15
KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT TERHADAP PANDEMI INFLUENZA DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PREPAREDNESS AND EMERGENCY RESPONSE TO INFLUENZA PANDEMIC IN RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ¹A.Dewi Batari, ²A.Husni Tanra, ³Ridwan Amiruddin ¹Bagian Akreditasi International Instalasi Penjamin Mutu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo ²Bagian Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar ³Bagian Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasnuddin Alamat Koresponden: Jl. AP Pettarani Blok E 27/1B Makassar Hp. 085298791393 Email: [email protected]

KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9e149fc39493ffcdec01064c1af14379.pdf · bahwa RS Dr. Wahidin Sudirohusodo ... tim PPI dan juga petugas ... 448/Menkes/SK/VI/1993

Embed Size (px)

Citation preview

KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT TERHADAP PANDEMI INFLUENZA DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PREPAREDNESS AND EMERGENCY RESPONSE TO INFLUENZA PANDEMIC IN RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

¹A.Dewi Batari, ²A.Husni Tanra, ³Ridwan Amiruddin

¹Bagian Akreditasi International Instalasi Penjamin Mutu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo ²Bagian Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

³Bagian Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasnuddin

Alamat Koresponden: Jl. AP Pettarani Blok E 27/1B Makassar Hp. 085298791393 Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai sejauh mana kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap risiko pandemi influenza di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Jenis penelitian adalah deskriptif penelusuran berbasis checklist WHO-Asian Disaster Preparedness Center dengan pendekatan kualitatif dan skoring sebagai data penunjang. Teknik pengumpulan menggunakan data triangulasi yaitu wawancara pihak manajemen sampai staf, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapsiagaan dan tanggap darurat rumah sakit terhadap risiko pandemi influenza pada aspek sistem komunikasi eksternal dan sistem komando sudah memenuhi standar. Namun aspek kebijakan dan organisasi, sistem komando dan perencanaan aktivasi, pengkajian risiko & kerawanan, pencegahan dan pengendalian infeksi, sistem surveilans, sistem komunikasi internal, sumber daya, training dan edukasi, akses penerimaan dan triage pasien, penanganan kesehatan karyawan, uji coba dan revisi perencanaan belum memenuhi standar. Hal ini dikarenakan belum lengkapnya dokumen berupa kebijakan, rencana program dan standar prosedur operasional yang jelas sebagai dasar implementasi yang dapat diukur. Kesimpulan bahwa kesiapsiagaan & tanggap darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar belum memenuhi standar WHO-Asian Disaster Preparedness Center. Saran kepada rumah sakit dalam menyusun dokumen hendaknya mengacu pada standar nasional dan internasional sebagai dasar implementasi yang konsisten sampai pada monitoring & evaluasinya. Kata Kunci : kesiapsiagaan, tanggap darurat, pandemi, influenza. Abstract The aim of the research is to assess the preparedness and the emergency response to the risk of influenza pandemic in Dr. Wahidin Sudirohusodo Public Hospital of Makassar.

The research was a descriptive and tracer study based on WHO-Asian Disaster Preparedness Center checklist with a qualitative approach and scoring as a supporting data. The techniques used to obtain the data were triangulation; interviewing management, related staff, observation dan document study.

The results of the research shows that the preparedness and emergency response of the hospital to the risk of influenza pandemic in external communication system aspect and command system is in standard quality. Nevertheless, organizational and policy aspect, command system and activation planning, risk review and vulnerability, prevention and infection control, surveillance system, internal communication system, resources, training and education, reception access and patient triage, the handling of employee’s health, experiment and revision of plans are all substandard. This is caused by the incomplete documentation such as policy, program planning and operational procedure standard that are understandable as an implementation basis that is measurable.

The conclusion is that the preparedness and the emergency response to Influenza Pandemic in Dr. Wahidin Sudirohusodo Public Hospital of Makassar are not in compliance to the WHO-Asian Disaster Preparedness Center standard. Recommendation to the hospital in setting up a document should refer to the national and international standard as the base of a consistent implementation up until the monitoring and the evaluation.

Keywords: preparedness, response, pandemic, influenza

PENDAHULUAN

Bencana dalam hal ini termasuk wabah seperti yang dijelaskan dalam UU N0. 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana pada Bab I Pasal 1 “Bencana nonalam adalah bencana

yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal

teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit”. Terlebih pada kasus-kasus risiko

pandemi influenza yang memberi dampak pada wilayah yang luas dengan sifat yang sangat

virulen dan mengancam jiwa dalam waktu singkat, sehingga harus dilakukan tindakan segera

untuk menolong korban dan meminimalkan dampak penularan.

Wabah pada bidang Epidemiologi Modern lebih ditekankan pada konsep prevalensi yang

berlebihan dan tidak selalu terkait dengan penyakit menular. Namun berdasarkan prioritas

masalah kesehatan di Indonesia maka yang dimaksudkan dengan wabah menurut Depkes RI

adalah hampir selalu terkait dengan wabah penyakit menular. Penyakit menular yang berpotensi

wabah tersebut, disebutkan di antaranya adalah jenis influenza. Secara lengkap, penyakit yang

dimaksud antara lain : kolera, pes, demam kuning, demam bolakbalik, tifus bercak wabah,

demam berdarah dengue, campak polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, hepatitis,

tifus perut, meningitis, ensefalitis, antraks dan penyakit lain yang akan ditetapkan kemudian

(Hikmawati, 2011).

Kesiapsiaagaan di rumah sakit sebagai sub sistem pelayanan kesehatan mencakup semua

aspek, antara lain : aspek kebijakan dan organisasi, yakni tentang adanya kebijakan dan

organisasi yang telah dibuat dengan sistem komando serta perencanaan aktivasinya, juga aspek

deteksi terkait sistem surveillen dan pengakajian risiko terhadap pandemi influenza, Program

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, konsep sistem komunikasi internal dan eksternal, aspek

sumber daya (fasilitas, sumber daya manusia), training dan edukasi, penerimaan dan triage

pasien, penanganan mayat, penanganan kesehatan karyawan, juga pelaksanaan uji coba dan

revisi perencanaan (WHO-ADPC, 2006).

Bentuk tanggap darurat dapat dilihat dari aspek implementasi di lapangan, yakni: tentang

pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian Infeksi, pelaksanaan sistem surveilans,

aplikasi sistem komunikasi internal dan eksternal, aplikasi akses penerimaan dan triage pasien

rumah sakit, aplikasi penanganan mayat, dan sistem yang menjamin kesehatan karyawan. Pada

manusia terdapat jenis influenza H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan

pada binatang H1-H5 dan N1-N9 (Purwati, 2009). Virulensi influenza dilihat dari cara

penularannya yakni melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang

mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung

atau lendir, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang

terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun

jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakit ini belum jelas betul (Braxton, 2007).

Kasus avian influenza dari tahun 2003 sampai 19 August 2011 adalah tercatat 565 kasus

pada manusia dengan kematian 331 (fatality rate 58.6%) yang dilaporkan oleh World Health

Organization (WHO). Kasus konfirmasi avian influenza A(H5N1) yang diperoleh dari data 15

negara. WHO melaporkan selama tahun 2011 (sampai 19 Agustus 2011) 25 kematian dari 49

kasus pada empat negara: Bangladesh (2 kasus – 0 kematian), Kamboja (8 kasus – 8 kematian),

Mesir (32 kasus – 12 kematian) and Indonesia (7 kasus – 5 kematian) (ECDC, 2011).

Kasus Avian influenza dideteksi pertama pada peternakan di Indonesia adalah pada tahun

2003, sedangkan kasus pertama yang ditemukan pada manusia di Indonesia adalah pada Juli

2005 (Sedyaningsih, 2007). Data besarnya korban akibat salah satu kasus pandemi flu di

Indonesia antara lain data oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakitan dan Penyehatan

Lingkungan menyebutkan, korban meninggal akibat flu burung di Indonesia dalam tahun 2005 -

26 Maret 2012, yaitu dengan 156 kasus kematian dari 188 kasus. Tahun lalu, tercatat ada

sembilan orang tewas dari sebelas kasus flu burung. (Kemenkes RI, 2012).

Dampak pandemi akan mempengaruhi kehidupan secara luas, Implikasi Pandemi

Influenza mengakibatkan kesakitan dan kematian dalam jumlah besar, menurut Purwati (2009)

perkiraan angka serangan 30% populasi, angka kematian 5%, demikian pula beban pelayanan

kesehatan dapat melebihi kamampuan (tempat perawatan, peralatan medis, non medis,

sumberdaya manusia), kekacauan sosial, kelumpuhan pelayanan sosial, kelumpuhan kegiatan

ekonomi.

Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan, selayaknya dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Dalam penelitian Marshal

(2009) bahkan pengetahuan masyarakat di Australia Selatan ditemukan masih kurang terhadap

kesiapsiaagaan pandemi influenza. Rumah sakit selain sebagai pemberi pelayanan kesehatan

rutin sehari-hari maupun dalam hal kasus luar biasa yang berpotensi menjadi wabah dalam

masyarakat termasuk pada kondisi pandemi. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Rumah

Sakit No. 4 Tahun 2009, Pasal 29 tentang kewajiban rumah sakit disebutkan pada butir ke-4

bahwa rumah sakit berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai

dengan kemampuan pelayanannya.

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai rumah sakit pusat rujukan

wilayah Indonesia Timur, hendaknya telah memiliki kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal. Berdasarkan data awal diketahui

bahwa RS Dr. Wahidin Sudirohusodo tersebut selain Instalasi Gawat Darurat sebagai pintu

gerbang masuknya kasus-kasus serupa, juga telah dilengkapi dengan fasilitas Infection Center

dengan tempat khusus untuk penanganan kasus-kasus infeksi yang berisiko menyebabkan

pandemi influenza. Tujuan Umum penelitian ini adalah Untuk menilai sejauh mana

kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap risiko pandemi influenza di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan masalah dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan

adalah jenis penelitian deskriptif penelusuran (tracer study).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah sebuah rumah sakit tipe A yakni: RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo yang berada di Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar merupakan rumah sakit pusat rujukan di wilayah Indonesia Timur

sekaligus sebagai salah satu rumah sakit rujukan Flu Burung. Sejak Bulan Oktober tahun 2011

rumah sakit tersebut mendeklarasikan untuk mempersiapkan diri pada survey akreditasi

internasional oleh Joint Commission Intrenasional (JCI) menuju rumah sakit berstandar

internasional tahun 2013. Waktu Penelitian mulai Bulan November 2012 sampai Februari 2013.

Sumber Data

Sumber data tentang kesiapsiaagan dan tanggap darurat dalam penelitian ini adalah

semua pihak yang terkait baik dari pihak manajemen maupun petugas di unit pelayanan terkait,

yakni di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Infection Center, maupun staf terkait lain seperti dari

Instalasi gizi, laundry, tim PPI dan juga petugas surveilans flu burung yang telah ditetapkan

dalam suatu Surat Keputusan Rumah Sakit.

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yakni suatu teknik pengambilan

sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

berdasarkan tujuan atau masalah penelitian (Nursalam, 2003). Dimana penelitian ini akan

menggali informasi dari informan yang relevan dengan tujuan penelitian terkait kesiapsiagaan

dan tanggap darurat rumah sakit pada risiko pandemi influenza, baik dari pihak manajemen

terkait maupun pelaksana di lapangan. Peneliti pakar terkait topik penelitian ini adalah pakar di

bidang emergensi dan juga praktisi manajemen rumah sakit, dimana penelitian ini terkait pada

bidang emergensi dan disaster, , sedangkan pandemi sebagai salah satu bentuk disaster yang

membutuhkan penanganan emergensi di rumah sakit. Juga pakar di bidang epidemiologi yang

sangat terkait pada kajian penelitian tentang Pandemi Influenza.

Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian dikenal adanya triangulation, menurut Denzin (1994) dalam Ariani

(2008) tipe dasar triangulation, yaitu data triangulation (menggunakan berbagai sumber data

dalam penelitian); investigator triangulation (menggunakan beberapa peneliti yang berbeda;

theory triangulation (menggunakan berbagai pandangan dalam menginterprertasikan hasil

penelitian); dan methodological triangulation (menggunakan berbagai metode dalam

mempelajari masalah penelitian). Selanjutnya menurut Ariani (2008) Dalam penelitian

kualitatif, triangulasi merujuk pada pengumpulan informasi (data) sebanyak mungkin dari

berbagai sumber (manusia, latar dan kejadian) melalui berbagai metode. Triangulasi ini

menguntungkan peneliti dalam dua hal yatu (1) mengurangi dari berbagai risiko terbatasnya

kesimpulan pada metode dari sumber data tertentu, (2) meningkatkan validilitas kesimpulan

sehingga lebih merambah pada ranah yang lebih luas. Dengan kata lain, bias yang melekat

(inheren) pada satu sumber data, peneliti, dan metode tertentu akan ternetralisir oleh informasi

yang digali dari sumber data, peneliti dan metode lain.

Teknik Analisis Data

Data diperoleh berdasarkan standar yang ada pada checklist WHO-ADPC melalui teknik

tracer (penelusuran) dengan data triangulasi tentang kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap

risiko pandemi influenza di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

kemudian dideskripsikan lalu ditarik kesimpulan terhadap bagaimana kesiapsiagaan dan tanggap

darurat terhadap pandemi Influenza di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar serta

ditunjang oleh data hasil skoring berdasarkan ceklis WHO-Asian Disaster Preparedness Center

tersebut.

HASIL

Kebijakan dan organisasi

Berdasarkan data dari ceklist ADPC dibuat dalam skoring, maka secara kuantitas

kebijakan dan organisasi pada Kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

terhadap Risiko Pandemi Influenza mencapai 56%, dengan rincian dapat dilihat pada table 1.

Kebijakan dan organisasi terhadap risiko pandemi influenza berdasarkan hasil telaah

dokumen yang penulis telah lakukan, antara lain Secara umum RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar telah menerbitkan Kebijakan Direksi Nomor HK.02.04/DIRUT.I/4176/2012 tentang

Pemberlakuan Pedoman Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Management Plan) RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan dasar antara lain UU No 24 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana dan Kepmenkes Nomor: 448/Menkes/SK/VI/1993 tentang

Pembentukan Tim Kesehatan Penanganan korban Bencana di setiap RS. RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar juga telah memilki Kebijakan Direksi

Nomor:HK.03.06/1.5.5.1/401/2011 tentang Tim Penanggula ngan Flu Burung RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan dasar antara lain UU No 4 tahun 1984 tentang Wabah

penyakit menular dan Peraturan Pemerintah Nomor: 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan

Wabah penyakit menular (Lembaran Negara no. 3447). Namun kedua Surat Keputusan tersebut

masih kurang update, mengingat tim yg dimaksud sudah ada beberapa yang diganti pada posisi

yang melekat pada jabatan.

Rencana program Penanganan Bencana Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar termasuk emergensi penyakit menular telah diprogramkan tahun 2013. Namun

dokumen tentang konsep pelaksanaan program belum dibuat secara rinci. Sehingga belum dapat

diketahui tentang keterlibatan komunitas atau tidak. Berdasarkan pedoman penanggulangan

bencana telah menjelaskan keterlibatan komunitas yang ada; institusi terkait, RS jejaring, LSM

dan relawan. Demikian halnya terhadap rencana program tersebut, respon pandemik di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar belum ada dokumen menjelaskan tentang program berdasar

fase pandemik WHO termasuk plan pengenalan trigger yang dapat mengubah status respon

rumah sakit.

Dari kedua kebijakan tersebut maka Tim yang telah dibentuk di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar antara lain adalah Tim Hospital Disaster Plan dan Tim Flu Burung,

dengan Komandan Bencana yang telah ditetapkan adalah Direktur Medik dan keperawatan.

Direktur Utama bertanggung jawab langsung ke Kementerian Kesehatan dengan berkoordinasi

dengan Gubernur Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Provinsi khususnya yang terkait dengan

wikayah kasus Risiko Pandemi Influenza. Komposisi dalam tim tersebut masih ada beberapa

yang sudah tidak update seperti yang telah dijelaskan adalah karena posisi yang dimaksud

melekat pada jabatan terkait, sementara beberapa posisi tersebut masih pejabat lama yang

namanya tercantum dalam SK, antara lain Tim Farmasi, Komite PPI, Tim Keamanan dan

Ketertiban. Saat dikonfirmasi ke Direktur Medik dan Keperawatan, diperoleh informasi bahwa

memang SK tersebut sudah direvisi namun masih dalam proses.

Konsep Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Berdasarkan data dari ceklist ADPC dibuat dalam skoring, maka secara kuantitas konsep

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar terhadap Risiko Pandemi Influenza masih mencapai 38%, dengan

rincian dapat dilihat pada table 2.

Pada program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, pandemi influenza tidak ada dimasukkan dalam rencana kerja tahun 2013 yang terkait

khusus pada pandemi influenza.

Dokumen yang mengatur adanya deteksi dini serta pelaporan kasus risiko pandemi

influenza tidak ada. Kebijakan serta Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang kewaspadaan

isolasi sudah ada, namun belum mengatur bila ruang isolasi penuh, pembatasan transport pasien,

keluarga dan pengunjung di area isolasi.

Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang Alat Proteksi Diri (APD)

sudah ada, tetapi belum mengatur kondisi bila APD terbatas. Panduan pengendalian keluarga

dan pengunjung terhadap adanya suspek atau konfirm infeksi AI selama periode pandemik yang

juga menjelaskan bagaimana transportasi pasien pre hospital yang membawa kasus suspek atau

konfirm infeksi dengan kewaspadaan airborne sudah ada. Dokumen yang mengatur tentang

pembuangan sampah medis dan non medis yang mungkin terkontaminasi virus pandemik

influenza berupa Kebijakan dan SPO (Standar Prosedur Operasional) telah ada.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini terlihat bahwa Kesiapsiagaan untuk tanggap darurat yang lebih baik

bagi fasilitas kesehatan, khususnya bagi rumah sakit adalah hal yang mutlak. Sebagaimana salah

satu fungsi rumah sakit yang sebagai pemberi pelayanan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

baik pada kondisi sehari-hari maupun dalam kondisi bencana, termasuk pada adanya kasus yang

berisiko menimbulkan wabah seperti pada Avian Influenza atau swine influenza.

Kebijakan merupakan dasar untuk mengambil suatu keputusan yang baik sehingga

organisasi dapat berjalan secara terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal.

Menurut Bruno dkk (2011) prinsip-prinsip organisasi pada kondisi darurat, antara lain: organisasi

hendaknya sederhana dan jelas yang dapat diaktifkan dalam waktu singkat. Jumlah anggota

berkisar 40 orang yang merepresentasi semua kompetensi yang dibutuhkan, orang-orang yang

telah diatur sebagai pengambil keputusan telah disiapkan beserta infrastrukturnya, tidak

membuat reorganisasi melainkan mengembangkan dasar organisasi yang telah ada, dan juga

organisasi tersebut tetap menjamin keberlangsungan rutinitas pelayanan rumah sakit.

Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, tim yang terbentuk telah sejalan dengan

pendapat Bruno dan Oliver tersebut, dimana terdiri dari para pejabat struktural maupun

fungsional yang memang terkait langsung dengan tugas dan fungsinya ditambah dengaan para

profesional di bidangnya. Hanya saja adalah kurang memperhatikan perkembangan dinamisasi

pergantian pejabat terkait pada saat sudah berganti posisi, sementara tim yang dimasukkan bukan

nama jabatan tetapi nama orang yang terkait. Sehingga sulit dihindari adanya kendala-kendala di

lapangan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Pelayanan di Ruangan Infection center

Lt. 1 dan informasi dari Tim Farmasi, tentang koordinasi yang berlangsung selama ini dengan

kondisi Tim Farmasi masih diketuai oleh Kepala Instalasi Lama. Berdasarkan informasi

tersebut, dapat dikatakan bahwa masalah bukan hanya pada pejabat yang dilegalkan fungsinya

dalam SK, sebagai leader namun juga pada komposisi tim yang mempengaruhi koordinasi

operasi pada saat ada kasus hendaknya melibatkan tim yang sesuai tugas dan fungsinya di unit

terkait.

Dilihat dari data hasil penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa sistem komando di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasassar, secara kuantitas memperoleh skor yang cukup

tinggi (89%), tetapi dari skor sistem aktivasi yang hanya 7 % sehingga akumulasinya nilai sistem

komando dan aktivasi menjadi 53%. Adanya alur komando (chain of command) yang jelas

sehinggga setiap petugas hanya mempunyai satu pimpinan, sebagai panduan dari mana yang

bersangkutan akan mendapat perintah, dan ke mana memberikan laporan (unity command). Hal

ini untuk menghindarkan terjadi tumpang tindih penugasan, dan di lain pihak seorang pimpinan

juga harus mampu untuk mengontrol semua petugas yang di bawah perintahnya (ICITAP, 2011).

Penentuan lokasi pusat komando, yang telah ditetapkan di ruangan Triage Instalasi Gawat

Darurat. Dalam Pedoman Penanganan Tanggap Darurat Bencana 2010, Fungsi pusat komando

sebagai pusat kendali komando untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau dan

mengevaluasi pelaksanaan tanggap darurat bencana. Ruangan triage tersebut bila dikaitkan

dengan fungsinya di saat difungsikan menjadi pusat komando akan sulit memenuhi fungsi

sebagai ruangan tempat berkoordinasinya tim secara langsung, dimana dibutuhkan area meeting

beserta fasilitas administrasi penunjang lainnya, sementara ruangan tersebut terintegrasi dengan

pelayanan pasien gawat darurat. Juga sebagai lokasi pusat komunikasi secara tidak langsung,

sehingga dibutuhkan fasilitas komunikasi yang lengkap.

Proses aktivasi telah tersirat dalam alur sistem komando, namun belum adanya kejelasan

siapa yang memiliki autoritas dalam keputusan aktivasi. Bila dilihat dari alur, Komandan

Bencana yang menugaskan “Tim” untuk investigasi atau penilaian bencana maka bisa bermakna

bahwa Tim tersebut dapat segera mengaktivasi tim, tetapi akan terjadi masalah pada kondisi

adanya perbedaan pendapat dalam tim tersebut. Sehingga perlu dijelaskan bila hasil penilaian

tersebut dijelaskan dalam alur bahwa tetap dilaporkan lebih dahulu ke Komandan Bencana

sebagai pemegang autoritas aktivasi tim. Hal ini sejalan dengan uraian BNPB (2012) dimana

salah satu tugas pokok komandan Tanggap Darurat adalah aktivasi pos komando dan tim.

Fitriani (2012) Cara paling tepat untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi kegiatan

adalah dengan menerapkan secara menyeluruh prosedur operasional standar, sehingga seluruh

bagian terkait memahami fungsi dan peran masing-masing dalam menempatkan diri beraktivitas

untuk mencapai target bersama. Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo didapatkan bahwa Standar

Prosedur Operasional (SPO) sebagai dokumen penjelas dari pedoman pelaksanaan bencana

belum lengkap, termasuk pada aktivasi tim, pelaksanaan operasi sampai deaktivasi di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar sehingga dapat menyebabkan implementasi yang tidak

konsisten pada saat kejadian.

Pengkajian Risiko dan Kerawanan secara kuantitas skornya mencapai 50%. Hal tersebut

dilihat secara struktural dan non struktural telah ada yang bertanggung jawab terkait hal Risiko

dan Kerawanan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Kevin (2010), Manajemen risiko

mencakup identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko dan penanganan risiko. Bila dilihat

kondisi yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo identifikasi dan analisa risiko sudah

dilakukan, namun terkendala pada organisasi baru dengan sumber anggaran program yang belum

ada sehingga evaluasi dan penanganan risiko akan tidak berjalan maksimal diakibatkan program

yang belum terlaksana.

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusdo

Makassar pada pelaksanaan sistem surveilans yang belum mencakup deteksi symptom terkait

kasus pandemi Influenza. Sebagaimana proses perencanaan kesiapsiagaan emergensi dalam

WHO-ADPC (2006), salah satunya adalah perencanaan yang efektif adalah kesiapsiagaan

merupakan proses yang berlanjut dan dinamis. Sistem deteksi symptom sebagai bentuk deteksi

dini, merupakan salah satu upaya untuk mencegah impact yang lebih besar bila diketahui secara

dini. Demikian pula pada kasus risiko pandemi influenza, yang telah diketahui sifatnya yang

sangat infeksius, dengan kewaspadaan airborne, terlebih halnya pada kondisi belum tersedianya

kamar isolasi bertekanan negatif di Instalasi Gawat Darurat, sehingga perlunya antisipasi

terhadap risiko terjadinya kontaminasi baik ke pasien lain, staf dan pengunjung.

Penggunaan Alat Proteksi Diri pada penanganan kasus risiko pandemi influenza dari

dokumen yang mengatur sudah jelas, namun pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan APD

masih belum dilaksanakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hal tersebut untuk

menjaga konsistensi kepatuhan dan menjadi data progresifitas yang dapat menjadi referensi

perencanaan program terkait APD selanjutnya, termasuk perencanaan bila suplay APD terbatas

yang saat ini belum diatur di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pada pengelolaan

pengunjung, juga berjalan sesuai instruksi lisan atau insiatif staf karena dokumen terkait belum

ada yang mengatur, selain itu bukti proses terhadap pelaksanaan standar perlu dibuat untuk

menjaga validitas data sehari-hari, bukan data subyektif yang dapat disampaikan oleh staf

maupun manajer ruangan.

Sistem surveilans terkait kasus risiko pandemi influenza yang ada di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, masih sebatas karena adanya permintaan data dari Kemenkes sebagai bagian dari

data nasional. Sedangkan sistem surveilans sebagai data untuk mengetahui trend kasus di rumah

sakit sebagai antisipasi kejadian pandemi belum dilakukan.

Menurut WHO (2004) dalam Zhafran (2011) surveilans adalah suatu kegiatan

pengalaman penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan

distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat

dilakukan penanggulangan untuk dapat dilakukan tindakan efektif. Sedangkan tujuan dari sistem

surveilans menurut Depkes RI (2008) adalah terlaksananya deteksi dini kasus dan respon;

memperoleh informasi tentang gambaran epidemiologi, klinis penyakit, dan virologi; serta untuk

evaluasi upaya penanggulangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terhadap risiko pandemi

influenza yakni yang terkait dengan,Kebijakan dan organisasi Hasil penelitian tentang

kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada aspek kebijakan dan organisasi,

pada kebijakan didapatkan bahwa sudah ada namun masih ada kendala dalam pengorganisasian

karena nama beberapa tim yang melekat pada jabatan masih mencantumkan pejabat lama.

berdasarkan hasil skoring diperoleh nilai 56%. Secara umum kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar pada aspek sistem komando sudah ada, namun dokumen terkait

prosedur teknis secara mendetail belum ada, khususnya pada proses aktivasi dan deaktivasi tim.

Berdasarkan hasil skoring diperoleh nilai 53%. Hasil penelitian kesiapsiagaan RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar pada aspek pengkajian risiko dan kerawanan, bahwa organisasi

yang bertanggung jawab secara struktural memang sudah ada tapi karena masih baru, sehingga

program yang berjalan belum maksimal karena terkait perencanaan kegiatan yang umumnya

diprogramkan sejak satu tahun sebelumnya. Yang berjalan adalah program prioritas berdasarkan

hazard vurnerability analysis terkait risiko kebakaran pada program kerja K3. Berdasarkan hasil

skoring diperoleh nilai 50%. Bagi rumah sakit yang melayani kasus risiko pandemi influenza :

Kesiapsiagaan rumah sakit terhadap kebijakan dan organisasi terkait Surat Keputusan atau Surat

Tugas yang berhubungan dengan jabatan dibuat mencatumkan nama jabatan bukan nama orang,

untuk mengantisipasi dinamisasi pergantian pejabat.

DAFTAR PUSTAKA Ariani, Wahyu. (2008). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam Bisnis: Dua Metode yang

Tidak untuk Dipertentangkan. Optimal, Vol. 5, No. 2, Jogyakarta. BNPB, (2012). Sistem Komando Tanggap Darurat Penanganan Bencana.

[email protected]. Diakses 19 Mei 2013. Brakston G, et.al, (2007). Transmission of Influenza AI In Human Being. Lancet Infect Dis 7. Bruno, Hersche dan Olivier, C. Wenker, (2011). Principles of Hospital Disaster Planning. Depkes RI, (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah

Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Cetakan ke-2, Jakarta. European Centre for Disease Prevention and Control, (2011). Rapid Risk Assessment, Potential

Resurgence of Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza, Stockholm, Fitriani, Aulia, (2012). Manfaat Prosedur Operasional Standar.

[email protected], Diakses 20 Mei 2013. Hikmawati, Isna. (2011). Buku Ajar Epidemiologi, Nuha Medika; Yogyakarta. ICITAP, (2011). Standar Sistem Manajemen Keadaan Darurat. Modul Pelatihan, Edisi

2010/2011. Kemenkes RI, (2012). Laporan Kasus Flu Burung ke 188. Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakitan dan Penyehatan Lingkungan. www.depkes.go.id. Diakses pada 15 April 2012.

Marshal. Helen. Et.al. (2009). Pandemic Influenza and Community Preparedness, American Journal of Public Health. Print ISSN.

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama-Jakarta: Salemba Medika.

Purwati, Endang, dkk. (2009). Pengendalian Avian Influensa Mencegah Pandemi Influenza Di Sumatera Barat. Rekomendasi Diskusi Aktual Bidang Penelitian & Pengembangan Bappeda Provinsi Sumatera Barat

Sedyaningsih, Endang R, dkk. (2007). Epidemiology of Cases of H5N1 Virus Infection in Indonesia, July 2005-June 2006. Rangkuman Kumpulan Penelitian dan Kajian Flu Burung di Indonesia, 2004-2009.

WHO-ADPC, (2006). Health Care Facility Emergency Preparedness And Response to Epidemic and Pandemic, Bangkok Thailand.

Zhafran, Abu, (2011). Deskripsi Sistem Surveilans. Abuzhafran.blogspot. com/2011/01/des kripsi-sistem-surveillance html. Diakses pada 2 April 2012.

Tabel 1. Kebijakan dan Organisasi terhadap Risiko Pandemi Influenza RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Kebijakan dan Organisasi SKOR %

1 Ada Kebijakan nasional dan panduan pada : Perencanaan emergensi bagi rumah sakit WS 10

2 RSWS memliki Plan program terhadap semua hazard emergensi (internal dan eksternal) termasuk emergensi peny menular.

5

3 Ada hubungan plan tersebut di atas dengan sektor lain termasuk pada komunitas 0

4 Ada plan respon pandemik di RSWS yang berdasarkan pada fase pandemik WHO 0

5 Ada plan respon pandemik termasuk mekanisme pengenalan trigger yang dapat mengubah status respon RS

0

6 Ada tim atau komite untuk emergency respons planning di RSWS, Jika ada, ada anggota tim/komite tsb, Ada peran dan tanggung jawab

10

7 Ada orang yang didisain sebagai koordinator Influenza Pandemik di RSWS? 10

8 Ada individu sebagai komite liaison ke Kemenkes Pusat atau di Provinsi. 10

JUMLAH NILAI 45 56

Sumber : Data Primer

Tabel 2. Konsep PPI terhadap Risiko Pandemi Influenza RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

No Konsep PPI Skor %

1 Program IC : Ada program infection control di RS? Jika ada, pandemik influenza adalah salah satu programnya. 5

2 Deteksi dini, isolasi dan pelaporan kasus : ada sistem deteksi dini, isolasi dan pelaporan pada kasus yang memungkinkan pandemik influenza

5

3 Kewaspadaan isolasi :

Ada panduan cara mengisolasi pasien atau suspek pasien infeksi AI 10

Ada pengaturan alternative jika RS ruangan isolasi tunggal penuh 0

Ada panduan untuk pembatasan pergerakan pasien dan pengunjung dari ruangan atau area isolasi 0

Ada perencanaan untuk pembatasan pergerakan/transport pasien di ruang/area isolasi 0

Ada perencanaan untuk terkait anggota keluarga dan pengunjung pada ruang/area isolasi 0

4 Penggunaan APD RS memiliki kebijakan dan prosedur penggunaan APD 10

Ada perencanaan jika persediaan suplay APD terbatas 0

6

Keluarga pasien dan pengunjung, Ada panduan dalam pengendalian keluarga pasien dan pengunjung terhadap adanya suspek atau konfirm Infeksi AI selama periode pandemik?

0

7 Perawatan pre hospital, Ada panduan perawatan dan transportasi pasien pre hospital dengan suspek atau konfirm infeksi AI

10

8 Pembuangan sampah, Ada plan pembuangan sampah medis dan non medis yang mungkin terkontaminasi virus pandemik influenza

10

9 Peralatan makan, Ada plan penanganan alat makan pasien yang diketahui atau mungkin dengan pandemik influenza 0

10 Linen dan laundry, Ada plan untuk linen dan loundry yang mungkin terkontaminasi sekret respirasi dari pasien dengan pandemik influenza

0

11 Desinfeksi dan pembersihan lingkungan, Ada plan pembersihan dan desinfeksi lingkungan pada permukaan selama periode pandemik influenza

0

12 Pemulangan pasien, Ada plan bila pasien dipulangkan ketika kemungkinan masih infeksi? Bagaimana edukasi yang diberikan terkait dengan pasien dan keluarga

0

13 Penanganan jenazah

Ada panduan pada perawatan dan penatalaksanaan jenazah pada pandemik influenza 10

Ada SPO : Pemeriksaan post mortem 10

Kontrol lingkungan 0 Pembersihan permukaan setelah autopsy 0 Mortuary care 10 JUMLAH NILAI 80 38

Sumber : Data Primer