Upload
riz-hendra-fatchur
View
218
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kesmavet
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani pada manusia. Dalam ilmu Kesehatan
Masyarakat Veteriner dipelajari tentang kesehatan daging dan cara pengujian
sehingga daging dapat dikonsumsi dengan aman dalam arti konsumen
terjamin.masyarakat diindonesia yang serba susah menyebabkan daya beli
kebutuhan pokok mengalami penurunan namun masyarakat selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya akan produk dari hewan seperti daging dan susu. Untuk
itu maka sangat diperlukan kesediaan produk terseburt yang memenuhi syarat
kesehatan, layak dikonsumsi dan aman bagi konsumen.
Pemeriksaan daging bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
penyakit akibat mengkonsumsi daging yang tidak sehat, mencegah penularan
penyakit antar ternak, mencegah pemalsuan daging, mencegah konsumen
membeli daging yang telah afkir. Pemeriksaan daging dilakukan dengan dua
metode, yaitu:
1. Pemeriksaan ante mortem
2. Pemeriksaan post mortem
Pemeriksaan ante mortem adalah mencakup keadaan umum hewan,
temperatur hewan, keadaan lubang-lubang alami hewan, kekurusan dan perhatian
pada lingkungan sekitar. Sedangkan pemeriksaan post mortem meliputi
pemeriksaan organ dalam yang terbiasa terinfeksi dan menjadi tempat predileksi
1
parasit. Daging yang dinyatakan layak untuk dikonsumsi bila telah memenuhi
syarat yang telah ditetapkan dalam pemeriksaan tersebut.
Segala pemeriksaan fisik juga dilakukan pemeriksaan daging secara
laboratorium. Uji yang tepat dilakukan antara lain pemeriksaan Ph dan
pemeriksaan permulaan pembusukan daging dengan reaksi eber, reaksi postma
dan uji terhadap H2S.
2
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
DAGING
Pengertian daging adalah:
Menurut SNI 01-6159-1999
Daging adalah bagian hewan yang disembelih yang lazim dan layak
dimakan manusia.
Menurut diorjen peternakan
Karkas adalah bagian dari hewan potong yang disembelih setelah kepala
dan kaki dipisahkan, dikuliti,serta isi rongga perut dan dada dikeluarkan. Pada
babi pengerokan buluserta setelah pengeluaran isi rongga perut dan dada.
Kesehatan daging adalah segala usaha untuk mendapatkan daging yang
sehat dan bersih, serta mempertahankan kondisi tersebut mulai dari hewan sampai
ke konsumen.
Usaha-usaha ini meliputi kesehatan /pengawasan kesehatan hewannya
dan pemeriksaan hewan sebelum di potong (antemortem),kesehatan dan
kebersihan jagal dan pegawai pemeriksa,kebersihan dan kesehatann RPH dan
peralatan nya, kebersihan air yang digunakan, pemeriksaan daging(pos mortem),
kebersihan alat transpormasi dan tempat penjualan.
Daging sebagian besar merupakan otot yang terdiri dari protein,myoglobin,
protein non nitrogen yang menyebabkan perbedaan dengan jaringan lain.
Komposisi daging adalah:
Protein 18%
3
Non protein 1,5%
Lemak 3%
Glikogen 1%
Mineral 1,5%
Air 75,5%
RUMAH POTONG HEWAN
Rumah potong hewan adalah tempat yang digunakan untuk menyembelih hewan
potong dan menyelesaikan penyembelihan tersebut untuk kepentingan umumyang
perosesnya disesuaikan dengan peraturan daerah serta dibawah pengawasan
petugas daerah.
Bagian dari RPH:
1 Untuk keperluan pemotongan hewan (sapi/kerbau):
Kandang peristirahatan
Ruang pemotongan dan perlengkapan-perlengkapan
Katrol dan kait (gantungan kepala,jantung, paru2 serta hepar dan
ren)
Tempat pembersihan perut
Kamar pelayuan
Kamar pendingin
Parit pembuangan kotoran
Fasilitas pengolahan limbah
4
A. Syarat-syarat rumah potong hewan :
Kompleks bangunan RPH harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Tanah cukup luas, diperbatasan kota sebelah hilir yang kira2 tidak
ada menjadi daerah peluasan kota.
Sedapat mungkin tidak jauh dari jalan raya, atau pasar hewan.
Tanah lebih rendah dari daerah sekitar nya.
Tidak jauh dari sungai.
Mudah memperoleh air dari tanah.
Ruang pelayuan daging.
1. Berdampingan dengan ruang pemotongan hewan
2. Dinding dan lantai kasar.
3. jarak antara lantai dan ujung kranial karkas cukup.
4. Cahaya matahari dan udara segar mudah masuk.
5. Tertutup rapat.
B. Bagian-bagian lain dari RPH
Ruang administrasi
Ruang istirahat
Sumur dengan reservior aii
Kamar mandi dan wc
Tempat parkir kendaraan
Tempat pemusnahan bahan yang ditolak
Proses pemeriksaan dan pelaksanaan pemotongan beberapa hewan
5
Setelah sampai di RPH hewan potong harus diistirahat kan paling sedikit
12 jam sebelum dipotong, untuk mendapat kan daging yang tidak mudah busuk.
Hewan yang dipuasakan hanya diberi minum. Keadaan ini bermanfaat bagi
pengeluaran isiperut. Disamping itu menurut penelitian Sylvania Agricultuiral
Experimen Station hewan yang dipuasakan 24-28 jam sebelum dipotong
menunjukan hal-hal sebagai berikut :
1. Karkas lebih tahan lama
2. Pengeluaran darah melimpah
3. Lebih mudah dikuliti
4. Warna karkas lebih terang
5. Perut tidak mudah pecah
Pemotongan dapat dilakukan dengan pemingsanan atau tanpa pemingsanan
terlebih dahulu. Penyembelih hewan potong dilakukan juru sembelih islam dan
menurut tata cara yang sesuai dengan Fatma majelis ulamah Indonesia antara
lain :
1. Memutuskan jalan nafas
2. Memutuskan jalan makanan
3. Memutuskan urat nadi
4. Membaca basmalah sebelumnya Pemotongan Hewan di RPH Giwangan
6
1. Pemeriksaan Ante Mortem
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menentukan hewan boleh
dipotong atau tidak dan juga untuk mengetahui hewan sehat atau sakit.
Dari pemeriksaan menunjukkan bahwa hewan sehat dan boleh dipotong.
Pemeriksaan ini meliputi:
Keadaan umum hewan
Lubang-lubang tubuh hewan
Pernafasan hewan
Selaput lendir mulut, mata, cermin hidung
Kulit
Tanda adanya suntikan hormone
2. Pemotongan Hewan
Pada pemotongan hewan ini sudah sesuai dengan prosedur
pemotongan, yaitu secara islami kecuali pada babi. Dari hasil pemotongan
diperoleh karkas berikut dengan organ yang akan diperiksa pada
pemeriksaan post mortem.
3. Pemeriksaan Post Mortem
Hewan potong setelah dipotong dan sebelum diedarkan untuk
dikonsumsi maka harus dilakukan pemeriksaan post mortem apakah
daging tersebut boleh diedarkan, diedarkan dengan syarat, tidak boleh
diedarkan. Ketentuan yang harus dipenuhi untuk mengambil keputusan
7
pemeriksaan post mortem berdasarkan SK Mentan No.
431/KPTS/TN.310/7/1992 adalah:
a. Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi, yaitu:
- Daging hewan potong yang tidak menderita penyakit
- Dari daging yang menderita penyakit mastitis, hernia, fraktura,
abses dan penyakit yang bersifat local setelah yang tidak layak
konsumsi dibuang.
b. Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat daging
berasal dari hewan penderit penyakit:
- Trichinellosis ringan : Dagingnya dimasak
- Cysticerosis ringan : Dagingnya dimasak
- Morbus aurjeksi : Sterilisasi
- Tuberculosis : Direbus
c. Daging dapat diedarkan dengan syarat selama peredaran daging yang
berwarna dan konsistensinya atau bau tidak normal yang penjualannya
di RPH atau tempat penjualan yang ditunjuk atau di bawah
pengawasan petugas pemerintah setelah bagian yang tidak layak
dibuang.
d. Daging dilarang dikonsumsi, jika daging berbahaya untuk dikonsumsi
yang berasal dari hewan potong penderita penyakit:
- Malleus - Rabies
- Anthrax - Rinderpest
- Black leg - Variola ovine
8
- Sacaromicosis - Blue tongue akut
- Toxoplasmosis akut - Tetanus
- Salmonellosis - Listeriosis
- Colibacillosis - Mycotoxicosis
- Batulismus
- Pestis bovine
PEMERIKSAAN DAGING
Pemeriksaan daging digunakan untuk mendapatkan keterangan selengkap
mungkin dengan cara apasaja dengan menggunakan panca indra. Pengambilan
keputusan dilakukan setelah didapat cukup keterangan dan pertimbangan menurut
ilmu pengetahuan. Daging yang bermutu adalah daging yang aman dan layak, di
Indonesia disebut ASUH (aman,sehat,utuh dan halal)
Kualitas daging dapat dihasilkan melalui pemotongan yang baik, dan
kebersihan pemotongan yangbaik.penilaian kualitas daging antara lain:
Proses perubahan dari otot menjadi daging yaitu:
1. Homeostatis
Merupakan usaha untuk mempertahankan lingkungan dalam secara
fisiologik seimbang.
2. Exsanguinasi
Kerja pemompaan jantung akan meningkat dan pembuluh-
pembuluh darah perifer akan mengalami fase konstriksi untuk
9
mempertahankan tekanan darah dan menahan darah yang ada didalam
rongga vital.
3. Kegagalan sirkulasi ke otot
Hal ini menyebabkan pengalian metabolisme energi dari jalan
aerobic menjadi anaerobic. Asam laktat menjadi tertumpuk menjadi
tertumpuk karena tidak ada sitem sirkulasi yang mengangkutnya.
Akumulasi asam laktat menyebabkan penurunan PH didalam otot.
4. Penurunan PH pasca mati
Sebagai akibat akumulasi asam laktat merupakan salah satu dari
perubahan yang paling signifikan yang terjadi selama konversi otot
menjadi daging.
5. Perubahan-perubahan lain
Yaitu produksi panas setelah mati, rigormortis, pemendekan dan
timbulnya tensi otot, hilangnya homoestatis, hilangnya proteksi invasi
terhadap bakteri, hilangnya integritas struktural dan degradasi enzimatik.
10
BAB III
MATERI METODE
MATERI
A. Pengamatan di RPH Giwangan
Sapi
Pisau Tajam
Ember berisi air
Kapak
Air
Kotak penampung darah
Tali
Gantungan daging \
Selang
Tinta cap daging
B. Pemotongan Ayam
Ayam
Air hangat
Pisau
Tempat penyembelihan
Tempat penampungan darah
Gunting
Pinset
Talenan
C. Pemeriksaan Daging di Laboratorium
o Daging ( Kambing, Sapi,
kuda, babi, Ayam, )
o Cawan Petri
o Kertas saring
o Pisau/gunting
o Pinset
o Larutan Pb Asetat
o Tabung reaksi
11
o Kawat
o Kertas lakmus
o Larutan eber
o Penangas
o MgO 100 mg
o Aquadest
o Bakso
o Blender
o HCl pekat
o Kertas kunyit
o H2O2
o Malachite green
o PH meter
o Pipet
12
METODE
A. Pemeriksaan di RPH giwangan
1. Pemeriksaan Pemotongan Sapi
Setelah sampai di RPH, sapi di istirahatkan di kandang peristirahatan
kurang lebih selama 12 jam sebelum dipotong,untuk mendapatkan daging yang
tidak mudah busuk. Kemudian di lakukan pemeriksaan antemortem yang
meliputi keadaan umum, lubang-lubang tubuh, pernafasan, temperatur, selaput
lendir mulut, cermin hidung dan kulit. Selanjutnya sapi di bawa ke ruang
pemotongan di restrain atau sapi di jatuhkan yang kemudian ke empat kakinya
di ikat dengan tali. Hewan membujur dengan kepala sebelah selatan, ekor di
sebelah utara, menghadap ke barat kaki menghadap ke barat. Sesudah itu hewan
di siram dengan air. Pemotongan di lakukan oleh seorang jagal atau
dokterhewan yang bertugas dari sebelah timur hewan yang di potong. Begitu
pemotongan vena dan arteri selesai, maka dengan cepat trachea dan esophagus
yang di potong di pegang sebelum terjadi retraksi. Oesophagus di ikat agar isi
rumen tidak keluar mencemari darah yang keluar dan bagian yang lain. Setelah
hewan mati, kepala di pisahkan dari tubuhnya dengan cara memotong tulang
kepala bagian atas kemudian kepala dikuliti dan lidah di keluarkan. Setelah itu,
kepala digantungkan dengan mulut di bagian atas. Tubuh di terlentangkan, kulit
di buka pada garis tengah dada, terus ke belakang sampai bagian perut dan ke
depan sampai bekas pemotongan leher. Dari bagian medial kulit di belah lagi ke
kanan dan ke kiri di bagian medial ke empat kakinya. Kaki tersebut dari
metatarsus di potong. Tubuh hewan bagian atas di tarik dengan menggunakan
katrol dan kait pada tendo archiles. Sehingga hewan menggelantung dengan
leher di bawah, pengelupasan kulit di lakukan hingga selesai. Pada hewan jantan
penis dan testis di ambil dan dinding perut di buka seluruh organ dalam di
keluarkan termasuk vesica urinaria. Sternum dibelah, paru-paru, jantung, trachea
dan diafragma dikeluarkan menjadi satu, demikian hati dan ginjal untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Selanjutnya tubuh dibelah memanjang
columna vertebralis dari cranial ke caudal.
2. Pemeriksaan Pemotongan ayam
a) Menyembelih ayam
Syarat penyembelihan yaitu harus memenuhi syariat Islam, yaitu untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan halal. Setelah disembelih, darah
dituntaskan selama 3 – 5 menit.
b) Mencabut bulu (defeathering)
Ada 3 tahap, yaitu:
o Tahap pencelupan air panas
Ayam dicelupkan dalam panci atau bak air panas (scalding):
1. air suhu 52-550C selama 45 detik untuk ayam umur 5-6 minggu atau
berat 1,5–1,7 kg/ekor (broiler)
2. air suhu 55-600C selama 45 detik untuk ayam umur 7-8 minggu atau
berat 1,8–2,0 kg/ekor (broiler)
3. air suhu 65-800C selama 90 detik, dilanjutkan dengan pencelupan air
dingin untuk mencegah rusaknya kulit (ayam petelur afkiran/ayam
kampung)
4. air suhu 52- 3 0C selama 2,5 menit atau 62-63 0C selama 2 menit
o Tahap pencabutan bulu
Menggunakan mesin pencabut bulu (picker) atau secara manual dengan
tangan.
o Tahap pembersihan bulu
Karkas dicelupkan ke dalam air dingin untuk menurunkan suhu dan
membersihkan bulu-bulu halus yang masih tersisa.
c) Memotong kepala
Ada 2 cara, yaitu:
a.Untuk pemotongan tradisional, yaitu untuk pasar, tempat pemotongan
kepala ayam 2-3 cm di atas batas antara punggung dan leher.
b. Untuk rumah makan dan hotel, yaitu membentuk huruf V, tulang leher
tinggal 2 ruas.
d) Memotong kaki (ceker)
- Pemotongan harus dialasi telenan dengan pisau tajam.
- Lokasi pemotongan adalah sendi di bawah lutut sehingga bekas
pemotongan seperti angka 8.
e) Mengeluarkan isi perut
# Menyobek kulit perut
Ada 2 cara, yaitu:
a.Mengiris kulit perut melintang dari tulang dada dan anus
b. Mengiris kulit perut membujur antara tulang dada dan anus.
# Mengeluarkan isi perut
1. Aliri air ke dalam rongga perut
2. Longgarkan trachea, oesophagus, pembuluh darah
3. Karkas dipegang dengan tangan kiri, ada karkas menghadap ke atas. Jari-
jari tangan kanan dimasukkan dengan hati-hati ke dalam perut karkas,
ampela dijepit dengan jari tengah dan telunjuk, lalu ditarik kuat-kuat.
4. Memisahkan ampela dari usus
5. Memisahkan hati dan jantung
6. Menangani limpa dan usus.
f) Mencuci karkas
Karkas dicuci dengan mengunakan air dingin
g) Parting
Karkas dipotong menjadi beberapa bagian menurut pesanan. Potongan untuk
rumah makan dan pasar dapat dibagi menjadi 9 bagian, yaitu:
- Two drumstick ( paha bawah )
- Two thigh ( paha atas )
- Two wing ( sayap )
- Two side breast ( dada tulang )
- One centre breast ( dada tengah )
4. Pemeriksaan Daging di Laboratorium
Pemeriksaan permulaan pembusukan
a. Reaksi eber untuk NH3
Taruh sepotong daging pada ujung kawat di atas permukaan reagen.
Tuang kira-kira 5 ml reagen eber di dalam tabung dan tutup dengan sumbat
karet.
Timbul gas NH3 keluar dari potongan daging dan uap HCl.
Terlihat embun NH4Cl.
b. Reaksi postma untuk NH3
Buat ekstrak daging (1 bagian daging dengan 10 bagian air).
10 ml ekstrak disaring.
Dimasukan dalam cawan Petri lalu dicampur dengan 100 mg MgO, lalu cawan
ditutup.
Bagian dalam dan luar tutup dilekatkan kertas lakmus merah, tidak boleh
bersentuhan dengan cairan.
Letakan cawan Petri ke atas penangas air atau piring pemanas 50 0C selama 5
menit.
Kertas lakmus dilihat.
c.Uji H2S
Daging dipotong kecil-kecil, masukan dalam cawan petri.
Tutup cawan petri dengan kertas saring dan teteskan Pb asetat di tengah-tengah
kertas.
Tutup cawan dengan tutupnya.
Dijaga tetesan Pb asetat jangan bersentuhan dengan daging, diamkan selama 10
menit.
Timbul bercak-bercak coklat/hitam pada kertas lakmus.
d. Deteksi boraks pada daging bakso
25 gram bakso diblender ditambah aqudest 50 ml lalu disaring,
ekstraknya dimasukan dalam tabung reaksi, dan tambahkan HCl pekat 0,7 ml dan
divortex.
masukan kertas kunyit ke dalam ekstrak bakso, dan amati adanya perubahan
warna.
e.Uji Malacite Green untuk bangkai
10 gram daging bangkai diblender ditambah 10 ml aquadest dibuat ekstrak
kemudian ambil 1 ml, masukan dalam tabung reaksi, lalu tetesi dengan 1 tetes Mg
0,1%
ditambah 1 tetes H2O2 12%.
Diamkan 20 menit, lalu ditetesi PK 0,3% 1 tetes.
Amati terjadinya perubahan warna.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. Pemotongan Hewan di RPH Giwangan
1. Pemeriksaan Ante Mortem
Pada pemeriksaan ante mortem yang meliputi pemeriksaan umum
hewan, temperature suhu, pernafasan, lubang-lubang alami tubuh, selaput
lender mulut, mata, hidung, tanda-tanda suntikan hormone dan keadaan umum
menunjukkan tidak ada perubahan atau hewan dalam keadaan sehat.
Sebelum pemotongan hewan diistirahatkan dan dipuasakan.
Sapi : Sapi dijatuhkan dengan keempat kaki diikat jadi satu,
disembelih darah ditampung, trachea disisihkan, setelah itu
kepala dipotong, tubuh digantung dikait, dikuliti, isi perut
dikeluarkan lalu tubuh dipotong.
3. Pemeriksaan Post Mortem
a. Kepala
- Sapi : Tidak ada perubahan, limfoglandula normal
b. Paru-paru
- Sapi : Normal, tidak ada perubahan
c. Jantung
- Sapi : Normal, mengkilat, tidak ada perubahan
d. Hati
- Sapi : tiidak ada cacing (normal)
e. Ginjal
- Sapi : Normal, kulit pembungkus mudah dikelupas, berlobus-lobus,
mengkilat
f. Limfa
- Sapi : Normal, dibelah tidak ada perubahan, tidak bengkak
g. Karkas
- Sapi : Tidak banyak mengandung darah, tulang-tulang tidak patah, lgl
normal
B. Pemotongan Ayam Secara Manual
Diperoleh 9 potongan daging, yaitu:
- 2 drum stick
- 2 thigh
- 2 wings
- 2 side breast
- 1 center breast
Pemeriksaan Pramerta yaitu:
- Sikap berdiri dalam keadaan telapak kaki: baik, tegap, kaki kokoh, bagus.
- Bulu: bersih halus.
- Sayap dan pangkal lengan: baik , tidak menggantung.
- Abdomen: baik, tidak ada pembengkakan ( odema ), bersih.
Lubang-lubang Alami Tubuh:
- Hidung: baik, tidak ada eksudat.
- Mulut : baik, tidak ada leleran.
- Anus : bersih, tidak ada sisa feses yang menempel.
Pemeriksaan Pasca Merta:
- Subcutan : mudah dipisahkan dari dagingnya.
- Daging: normal , sehat.( berwarna putih )
Proses Pemotongan:
1. Teknik Penyembelihan
Berdasarkan syariat Islam:
# Memutuskan jalan nafas
# Memutuskan jalan makan
# Memutuskan jalan darah
# Membaca basmalah
2. Teknik Pengeluaran Isi Perut
- Menyobek isi perut: mengiris kulit perut melintang atau membujur dari
tulang dada ke anus.
- Mengeluarkan isi rongga perut: jari tangan kanan dimasukkan ke perut
karkas, ampela dijepit antara jari telunjuk dan jari tengah, tarik sekuat-
kuatnya.
- Memisahkan ampela dan anus, memisahkan jantung, hati
3. Teknik Pencabutan Bulu
- Tahap pencelupan air panas
- Tahap pencabutan bulu secara manual
- Tahap pembersihan yang tersisa
4. Teknik Pemotongan Kepala
- Dipotong 2-3 cm diatas antara punggung dan leher
- Membentuk huruf V
5. Teknik Pencucian Karkas
C. Pemeriksaan Daging Di Laboratorium
1. Daging Kambing
- Asal daging : laboratorium
- Jam pemotongan : -
- Jam periksa : 14.00
- Fisik (warna, bau, Ph, konsistensi) : merah pekat, pH 6, bau kambing,
kenyal
- Uji laboratorium
Eber : + ( ada embun )
Postma : + ( unggu )
H2S : -
2. Daging sapi
- Asal daging : laboratorium
- Jam pemotongan : -
- Jam periksa : 14.30
- Fisik (warna, bau, Ph, konsistensi) : Merah, pH 6, liat kenyal, bau seperti
bau sapi
- Uji laboratorium
Eber : + ( terdapat embun )
Postma : + ( ungu )
H2S : -
3. Daging Babi
Asal daging : laboratorium
Jam pemotongan :
Jam periksa : 14.00
Fisik ( warna, bau, pH, konsistensi ) : merah muda terang, pH 6, bau seperti
babi, kenyal.
Uji laboratorium
Eber : +
Postma : +
H2S : -
4. Daging kuda.
- Asal daging : laboratorium
- Jam pemeriksaan : 14.00
- Fisik (warna, bau, ph, konsistensi):merah tua, bau kuda,6,kenyal.
-Uji laboratorium
Eber : + (terdapat embun)
Posma : + (ungu)
H2s : (-)
5. Daging Ayam
- Asal daging : laboratorium
- Jam pemotongan : -
- Jam periksa : 14.00
- Fisik (warna, bau, Ph, konsistensi) : Putih, pH 6, bau daging ayam, kenyal.
- Uji laboratorium
Eber : +
Postma : +
H2S : -
6. Uji Boraks Pada Bakso
Hasil : - ( kuning )
7. Uji Daging Bangkai
Hasil : + ( hijau keruh )
8. Daging Babi
Asal daging : laboratorium
Jam pemotongan :
Jam periksa : 14.00
Fisik ( warna, bau, pH, konsistensi ) : merah muda terang, pH 6, bau seperti
babi, kenyal.
Uji laboratorium
Eber : +
Postma : +
H2S : -
BAB V
PEMBAHASAN
II. PEMOTONGAN HEWAN DI RPH GIWANGAN
1. Pemeriksaan Ante Mortem
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menentukan hewan boleh dipotong
atau tidak dan juga untuk mengetahui hewan sehat atau sakit. Dari
pemeriksaan menunjukkan bahwa hewan sehat dan boleh dipotong.
Pemeriksaan ini meliputi:
Keadaan umum hewan
Lubang-lubang tubuh hewan
Pernafasan hewan
Selaput lendir mulut, mata, cermin hidung
Kulit
Tanda adanya suntikan hormone
2. Pemotongan Hewan
Pada pemotongan hewan ini sudah sesuai dengan prosedur
pemotongan, yaitu secara islami kecuali pada babi. Dari hasil pemotongan
diperoleh karkas berikut dengan organ yang akan diperiksa pada pemeriksaan
post mortem.
3. Pemeriksaan Post Mortem
Hewan potong setelah dipotong dan sebelum diedarkan untuk
dikonsumsi maka harus dilakukan pemeriksaan post mortem apakah daging
tersebut boleh diedarkan, diedarkan dengan syarat, tidak boleh diedarkan.
Ketentuan yang harus dipenuhi untuk mengambil keputusan pemeriksaan post
mortem berdasarkan SK Mentan No. 431/KPTS/TN.310/7/1992 adalah:
e. Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi, yaitu:
- Daging hewan potong yang tidak menderita penyakit
- Dari daging yang menderita penyakit mastitis, hernia, fraktura,
abses dan penyakit yang bersifat local setelah yang tidak layak
konsumsi dibuang.
f. Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat daging berasal
dari hewan penderit penyakit:
- Trichinellosis ringan : Dagingnya dimasak
- Cysticerosis ringan : Dagingnya dimasak
- Morbus aurjeksi : Sterilisasi
- Tuberculosis : Direbus
g. Daging dapat diedarkan dengan syarat selama peredaran daging yang
berwarna dan konsistensinya atau bau tidak normal yang penjualannya di
RPH atau tempat penjualan yang ditunjuk atau di bawah pengawasan
petugas pemerintah setelah bagian yang tidak layak dibuang.
h. Daging dilarang dikonsumsi, jika daging berbahaya untuk dikonsumsi
yang berasal dari hewan potong penderita penyakit:
- Malleus - Rabies
- Anthrax - Rinderpest
- Black leg - Variola ovine
- Sacaromicosis - Blue tongue akut
- Toxoplasmosis akut - Tetanus
- Salmonellosis - Listeriosis
- Colibacillosis - Mycotoxicosis
- Batulismus - Pestis bovine
PEMERIKSAAN DAGING
Pemeriksaan daging digunakan untuk mendapatkan keterangan selengkap
mungkin dengan cara apasaja dengan menggunakan panca indra. Pengambilan
keputusan dilakukan setelah didapat cukup keterangan dan pertimbangan menurut
ilmu pengetahuan. Daging yang bermutu adalah daging yang aman dan layak, di
Indonesia disebut ASUH (aman,sehat,utuh dan halal)
Kualitas daging dapat dihasilkan melalui pemotongan yang baik, dan kebersihan
pemotongan yangbaik.penilaian kualitas daging antara lain:
Proses perubahan dari otot menjadi daging yaitu:
6. Homeostatis
Merupakan usaha untuk mempertahankan lingkungan dalam secara
fisiologik seimbang.
7. Exsanguinasi
Kerja pemompaan jantung akan meningkat dan pembuluh-pembuluh
darah perifer akan mengalami fase konstriksi untuk mempertahankan tekanan
darah dan menahan darah yang ada didalam rongga vital.
8. Kegagalan sirkulasi ke otot
Hal ini menyebabkan pengalian metabolisme energi dari jalan aerobic
menjadi anaerobic. Asam laktat menjadi tertumpuk menjadi tertumpuk karena
tidak ada sitem sirkulasi yang mengangkutnya. Akumulasi asam laktat
menyebabkan penurunan PH didalam otot.
9. Penurunan PH pasca mati
Sebagai akibat akumulasi asam laktat merupakan salah satu dari
perubahan yang paling signifikan yang terjadi selama konversi otot menjadi
daging.
10. Perubahan-perubahan lain
Yaitu produksi panas setelah mati, rigormortis, pemendekan dan
timbulnya tensi otot, hilangnya homoestatis, hilangnya proteksi invasi
terhadap bakteri, hilangnya integritas struktural dan degradasi enzimatik.
POTONGAN DARURAT ATAU TERPAKSA DAN POTONGAN
BANGKAI
Potongan terpaksa ( noodslacht ) adalah menyembelih secara
mendadak karena tidak sempat untuk membawa hewan itu ketempat pemotongan
atau menunggu pegawai setempat. Hal-hal yang menyebabkan pemotongan
terpaksa adalah:
- Patah kaki - Patah tulang punggung
- Tidak dapat buang kotoran - Tidak bisa kencing
- Tidak dapat melahirkan - Retentio secundinaro
- Disergap binatang buas - Makan racun
- Sakit menular - Patah tulang yang lain
Menyembelih bangkai yaitu menyembelih hewan yang telah mati.
Sebagai tipu muslihat untuk dapat memiliki dagingnya. Hal ini dapat diketahui
karena semua darah tidak keluar dari tubuhnya, semua organ (jantung, hati, limfa,
ginjal, paru-paru) mengandung banyak darah. Pleura dan peritoneum kelihatan
berdarah juga dagingnya basah dan berdarah, jantung dan pipa darah yang besar
berisi darah kental, dibekas penyembelihan tidak terlihat infiltrasi darah,
hipostanse kelihatan disemua bagian darah. Dengan sendirinya hewan itu
(dagingnya) harus ditolak dan dibinasakan.
II. PEMERIKSAAN DAGING DI LABORATORIUM
A. UJI FISIK
1. Warna
Dari hasil praktikum diperoleh warna daging kambing adalah merah
pekat, pada sapi juga berwarna merah, pada babi berwarna merah muda,
sedangkan pada daging ayam berwarna putih, kuda merah tua. Perbedaan
warna yaitu ada warna merah, kekuningan, dan putih dipengaruhi oleh spesies
hewan. Masing-masing hewan memiliki karakterristik warna daging dan
dipengaruhi oleh mioglobin (merah tua), oksimioglobin (merah),
metmioglobin, nitrit oksida (merah muda). Warna daging juga dipengaruhi
oleh adanya zat warna daging yaitu caromel, haemoglobin dan mioglobin.
Warna daging pada praktikum ini termasuk normal. Warna daging yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh :
Kandungan mioglobin tergantung pada species, bangsa, jenis,
kelamin, umur, dan tipe otot.
Kandungan ion ferro yang diredoksi menjadi ferri.
Adanya H2O2, O2 dan NO2.
Pakan.
2. Bau
Bau dari daging tersebut yaitu bau daging kambing seperti kambing,
bau daging sapi seperti bangkai , bau daging babi seperti babi, bau daging
ayam seperti ayam bau dari daging kuda berbau seperti daging kuda. Proses
reaksi yang bersifat fisika koloidal dan fermentative kimiawi menyebabkan
penguraian protein sehingga timbul bahan aromatic atau bau aromatik. Faktor
yang mempengaruhi bau yaitu :
Pakan
Umur
Species
3. Ph
Untuk Ph daging normal, memiliki Ph 7,2 sedangkan pada praktikum
ini Ph dari semua jenis daging yaitu 6. Pada Ph 6 ini disebabkan karena setelah
dipotong akan terjadi penurunan Ph sebagai kompensasi akibat terjadinya
akumulasi asam laktat yang merupakan perubahan post mortem paling
signifikan yang terjadi dalam otot selama perubahannya menjadi daging.
Untuk daging setelah mengalami pelayuan Ph nya sekitar 5,2- 5,6.
4. Konsistensi
Konsistensi daging kambing dan ayam adalah normal yaitu kenyal. Hal
ini dikarenakan oleh autolisis, dimana terjadi penumpukan asam laktat
sehingga daging menjadi lembek dan busuk. Jika konsistensinya keras atau
rapuh berarti ada ketidak normalan pada daging tersebut. Konsistensi daging
dipengaruhi oleh indikator inosin dan hipoksantin.
B. UJI LABORATORIUM
1. Uji Eber
Tujuan : untuk mengetahui permulaan pembusukan daging.
Prinsip : NH3 yang terbentuk dalam sepotong daging pada permulaan
pembusukan akan beraksi dengan HCl yang dibuktikan dengan
reagen eber
Alat : Tabung reaksi dengan sumbat yang mempunyai kawat atau lidi.
Reagen : Uap HCl yang ada di permukaan reagen dan terlihat embun
NH4Cl.
Pada hasil praktikum diketahui bahwa pada daging babi, sapi,
kambing, kuda dan ayam diketahui ( + ) yaitu ditandai dengan adanya embun
putih NH4Cl. Hal ini menunjukkan bahwa daging sudah mengalami tahap
pembusukan.
Tahap-tahap pembusukan daging adalah:
a. Kontraksi
yaitu reaksi dari otot yang menyebabkan otot tersebut menjadi pendek.
b. Rigor mortis
Yaitu peristiwa kakunya otot yang menyebabkan otot atau kekakuan
otot beberapa jam setelah hewan tersebut mati.
c. Autolisis
Terjadinya penumpukan atau akumulasi asam laktat sehingga terjadi
penurunan pH daging dan bakteri tahan asam akan mati akibat asam
yang mereka hasilkan sendiri sehingga terbentuk bakteri tahan asam.
d. Pembusukan
Pada tahap ini daging akan membebaskan NH3, terbentuk endapan
putih karena daging mengalami pembusukan oleh mikro organisme
anaerob melalui dekomposisi protein dan asam amino sehingga
menghasilkan indol metilamin, NH3 dan H2S. komposisi dari larutan
eber yaitu HCl pekat 1 bagian, alcohol 96% 3 bagian, eter 1 bagian.
Bakteri pembusuk:
Salmonella sp
Pasteurella sp
Enterobakter
Champhylobacter
Clostridium welci
Micrococcus
Bacillus subtilis
2. Uji Postma
Tujuan : untuk mengetahui permulaan pembusukan daging.
Prinsip : Sebelum NH3 keluar dari daging sebagai gas bebas, NH3 berikatan
dengan beberapa zat dalam daging. Dalam reaksi ini MgO
digunakan untuk membebaskan NH3 dari ikatan. Sesudah itu gas
NH3 bebas dapat dibuktikan.
Alat : Cawan Petri dan penangas air 50°C
Reagen : MgO 100 mg
Pada hasil uji ini, semua daging hasilnya positif. Kertas lakmus
berubah menjadi warna unngu. Perubahan kertas lakmus ini disebabkan karena
MgO yang berfungsi untuk membebaskan NH3 dari ikatan akan bereaksi
dengan kertas lakmus didalam cawan petri, sedang lakmus diluar cawan petri
sebagai control (gas NH3 bersifat basa atau alkalis). Pelepasan NH3 erat
kaitannya dengan terjadinya prubahan glikogen menjadi asam laktat dan
berikatan dengan PH daging.
3. Uji H2S
Tujuan : untuk mengetahi pemulaan pembusukan daging.
Prinsip : Pengikatan H2S yang dibebaskan daging oleh Pb asetat
menghasilkan Pb sufida.
Alat : Kertas saring dan cawan Petri
Reagen : Pb asetat 10%
Dari hasil praktikum di peroleh bahwa hasilnya negatif semua, yaitu
ditandai dengan tidak adanya bercak hitam, tapi hasil negatif belum tentu tidak
menunjukkan adanya pembusukan daging, karena uji ini tidak begitu peka.
Sedangkan jika hasilnya positif akan ada bercak hitam pada kertas saring yang
merupakan senyawa Pb sulfida.
4. Uji Boraks pada Bakso
Tujuan : untuk mengetahui pewanget yang terdapat dalam bakso.
Prinsip : Di dalam rimpang kunyit terkandung minyak atsiri kurkumin, yang
merupakan indicator bagi natrium tetraborak dan asam borak yang
memberikan warna merah oranye dan di ubah menjadi hijau gelap
oleh penambahan amonia, tetapi kembali menjadi merah oranye
bila di tambahkan asam.
Dari hasil praktikum di peroleh bahwa bakso tersebut tidak mengandung
boraks, hal ini di tandai dari kertas whatman/kunyit tidak berubah warna
(kuning). Jika ( + ) akan berubah menjadi merah oranye. Boraks di gunakan
sebagai bahan pengawet bakso. Melalui makanan, boraks di serap oleh
membrane mukosa dan mengakibatkan gejala perdarahan lambung dan
gangguan pada stimuli syaraf pusat. Dalam jangka panjang boraks dapat
merusak hati, otak, ginjal, kerusakan selaput lendir pernafasan, asma
bronchitis, dan kerontokan rambut bagi yang memakannya.
5. Uji Malachite Green
Tujuan : untuk mendeteksi daging bangkai
Prinsip : Untuk mengetahui kesempurnaan pengeluaran darah pada
pemotongan sapi. Pada dasarnya MG berkompetisi dengan Hb
untuk mengikat oksigen karena Hb afinitasnya lebih tinggi maka
Hb akan mengikat oksigen lebih dulu.
Dari hasil praktikum, daging ayam termasuk daging bangkai. Karena
setelah di uji hasilnya positif berwarna hijau keruh. Warna hijau pada
perubahan warna dalam uji MG terhadap daging bangkai yang telah busuk
dipengaruhi juga oleh adanya hydrogen sulfide yang membentuk mioglobin
menjadi sulf mioglobin kemudian sulf mioglobin berikatan dengan MG
membentuk warna hijau.
Daging bangkai dapat dilihat cirinya dengan tidak keluarnya semua
darah dari tubuh hewan atau semua organ dan pipa darah yang besar terlihat
infiltrasi darah, hipostense kelihatan di semen bagian darah.
Larutan yang digunakan untuk uji ini yaitu larutan Durante yang isinya :
MG 0,1%,
H2O2 12%,
PK 0,3%.
Pale, Soft, Exudative ( PSE )
PSE adalah sifat dari dging babi dimana daging babi berwarna pucet
(Pale) karena keluarnya mioglobin, daging lunak (soft) karena terjadi dehidrasi
protein yang cepat, berair (exudates) karena daya ikat air yang rendah. PSE
umumnya terdapat pada babi yang maksudnya adalah penanganan yang
menyebabkan stress sebelum pemotongan. PSE disebabkan kondisi fisiologis
dan psikologis babi yang buruk.
Mekanismenya :
Fisiologis + Psikologis
↓
Ribut, lembab, shock, takut
↓
Produksi acetyl kholin
↓
Glikolisis → Asam laktat
↓
PH turun setelah dipotong, panas tubuh belum hilang
↓
Air keluar (exudates) dan Mioglobin keluar (pale)
Dark Firm Dry ( DFD )
DFD adalah sifat dari daging sapi dimana daging sapi berwarna gelap
(Dark), liat (Firm) dan kering (Dry).
Pada umumnya terjadi pada sapi, pada hewan yang lelah, disebabkan karena
stress sebelum pemotongan.
Mekanisme dari DFD :
tekanan lama (stress kronis)
↓
Glikolisis terbatas, rentan antara waktu glikolisis an aerobic menjadi lebih
pendek
↓
PH turun sedikit pada jam-jam pertama setelah pemotongan dan tetap relatif
tinggi
↓
Ph akhir 6,5 - 6,8
↓
Dark Firm Dry
III. PEMOTONGAN AYAM
Untuk pemotongan secara manual proses harus sesuai dengan tata cara
islami sehingga harus ada jaminan daging tersebut halal. Pisau yang digunakan
tajam supaya tidak menyiksa hewan. Sebelum penyembelihan ayam dilakukan
pemeriksaan pramerta mengenai sikap berdiri dan keadaan kaki, sayap dan
pangkal lengan, abdomen, lubang-lubang alami tubuh.
Dari pemeriksaan fisik, ayam tersebut normal.
Kemudian dimasukkan dalam panci panas selama beberapa detik untuk
mempermudah pencabutan bulu. Setelah itu dicelupkan dalam panci air dingin
untuk menghilangkan atau membersihkan bulu-bulu halus. Karkas diperoleh
dengan memotong kepala, kaki (ceker) dan mengeluarkan isi perut. Kemudian
karkas dicuci sampai bersih. Kemudian dipotong menjadi 9 bagian yaitu:
2 Drum stick ( paha bawah )
2 Thigh ( paha atas )
2 Wing ( sayap )
2 Side breast ( dada tulang )
1 Center breast ( dada tengah )
Usus, hati dan jantung dipisahkan. Pemeriksaan pasca merta dilakukan
dengan mengamati sub cutan dagingnya. Dari hasil praktikum disimpulkan bahwa
daging ayam, sehat dan daging ayam tersebut layak dikonsumsi.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Dalam pemotongan ayam diperoleh:
a. 2 paha atas
b. 2 paha bawah
c. 2 dada tengah
d. 2 sayap
e. 1 dada tulang
2. Dalam pemotongan ayam diperoleh:
1. 2 paha atas
2. 2 paha bawah
3. 2 dada tengah
4. 2 sayap
5. 1 dada tulang
3. Pada uji eber semua daging mengalami pembusukan, reaksi postma semua daging
juga mengalami pembusukan dan reaksi H2S juga mengalami pembusukan.
4. Fase-fase pembusukan daging yaitu:
a. kontraksi
b. rigor mortis
c. autolisis
d. pembusukan
5. proses perubahan dari otot menjadi daging yaitu:
a. homeostasis
b. exanguinasi
c. kegagalan sirkulasi ke otot
d. perubahan-perubahan lain
6. Dari pemeriksaan laboratoprium bahwa daging bakso tidak mengandung boraks
DAFTAR PUSTAKA
Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. UI Press : Jakarta
Miller, A. R. Meat Hygiene
Santosa, Undang. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
http://images.birdfun.multiply.com
http://id.88db.com/id/Knowledge_Detail.page?kid=2217
@ 2008 suramerdeka.com.All rights reserved