

dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kurt, Franz dan Bernhard Meier. 1994. Membina Minat Baca Anak. Edisi

ke 3. Diterjemahkan oleh: Soeparmo. Bandung: Rosdakarya.

Maiyena, Sri. 2013. “Pengembangan Media Poster Berseri Berbasis

Pendidikan Karakter untuk Materi Global Warming”. Jurnal

Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). Tahun 2013. Volume 3.

Nomor 1. Hlm. 18-26. Batusangkar: Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Batusangkar.

Mahsun. 2014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum

2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Marianthi, Vasilikopoulou. 2013. “From Digitised Comic Books to Digital

Hypermedia Comic Books: Their Use in Education”. Departement

of Technology Education and Digital Systems. Halaman 1 – 7.

University of Piraeus.

McCLoud, Scott. 2002. Understanding Comics. Jakarta: KPG.

Morrison, Timothy G, Gregory Bryan, dan George W. Chilcoat. 2002.

“Using Students: Generated Comic Books in The Classroom”.

Journal of Adolescent and Adult Literacy. Halaman 758 – 767.

USA: Bringham Young University.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010a. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia

Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

............... 2010b. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.

Puji Astuti, Arum. 2013. Peningkatan Ketremapilan Menulis Poster

Berseri dengan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Media

Scrapbook Bertema Konservasi Bahasa dan Budaya pada Siswa

Kelas VIII B SMP Negeri 2 Mertoyudan Magelang Tahun

Pelajaran 2012 / 2013. Skripsi. Universitas Negeri Semarang,

Semarang.

Page 77: KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN ...lib.unnes.ac.id/30146/1/2101413009.pdfKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DAN PO S TER BERSERI DENGAN PENERAPAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG DALAM

139

Puspita, Dwi Mety. 2008. Komik Sebagai Koleksi Perputakaan Umum

Kota Madya Jakarta Pusat. Skripsi. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka

Cipta.

Saksomo, Dwi. 2010. Wicara Individual. Malang: A3 (Asih Asah Asuh).

Sastriyani, R.A. Siti Hariti. 1998. “Ajaran Moral dalam Fabel Prancis”.

Humaniora. Nomor 9. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung:

Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wahyuningsih, Ary Nur. 2010. “Pengembangan Media Komik Bergambar

Materi Sistem Saraf untuk Pembelajaran yang Menggunakan

Strategi PQ4R”. Journal of Innovative Science Education. Vol 1,

No 2. Pekalongan: SMA N 1 Bojong, Pekalongan.

Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari (Ed). 2012. Taktik Mengembangkan

Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Referensi GP Press

Group.

Zaiunurrahman. 2011. Menulis : dari Teori Hingga Praktik (Penawar

Racun Plagiarisme). Bandung : Alfabeta.