Upload
komang-islami-susanti
View
88
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Oleh Kelompok 1 :
Devi Luciana Apriliawati105020301111009
Ayu Widyaningrum 105020301111010Mya Dewi Trisnawati
105020301111019Rani Satiti 105020301111021
Komang Islami Susanti105020301111024
Perdagangan (trade) berbeda dengan bisnis. Perdagangan mempunyai arti lebih luas, hingga meliputi juga kegiatan ekonomis seperti barter. Sedangkan bisnis merupakan perdagangan yang bertujuan khusus memperoleh keuantungan finansial.
Jika keuntungan menjadi tujuan bisnis, pebisnis mudah tergoda untuk menempuh jalan pintas saja, guna mencapai tujuannya dengan lebih cepat dan lebih mudah.
Profit diperoleh tidak kebetulan tapi berkat upaya khusus dari orang yang mempergunakan uang. Jika berefleksi tentang profit dalam bisnis, tidak boleh dilupakan bahwa selalu juga ada kemungkinan kerugian. Faktor risiko dalam bisnis tidak boleh diabaikan. Karena hubungan dengan transaksi uang itu, perolehan profit secara khusus berlangsung dalam konteks kapitalisme.
Pekerjaan yang dilakukan oleh anak dibawah umur demi pembayaran uang yang digunakan untuk membantu keluarganya. Logisnya, “dibawah umur” harus disamakan dengan batas umur wajib belajar. Pekerjaan anak menjadi suatu masalah etis yang serius dalam zaman industrialisasi.
Organisasi ketenagakerjaan internasional (ILO) pada 1973 mengeluarkan konvensi tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. Disitu negara-negara anggota ILO dianjurkan untuk meningkatkan usia minimum. Sebagai patokan dikatakan mereka harus mengupayakan usia minimum 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya dan 16 tahun untuk pekerjaan ringan. Indonesia baru mensahkan konvensi tersebut pada 1999 dan menetapkan usia minimum pada 15 tahun.
Yang pertama adalah bahwa pekerjaan itu melanggar hak para anak. Kita melanggar hak anak, jika kita menuntut dari mereka apa yang kita tuntut dari orang dewasa. Karena belum dewasa, seorang anak juga belum bebas atau belum sanggup menjalankan kebebasanya. Anak yang bekerja tidak mendapatkan pendidikan disekolah dan karena itu mereka dirugikan seumur hidup. Tidak pernah mereka bisa keluar dari kehidupan bodoh dan miskin. Seringkali terutama anak perempuan di sini menjadi korban, karena oleh orang tuanya dinilai tidak membutuhkan pendidikan di sekolah. Anak-anak dipilih sebagai pekerja karena tenaga mereka murah dan menguntungkan bagi bisnis.oleh sebab itu pekerjaan yang dilakukan oleh anak melanggar juga hak anak, karena mengeksploitasi tenaga mereka. Mereka berhak dilindungi terhadap segala upaya eksploitasi, karena mereka belum mampu membela dirinya sendiri.
Alasan kedua menegaskan bahwa mempekerjakan anak merupakan cara berbisnis yang tidak fair. Sebab, dengan cara itu pebisnis berusaha menekan biaya produksi dan dengan demikian melibatkan diri dalam kompetisi kurang fair terhadap rekan-rekan pebisnis yang tidak mau menggunakan tenaga anak, karena menganggap hal itu cara berproduksi yang tidak etis.
Cara untuk mengatasi masalah pekerja anak: Kesadaran dan aksi dari pihak publik
konsumen. Kode etik yang dibuat dan ditegakkan juga
oleh perusahaan, dimana antara lain ditegaskan bahwa perusahaan tidak mengijinkan produknya dibuat dengan memanfaatkan tenaga kerja dibawah umur.
Membuat produk dengan no sweet label yang menjamin produk tersebut tidak dibuat dengan tenaga kerja dibawah umur.
Pertimbangan etis seharusnya membatasi peranan keuntungan dalam bisnis.
Bisnis menjadi tidak etis apabila cuma mementingkan mencari laba saja, dan faktor-faktor yang lainnya diabaikan.
Banyak pengarang yang sudah merumuskan relativitas keuntungan dalam bisnis. Ronald Duska mengatakan bahwa kita harus membedakan antara purpose (maksud) dan motive (motivasi). Maksud bersifat obyektif, motivasi bersifat subyektif.
Istilah stakeholders pertama kali muncul tahun 1963 dalam sebuah memorandum internal dari Stanford Research Institute, California.
Stakeholders adalah orang yang memiliki andil penting dalam suatu perusahaan.
Apabila perusahaan mendapatkan laba maka para pemegang saham mendapatkan dividen.
Bukan hanya kepentingan pemegang saham yang harus dipertimbangkan namun kepentingan karyawan dan masyarakat sekitar juga penting untuk dipertimbangkan.
Tiga kewajiban karyawan terhadap perusahaan
Kewajiban
Ketaatan
Kewajiban Konfiden-
sialitas
Kewajiban
Loyalitas
Karyawan harus taat kepada perintah dan petunjuk dari atasan di tempatnya bekerja,
kecuali :
perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral
perintah yang tidak wajar, walau dari segi etika diperbolehkan
perintah yang memang demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati
kewajiban untuk menyimpan informasi
yang bersifat konfidensial atau rahasia yang telah
diperoleh dengan menjalankan suatu
profesi
Kewajiban Konfidensialitas
Kewajiban Loyalitaskonsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan
perusahaan, ia harus mendukung tujuan-
tujuan perusahaan dan turut merealisasikan
tujuan tersebut
Alasan
perusahaan menjadi pemilik informasi
rahasia itu, membuka informasi rahasia sama
dengan mencuri dan bertentangan dengan
etika
Konflik Kepentingan
Karyawan
(Pribadi)
Perusahaan
JENIS
Melaporkan Kesalahan Perusahaan (whistle blowing)
INTERNAL EKSTERNAL
Pelaporan kesalahan
dilakukan di dalam
perusahaan sendiri dengan
melewati atasan
langsung
Pelaporan kesalahan
perusahaan kepada instansi pemerintah atau
kepada masyarakat
melalui media komunikasi
1. Kesalahan perusahaan harus besar
2. Didukung oleh fakta yang jelas dan benar
3. Dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain
4. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan perusahaan dibawa ke luar
5. Harus ada kemungkinan nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat sukses
Selain membebani karyawan dengan berbagai kewajiban terhadap perusahan, suatu perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan hak-hak yang sepadan dengan karyawan. Perusahaan hendaknya tidak melakukan praktik-praktik diskriminasi dan eksploitasi terhadap para karyawannya. Perusahaan juga harus memperhatikan kesehatan para karyawannya, serta perusahaan hendaknya tidak berlaku semena-mena terhadap para karyawannya.
Diskriminasi bisa merugikan perusahaan itu tersendiri, karena perusahaan tidak berfokus pada kapasitas dan kapabilitas calon pelamar, melainkan pada faktor-faktor lain diluar itu. Perusahaan telah kehilangan kemampuan bersaingnya karena perusahaan tersebut tidak diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.
Diskriminasi juga melecehkan harkat dan martabat dari orang yang didiskriminasi.
Diskriminasi juga tidak sesuai dengan teori keadilan, terutama keadilan distributif.
Perusahaan hanya boleh memberhentikan karyawan karena alasan yang tepat.
Perusahaan harus berpegang teguh pada prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perusahaan harus membatasi akibat negative bagi karyawan sampai seminimal mungkin