Kliping Bencana Alam Banjir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KLIPING BANJIR

Citation preview

Sebentar lagi kita akan memasuki musim hujan tentunya segala hal untuk menghindari bencana alam pada musim hujan sebaiknya dipersiapkan mulai dari membersihkan selokan, saluran air dan menyediakan rumah pompa untuk memindahkan air dari tempat yang tergenang air.Banjir merupakan bencana alam yang sering melanda tanah air terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Tentunya kita semua ingin terbebas dari banjir, untuk itu dengan kliping bencana banjir ini diharapkan generasi muda mengerti penyebab banjir dan dampaknya sehingga dapat menghindari hal-hal penyebab banjir dimasa depan.Perlu diketahui bahwa banjir bukanlah tsunami, karena tsunami merupakan luapan gelombang air laut yang menerjang kawasan pantai akibat gempa.Dibawah ini adalah penyebab banjir yang sebaiknya diketahui:Penyebab Bencana Alam Banjir- Habisnya vegetasi di hulu akibat penebangan hutan secara liat merupakan penyebab utama banjir. Sebagai contoh adalah banjir kiriman dari Bogor yang setiap tahun melanda Jakarta akibat sungai yang meluap. Jika di bagian hulu masih banyak terdapat pepohonan maka air hujan akan tertahan oleh pohon sebelum masuk ke sungai.- Tersumbatnya saluran air baik itu selokan, gorong-gorong dan sungai oleh sampah juga merupakan penyebab banjir yang utama. Untuk itu hendaknya warga masyarakat menghindari membuang sampah ke saluran air. Selain itu pendangkalan sungai juga bisa menjadi penyebab banjir.- Curah hujan yang tinggi bisa juga memicu terjadinya banjir, seperti baru-baru ini adanya topan Haiyan yang melanda Filipina yang membawa air hujan dengan intensitas tinggi.Gambar Kliping BanjirUntuk melengkapi artikel kliping banjir ini, berikut beberapa gambar dasyatnya banjir yang melanda berbagai kota.

Kliping Banjir

Kliping Bencana Banjir

Kliping Bencana Alam BanjirSeperti terlihat pada gambar diatas banjir sangat merugikan baik secara ekonomi maupun dampak yang lain seperti timbulnya berbagai penyakit dimasyarakat.

Banjir yang Selalu Berulang12 - Jan - 2013 | adplus

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi setiap musim hujan seolah diterima sebagai kemestian alam. Total kerugian yang diakibatkan bencana alam ini triliunan rupiah. Namun, nyaris tak ada upaya untuk mencegah dan mengurangi dampaknya.Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kerugian nasional akibat bencana alam reguler, bukan bencana besar seperti letusan gunung atau gempa dan tsunami, rata-rata sekitar Rp 30 triliun. Sekitar 85 persen total kejadian bencana setiap tahun adalah bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin puting beliung, kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.Jika dihitung berdasarkan persentase, kerugian akibat banjir dan longsor bisa mencapai Rp 25 triliun setiap tahun. Kerugian ini hanya dari segi fisik, belum termasuk kerugian sosial dan ekonomi karena tersendatnya transportasi, katanya.Hanya dalam kurun waktu empat hari, Minggu (6/1) hingga Rabu (9/1), banjir, longsor, dan puting beliung melanda 52 kabupaten/kota di Indonesia. Data sementara dari BNPB, 14 orang meninggal, 6 orang hilang, 8 luka-luka, 920 rumah rusak, dan ribuan rumah terendam banjir.Banjir kali ini termasuk parah karena memutus Jalan Tol Jakarta-Merak sehingga mengganggu pasokan logistik Jawa- Sumatera. Sebanyak 19.674 rumah di 44 kecamatan di Banten terendam banjir, memaksa 61.689 orang mengungsi. Banjir di Banten melumpuhkan ekonomi. Banyak pabrik berhenti berproduksi sehingga kerugian bisa ratusan miliar rupiah, katanya.Jika kawasan hilir dilanda banjir, kawasan hulu dilanda longsor. Jalur Puncak di Kampung Puncak, Ciloto, Cianjur, Jawa Barat, tertutup longsoran, Rabu (9/1), dan terputus hingga beberapa hari.Walau dampaknya belum sebesar banjir Jakarta-Banten tahun 2007, yang menyebabkan kerugian hingga Rp 4,8 triliun, bencana yang mengepung Ibu Kota kali ini tak bisa dibilang enteng. Apalagi saat ini belum mencapai puncak musim hujan. Bencana ini diperkirakan akan terus bertambah, mengingat musim hujan masih berlangsung sampai Maret 2013. Seperti tahun-tahun sebelumnya, puncak kejadian bencana adalah Januari, kata Sutopo.Faktor alamGuru Besar Geologi Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Dwikorita Karnawati mengatakan, alam Indonesia yang berbukit dan curah hujan tinggi rentan dilanda banjir dan longsor.Meluapnya Sungai Ciujung beberapa hari terakhir sehingga membanjiri kawasan Banten memang dipicu tingginya curah hujan yang mencapai 130 mm per hari. Kondisi ini menyebabkan debit Sungai Ciujung mencapai 2.600 meter kubik per detik. Debit ini, menurut Sutopo, termasuk tinggi karena melebihi debit periode ulang 50 tahun, 2.450 meter kubik per detik.Mengapa banjir meluap hingga ke jembatan Tol Merak-Jakarta? Karena jembatan didesain menampung kapasitas debit Ciujung hanya 1.000 meter kubik per detik, ujar Sutopo.Dalam catatannya, tol pernah terendam banjir beberapa kali, yaitu 11 Februari 2001, 19 Februari 2004, 15 Januari 2012, dan terakhir 10 Januari 2013.PencegahanWalau ada peran faktor alam, baik dari kondisi topografi maupun curah hujan, menurut Dwikorita, bencana banjir dan longsor bisa dicegah. Kita mungkin tidak bisa mengeliminasi bencana, tetapi bisa mengurangi. Kita bisa juga mencegah, kata ahli longsor ini.Untuk mencegah longsor bisa dengan pendekatan rekayasa, baik fisik maupun sosial. Namun, lebih penting adalah integrasi tata ruang dengan peta zona kerentanan longsor yang ada. Kalau telanjur ada penduduk seharusnya ada pendekatan untuk dipindahkan. Masyarakat perlu dikasih tahu risikonya atau kalau perlu dipaksa, katanya.Menurut Dwikorita, zona merah yang rentan longsor seharusnya dikosongkan dari permukiman atau infrastruktur yang penting. Masalahnya, pemerintah kerap melanggar peta rawan bencana. Misalnya, kasus Hambalang, wilayah itu jelas masuk peta rawan longsor, tetapi tetap dibangun infrastruktur. Padahal, sebelumnya itu daerah kosong. Untuk pengembangan baru semestinya bisa dicari daerah lebih aman. Memang bisa dibangun di sana, tetapi perlu biaya mahal karena harus ada rekayasa terhadap ancaman longsor, katanya.Faktor manusia (antropogenik) memang lebih dominan menyebabkan banjir dan longsor. Dengan menganalisis data frekuensi dan curah hujan di Jawa dalam 30 tahun terakhir, Sutopo menemukan data curah hujan maksimum tahunan relatif stabil.Namun, kenapa banjir meningkat? Artinya, faktor antropogenik, khususnya perubahan penggunaan lahan, lebih dominan memicu banjir.Sutopo menambahkan, Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung yang menyebabkan banjir di Banten kali ini dalam kondisi kritis. Tutupan hutan hanya 11 persen dari luas DAS dan laju sedimentasinya 2,5 mm per tahun (ambang batasnya 2 mm per tahun).Peneliti geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo, mengatakan, banjir hanya bisa diatasi dengan perbaikan lingkungan di daerah hulu, perbaikan DAS, dan penataan kawasan di daerah hilir.Banjir terjadi karena air lari ke bawah sangat banyak dalam waktu cepat. Karena itu, bagian hulu harus dibangun dam pengendali (check dam) dan resapan agar air tak terlalu cepat turun dalam waktu bersamaan, katanya. Air di dalam dam pengendali seharusnya dimasukkan ke tanah. Itu harus dilakukan secara intens.Visi jangka panjangKepala Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno mengatakan, banjir dan longsor akan terus terjadi selama tidak ada upaya perbaikan lingkungan dan visi pembangunan yang peduli pada keseimbangan.Anggaran bencana lebih banyak dihabiskan untuk penanggulangan pascabencana, bukan pencegahan, katanya. Seharusnya secara bertahap anggaran bencana digunakan untuk mengatasi akar masalah banjir dan longsor, katanya.Eko mengkritik pemborosan anggaran untuk tanggap darurat yang tak tepat sasaran. Contohnya, pengadaan puluhan perahu karet untuk evakuasi. Itu tidak logis. Seharusnya yang dibenahi adalah sistem peringatan dini sehingga orang tidak perlu menunggu dievakuasi dengan perahu karet setelah banjir sampai seleher, katanya.

Kliping : Banjir Bandung Selatan lebih meluasHujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir ini menyebabkan sejumlah kecamatan di Kab. Bandung disergap banjir akibat meluapnya Sungai Citarum. Akibatnya, sejumlah wilayah kini bagaikan kota mati karena nyaris sudah tidak ada aktivitas warga.

Bencana banjir yang terparah di tahun 2010 ini, menyebabkan perekonomian ribuan warga di lokasi banjir lumpuh total. Pasalnya, kegiatan pabrik industri tekstil, pedagang, pelayanan jasa, dan pelaku ekonomi lainnya terhenti karena akses jalan terendam banjir. Kondisi itu menyebabkan sejumlah wilayah seperti Kec. Baleendah dan Kec. Dayeuhkolot bagaikan kota mati karena tidak ada aktivitas warga yang berarti. Terlebih genangan air di wilayah itu mencapai ketinggian 1 - 3 meter. Seiring dengan hal itu, listrik sejak Jumat (19/3) padam total.

Selain Kec. Baleendah, Dayeuhkolot dan Kec. Bojongsoang, bencana banjir juga menyergap Kec. Majalaya, Ibun, Paseh, Rancaekek, Solokanjeruk, Banjaran, dan kecamatan lainnya. Bahkan Bupati Bandung, H. Obar Sobarna, S.I.P., didampingi Asisten II Ekonomi dan Kesejahteraan Kab. Bandung, Drs. H. Juhana, M.Si. yang meninjau langsung ke sejumlah lokasi banjir di Kab. Bandung itu mengakui, banjir yang terjadi sejak Jumat malam hingga Sabtu malam kemarin adalah banjir yang terparah.

"Pasalnya, ada sejumlah wilayah yang biasanya tidak kebanjiran, menjadi kebanjiran. Seperti di Perumahan Cincin Permata Kec. Katapang," kata Obar kepada wartawan di sela-sela meninjau lokasi pengungsian warga korban banjir di Masjid Besar Dayeuhkolot, Sabtu (20/3) malam.

Bahkan, kata Obar, dampak banjir kali ini sempat menjebolkan tanggul di Kec. Margahayu akibat derasnya aliran air sungai tersebut. Termasuk di wilayah Kec. Kotawaringin, ada saluran irigasi yang jebol.

Obar pun kemarin meninjau langsung lokasi banjir di wilayah Desa Tegalluar, Kec. Bojongsoang. Bupati menginstruksikan kepada Kepala Desa Tegalluar, H.M. Rasmana agar memisahkan warga korban pengungsian yang sakit dengan yang sehat. Serta sesegera mungkin membuat dapur umum.

Akibat banjir yang melanda ruas Jalan Raya Sapan, jalur angkutan kota untuk sementara diblokir karena ketinggian air mencapai 50 cm hingga 1 meter. Banyak warga yang berjalan kaki saat melewati ruas Jalan Raya Sapan.

Begitu pula dengan sawah siap panen seluas 300 hektare ikut terendam. Dengan begitu kerugian di Desa Tegalluar mencapai Rp 5 miliar.

Di lain pihak menurut Kades Buah Batu, Asep Supriatna, sebanyak 314 rumah terendam. Sawah siap panen yang terendam seluas 40 hektare dan tambak ikan 8 hektare, sehingga kerugian mencapai Rp 900 juta.

Mengungsi di 5 titik

Di Kec. Baleendah, sebanyak 4.095 rumah terendam, masing-masing di Kel. Andir 3.251 rumah dan di Baleendah 844 rumah. "Dari sekian ribu rumah yang terendam itu, 818 KK atau sekitar 2.862 jiwa terpaksa mengungsi di lima titik lokasi pengungsian Kel. Baleendah," kata Camat Baleendah, Drs. Yogi J.B., M.Si.

Menurut Yogi, ribuan pengungsi ditampung dan menetap di Gedung Juang, Kantor DPC PDI Perjuangan, Kwarcab Pramuka, Inkanas, Uniba Baleendah, dan sebagian menetap di rumah-rumah keluarganya yang aman dari bencana banjir.

"Sampai saat ini kebutuhan logistik untuk para pengungsi masih aman, dipasok dari Satkorlak Kab. Bandung dan Provinsi Jabar," katanya.

Seperti halnya di Kec. Baleendah, bencana banjir juga diperkirakan merendam ribuan rumah di Kec. Dayeuhkolot. "Ketinggian air antara 1-3 meter hingga empat desa di Kec. Dayeuhkolot. Namun sampai saat ini, jumlah rumah dan KK yang menjadi korban banjir di Kec. Dayeuhkolot, belum tercatat karena transportasi air masih tinggi," kata Camat Dayeuhkolot, Drs. Numan, M.Si.

Sementara itu, menurut Camat Bojongsoang, Drs. Yudi Abdurahman, M.Si., di wilayahnya terdapat tiga desa yang terendam banjir dari luapan Sungai Citarum dan Sungai Cikeruh, anak Sungai Citarum. Di Desa Bojongsoang sebanyak 1.026 rumah, 1.206 KK atau 4.073 jiwa; Desa Bojongsari sebanyak 341 rumah, 462 KK, 1.547 jiwa; dan Desa Tegalluar 3.211 rumah, 3834 KK atau sebanyak 13.367 jiwa. "Ini merupakan data sementara," kata Yudi.

Enam desa di Rancaekek

Sementara itu, bencana banjir juga kembali meredam enam desa di Kec. Rancaekek, Kab. Bandung. Yaitu meliputi Desa Bojongloa, Rancaekek Wetan, Rancaekek Kulon, Linggar, Sukamulya, dan Desa Cangkuang. Di enam desa itu, lebih dari 3.300 rumah terendam banjir dengan ketinggian 20-150 cm.

Staf Pelaksana Kehumasan Kec. Rancaekek, Yadi mengatakan, dari enam desa itu bencana banjir paling parah terjadi di Desa Bojongloa. Yaitu sebanyak 1.829 KK atau sekitar 5.809 jiwa menjadi korban banjir, dengan ketinggian air merendam rumah mereka setinggi 50-150 cm.

Genangan air terjadi sejak Jumat pukul 17.30-21.00 WIB. Desa Di Rancaekek Wetan yang meliputi 14 RW, sebanyak 400 KK terendam banjir setinggi 30-100 cm dan Desa Jelegong 2 RW, yaitu sebanyak 300 KK setinggi 30-130 cm. Banjir di ketiga desa itu berasal dari luapan Sungai Cikeruh. Sedangkan Sungai Cimande, merendam Desa Cangkuang 275 KK (25-90 cm), Desa Haurpugur 340 KK (40-130 cm), dan Desa Bojongsalam 200 KK (20-75 cm). Bencana banjir mulai surut Sabtu sekitar pukul 10.00 WIB.

Bencana banjir juga menerjang Desa Rancakasumba dan Desa Bonjongemas, Kec. Solokanjeruk dan Desa Sumbersari Kec. Ciparay.(B.105/B.33)**

Pengertian Banjir Serta Penyebab PenyebabnyaBybayue sponSaturday, January 19, 2013Pengertian Banjir Serta Penyebab PenyebabnyaBanjir sekarang menjadi topik hangat yang dibicarakan di indonesia karena ibukota negara kitaJakarta terendam banjir, ya banjir 2013 ini merupakan masalah yang berulang ulang terjadi di Jakarta dan wilayah lain. apa sih sebenarnya banjir itu dan apa saja penyebabnya?banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti air mengalir, kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.Penyebab-Penyebab Terjadinya Banjir1. SungaiLama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.2. MuaraBiasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.3. PantaiDiakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.4. MalapetakaDiakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi).5. ManusiaKerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.6. LumpurBanjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.7. LainnyaBanjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah). Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama. Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Banjir rendam 18.000 rumah di Kabupaten BandungSenin, 3 Maret 2014 09:18 WIBPewarta: Ajat Sudrajat

Bandung (ANTARA News) - Sekitar 18 ribu rumah di Kecamatan Bojongsoang,Baleendah dan Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jabar, Senin,terendam banjir akibat luapan Sungai Citarum.

"Laporan terakhir anggota kami, air mulai masuk ke permukiman warga di tigakecamatan tersebut sejak pukul dua dini hari tadi," kata Koordinator TarunaSiaga Bencana (Tagana) Kabupaten Bandung Dadang Wahidin, ketika dihubungimelalui telepon, Senin.

Ia menuturkan, saat ini warga di tiga kecamatan tersebut sudah mengungsi ketempat yang aman seperti Rusunawa Baleendah dan kantor kecamatan setempat.

"Warga sekarang sudah mengungsi ke tempat aman, seperti kantor kecamatandan rusunawa," katanya.

Ketinggian air di tiga kecamatan itu, kata Dadang, bervariasi yakni diKecamatan Baleendah ketinggian air mencapai 2,8 meter, lalu KecamatanDayeuhkolot sekitar 3 meter dan Kecamatan Bojongsoang sekitar 2,2 meter.

Menurut dia, hujan deras yang melanda wilayah Bandung sejak Minggu (2/3)malam mengakibatkan banjir di tiga kecamatan tersebut.

"Memang sejak malam hingga dini hari tadi hujan melanda Kota Bandung. Dantiga kecamatan yang terendam banjir sekarang ialah lokasi pertemuan empatanak sungai yakni Cikampundung, Citepus, Cisangkuy dan Sungai Citarum,"katanya.

Editor: Fitri Supratiwi