31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu pada sector hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga memiliki resiko yang hampir sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan. Melihat keadaan tersebut diperlukan suatu manajemen yang berorientasi pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri perminyakan. Indonesia telah memiliki undang – undang mengenai keselamatan kerja yaitu Undang – Undang No. 1 Tahun 1970. Selain itu terdapat pula beberapa peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu manajemen yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah berhasil menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada berbagai industri di dunia. Selain bidang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan, juga diperlukan aspek Lindung Lingkungan (LL). K3 dan LL merupakan aspek organisasi bisnis yang tidak hanya memerlukan pengetahuan mendalam akan latar belakang maupun tata cara pelaksanaannya, tetapi juga bagaimana perusahaan menaati peraturan yangberkaitan dengan K3 dan LL. Pemahaman K3 dan LL ini berawal dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan prilaku (behaviour).

KILANG MINYAK.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu pada sector hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga memiliki resiko yang hampir sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan. Melihat keadaan tersebut diperlukan suatu manajemen yang berorientasi pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri perminyakan. Indonesia telah memiliki undang undang mengenai keselamatan kerja yaitu Undang Undang No. 1 Tahun 1970.

Selain itu terdapat pula beberapa peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu manajemen yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah berhasil menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada berbagai industri di dunia. Selain bidang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan, juga diperlukan aspek Lindung Lingkungan (LL). K3 dan LL merupakan aspek organisasi bisnis yang tidak hanya memerlukan pengetahuan mendalam akan latar belakang maupun tata cara pelaksanaannya, tetapi juga bagaimana perusahaan menaati peraturan yangberkaitan dengan K3 dan LL. Pemahaman K3 dan LL ini berawal dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan prilaku (behaviour).

Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku manusia dalam hal yang berkaitan dengan K3 dan LL adalah persepsinya terhadap K3 dan LL serta pelaksanaannya dalam perusahaan yang bersangkutan. Persepsi ini dipengaruhi oleh aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal merupakan aspek yang berkaitan dengan sifat atau karakter individu karyawan serta motivasi karyawan. Sedangkan aspek eksternal meruapak aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan serta pengelolaan aspek K3 dan LL seperti komitmen pimpinan dan karyawan terhadap pelaksanaan, kebijakan yang diberlakukan, program dan penerapan program K3 dan LL. Persepsi atau bagaimana pandangan penilaian karyawan terhadap K3 dan LL dalam perusahaan menjadi semakin penting dalam mewujudkan budaya yang mendukung K3 dan LL yang akan memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan performance dan citra perusahaan secara keseluruhan.

Perkembangan bidang keselamatan dan kesehatan lingkungan mengikuti upaya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan ini diperlukan suatu sistem politik yang menjamin partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan, sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus dan berdasarkan kemampuan sendiri yang berlanjut, sistem sosial yang memberikan penyelesaian terhadap ketegangan akibat pembangunan yang tidak selaras, sistem produksi yang menghormati kewajiban untuk melestarikan ekologi, sistem teknologi yang dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan lingkungan yang ada secara terus menerus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.PENGERTIAN MINYAK BUMI

Minyak Bumi ialah Campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga.

Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Dalam minyak bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50 %.

Komponen Hidrokarbon

Perbandingan unsur unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :

Karbon : 83,0 87,0 %

Hidrogen : 10,0 14,0 %

Nitrogen : 0,1 2,0 %

Oksigen : 0,05 1,5 %

Sulfur : 0,05 6,0 %

Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :

1. golongan parafinik

2. golongan naphthenik

3. golongan aromatik

Sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang. Crude oil mengandung sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen, senyawaan Organo Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam garam anorganik (sebagai suspense koloidal).

Senyawaan Sulfur

Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.

Senyawaan Oksigen

Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.

Senyawaan Nitrogen

Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1 0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.

Konstituen Metalik

Logam logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator temperature tinggi, misalnya oil fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.

Agar dapat diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut ke Kilang menggunakan kapal, pipa, mobil tanki atau kereta api. Didalam Kilang, minyak bumi diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan trayek titik didihnya (distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi. Tentang pengolahan minyak bumi menjadi produkproduk yang kita ketahui di pasaran dari dalam kilang akan dibahas secara khusus nanti. Setiap trayek titik didih disebut Fraksi, misal :

0 50C : Gas

50 85C : Gasoline

85 105C : Kerosin

105 135C : Solar

> 135C : Residu (Umpan proses lebih lanjut)

Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minyak bumi dalam bentuk olefin, maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan Aromat.

Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang sama. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis parafin.

Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat. Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan aromat. Keluarga hidrokarbon tersebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada umumnya kandungan tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya untuk keperluan di laboratorium.

Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis aspaltin. Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin murni, tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin. Pengelompokan minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak bumi.

Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo parafinnya. Begitu juga sebaliknya. Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya.

Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih atom sulfur dalam molekulnya.

Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate).Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium (Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni). Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai hidrokarbonnya.

Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai panjang dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih tinggi.B.PENGERTIAN KILANG MINYAK

Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia. Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak antara lain: minyak bensin (gasoline), minyak disel, minyak tanah (kerosene). Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu, pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat besar.

C.PROSES PADA KILANG MINYAK

Sebuah kilang minyak adalah pabrik proses industri dimana minyak mentah diproses dan dimurnikan menjadi produk petroleum berguna. Minyak yang mentah atau tak diproses tidak begitu berguna dalam bentuknya saat dipompa keluar dari dalam tanah. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu di dalam kilang minyak.

Diperlukan proses untuk menguraikannya menjadi bagian-bagian dan memurnikannya sebelum penggunaan dalam bahan padat seperti plastik dan busa, atau sebagai bahan bakar fosil petroleum seperti dalam halnya mesin otomotif dan pesawat terbang.

Minyak bisa digunakan dengan banyak cara yang beragam karena mengandung hidrokarbon yang berbeda panjangnya seperti parafin, aromatik, napthene (atau cycloalkane), alkene, diene, dan alkyne. Minyak mentah dipisahkan menjadi pecahan-pecahan dengan distilasi fraksional (penyulingan pecahan). Pecahan pendorong, yang timbul dari bawah lajur pemecahan seringkali diuraikan (retak) untuk membuat produk yang lebih berguna.

Hidrokarbon adalah susunan molekul-molekul berbeda panjang dan kerumitan terbuat dari hidrogen dan karbon. Strukturnya yang bermacam-macam memberikan mereka ciri-ciri dan fungsi berbeda. Kelihaian dalam proses pengilangan minyak adalah memisahkan dan memurnikan ini. Semua hidrokarbon yang berbeda ini memiliki titik didih yang berbeda, yang berarti mereka dapat dipisahkan dengan distilasi / penyulingan.

Setelah dipisahkan dan segala kontaminan serta ketidakmurnian telah dibuang, minyak ini bisa: baik dijual tanpa pemrosesan lebih lanjut, atau molekul-molekul yang lebih kecil seperti isobutane dan propylene atau butylene dapat digabung ulang untuk memenuhi persyaratan oktan tertentu dengan proses seperti alkylasi atau yang kurang umum, dimerisasi. Oktan juga bisa diperbaiki dengan pembentukan ulang katalytik, yang mencarik hidrogen keluar dari hidrokarbon untuk memproduksi aromatik, yang mempunyai taraf oktan lebih tinggi. Produk menengah bahkan dapat pula diproses ulang untuk menghancurkan minyak berat dan berantai-panjang menjadi yang lebih ringan dan berantai-pendek, menggunakan berbagai bentuk peretakan seperti Peretakan Katalytik Cairan, Peretakan Thermal, dan Peretakan-hidro. Langkah final dalam produksi gasolin adalah pencampuran bahan bakar dengan taraf oktan berbeda, tekanan uap dan ciri-ciri lain untuk memenuhi spesifikasi produk.

Minyak mentah hanya sedikit mengandung bensin dan minyak diesel, 2 fraksi terpenting yang paling banyak digunakan. Untuk meningkatkan produk 2 fraksi ini, maka sejak 60 tahun yang lalu ditambahkan proses menggunakan katalis pada penyulingan minyak bumi untuk meningkatkan fraksi minyak mentah yang diubah menjadi bensin dan minyak diesel.

Pada perkembangannya, proses katalis dilakukan tidak hanya untuk memperbesar produk bensin dan minyak disel, tetapi juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas produknya. Secara umum penggunaan katalis di dalam proses pengolahan minyak bumi dikenal sebagai hidroprocessing. Ada 3 bagian dari hidroprocessing, yaitu hidrocracking, hidrorefining, dan hidrotreating.

Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak tersebut, minyak mentah akan mengalami sejumlah proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang bermanfaat.

Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu:

1.Proses Distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih; 2.Proses ini berlangsung di Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.

3.Proses Konversi, yaitu proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon. Termasuk dalam proses ini adalah:

4.Dekomposisi dengan cara perengkahan termal dan katalis (thermal and catalytic cracking)

5.Unifikasi melalui proses alkilasi dan polimerisasi

6.Alterasi melalui proses isomerisasi dan catalytic reforming

7.Proses Pengolahan (treatment). Proses ini dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk akhir.

8.Formulasi dan Pencampuran (Blending), yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.

9.Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses penghilangan air asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.

D.PRODUK-PRODUK KILANG MINYAKProduk-produk utama kilang minyak adalah:

-Minyak bensin (gasoline). Minyak bensin merupakan produk terpenting dan terbesar dari kilang minyak.

-Minyak tanah (kerosene)

-LPG (Liquified Petroleum Gas)

-Minyak distilat (distillate fuel)

-Minyak residu (residual fuel)

-Kokas (coke) dan aspal

-Bahan-bahan kimia pelarut (solvent)

-Bahan baku petrokimia

-Minyak pelumas

E.Kilang Minyak di Indonesia

Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak, antara lain:

1. Pertamina Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara (Kapasitas 5 ribu barel/hari). Kilang minyak pangkalan brandan sudah ditutup sejak awal tahun 2007.

2. Pertamina Unit Pengolahan II Dumai/Sei Pakning, Riau (Kapasitas Kilang Dumai 127 ribu barel/hari, Kilang Sungai Pakning 50 ribu barel/hari)

3. Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatera Selatan (Kapasitas 145 ribu barel/hari)

4. Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap (Kapasitas 348 ribu barel/hari)

5. Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas 266 ribu barel/hari)

6. Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat (Kapasitas 125 ribu barel/hari)

7. Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat (Kapasitas 10 ribu barel/hari)

8. Pusdiklat Migas Cepu, Jawa Tengah (Kapasitas 5 ribu barel/hari).

Semua kilang minyak di atas dioperasikan oleh Pertamina.BAB III

PEMBAHASAN

A.DESKRIPSI TEMPAT

Kilang minyak Balikpapan terletak di tepi Teluk Balikpapan, meliputi areal seluas 2.5 km2 . Kilang ini terdiri dari unit Kilang Balikpapan 1 dan unit Kilang Balikpapan II. Kilang Balikpapan 1 dibangun sejak tahun 1922 dan dibangun kembali pada tahun 1948. Saat pecah Perang Dunia II kilang ini hancur akibat pemboman hebat yang dilancarkan oleh pihak Sekutu dan pembangunan kembali kilang yang hancur ini mulai beroperasi tahun 1950. Sedangkan Kilang Balikpapan II dibangun tahun 1980 dan resmi beroperasi 1 Nopember 1983. Tugas Kilang Balikpapan mengolah minyak mentah menjadi produk-produk yang siap dipasarkan, yaitu BBM dan Non BBM. yang memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya kawasan Timur Indonesia. Lokasi kilang terletak di Jl. Minyak yang berhadapan langsung dengan teluk Balikpapan.Kilang Balikpapan I terdiri dari :

- 2 Unit pengilangan minyak kasar (mentah). Hasil dari unit ini adalah Naphta, kerosene, gasoline, diesel, dan residue.

- 1 Unit penyulingan hampa (High Vacuum Unit) hasil unit ini adalah : parafinic oil destilate (POD), yang dipakai untuk bahan baku untuk 1 unit pabrik lilin dengan kapasitas 100 ton lilin perhari. Lilin yang dihasilkan terdiri dari berbagai jenis (grade) yang dipasarkan didalam negeri maupun keluar negeri.

Kilang Balikpapan II terdiri dari :

Kilang ini terdiri dari dua kelompok kilang, yaitu : Kilang Hydroskiming dan kelompok Kilang Hydrocracking. Hasil dari kilang balikpapan II ini adalah : gas (refinery gas), LPG, Naphta, kerosene, diesel, dan residue.

B.PARAMETER KESEHATAN LINGKUNGAN

1.SIMPUL A : RISIKO YANG AKAN TERJADI PADA KILANG MINYAK

Proses yang terjadi pada kilang minyak tentunya akan menghasilkan limbah. Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari kilang minyak berupa :

- ceceran minyak yang terakumulasi dalam kurun waktu relatif lama

- limbah kimia hasil cracking crude oil

- limbah gas

- air sisa produksi

- limbah domestik

Dengan adanya jenis limbah tersebut, maka fisik lingkungan disekitarnya akan beresiko mengalami pencemaran. Suatu tumpahan minyak mengkontaminasi tanah dan beresiko mencemarai air tanah dalam. Jika hal ini tidak ditangani dengan benar maka pencemaran yang terjadi semakin parah dan meluas.

RESIKO PADA LINGKUNGAN KERJA

Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan terhad kecelakaan tersebut.

Penyebab utama kecelakaan adalah :

a. Kondisi tidak aman (unsafe condition)

Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh metode / proses produksi yang kurang baik. Hal ini dilihat dari sistem pengisian bahan kimia yang salah, pengangkutan beban secara manal / menggunakan tenaga manusia.

b. Tindakan tidak aman (unsafe action)

Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain :

menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang.

c. Kelemahan sistem manajemen

Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur kerja yang tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan kegiatan kerja nya.

Dari penyebab kecelakaan di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Kecelakaan kerja khususnya di bidang industry seringkali diikuti dengan adanya kerusakan lingkungan terlebih jika kecelakaan industri tersebut berskala besar. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera bahkan kematian jika kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan keseimbangan ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya bahan sisa proses produksi yang masih mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari kecelakaan industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahan limbah industry yang tidak baik.Suatu lingkungan kerja meliputi :

1. Faktor Mekanis

2. Faktor Fisik

3. Faktor Kimia

4. Faktor Biologi

5. Faktor Ergonomi

Lingkungan kerja yang kondusif mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja, terpelihara sumber produksi dan tercapainya produktivitas kerja yang tinggi.

Lingkungan kerja yang baik dan cara kerja yang baik disamping faktor-faktor lain di masyarakat akan menciptakan lingkungan umum / hidup yang terjamin secara

komprehensif.

Bahaya Khusus yang Timbul dari Crude Oil

Bahaya yang perlu mendapat perhatian di samping hal-hal umum juga tentang adanya bahaya peledakan crude oil yang tinggi. Uap dan gas mudah meledak dan menimbulkan asap racun. Crude Oil juga mengandung sulfur yang tinggi yang dapat menimbulkan bahaya kematian.

2.SIMPUL B : POTENSI BAHAYA/DAMPAK PADA KILANG MINYAK

Secara umum bahaya yang timbul pada kilang minyak terdiri dari :

1. Jenis Pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan kimia

2. Crude Oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang mudah meledak, keracunan sulfur.

3. Cuaca, misalnya petir

Bahaya Bahan Kimia

Kilang minyak menggunakan bahan bahan kimia yang terkadang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan hidup. Penangangan bahan bahan kimia tersebut harus dilakukan dengan serius. Untuk membantu pekerja dalam memperlakukan bahan bahan kimia tersebut, maka diberikan suatu sistem labeling yang dapat menunjukan jenis dan bahaya dari bahan kimia yang mereka gunakan.

Label ini dapat mejelaskan sifat bahaya dari bahan kimia yang bersangkutan. Label bahaya diberikan dalam bentuk gambar untuk memberikan gambaran cepat sifat bahaya. Terdapat dua label yang digunakan, yaitu menurut PBB (internasional) dan NFPA (Amerika). Label NFPA ditunjukkan pada tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran (merah) dan reaktivitas (kuning).

Bahan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi juga harus diberikan informasi mengenai :

1. Informasi bahan singkat :

Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta bahaya-bahaya utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat bisa dipahami

kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.

2. Sifat-sifat bahaya :

a. Bahaya kesehatan :

Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari. Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :

1.LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen binatang percobaan mati.

2.LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50 persen binatang percobaan.

3.IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.

b. Bahaya kebakaran :

Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :

1.Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.

2.Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain

ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.

3.Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

c. Bahaya reaktivitas :

Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.

3. Sifat-sifat fisika :

Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya suatu bahan.

Potensi Dampak Pengilangan minyak

Kegiatan di kilang minyak merupakan sumber yang dapat menimbulkan pencemaran minyak di perairan, karena air limbah proses pengilangan bercampur minyak, misalnya air drain yang berasal dari stripping, desalter, dan treating process. Setelah digunakan di kilang, sebagian besar air dibuang kembali ke lingkungan sebagai limbah, dimana limbah ini banyak mengandung minyak yang dapat mencemari badan air dan pada akhirnya menuju ke laut.

Laut yang tercemar oleh tumpahan minyak, memberikan dampak negatif ke berbagai organisme laut, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem di laut, yang pada akhirnya akan merugikan kehidupan manusia. Beberapa dampak ekologis akibat dari tumpahan minyak adalah sebagai berikut :

1. Lapisan tumpahan minyak mempengaruhi tingkat intensitas fotosintesis fitoplankton yang dapat menurunkan atau memusnahkan populasi fitoplankton. Kondisi ini merupakan bencana besar bagi kehidupan di perairan karena fitoplankton merupakan dasar bagi semua kehidupan perairan.

2. Pencemaran air laut dari tumpahan minyak berdampak pada beberapa jenis burung laut, karena tumpahan minyak tersebut menyebabkan degradasi lemak dalam hati, kerusakan saraf, pembesaran limpa, radang paru dan ginjal pada burung-burung tersebut.

3. Tumpahan minyak dapat mengganggu keseimbangan berbagai organisme aquatik pantai, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, hutan mangrove dan rusaknya pantai wisata. Hutan mangrove yang hidup disepanjang pantai beradaptasi di dalam air laut dengan cara desalinasi melalui proses ultra-filtrasi. Akar mangrove, yang tumbuh di dalam lumpur, berfungsi untuk menyerap oksigen melalui suatu jaringan aerasi yang kontak dengan udara, yang disebut dengan breathing roots. Jika pantai tercemar minyak, lumpur akan tertutup oleh deposit minyak yang dapat merusak sistem akar mangrove, sehingga difusi oksigen dari udara ke dalam jaringan aerasi terhambat.

4. Tumpahan minyak menghambat atau mengurangi transmisi cahaya matahari ke dalam air laut, yang disebabkan karena absorpsi minyak bumi (cahaya matahari diserap oleh tumpahan minyak) atau cahaya dipantulkan kembali oleh minyak ke udara. Semakin tebal lapisan minyak maka pelarutan oksigen dari udara semakin terganggu dan akan merugikan biota-biota laut.

5. Jika tumpahan minyak tersebut tidak mematikan sumber daya laut, maka pencemaran tersebut menurunkan kualitasnya. Hal ini berhubungan dengan kemampuan hewan-hewan laut untuk mengakumulasi minyak di dalam tubuhnya. Akumulasi ini sering menyebabkan daging ikan berbau minyak, sehingga merugikan para nelayan karena tidak dapat menjual ikan tangkapan mereka.

6. Untuk bidang pariwisata, polutan minyak di perairan mengurangi minat wisatawan, karena keindahan laut tertutup oleh lapisan minyak.

C.PENANGANAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA PADA KILANG MINYAK

a. Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber, misalnya hubungan listrik.

Pencegahan ini harus dilengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran yang memadai.

b. Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis

c. Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang baik disamping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, termasuk penyediaan fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan pertolongan pernafasan.

d. Mematuhi peraturan K3

e. Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja dan produk masing masing, termasuk didalamnya emergency drill.

Setiap individu cenderung untuk melihat dan memahami dunia dan lingkungan sekitarnya sesuai dengan cara pandang individu itu sendiri. Tindakan dan reaksi individu tersebut berdasarkan persepsinya, bukan atas dasar kenyataan obyektif.

Persepsi pekerja terhadap K3 dapat berupa persepsi positif ataupun persepsi negatif. Persepsi positif terjadi jika pekerja merasa bahwa K3 dapat memberikan kenyamanan, ketenangan, kesehatan dan keamanan. Sedangkan persepsi negatif terjadi karena program K3 tidak dapat memberikan rasa nyaman, tenteram, tenang dan aman pada pekerja.

Persepsi merupakan suatu proses untuk mengatur dan menginterpretasikan sensor informasi yang masuk kedalam tubuh atau persepsi merupakan suatu rangkaian proses pengenalan, pengorganisasian dan pengartian stimulus yang ada dilingkungan.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan suatu kontrol bahaya yang dapat mendefinisikan bahaya secara objektif bagi seluruh pekerja di kilang minyak. Pengontrolan bahaya ini meliputi kegiatan internal kilang minyak maupun kegiatan eksternal/lapangan kilang minyak. Kontrol bahaya tersebut meliputi :

a. House keeping yang memadai

b. Penyediaan alat keselamatan dan alat pelindung diri (APD)

c. Perawatan mesin dan instalasi kilang minyak

d. Ventilasi4. Keselamatan dan pengamanan :

- Diberikan langkah-langkah keselamatan dan pengamanan :a. Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.

b. Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan tertumpah atau bocor.

c. Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.

d. Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan.

e. pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.

5. Informasi lingkungan :

Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan. Pencegahan pencemaran minyak di perairan ditujukan untuk berbagai sumber penyebab pencemaran.

Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan polusi laut akibat tumpahan minyak ini terdapat 3 (tiga) faktor yang dapat dijadikan landasan yaitu:

a. Aspek Legalitas Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi persyaratan formal sebagai suatu perturan, tapi juga dapat menimbulkan rasa keadilan dan kepatuhan, serta dilaksanakan atau ditegakan dalam kenyataan. Menjadi tugas pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk menegakan peraturan-peraturan yang ada. Di lain pihak, tugas pemerintah ini juga harus diimbangi dengan dua faktor yaitu: pertama, adanya fasilitas yang memungkinkan untuk bergerak dinamis, dalam hal ini mencari dan mengumpulkan data lapangan tentang penyebab terjadinya suatu kasus pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak di laut; kedua, ketersediaan sumber daya manusia yang memadai. Perlu ada aturan yang jelas untuk diberikan sanksi kepada pemerintah yang memberikan izin tidak sesuai dengan aturan sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

b. Aspek Perlengkapan Beberapa teknik yang dapat direkomendasikan untuk penanggulangan minyak adalah: penggunaan spraying chemical dispersants; pengoperasian slick-lickers; dan floating boom. Berkaitan dengan perlengkapan kapal, UU No. 21 tahun 1992 juga menyebutkan tentang perlengkapan kapal baik dalam operasi maupun penanggulangan kecelakaan (termasuk tumpahan minyak). Para produsen minyak dan gas bumi pun sudah memiliki produsedur kerja dan fasilitas penanggulangan tumpahan minyak yang cukup memadai untuk digunakan dalam penerapan Tier 1 (penanggulangan bencana tumpahan minyak yang terjadi dalam lingkup pelabuhan) dan Tier 2 (penanggulangan bencana tumpahan minyak yang terjadi di luar lingkungan pelabuhan) yang dilakukan secara iner-connection di bawah koordinasi Administrasi Pelabuhan (Adpel). Hal yang penting untuk diperhatikan pada aspek ini adalah pentingnya penguasan prosedur dan teknik-teknik penanggulangan tumpahan minyak oleh pelaksana lapangan.

c. Aspek Koordinasi Seluruh departemen, instansi terkait serta masyarakat harus dapat berkoordinasi untuk menanggulangi pencemaran ini.

Beberapa penanganan yang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki pencemaran yang telah terjadi adalah sebagai berikut :

a. revegetasi alam, identifikasi lahan yang selanjutnya ditentukan prioritas lahan dan jenis tanaman yang ditanam kembali dilahan tersebut

b. rehabilitasi lahan tercemar

c. Flaring gas sisa, dalam proses kilang minyak terdapat gas yang tidak bernilai ekonomis sehingga harus dikelola agar tidak mencemari lingkungan.

Pengaturan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Bahan Kimia

Usaha untuk menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan terutama yang berkaitan dengan bahan bahan kimia berbahaya dilakukan mulai dari persiapan personal yang menggunakan bahan kimia tersebut hingga perlakuan pada bahan kimia selama proses produksi. Hal pertama yang perlu dilakukan :1. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,

jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

Bekerja aman dengan bahan kimia :

1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.

2. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.

3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).

Memindahkan bahan Kimia :

1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.

2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.

4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencega kontaminasi.

Memindahkan bahan Kimia cair :

1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan memegang botol tersebut.

2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.

3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak memercik.

Memindahkan bahan Kimia padat :

1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.

2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.

3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori bahan tersebut.

Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi :

1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.

2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.

3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.

Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia :

1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.

2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah pemanasan mendadak.

3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum seperempatnya.

PENCEGAHAN KECELAKAAN

Setelah melihat proses yang terjadi pada suatu kilang minak dan potensi bahaya yang terjadi pada kilang minyak, maka secara keseluruhan pencegahan kecelakaan yang diperlukan adalah :

1. Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan industri2. Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan alat pengamanan, maupun dari hasil limbah yang dihasilkan agar tidak mengganggu kualitas lingkungan.3. Dilakukan pelatihan dan tindakan persuasif bagi pengusaha dan pekerja sehingga diharapkan dapat lebih berhati hati dalam melakukan pekerjaan terutama yang menggunakan peralatan ataupun bahan kimia yang dapat membahayakan diri sendiri maupun lingkungan.