58
BADAN PEMBANTU PIMPINAN DAN ORGANISASI OTONOM DALAM MUHAMMADIYAH PENYUSUN KELOMPOK III A N D I S I L P I A ARAFANI PUTRI YAMAN RR. YUNISA PUTRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012-2013

KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

BADAN PEMBANTU PIMPINAN DAN ORGANISASI OTONOM DALAM MUHAMMADIYAH

PENYUSUN

KELOMPOK IIIA N D I S I L P I A

ARAFANI PUTRI YAMANRR. YUNISA PUTRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012-2013

Page 2: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telangmelimpahkan ilmu dan hikmah kepada kita semua,sehinggakita dapat menjalankan tugas-tugas dengan baik. Semoga ALLAHberkenan senantiasa menambahkan ilmu dan iman kita, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai waktu dengan judul “ Badan Pembantu Pimpinan dan Organisasi Dalam Muhammadiah “.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad Saw. Yang telah berjasa meubah peta kekafiran menjadi hidayah yang menerangi alam semesta.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian mata kuliah kami yaitu Kemuhammadiyahan. Makalah initelah selesai karena aas izin dari ALLAH SWT dan bantuan serta bimbingan dari semua pihak. Untuk itupenulis sampaikan terima kasih setinggi-tingginya semoga ALLAH SWT membalas amal baiknya. Makalah ini hanya sekedar salah satu sarana untuk sumber pembelajaran, dan masih banyak lagi sumber yang perlu digali.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Kritik dan saran selalu penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.

Page 3: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMuhammadiyah adalah gerakan Islam, maksud dari geraknya dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar, bergerak dalam kehidupan kemasyarakatan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa saja majelis-majelis dalam Muhammadiyah beserta Tugas dan fungsinya ?2. Apa saja organisasi otonom dalam muhammadiyah beserta tugas dan fungsinya ?

C. Tujuan PenulisanAgar warga belajar dapat :1. Mengurai sejarah perkembangan majelis-majelis di lingkungan Muhammadiyah2. Mampu berkiprah dalam majelis-majelis dilingkungan Muhammadiyah sesuai

dengan keahlian masing-masing3. Mengurai sejarah dan perkembangan organisasi otonom Muhammadiyah4. Menjelaskan kiprah organisasi otonom Muhammadiyah dalam kehidupan

beragama, berbangsa dan bernegara.

D. Mitode Penulisan Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu dalam mencari bahan-bahan yang diperlukan dan sesuai dengan judul makalah ini melalui buku Study Kemuhammadiyahan.

E. Sistematika PenulisanMakalah ini terdiri dari tiga babyang secara sistematis disusun menurut urutan sebagai berikut :Bab I : pendahuluanBab II : Pembahasan

1. Badan Pembantu Pimpinan dalam Muhammadiyah A. Majelis-majelis dalam MuhammadiyahB. Lembaga dan Badan

2. Organisasi Otonom dalam MuhammadiyahBab III : Penutup

Page 4: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

BAB IIPEMBAHASAN

1. Badan Pembantu Pimpinan dalam Muhammadiyah Muhammadiyah dalam perkembangan selalu mengikuti perkembangan zaman dan kemasyarakaan,terbukti adanya organisasi vertikal danorganisasi horizontal.memperhatikan hal-hal tersebut Muhammadiyah sejak awal periode KH. Ahmad Dahlan ( 1912-1923), KH. Ibrahim (1923-1941), KH. Hisyam (1934-1937), KH. Mas Mansur (1937-1934), telah menata kelembagaan-kelembagaan di Ranting Cabang dan Daerah serta Wilayah. Semua itu menjadi bukti kedewasaan dan kematangan Muhammadiyah dalam memberikan aturan dan batasan dalam mencapai tujuan bersama.

A. Majelis-majelis dalam Muhammadiyah Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang diserahi tugas sebagai penyelenggaraan usaha persyarikatan. Majelis di bentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Daerah, dan Cabang Pimpinan, sesuai kebutuhan masing-masing tingkat pimpinan. Majelis-majelis yang dibentuk ditingkat Pimpinan Pusat pada periode tahun 2000-2005 terdiri atas :1. Majelis Tarjih dan Pembangunan Pemikiran Islam (MT-PPI)

Majelis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi masalah-masalah keagaamaan, khususnya hukum bidang fiqih. Majelis dibentukdan disahkan pada kongres Muhammadiyah XVII tahun1928 di pekalogan,dengan KH. Mas Mansur sebagai ketua pertama. Majelis ini didirikan pertama kaliuntuk menyelesaikan : persoalan-persoalan khilafiyat, yang pada waktu itu di anggap rawan oleh Muhammadiyah. Kemudian majelis tarjih itu menetakan pendapat mana yang dianggap paling kuat, untuk diamalkan oleh warga muhammadiyah. Dalam perkembangan selanjutnyamajelis initidak sekedar mentarjihkan masalah-masalah khilafiyat, akan tetapi mengarah pada penyeleseian persoalan-persoalan baruatau kontenporer. Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak anggota lajnah tarjih menuntutagar Majelis Tarjih diubahmenjadi Majelis Ijtihad. Namun perkembangan kesejahteraan namanya tetap majelis tarjih. Perkembangan selanjutnya bahwa kehidupan modern-industrial di abad ke-21 membawa pengaruh terhadap corak kehidupan keagamaan. Isu spritualitas keagamaan digemari oleh generasi muda yang sudah mulai terkena akss perubahan sosial yang tercermin dalam budaya hedoistik-materialistik. Respon keagamaan yang bersifat pluralistik-majemuk terhadap modernitas tersebut perlu dicermati pleh Muhammadiyah. Karena itu aspek pemikiran keagamaan perlu lebih serius ditekuni oleh warganya dan Muhammadiyah tidak boleh lepas tangan dari

Page 5: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

problem modernitas dalam kaitannya dengan kehidupan spiritualitas keagamaan.

Tugas dan fungsi Majelis Tarjih dan Perkembangan Pemikiran Islam:a. Mendampingi dan pembantu pimpinan persyerikatan dalam hal

membimbing anggota melaksanakan ajaran islam, menentukan kebijaksanaan dalam menjalankan kepemimpinan sertameningkatkan kualitas ulama dalam persyarikatan Muhammadiyah.

b. Membimbin umat, memberikan arah, menyampaikan fatwa keagamaan dan memberikan sesuatu dasar pembenaran keagamaan yang dapat dipahami umat dalam suatu konsep yang terpublikasi secara terencana dan meluas agar masalah dan tantangan yang tumbuh bisa dimengerti dan dijawab dengan semangat rahmat al-alamin.

c. Mempergiat pengkajian dan penelitian ajaran islam dalam rangka pengembangan ciri pelaksanaan tajdid dan mengantisipasi pertembangan yang tumbuh dalam masyarakat.

d. Memperluas bidang tugas sesuai kebutuhan akan jawaban terhadap tantangan dan permasalahan dunia global.

Peran Majelis Tarjih dan Perkembangan Pemikiran Islam:

a. Bertanggung jawab mengambil keputusan ketarjihanb. Mengembangkan pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam keislaman

dan menampung aspirasi baru yang tumbuh di kalangan umat.

2. Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MT-DK) KH. Ahmad Dahlan tampil kemuka sebagai mujadid dan mujadid besar Islam., beliau ingin mengembalikan umat Islam yang bersumber kepada al-qur’an dan al-hadis. Jiwa dan semangat KH. Ahmad Dahlan itu dijabarkan dan di canangkan oleh lembaga yang yang bernama Majelis Tabligh atau Majelis Dakwah, pada wktu muktamar ke-83 di Ujung Pandang tahn 1971 ditetapkan program umum sebagai berikut “ Mewujudkan Muhammadiayah sebagai gerakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar,yang berkesanggupan menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW, kepada semua golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh aspek kehidupannya, sebagaikebenaran dan hal yang diperlukan”. Majelis Tabligh ini oleh KH. Ahmad Dahlan dan pimpinan-pimpinan sesuadahna dibentuk dan diadakan terus-menerus sampai dewasa ini, majelis ini diadakan dan digerakkan dengan berpedoman firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 102,103 dan 104 yang berbunyi : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

Page 6: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmt Allah kepdamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadikn kamu karena nikmat Allah orang-orang yng bersudara, dan kmu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padangknya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hndaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepadakebjikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

Fungsi dan Tugas Majelis Tabligh : Sesuai SK PP. Muhammadiyah tentang Qoidah Majelis Tabligh Bab 1 Pasal 2 : bahwa Majelis Tabligh mempunyai tugas pokok memimoin dan melakukan program yamg jelas meliputi seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.Pasal 3 : untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada pasal 2, Majelis Tabligh mempunyai fungsi:1. Memberikan pertimbangan kepada pimpinan persyarikatan untuk sigunakan sebagai bahan dalam menyusun kebijaksanaan persyarikatan dalam bidang tabligh;2. Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkordinasian kegiatan dan gerak mualigh dalam menyiarkan agama Islam kepada anggota, umat dan korp mubaligh Muhammadiyah di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah dan cabang;3. Penggerak pengajian dan pengembangan dan pengamalan ajaran Islam, serta menggembirakan kegiatan ibadah janaah, sehingga neniliki kemampuan penyelesaian persoalan hidupnya sebagai orang Islam dalam kehidupan masyarakat, bangsa yang selalu berubah dan berkembang, guna meningkatkan mutu kehidupannuya sepanjang ajaran Islam;4. Penggerak dan pembimbing penyelenggaraan, pemeliharaan dan pengeloalaan wakaf, masjid, mushola, langgar dan surau serta sejenisnya sebagai ibadah dan sarana peningkatan mutu kehidupan anggota dan masyarakat sepanjang ajaran islam dalam kerangka kehidupan nerbangsa;5. Penggerak dan pembimbing pelaksanaan serta pengembangan kegiatan pengajian pimpinan dan anggita serta khutbah-khutbah dengan memanfaatkan jasa IPTEK;6. Penyelenggaraan pendidikan dan kaderisasi mubaligh dan khatib sehingga memiliki kemampuan profesional serta kemandirian dalam menjalankan tugasnya dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang selalu berubah dan berkembang; dan7. Penyelenggaraan penelitian dakwah dan perikehidupan anggota umat dan masyarakat.

Page 7: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

3. Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Perkembangan (Diklitibang) Majelis ini merupakan pemecahan dari Majelis Pendidikan, pengajaran dan Kebudayaan yang semula membawahi seluruh amal usaha Muhammdiyah bidang pendidikan sejak pendidikan dasar,menengah hingga perguruan tinggi. Mulai tahun 1985 setelah muktamar ke 41 di Surakarta, didirikan Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs. H. Muhammad Djazman al-Kindi, MBA. Majelis ini mengembangkan dua tugas sekaligus, yaitu mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan menyelenggarakan aktvitas penelitian dalam konteks perkembangan persyarikatan. Dengan semakin pesat perkembangan amal usaha pendidikan, khususnya pendidikan tinggi di lingkungan Muhammdiyah, diperlukan majelis khusus yang mengkonsentrasikan diri untuk menangani perkembangan dan perkembangan perguruan tinggi di Muhammadiyah. Untuk itu, sejak pasca Muktamar Muhammadiyah ke 41 Majelis pendidikan, pengajaran dan kebudayaan dipecah menjadi dua majelis, yaitu Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majels Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang). Dengan terbentuknya Majelis ini, Perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dapat di kendalikan dan diseimbangkan antara kuantitas dan kualitasnya. Di samping itu perseolan-persoalan pelik yang muncul di berbagai PTM dapat diselesaikan dengan lebih baik. Secara umum, program pokok Majelis Diktilitbang, melipitu :a. Pengembangan PTM,yang mencakupi : peningkatan kualitas

pendidikan PTM, pengembangan jaringan kerjasama internal dan eksternal, pengembangan organisasi dan kelembagaan dan penyempurnaan Qaidah PTM.

b. Penelitian dan Pengambangan, mencakup program penelitian dan pengembangan PTM, dan penelitian-pengembangan Muhammadiyah

Dari program pook di atas kemudian dijabarkan kedalam emapat bidang, yaitu :

a. Bidang Peningkatan Kualitas PTM1) Supervisi PTM yang diselenggarakan sekaligus dengan Temu

Regional PTM2) Mengintensifkan kunjungan ke PTM kecil sebagai supporting bagi

peningkatan kualitas pengelolaan PTM3) Workshop pengembangan kurikulum PT4) Workshop persiapan akreditasi PT5) Pelatihan menejemen PTM

Page 8: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

6) Pelatihan metodologi penelitian tingkat lanjut7) Kompetisi penelitian dosen PTM dengan sistem Hibah Kompetisi8) Mengaktifkan Pusbang PTM

b. Bidang Penelitian dan Pengembangan1) Pengembangan database dan pusat informasi persyerikatan2) Perkembangan kerjasama lembaga penelitian dilingkungan

persyerikatan3) Peningkatan kualitas penelitian di PTM

c. Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan1) Kerjasama dengan badan pendidikan Muhammadiyah (baik majelis

maupun ortom) dan pengembangan kurikulum2) Kerjasama dengan pihak luar dalam peningkatan kualitas

pendidikan dan penelitian 3) Kerjasama antara PTM dalam peningkatan kualitas SDM dan

fasilitas pendidikan4) Jaringan internet antar PTM5) Mengupayakan beasiswa bagi AMM dan kader Persyerikatan

dalam PTM6) LKTI mahasiswa PTM7) Temu olahraga dan seni mahasiswa PTM

d. Bidang Organisasi dan Kelembagaan1) Konsolidasi organisasi2) Rapat Kerja Majelis Diktilitbang3) Rapat Rutin Majelis4) Forum Rektor PTM pembina5) Pertemuan Regional PTM6) Rakernas Bidang Pendidikan Muhammadiyah7) Penyempurnaan Qaidah PTM

Di bawah kordinasi Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah pertumbuhan PTM sangat pesat,bahkan melampaui target. Ketika awal dibentuknya Majelis Diktilitbang, tahun 1985, jumlah PTM se-indonesia sebanyak 75 buah, dan kini pada tahun 2005 ini berkembang menjadi 166 buah, terdiri atas Universitas (36 buah), Sekolah Tinggi (73 buah), Akademic (74 buah) dan Politeknik (4 buah).

4. Majelis Perkembangan Kader dan Sumberdaya Insani (MPK-SDI)

Page 9: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Majelis Perkembangan Kader dan Sumber daya Insani merupakan Majelis yang baru di OrganisasiMuhammadiyah ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 6-9 rabi’ul Akhir 1421 H bertepatan dengan tanggal 8-11 juli 2000 M.Adapun fungsi dan tugas majelis perkembangan Kader dan Sumberdaya Insani sebagai berikut:a. Mnysun konsep pengkaderan dan mengoprasionalisaskannya secara

simultan (menyeluruh)dan berpadu dilingkungan pendidikan, keluarga,oeganisasi otonom Muhammadiyah yang mampu menghasilkan sumber daya kader yang berkualitas guna menyongsong perubahan-perubahan baru dalam kehidupan umat dan bangsa yang melibatkan kerjasama terutama antara Badan Pendidikan Kader, Majelis Pendidikan, Aisisyiah,organisasi otonom Muhammadiyah;

b. Memperrioritaskan pengembangan studi lanjut dalam mengembangkan kualitas sumberdaya kader Muhammadiyah yangpelaksanaannya dilakuan secara bertahap dan berlembaga;

c. Menyelenggarakan Darul Arqam, Baitul Arqam, Up Grading,Refreshing, Job-Tranning,PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), pengajian Mubaligh, pengajian Ramadhan dan kegiatan-kegiatan pengkaderan lainnya yang dilahirkan secara terpadu di seluruh lingkungan Persyerikatan termasuk Amal Usaha sesuai dengan kepentingan dan sasaran yang dikehendakinya;

d. Mengintensifkan dan memprioritaskan penempatan kader dalam proses seleksi yang mempertimbangkan aspek kekaderan, komitmen, dan pengalaman aktivitas, bermuhammadiyah dalam penempatan personil, pengelola, dan pimpinan di lingkungan kepemimpinan persyarikatan, Majelis, Badan, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha Muhammadiyah denga kepentingan kelangsungan misi persyarikatan;

e. Mengintensifkan pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya guna kepentingan pengembangan kader Muhammadiyah diberbagai struktur dilingkungan Persyerikatan;

f. Menerbitkan publikasi dan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan kepentingan pengembangan kader Muhammadiyah dalam berbagai aspek;

g. Mengembangkan kerjasama penyelenggaraan pendidikan khusus seperti pendidikan non-formal untuk pembangunan SDM Persyarikatan;

h. Menyelenggarakan forum Ideopolitor ( Ideologi, Politik, dan Organisasi) sebagai program Refreshing (penyegaran) khusus anggota Pemimpin Persyarikatandi berbagai tingkat struktur yang mengembangkan metode dialogis;

i. Mengoptimalkan dukungan fasilitas, sarana, prasarana,dan dana untuk membangun kualitas kader dan sumberdaya manusiadi lingkungan Muhammadiyah;

Page 10: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

j. Mengintensifkan pembinaan siswa di MadrasahMu’allimin, Mu’allimat,, pondok pesantren, dan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah khusus Muhammadiyah sebagai wahana khususpembentukan kader Persyarikatan;

k. Mengembangkan binaan kader melalui Hizbul wathan Muhammadiyah yang disusun secara sistematik dan terprogram; dan

l. Mengembangkan pusat studi, pendidikan dan pelatihan Muhammdiyahyang dilaksanakan secara sistematik.

5. Majelis Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Dik-dasmen) Majelis ini lahir sejak KH. Ahmad Dahlan. Semula bernama urusan sekolahan “QismuArqo”, bentuk Madrasah ibtida’iyah, Tsanawiyah sampai Aliyah, yang kemudian menjadi madrasah Mu’allimin/Mu’allimat Muhammadiyah. Kemudian berkenbang kepengurusannya sampai dengan perguruan tinggi. Majelis ini memikirkan kemajuan sarana dan prasarana pendidikan, administrasi, pergedungan, menejemen, kurikulum,dan silabusnya. Majelis ini memikirkan generasi kader yang alim dan intelek serta intelek yang alim, kader pemimpin bangsa dan handal dan cakap penuh iman dan taqwa, bertanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.Adapun tugas dan fungsi Majelis Kependidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan adalah :a. Menanamkan keadaran akan pentingnya bidang pendidikan dan

pengajaran serta kebudayaan sebagai rangkaian usaha untuk mencapai tujuan persyarikatanserta menggerakkan kegiatan anggota-anggota untuk beramal di bidang itu;

b. Memimpin dan membantu usaha cabang-cabang dalam usahanya di bidang pendidikan dan pengajaran serta kebudayaan.;

c. Membantu dan mengkoordinasi kegiatan anggota dan masyarakat serta organisasi Islam yang bergerak dibidang pendidikan dan pegajaran serta kebudayaan sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan;

d. Mengusahakan bantuan dan vasilitas dari pemerintahan dan bahan-bahan lain yang halal dan baik;

e. Mengadakan pendidikan untuk:1) Membentuk tenaga pendidikan dan pengajaran yang berjiwa

Muhammadiyah;2) Mempertebal keyakinan agama dan kesadaran kemuhammadiyahan

kepada tenaga pendidik dan pengajar.3) Mengusahan alat kelengkapan pengajaran dan pendidikan serta

alat-alat administrasi sekolah dan madrasa;4) Membuka dan menyelenggarakan sekolah/madrasah asrama dan

sebagainya di tempat yang penting (strategis), di mana cabang-

Page 11: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

cabang yang bersangkutan tidak atau belum mungkin menyelenggarakan sendiri;

5) Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah percontohan atau teladan; dan

f. Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan qoidah-qoidah yang ada.

6. Majlis Kesehatan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial ( MKKM ) Majlis ini digerakkan oleh KH. Ahmad Dahlan dibantu oleh murid-muridnya yang atas kesadaran mengamalkan surat Al-Maun KH. Ahmad Dahlan berulang kali mengajarkan ayat dan surat itu, tetapi mengamalannya tidak ada, meskipun santrinya telah hafal, KH. Ahmad Dahlan mendorong mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpuni, memberikan sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’ murid setia KH. Ahmad Dahlan akhirnya berkembang banyak memiliki rumah yatim, rumah miskin, panti asuhan, rumah sakit, dan BKIA. Disamping itu banyak gerakan kemanusiaan serta sosial yang semuanya telah merakyat dalam kehidupan masyarakat, dimana ada Muhammadiyah disitu ada gerakan-gerakan kemanusian dan kesosialan. Pengembangan dan kemajuan serta pelayanan kesehatan masyarakat secara intensif dan efektif, Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta dan di Aceh ( ke-42 dan 43 ) Majlis PKU diubah menjadi Majlis Kesehatan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial.

Fungsi tugas Majlis Kesehatandan Pembinaan Kesejahteraan Sosial: Sesuai kaidah Majlis dari PP Muhammadiyah No.08/PP/89 dan N0.33/PP/86 tanggal 12 Desember 1986 tentang pokok-pokok ketentuan tentang Badan-badan Pembantu Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah, disebutkan tugas pokok Majlis Kesehatan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial adalah:a. Menanam kesadaran akan kewajiban hidup tolong-menolong dalam

kebaikan dan ketakwaan serta menggerakan kegiatan anggota-anggota beramal dalam bidang tolong-menolong sebagai rangkaian usaha dan mencapai tujuan persyarikatan;

b. Memimpin dan membantu cabang dalam usahanya di bidang itu;c. Membantu dan mengordinir kegiatan anggota dan masyarakatserta

organisasi Islam yang bergerak dalam bidang tersebut sejalan dengan tujuan persyarikatan;

d. Mengusahakan bantuan dan vasilitas kepada pemerintah dan badan lainnya;

e. Menyelenggarakan pendidikan membentuk tenaga dan petugas pertolongan yang berjiwa Islam dan sadar terhadap Muhammadiyah

Page 12: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

f. Mempertebal rasa keagamaan dan kesadaran akan ke-Muhammadiyahan kepada petugas sosial kemanusiaan;

g. Mempertinggi mutu dan kecerdasan para petugas tenaga pertolongan masyarakat; dan

h. Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majlis.

7. Majlis Ekonomi ( ME ) Majlis Ekonomi dibentuk dalam rangka memajukan perekonomian warga dan anggota Muhammadiyah sesuai yang tercantumkan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab II Pasal 3 ayat (8) berbunyi “ Membimbing masyarakat kearah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomisesuai dengan ajaran Islam “. Dengan mewujudkan “ Sistem Jami’ah “ ( jaringan ekonomi Muhammadiyah) sebagai revitalisasi gerakan dakwah secara menyeluruh, maka Muhammadiyah terus membangun infrastruktur pendukung Jami’ah dalam berbagai bentuk.Adapun tugas dan fungsi Majlis Ekonomi adalah:a. Merumuskan dasar tujuan dan sistem ekonomi islam;b. Menggiatkan kegiatan anggota-anggota Muhammadiyah dalam bidang

perekonomian anggota Muhammadiyah yang berdiri di luar ikatan persyarikatan;

c. Mendorong terbentuknya wadah atau organisasi perekonomian Islam diluar persyarikatan;

d. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada organisasi tersebut dan menjalin hubungan kerjasama dengan Muhammadiyah; dan

e. Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan badan-badan lain yang berhubungan dengan bidang ekonomi.

8. MajlisWakafdanKehartabendaan( MWK ) Muhammadiyah memiliki Majlis wakaf dan kehartabendaan dimaksudkan agar barang wakaf dari pewakafan tetap lestari, abadi, mendatangkan kemanfaatan bagi agama, nusa, dan bangsa. Dan orang yang wakaf tetap mendapatkan amal jariyah. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai pengembang amanat, menjaga, melestarikan kebaikannya. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori wakaf dengan memberikan tanah untuk mushola dan madrasah. Pada periode kepemimpinan KH. AR Fachruddin majlis ini diusahakan badan hukum pada pemerintah dengan SK. Mentri dalam negeri RI NO: SK 14/DDA/1972 yang menegas kan bahwa “Persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik “Ada pun tugas dan fungsi Majlis wakaf dapat diterangkan sebagai berikut:

Page 13: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

a. Menggiatkan anggota untuk berwakaf;b. Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus dan

memelihara serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik persyarikatan;

c. Mengurus barang wakaf yang berlangsung dikuasi oleh pimpinan persyarikatan serta hak milik persyarikatan;

d. Memecah kan kesulitan dan persoalan barang wakaf yang dikuasai oleh pimpinan persyarikatan serta hak milik persyarikatan; dan

e. Menyelenggarakan musyawarah kerja dan memberikan bimbingan praktis bidang wakaf dan harta pusaka.

B. Lembaga dan Badan Di samping Majelis yang dibentukdiseluruh tingkatan kepemimpinan, terdapat Lembaga yang hanya dibentukdi tingkat pusat. Lembaga adalah Pembantu Pimpinan yang diserahi tugas bidang tertetu. Lembaga hanya dibentuk oleh Pimpinan Pusat. Adapun Pimpinan Wilayah dan Daerah, dipandang perlu dapat membentuk Lembaga tertentu dengan perstujuan Pimpinan Persyerikatan setingkat di atasnya.Sedangkan badan adalah unsur Pembantu Pimpinan untuk membantu penyelenggaraan administrasi dan menejemen persyarikatan.Badan dibentuk oleh Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.adapun Pimpinan Daerah,bila dipandang perlu dapat membentuk Badan khusus dengan persetujuan Pimpinan Wilayah. Dalam periode pasca Muktamar ke 44 di Jakarta, 2000 Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk tujuh Lembaga dan Badan, yaitu :1. Lembaga Hikmah

Lembaga Hikmah dibentuk sebagai Lembaga yang bertugas untuk melakukan ajian-kajian strategis dakwah Islam amar makruf nahi mungkar Muhammadiyah dalam konteks perkembangan politik nasional,baik politik kepartaian maupun politik kenegaraan.

Tugas Lembaga ini antara lain : 1. Mengadakankajian politik yang berkaitan dengan perjuangan umat

Islam, khususnya perjuangan Muhammadiyah.2. Memberi maukan pada Pimpinan Persyarikatan mengenai masalh-

masalah politik yang menyangkut jalannya persyarikatan dan kebijakan Pimpinan persyarikatan.

3. Menyelenggarakan pendidikan politik bagi kader persyarikta,yang pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah atau majelis perkembangan Kader dan Sumberdaya Insani.

Page 14: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

4. Melakukan advokasi terhadap kasus-kasus yang diakibatkan oleh ketidak adilan dan kekerasan Politik, dengan bekerjasama dengan Lembaga Penegakan Supremasi Hukum dan HAM.

5. Meningkatkan pemanfaat media massa ( cetak dan elektronik) sebagai media komunikasi politik Muhammadiyah dan Umat Islam.

6. Melakukan usaha-usaha yang berarti untuk terciptanya kesatuan politik umat Islam dan ukhwuah Islamiayah dan terbentuknya kekuatan nasional politik Islam.

7. Menghimpun dan mengadakan forum silatuhrahmi para politisi kader Muhammadiyah lintas partai dalam rangka mengembangkan misi Persyarikatan dalam bidang politik dan kenegaraan.

8. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat menuju terbentuknya Masyarakat Madani yang berbasis nilai-nilai dan akhlakIslam.

2. Lembaga Hubungan Luar Negeri Lembaga ini di bentuk untuk melaksanakan tugas khusus persyarikatan dalam membangun jaringan kerja internasinal, dengan visi dan misi : (1) Muhammadiyah sebagai kekuatan Moral bangsa, (2) Muhammadiyah sebagai inspirator peradaban islam, (3) muhammadiyah sebagaikekuatan moral bagi perdamaian dunia.dan misinya adalah terwujudnya ukhwuah Islamiyah dan jarinagan dan kerjasama global secara meneluruh, dengan peran yang prima dan persyarikatan dan umat Islam. Adapun tujuan dari lenbaga iniyaitu: (1) mengembangkan SDM dalam bidang jaringan dan kerjasama internasioanal, (2) meningkatkan peran dan keterlibatan Muhammadiyah dalam pengembangan wacana pemikiran Keislaman dikalangan dunia islam khususnya dab dunia internasiaonal pada umumnya, (3) meingkatkan sosialisasi pemikiran dan aktivitas Muhammadiyah kedunia Islam untk mewujudkan perdamaian dunia sebagai kebutuhan bersama, (5) mengkoordinir kerjasama dan jaringan kader Muhammdiyah yang tersebar diberbagai negara dengan membentuk cabang-cabang khusus Mhammadiyah dimanca negara.

3. Lembaga Penegakan Supremasi Hukum dan HAM Dibentuknya lembaga ini didasarkan pada beberapa pemikiran : (1) kasus-kasus penyelenggaraan HAM dan ketidakadilan hukum dari tahun ketahun cenderung meningkat baik kuantitatif maupun kualitatif, (2) penanganan atas kasus-kasus pelanggaran HAM sering berakhir dengan ketidakjelasan, tidak transparan dan tidak tuntas, (3) semakin terbukanya alam reformasi, (4) rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat, (5) terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum, (6) lembaga ini juga diperlukan sebagai lembaga arbitrase.Lembaga ini memiliki program-priogram kegiatan dalam empat devisi, yaitu :

Page 15: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

1) Devisi pendidikan sosialisai hukum2) Devisi pemberdayaan SDM dan HAM3) Devisi pembinaan dan pemberdayaan pranata hukum4) Devisi advokasi,bantuan dan konsutasi hukum.

4. Lembaga Seni Budaya Lembaga Seni Budaya (LSB) adalah bagian integral dari gerakan dakwah Muhammadiyah dengan mewadai potensi seni budaya warga persyariatan agar aktivitas dan kreativitasnya terarah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, dan menjadi salah satu daya dukung bagi perkembangan dakwah Muhammadiyah.Program dan kegiatan LSB Muammadiyah meliputi bidang :1. Pengembangan media dan sarana-prasarana2. Pendidikan dan Latihan3. Pengkajian dan Pengembangan4. Penguatan Kelembagaan

5. Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi Seiring dengan pesatnya perkembangan Muhammadiyah, sangat diperlukan kader-kader yang memiliki komitmen dan integritas yang kuat bagi penyelenggarakan Persyarikatan. Adapun tugas-tugas Lembaga ini, yaitu :1. Membuat database potensi pimpinan, pegawai dan karyawan

persyarikatan;2. Melakukan kajian tentang kekuatan, kelemahan,peluang dan tantangan

dan di miliki oleh SDM Muhammadiyah, baik pimpinan, pegawai dan karyawan persyarikatan dan amal usahanya;

3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kerja profesi sesuai dengan bidang kerja amal usaha persyarikatan;

4. Melakukan pembinaan dan pengenbangan SDM dalam melaksanakan masyarakat;

5. Bekerjasama dengan lembaga terkait baik internal maupun eksternal persyarikatan dalam rangka peningkatan profesionalitas kekaryaan dalam Muhammadiyah.

6. Lembaga Studi dan Pemberdayaan Lingkungan Hidup ( LSPLH) Pendirian lembaga ini merupakan bentuk kepedulian Muhammadiyah dalam mencermati masalah-masalah lingkungan hidup, yang dalam perkembangan terakhir, yang muncul permasalahan dalam masyarakat.Untuk program dan kegiatan dari LSPLH PP Muhammadiyah ini meliputi : (1) pengkajian dan penelitian dalam masalah lingkungan, (2) pendidikan dan pelatihan untuk pendampingan masyarakat dalam pelestarian dan pemberdayaan lingkungan, (3) worksho Teologi (etika) Islam tentang Lingkungan, (4) melaksanakan diskusi dan seminar

Page 16: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Lingkungan, (5) penerbitan jurnal dan buku-buku tentang lingkungandan peran persyarikatan, (6) pembentukan komunitas peduli lingkungan dan advokasi terhadap kasus-kasus lingkungan dan pemberdayaan lingkungan hidup.

7. Lembaga Pemberdayaan Buruh, Tani, dan Nelayan (LP-BTN) Lembaga ini didirikan setelah Muktamar 44,2000 di Jakarta, dengan maksud untuk memberikan penguatan dan pembelaan kepada kaum buruh,tani, dan nelayan yang dalamstruktur sosial dalam masyarakat indonesia cenderung terpinggirkan dan terzhalimi. Dengan diketahuioleh seorang aktivis LSM dan pakar antropologi yang cukup lama malang melintang dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat akar rumput, Dr. Moeslim Abdurrahman, lembaga ini memiliki program dan kegiatan antara lain: 1. Pengembangan media komunitas2. Pembentukan Qoryah Thayyibah3. Pembentukan lembaga advocasi 4. Pelatihan untuk Muhammadiyah Community Organizer5. Diskusi, seminar,dan serasehan6. Sosialisasi pemberdayaan kaum rentang7. Diskusi rutin8. Pembentukan Ma’had Islamy Litanmiyatil Ijtima’iyyah

8. Badan Pembina dan Pengawas Keuangan Badan ini dibentuk sebagai kelanjutan dari Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan (LPPK) yang ada pada periode sebelumnya,dengan tugas :1. Menyusun dan memasyaakatkan sistem pengelolaan keuangan

Persyarikatan, Pembantu Pimpinan dan Amal Usahanya2. Membina dan menguasai pengelolahan keuangan Persyarikatan,

Pembantu Pimpinan dan Amal Usahanya3. Melakukan kajian tentang sistem keuangan umum sebagai

pertimbangan bagi Pimpinan Persyarikatan dalam kebajiakn keuangan.

2. Organisasi Otonom Muhammadiyah

1. Aisyiyaha. Sejarah Kelahiran

Sejarah berdirinya Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap kaum wanita dengan diadakan kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlam dan Nyai Walidah ( istri KH. Ahmad Dahlan ) dengan nama “Sopo Tresno“. Untuk memberikan suatu nama yang kongkrit suatu perkumpulan,

Page 17: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

beberapa tokoh Muhammadiyah seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Mokhtar, KH. Fachruddin dan Ki Bagus Hadi Kusuma serta pengurus Muhammadiyah yang lain mengadakan pertemuan di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Waktu itu diusulkan nama Fatimah, namun tidak diterima rapat. Oleh KH. Fachruddin dicetuskan nama “ Aisyiyah” yang kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW yang selalu membantu berdakwah. Setelah secara aklamasi pertemuan itu memberi nama “ Aisyiyah “ kemudian diresmikan bersamaan dengan 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggan 19 Mei 1917 M dengan ketua Siti Bariyah. Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita Muhammadiyah. Dalam muktamar ke 37 di Yogyakarta tahun 1968 status “ Aisyiyah “ didewasakan menjadi Pimpinan Pusat Aisyiyah, dam memiliki kewenangan untuk mengatur dan membina eslon di bawahnya. Sejak berstatus PP Aisyiyah berkedudukan di Yogyakarta dan diketuai oleh Prof. Dra. H. Baroroh Baried. Sesuai dengan keterangan KH. Ahmad Badawi lembaga ini didirikan berpedoman firman Allah surat Attaubah: 71- 72: Artinya; “ Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan maaruf,, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan, akan mendapatkan surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan mendapat tempat yang bagus di surga’and. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar.Itu adalah keberuntungan yang besar.Semenjak berdirinya Aisyiyah, lembaga ini merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah.Oleh karena itu Aisyiyah memiliki fungsi sebagai patner gerak langkah Muhammadiyah, dimana asas dan tujuan tidak terpisah dari induk persyarikatan.

b. Tugas dan Perannya

Tugas dan Peran Aisyiyah adalah sebagai berikut :1. Membimbing kaum wanita kearah kesaadaran beragama dan berorganisasi; dan2. Menghimpun anggota-anggota Muhammadiyah wanita, menyalurkan serta menggembirakan amalan-amalannya.

c. Amal Usaha Aisyiyah

dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana ini Aisyiyah telah banyak

memiliki amal usaha dibidang :

1. Pendidikan

2. Kewanitaan

3. PKK

Page 18: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

4. Kesehatan, dan

5. Organisasi wanita

Pimpinan Pusat Aisyiyah berusaha memberi didikan dikalangan

wanita Islam untuk berpakaian muslimah yang baik, bermoral dan

bermental luhur, memberikan bimbingan perkawinan dan

kerumahtanggan, tanggung jawab, istri di dalam dan di luar rumah tangga,

memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia, memberikan

bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam dan

sebagainya.

d. Keluarga Sakinah

1. Pengertian Keluarga Sakinah

Istilah keluarga sakinah terdiri dari kata keluarga dan kata sakinah.

Dalam kehidupan, sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian,

antara lain (1) sanak saudara, kaum kerabat; (2) orang rumah, anak

istri, batih; (3) orang-orang yang di bawah naungan organisasi (dan

sejenisnya); keluarga Nahdatul Ulama, Keluarga Muhammadiyah, dan

lain-lain.Dalam tulisan ini kata dipakai dengan pengertian orang seisi

rumah (masyarakat terkecil) terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

Selanjutnya kata sakinah, kata ini dalam Al Quran dijumpai antara

lain dalam Al Baqarah (2) : 248; At-Taubah (9); 26; Al-Fath (48): 4,

18, 26, dengan makna ketenangan. Zainuddin Hamidy menerjemahkan

kata sakinah kadang dengan ketenangan ( At-Taubah (9): 26), tetapi

kadang dengan hal yang memuaskan hati ( Al-Baqarah (2): 248).

Dalam istilah keluarga sakinah, kata sakinah dipakai sebagai kata

sifat dengan arti tenang, tentram, yaitu untuk menyifati atau

menerangkan kata keluarga.Selanjutnya kata itu masih ditafsirkan

mengandung makna bahagia, sejahtera. Itulah sebabnya kata sakinah

sering digunakan dengan pengertian tenang, tentram, bahagia, dan

sejahtera lahir batin.

Munculnya istilah sakinah dimaksudkan sebagai penjabaran firman

Allah dalam surat Ar-Rum (30): 21, yang menyatakan bahwa tujuan

berumah tangga atau berkeluarga adalah mencari ketentraman atau

Page 19: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

ketenangan dengan dasar mawaddah warahmah saling mencinta dan

penuh kasih sayang (QS Ar-Ruum/30:21)

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir “

Dari kata taskuru dalam ayat di atas itulah barangkali diturunkan kata sakinah sebagai

bentuk ismi fa’il dengan makna tentram.Kemudia dalam istilah keluarga sakinah, ism fa’il ini

berfungsi sebagai kata sifat. Maka keluarga Sakinah dapat didefinisikan sebagai

keluargayang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memberikan kasih sayang

kepada anggota keluarganya sehingga mereka memiliki rasa aman, tenram, damai serta

bahagia dalam mengusahakan tercapainya kesejahteraan dunia akhirat.

Untuk membina rumah tangga atau keluarga sakinah sebagai tujuan perkawinan

seperti yang disyaratkan Allah dalam Ar-Rum (30): 21 tersebut di atas, Rasulullah memberi

persyaratan-persyaratan manusia yang akan membinanya, yaitu calon pasangan suami istri.

Persyaratan yang dimaksud istri sebaiknya seimbang (kufu), baik rupa, keturunan, maupun

kekayaan.Namun, syarat yang utama adalah keduanya harus seagama dan taat

beragama.Memang laki-laki Islam boleh mengawini wanita ahli kitab, tetapi kebolehan itu

dalam rangka dakwah, yaitu agar si wanita lama-kelamaan menjadi Islam.

Seagam dan taat beragama menjadi syarat utama pasangan calon pembina keluarga

sakinah, karena syarat inilah yang betul-betul akan menjadi sumber ketenangan keluarga.

Pasangan suami istri yang taat beragama tentu keduannya mendapatkan kedudukan dirinya

sebagai hamba Allah yang baik.Apa pun wujudnya perintah dan larangan serta hak kewajiban

yang datang dari Allah dan Rasul-Nya akan disambut dengan ucapan sami’na waatha’na,

Page 20: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

kami dengar dan kami taati. Ketaatannya bukan ketaatan terpaksa, melainkan ketaatan yang

didasari rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.Dengan demikian, ketaatannya itu sungguh-

sungguh dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan. Sebaliknya Allah tidak akan

mencurahkan kecintaan-Nya kepada hamba-Nya yang demikian.

Di dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasa suasana tentram, damai, aman,

bahagia, dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera batin ialah bebas dari kemiskinan iman,

bebas dari rasa takut dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat serta mampu

mengomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.Di

samping itu suasana keluarga sakinah memberikan kemungkinan kepada setiap anggotanya

untuk dapat mengembangkan kemampuan dasar fitrah kemanusiaan itu dalam keluar sakinah

berkembangan menjadi bentuk tanggung jawab manusia dalam hubungannya dengan Allah

dan dalamnya. Dalam hubungan dengan Allah, fitrahnya itu mekar menjadi Allah yang baik,

sedangkan dalam hubungannya dengan kembang menjadi kesadaran manusia memilikirasa

tanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan jenisnya dan lingkungan alamnya.

1) Keluarga Sakinah dan Pembinaan Manusia Takwa

Keluarga sakinah sebagai suatu keluarga terpilih akan menjadi lahan yang subur

untuk tumbeh kembangnya anak, yang merupakan amanat Allah SWT bagi setiap orang tua.

Amanat Allah atas penciptaan manusia adalah terciptanya manusia takwa serta terciptanya

manusia takwa serta terciptanya masyarakat sejahtera. Amanat ini dapat terwujud apabila

setiap orang berbentuk menjadi pribadi muslim seutuhnya. Pribadi muslim seutuhnya disini

dimaksudkan pribadi yang unsur-unsurnya berafaskan rasa pengabdian kepada Allah SWT

dan yang bentuk perilakunya serta aktifitas kehidupannya merupakan perwujudan rasa

pengabdian kepada Allah SWT. Pribadi yang demikian itulah wujud manusia takwa, yang

pada perkembangan selanjutnya akan dapat mewujudkan masyarakat taqwa yang

mendapatkan kesejahteraan hidup dunia akhirat. Takwa adalah nilai hidup yang tertinggi,

sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hujurat (49):13

Page 21: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling taqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.”

Tanda-tanda ketakwaan seseorang antara lain, difirmankan Allah dalam Surah Al-

Baqarah (2) : 7, sebagai berikut :

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan

tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-

malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada

kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan

pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila

ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-

orang yang bertakwa."

Menurut ayat tersebut ciri-ciri ketakwaan dapat dilihat pada kadar keimanan (akidah),

ibadah, akhlakm serta hubungan kemasyarakatan seseorang. Dengan demikian, apabila segi-

segi keagamaan ini telah dihayati dan diamalkan, akan terbentuklah rasa penghambaan

kepada Allah secara mutlak, dan akan memberikan kebahagiaan yang tinggi nilainya.

Semakin tinggi kadar akidah, ibadah, akhlak serta hubungan kemasyarakatan seseorang,

semakin tinggi juga rasa pengabdian kepada Allah SWT.

Page 22: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Selanjutnya rasa pengabdian yang mengendap ke dalam dasar jiwa akan membentuk

hati nurani. Dalam proses selanjutnya, hati nurani akan mempengaruhi dan mendasari segala

unsur kepribadian (kerohanian, pikiran, perasaan, kemauan, hubungan sosial), yang tercermin

dalam sikap dan aktivitas hidup. Jika sudah demikian hal maka sudah terbentuklah perilaku

takwa, yaitu pribadi muslim yang sempurna. Semua manusia mempunyai kemampuan untuk

menjadi hamba Allah yang bertakwa.Kemampuan ini bersumber kepada kemampuan dasar

manusia yang dibawahnya sejak lahir, yaitu mendorong dasar untuk mengabdi kepada Allah

SWT dan dorongan dasar untuk berakkhlak mulia. Dorongan dasar yang pertama diperoleh

semenjak roh manusia berjanji di alam arwah, seperti disebutkan dalam firman Allah Surat

Al-Araf (7):172

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi

mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah

Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi".

(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan

Tuhan)"

Dorongan dasar yang kedua berasal dari sifat-sifat dasar manusia yang merupakan

pemberian Allah SWT semenjak rohnya ditiupkan ke dalam bada jasmaninya. Sifat-sifat ini

sejenis dengan sifat-sifat Allah SWT yang tersebut dalam asma’ul husna, tetapi dalam

ukuran batas kemanusiaan. Sifat-sifat manusia seperti kasih sayang, rasa tanggung jawab,

suci, sabar, adil, pemaaf, adalah sifat-sifat dasar manusia yang sejenis dengan sifat-sifat Allah

Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-Qudus, Ash-Shabur, Al-Adil, Al-Ghaffar.

Untuk menjadi manusia takwa, seseorang harusa dapat mengembangkan dorongan dasar rasa

ketauhidan serta dorongan dasar untuk berakhlak mulia secara terus menerus, semenjak masa

kanak-kanak. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, kedua kemampuan dasar itu

Page 23: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

memerlukan banyak faktor, antara lain lahan. Dalam hal ini keluarga sakinah dan segenap

anggotanya merupakan lahan yang subur. Orang tua sebagai penanggungjawab keluarga,

dalam proses ini berperang sangat menentukan. Sebagai manusia bertakwa, orang tua akan

menentukan konsep-konsep dasar yang berhubungan dengan tumbuh dan berkembang

ketakwaan anggota keluarganya. Konsep-konsep itu misalnya berbentuk dari diri manusia

takwa yang akan dicapai tujuan pembentukannya, materi-materi yang diperlukan, metode

yang akan diterapkan, dan sarana-sarana yang akan menunjang. Apabila pembinaan

ketakwaan sudah dimulai sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak, maka pembinaannya

pada masa dewasa akan lebih mudah

Pembinaan ini ditempuh baik melalui keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pada

perkembangaan selanjutnya akan lahirlah manusia takwa yang siap untuk membentuk

keluarga sakinah yang baru.Dengan demikian, antara keluarga sakonah dan ketakwaan

terdapat timbal balik yang erat.Manusia takwa dilahirkan oleh keluarga sakinah, sebaliknya

rasa ketakwaan dapat memberikan makna kepada kehidupan manusianya serta memperkokoh

dan melahirkan keluarga sakinah demikian seterusnya.

2) Keluarga sakinah dan Pembinaan Masyarakat Sejahtera

Terbentuknya masyarakat sejahtera merupakan tujuan diturunkannya Al-Quran. Di

dalam Alquran terdapat ungkapan bbaldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur yang arti

hafiahnya suatu negeri yang baik dan Tuhan Maha Pengampun. Ungkapan ini sering

digunakan untuk menyebut masyarakat ideal yang terbentuk sangat kita dambakan yaitu

masyarakat adil makmur makmur dan penuh ridha Tuhan.

Dalam tulisan ini dipakai istilah masyarakat sejahtera dengan pengertian masarakat

yang anggota-anggotanya merasa aman dan tentram dalam seluruh kehidupannya, baik secara

perseorangan maupun kelompok.Rasa aman dan tentram menyangkut hidup kejasmanian dan

kerohanian. Agar masyarakat mencapai predikat sejahtera, diperlukan beberapa persyaratan,

antara lain harus menunjukan suasana ketakwaan kepada Allah SWT, dapat mengembangkan

sifat adil berdasarkan nilai keislaman, bebas dari ketidakseimbangaan ekonomi, serta

ketimpangan sosial. Dalam masuarakat sejahtera, pada setiap anggotanya harus tumbuh rasa

saling memiliki dan tumbuh pula dorongan untuk memperhatikan kesejahteraan anggota yang

lain.

Dengan kondisi seperti dilukiskan diatas, masyarakat sejahtera merupakan tempat

bernaung manusia takwa yang telah dilahirkan oleh keluarga sakinah.Dalam masyarakat

Page 24: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

sejahtera, manusia takwa dapat mewujudkan rasa ketakwaannya secara baik, yaitu menjadi

hamba Allah yang selalu taat dan dapat mengembangkan dorongan rasa sosial secara wajar,

yaitu dorongan untuk mensejahterakan masyarakat.

Bagi seorang muslim, memiliki usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

merupakan keharusan. Tanpa keinginan meningkatkan kesejahteraan orang miskin, salat yang

merupaka perbuatan terpuji dapat diubah menjadi perbuatan munafik, seperti fiman Allah

dalamsurat Al-Maun (107):1-7

Melalui masyarakat sejahtera akan tercapai tujuan kehidupan manusia di bumi, yaitu,

untuk sellau beribadah kepada Allah dan mengusahakan kesejahteraan umat manusia. Usaha

mewujudkan masyarakat sejahtera dapat tercapai apabila setiap keluarga merupakan keluarga

sakinah.Keluarga sebagai unsur terkecil masyarakat berperan penting dalammenujudkan

masyarakat sejahtera. Sebagai lembaga keluarga yang mempunyai persyaratan yang

menyangkut kehidupan dunia akhirat, keluarga sakinah akan sanggup melahirkan manusia

takwa yang mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan manusia lain dan sanggup

mewujudkan terbentuknya masyarakat sejahtera. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

keluarga sakinah memiliki peran ganda, yaitu disamping dapat melahirkan manusia takwa,

keluarga sakinah dalam jumlah besar akan melahirkan masyarakat sejahtera.

e. Jender dalam Muhammadiyah

Berbagai studi telah dilakukan untuk memetakan berbagai faktor yang menghambat

proses pemberdayaan perempuan (gerakan gender). Dari studi yang dilakukan secara lintas

negara, lintas budaya, dan lintas etnik disimpulkan bahwa persoalan perempuan bukan

terletak pada diri perempuan semata, tetapi berkaitan erat dengan kompleksitas relasi sosial

yang dipayungi ideology kultural yang membentuk cara pandang terhadap eksistensi laki-laki

dan perempuan. Oleh karena itu, membahas masalah perempuan sesungguhnya adalah

membahas persoalan relasi antara perempuan dan laki-laki maupun antar perempuan dengan

keluarga, komunitas dan keluarga.

Persoalan perempuan dan agama makin marak berkembang seiring dengan kesadaran

baru kaum perempuan untuk mempertanyakan sejauh manakah agama mampu memberikan

rasa aman dan segala bentuk tekanan, ketakutan, dan ketidakadilan.Saat ini agama

mendapatkan tantangan baru karena dianggap sebagai salah satu unsur yang melanggengkan

ketidakadilan terhadap perempuan. Oleh karena itu agamawan, baik secara individu secara

Page 25: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

kelompok dituntut untuk secara jeli melihat, apakah ketidakadilan tersebut inheren dalam

agama itu sendirii atau persoalan terletak pada tafsir keagamaan, bisa jadi terpengaruh oleh

bisa kultur tertentu.

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang cukup besar dan berpengaruh terhadap

perkembangan Islam Indonesia, harus ikut menyumbangkan pemikirannya dalam masalah

pemberdayaan perempuan ini.Tuntutan keterlibatan Muhammadiyah dalam persoalan ini

sebenarnya sejalan dengan semangat tajdid (oembaharuan) yang dicanangkan oleh Kyai Haji

Ahmad Dahlan.

Pendirian beliau yang keras terhadap taqlid dan keterbukaan terhadap perubahan

menjadikan Muahmmadiyah sebagai organisasi yang dinamis dan mudah menyesuaikan diri

dengan perubahan.Dengan semboyan kembali kepada Al-Quran dan Hadia, KH. Ahmad

Dahlan bersikap keras terhadap aspek-aspek kulturan yang disebut bid’ah dan sikap taqlid

karena dapat membelenggu umat Islam pada hal yang tidak bermanfaat. Penyederhanaan

upacara kematian merupakan salah satu contoh KH. Ahmad Dahlan mengajarkan umat islam

untuk berhemat tanpa menghilangkan unsur-unsur esensial yang diajarkan Islam.

Disisi lain, semboyan ini juga memungkinkan Muahmmadiyah untuk secara fleksibel

dan terbuka bagi unsur-unsur sumbernya, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

kedua sumber diatas. Hal tersebut tercermin dari keterbukaan KH.Ahmad Dahlan untuk

mengadaptasi berbagai bentuk pemikiran dan institusi yang berasal dari colonial Barat dan

Kristen seperti sistem pendidikan, kurikulum, pakaian, panti asuhan, dan rumah sakit.

Dalam sekolah Muhammadiyah murid-murid diajarkan ilmu modern yang dipadukan

dengan ilmu-ilmu keislaman.Adaptasi tersebut berlawanan dengan pendapat para ulama

sezamannya yang cenderung mengambil jarak dengan hal-hal yang dianggapi sebagai tradisi

orang “kafir”.Muhammadiyah progresif meningkatankan posisi perempuan melalui

pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.Lebih dari langkah yang dilakukan Kartini, sekolah

putri yang diprakarsai hanya untuk mempersiapkan kaum perempuan menjadi isteri dan ibu

yang mandiri, KH. Ahmad Dahlan memberikan kesempatan yang sama bagi anak laki-laki

dan perempuan unutk belajar ilmu-ilmu modern di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Kesempatan ini telah memberikan jalan bagi kaum perempuan di lingkungan

Muhammadiyah. Kesempatan ini telah memberikan jalan bagi kaum perempuan memasuki

jenjang pendidikan yang sama dengan laki-laki.

Page 26: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Di samping itu, bersama isteri beliau memprakarsai berdirinya Aisyiyah sebagai

organisasi perempuan di lingkungan Muhammadiyah. Aisyiyah termasuk sebagai pioneer

organisasi perempuan yang turut membidani lahirnya KOWANI pada tahun 1928. Kemudia

disusul dengan perdirinya “Mualimat” sebagai sekolah agama khusus untuk murid putri.

Sebagai kelanjutan dari proses pemberdayaan terhadap posisi perempuan, Aisyiyah dan

Muhammadiyah secara bersama-sama mengeluarkan pedoman “ Menjadi Isteri yang Berarti

“, pada Muktamar tahun 1937. Meskipun buku tersebut lebih banyak menekankan cara

perempuan berperan sebagai istri dan ibu yang baik, namun secara kultural sudah merespons

tuntutan global bagi hak-hak perempuan untuk menerima pendidikan dan kebebasan mereka

dari bias kultural yang mengesahkan kesewenangan suami seperti yang digambarkan oleh

Kartini. Kesewenangan laki-laki ini dapat dihilangkan dengan mencantumkan kewajiban dan

tanggung jawab suami terhadap istri.Sedangkan secara politisi buku tersebut menjadi

imbangan dari pemerintah kolonial yang mendukung penyebaran agama Kristen dengan

menyediakan sekolah-sekolah keputrian.Tujuan dari perdirian sekolah keterampilan puteri

untuk mempersiapkan mereka menjadi istri para birokrat lokal yang sebagian besar pindah

agama Kristen.Seperti ditulis oleh Kumari Jayawardena (1986:16) bahwa peran istri sebagai

pendamping suami yang setia sangat ditekankan sebagai upaya untuk mencegah mereka

berbalik pada agam sebelumnya (Islam).

Buku “ Menjadi Istri yang Berarti “ mengalami revisi setelah digunakan selama 40

tahun. Tepatnya pada tahun 1972 dengan menggantinya dengan Adabul Mar’ah fil

Islam.Masa 40 tahun merupakan masa yang sangat lambat bagi suatu perubahan visi di

tengan intensitas perubahan sosial politik pada tataran makro yang tentu saja mempengaruhi

kehidupan kaum perempuan.Namu demekian, revisi tersebut dipandang sebagai gerakan

tajdid Muahmmadiyah untuk mengakomodasikan sekaligus memberikan tuntunan Islam

terhadap berbagai pencapaian perempuan masa itu.Pendidikan yang setara antara laki-laki

dan perempuan telah memberikan akses pada keduanya untuk bersama-sama

memperjuangkan membangun kehidupan yang sejahtera pasca kemerdekaan.

Dalam Adabul Mar’ah fil Islam telah dimasukkan tentang peran-peran public sebagai

bagian dari eksistensi perempuan. Jauh sebelum Presiden perempuan dipersalahkan pada

pemilu 1999 yang lalu, buku ini telah memberikan garansi kebolehan perempuan untuk

menduduki berbagai jabatan-jabatan politik dan profesi secara tradisional “ditabukan” bagi

kaum perempuan seperti direktur, polisi, hakim, jaksa, dan jabatan sejenis lainnya.

Pengakuan hak-hak public ini membuat kaum perempuan muslim muncul sebagai kaum

Page 27: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

perempuan yang mandiri dan percaya diri dalam menjalankan perannya sebagai khalifah di

bumi di bidang pendidikan, politik, ekonomi, dan sosial.

Tentu saja peran Muhammadiyah cukup besar dalam membuka wacana modern

tentang hak-hak perempuan.Intensitas perkembangan ekonomi telah banyak menciptakan

urbanisasi yang mendasari terbentuknya keluarga inti (nuclear family).Disamping itu,

pencapaian pendidikan dan atau desakan ekonomi telah memperluas nasional.Komplesitas

kehidupan urban mengakibatkan munculnya berbagai patologi sosial, termasuk kenakalan

remaja. Kaitannya dengan persoalan peremuan, Muhammadiyah harus berhadapan dengan

perkembangan pemikiran feminisme sebagai bagian dari kajian-kajian keislaman ( Islamic

Studeis) mutakhir. Mengapa feminism ?karena feminism merupaka bagian dari

perkembangan wacana ilmiah yang berkaitan dengan keadaan sosial. Kalangan feminis

berhasil merumuskan perangkat analisis sosial yang dapat digunakan untuk mengkritisi

berbagai ketimpangan sosial yang berbasis gender.

Ketimpangan tersebut terjadi karena adanya bias pemikiran yang meletakkan gender

pada dataran given (kodrati). Sesungguhnya gender merupakan konstruksi sosial budaya

terhadap laki-laki dan perempuan termasuk citra diri; maskulin dan feminism, pola relasi,

posis dan pembagian kerja dalam masyarakat.Jadi, gender berbeda dengan jenis kelamin

(sex) yang bersifat kodrati. Perbedaan antara jenis kelamin dan gender adalah bahwa jenis

kelamin (sex) bersifat universal, menetap serta tidak bisa dipertukarkan seperti fungsi organ-

organ reproduksi. Sementara gender bersifat particular dank has dari satu budaya dengan

budaya yang lain, berubah-ubah sesuai dengan perubahan suprasruktur, struktur dan techo

environment tertentu, bisa pergunakan seperti citra diri yang lemah lembut atau keras dan

rasional yang dapat terjadi, baik pada diri laki-laki dan perempuan. Demikian pula dengan

pembagian kerja domestic dan publik bukan merupakan bagian kordati tetapi dikontruksi

sesuai kebutuhan masyarakat.

Analisis gender adalah perangkat analisis yang ditujukan untuk mengkritis berbagai

ideology kultural yang dirasakan merugikan perempuan di masa di mana techno-enviroment

tidak menjadikan lagi aspek kordati sebagao hambatan. Secara keras analisis gender

mempertanyakan ideology kultural ketidakadilan ini. Secara keras analisis gender

mempertanyakan ideologi kultural ketidakadilan ini. Secara umum persoalannya terletak pada

budaya patriarkhi yang dibangun di atas asumsi superioritas laki-laki.

Page 28: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Namun, sampai saat ini masih terjadi resistensi yang tinggi di antara kaum Muslimin

untuk menggunakan analisis gender dalam wacana keagamaan.resistensi tersebut pada

dasarnya terletak pda kesimpangsiuran pemahaman analisis dengan ideologi perempuan

Barat yang menganut free sex, aborsi, dan anti rumah tangga. Sekali lagi, analisis gender

adalah analisis sosial yang berguna menumbuhkan kesadaran akan keadilan sosial. Ide-ide

reformasi keagamaan banyak sekali dibantu oleh berbagai analisis sosial modern yang pada

gilirannya menggugah kesadaran nasionalisme seperti yang dilakukan oleh Abduh dan

Rasyid Ridha, Ali Syariati maupun beberapa intelektual muslim Indonesia seperti,

Kuntowijoyo, Mucholish Madjid, Amien Rais dan kalangan modernis lainnya.

Muhammadiyah telah menyingkapi dengan menetapkan program membentuk proyek

keluarga sakinah diberbagai lingkungan Cabang atau Ranting Muhammadiyah sebagai

perwujudan program keluarga sakinah secara nyata dan terukur yang pelaksanaannya

terkoordinasi dengan program keluarga sakinahyang dikelola Aisyiyah

2. Pemuda Muhammadiyah

a. Sejarah Kelahiran

Berasal dari berdirinya “ Hizbul Wathon” yaitu tentara tanah air yang dipelopori KH.

Muhtar tahun 1920.Anggotanya adalah angkatan muda dan remaja yang dididik keterampilan

kepanduan, keagamaan, kemasyarakatan, dan sosial kependidikan.Hizbul Wathon terdiri atas

dua tingkat, tingkat anak-anak dinamakan Pandu Atfal dan tingkat remaja dinamakan Pandu

Pengkela.HW Atfal dan HW Pengkela pada saat itu dipimpin oleh dua tokoh KH.Muhctar

dan KH.Raden Hajid yang disebut Padvinder Muhammadiyah oleh orang Belanda.

Dalam perkembangannya tahun 1932 atas keputusan kingres ke-21 di Makassar

ditetapkan berdirinya “Pemuda Muhammadiyah”.Dan baru diberi otonim penuh sejak

Muktamar ke-37 di Yogyakarta tahun 1968.

b. Tugas dan Perannya

Pemuda Muhammadiyah persyarikatan Muhammadiyah diberi tugas sebagai berikut :

1) Menanamkan kesadaran dan pentingnya peranan putra-putri Muhammadiyah sebagai

pelangsung gerakan Muhammadiyah serta kesadaran organisasi;

Page 29: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

2) Mendorong terbentuknya organisasi /gerakanan pemuda sebagai tempat bagi putra-

putri Muhammadiyah yang berdiri sendiri dalam pengayoman Muhammadiyah yang

berbentuk pengkhususan ( Pemuda, Pelajar, Mahasiswa, Olahraga, Kebudayaan, dan

sebagainya)

3) Memberi bantuan bimbingan dan pengayoman kepada organisasi-organisasi tersebut

serta menjadi penghubung aktif secara timbal balik

4) Memimpin dan menyelenggarakan musyawarah kerja

Dalam perkembangan tahun 1966 Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke IV di Jakarta

tanggal 28-24 November 1966 dalam Muqaddimah AD Pemuda Muhammadiyah

ditetapkan bahwa Pemuda Muhammadiyah memiliki fungsi sebagai Pelopor, pelangsung,

penyempurnaan amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah.

3. Nasyiatul Aisyiyaha. Sejarah Kelahirannya

Berdrinya Nasyiatul Aisyiyah bermula dari ide Somodirjo dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah dengan mengadakan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri Standar Scholl Muhammadiyah dengan nama Siswa Praja (SP) pada tahun 1919.Tujuan terbentuknya Siswa Praja adalah :

1. Menanamkan rasa persatuan2. Memperbaiki Akhlak3. Memperdalam agama

Siswa Praja memiliki ranting-ranting disekolah-sekolah Muhammmadiyah yang ada yaitu : Suronatan, Karangkajen, Bausasran dan Kota Gede. Siswa Praja Wanita (SPW) pimpinannya diserahkan pada Sit Wasilah sebagai ketua. Tempat mengadakan kegiatan SPW di rumah Haji Irsyad dengan bentuk pengajian, berpidato, jamaah shalat dan kegiatan keputrian. Pada tahun 1923 secara organisatoris SPW menjadi urusan Aisyiyah. Kegiatannya semakin banyak dan nyata pada tahun 1931 nama SPW diganti dengan Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) tahun 1938 pada konggres muhammadiyah ke 26 di Yogyakarta diputuskan “simbul padi” menjadi simbul Nasyiah. Bapak Achyar Anies kemudian mengarang nyanyian simbul padi dan dijadikan Mars Nasyiah. Pada masa sekitar revolusi percaturan politik mempengaruhi kehidupan masyarakat. Organisasi-organisasi termasuk Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiah mengalami kemacetan. Baru setelah Muktamar Muhammadiyah di

Page 30: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Yogyakarta tahun 1950 saat itu Aisyiyah mnjadi otonom, maka peran Nasyiah semakin diperhatikan. Ketika Muktamar di Jakarta tahun 1962 Nasyiah mulai diberi kesempatan untuk mengadakan musyawarah sendiri tahun 1963 dalam siding tanwir disepakati untuk memberi status otonom kepada Nasyiah di bawah pimpinan Majlis bimbingan Pemuda. Dengan didahului konfrensi di Solo, maka pada tahun 1965 di Bandung, Nasyiah berhasil mengadakan munasnya yang pertama bersamaan dengan muktamar muhammadiyah dan Aisyiyah. Munas diikuti oleh 33 daerah dan 1666 cabang. Mulai saat ini Nasyiyah mendapatkan status sebagai organisasi otonom Muhammadiyah. Secara organisatoris lepas dari Aisyiyah, secara kekeluargaan Aisyiyah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Nasyiah. Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah, yang merupakan gerakan putrid Islam, bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian. Maksud gerakan putri Islam, bergerak di bidang keagamaan , kemasyarakatan dan keputrian. Maksud gerakan putri Islam ialah menggerakan putrid-putri islam untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam, serta mengajak dan mengarahkan orang lain sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan as-Sunnah, menuju terbentuknya putrid Islam yang ber-Akhlak mulia. Dalam melaksanakan usahanya menuju terbentuknya pribadi putrid Islam yang berarti bagi agama, bangsa dan Negara, serta menjalankan fungsinya sebagai kader umat, kader persyarikatan dan kader bangsa, Nasyiah mendasarkan usaha dan perjuangannya di atas prinsip-prinsip yang terkandung di dalam anggaran dasarnya, yaitu:

a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah SWT.b. Menunaikan kewajiban terhadap agama, bangsa dan Negara serta rumah tangga, agar

terwujud masyarakat yang indah , bersih, suci dan makmur di bawah lindungan Tuhan yang Maha Pengampun.

c. Berakhlak mulia, memurnikan agama, suka dan ikhlas bekerja karena Allah serta senantiasa berjuang dengan gembira.

d. Melancarkan dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar dane. Melancarkan amal usaha dan perjuangan, serta meningkatkan fungsi dan peran

Nasyiatul Aisyiyah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah/ Aisyiyah.

4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ada dua faktor integral yang menjadi dasar dan latar belakang sejarah berdirinya IMM. Pertama, faktor intern, adalah faktor yang ada di dalam organisasi Muhammadiyah itu sendiri. Faktor ini lebih dominan daripada faktor lain dalam bentuk motivasi idealis dari dalam, yaitu dorongan untuk mengembangkan ideologi, paham dan cita-cita dan merefleksikan ideologinya itu, maka Muhammadiyah mesti bersinggungan dan berinteraksi dengan mahasiswa

Page 31: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

dengan cara menyediakan dan membentuk wadah khusus yang bisa menarik animo dan mengembangkan potensi mahasiswa. Anggapan mengenai pentingnya wadah bagi mahasiswa tersebut lahir pada saat Muktamar ke-25 Muhammadiyah di Jakarta (1963) pada tanggal 18 November 1955 Muhammadyah baru bisa mewujudkan cita-cita untuk mendirikan perguruan tinggi yaitu Fakultas Hukum dan Filsafat di Padang Panjang. Kemudian pada tahun 1958 fakultas serupa dibangun di Surakarta, Akademi Tabligh Muhammadiyah di Yogyakarta, Faklutas Ilmu Sosial di Jakarta. Namun cita-cita membentuk organisasi mahasiswa belum dapat terwujud karena Muhammadiyah masih menjadi anggota istimewa Masyumi yang terikat ikrar abadi umat islam. Yang salah satu isinyamenyatakan satu-satunya organisasi mahasiswa Islam adalah HMI. Menjelang Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta pada tahun 1962, mahasiswa-mahasiswa ini juga datang dari mahasiswa Muhammadiyah yang ada di Jakarta seperti Nurwijoyo Sarjono, M.Z. Suherman, M. Yasif, dan Sutrisno Muhdam. Dengan banyaknya desakan dan dorongan tersebut , maka PP Pemuda Muhammdiyah waktu M. Fachrurrazi sebagai ketua umum dan M. Djazman Al-Kindi sebagai sekertaris umum mengusulkan kepada PP Muhammadiyah yang waktu itu diketuai oleh KH. Ahmad Badawi untuk mendirikan organisasi Khusus bagi mahasiswa dengan nama Ikatan Mahasisswa Muhammadiyah (IMM). Usulan itu disetujui oleh PP Muhammadiyah, yang kemudian diresmikan pada tangggal 14 Maret 1964 (29 syawal 1384). Peresmian berdirinya IMM resepsinya diadakan di gedung Dinoto Yogyakarta dengan ditandai penandatanganan “ Lima penegasan IMM” oleh KH Ahmad Badawi yang berbunyi:

a. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islamb. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan

IMMc. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah organisasi mahasiwa yang sah dengan

mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah Negara.

d. Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah, dan e. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabdikan

untuk kepentingan rakyat.

Kedua, faktor ekstern, adalah hal-hal dan keadaan yang datang dari dan berada di luar Muhammadiyah, yaitu situasi dan kondisi kehidupan umat dan bangsa serta dinamika gerakan organisasi-organisasi mahasiswa. Keadaan dan kehidupan umat islam waktu itu masih banyak dipenuhi oleh tradisi, paham dan keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Keyakinan dan praktik keagamaan umat Islam termasuk di dalamnya maasiswa banyak bercampur baur dengan takhayaul, bid’ah, dan kurafat.

Page 32: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Sementara itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga tengah terancam oleh pengaruh ideology komunis ( PKI ), keterbelakangan, kemisikinan, kebodohan, dan konflik kekuasaan antara golongan dan partai politik. Himpunan mahasiswa islam ( HMI ) pada masa ini, kendati telah berusaha menunjukkan eksistensi dirinya sebagai bagian dari kekuatan revolusioner, namun HMI tetap menjadi sasaran PKI untuk dibubarkan seperti halnya organisasi-organisasi mahasiswa yang lain. Sebagaimana diketahui bahwa HMI pada mulanya didirikan dan dibesarkan oleh orang-orang Muhammadiyah untuk mengembangkan ideology Muhammadiyah. Maka berdirinya IMM membantu dan mempertahankan HMI dari upaya pembubaran oleh PKI. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi otonom Muhammadiyah merupaka gerakan mahasiwa Islam yang bergerak dibidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan, memiliki fungsi :

a. Sebagai organisasi kader, senantiasa berupaya melakukan proses unutk mengaktulaisasikan dan mengembangkan potensi manusiawi anggota ikatan seuai dengan fitrah yang diberikan Allah SWT. Yakni sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa.

b. Sebagai organisasi dakwah, senantiasa berusaha untuk menginternalisasikan dan mensosialisasikan agama islam ke dalam segenap dimensi kehidupan, menyadarkan dan meyakinkan anggotanya bahwa ia berada dalam kaitan dari tanggung jawab sebagai khalitafullah fi al-ardi, pengembanan misi robbani; dan

c. Sebagai eksponen mahasiswa islam dalam Muhammadiyah, IMM merupaka bagian dari mata rantai perjuangan dan gerakan mahasiswa Islam Indonesia yang berada dalam Muhammadiyah yang berusaha memadukan kompetensi akidah dan intelektual.

5. Ikatan Remaja Muhammadiyah ( IRM ) Upaya dan keinginan para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah telah dirintis sejak tahun 1919 dengan adanya siswa praja di sekola-sekolah. Dengan kegigihan dan kesungguhan aktifitas Muhammadiyah untuk membentuk organisasi kader di kalangan pelajar baru ada titik terang dan mulai menunjukan keberhasilan yaitu ketika 1958 konfrensi Pemuda Muhammadiyah di Garut menempatkan Organisasi Pelajar Muhammadiyah dibawah pengawasan Pemuda Muhamadiyah. Kemudia keputusan itu diperkuat pada Mukhtamar Pemuda Muhammadiyah 2 berlangsung pada 24-24 Juli 1960 di Yogyakarta, memutuskan untuk membentuk IPM. Setelah ada kesepakatan antara PP Pemuda Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Pengajaran tanggal 15 Juni 1961 ditandatangani peraturan bersama tentang organisasi IRM ini. Kemudia dimatangkan lagi di dalam konfrensi pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 Juli 1961. Dan ditetapkan tanggal 18 Juli 1961 M, bertepatan

Page 33: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

dengan tanggal 5 Shafar 1381 H sebagai Hari Kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah ( IPM ). Dari mukhtamar ke mukhtamar, IPM mengalami perkembangan sampai dengan Mukhtamar ke VII 26-30 April 1989 di Cirebon nama IPM menjadi agenda penting yang belum dapat terselesaikan sehingga berakibat gagalnya rencana penyelenggaraan Mukhtmar VIII IPM di Medan yang diganti menjadi Mukhtamar terbatas di Yogyakarta. Dalam konpinwi IPM tahun 1992 di Yogyakarta, Menpora RI.Ir. Akbar Tanjung secara implisif menyampaikan kebijakan pemerintah pada IPM unutk melakukan penyesuaian dalam tubuh organisasi. Konpiwil PP IPM diminta Depdagri mengisi formulir direktori organisasi dengan disertai cacatan untuk mengubah nama IPM. Dengan berbagai pertimbangan pada tanggal 18 November 1992 nama IPM resmi diganti menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah ( IRM ), setelah perubahan nama IPM menjadi IRM, Mukhtamar IRM yang pertama dilaksanakan pada tanggal 3-7 Agustus 1993. Ikatan Remaja Muhammadiyah merupaka pergantian nama dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa dalam menunjang pembangunan manusia seutuhnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka fungsi atau peran Ikatan Remaja Muhammadiyah sebagai berikut :a. Membina dan meningkatkan kesatuan akidah islamiah seluruh remaja muslim b. Membina dan meningkatkan pemahana serta pengamalan ajaran islam kepada

seluruh remaja muslimc. Mengembangkan potensi remaja muslim dengan membina dan meningkatan

kecakapan, keterampilan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologid. Mempersiapkan kader persyarikatan, umat dan bangsa mempunyai kesadaran

dan kemampuan untuk menegakkan dan menjujung tinggi agama islam, sehingga terwujud masyarakat islam, yang sebenar-benarnya.

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah Berdiri Tapak Suci Putra Muhammadiyah memiliki sejarah yang panjang, seiring dengan perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan eksistensi bangsa dari penjajahan bangsa lain. Sekitar tahun 1925 sampai dengan 1951 di kampung kauman banyak sekali berkembang aliran pencak silat yang berbau ajaran islam maupun yang menyimpang dari ajaran islam. Bermula dari desakan anak murid perguruan Kasedu kepada pendekar Moh.Barie Irsjad, agar dapat didirikan satu perguruan yang menggabungkan semua perguruan yang sejalur. Didasari atas keprihatinan dengan merosotnya kegiatan para pendekar besar dalam mengembangkan pencak silat, disamping ke khawatiran makin terpecah belahnya perguruan pencak silat. Dengan dasar pengertian bahwa kekuatan dapat disatukan dan tidak akan ada lagi lahirnya perguruan dari aliran yang sama, pendekar Moh. Barie Irsjad dapat

Page 34: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

menerima kenyataan itu. Setelah melalui berulang kali sarasehan, kemudian restu diberikan dengan pengertian perguruan nanti adalah kelanjutan dari perguruan di Kauman yang didirikan sejak tahun 1925 dan berkedudukan di kauman. Untuk proses persiapan berdirinya perguruan ini dibentuklah dua tim yaitu: tim organisasi dijetuai Irfan Nadjam, dan tim perguruan diketuai oleh Moh. Rustam Djundab. Segala perangkat dan prasarana yang telah disiapkan dibawa dalam pertemuan pendekar tanggal 1 juli 1963. Pembahasan organisasi tidak mengalami banyak kesulitan menemui persoalan. Hal ini disebabkan karena telah disepakati bahwa lahirnya tapak suci bukan lahirnya aliran baru. Berkat kebesaran pendekar-pendekar terdahulu yang sudah mampu memandang jauh kedepan dengan melebur perguruan kauman yang telah ada sejak 1925, maka atas rahmat Allah SWT lahirlah perguruan tapak suci secara resmi pada tanggal 31 Juli 1963 bertepatan dengan tanggal 10 Rabiul Awwal 1383 H. kelahirannya ditandai dengan sebuah pertemuan tebuka yang di hadiri segenap tokoh-tokoh persilatan dari masyarakat umum bertempat di gedung pesantren Aisyiyah Kauman Yogyakarta. Dengan melihat perkembangan dan potensi tapak suci yang telah berperan besar untuk umat Islam, bangsa dan Negara dalam menentang PKI, KH. Ahmad Dahlan Badawi ketua PP Muhammadiyah memandang tapak suci tepat sekali dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah. Untuk itu dalam sidang Tanwir Muhammadiyah tanggal 28 Juli 1 Agustus 1967, tapak suci ditetapkan sebagai organisasi otonom Muhammmdiyah. Tapak Suci putra muhammmdiyah lahir dan berkembang untuk menjadi pelopor pembangan pencak silat yang metodis dan dinamis dengan dasar:

a. Membina pencak silat yang berwatak serta kepribadian Indonesia, bersih dari ilmu sesat dan syirik

b. Mengabdi perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan Negara.c. Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindakan-tindakan

kesucian. Tapak suci putra Muhammdiyah mengajarkan pencak silat sebagai olahragawi menyeimbangkan antara lahir dan batin dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Jadi iman dan akhlak anak didik tapak suci merupakan sumber kekuatan yang berasal dari Allah dan samasekali bukan berasal dari manusia itu sendiri.

7. Hizbul Wathan Hizbul Wathan ( kepanduan muhammadiyah). Semula bernama Padvinder Muhammdiyah, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tahun 1918. Pelopor beridirinya antara lain siradj Dahlan dan Sarbini. Atas usul H. Agus Salim, istilah belanda tersebut di indonsesiakan dengan “ kepanduan Muhammadiyah”. Pada tahun 1920, atas usul R.H. Hadjid, kepanduan muhammadiyah berganti nama menjadi hizbul wathan (HW).

Page 35: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Ada beberapa tingkatan pada HW: tingkat Athfal untuk usia 8-11 tahun, tingkat pengenal untuk usia 12-16 tahun, dan tingkat penghela untuk usia 17 tahun ke atas. Dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia banyak memberikan andil dalam mempersiapkan para pemuda untuk menghadapi penjajah Belanda, antara lain Jendral Sudirman yang pada tanggal 18 desember 1945 diangkat oleh presiden soekarno menjadi panglima besar tentara keamanan rakyat. Berdasarkan SK Presiden RI No, 238/1961, tertanggal 20 Mei 1961, HW ditiadakan dan disatukan kedalam Gerakan Pramuka ( Praja Muda Karana). Setelah orde baru tumbang digantikan dengan orde reformasi, kegiatan kepanduan yang berbentuk HW dihidupkan kembali berdasarkan hasil keputusan Muktamar Muhammdiyah ke-44 tahun 2000 di Jakarta. Bahkan diintruksikan untuk mendirikan HW di tingkat Pusat sampai tingkat ranting.

KESIMPULAN

Page 36: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Ada delapan majelis dalam Muhammadiyah yang berfungsi mengdukung dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka tercapainya tujuan Muhammadiyah, sesuai dengan bidang garapnya masing-masing. Ada tujuh lembaga dan satu badan pembina dan pengawas keungan. Lembaga ini hanya dibentuk di tingkat pusat saja, sedangkan badan dapat dibentuk sampai tingkat wilayah, kalau ada daerah yang ingin memiliki badan pembina dan pengawasan keuangan diperbolehkan asalkan mendapatkan izin dari PWM ( Pengurus/Pimpinan Wilayah Muhammadiyah) setempat.

Majelis Tarjih dan Pembangunan Pemikiran Islam (MT-PPI), Majelis ini berdiri pada tahun 1928, dan memiliki fungsi membimbing pengamalam ajaran islam,meningkatkan kualitas ulama,memberikan fatwa agama, mempergiat pengkajan dan penelitian. Selain itu berperan juga dalam mentarjih dalil agama untuk dipilih yang paling kuat,dan mengembangkan perbaharuan pemikiran agama.

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MT-DK), Majelis ini bersiri pada tahun1917, memiliki fungsi yang menyusun kebijakan dalam bidang tabligh, mengkoordinasikan korp mubaligh, memelihara wakaf, masjid, musollah sebagai sarana ibadah dan meningkatkan mutu kehidupan umat, menyelenggarakan pendidikan dan kaderisasi mubaligh, dan melakukan penelitian dakwah.

Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Perkembangan (Diklitibang), Baik pendidikan dasar , menengah ataupun pendidikan tinggi majelis ini diberikan tugas oleh persyerikatan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki jiwa Muhammadiyah, mempertebal akidah, tekun beribadah, aklakul karimah dan penguasaan IPTEK

Majelis Perkembangan Kader dan Sumberdaya Insani (MPK-SDI), Majelis ini diberi amanah oleh persyerikatan untuk menyusun onsep pengkaderan dan mengoperasionalkan di lingkungan keluarga, sekolah dan organisasi, mengeembangkan studi lanjut, mengadakan darul arqam dan kegiatan sejenisnya,pendataan kader, mempublikasikan pedoman kaderisasi, menyelenggarakan forum ideopolitor.

Majelis Hikmah, Majelis ini brtugas mengadakan kajian-kajian polotik, memberikan pertimbangan kepada pimpinan persyerikatan tentang perkembangan politik sedang terjadi,dan mempertinggi kecerdasan politik.

Majelis Kesehatan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial, Majelis ini diberi tugas oleh persyerikatan untuk menanamkan hidup tolong menolong, menyelenggarakan pendidikan kesehatan sehingga tersedia tenaga kesehatan, menyelenggarakan usaha-usaha pertolongan (RS, PKU, klinik kesehatan, klinik bersalin).

Majelis Ekonomi, Majelis ini dibetuk oleh Muhammadiyah dengan tugas utama merumuskan sistem ekonomi Islam, menggiatkan kegiatan ekonomi warga muhammadiyah, mendorong terbentuknya Organisasi perekonomian

Page 37: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Islam di luar persyerikatan, dan sebagai fasilitator pengembalian ekonomi antara berbagao pihak.

Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, Majelis ini berdiri pada tahun 1972,memiliki fungsi menggiatkan wakaf umat, mengusahakan sertifikat tanah dan bangunan wakaf milik persyerikatan.

Lembaga Hikmah, bertugas untuk mengadakan kajian-kajian politik yang berkaitan dengan perjuangan muhammadiyah, menyelenggarakan pendidikan politik kader persyarikatan dan lain sebagainya.

Lembaga Hubungan Luar Negeri, lembaga ini didirikan dengan tujuan mengembangkan SDM dalam membangun jaringan internasional, pengembangan pemikiran keislaman dunia solidaritas umat islam dunia, dan membentuk network kader Muhammadiyah di luar negeri.

Lembaga Penegakan Supremasi Hukum dan HAM, memiliki program (a) pendidikan dan sosialisasi hukum; (b) Pemberdayaan SDM dan HAM; (c) advokasi, bantuan dan konsultasi hukum.

Lembaga Seni Budaya, memiliki program (a) pengembangan media dan sara prasarana; (b) pendidikan dan pelatihan; (c) pengkajian dan pengembangan; dan (d) penguatan kelembagaan.

Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi, mempunyai tugas (a) membuat data bas; (b) melakukan kajian yang analitis SWOT SDM Muhammadiyah; (c) pendidikan dan pelatihan Profesi; dan (d) kerjasama dengan lembaga lain ang meningkatkan profesionalitas kekaryaan dalam Muhammadiyah.

Lembaga Studi dan Pemberdayaan Lingkungan Hidup ( LSPLH), mengarahkan kegiatan pada (1) pengkajian dan penelitian dalam masalah lingkungan, (2) pendidikan dan pelatihan untuk pendampingan masyarakat dalam pelestarian dan pemberdayaan lingkungan, (3) worksho Teologi (etika) Islam tentang Lingkungan, (4) melaksanakan diskusi dan seminar Lingkungan, (5) penerbitan jurnal dan buku-buku tentang lingkungandan peran persyarikatan, (6) pembentukan komunitas peduli lingkungan dan advokasi terhadap kasus-kasus lingkungan dan pemberdayaan lingkungan hidup.

Lembaga Pemberdayaan Buruh, Tani, dan Nelayan (LP-BTN), diarahkan memberikan penguatan dan pembelaan kaum buruh, Tani, dan nelayan dalam terstruktur sosial yang terpinggirkan dan terzholimi.

Badan Pembina dan Pengawas Keuangan, badan ini dengan tugas menyusun sistem pengelolaan keuangan persyarikatan, mengelola dan mengawasi keuangan.

Untuk tercapainya tujuan persyarikatan Muhammadiyah juga didukung oleh organisasi otonom, yakni Aisyiyah, NA, Pemuda, IMM,IRM,TS putra Muhammadiyah dan HW.

Aisyiyah berdiri tahun 1917 dengan mengemban tugas untuk membimbing kaum wanita sadar beragama dan berorganisasi, menghimpun wanita-wanita untuk berkiprah secara aktif dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

Page 38: KEL 3 - Badan Pembantu Pimpinan Dan Organisasi Otonom Dalam Muhammadiyah

Pemuda muhammadiyah berdiri tahun 1932 dengan mengemban tugas untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada kesadaran putra muhammadiyah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha muhammadiyah.

NA berdiri tahun 1919 dengan tugas pokok menggerakan putra-putri muhammadiyah untuk memahami dan mengamalkan islam, putri yang berakhlak mulia. Bidang garap NA adalah keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian.

IMM berdiri tahun 1963 merupakan organisasi otonom yang bergerak dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan memiliki fungsi sebagai organisasi kader, dakwah, dan bagian dari mata rantai perjuangan mahasiswa islam indonesia.

IRM semula bernama IPM, berdiri sejak tahun 1961 dengan fungsi meningkatkan kesatuan aqidah islamiyah seluruh remaja muslim, mengembangkan potensi remaja muslim dalam bidang keterampilan dan penguasaan iptek, mempersiapkan kader persyarikatan, umat dan bangsa.

TS Putra Muhammadiyah berdiri tahun 1963 dengan tugas untuk membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian indonesia, bersih dari ilmu sesat dan syirik; untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara; dan sikap mental gerak langkah anak murid harus merupakan tindakan-tindakan kesucian.