10
1 PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS KUSTA DI KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015 The Influence of Individual Factors and Organizational Factors Performance Against Leprosy Officer in North Aceh District 2015 Zulfitri 1 , Ida Yustina 2 , Heldy BZ 2 1 Mahasiswa Program Studi S2 IKM STIKes Helvetia Medan 2 Staf Pengajar Program Studi S2 IKM STIKes Helvetia Medan ABSTRAK Pengendalian penyakit kusta di Kabupaten Aceh Utara belum berhasil menurunkan angka kecacatan. Pada tahun 2012, jumlah penderita kusta baru di Kabupaten Aceh Utara adalah 40 kasus, 6 orang diantaranya (15%) dengan cacat tingkat 2. Pada tahun 2013, jumlah penderita kusta baru adalah 45 kasus, 10 orang diantaranya (22,2%) dengan cacat tingkat 2. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kemampuan, sumber daya, kepemimpinan dan imbalan terhadap kinerja petugas kusta. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research. Penelitian dilakukan di 31 puskesmas dalam Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2014 sampai dengan Maret 2015. Populasi penelitian adalah seluruh petugas kusta di Kabupaten Aceh Utara, yaitu 31 orang, dan seluruh populasi dijadikan sampel (sensus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja petugas kusta di Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 dipengaruhi oleh kemampuan (p=0,008), kepemimpinan (p=0,021) dan imbalan (p=0,045). Variabel kemampuan paling dominan memengaruhi kinerja petugas kusta. Secara bersama, ketiga variabel tersebut memberikan pengaruh sebesar 90,3% terhadap kinerja petugas kusta, sedangkan 9,7% lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Disarankan kepada kepala puskesmas dan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara untuk memberikan imbalan secara teratur dan tepat waktu kepada petugas kusta, menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik dan mengadakan pelatihan agar kemampuan petugas kusta menjadi lebih baik. Kata Kunci: Individu, Organisasi, Kinerja Petugas Kusta ABSTRACT Control of leprosy in North Aceh Regency disability has not succeeded in reducing the number of leprosy patients. In 2012, the number of new leprosy patients in North Aceh Regency is 40 cases, 6 of them (15%) with a 2-level defects. In 2013, the number of new leprosy patients were 45 cases, 10 of them (22.2%) with a 2-level defects. The purpose of this study to analyze the influence of capabilities, resources, leadership and reward the performance of leprosy officer. This study was a survey using explanatory research approach. The study was conducted in 31 health centers in North Aceh district. The study was conducted from August 2014 to March 2015. The study population was all leprosy officer in North Aceh Regency, ie 31 people, and the entire population sampled (census).

Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengendalian penyakit kusta di Kabupaten Aceh Utara belum berhasil menurunkan angka kecacatan. Pada tahun 2012, jumlah penderita kusta baru di Kabupaten Aceh Utara adalah 40 kasus, 6 orang diantaranya (15%) dengan cacat tingkat 2. Pada tahun 2013, jumlah penderita kusta baru adalah 45 kasus, 10 orang diantaranya (22,2%) dengan cacat tingkat 2. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kemampuan, sumber daya, kepemimpinan dan imbalan terhadap kinerja petugas kusta.Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research. Penelitian dilakukan di 31 puskesmas dalam Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2014 sampai dengan Maret 2015. Populasi penelitian adalah seluruh petugas kusta di Kabupaten Aceh Utara, yaitu 31 orang, dan seluruh populasi dijadikan sampel (sensus).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja petugas kusta di Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 dipengaruhi oleh kemampuan (p=0,008), kepemimpinan (p=0,021) dan imbalan (p=0,045). Variabel kemampuan paling dominan memengaruhi kinerja petugas kusta. Secara bersama, ketiga variabel tersebut memberikan pengaruh sebesar 90,3% terhadap kinerja petugas kusta, sedangkan 9,7% lagi dipengaruhi oleh faktor lain.Disarankan kepada kepala puskesmas dan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara untuk memberikan imbalan secara teratur dan tepat waktu kepada petugas kusta, menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik dan mengadakan pelatihan agar kemampuan petugas kusta menjadi lebih baik.

Citation preview

Page 1: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

1

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN ORGANISASI TERHADAPKINERJA PETUGAS KUSTA DI KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2015

The Influence of Individual Factors and Organizational Factors PerformanceAgainst Leprosy Officer in North Aceh District 2015

Zulfitri1, Ida Yustina2,

Heldy BZ2

1Mahasiswa Program Studi S2 IKM STIKes Helvetia Medan2Staf Pengajar Program Studi S2 IKM STIKes Helvetia Medan

ABSTRAKPengendalian penyakit kusta di

Kabupaten Aceh Utara belum berhasilmenurunkan angka kecacatan. Pada tahun2012, jumlah penderita kusta baru diKabupaten Aceh Utara adalah 40 kasus, 6orang diantaranya (15%) dengan cacattingkat 2. Pada tahun 2013, jumlahpenderita kusta baru adalah 45 kasus, 10orang diantaranya (22,2%) dengan cacattingkat 2. Tujuan penelitian ini untukmenganalisis pengaruh kemampuan,sumber daya, kepemimpinan dan imbalanterhadap kinerja petugas kusta.

Penelitian ini merupakanpenelitian survei dengan menggunakanpendekatan explanatory research.Penelitian dilakukan di 31 puskesmasdalam Kabupaten Aceh Utara. Penelitiandilakukan dari bulan Agustus 2014sampai dengan Maret 2015. Populasipenelitian adalah seluruh petugas kusta diKabupaten Aceh Utara, yaitu 31 orang,dan seluruh populasi dijadikan sampel(sensus).

Hasil penelitian menunjukkanbahwa kinerja petugas kusta diKabupaten Aceh Utara tahun 2015dipengaruhi oleh kemampuan (p=0,008),kepemimpinan (p=0,021) dan imbalan(p=0,045). Variabel kemampuan palingdominan memengaruhi kinerja petugaskusta. Secara bersama, ketiga variabeltersebut memberikan pengaruh sebesar90,3% terhadap kinerja petugas kusta,sedangkan 9,7% lagi dipengaruhi olehfaktor lain.

Disarankan kepada kepalapuskesmas dan pihak Dinas KesehatanKabupaten Aceh Utara untukmemberikan imbalan secara teratur dantepat waktu kepada petugas kusta,menjalankan fungsi kepemimpinannyadengan baik dan mengadakan pelatihanagar kemampuan petugas kusta menjadilebih baik.

Kata Kunci: Individu, Organisasi,Kinerja Petugas Kusta

ABSTRACTControl of leprosy in North Aceh

Regency disability has not succeeded inreducing the number of leprosy patients.In 2012, the number of new leprosypatients in North Aceh Regency is 40cases, 6 of them (15%) with a 2-leveldefects. In 2013, the number of newleprosy patients were 45 cases, 10 ofthem (22.2%) with a 2-level defects. Thepurpose of this study to analyze theinfluence of capabilities, resources,leadership and reward the performanceof leprosy officer.

This study was a survey usingexplanatory research approach. Thestudy was conducted in 31 health centersin North Aceh district. The study wasconducted from August 2014 to March2015. The study population was allleprosy officer in North Aceh Regency, ie31 people, and the entire populationsampled (census).

Page 2: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

2

The results showed that theperformance of leprosy officer in NorthAceh District in 2015 was influenced bythe ability (p=0.008), leadership(p=0.021) and rewards (p=0.045). Themost dominant variable affecting theperformance capabilities of leprosyofficer. Taken together, these threevariables influence the performance of90.3% against leprosy officer, while9.7% were influenced by other factors.

It is recommended to the head ofthe health center and North Aceh DistrictHealth Office to provide benefits on aregular and timely basis to leprosyofficer, leadership function well andtraining so that the ability of officers tobe better leprosy.

Keywords: Individual, Organization,Performance Leprosy Officer

PENDAHULUANKusta merupakan salah satu

penyakit menular yang dapatmenimbulkan masalah yang kompleks.1

WHO melaporkan bahwa pada tahun2012 penderita kusta tersebar di 105negara. Pada tahun 2011, Asia Tenggaramerupakan kawasan penyumbang kustaterbanyak di dunia dengan jumlah160.132 kasus baru. Indonesiamenempati urutan ketiga setelah Indiadan Brazil dalam hal penyumbang jumlahpenderita kusta di dunia.2

Pada tahun 2012, jumlahpenderita kusta di Indonesia adalahsebanyak 18.994 orang. Sedangkan padatahun 2013, jumlah penderita kusta diIndonesia adalah sebanyak 16.856orang.3

Provinsi Aceh merupakan salahsatu provinsi di Indonesia yang masihmemiliki beban kusta yang tinggi denganangka penemuan kasus baru lebih dari 10per 100 ribu penduduk atau lebih dari1.000 kasus per tahun. Data ProfilKesehatan Aceh menunjukkan bahwapada tahun 2012 jumlah penderita kustadi Provinsi Aceh adalah 595 orang,

dengan rincian kusta PB (Pausi Basiler)125 orang dan kusta MB (Multi Basiler)berjumlah 470 orang.4

Salah satu kabupaten yangmemberikan kontribusi cukup tinggiterhadap tingginya angka kecacatan kustadi Provinsi Aceh adalah Kabupaten AcehUtara. Pada tahun 2013 ditemukan 45penderita baru dengan prevalensi rate1,0/10.000 penduduk, dari 45 penderitatersebut, sebagian besar (73,3%)merupakan penderita kusta MB, yaitusebanyak 33 orang. Jumlah penderitakusta baru yang ditemukan dan diobati diKabupaten Aceh Utara dari tahun 2007 –2013 sebanyak 548 penderita, yangterdiri dari 168 kusta PB dan 380 kustaMB.5

Program penanggulanganpenyakit kusta di Indonesia belumberhasil menurunkan angka kecacatanpenderita kusta, terutama cacat tingkat 2.Tahun 2011, jumlah penderita kusta baruyang ditemukan adalah 20.023 kasus,1.982 orang di antaranya (9,9%) dengancacat tingkat 2. Tahun 2012, jumlahpenderita kusta baru yang ditemukanadalah 16.123 kasus, 1.838 orang diantaranya (11,4%) dengan cacat tingkat2.6 Tahun 2013, jumlah penderita kustabaru yang ditemukan adalah 16.856kasus, 1.694 orang di antaranya (10,05%)dengan cacat tingkat 2.3 Jumlahkecacatan tersebut masih jauh di atastarget nasional penanggulangan kustayaitu <5% dari penderita baru yangditemukan dan diobati.2

Kenyataan yang sama jugaterjadi di Provinsi Aceh, di manapenderita kusta dengan cacat tingkat 2juga masih tinggi dan cenderungmengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2008, jumlah penderitakusta yang ditemukan dengan cacattingkat 2 sebanyak 11%, tahun 2009mengalami peningkatan menjadi 12%,dan tahun 2010 masih 12%. Pada tahun2011 terjadi peningkatan yang cukupbesar, yaitu mencapai 18%, sedangkantahun 2012 menurun menjadi 15%.4

Page 3: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

3

Angka kecacatan penderita kustadi Kabupaten Aceh Utara jugamengalami peningkatan dari tahun ketahun, terutama cacat tingkat 2. Padatahun 2012, jumlah penderita kusta baruyang ditemukan adalah 40 kasus, 6 orang(15%) dengan cacat tingkat 2. Pada tahun2013, jumlah penderita kusta baru yangditemukan adalah 45 kasus, 10 orang(22,2%) dengan cacat tingkat 2.5

Banyak cara yang dapatdilakukan untuk mencegah timbulnyakecacatan dan bertambah beratnyakecacatan yang sudah ada pada penderitakusta. Di antaranya dengan diagnosis danpenanganan penyakit kusta secara dini.Kecacatan pada penderita kusta seringdiakibatkan karena terlambatnyapenemuan dan proses pengobatan yangtidak tuntas. Tenaga kesehatan sangatberperan penting dalam proses penemuandan pengobatan penderita kusta.7

Salah satu strategi nasional yangdijalankan dalam upaya mencegahkecacatan pada penderita kusta adalahmeningkatkan kinerja petugas kusta.2

Secara teoritis, kinerja merupakanpenampilan hasil karya personel baikkuantitas maupun kualitas dalam suatuorganisasi.8

Di sebagian besar organisasiseperti puskesmas, kinerja para karyawanindividual merupakan faktor utama yangmenentukan keberhasilan organisasi.Keberhasilan suatu organisasi ditentukanoleh bagaimana manajemen mengeloladan memberdayakan sumber dayasebagai masukan organisasi. Sumberdaya yang diperlukan manajemen dapatdibedakan atas sumber daya manusia dansumber daya non manusia.9

Sumber daya manusia adalah asetpenting organisasi dan motor penggerakproses manajemen. Di tangan manusiasemua sumber daya lainnya diolah dandigunakan untuk menunjang tercapainyatujuan organisasi yang telah ditetapkan.9

Manajemen sumber daya manusiamerupakan suatu sarana yang ampuhuntuk meningkatkan kemampuan

karyawan (pengetahuan danketerampilan) dan tentunya akanmeningkatkan kinerja karyawan.10

Pelaksanaan tugas di puskesmasjuga harus didukung oleh sumber dayanon manusia yang mencukupi. Dukungandana operasional, alat kesehatan danobat-obatan bertujuan untukmeningkatkan kinerja pegawai dipuskesmas. Jika dana operasional, alatkesehatan dan obat-obatan kurangmencukupi, maka akan menyebabkanrendahnya kinerja pegawai dipuskesmas.9

Beberapa penelitian mengungkapadanya hubungan antara kemampuansumber daya manusia dan ketersediaansumber daya non manusia dengan kinerjatenaga kesehatan di Puskesmas.Penelitian Situmorang di KabupatenSamosir menyimpulkan bahwa adahubungan antara pengetahuan denganperilaku petugas kusta dalam penentuankecacatan pada penderita kusta.11

Penelitian Asmara di Puskesmas MedanTuntungan mengungkap bahwa variabelkemampuan memengaruhi kinerjapetugas di Puskesmas.12

Variabel imbalan juga dapatmemengaruhi kinerja pegawai dipuskesmas, jika imbalan yang diterimapegawai rendah, maka motivasi kerjapegawai akan turun. Situasi ini akandiperburuk lagi jika kepala puskesmaskurang menjalankan fungsikepemimpinannya, seperti kurangmemberikan petunjuk, arahan, danbimbingan serta penghargaan kepadapegawai. Hal ini akan memengaruhikinerja pegawai, sehingga target dantujuan program puskesmas tidaktercapai.9

Penelitian Soemadipraja diKabupaten Sumedang mengungkapbahwa rendahnya kinerja petugas kustadipengaruhi oleh insentif yang diterima,motivasi kerja dan pembinaan sertadukungan yang didapat.13 Hasilpenelitian Ardian di Rumah Sakit AdventMedan menunjukkan bahwa faktor

Page 4: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

4

kepemimpinan dan insentif berpengaruhterhadap kinerja dokter di Rumah SakitAdvent Medan. Faktor kepemimpinanpaling dominan memengaruhi kinerjadokter.14

Standar kinerja petugas kustadalam program penanggulangan penyakitkusta adalah terlaksananya semua tugaspokok dan fungsi petugas kusta yangtelah ditetapkan. Tugas pokok dan fungsipetugas kusta dalam programpenanggulangan penyakit kusta adalah :1) Penemuan kasus (case finding), 2)Menentukan klasifikasi penderita, 3).Melaksanakan pengobatan, 4)Pencegahan cacat, 5) Penanganan padareaksi, 6) Penyuluhan tentang perawatandiri.2

Hasil wawancara dengansupervisor program penanggulanganpenyakit kusta Dinas KesehatanKabupaten Aceh Utara, diperolehinformasi bahwa programpenanggulangan kusta di DinasKesehatan Kabupaten Aceh Utara tahun2013 belum mampu mencapai targetyang diharapkan, dimana 33 orang(73,3%) dari 45 orang penderita kustabaru yang ditemukan merupakanpenderita kusta tipe MB. Jumlahpenderita kusta dengan cacat tingkat 2juga masih sangat jauh di atas targetnasional penanggulangan kusta, yaitu 10orang (22,2%) dari 45 orang penderitabaru yang ditemukan.5

Supervisor programpenanggulangan penyakit kusta DinasKesehatan Kabupaten Aceh Utaraberasumsi bahwa penyebab atasfenomena tersebut adalah lemahnyakinerja petugas kusta dalam menjalankantugas pokok dan fungsinya. Petugas kustakurang aktif dalam menemukan penderitakusta secara dini, sehingga sebagianbesar penderita sudah mengalamikecacatan saat ditemukan.

Lemahnya kinerja petugas kustadi puskesmas dalam Kabupaten AcehUtara diasumsikan disebabkan olehrendahnya kompetensi petugas kusta.

Hal ini dapat dilihat dari data di DinasKesehatan Kabupaten Aceh Utara yangmenunjukkan bahwa dari 31 orangpetugas kusta di puskesmas, sebagianbesar (18 orang) diantaranya belumpernah mendapatkan pelatihan tentangprogram kusta. Fenomena ini jugaberkaitan dengan adanya mutasi pegawaidi puskesmas, banyak petugas kusta yangsudah pernah mendapatkan pelatihantidak bertugas lagi sebagai petugas kusta.

Selain itu, fenomena lemahnyakinerja petugas kusta di puskesmas dalamKabupaten Aceh Utara diasumsikan jugaberkaitan dengan rendahnya insentif yangditerima oleh petugas kusta. Hal inidapat dilihat dari data yang menunjukkanbahwa dari 31 orang petugas kusta dipuskesmas, masih ada 10 puskesmasyang menempatkan tenaga suka relasebagai petugas kusta.

Untuk memperkuat asumsi-asumsi tersebut, maka dilakukan surveiawal dengan mewawancarai 10 orangpetugas kusta di puskesmas dalamKabupaten Aceh Utara. Berdasarkanhasil wawancara tersebut diperolehinformasi bahwa banyak kendala yangdihadapi oleh petugas kusta dalammelaksanakan tugas pokok dan fungsinyasecara maksimal, diantaranya adalahsemua petugas kusta mengatakan bahwainsentif yang diterima sangat rendah.Sebagian besar petugas kusta jugamengatakan bahwa walaupun merekasudah mengusulkan dana operasionalbagi program kusta dalam POA dengansumber anggaran dari bantuanoperasional kesehatan (BOK), tetapipuskesmas tidak menyetujui usulantersebut.Selain itu, tidak tersedianya saranatransportasi untuk melacak kasus kelapangan juga menjadi kendala bagipetugas kusta. Kondisi ini diperburuklagi oleh kepala puskesmas yang kurangmenjalankan fungsi kepemimpinannya,seperti kurang memberikan petunjuk,arahan, dan bimbingan serta penghargaankepada petugas kusta dalam bekerja.

Page 5: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

5

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah

survey explanatory yang bertujuan untukmenjelaskan pengaruh kausal antaravariabel melalui pengujian hipotesis.Penelitian ini dilaksanakan di 31puskesmas dalam Kabupaten Aceh Utaramulai bulan Agustus 2014 sampaidengan Maret 2015. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh petugaskusta yang bertugas di 31 puskesmasdalam Kabupaten Aceh Utara, sebanyak31 orang. Seluruh populasi dijadikansampel penelitian (sensus). Data yangdigunakan adalah data primer dansekunder. Analisis data bivariat dilakukandengan uji statistik Chi-Square, dengantaraf signifikansi (α) yang digunakanadalah 0,05. Analisis data multivariatdilakukan dengan uji regresi logistikberganda metode forward stepwise(conditional).

HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Data Univariat

Hasil peneltian diperoleh jeniskelamin responden yang paling banyakadalah perempuan sebanyak 64,5%.Umur responden yang paling banyakadalah 31–40 tahun sebanyak 67,7%.Pendidikan respoden yang paling banyakadalah D-III Keperawatan, sebanyak90,3%.

Kemampuan responden lebihbanyak berada pada kategori kurangbaik sebanyak 61,3% dan sebanyak38,7% mempunyai kemampuan dengankategori baik. Sumber daya lebih banyakresponden mengatakan sumber dayakurang tersedia sebanyak 61,3% dansebanyak 38,7% mengatakan sumberdaya tersedia. Kepemimpinan lebihbanyak responden mengatakankepemimpinan berada pada kategorikurang baik sebanyak 58,1% dansebanyak 41,9% mengatakankepemimpinan dengan kategori baik.Imbalan responden lebih banyak beradapada kategori kurang baik sebanyak67,7% dan sebanyak 32,3%

mendapatkan imbalan dengan kategoribaik. Kinerja responden lebih banyakberada pada kategori kurang baiksebanyak 71% dan sebanyak 29%mempunyai kinerja dengan kategoribaik.

Analisis Data BivariatAnalisis data bivariat dilakukan

dengan uji statistik Chi-Square, dengantaraf signifikansi (α) yang digunakanadalah 0,05. Jika dalam uji Chi-Squareterdapat sel dengan frekuensi ≤ 5, makadigunakan perhitungan Fisher’s ExactTest. Variabel bebas dikatakanberhubungan dengan variabel terikat jikanilai p (p-value) < 0,05.

Tabel 1 Hubungan Kemampuandengan Kinerja PetugasKusta

Kemampuan

Kinerja Petugas KustaTotal

pKurang Baikf % f % F %

Kurang 18 94,7 1 5,3 19 1000,000

Baik 4 33,3 8 66,7 12 100

Hubungan kemampuan dengankinerja petugas kusta menunjukkanbahwa responden yang mempunyaikemampuan baik sebanyak 38,7%,diantaranya sebanyak 33,3% mempunyaikinerja kurang baik dan lebih banyakmempunyai kinerja baik sebanyak 66,7%,sedangkan responden yang mempunyaikemampuan kurang baik sebanyak61,3%, diantaranya sebanyak 5,3%mempunyai kinerja baik dan lebih banyakmempunyai kinerja kurang baik sebanyak94,7%. Hasil uji statistik diperoleh nilai psebesar 0,000<0,05 artinya ada hubungankemampuan dengan kinerja petugaskusta.

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Situmorang yangmenyimpulkan bahwa ada hubunganantara pengetahuan dengan kinerjapetugas kusta.11 Penelitian Asmara jugamengungkap bahwa variabel kemampuanmemengaruhi kinerja tenaga kesehatan diPuskesmas.12

Page 6: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

6

Wibowo19 menjelaskan bahwakemampuan merupakan karakteristikpengetahuan dan keterampilan yangdimiliki atau dibutuhkan oleh seseorangyang memampukannya untuk melakukantugas dan tanggung jawab secara efektifdan meningkatkan standar kualitasprofesional dalam pekerjaan.

Kurang baiknya kemampuanpetugas kusta merupakan sesuatu yangmemprihatinkan, seharusnya petugaskusta berupaya meningkatkankemampuan mereka untuk melaksanakansemua tugas pokok dan fungsinya dalamprogram pengendalian penyakit kusta.

Pihak pengelola manajemenpuskesmas dapat melakukan upayapeningkatan kemampuan petugas kusta dipuskesmas dengan mengadakan pelatihankepada petugas kusta.

Jika upaya peningkatankemampuan petugas kusta berhasildilaksanakan, maka akan mampu untukmeningkatkan kinerja petugas kusta. Halini terlihat dari hasil uji statistikpenelitian ini yang menunjukkan nilaiExp (β) variabel kemampuan sebesar27,288, artinya petugas kusta dengankemampuan baik berpeluang untukmempunyai kinerja baik 27,3 kalidibandingkan dengan petugas kustadengan kemampuan kurang baik.

Tabel 2 Hubungan Sumber Dayadengan Kinerja PetugasKusta

SumberDaya

KinerjaTotal

pKurang Baikf % f % F %

Kurang 17 89,5 2 10,5 19 1000,012

Tersedia 5 41,7 7 58,3 12 100

Hubungan sumber daya dengankinerja petugas kusta menunjukkanbahwa responden yang mengatakansumber daya tersedia sebanyak 38,7%,diantaranya sebanyak 41,7% mempunyaikinerja kurang baik dan lebih banyakmempunyai kinerja baik sebanyak 58,3%,sedangkan responden yang mengatakan

sumber daya kurang tersedia sebanyak61,3%, diantaranya sebanyak 10,5%mempunyai kinerja baik dan lebih banyakmempunyai kinerja kurang baik sebanyak89,5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai psebesar 0,012<0,05 artinya ada hubungansumber daya dengan kinerja petugaskusta.

Sulaeman9 menjelaskan bahwakeberhasilan suatu program kesehatan dipuskesmas ditentukan oleh peengelolaansumber daya. Dana operasional, alatkesehatan dan bahan habis pakaibertujuan untuk meningkatkan kinerjapetugas kusta. Jika dana operasional, alatkesehatan dan bahan habis pakai kurangtersedia, maka menyebabkan kurangbaiknya kinerja petugas kusta.

Penyediaan sumber daya programkusta di puskesmas harus menjadiperhatian pihak manajemen puskesmasdalam rangka meningkatkan kinerjapetugas kusta. Salah satu alternatifsumber anggaran adalah dana BOK.

Tabel 3 Hubungan Kepemimpinandengan Kinerja PetugasKusta

Kepemimpinan

KinerjaTotal

pKurang Baikf % f % F %

Kurang 17 94,4 1 5,6 18 1000,001

Baik 5 38,5 8 61,5 13 100

Hubungan kepemimpinan dengankinerja petugas kusta menunjukkanbahwa responden yang mengatakankepemimpinan baik sebanyak 41,9%,diantaranya sebanyak 38,5% mempunyaikinerja kurang baik dan lebih banyakmempunyai kinerja baik sebanyak 61,5%,sedangkan responden yang mengatakankepemimpinan kurang baik sebanyak58,1%, diantaranya sebanyak 5,6%mempunyai kinerja baik dan lebih banyakmempunyai kinerja kurang baik sebanyak94,4%. Hasil uji statistik diperoleh nilai psebesar 0,001<0,05 artinya ada hubungankepemimpinan dengan kinerja petugaskusta.

Page 7: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

7

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Ardian yangmengungkap bahwa variabelkepemimpinan paling dominanmemengaruhi kinerja dokter.14 PenelitianSoemadipraja mengungkap bahwa salahsatu variabel yang memengaruhirendahnya kinerja petugas kusta adalahpemberian motivasi kerja dan pembinaanserta dukungan dari pemimpinorganisasi.13

Sulaeman9 menjelaskan bahwadalam pelaksanaan program kesehatan dipuskesmas, kepala puskesmas harusmenerapkan fungsi kepemimpinannyadengan baik. Fungsi kepemimpinankepala puskesmas dalam program kustadapat diterapkan dengan membahaspelaksanaan program kusta dalamlokakarya mini puskesmas danmemberikan pengarahan tentang programkusta kepada petugas kusta. Kepalapuskesmas harus selalu mengawasipelaksanaan program kusta baik di dalamgedung maupun diluar gedung, sertamembuat evaluasi pencapaian tujuanprogram kusta baik evaluasi bulananmaupun evaluasi tahunan.

Selain itu, yang tidak kalahpenting adalah kepala puskesmas harusmampu berperan dengan baik dalammenyelesaikan setiap kendala yangdihadapi, serta selalu memberikanpenghargaan atas setiap prestasi yangdiraih oleh petugas kusta.

Jika kepala puskesmas dapatmenjalankan kepemimpinannya denganbaik, maka hal ini dapat memberikanpeluang untuk membaiknya kinerjapetugas kusta.

Hal ini terlihat dari hasil ujistatistik penelitian ini yang menunjukkannilai Exp (β) variabel kepemimpinansebesar 20,281, artinya petugas kustayang mengatakan fungsi kepemimpinankepala puskesmas baik berpeluang untukmempunyai kinerja baik 20,3 kalidibandingkan dengan petugas kusta yangmengatakan fungsi kepemimpinan kepalapuskesmas kurang baik.

Tabel 4 Hubungan Imbalan denganKinerja Petugas Kusta

ImbalanKinerja

TotalpKurang Baik

f % f % F %Kurangbaik

19 90,5 2 9,5 21 1000,001

Baik 3 30,0 7 70,0 10 100

Hubungan imbalan dengankinerja petugas kusta menunjukkanbahwa responden yang mendapatkanimbalan kategori baik sebanyak 32,3%,diantaranya sebanyak 30% mempunyaikinerja kurang baik dan lebih banyakmempunyai kinerja baik sebanyak 70%,sedangkan responden yang mendapatkanimbalan kategori kurang baik sebanyak67,7%, diantaranya sebanyak 9,5%mempunyai kinerja baik dan lebih banyakmempunyai kinerja kurang baik sebanyak90,5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai psebesar 0,001<0,05 artinya ada hubunganimbalan dengan kinerja petugas kusta.

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Soemadipraja yangmengungkap bahwa salah satu variabelyang memengaruhi rendahnya kinerjapetugas kusta adalah insentif.13 Hasilpenelitian ini juga sejalan denganpenelitian Syahputra yang mengungkapbahwa variabel imbalan merupakanvariabel yang paling dominanmemengaruhi kinerja petugas P2Pprogram DBD.23

Imbalan merupakan balas jasayang diterima oleh petugas kusta atasusaha yang telah dilakukan dalammelaksanakan tugas. Pemberian imbalanmerupakan masalah yang penting dalamsetiap organisas, karena petugas kustamempunyai pengharapan sesuatu daripuskesmas sebagai penghargaan atasjerih payahnya melaksanakan semuatugasnya. Sistem pemberian imbalanyang kurang baik menyebabkan kinerjapetugas menjadi kurang baik.

Upaya yang harus dilakukan olehpihak pengelola manajemen puskesmasdalam rangka meningkatkan kinerjapetugas kusta adalah memperbaiki sistem

Page 8: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

8

pemberian imbalan kepada semuapegawai puskesmas termasuk petugaskusta. Karena hasil penelitian inimembuktikan bahwa nilai Exp (β)variabel imbalan sebesar 14,217, artinyapetugas kusta yang mendapatkan imbalanbaik berpeluang untuk mempunyaikinerja baik 14,2 kali dibandingkandengan petugas kusta yang mendapatkanimbalan kurang baik.

Sistem pemberian imbalan harusmemperhatikan beban kerja setiappegawai, pelaksanaan tugas diluar jamkerja, dan harus tepat waktu. Perbaikansistem pemberian imbalan kepadapegawai puskesmas dapat dilakukandengan membagi jasa medis dari danakapitasi JKN secara proporsional sesuaidengan beban kerja setiap pegawaipuskesmas. Selain itu, alternatif lain yangdapat dilakukan untuk menyediakanimbalan adalah dengan mengalokasikanuang pengganti transport kepada petugaskusta ketika melaksanakan tugas kelapangan yang bersumber dari dana BOK.

Analisis Data MultivariatAnalisis data multivariat dengan

uji regresi logistik berganda dilakukandalam dua langkah, yaitu memilihvariabel-variabel bebas yang potensialdimasukkan ke dalam model analisa datamultivariat (variabel bebas dengan nilai p< 0,25), selanjutnya variabel bebasdengan nilai p < 0,25 dimasukkankedalam model uji regresi logistikberganda dan diseleksi dengan metodeforward stepwise (conditional).

Tabel 5 Hasil Analisis MultivariatUji Regresi LogisitikBerganda

Variabel B Sig. Exp(β)

95%CI forExp(B)

Lower UpperKemampuan

3,306 0,008 27,288 1,221 609,716

Kepemimpinan

3,010 0,021 20,281 0,812 506,559

Imbalan 2,654 0,045 14,217 0,708 285,539Constant -14,578 0,005 0,000

Overal Percentage = 90,3%

Hasil analisis data multivariatdengan uji regresi logistik bergandamenunjukkan bahwa variabel yangberpengaruh secara signifikan terhadapkinerja petugas kusta adalah kemampuan,kepemimpinan dan imbalan. Variabelyang tidak berpengaruh secara signifikanterhadap kinerja petugas kusta adalahsumber daya.

Hasil analisis data multivariatjuga menunjukkan variabel bebas yangpaling dominan memengaruhi kinerjapetugas kusta adalah variabelkemampuan dengan nilai Exp (β) sebesar27,288, artinya petugas kusta dengankemampuan baik berpeluang 27,3 kalimempunyai kinerja baik dibandingkandengan petugas kusta dengan kemampuankurang baik.

Secara keseluruhan model inidapat memprediksi besarnya pengaruhvariabel-variabel bebas (kemampuan,kepemimpinan dan imbalan) terhadapkinerja petugas kusta di Kabupaten AcehUtara, yaitu sebesar 90,3%, sedangkan9,7% lagi dipengaruhi oleh faktor lainyang tidak termasuk dalam model, yaitusumber daya.

Berdasarkan model persamaanregresi logistik diperoleh hasil bahwasemua variabel bebas mempunyaikoefesien regresi (β) bernilai positif,artinya semua variabel bebas mempunyaipengaruh positif terhadap kinerja petugaskusta.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini hanya meneliti

beberapa variabel, sedangkan secarateoritis masih ada variabel-variabel lainyang memengaruhi kinerja. Penilaiankinerja petugas kusta dalam penelitian inimasih menggunakan metodepengumpulan data melalui kuesioner,belum menggunakan metode pengamatanlangsung yang lebih akurat. Penelitian inihanya menunjukkan besarnya kemaknaanpengaruh antara variabel bebas denganvariabel terikat.

Page 9: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

9

KESIMPULANKinerja petugas kusta di

Kabupaten Aceh Utara tahun 2015dipengaruhi oleh faktor individu(kemampuan) dan faktor organisasi(kepemimpinan dan imbalan). Sedangkansumber daya tidak berpengaruh terhadappetugas kusta di Kabupaten Aceh Utaratahun 2015.

Variabel yang paling dominanmemengaruhi kinerja petugas kusta diKabupaten Aceh Utara tahun 2015 adalahkemampuan.

Secara bersama, faktor individu(kemampuan) dan faktor organisasi(kepemimpinan dan imbalan)memberikan pengaruh sebesar 90,3%terhadap kinerja petugas kusta diKabupaten Aceh Utara tahun 2015,sedangkan 9,7% lagi dipengaruhi olehfaktor lain.

SARANKepala Puskesmas di Kabupaten

Aceh Utara, diharapkan untukmemfasilitasi petugas kusta untukmengikuti pelatihan tentang programkusta, selalu memberikan pengarahan danpengawasan kepada petugas kusta danmemperbaiki sistem pemberian imbalansecara teratur dan tepat waktu.

Dinas Kesehatan KabupatenAceh Utara, diharapkan untukmengadakan pelatihan tentang programkusta secara rutin setiap tahun,meningkatkan kegiatan monitoring danevaluasi program kusta di puskesmas,meningkatkan ketersediaan danpemerataan sumber daya yangdibutuhkan untuk melaksanakan programkusta, serta melakukan advokasi ditingkat pemerintah daerah agarmeningkatkan alokasi anggaran untukprogram kusta.

DAFTAR PUSTAKA1. Widoyono. Penyakit tropis

:epidemiologi, penularan,pencegahan dan pemberantasannya.Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.

2. Kemenkes RI. Pedoman programpengendalian penyakit kusta. Jakarta: Ditjen PP & PL; 2012.

3. Ilyas Y. Kinerja, teori, penilaian danpenelitian. Jakarta: Pusat KajianEkonomi Kesehatan FakultasKesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia; 2001.

4. Sulaeman E.S. Manajemenkesehatan; teori dan praktek diPuskesmas. Surakarta: PenerbitFKUSM; 2009.

5. Mathis RL, Jackson JH. Humanresource management. Jakarta:Penerbit Salemba Empat; 2006.

6. Situmorang B. Hubungankarakteristik petugas kusta dengantindakan penentuan kecacatanpenderita kusta pada semuaPuskesmas di Kabupaten Samosir.[skripsi]. Medan: FaklutasKesehatan Masyarakat USU; 2008.

7. Asmara A. Pengaruh KarakteristikIndividu dan Kemampuan TerhadapTingkat Kinerja Petugas diPuskesmas Medan Tuntungan.[skripsi]. Medan: FaklutasKesehatan Masyarakat USU; 2004.

8. Soemadipraja RSA. Faktor-faktoryang berhubungan dengan kinerjapetugas pemberantasan penyakitkusta Puskesmas dalam penemuankasus kusta di Kabupaten Sumedang.[dokumen di internet]. 1998 [diunduh1 Juni 2014]. Tersedia dari:http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak77689.pdf.

9. Ardian H. Pengaruh Kepemimpinandan Insentif Terhadap Kinerja Dokterdi Rumah Sakit Advent Medan.[dokumen di internet]. 2012 [diunduh1 Juni 2014]. Tersedia dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34489/5/Abstract.pdf

10. Wibowo. Manajemen kinerja.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada;2007.

11. Nazir M. Metode penelitian. Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia; 2009.

Page 10: Kinerja Petugas Kusta Di Kabupaten Aceh Utara

10

12. Syahputra A. Pengaruh karakteristikindividu dan organisasi terhadapkinerja petugas P2P dalam programDBD di Dinas Kesehatan KotaLhokseumawe. [dokumen diinternet]. 2009 [diunduh 24 Februari2015]. Tersedia dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22250/6/Abstract.pdf

13. Muchsin. Pengaruh karakteristikindividu dan organisasi terhadapkinerja Dokter PTT di Puskesmasdalam Kota Banda Aceh. [dokumendi internet]. 2003 [diunduh 24Februari 2015]. Tersedia dari:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6770

14. Firmansyah M. Pengaruhkarakteristik organisasi terhadapkinerja perawat dalammelaksanakan asuhankeperawatan untuk membantupromosi kesehatan di RumahSakit Umum Sigli. [dokumen diinternet]. 2009 [diunduh 24Februari 2015]. Tersediadari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6891/1/10E00582.pdf