109
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non … · Lampiran 6d Contoh Laporan Pendistribusian Bantuan Keuangan Hal. 108 – ... Lampiran 3.9a Contoh Surat Pemberitahuan

Embed Size (px)

Citation preview

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

 

      PusaBanTelpFax.emaHak  2013

 

       

at Riset dan k Indonesia p: 021‐29817: 021‐23115ail: [email protected] ©201

 

K

SNSI 

Edukasi Ban

7321 80 .go.id 3, Bank Indo

Kodifik

SistNonSisteIndon

k Sentral (PR

onesia 

kasi Per

temn Tum Klnesia

TimRamChanGantia

SWahyu 

KoWirza

Vimala DAulia Laura 

RES) 

raturan

m Peunaliringa 

m Penyusmlan Gintndra Murnah WuryaSiti AstiyaYuwana omala Dewa Ayu NovDewi NurRizka DeGrace Ga

n Bank

embai g Nas

sun ting niadi andani ah Hidayatwi vriana rcahyanistiana briella 

k Indon

bay

siona

nesia 

yara

al Ba

an  

ank 

 

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

i

DAFTAR ISI

Paragraf Halaman

Daftar Isi Hal. i – iv Rekam Jejak Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Hal. v Dasar Hukum Hal. vi Regulasi Terkait Hal. vi Regulasi Bank Indonesia Hal. vi – vii

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

Ketentuan Umum Par. 1 Hal. 1 – 3

Penyelenggara Par. 2 – 5 Hal. 4 – 22

Peserta Par. 6 – 9 Hal. 22 – 27

Kepesertaan Par. 6 – 7 Hal. 22 – 25

Kewajiban dan Tanggung Jawab Peserta Par. 8 – 9 Hal. 25 – 27

Prinsip Umum Penyelenggaraan SKNBI Par. 10 – 13 Hal. 27 – 33

Penyelenggaraan Kliring Debet Par. 14 – 24 Hal. 33 – 64

Warkat Debet dan Dokumen Kliring Par. 14 – 15 Hal. 33 – 34

Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring Par. 16 – 17 Hal. 34 – 61

DKE Debet Par. 18 – 19 Hal. 61

Batas Nilai Nominal Warkat Debet Par. 20 Hal. 62 – 63

Jadwal Penyelenggaraan Kliring Debet Par. 21 Hal. 63

Penyediaan Pendanaan Awal (prefund) Kliring Debet Par. 22 Hal. 63 – 64

Informasi Awal Hasil Perhitungan Kliring Debet Par. 23 Hal. 64

Penyelesaian Akhir Kliring Debet Par. 24 Hal. 64

Penyelenggaraan Kliring Kredit Par. 25 – 33 Hal. 65 – 67

DKE Kredit Par. 25 Hal. 65

Dokumen Kliring Par. 26 Hal. 65

Batas Nominal Transfer Kredit Par. 27 Hal. 65

Jadwal Penyelenggaraan Kliring Kredit Par. 28 Hal. 65

Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Kredit Par. 29 Hal. 65 – 66

Informasi Awal Hasil Perhitungan Kliring Kredit dan Penambahan Pendanaan Awal (Prefund)

Par. 30 – 31 Hal. 66

Penyelesaian AKhir Kliring Kredit Par. 32 Hal. 67

Kewajiban dan Tanggung Jawab Peserta Pengirim dan Peserta Penerima dalam Penyelenggaraan Kliring Debet

Par. 33 – 37 Hal. 67 – 71

Pengiriman Warkat Debet dan DKE Debet Par. 33 – 34 Hal. 67 – 69

Penerimaan Warkat Debet dan DKE Debet Par. 35 Hal. 69 – 70

Penerusan Dana Kepada Nasabah Peserta Pengirim Par. 36 Hal. 70 – 71

Kompensasi atas Warkat DEbet yang Tertolak oleh Mesin Baca Pilah Par. 37 Hal. 71

Kewajiban dan Tanggung Jawab Peserta Pengirim dan Peserta Penerima dalam Penyelenggaraan Kliring Kredit

Par. 38 – 48 Hal. 71 – 79

Pengiriman DKE Kredit Par. 38 – 42 Hal. 71 – 74

Penerimaan DKE Kredit Par. 43 – 48 Hal. 74 – 79

Penghentian Peserta dalam Kegiatan SKNBI Par. 49 – 51 Hal. 79 – 83 Penghentian Sementara Peserta dalam Kegiatan SKNBI Par. 50 Hal. 79 – 82

Penghentian Tetap Peserta dalam Kegiatan SKNBI Par. 51 Hal. 82 – 83

Pengikutsertaan Kembali Peserta dalam Kegiatan SKNBI Par. 52 Hal. 83 – 84 Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat Par. 53 – 57 Hal. 84 – 85 Pengawasan Par. 58 Hal. 85 – 87

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

ii

Sanksi Par. 59 – 86 Hal. 87 – 93 Sanksi Terkait Penyelenggaraan SKNBI Par. 59 – 72 Hal. 87 – 90

Sanksi Terkait Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring Par. 73 – 85 Hal. 90 – 93

Sanksi Terkait Pengawasan Par. 86 Hal. 93

Lain-lain Par. 87 – 88A Hal. 94 – 99

Lampiran Hal. 100 – 409

Lampiran 1 Contoh Format Surat Kesepakatan untuk Penyelenggaraan

SKNBI

Hal. 100

Lampiran 2 Contoh Surat Permohonan untuk Diadakan

Penyelenggaraan SKNBI Hal. 101

Lampiran 3 Contoh Format Surat Permohonan untuk Penggantian

Sebagai PKL Selain BI Hal. 102

Lampiran 4 ContohFormat Surat Permohonan Pengunduran diri Sebagai

PKL Selain BI Hal. 103

Lampiran 5 Contoh Format Surat Permohonan Pembubaran

Penyelenggaraan SKNBI Hal. 104

Lampiran 6a Kriteria Bantuan Keuangan Bank Indonesia Hal. 105

Lampiran 6b Contoh Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan dan Iuran

Peserta Hal. 106

Lampiran 6c Ilustrasi Bantuan Keuangan kepada PKL Selain BI Baru Hal. 107

Lampiran 6d Contoh Laporan Pendistribusian Bantuan Keuangan Hal. 108 – 109

Lampiran 7 Pendahuluan Buku Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia Hal. 110 – 377

Bab 1 Pendahuluan Hal. 110 – 113

Bab 2 Penyelenggara Hal. 114 – 124

Bab 3 Kepesertaan Hal. 125 – 150

Bab 4 Kewajiban dan Tanggung Jawab Bank Sebagai Peserta Hal. 151 – 158

Bab 5 Warkat Debet dan Dokumen Kliring Hal. 159 – 170

Bab 6 Pendanaan Awal (Prefund) Hal. 171 – 179

Bab 7 Penyelenggaraan Kliring Debet Hal. 180 – 238

Bab 8 Penyelenggaraan Kliring Kredit Hal. 239 – 249

Bab 8A Jadwal Penyelenggaraan SKNBI Hal. 250 – 252

Bab 8B Biaya Penyelenggaraan SKNBI Hal. 253 – 255

Bab 9 Perusahaan Jasa Kurir dan Tanda Pengenal Petugas Kliring Hal. 256 – 264

Bab 10 Penghentian Peserta dalam Kegiatan SKNBI Hal. 265 – 276

Bab 11 Pengikutsertaan Kembali dalam Kegiatan SKNBI Hal. 277 – 283

Bab 12 Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat Hal. 284 – 293

Bab 13 Pengawasan Hal. 294

Bab 14 Perhitungan Bunga dan Kompensasi Hal. 295 – 305

Bab 15 Tata Cara Pengenaan Sanksi Hal. 306 – 309

Lampiran Hal. 310 – 377

Lampiran 2.1 Spesifikasi Minimum KPK dan Perangkat Pendukung Hal. 310 – 313

Lampiran 2.2 Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis

mengenai Penyelenggaraan SKNBI oleh PKL Selain BI Hal. 314 – 318

Lampiran 2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Internal oleh PKL Selain BI Hal. 319

Lampiran 2.4 Ruang Lingkup Security Audit Oleh PKL Selain BI Hal. 320 – 322

Lampiran 3.1 Spesifikasi Minimum TPK dan Perangkat Pendukung Hal. 323 – 324

Lampiran 3.2 Contoh Format Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan Hal. 325

Lampiran 3.3 Contoh Surat Pendaftaran Sebagai Peserta Hal. 326

Lampiran 3.4 Contoh Format Tabel Daftar Nama Kantor Bank yang

didaftarkan sebagai Peserta Hal. 327

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

iii

Lampiran 3.5 Contoh Formulir Data Keanggotaan Sistem Kliring Nasional

(SKN) Hal. 328 – 329

Lampiran 3.6 Contoh Tabel Daftar Nama Kantor Bank Selain Peserta yang

Dapat Menerima Transfer Masuk Kliring Kredit Hal.330

Lampiran 3.7a Contoh Surat Pemberitahuan dari Bank Pemohon kepada PKN

setelah melakukan instalasi aplikasi TPK Hal. 331

Lampiran 3.7b Contoh Format Daftar Kode Mesin Hasil Instalasi Aplikasi TPK

dan Status TPK Hal. 332

Lampiran 3.8 Contoh Surat Pemberitahuan dari Kantor Bank Calon Peserta

kepada PKL mengenai kesiapan untuk mengikuti SKNBI Hal. 333

Lampiran 3.9 Contoh Surat Pemberitahuan dari PKL kepada Kantor Bank calon Peserta Mengenai Tanggal Efektif Sebagai Peserta Dalam Penyelenggaraa SKNBI

Hal. 334

Lampiran 3.9a Contoh Surat Pemberitahuan dari PKL kepada PKN Mengenai

Tanggal Efektif Sebagai Peserta Dalam Penyelenggaraa SKNBI Hal. 335

Lampiran 3.10 Contoh Pengumuman Secara Tertulis dari PKL Kepada Seluruh Peserta Mengenai Keikutsertaan Kantor Bank Sebagai Peserta Baru Di Wilayah Kliring Yang Bersangkutan

Hal. 336

Lampiran 4.1 Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis

Mengenai Operasional SKNBI oleh Bank Sebagai Peserta Hal. 337 – 341

Lampiran 4.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Internal Oleh Bank Sebagai

Peserta Hal. 342

Lampiran 4.3 Ruang Lingkup Security Audit Oleh Bank Sebagai Peserta Hal. 343 – 345

Lampiran 5.1 Contoh Format BPWD-Kliring Pengembalian Hal. 346

Lampiran 5.2 Contoh Simbol MICR dan Ilustrasi Pencantuman Hal. 347

Lampiran 5.3 Contoh Cara Pencantuman MICR Code Line pada Clear Band

Warkat Debet Hal. 348

Lampiran 5.4 Contoh Cara Pencantuman MICR Code Line pada Clear Band pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian

Hal. 349

Lampiran 5.5 Contoh Cara Pencantuman MICR Code Line pada Clear Band

Kartu Batch Hal. 350

Lampiran 7.1 Alasan Penolakan Warkat dan DKE Debet pada saat Kliring

Pengembalian Hal. 351 – 352

Lampiran 7.2 Contoh Format Surat Keterangan Penolakan dari Bank yang mengkliringkan kepada Nasabah yang menyetorkan Warkat Debet

Hal. 353

Lampiran 7.3 Contoh Format Surat Pernyataan Adanya Missing Item Hal. 354

Lampiran 7.4 Jenis Laporan Kliring Debet Hal. 355 – 357

Lampiran 7.4a Contoh Penyampaian Laporan Penyelesaian Kewajiban Pembayaran Warkat Debet dari DKE Debet Unconfirmed Outgoing

Hal. 358

Lampiran 7.6 Contoh Formulir Pengembalian Warkat Debet yang direject Hal. 359

Lampiran 7.7 Contoh Format Surat Keterangan Penahanan Warkat Debet Hal. 360

Lampiran 7.8a Contoh Surat Permohonan Cetak Ulang Laporan Hal. 361

Lampiran 7.8b Contoh Tanda Terima Cetak Ulang Laporan Hal. 362

Lampiran 7.9a Contoh Surat Permohonan Salinan Warkat Debet Hal. 363

Lampiran 7.9b Contoh Tanda Terima Salinan Warkat Debet Hal. 364

Lampiran 8 Jenis Laporan Kliring Kredit Hal. 365

Lampiran 8.1 Jenis Transaksi Kliring Kredit Hal. 366

Lampiran 8A.1 Contoh Pengumuman Jadwal SKNBI Oleh PKL Hal. 367 – 368

Lampiran 8A.2 Contoh Pengumuman Jadwal SKNBI Oleh PKN Hal. 369 – 370

Lampiran 8B Pengenaan Biaya Warkat Debet yang Tertolak (Reject) Oleh Mesin Baca Pilah

Hal. 371

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

iv

Lampiran 9 Contoh Bentuk dan Informasi yang Dicantumkan dalam TPPK

untuk Peserta Hal. 372 – 374

Lampiran 15 Daftar Alasan Penolakan dan Sanksi Kewajiban Membayar

atas Penolakan Warkat Debet dan/atau DKE Debet Hal. 375 – 377

Lampiran 8a Contoh Penulisan Peserta Kliring antar Wilayah pada

Warkat Kliring Cek Hal. 378

Lampiran 8b Contoh Penulisan Peserta Kliring antar Wilayah pada

Warkat Kliring Bilyet Giro Hal. 379

Lampiran 9a Contoh Personalisasi Nasabah pada Warkat Kliring Cek Hal. 380

Lampiran 9b Contoh Personalisasi Nasabah pada Warkat Kliring Bilyet

Giro Hal. 381

Lampiran 10a Pedoman Rancang Bangun Pembakuan Warkat Kliring Hal. 382 Lampiran 10b Contoh Warkat Kliring Cek Hal. 383 Lampiran 10c Contoh Warkat Kliring Bilyet Giro Hal. 384 Lampiran 10d Contoh Warkat Kliring Nota Debet Hal. 385 Lampiran 10.e.1 Contoh Warkat Kliring Wesel Hal. 386 Lampiran 10.e.2 Contoh Warkat Kliring Wesel Hal. 387 Lampiran 10.e.3 Contoh Warkat Kliring Wesel Hal. 388 Lampiran 10.e.4 Contoh Warkat Kliring Wesel Hal. 389

Lampiran 11a Pedoman Rancang Bangun Pembakuan dokumen Kliring

online-offline Hal. 390

Lampiran 11b Contoh Bukti Penyerahan Warkat Debet Kliring Penyerahan Hal. 391 Lampiran 11c Contoh Penyerahan Warkat Debet Kliring Pengembalian Hal. 392 Lampiran 11d Contoh Lembar Substitusi Hal. 393 Lampiran 11e Contoh Kartu Batch Warkat Debet Hal. 394

Lampiran 11f Pedoman Rancang Bangun Dokumen Kliring Wilayah

Kliring Off Hal. 395

Lampiran 12a Permohonan Persetujuan Pencetakan Warkat dan-atau

Dokumen Kliring Hal. 396 – 397

Lampiran 12b Contoh Surat Pernyataan PPWDK Hal. 398 – 399

Lampiran 13 Laporan Tahunan Pencetakan Warkat Dan Dokumen Kliring

Bank Hal. 400

Lampiran 14 Laporan Tahunan Pencetakan Warkat dan Dokumen Kliring

Bank-nihil Hal. 401

Lampiran 15 Laporan Tahunan Pencetakan Warkat dan Dokumen Kliring

Bank Hal. 402

Lampiran 16 Laporan Tahunan Pencetakan Warkat dan Dokumen Kliring Hal. 403 Lampiran 17a Contoh Surat Pendaftaran Peserta Kliring Antar Wilayah Hal. 404

Lampiran 17b Contoh Daftar Kantor Koordinator Antar Wilayah Bank

Pemohon Hal. 405

Lampiran 18a Contoh Pencantuman Informasi Mengenai Sandi Peserta, Nomor Rekening, Giro, dan identitas ‘Peserta Kliring Antar Wilayah’ Pada Cek

Hal. 406

Lampiran 18b Contoh Pencantuman Informasi Mengenai Sandi Peserta, Nomor Rekening Giro, dan Identitas ‘Peserta Kliring Antar Wilayah’ Pada Bilyet Giro

Hal. 407

Lampiran 19 Jenis Transaksi, Penggunaan Transaction Reference Number (TRN) dan Sandi Transaksi Dalam Rangka Penerapan TSA Melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI

Hal. 408 – 409

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

v

Rekam Jejak Regulasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

SE 6/38/DASP 2004Penggunaan Jasa Kurir dan Tanda Pengenal

dalam Penyelenggaraan Kliring Lokal

SE 4/8/DASP 2002Perubahan Pertama SE 3/28/DASP 2001

SE 3/28/DASP 2001Penggunaan Jasa Kurir dan TPPK dlm

Penyelenggaraan Kliring dalam Sistem Otomasi&Elektronik

II.B.2, II.D.1.a, II.D.2, III.C.2.a, III.C.2.b, III.D, VI. 2 3

12/5/PBI/2010Perubahan atas PBI Nomor 7/18/PBI/2005 tentang Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia

7/18/PBI/2005Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

2/14/PBI/2000Perubahan Kedua atas PBI Nomor 1/3/PBI/1999

2/4/PBI/2000Perubahan Pertama atas PBI Nomor 1/3/PBI/1999

1/3/PBI/1999 Penyelenggaraan Kliring Lokal dan Penyelesaian Akhir Transaksi

Pembayaran antar Bank atas Hasil Kliring Lokal

Pasal 40

Pasal 1(4), 13(2), 18, 23(1), 24(2), 24(4) dihapus, 88A

SE 14/19/DASP 2012Perubahan SE 11/15/DASP 2009

SE 11/15/DASP 2009Penyelenggaraan SKNBI o/

Penyelenggara selain BI

Romawi IV

SE 12/34/DASP 2010Perubahan SE 12/8/DASP/2010

Perubahan Lampiran: Judul, Bab I D, Bab II butir B.2.d, C.10, D,

Bab III, Bab IV butir A.5, Bab V butir B.1.a, Bab VI butir G, Bab VII, Bab VIII, Bab XII butir B.2.b.4), Bab XII butir B.2.b5),

Perubahan Lampiran Buku Pedoman SKNBI

SE 12/8/DASP 2010SKNBI

SE 12/9/DASP 2010Jadwal Penyelenggaraan SKNBI

SE 9/16/DASP 2007Perubahan SE 7/28 DASP 2005

SE 7/28/DASP 2005Biaya dlm Penyelenggaraan SKNBI

butir II.A, III.B

SE 7/26/DASP 2005Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

SE 10/15/DASP 2008Perubahan Ketiga SE 7/26/DASP 2005

SE 9/10/DASP 2005Perubahan Pertama SE 7/26/DASP 2005

SE 9/15/DASP 2005Perubahan Kedua SE 7/26/DASP 2005

Lamp 15

SE 1/8/DASP 1999Rencana Penanggulangan Segera

atas Penyelenggaraan Kliring Lokal dalam Keadaan Darurat

SE 4/21/DASP 2002Sistem Informasi Kliring

Jarak Jauh

SE 2/7/DASP 2000Penyelenggaraan Kliring Lokal

secara Manual

SE 2/8/DASP 2000Penyelenggaraan Kliring Lokal

secara Semi Otomasi

SE 25/138/UPG 1993Penyelenggaraan Kliring Lokal Semi

Otomasi

SE 14/8/UPPB 1981Penyelenggaraan Kliring Lokal

SE 1/7/DASP 1999Warkat, Dokumen Kliring dan

Pencetakannya pada Perusahaan Pencetak Dokumen Sekuriti

SE 2/6/DASP 2000Penyempurnaan SE 1/7/DASP 1999

I.2.a.2, I.2.a.5,

IV.A, IV.B,IV.C.2, VI.1, VI.3,

Lamp 1, Lamp 3

SE 1/3/DASP 1999Penyelenggaraan Kliring Lokal

dan Penyelesaian Akhir Transaksi

SE 1/1/UASP/1999Penyelenggaraan Kliring Lokal

serta Penyelesaian Akhir Transaksi

- 31/79/KEP/DIR 1998 Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Elektronik- 31/1/KEP/DIR 1998 Penggunaan Nota Debet Dalam Kliring- 28/122/KEP/DIR 1996 Cek/Bilyet Giro Kosong- 28/160/KEP/DIR 1996 Perubahan Jadwal dan Penyelesaian Hasil Kliring- 21/9/KEP/DIR 1988 Otomasi Penyelenggaraan Kliring Lokal dan Ketentuan Pembakuan Warkat Kliring Lokal- 14/35/KEP/DIR/UPPB 1981 Penyelenggaraan Kliring Lokal

SE 3/4/DASP 2001Jenis dan Batasan Nominal Warkat

serta Jadwal Penyelenggaraan Kliring Lokal di Jakarta

SE 1/4/DASP 1999Pemberian Persetujuan thd Pihak Lain utk Menyelengarakan Kliring

di Daerah

SE 1/10/DASP 1999Penggunaan Nota Debet Kliring

SE 31/4/UAK 1998Penggunaan Nota Debet dalam Kliring

SE 31/10/UAK 1998Penggunaan Nota Debet di Atas

Rp10.000.000,00

SE 4/7/DASP 2002Penyelenggaraan Kliring Lokal secara

Otomasi

- SE No. 31/17/UASP 1998 Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Otomasi Sehubungan dengan Implementasi Kliring Lokal Secara Elektronik- SE No. 31/16/UASP 1998 Penyempurnaan Ketentuan Otomasi Penyelenggaraan Kliring Lokal dan Ketentuan Pembakuan Warkat Kliring- SE No.29/153/UAK 1997 Peningkatan Pengamanan Pelaksanaan Otomasi Kliring Jakarta- SE No. 26/76/UPG 1993 Biaya Administrasi dan Biaya Pemrosesan Warkat Kliring Otomasi- SE No. 26/11/UPG 1993 Pengenaan Kewajiban Membayar Atas Warkat Kliring yang Menggunakan Sandi Kantor Cabang Pembantu (KCP)- SE No. 26/5/UPG 1993 Pengamanan Warkat yang Diperhitungkan Melalui Kliring- SE No. 25/41/UPG 1992 Pemberian Nomor Sandi Peserta Kliring Untuk Kantor Cabang Pembantu Bank Dalam Kliring Lokal yang Diotomasikan- SE No. 24/199/UPG 1992 Otomasi Penyelenggaraan Kliring dan Pembakuan Warkat Kliring di Medan- SE No. 24/80/UPG 1991 Warkat yang Diperhitungkan Diluar Wilayah Kliring- SE No. 24/49/UPG 1991 Pengadaan MICR Encoder Dalam Rangka Otomasi Kliring- SE No. 23/212/UPG 1991 Penggunaan Voice Kit Dalam Rangka Perolehan InformasI Hasil Kliring Penyerahan- SE No.23/150/UPG 1990 Otomasi Penyelenggaraan Kliring dan PembakuanWarkat Kliring di Surabaya- SE No. 23/67/UPG 1990 Pelaksanaan Otomasi Kliring- SE No. 23/29/UPG 1990 Pelaksanaan Otomasi Kliring- SE No. 22/227/UPG 1990 Otomasi Penyelenggaraan Kliring Lokal- SE No. 22/187/UPG 1990 Latihan Pelaksanaan Otomasi Kliring- SE No. 23/50/UPG 1990 Pengadaan MICR Encoder Dalam Rangka Otomasi Kliring- SE No. 22/26/UPG 1989 Persyaratan Keikutsertaan Bank Dalam Kliring Lokal- SE No. 21/25/UPG 1988 Pengadaan MICR Encoder Dalam Rangka Otomasi Kliring- SE No. 21/8/UPG 1988 Otomasi Penyelenggaraan Kliring Lokal dan Pembakuan Warkat Kliring- SE No. 17/35/UPPB 1985 Pengikutsertaan Lembaga Keuangan Bukan Bank Dalam Kliring

SE 2/10/DASP 2000Tata Usaha Penarikan Cek Bilyet Giro Kosong

SE 2/9/DASP 2000Biaya Kliring

- SE No. 28/137/UPG 1996 Cek/Bilyet Giro Kosong- SE No. 29/18/UPG 1996 Penyampaian Surat Peringatan I, Surat Peringatan II dan Surat Pemberitahuan Penutupan Rekening- SE No. 19/1/UPPB 1986 Penatausahaan rekening gabungan (joint account)

SE 3/27/DASP 2001Warkat, Dokumen Kliring dan

Pencetakkannya pada Perusahaan Pencetak Dokumen

Sekuruti

SE 2/11/DASP 2000Perubahan Kedua SE 1/7/DASP

1999

VI 1,2,5

SE 5/15/DASP 2003Warkat, Dokumen Kliring &

Pencetakkannya pd Perusahaan Pencetak

Dokumen Sekuruti

SE 3/10/DASP 2001Jadwal Kliring dan Tanggal Valuta

Penyelesaian Akhir, Sistem Penyelenggaraan Kliring Lokal dan Batasan Nominal Warkat atau DKE

SE 4/12/DASP 2002Jadwal Kliring & Tgl Valuta Penyelesaian Akhir, Sistem

Penyelenggaraan Kliring Lokal, Jenis & Batasan Nilai Nominal Warkat/DKE

SE 7/27/DASP 2005Jadwal Penyelenggaraan SKNBI

SE 6/52/DASP 2004Warkat, Dokumen Kliring&

Pencetakkannya pd Perusahaan Pencetak

Dokumen Sekuruti

SE 8/35/DASP 2006Warkat, Dokumen Kliring dan

Pencetakkannya pada Perusahaan Pencetak Dokumen Sekuruti

SE 6/42/DASP 2004Fasilitas Perekaman Data

Hasil Kliring

SE 4/15/DASP 2002Penyelenggaraan Kliring Lokal secara

Elektronik

- SE No. 31/13/UASP 1998 Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Elektronik- SE No. 31/8A/UASP 1998 Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Elektronik- SE No. 25/100/UPG 1992 Biaya Cetak Buku Nomor Sandi Peserta Kliring Jakarta- SE No. 19/27/UPG 1987 Penyelenggaraan Kliring Lokal di Jakarta- SE No. 14/11/UPB 1981 Pelaksanaan Kliring Lokal di Jakarta

SE 4/16/DASP 2002Penyelenggaraan Kliring Lokal ats Cek & Bilyet Giro yg Berasal dr Luar Wil.

Kliring

SE 5/13/DASP 2003Perubahan SE BI 4/15/DASP 2002

SE 7/43/DASP 2005Biaya dlm Penyelenggaraan SKNBI

SE 11/13/DASP 2009Batas Nilai Nominal Nota Debet &

Transfer Kredit dlm SKNBI

SE 4/13/DASP 2002Biaya Kliring

SE 6/39/DASP 2004Biaya Kliring

SE 9/35/DASP/2007Penyelenggaraan Kliring Antar

Wilayah

SE 3/26/DASP 2001Perubahan SE 3/10/DASP 2001III

SE 3/25/DASP 2001Perubahan SE 1/4/DASP 1999

SE 7/29/DASP 2005Penyelenggaraan SKNBI o/

Penyelenggara Kliring Lokal Selain BI

SE 4/17/DASP 2002Perubahan Pertama SE 2/10 DASP 2000

SE 8/17/DASP 2006Perubahan Kedua SE 2/10 DASP 2000

SE 8/33/DASP 2006Perubahan Ketiga SE 2/10 DASP 2000

Pasal 1A, 1B, 1C, 1D, 1E, 1F, 1G, 1H, Pasal 3 (3), Pasal 6(2),

Pasal 22(1), Pasal 23, Pasal 24, Pasal 33(3), Pasal 35, Pasal 40

I.A.1.a, I. C.4, I. C.5,

I. G. 1, V

Bab I butir D.9 dihapus, Ketentuan Bab III butir D.1.g, D.2.d, D.3.e, D.4.a, D.4.b D.5.g, D.4.a, D.4.b, Bab IV A, Bab V B.1.b.5), B.2.b, B.3.b, C.2, Bab VII A.1.b.2), A.2.a.5)a), A.2.b.2), B.1.b.2), B.2.a.5)a)(2), B.2.b.2), C.1.b.2), C.2.b.2), Bab VIII A.3.b.2)b)(2), Bab IX A.1.a, A.2.b, B.1.e, B.1.f, B.3.e, B.4.a.3), B.4.a.4), B.4.b.5), B.4.b.6), Bab IX B.2, B.3.c, Lampiran 7.1, 9, 15

SE 13/7/DASP 2011Self Regulatory Organization

Ketentuan butir III.C.1.c, III.D.1, III.D.4.n, IV.B.2.c, V.A.5, V.A.5, VI.A.1.b.1), VI.A.1.b.3), VI.A.1.b.4), VI.A.1.b.5), VI.A.1.c.2), VI.A.2.b.7),

VI.A.2.b.12), VI.A.2.c, VI.B.1.a, VI.B.1.b, VI.B.1.i, VI.B.2.e, VI.D.2.b.1).b).(2), VI.E.1, VI.E.3

Diubah

Dicabut

Terkait

PBI/ KEP DIR Masih Berlaku

PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Keterangan:

Regulasi Terkait

SE No. 31/8A/UASP 1998Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Elektronik

SE No. 31/13/UASP 1998Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Elektronik

SE 15/18/DASP 2013Perubahan SE 11/13/DASP 2009

Romawi II

SE 10/12/DASP 2008Penetapan Biaya Penggunaan Sistem

BI-RTGS dan SKNBI Dalam Rangka

Penerapan Treasury Single Account

SE 9/22/DASP 2007Penetapan Biaya Penggunaan Sistem

BI-RTGS dan SKNBI di Indonesia

SE 8/20/DASP 2006Penetapan Biaya Penggunaan Sistem

BI-RTGS dan SKNBI Dalam Rangka Pelaksanaan Uji Coba Treasury Single

Account Pemerintah

SE 8/12/DASP 2006Penetapan Biaya Penggunaan Sistem

BI-RTGS Selama Periode Uji Coba Treasury Single Account

- UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pencucian Uang- UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen- UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat- 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum- 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan - 10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum- 11/30/PBI/2009 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah- 10/6/PBI/2008 tentang Sistem BI RTGS- 10/2/PBI/2008 tentang BI – SSSS- 8/29/PBI/2006 tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

vi

Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 - Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Regulasi Terkait : - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pencucian Uang - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/30/PBI/2009 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip

Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/2/PBI/2008 tentang Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement

System - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/29/PBI/2006 tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet

Giro Kosong - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/21/DPNP 2013 perihal Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan

Pencegaran Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP 2011 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper

Test) - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DPM 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari

Bagi Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/28/DASP 2010 perihal Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless

Securities Settlement System - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/1/DASP 2010 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/17/DPM 2009 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari

Berdasarkan Prinsip Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau

Bilyet Giro Kosong - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/29/DPNP 2001 perihal Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer

Principles) Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/18/PBI/2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/18/DASP 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 11/13/DASP 2009 perihal Batas Nilai Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/19/DASP 2012 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/15/DASP 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/7/DASP 2011 perihal Self-Regulatory Organization di Bidang Sistem Pembayaran

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

vii

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/34/DASP 2010 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/8/DASP 2010 perihal Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia 12/8/DASP 2010 perihal Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/15/DASP 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/13/DASP 2009 perihal Batas Nilai Nominal Nota Debet dan Transfer

Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/12/DASP 2008 perihal Sistem Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/35/DASP 2007 perihal Penyelenggaraan Kliring Antar Wilayah. - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/35/DASP 2006 perihal Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta

Pencetakannya pada Perusahaan Pencetakan Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/42/DASP 2004 perihal Fasilitas Perekaman Data Hasil Kliring

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

1

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia BAB I Ketentuan Umum

1 Pasal 1 7/18/PBI/2005 Angka 1 – 3 Pasal 1 12/5/PBI 2010 Angka 4 Pasal 1 7/18/PBI/2005 Angka 5 – 36

1. Bank adalah Bank Umum, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998.

2. Bank Konvensional adalah Bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.

3. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja di kantor pusat bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.

4. Kliring adalah pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

5. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI, adalah sistem Kliring Bank Indonesia yang meliputi Kliring debet dan Kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

6. Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet. 7. Kliring Kredit adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer kredit. 8. Wilayah Kliring adalah suatu wilayah tertentu yang menyelenggarakan

Kliring sebagai bagian dari SKNBI. 9. Penyelenggara Kliring Nasional, yang selanjutnya disebut PKN, adalah unit

kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional.

10. Penyelenggara Kliring Lokal, yang selanjutnya disebut PKL, adalah unit kerja di Bank Indonesia dan unit kerja di kantor Bank yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring.

11. PKL BI adalah unit kerja di Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring.

12. PKL Selain BI adalah unit kerja pada kantor Bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring.

13. Peserta adalah kantor Bank Indonesia dan atau kantor Bank yang terdaftar pada PKN dan atau PKL untuk mengikuti kegiatan SKNBI.

14. Data Keuangan Elektronik, yang selanjutnya disebut DKE, adalah data transfer dana dalam format elektronik yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam SKNBI.

15. Warkat Debet adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban nasabah atau Bank melalui Kliring Debet.

16. DKE Debet adalah DKE untuk transfer debet yang dibuat atas dasar Warkat Debet.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

2

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

17. DKE Kredit adalah DKE untuk transfer kredit yang dibuat atas dasar perintah transfer kredit.

18. Penyelesaian Akhir (settlement), yang selanjutnya disebut Penyelesaian Akhir, adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan rekening giro Bank di Bank Indonesia yang dilakukan berdasarkan perhitungan hak dan kewajiban masing-masing Bank yang timbul dalam penyelenggaraan SKNBI.

19. Dokumen Kliring adalah alat bantu yang berfungsi sebagai dokumen kontrol dalam penyelenggaraan SKNBI.

20. Sistem Sentral Kliring, yang selanjutnya disebut SSK, adalah sistem komputer yang digunakan oleh PKN untuk menyelenggarakan SKNBI secara nasional.

21. SSK Utama adalah SSK yang digunakan dalam kondisi normal. 22. SSK Back-up adalah SSK yang digunakan sebagai pengganti apabila terjadi

gangguan atau keadaan darurat yang menyebabkan PKN tidak dapat menggunakan SSK Utama.

23. Komputer Penyelenggara Kliring, yang selanjutnya disebut KPK, adalah sistem komputer yang berada di lokasi PKL yang terhubung dengan SSK secara on-line, yang digunakan PKL untuk menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring.

24. KPK Utama adalah KPK yang digunakan dalam kondisi normal. 25. KPK Back-up adalah KPK yang digunakan sebagai pengganti apabila terjadi

gangguan atau keadaan darurat yang menyebabkan PKL tidak dapat menggunakan KPK Utama.

26. Terminal Peserta Kliring, yang selanjutnya disebut TPK, adalah sistem komputer yang berada di lokasi Peserta, yang digunakan dalam melakukan persiapan dan atau pengiriman DKE serta penerimaan informasi perhitungan hasil Kliring dan atau informasi Kliring lainnya, baik secara on-line maupun off-line.

27. TPK Utama adalah TPK yang digunakan dalam kondisi normal. 28. TPK Back-up adalah TPK yang digunakan sebagai pengganti apabila terjadi

gangguan atau keadaan darurat yang menyebabkan Peserta tidak dapat menggunakan TPK Utama.

29. Jaringan Komunikasi Data, yang selanjutnya disebut JKD, adalah seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara KPK dengan SSK dan TPK on-line dengan SSK.

30. JKD Utama adalah JKD yang digunakan dalam kondisi normal. 31. JKD Back-up adalah JKD yang digunakan sebagai pengganti apabila terjadi

gangguan atau keadaan darurat yang menyebabkan PKL atau Peserta tidak dapat menggunakan JKD Utama.

32. TPK on-line adalah TPK yang terhubung ke SSK melalui JKD. 33. TPK off-line adalah TPK yang tidak terhubung ke SSK. 34. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang secara nyata menyebabkan

suatu kegiatan Kliring Debet dan atau Kliring Kredit tidak dapat dilaksanakan secara normal antara lain pemogokan kerja, kebakaran, kerusuhan massa, sabotase serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir yang dibenarkan oleh pihak penguasa atau pejabat yang berwenang setempat.

35. Sistem Bank Indonesia–Real Time Gross Settlement, yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS, adalah sistem transfer dana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

3

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 9/35/DASP 2007 Huruf A SE 6/42/DASP 2004 Romawi I

36. Bank Indonesia–Scripless Securities Settlement System, yang selanjutnya disebut BI-SSSS, adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System.

37. Kliring Antar Wilayah adalah penyelenggaraan Kliring Debet atas Cek dan Bilyet Giro yang diterbitkan oleh kantor Bank yang bukan Peserta di Wilayah Kliring dimana Cek dan Bilyet Giro tersebut dikliringkan.

38. Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah adalah Cek dan Bilyet Giro yang diterbitkan oleh kantor Bank Peserta Kliring Antar Wilayah dan dikliringkan di luar Wilayah Kliring kantor Bank penerbit.

39. Peserta Kliring Antar Wilayah adalah Bank yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia, agar Cek dan Bilyet Giro yang diterbitkan oleh seluruh kantornya dapat dikliringkan di seluruh Wilayah Kliring dimana terdapat kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta.

40. Wilayah Kliring Terkait adalah Wilayah Kliring dimana terdapat Peserta dari kantor Bank Peserta Kliring Antar Wilayah atau terdapat kantor Bank yang sedang mengajukan pendaftaran untuk menjadi Peserta Kliring Antar Wilayah.

41. Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah adalah kantor Peserta Kliring Antar Wilayah yang menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring yang ditunjuk untuk menerima dan memproses Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah yang dikliringkan di Wilayah Kliring tersebut.

42. Bank Pemohon adalah kantor pusat Bank atau kantor cabang bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri.

43. Fasilitas Perekaman Data Hasil Kliring Dalam Bentuk Compact Disc, yang selanjutnya disebut Fasilitas CD Kliring, adalah fasilitas yang berupa informasi data Warkat dan salinan (image) Warkat hasil Kliring penyerahan yang diterima (inward clearing) dalam bentuk data elektronik yang direkam dalam compact disk yang disediakan oleh Penyelenggara kepada Pengguna secara harian.

44. CD Kliring adalah sarana penyimpan data Warkat dan salinan (image) Warkat yang disediakan oleh Penyelenggara.

45. Data Warkat adalah rekaman data Magnetic Ink Character Recognition (MICR) code line pada clear band Warkat hasil Kliring penyerahan yang diterima (inward clearing) dalam bentuk elektronik (numeric).

46. Salinan Warkat adalah rekaman gambar Warkat hasil Kliring penyerahan yang diterima (inward clearing) dalam bentuk elektronik (image).

47. Penyelenggara adalah Bank Indonesia yang menyelenggarakan Kliring Lokal secara otomasi atau elektronik yang menyediakan Fasilitas CD Kliring.

48. Pengguna adalah Peserta Langsung pada penyelenggaraan Kliring Lokal secara otomasi atau elektronik yang telah terdaftar untuk ikut serta memanfaatkan Fasilitas CD Kliring.

49. Pengguna Tetap adalah Pengguna yang memanfaatkan Fasilitas CD Kliring setiap hari secara rutin.

50. Pengguna Tidak Tetap adalah Pengguna yang memanfaatkan Fasilitas CD Kliring secara insidentil.

51. Disket Akses adalah disket yang berisi aplikasi CD key yang digunakan sebagai kunci pengaman bagi Pengguna untuk dapat mengakses CD Kliring.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

4

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB II Penyelenggara 2 Pasal 2

7/18/PBI/2005 Ayat (1) – (3) SE 14/19/DASP 2012 Romawi IV

(1) SKNBI diselenggarakan oleh: a. PKN; dan b. PKL.

(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. PKL BI; dan b. PKL Selain BI.

(3) Bank Indonesia dapat memberikan bantuan keuangan kepada PKL Selain BI.

Bantuan keuangan diberikan untuk mendukung peranan PKL Selain BI sebagai pihak yang membantu tugas Bank Indonesia dalam penyelenggaraan SKNBI. A. Nominal dan Kriteria Bantuan Keuangan

1. Bank Indonesia memberikan bantuan keuangan kepada kantor Bank yang telah disetujui menjadi PKL Selain BI setiap bulan, terhitung sejak kantor Bank tersebut efektif melakukan kegiatan sebagai PKL Selain BI.

2. Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 1 diberikan kepada PKL Selain BI sesuai kriteria pada lampiran 6a.

3. Nilai nominal bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan Keputusan Kepala Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia.

4. Salinan Keputusan Kepala Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 3 disampaikan kepada kantor pusat Bank yang menjadi PKL Selain BI.

B. Mekanisme Pemberian Bantuan Keuangan 1. Pemberian bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada butir A.2

disampaikan oleh Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setiap awal bulan berikutnya.

2. Bantuan Keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 1 disampaikan kepada kantor pusat Bank yang kantornya menjadi PKL Selain BI dengan cara mengkredit rekening giro Bank tersebut yang ada di Bank Indonesia.

3. Kantor pusat Bank sebagaimana dimaksud pada angka 2 melakukan pendistribusian bantuan keuangan kepada masing-masing kantornya yang menjadi PKL Selain BI.

4. Dalam melakukan pendistribusian bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 3, kantor pusat Bank dapat menetapkan besaran nominal bantuan keuangan bagi masing-masing kantornya yang menjadi PKL Selain BI.

C. Penetapan Iuran Peserta 1. Apabila bantuan keuangan yang diberikan oleh Bank Indonesia tidak

dapat menutupi seluruh biaya operasional PKL Selain BI dalam penyelenggaraan SKNBI, PKL Selain BI dapat menetapkan iuran kepada Peserta.

2. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada angka 1, ditetapkan berdasarkan selisih biaya operasional yang dikeluarkan oleh PKL Selain BI dengan jumlah bantuan keuangan yang diberikan oleh Bank Indonesia.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

5

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. Biaya operasional yang dapat dibebankan kepada seluruh kantor Bank Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 2 adalah biaya operasional terkait penyelenggaraan SKNBI yang terdiri atas: a. biaya investasi terkait antara lain, perangkat Komputer

Penyelenggara Kliring (KPK) Utama, KPK Back-up, dan printer; b. biaya overhead antara lain, biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya

telepon dan jaringan komunikasi data, pembelian alat tulis kantor, sewa atau penyusutan gedung; dan

c. biaya pemeliharaan perangkat KPK Utama dan KPK Back-up. 4. Besarnya iuran dan perhitungan biaya operasional yang menjadi

dasar penetapan iuran wajib disampaikan kepadadan disetujui oleh seluruh Peserta di Wilayah Kliring. PKL Selain BI yang menetapkan iuran kepada seluruh Peserta, wajib menyampaikan laporan triwulanan mengenai penggunaan bantuan keuangan dan iuran Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI kepada seluruh Peserta paling lambat akhir bulan berikutnya dengan format laporan sebagaimana dicontohkan dalam lampiran 6b.

D. Bantuan Keuangan Bagi PKL Selain BI Yang Baru Khusus untuk kantor Bank yang baru ditetapkan sebagai PKL Selain BI, pemberian bantuan keuangan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal kantor Bank bertindak sebagai PKL Selain BI di Wilayah

Kliring yang baru dibentuk, maka: a. bantuan keuangan diberikan sebesar 100% (seratus persen) dari

nilai nominal sebagaimana dimaksud pada butir A.3 selama masa 3 (tiga) bulan pertama penyelenggaraan SKNBI;

b. masa 3 (tiga) bulan pertama penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada huruf a diatur sebagai berikut: 1) apabila tanggal efektif kegiatan penyelenggaraan sebagai PKL

Selain BI ditetapkan tanggal 15 atau tanggal sebelumnya,maka masa 3 (tiga) bulan pertama dihitung sejak bulan yang bersangkutan; atau

2) apabila tanggal efektif kegiatan penyelenggaraan sebagai PKL Selain BI ditetapkan setelah tanggal 15, maka masa 3 (tiga) bulan pertama dihitung sejak bulan berikutnya;

c. bantuan keuangan diberikan sesuai kriteria sebagaimana dimaksud pada butir A.2 sejak berakhirnya masa 3 (tiga) bulan pertama sebagaimana dimaksud pada huruf b.

2. Dalam hal kantor Bank bertindak sebagai PKL Selain BI yang menerima pengalihan dari PKL Selain BI di Wilayah Kliring yang telah dibentuk, maka: a. bantuan keuangan diberikan sesuai dengan kriteria sebagaimana

dimaksud pada butir A.2; b. apabila tanggal efektif pengalihan kegiatan penyelenggaraan

sebagai PKL Selain BI ditetapkan: 1) tanggal 15 atau tanggal sebelumnya, maka bantuan keuangan

sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk bulan yang bersangkutan diberikan kepada PKL Selain BI yang menerima pengalihan;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

6

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 2 7/18/PBI/2005 Ayat (4) SE 11/15/DASP 2009 Romawi I – III

2) setelah tanggal 15, maka bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk bulan yang bersangkutan diberikan kepada PKL Selain BI yang mengalihkan.

3. Ilustrasi pemberian bantuan keuangan kepada PKL Selain BI yang baru adalah sebagaimana dalam lampiran 6c.

E. Penyampaian Laporan 1. Kantor pusat Bank wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai:

a. pendistribusian dan besarnya nilai nominal bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada butir B.3; dan

b. besarnya iuran yang ditetapkan oleh masing-masing kantor yang menjadi PKL Selain BI, paling lambat akhir bulan berikutnya.

2. Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada angka 1 disampaikan kepada Bank Indonesia - Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Divisi Penyelenggaraan Setelmen dengan menggunakan format laporan sebagaimana lampiran 6d.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai PKL Selain BI sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b, diatur dengan Ketentuan ini.

Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan antara lain meliputi: a. Persyaratan penyelenggaraan SKNBI oleh PKL Selain BI di suatu wilayah

tertentu; b. Persyaratan PKL Selain BI dan tata cara pemberian persetujuan; c. Bantuan keuangan kepada PKL Selain BI; d. Jangka waktu penetapan sebagai PKL Selain BI; e. Pengunduran diri sebagai PKL Selain BI; f. Penghentian sebagai PKL Selain BI; g. Pemindahan Lokasi; dan h. Pembubaran penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring PKL Selain BI.

I. Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan SKNBI

A. Persyaratan Penyelenggaraan SKNBI oleh PKL Selain BI Penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah yang tidak terdapat Kantor Bank Indonesia (KBI) didasarkan pada kebutuhan dan kesepakatan Bank-Bank setempat akan perlunya penyelenggaraan SKNBI. 1. Persyaratan Penyelenggaraan SKNBI

Persyaratan penyelenggaraan merupakan persyaratan paling sedikit yang harus dipenuhi pada saat mengajukan permohonan penyelenggaraan SKNBI yaitu: a. Jumlah Bank

Jumlah Bank yang mendukung dan akan menjadi peserta penyelenggaraan SKNBI paling kurang 4 (empat) Bank yang berbeda. Masing-masing Bank yang mendukung dan akan menjadi peserta tersebut diwakili oleh kantor bank yang bersangkutan termasuk kantor cabang, kantor cabang pembantu dan/atau kantor kas.

b. Jumlah Warkat Debet Jumlah Warkat Debet antar Bank setempat yang berpotensi untuk dikliringkan melalui Kliring Debet rata-rata paling kurang 30 (tiga puluh) Warkat Debet per hari dalam periode

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

7

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

6 (enam) bulan terakhir. Warkat Debet tersebut antara lain berupa Cek, Bilyet Giro, Wesel, Nota Debet, voucher perjalanan (traveller’s cheque ), voucher untuk deviden (dividen cheque), voucher cinderamata (gift cheque) dan Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT). Dalam pengertian rata-rata tersebut terdapat kemungkinan pada hari tertentu kurang dari 30 (tiga puluh) Warkat Debet namun secara keseluruhan rata-rata harian selama enam bulan paling kurang 30 (tiga puluh) Warkat Debet.

c. Adanya kantor Bank yang bersedia diusulkan untuk menjadi PKL Selain BI.

2. Persyaratan untuk menjadi PKL Selain BI Kantor Bank yang dapat diusulkan untuk menjadi PKL Selain BI harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Kantor bank yang dapat berupa kantor cabang, kantor

cabang pembantu dan/atau kantor kas baik sebagai peserta maupun tidak sebagai peserta;

b. Memiliki kesiapan dari segi organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan penyelenggaraan SKNBI, serta mempunyai sistem administrasi yang memadai.

c. Memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyediakan: 1) perangkat keras Komputer Penyelenggara Kliring (KPK)

berupa KPK Utama dan KPK Back-up; dan 2) fasilitas penyelenggaraan SKNBI; sebagaimana diatur

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

d. Menyediakan lokasi yang mudah dijangkau oleh kantor Bank calon Peserta sehingga penyelenggaraan SKNBI dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Lokasi penyelenggaraan SKNBI tersebut tidak harus berada pada lokasi yang sama dengan lokasi kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI.

e. Memperoleh persetujuan dari kantor pusat Bank yang bersangkutan untuk diusulkan sebagai PKL Selain BI.

B. Tata Cara Permohonan Penyelenggaraan SKNBI 1. Kesepakatan Tertulis

Dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.1 dan butir A.2, kantor-kantor Bank di suatu wilayah harus membuat kesepakatan tertulis mengenai perlunya penyelenggaraan SKNBI di wilayah tersebut dan kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI. Kesepakatan tersebut harus ditandatangani oleh seluruh pimpinan kantor Bank yang mendukung diselenggarakannya SKNBI. Contoh Kesepakatan tertulis sebagaimana pada lampiran 1.

2. Pengajuan Permohonan Penyelenggaraan SKNBI a. Atas dasar kesepakatan sebagaimana dimaksud pada angka

1, kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI (calon PKL Selain BI) mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia tentang rencana penyelenggaraan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

8

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SKNBI di wilayah yang bersangkutan, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut: 1) Kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka

1. 2) Daftar nama dan alamat kantor Bank yang akan menjadi

peserta dan mendukung penyelenggaraan SKNBI. 3) Data rata-rata harian Warkat Debet yang berpotensi

untuk dikliringkan melalui Kliring Debet selama enam bulan terakhir dari Bank yang menandatangani kesepakatan.

4) Struktur organisasi dan SDM saat ini dari kantor Bank calon PKL Selain BI serta rencana unit operasional dan SDM yang akan menangani kegiatan operasional SKNBI di dalam organisasi kantor Bank calon PKL Selain BI.

5) Informasi mengenai prakiraan waktu tempuh dari lokasi kantor-kantor Bank calon Peserta ke lokasi yang diusulkan sebagai tempat penyelenggaraan SKNBI.

6) Surat pernyataan kesanggupan dan kesediaan dari kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI untuk menyediakan: a. perangkat KPK untuk KPK Utama dan KPK Back-up;

serta b. fasilitas penyelenggaraan SKNBI, sebagaimana

diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

7) Surat persetujuan untuk diusulkan sebagai PKL Selain BI dari kantor pusat Bank yang bersangkutan.

Contoh permohonan tertulis sebagaimana pada lampiran 2. b. Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a,

disampaikan kepada Bank Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika kantor Bank yang mengajukan permohonan sebagai

PKL Selain BI berada di wilayah Tangerang, Bogor, Karawang, Bekasi dan Depok, maka permohonan ditujukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (KPBI c.q. DASP), Gedung D Lantai 2, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350; atau

2) Jika kantor Bank yang mengajukan permohonan sebagai PKL Selain BI berada di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada angka 1), permohonan ditujukan kepada KBI setempat yang mewilayahi.

C. Tindak Lanjut Atas Permohonan Penyelenggaraan SKNBI 1. Atas permohonan yang diajukan oleh calon PKL Selain BI

sebagaimana dimaksud pada butir B.2.a, KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi sebagaimana dimaksud pada butir B.2.b melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen permohonan serta penelitian lapangan dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.1 dan butir A.2.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

9

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menyampaikan persetujuan atau penolakan atas permohonan penyelenggaraan SKNBI paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.

3. Persetujuan Permohonan Penyelenggaraan SKNBI Dalam hal KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menyetujui penyelenggaraan SKNBI, maka KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengeluarkan surat persetujuan yang antara lain berisikan:

1) penetapan nama Wilayah Kliring untuk penyelenggaraan SKNBI dimaksud;

2) penetapan kantor Bank calon PKL Selain BI sebagai PKL Selain BI.

b. Menyampaikan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada PKL Selain BI dengan tembusan kepada: 1) kantor pusat dari PKL Selain BI yang telah ditetapkan;

dan 2) KPBI c.q. DASP, jika persetujuan penyelenggaraan PKL

Selain BI diberikan oleh KBI. 4. Penolakan Permohonan Penyelenggaraan SKNBI

a. KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi dapat menolak permohonan penyelenggaraan SKNBI jika: 1) persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.1

dan/atau butir A.2 tidak dipenuhi; 2) dokumen permohonan tidak lengkap dan/atau tidak

benar; 3) terdapat faktor-faktor lain yang menurut pertimbangan

KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi belum layak untuk diselenggarakan SKNBI di wilayah tersebut, antara lain terkait dengan ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi di wilayah yang bersangkutan atau jarak dan/atau waktu tempuh yang dibutuhkan oleh Bank-Bank di wilayah yang diusulkan masih memungkinkan bagi Bank-Bank tersebut untuk mengikuti penyelenggaraan SKNBI yang sudah ada di wilayah kliring lain yang terdekat.

b. KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi memberitahukan secara tertulis kepada calon PKL Selain BI mengenai penolakan sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan menyebutkan alasan penolakan, dengan tembusan kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan.

c. Jika penolakan dikarenakan dokumen permohonan tidak lengkap dan/atau tidak benar atau persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.1 dan butir A.2 tidak dipenuhi, calon PKL Selain BI dapat mengajukan permohonan kembali setelah memenuhi dokumen dan persyaratan yang ditetapkan.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

10

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

D. Tindak Lanjut atas Persetujuan Penyelenggaraan SKNBI 1. Persiapan oleh PKL Selain BI yang telah ditetapkan dan

persiapan kantor Bank calon Peserta. a. Berdasarkan surat persetujuan dari KPBI c.q. DASP atau KBI

yang mewilayahi sebagaimana dimaksud pada butir C.3.a: 1) PKL Selain BI yang telah ditetapkan, menyediakan

perangkat keras KPK, Jaringan Komunikasi Data (JKD) dan fasilitas penyelenggaraan SKNBI sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

2) Kantor Bank calon Peserta melakukan pendaftaran kepesertaan SKNBI sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

b. Berdasarkan kesiapan perangkat keras KPK yang disediakan oleh PKL Selain BI, Bank Indonesia melakukan instalasi aplikasi KPK pada perangkat keras KPK yang telah disediakan oleh PKL Selain BI.

c. Berdasarkan hasil instalasi sebagaimana dimaksud pada huruf b, PKL Selain BI memberitahukan secara tertulis kode mesin KPK hasil proses instalasi kepada KPBI c.q. DASP.

d. Berdasarkan kode mesin yang diterima dari PKL Selain BI, KPBI c.q. DASP melakukan pendaftaran kode mesin dimaksud dan menyerahkan secara tertulis kepada PKL Selain BI mengenai informasi sebagai berikut: 1) master key; 2) security key; 3) kode registrasi; 4) sandi terminal; 5) password untuk login ke Sistem Sentral Kliring (SSK); 6) alamat Uniform Resource Locator (URL); 7) user id dan password Remote Access Server (RAS) untuk

mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia; dan 8) Test Key Arrangement (TKA), yang digunakan untuk

pengiriman Bilyet Saldo Kliring (BSK) ke PKN jika JKD mengalami gangguan.

e. Informasi sebagaimana dimaksud pada huruf d harus diambil di KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi oleh pimpinan kantor Bank PKL Selain BI. Dalam hal pimpinan kantor Bank berhalangan, maka informasi tersebut dapat diambil oleh pejabat atau pegawai Bank yang ditunjuk dengan menggunakan surat kuasa yang bermeterai cukup dan menggunakan kertas berlogo Bank yang bersangkutan.

f. Berdasarkan kesiapan yang telah dilakukan, PKL Selain BI dan kantor Bank calon Peserta mengikuti pelatihan tata cara penyelenggaraan SKNBI yang diselenggarakan oleh KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi.

2. Penetapan Jadwal Kliring dan Tanggal Efektif Penyelenggaraan SKNBI a. Penetapan Jadwal Kliring

PKL Selain BI menyampaikan usulan secara tertulis kepada KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi mengenai rencana

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

11

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

jadwal Kliring Debet dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Jadwal Penyelenggaraan SKNBI.

b. Tanggal Efektif Penyelenggaraan SKNBI Setelah memperoleh persetujuan tertulis dari KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi mengenai usulan jadwal Kliring Debet sebagaimana dimaksud pada huruf a, serta berdasarkan kesiapan PKL Selain BI dan kantor Bank calon Peserta, PKL Selain BI melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Menetapkan tanggal efektif penyelenggaraan SKNBI di

Wilayah Kliring yang bersangkutan. 2) Memberitahukan secara tertulis tanggal efektif

penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada angka 1) kepada KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi, paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif penyelenggaraan SKNBI.

3) Memberitahukan secara tertulis kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan, mengenai: a) jadwal Kliring Debet sebagaimana dimaksud pada

huruf a yang telah disetujui oleh KPBI c.q. DASP; dan b) tanggal efektif penyelenggaraan SKNBI sebagaimana

dimaksud pada angka 1), paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif penyelenggaraan SKNBI.

II. Penggantian PKL Selain BI

A. Persyaratan Penggantian PKL Selain BI 1. Peserta di Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL Selain

BI, dapat mengusulkan penggantian PKL Selain BI dengan kantor Bank lain berdasarkan kesepakatan yang disetujui oleh lebih dari 50 % (lima puluh persen) jumlah Peserta.

2. Pengusulan kantor Bank sebagai PKL Selain BI yang baru sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.2.

B. Tata Cara Permohonan Penggantian PKL Selain BI 1. Berdasarkan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada butir

A.1, kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI baru, mengajukan secara tertulis permohonan penggantian PKL Selain BI serta alasan penggantian kepada KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi dengan melampirkan dokumen sebagai berikut: a. Kesepakatan tertulis mengenai usulan penggantian PKL

Selain BI yang ditandatangani oleh seluruh pimpinan kantor Bank yang mendukung usulan penggantian.

b. Struktur organisasi dan SDM saat ini dari kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI baru serta rencana unit operasional dan SDM yang akan menangani kegiatan operasional SKNBI di dalam organisasi kantor Bank tersebut.

c. Informasi mengenai prakiraan waktu tempuh dari lokasi kantor-kantor Bank Peserta ke lokasi yang diusulkan sebagai

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

12

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

tempat penyelenggaraan SKNBI yang baru. d. Surat pernyataan kesanggupan dari kantor Bank yang

diusulkan sebagai PKL Selain BI baru untuk menyediakan: 1) perangkat KPK untuk KPK Utama dan KPK Back-up; dan 2) fasilitas penyelenggaraan SKNBI.

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai SKNBI.

e. Surat persetujuan untuk diusulkan sebagai PKL Selain BI baru dari kantor pusat Bank yang bersangkutan.

Contoh permohonan tertulis sebagaimana pada lampiran 3. 2. Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a, KPBI

c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen permohonan serta penelitian lapangan dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.2.

3. KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menyampaikan surat persetujuan atau penolakan atas permohonan penyelenggaraan SKNBI paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.

4. Dalam hal permohonan penggantian PKL Selain BI disetujui, maka KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menyampaikan surat persetujuan penggantian kepada kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI baru, dengan tembusan kepada: a. PKL Selain BI lama; b. Kantor pusat dari PKL Selain BI baru; c. Kantor pusat dari PKL Selain BI lama; dan d. KPBI c.q. DASP jika persetujuan penggantian PKL Selain BI

baru diberikan oleh KBI. 5. Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf c

merupakan persetujuan prinsip, sebagai dasar bagi kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI baru untuk melakukan persiapan. PKL Selain BI yang lama masih tetap menyelenggarakan SKNBI sampai ditetapkannya tanggal efektif penggantian melalui surat keputusan sebagaimana dimaksud pada butir 2.d.

6. Dalam hal permohonan penggantian PKL Selain BI ditolak, maka KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menyampaikan penolakan secara tertulis kepada kantor Bank yang diusulkan sebagai PKL Selain BI. Kantor Bank yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan kembali setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

C. Persiapan oleh PKL Selain BI baru 1. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada

butir B.4., kantor Bank yang akan menjadi PKL Selain BI baru menyediakan perangkat keras KPK, JKD dan fasilitas penyelenggaraan SKNBI sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

2. Berdasarkan kesiapan perangkat keras KPK yang disediakan oleh kantor Bank yang akan menjadi PKL Selain BI baru, Bank Indonesia dan PKL Selain BI melakukan hal-hal sebagaimana

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

13

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dimaksud dalam butir D.1.b sampai dengan butir D.1.f. D. Tanggal Efektif Penggantian PKL Selain BI baru

1. Berdasarkan kesiapan kantor bank yang akan menjadi PKL Selain BI baru, KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengeluarkan surat persetujuan yang antara lain berisikan:

1) pencabutan penetapan PKL Selain BI lama; 2) penetapan kantor Bank yang menjadi PKL Selain BI baru;

dan 3) tanggal efektif penggantian PKL Selain BI.

b. Menyampaikan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada PKL Selain BI lama dan PKL Selain BI baru dengan tembusan kepada: 1) kantor pusat dari PKL Selain BI baru; 2) kantor pusat dari PKL Selain BI lama; dan 3) KPBI c.q. DASP jika surat persetujuan mengenai tanggal

efektif penggantian PKL Selain BI baru, diberikan oleh KBI.

paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif penggantian PKL Selain BI.

2. PKL Selain BI yang lama wajib menyelenggarakan SKNBI sampai dengan hari kerja terakhir sebelum tanggal penggantian PKL Selain BI baru berlaku efektif sebagaimana dimaksud pada butir 4.1.a.3).

III. Pengunduran Diri Dan Penghentian PKL Selain BI, Serta Pembubaran

Penyelenggaraan SKNBI A. Pengunduran diri PKL Selain BI

1. Kantor Bank yang menjadi PKL Selain BI dapat mengajukan pengunduran diri sebagai PKL Selain BI karena alasan tertentu. Rencana pengunduran diri tersebut harus dibicarakan terlebih dahulu dengan seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.

2. Permohonan dan alasan pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada angka 1, disampaikan secara tertulis oleh PKL Selain BI kepada KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi, paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sebelum tanggal rencana pengunduran diri sebagai PKL Selain BI. Contoh permohonan tertulis sebagaimana pada lampiran 4.

3. Jika Peserta di Wilayah Kliring tersebut masih memandang perlu diselenggarakannya SKNBI, Peserta dapat mengajukan permohonan penggantian PKL Selain BI baru sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka II. Dalam hal ini, PKL Selain BI lama tetap menyelenggarakan SKNBI sampai dengan hari kerja terakhir sebelum tanggal pengunduran diri PKL Selain BI berlaku efektif.

4. Jika Peserta di Wilayah Kliring tersebut tidak lagi memandang perlu diselenggarakannya SKNBI, maka pengunduran diri oleh PKL Selain BI diajukan sekaligus sebagai permohonan pembubaran penyelenggaraan SKNBI.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

14

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

B. Penghentian Sebagai PKL Selain BI 1. KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi dapat menghentikan

PKL Selain BI karena alasan tertentu, antara lain: a. PKL Selain BI tidak memberikan keterangan dan data yang

terkait dengan penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (4) huruf a Ketentuan ini; atau

b. adanya permohonan pengunduran diri sebagai PKL Selain BI sebagaimana dimaksud dalam butir A.1.

2. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 1, KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengeluarkan surat penghentian sebagai PKL Selain BI. b. Menyampaikan surat penghentian sebagaimana dimaksud

pada huruf a kepada PKL Selain BI dengan tembusan kepada: 1) kantor pusat dari PKL Selain BI yang dihentikan; 2) kantor pusat dari PKL Selain BI sementara; dan 3) KPBI c.q. DASP jika surat keputusan penghentian PKL

Selain BI diberikan oleh KBI. 3. Dengan dihentikannya PKL Selain BI sebagaimana dimaksud

pada butir 2.a. di atas, PKL Selain BI yang dihentikan harus: a. mengembalikan sarana penyelenggaraan SKNBI kepada

Bank Indonesia, jika sarana tersebut merupakan hak milik Bank Indonesia; dan

b. merahasiakan serta menjamin bahwa seluruh data, dokumen, dan hal-hal lain yang terkait langsung dengan penyelenggaraan SKNBI tidak disalahgunakan oleh pihak manapun.

4. Jika Peserta di Wilayah Kliring tersebut masih memandang perlu diselenggarakannya SKNBI, Peserta dapat mengajukan permohonan penggantian PKL Selain BI baru sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka II. Dalam hal ini KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi atas dasar kesepakatan Peserta dapat menunjuk salah satu Peserta untuk menjadi PKL Selain BI sementara sampai ditetapkannya PKL Selain BI baru yang definitif atau meniadakan sementara penyelenggaraan SKNBI sampai dengan ditetapkannya PKL Selain BI baru yang definitif.

5. Penyelenggaraan SKNBI sementara oleh Peserta yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada angka 4 dapat menggunakan KPK yang sebelumnya digunakan oleh PKL Selain BI yang dihentikan, sepanjang KPK tersebut merupakan KPK yang disediakan oleh Bank Indonesia.

6. Jika para Peserta di Wilayah Kliring tersebut tidak lagi memandang perlu diselenggarakannya SKNBI, maka para Peserta dapat mengajukan permohonan pembubaran penyelenggaraan SKNBI.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

15

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/15/DASP 2009 Romawi V – VI

C. Pembubaran Penyelenggaraan SKNBI 1. Berdasarkan kesepakatan tertulis seluruh Peserta,

penyelenggaraan SKNBI di suatu Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL Selain BI dapat diusulkan untuk dibubarkan.

2. Berdasarkan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, PKL Selain BI mengajukan secara tertulis permohonan pembubaran penyelenggaraan SKNBI serta alasan pembubaran kepada KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi, dengan melampirkan dokumen kesepakatan tertulis mengenai usulan pembubaran penyelenggaraan SKNBI yang ditandatangani oleh seluruh pimpinan kantor Bank yang mendukung usulan pembubaran tersebut. Contoh permohonan tertulis sebagaimana pada lampiran 5.

3. Dalam hal KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menyetujui permohonan pembubaran penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada angka 2, maka KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengeluarkan surat penghentian yang berisikan tentang:

1) penghentian sebagai PKL Selain BI; 2) pembubaran penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring

dimaksud; 3) tanggal efektif penghentian sebagai PKL Selain BI dan

pembubaran penyelenggaraan SKNBI. b. Menyampaikan surat keputusan sebagaimana dimaksud

pada huruf a kepada PKL Selain BI dengan tembusan kepada: 1) kantor pusat dari PKL Selain BI; dan 2) KPBI c.q. DASP, jika surat keputusan pembubaran

penyelenggaraan PKL Selain BI diberikan oleh KBI. selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal efektif pembubaran penyelenggaraan SKNBI.

4. Dengan dibubarkannya penyelenggaraan SKNBI di suatu Wilayah Kliring, PKL Selain BI wajib: a. mengembalikan sarana penyelenggaraan SKNBI kepada KPBI

c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi, jika sarana penyelenggaraan SKNBI merupakan hak milik Bank Indonesia; dan

b. merahasiakan serta menjamin bahwa seluruh data, dokumen, dan hal-hal lain yang terkait langsung dengan penyelenggaraan SKNBI tidak disalahgunakan oleh pihak manapun.

IV. Pemindahan Lokasi Penyelenggaraan SKNBI.

A. Persyaratan Pemindahan Lokasi PKL Selain BI dapat mengajukan pemindahan lokasi penyelenggaraan SKNBI dengan persyaratan lokasi yang baru tersebut mudah dijangkau oleh Peserta sehingga penyelenggaraan SKNBI dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

16

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

B. Tata Cara Pemindahan Lokasi Dalam hal PKL Selain BI akan memindahkan lokasi penyelenggaraan SKNBI, maka pelaksanaannya diatur sebagai berikut: 1. PKL Selain BI mengajukan permohonan secara tertulis kepada

KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi untuk memindahkan lokasi penyelenggaraan SKNBI disertai dengan alasan pemindahan lokasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal pemindahan lokasi yang direncanakan.

2. Permohonan pemindahan lokasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 diajukan dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam lampiran 7.

3. Jika lokasi yang baru memenuhi persyaratan, KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi memberikan persetujuan tertulis untuk pemindahan lokasi tersebut paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan tertulis diterima secara lengkap.

4. PKL Selain BI harus memberitahukan tanggal efektif pemindahan lokasi penyelenggaraan SKNBI kepada: a. KPBI c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi; dan b. seluruh Peserta;

paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal efektif pemindahan lokasi penyelenggaraan SKNBI.

V. Lain-lain 1. PKL Selain BI dilarang mengenakan biaya proses Kliring Debet dan

biaya proses Kliring Kredit kepada Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI.

2. PKL Selain BI dapat mengenakan biaya pembuatan dan/atau penggantian Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK) yang besarnya diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai biaya dalam penyelenggaraan SKNBI.

3 Pasal 3 7/18/PBI/2005 Ayat (1)

(1) Dalam penyelenggaraan SKNBI, PKN melakukan hal-hal sebagai berikut: a. menyediakan SSK Utama dan SSK Back-up; b. menjamin SSK Utama dan SSK Back-up berfungsi dengan baik; c. menyediakan JKD dari KPK ke SSK; d. menyediakan aplikasi SSK, KPK, dan TPK serta perubahannya;

Yang dimaksud dengan ”aplikasi SSK” adalah program aplikasi penyelenggaraan SKNBI yang digunakan oleh PKN. Yang dimaksud dengan ”aplikasi KPK” adalah program aplikasi penyelenggaraan SKNBI yang digunakan oleh PKL. Yang dimaksud dengan ”aplikasi TPK” adalah program aplikasi penyelenggaraaan SKNBI yang digunakan oleh Peserta.

e. memberikan pelayanan kepada Peserta dan PKL dalam

penyelenggaraan SKNBI; f. memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan

(BCP) atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

17

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 6/42/DASP 2004 Romawi II – IX

Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat sekurang-kurangnya memuat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam hal terjadi gangguan dan Keadaan Darurat, untuk memastikan bahwa penyelenggaraan SKNBI oleh PKN tetap dapat dilakukan atau upaya lainnya yang perlu dilakukan dalam hal SSK Back-up tidak dapat digunakan. Dalam penentuan langkah-langkah tersebut, PKN memperhatikan situasi dan kondisi spesifik yang terdapat pada penyelenggaraan SKNBI dengan sejauh mungkin menghindari alternatif penghentian untuk sementara kegiatan SKNBI.

g. memastikan kepatuhan PKL dan Peserta terhadap Peraturan Bank

Indonesia ini dan peraturan pelaksanaannya; dan h. menyediakan fasilitas lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang

mendukung kelancaran penyelenggaraan SKNBI.

Yang dimaksud dengan ”fasilitas lain” adalah fasilitas yang digunakan untuk mendukung kelancaran SKNBI antara lain fasilitas perekaman data hasil kliring dan sistem informasi kliring jarak jauh (SIKJJ).

I. Persyaratan, Status Dan Tata Cara Menjadi Pengguna

a. Persyaratan Menjadi Pengguna Peserta Langsung Kliring Lokal secara Otomasi atau Elektronik dapat menjadi Pengguna Fasilitas CD Kliring.

b. Status Pengguna Status Pengguna dalam memanfaatkan Fasilitas CD Kliring dibagi menjadi: 1) Pengguna Tetap; 2) Pengguna Tidak Tetap.

c. Tata Cara menjadi Pengguna 1) Calon Pengguna mengajukan permohonan secara tertulis kepada

Penyelenggara untuk menjadi Pengguna Tetap atau Pengguna Tidak Tetap dengan melampirkan: a. Formulir Permohonan Keanggotaan Dalam Pemanfaatan

Fasilitas CD Kliring sebagaimana contoh pada Lampiran 1 yang telah diisi secara lengkap.

b. 2 (dua) disket kosong ukuran 3.5” (90 mm) yang digunakan 2) Penyampaian permohonan sebagaimana yang dimaksud pada

angka 1 diatur sebagai berikut: a. bagi calon Pengguna yang menjadi Peserta Kliring Lokal di

Wilayah Kliring Lokal Jakarta ditujukan kepada: Bank Indonesia u.p. Bagian Kliring Jakarta, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta.

b. bagi calon Pengguna yang menjadi Peserta Kliring Lokal di Wilayah Kliring Lokal kantor Bank Indonesia ditujukan kepada kantor Bank Indonesia yang Mewilayahi.

3) Penyelenggara memberitahukan secara tertulis kepada calon Pengguna mengenai keputusan menyetujui atau menolak permohonan menjadi Pengguna paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

18

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

diterima secara lengkap. 4) Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan menjadi

Pengguna maka pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 3 antara lain memuat hal-hal sebagai berikut: a. persetujuan menjadi Pengguna Tetap atau Pengguna Tidak

Tetap; b. tanggal efektif menjadi Pengguna; c. pemberitahuan tanggal pengambilan Disket Akses dan

Prosedur Pengoperasian Disket Akses. Tanggal efektif menjadi Pengguna sebagaimana dimaksud dalam huruf b ditetapkan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal surat persetujuan.

5) Pengambilan Disket Akses dan Prosedur Pengoperasian Disket Akses sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf c hanya dapat dilakukan oleh pimpinan kantor Bank. Dalam hal pimpinan kantor Bank berhalangan, pengambilan Disket Akses dan prosedur pengoperasian tersebut dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan kantor Bank berdasarkan Surat Kuasa.

6) Persetujuan menjadi Pengguna sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf a berlaku sepanjang Pengguna masih terdaftar sebagai Peserta Langsung pada penyelenggaraan Kliring Lokal secara Otomasi atau Elektronik, kecuali Pengguna tersebut mengajukan permohonan untuk berhenti sebagai Pengguna.

7) Dalam hal Penyelenggara tidak menyetujui permohonan menjadi Pengguna maka dalam pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dicantumkan alasan tidak disetujuinya permohonan dimaksud.

II. Perubahan status

a. Dalam hal Pengguna akan melakukan perubahan status Pengguna maka Pengguna wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Penyelenggara.

b. Pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ditujukan kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam butir II.C.2.a atau butir II.C.2.b.

c. Penyelenggara menyampaikan tanggapan tertulis atas pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 kepada Pengguna dengan mencantumkan tanggal efektif berlakunya perubahan status Pengguna.

d. Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 disampaikan kepada Pengguna paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diterima oleh Penyelenggara.

III. Penghentian sebagai pengguna 1. Pengguna Tetap atau Pengguna Tidak Tetap dapat berhenti sebagai

Pengguna Fasilitas CD Kliring dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam butir II.C.2.a. atau butir II.C.2.b.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

19

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. Penyelenggara menyampaikan tanggapan tertulis atas pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 kepada Pengguna dengan mencantumkan hal-hal sebagai berikut: a. tanggal efektif penghentian sebagai Pengguna; dan b. pengenaan biaya sehubungan dengan pemanfaatan Fasilitas CD

Kliring yang belum dilunasi sampai dengan tanggal efektif penghentian.

3. Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 disampaikan kepada Pengguna paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diterima oleh Penyelenggara.

IV. Biaya pemanfaatan Fasilitas CD Kliring Pengguna dikenakan biaya pemanfaatan Fasilitas CD Kliring yang besarnya ditetapkan dalam Ketentuan ini.

V. Sifat dan perbedaan data Data Warkat dan Salinan Warkat yang terdapat dalam CD Kliring hanya bersifat sebagai data penunjang dan bukan sebagai dasar perhitungan pembukuan hasil Kliring. Dalam hal terdapat perbedaan antara data yang tercantum dalam laporan Daftar Warkat/Data Keuangan Elektronik (DKE) Kliring penyerahan yang diterima dari Penyelenggara (kode laporan 1201) dengan Data Warkat yang terdapat pada Fasilitas CD Kliring maka data yang benar adalah data yang tercantum dalam laporan tercetak dengan kode laporan 1201 yang diterima dari Penyelenggara.

VI. Penyediaan CD Kliring 1. Penyelenggara menyediakan CD Kliring setiap hari kerja yang memuat

Data Warkat dan Salinan Warkat inward clearing hari yang sama. 2. Penyelenggara menyediakan fasilitas perekaman ulang CD Kliring

untuk Data Warkat dan Salinan Warkat inward clearing paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal Warkat yang bersangkutan diproses dalam Kliring.

3. Permintaan CD Kliring oleh Pengguna Tidak Tetap atau permintaan perekaman ulang CD Kliring diajukan secara tertulis kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud pada butir II.C.2.a atau butir II.C.2.b selama jam kerja Penyelenggara dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

4. Penyelenggara mendistribusikan CD Kliring kepada Pengguna sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dengan Pengumuman oleh masing-masing Penyelenggara.

5. Penyelenggara menyediakan fasilitas perekaman ulang CD Kliring untuk data hasil Kliring sebelumnya yang dapat diperoleh Pengguna berdasarkan permintaan secara tertulis yang ditujukan kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam butir II.C.2.a atau butir II.C.2.b.

6. Setiap 1 (satu) keping CD Kliring hanya dapat menyimpan informasi Data Warkat dan Salinan Warkat dalam 1 (satu) hari kerja.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

20

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 3 7/18/PBI/2005 Ayat (2)

VII. Gangguan sistem Dalam hal Fasilitas CD Kliring tidak dapat berfungsi karena gangguan pada sistem Kliring dan atau gangguan pada sistem CD Kliring, Penyelenggara akan memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna melalui sarana Sistem Informasi Kliring Jarak Jauh (SIKJJ), atau melalui sarana lainnya yang ditetapkan oleh Penyelenggara.

VIII. Lain-lain Penyelenggara tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang timbul akibat penyalahgunaan CD Kliring oleh Pengguna maupun oleh pihak-pihak lain yang disebabkan karena kelalaian Pengguna.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang dilakukan PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

4 Pasal 4 7/18/PBI/2005

(1) PKL harus melakukan hal-hal sebagai berikut: a. menyediakan perangkat keras KPK; b. menyediakan fasilitas penyelenggaraan SKNBI;

Yang dimaksud dengan ”fasilitas penyelenggaraan SKNBI” antara lain adalah tempat pertemuan atau tempat penyelenggaraan SKNBI dan sarana komunikasi.

c. menjamin KPK serta sarana fasilitas pendukung penyelenggaraan SKNBI

lainnya berfungsi dengan baik; d. memberikan pelayanan kepada Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di

Wilayah Kliring yang bersangkutan; e. melakukan pengamanan dalam penyelenggaraan SKNBI untuk mencegah

terjadinya manipulasi; f. menjaga kerahasiaan data yang berkaitan dengan penyelenggaraan

SKNBI; g. memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan

(BCP) atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat;

Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat sekurang-kurangnya memuat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam hal terjadi gangguan dan Keadaan Darurat, untuk memastikan bahwa penyelenggaraan SKNBI oleh PKL tetap dapat dilakukan atau upaya lainnya yang perlu dilakukan dalam hal KPK Back-up tidak dapat digunakan. Dalam penentuan langkah-langkah tersebut, PKL memperhatikan situasi dan kondisi spesifik yang terdapat pada penyelenggaraan SKNBI dengan sejauh mungkin menghindari alternatif penghentian untuk sementara kegiatan SKNBI.

h. menyampaikan laporan terkait dengan penyelenggaraan SKNBI kepada

PKN; dan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

21

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat ini antara lain meliputi: 1. pemberitahuan peniadaan penyelenggaraan SKNBI; 2. pemberitahuan perubahan jadwal Kliring Debet; 3. pemberitahuan perselisihan antar Peserta yang berkaitan dengan

perhitungan DKE Debet atau Warkat; dan 4. pemberitahuan kasus pidana atau perdata yang berkaitan dengan

penyelenggaraan SKNBI yang diketahui PKL.

i. melakukan hal-hal lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang dapat mendukung kelancaran penyelenggaraan SKNBI.

Yang dimaksud dengan ”hal-hal lain” antara lain adalah memeriksa TPPK Peserta pada saat petugas Peserta mengikuti penyelenggaraan SKNBI di lokasi PKL.

(2) Bank yang memiliki kantor yang menjadi PKL Selain BI wajib melakukan hal-

hal sebagai berikut: a. menyusun kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penyelenggaraan

SKNBI dengan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia ini serta peraturan pelaksanaannya;

Yang dimaksud dengan ”kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penyelenggaraan SKNBI ” dalam ayat ini adalah aturan tertulis yang ditetapkan direksi atau pejabat yang berwenang, yang antara lain mengatur pembagian tugas dan wewenang, mekanisme kerja, pengendalian risiko, responsibilitas, dan akuntabilitas dari PKL Selain BI sebagai pedoman penyelenggaraan SKNBI.

b. menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai

penyelenggaraan SKNBI serta setiap perubahannya kepada PKN dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia;

c. melakukan pemeriksaan internal sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun dan menyampaikan hasil pemeriksaan internal kepada PKN dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia;

Yang dimaksud dengan ”pemeriksaan internal” adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan kerja audit intern PKL Selain BI terhadap kepatuhan PKL Selain BI dalam memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan internal PKL Selain BI.

d. melakukan security audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun sejak beroperasi menjadi PKL Selain BI, dan setiap kali terjadi perubahan dalam sistem teknologi informasi internal PKL Selain BI yang terkait dengan SKNBI serta menyampaikan laporan hasil security audit kepada PKN dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia.

Yang dimaksud dengan ”security audit” adalah pemeriksaan terhadap keamanan teknologi informasi internal PKL Selain BI, hubungan (interface) antara aplikasi KPK dengan sistem internal PKL Selain BI serta kondisi lingkungan PKL Selain BI.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

22

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban PKL serta penetapan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Ketentuan ini.

5 Pasal 5 7/18/PBI/2005

(1) PKN dan PKL dapat mengenakan biaya dalam penyelenggaraan SKNBI yang harus dibayar oleh Peserta.

(2) Ketentuan mengenai jenis dan besarnya biaya dalam penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta tata cara pengenaan biaya dalam penyelenggaraan SKNBI diatur dalam Lampiran 7 Bab 8B Biaya SKNBI. Jenis biaya dalam penyelenggaraan SKNBI antara lain terdiri atas biaya proses, dan biaya lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan SKNBI.

BAB III Peserta Bagian Kesatu Kepesertaan

6 Pasal 6 7/18/PBI/2005 SE 9/35 DASP 2007 Huruf B

(1) Setiap Bank dapat menjadi Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia.

(2) Kepesertaan Bank dalam penyelenggaraan SKNBI dapat terdiri atas satu atau lebih kantor Bank.

(3) Ketentuan mengenai persyaratan menjadi Peserta dan tata cara pendaftaran Peserta diatur dalam Ketentuan ini.

Kepesertaan kliring antar wilayah diatur sebagai berikut :

1. Tata Cara Pendaftaran Menjadi Peserta Kliring Antar Wilayah Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, Bank yang sudah dapat melakukan validasi atas Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah di seluruh Indonesia dapat menjadi Peserta Kliring Antar Wilayah. Terkait dengan hal tersebut, Peserta lainnya dimungkinkan untuk mengkliringkan Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah yang diterbitkan kantor Bank Peserta Kliring Antar Wilayah melalui penyelenggaraan Kliring Debet di seluruh Wilayah Kliring Terkait. Pendaftaran sebagai Peserta Kliring Antar Wilayah dilakukan satu kali oleh Bank Pemohon dan berlaku bagi seluruh kantor Bank Pemohon di Indonesia. Tata cara pendaftaran diatur sebagai berikut : a. Bank Pemohon mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada

Bagian Kliring c.q. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 2, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta Pusat 10350, dengan melampirkan: 1) daftar seluruh Peserta dari Bank Pemohon; dan 2) daftar Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah di setiap Wilayah

Kliring Terkait. Contoh format surat dan contoh format daftar Peserta dan daftar Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 17.a dan Lampiran 17.b.

b. Apabila Bank Pemohon melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, maka pendaftaran sebagai Peserta Kliring Antar Wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a, berlaku untuk kantor Peserta yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

23

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a, PKN melakukan : 1) pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Pemohon mengenai

persetujuan dan penetapan tanggal efektif untuk menjadi Peserta Kliring Antar Wilayah dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a diterima secara lengkap dan benar. Tanggal efektif keikutsertaan sebagai Peserta Kliring Antar Wilayah paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penyampaian surat persetujuan oleh Bank Indonesia;

2) pemberitahuan secara tertulis atau melalui sarana lainnya kepada seluruh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) di Wilayah Kliring Terkait mengenai keikutsertaan Bank Pemohon dalam Kliring Antar Wilayah paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif keikutsertaannya dengan melampirkan : a) daftar sandi Peserta dari seluruh kantor Bank Pemohon yang

menjadi Peserta di seluruh Wilayah Kliring; dan b) daftar kantor yang ditunjuk sebagai Kantor Koordinator Kliring

Antar Wilayah di setiap Wilayah Kliring Terkait. d. Berdasarkan pemberitahuan dari PKN sebagaimana dimaksud pada

butir c.2), maka : 1) PKL di Wilayah Kliring Terkait memberitahukan secara tertulis

kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai keikutsertaan Bank Pemohon dalam Kliring Antar Wilayah paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif keikutsertaannya yang disertai informasi mengenai : a) daftar sandi Peserta dari seluruh kantor Bank pemohon; dan b) kantor dari Bank Pemohon yang ditunjuk sebagai Kantor

Koordinator Kliring Antar Wilayah di Wilayah Kliring yang bersangkutan.

2) Berdasarkan pemberitahuan dari PKL sebagaimana dimaksud pada angka 1), Peserta yang menggunakan Terminal Peserta Kliring (TPK) off-line harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing pada tanggal efektif keikutsertaan Bank Pemohon sebagai Peserta Kliring Antar Wilayah sebelum kegiatan Kliring Debet dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.

2. Penambahan Peserta dari Bank Peserta Kliring Antar Wilayah a. Apabila Bank Peserta Kliring Antar Wilayah menambah satu atau lebih

kantornya sebagai Peserta di suatu Wilayah Kliring, maka tata cara penambahan Peserta mengacu pada SE BI yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada Bab Kepesertaan. Dalam surat permohonan penambahan Peserta tersebut harus disertai informasi mengenai kantor Bank yang ditunjuk menjadi Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah di Wilayah Kliring dimaksud, jika di Wilayah Kliring tersebut belum terdapat kantornya yang menjadi Peserta.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

24

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. Dalam hal PKN menyetujui permohonan penambahan Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka : 1) PKN memberitahukan kepada seluruh PKL di Wilayah Kliring

Terkait lainnya secara tertulis atau melalui sarana lainnya mengenai penambahan Peserta Kliring Antar Wilayah beserta sandi Peserta yang bersangkutan.

2) Khusus untuk PKL di Wilayah Kliring dimana Peserta yang baru tersebut berada dan di Wilayah Kliring tersebut sebelumnya tidak terdapat kantornya yang menjadi Peserta, pemberitahuan disertai juga dengan daftar sandi Peserta seluruh kantor Peserta Kliring Antar Wilayah dimaksud.

3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah tanggal efektif keikutsertaannya sebagai Peserta.

c. Berdasarkan pemberitahuan dari PKN sebagaimana dimaksud pada huruf b, PKL memberitahukan secara tertulis kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai adanya penambahan Peserta dari Peserta Kliring Antar Wilayah beserta sandi Peserta yang bersangkutan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima pemberitahuan dari PKN.

d. Berdasarkan pemberitahuan dari PKL sebagaimana dimaksud pada huruf c, Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.

3. Perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah a. Peserta Kliring Antar Wilayah dapat melakukan perubahan Kantor

Koordinator Kliring Antar Wilayah di suatu Wilayah Kliring. Perubahan ini dapat disebabkan antara lain karena Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah yang lama dihentikan sebagai Peserta atau alasan lainnya.

b. Dalam hal Peserta Kliring Antar Wilayah akan melakukan perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka Bank Pemohon mengajukan permohonan perubahan tersebut kepada Bagian Kliring c.q. PKN, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 2, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta 10350, dengan disertai informasi mengenai identitas Peserta Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah pengganti.

c. Berdasarkan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf b, PKN melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) menetapkan tanggal efektif perubahan Kantor Koordinator Kliring

Antar Wilayah; 2) memberitahukan secara tertulis tanggal efektif sebagaimana

dimaksud pada angka 1) kepada Bank Pemohon paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah; dan

3) memberitahukan secara tertulis atau melalui sarana lainnya kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

25

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

tanggal efektif perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah disertai dengan identitas Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah pengganti, paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah.

d. Berdasarkan pemberitahuan dari PKN sebagaimana dimaksud pada butir c.3), PKL menginformasikan kepada Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai adanya perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah disertai dengan identitas Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah pengganti, paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif perubahan Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah.

7 Pasal 7 7/18/PBI/2005

Hubungan hukum antara Bank Indonesia dengan Bank sebagai Peserta dituangkan dalam perjanjian penggunaan SKNBI antara Bank Indonesia dan Bank. Perjanjian antara Bank Indonesia dan Bank sebagai Peserta berlaku untuk seluruh kantor Bank tersebut, termasuk kantor syariah, yang terdaftar sebagai Peserta SKNBI.

Bagian Kedua Kewajiban dan Tanggung Jawab Peserta 8 Pasal 8

7/18/PBI/2005

(1) Dalam penyelenggaraan SKNBI, Bank yang salah satu atau lebih kantornya menjadi Peserta: a. wajib menyusun kebijakan dan prosedur tertulis mengenai operasional

SKNBI yang mengacu pada Peraturan Bank Indonesia ini serta peraturan pelaksanaannya dan atau kesepakatan tertulis antar Bank (Bye-Laws);

Yang dimaksud dengan ”kebijakan dan prosedur tertulis mengenai operasional SKNBI” dalam ayat ini adalah aturan tertulis yang ditetapkan direksi atau pejabat yang berwenang, yang antara lain mengatur pembagian tugas, mekanisme kerja, pengendalian risiko, responsibilitas, dan akuntabilitas satuan kerja yang menangani Kliring. Termasuk dalam cakupan kebijakan dan prosedur tertulis adalah Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat.

b. wajib menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai

operasional SKNBI dan setiap perubahannya kepada PKN dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia;

c. wajib melakukan pemeriksaan internal sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun dan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal kepada PKN dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia;

Yang dimaksud dengan ”pemeriksaan internal” adalah pemeriksaan yang dilaksanakan oleh satuan kerja audit internal kantor pusat Bank untuk menjamin kelancaran serta keamanan pelaksanaan sistem dan prosedur operasional SKNBI oleh Peserta.

d. wajib melakukan security audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam

jangka waktu 1 (satu) tahun sejak tanggal kepesertaan dan setiap terjadi

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

26

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 9/35 DASP 2007 Huruf C

perubahan dalam sistem teknologi informasi internal Peserta yang terkait dengan SKNBI serta menyampaikan laporan hasil security audit kepada PKN dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia;

Yang dimaksud dengan ”security audit” adalah pemeriksaan terhadap keamanan teknologi informasi internal Peserta, hubungan (interface) antara aplikasi TPK dengan sistem internal Peserta serta kondisi lingkungan Peserta.

e. wajib mengumumkan secara tertulis di seluruh kantor Bank jenis dan

besarnya biaya transaksi SKNBI yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan jadwal pelayanan nasabah yang terkait dengan setoran Kliring yang ditetapkan oleh Bank;

f. wajib melakukan pengamanan dalam pengiriman transaksi untuk mencegah terjadinya manipulasi melalui penyelenggaraan SKNBI;

g. harus menyediakan paling sedikit 1 (satu) TPK Utama dan 1 (satu) TPK Back-up serta sarana pendukung lainnya di setiap Wilayah Kliring dimana 1 (satu) atau lebih kantornya menjadi Peserta;

h. harus menyediakan JKD Utama dan JKD Back-up untuk TPK on-line; i. harus mengikuti kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan oleh PKN dan PKL; j. harus menindaklanjuti dan melaporkan setiap perubahan nama, status,

alamat, dan atau hal-hal lain yang berkaitan dengan operasional SKNBI secara tertulis kepada PKL dan atau PKN dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan; dan

k. harus mematuhi ketentuan-ketentuan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional penyelenggaraan SKNBI.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan tanggung jawab Bank serta penetapan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

(3) Kewajiban peserta kliring antar wilayah diatur sebagai berikut: 1. Seluruh Cek dan Bilyet Giro yang diterbitkan oleh Peserta Kliring Antar

Wilayah wajib menggunakan kertas sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk Warkat Debet pada penyelenggaraan SKNBI sebagaimana diatur dalam SE BI yang mengatur mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta pencetakannya pada perusahaan percetakan Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) dalam penyelenggaraan SKNBI.

2. Peserta Kliring Antar Wilayah wajib mencantumkan informasi mengenai sandi Peserta dan/atau nomor rekening giro nasabah di luar area clear band pada Cek dan Bilyet Giro yang diterbitkan oleh kantornya yang merupakan Peserta di Wilayah Kliring Off-line Manual. Contoh pencantuman nomor sandi peserta dan rekening giro di luar area clear band sebagaimana dimaksud pada Lampiran 18.a dan Lampiran 18.b.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 2 tidak berlaku apabila Cek dan Bilyet Giro yang diterbitkan oleh seluruh kantor Peserta Kliring Antar Wilayah telah mencantumkan kedua informasi tersebut dalam bentuk MICR sesuai dengan SE BI yang mengatur mengenai SKNBI pada Bab Warkat Debet dan Dokumen Kliring.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

27

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

9 Pasal 9 7/18/PBI/2005

Pengurus dan atau pejabat eksekutif Bank wajib melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta terhadap Peraturan Bank Indonesia ini. Yang dimaksud “pengurus Bank” adalah komisaris dan direksi Bank sesuai dengan kriteria yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). Yang dimaksud “pejabat eksekutif Bank” adalah pejabat eksekutif, sesuai dengan kriteria yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain melakukan monitoring atas penerapan security audit dan monitoring atas pemeriksaan internal yang menjamin keamanan operasional SKNBI sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dapat mendukung diketahuinya secara dini terjadinya penyimpangan.

BAB IV Prinsip Umum Penyelenggaraan SKNBI 10 Pasal 10

7/18/PBI/2005 SE 10/12/DASP 2008

(1) Penyelenggaraan SKNBI terdiri atas : a. Penyelenggaraan Kliring Debet; dan b. Penyelenggaraan Kliring Kredit.

(2) Dalam rangka melakukan pengelolaan keuangan negara ( cash management) yang lebih efektif dan efisien, Pemerintah telah menerapkan Treasury Single Account (TSA) secara bertahap pada sejumlah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan melibatkan Peserta Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dan Peserta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) untuk melakukan transaksi dalam rangka TSA melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI. Sehubungan dengan telah diterapkannya TSA pada seluruh KPPN di Indonesia, dipandang perlu untuk mengatur kembali ketentuan mengenai penetapan biaya penggunaaan Sistem BI-RTGS dan SKNBI dalam rangka pelaksanaan TSA sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 32, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4820) dan PBI No. 7/.18/PBI/2007 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 65, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4516, sebagai berikut : I. Pelaksana TSA

1. Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Republik Indonesia, menetapkan Bank dan Pihak Sela in Bank yang merupakan mitra kerja KPPN sebagai pelaksana TSA.

2. Penetapan Bank dan Pihak Sela in Bank sebagai pelaksana TSA sebagaimana dimaksud pada angka 1 diberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia oleh Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Republik Indonesia.

3. Dalam penerapan TSA, Pem erintah c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Republik Indonesia menetapkan Peserta Sistem BI-RTGS

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

28

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dan/atau Peserta SKNBI sebagai pelaksana TSA, yang meliputi: a . Kantor Pusat Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Kantor Pusat

Peserta SKNBI yang menjadi mitra kerja KPPN; b . Kantor Cabang Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Kantor Cabang

Peserta SKNBI yang menjadi mitra kerja KPPN sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan

c . Kantor lainnya dari Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Kantor lainnya dari Peserta SKNBI yang melakukan transaksi terkait penerapan TSA.

II. Jenis Transaksi, Penggunaan Transaction Reference Number (TRN) dan Sandi Transaksi dalam Penerapan TSA 1. Jenis transaksi, penggunaan TRN, dan sandi transaksi dalam

rangka penerapan TSA diatur sebagaimana t ercantum pada Lampiran 19.

2. Peserta Sistem BI-RTGS yang melakukan transaksi dalam rangka penerapan TSA harus menggunakan TRN dan mengisi payment detail yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada Lampiran 19.

3. Peserta SKNBI yang melakukan transaksi dalam rangka penerapan TSA harus menggunakan sandi transaksi dan mengisi keterangan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada Lampiran 19.

4. TRN IFTSA001 hanya dapat digunakan untuk transaksi dengan nominal Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ke atas, sedangkan untuk transaksi dengan nominal di bawah Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) harus melalui SKNBI.

5. Untuk transaksi di bawah Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang dilakukan setelah jadwal pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE) Kredit pada Kliring Kredit Siklus Kedua berakhir, Peserta Sistem BI-RTGS masih dapat mengirimkan transaksi dengan menggunakan TRN IFTSA002.

III. Pengenaan Biaya Transaksi TSA Pengenaan biaya transaksi TSA diatur sebagai berikut : 1. Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI yang melakukan

transaksi dengan menggunakan TRN atau sandi transaksi dalam rangka penerapan TSA sebagaimana dimaksud pada butir II.1 dikenakan biaya transaksi sebesar Rp0,00 (nol rupiah) per transaksi.

2. Dalam hal Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI sebagaimana dimaksud dalam angka 1 menggunakan TRN atau sandi transaksi selain TRN atau sandi transaksi yang tercantum pada Lampiran 19, maka Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI tersebut dikenakan biaya transaksi melalui Sistem BI-RTGS atau SKNBI sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai biaya dalam penggunaan Sistem BI-RTGS dan biaya dalam penyelenggaraan SKNBI.

3. Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI yang menggunakan TRN atau sandi transaksi dalam rangka TSA selain untuk transaksi TSA dikenakan biaya transaksi melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai biaya dalam penggunaan Sistem BI-RTGS dan biaya dalam

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

29

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

penyelenggaraan SKNBI, ditambah dengan biaya administrasi sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) per transaksi.

4. Pengenaan biaya transaksi dan biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada angka 3 dilakukan dengan cara mendebet Rekening Giro Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI di Bank Indonesia pada saat Bank Indonesia mengetahui adanya kesalahan penggunaan TRN dan/atau sandi transaksi.

11 Pasal 11 7/18/PBI/2005

(1) Penyelenggaraan Kliring Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10 huruf a dilakukan per Wilayah Kliring, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Transaksi yang dapat dikliringkan adalah transfer debet yang berasal dari Warkat Debet, yang meliputi : Yang dimaksud dengan ”transfer debet” adalah transaksi yang dilakukan oleh Peserta pengirim, untuk kepentingan dan untuk untung Peserta pengirim atau nasabah Peserta pengirim dan atas beban Peserta penerima atau nasabah Peserta penerima. 1. Warkat Debet yang diterbitkan oleh Peserta yang terdaftar di

Wilayah Kliring tersebut; dan 2. Warkat Debet berupa cek dan bilyet giro antar wilayah, sepanjang

terdapat kantor peserta kliring antar wilayah di Wilayah Kliring tersebut.

Yang dimaksud dengan ”cek dan bilyet giro antar wilayah” adalah, cek dan bilyet giro yang diterbitkan oleh kantor Bank peserta kliring antar wilayah dan dikliringkan di luar Wilayah Kliring kantor Bank penerbit. Yang dimaksud dengan ”peserta kliring antar wilayah” adalah Bank yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia, agar cek dan bilyet giro yang diterbitkan oleh seluruh kantornya dapat dikliringkan di seluruh Wilayah Kliring dimana terdapat kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta. Yang dimaksud dengan ”Kliring antar wilayah” adalah penyelenggaraan Kliring Debet atas cek dan bilyet giro yang diterbitkan oleh kantor Bank yang bukan Peserta di Wilayah Kliring dimana cek dan bilyet giro tersebut dikliringkan.

b. Penyampaian Warkat Debet untuk dikliringkan disertai dengan

penyampaian DKE Debet kepada PKL. c. Warkat Debet dan DKE Debet yang telah disampaikan kepada PKL dan

atau Peserta lain tidak dapat diubah dan atau dibatalkan oleh Peserta. d. Warkat Debet dapat tertolak (reject) oleh mesin baca pilah dalam proses

Kliring penyerahan di Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat Debetnya dilakukan secara otomasi.

Warkat Debet tertolak (reject) antara lain dapat disebabkan karena MICR Code Line tidak diisi atau data pada Warkat Debet tidak terbaca oleh mesin baca pilah.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

30

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 9/35 DASP 2007 Huruf D

e. Pemrosesan dan perhitungan Kliring Debet dilakukan secara lokal di setiap Wilayah Kliring oleh PKL.

f. Hasil perhitungan Kliring Debet sebagaimana dimaksud pada huruf e digabung dan diperhitungkan secara nasional oleh PKN.

(2) Kegiatan dalam penyelenggaraan Kliring Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10 huruf a terdiri atas: a. Kliring penyerahan; dan

Yang dimaksud dengan ”Kliring penyerahan” adalah kegiatan untuk memperhitungkan DKE Debet yang disampaikan oleh Peserta pengirim kepada Peserta penerima melalui PKL.

b. Kliring pengembalian.

Yang dimaksud dengan ”Kliring pengembalian” adalah kegiatan untuk memperhitungkan DKE Debet yang ditolak oleh Peserta penerima kepada Peserta pengirim berdasarkan alasan yang ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia.

(3) Kegiatan Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) merupakan satu kesatuan siklus Kliring Debet. (4) Mekanisme pemilahan Warkat Debet dalam penyelenggaraan Kliring Debet

sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10 huruf a dapat dilakukan secara otomasi atau manual. Yang dimaksud dengan ”mekanisme pemilahan Warkat Debet secara otomasi” adalah pemilahan Warkat Debet yang dilakukan oleh PKL dengan menggunakan mesin baca pilah. Yang dimaksud dengan ”mekanisme pemilahan Warkat Debet secara manual” adalah pemilahan Warkat Debet yang dilakukan oleh masing-masing wakil Peserta di lokasi PKL.

(5) Mekanisme penyampaian DKE Debet dari Peserta kepada PKL dalam penyelenggaraan Kliring Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10 huruf a, dapat dilakukan secara on-line atau off-line. Yang dimaksud dengan “penyampaian DKE Debet secara on-line” adalah penyampaian DKE Debet dari Peserta kepada PKL yang dilakukan melalui JKD. Yang dimaksud dengan “penyampaian DKE Debet secara off-line” adalah penyampaian DKE Debet dari Peserta kepada PKL yang dilakukan melalui media rekam data.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyebab tertolaknya Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan tata cara penanganan Warkat Debet yang tertolak tersebut diatur dalam Ketentuan ini.

(7) Penyelenggaraan Kliring Antar Wilayah dilakukan sesuai tata cara penyelenggaraan Kliring Debet dalam SE BI yang mengatur mengenai SKNBI. Pemrosesan Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah melalui SKNBI tersebut tidak dipisahkan dengan pemrosesan atas Warkat Debet lainnya. Selain mengacu pada tata cara penyelenggaraan Kliring Debet tersebut, tata cara

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

31

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

penyelenggaraan Kliring Antar Wilayah mengacu pada ketentuan sebagai berikut:

1. Kliring Penyerahan a. Kliring Debet di Wilayah Kliring On-Line Otomasi dan Wilayah Kliring

Off-Line Otomasi 1) Peserta yang akan mengkliringkan Cek dan Bilyet Giro Antar

Wilayah yang berasal dari Wilayah Kliring Off-Line Manual harus memperhatikan kelengkapan pengisian MICR code line pada clear band, serta melengkapi pencantuman seluruh informasi MICR code line pada clear band yang masih kosong sesuai tata cara pencantuman MICR code line pada Warkat Debet. Khusus untuk pencantuman MICR code line mengenai sandi Peserta dan nomor rekening giro pada area clear band yang masih kosong, diatur ketentuan sebagai berikut : a) Pada saat melakukan pengisian MICR code line, Peserta harus

menggunakan informasi sandi Peserta dan nomor rekening giro yang tercantum pada Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah.

b) Dalam hal informasi sandi Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf a) tidak tercantum pada Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah maka pengisian MICR code line sandi Peserta dapat menggunakan sandi Peserta Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah di Wilayah Kliring dimana Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah dikliringkan.

2) Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah didistribusikan oleh PKL kepada Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah.

b. Kliring Debet di Wilayah Kliring Off-Line Manual 1) Peserta yang akan mengkliringkan Cek dan Bilyet Giro Antar

Wilayah membuat Data Keuangan Elektronik (DKE) Debet sesuai tata cara penyelenggaraan Kliring Debet sebagaimana diatur dalam SE BI yang mengatur mengenai SKNBI. Khusus untuk informasi sandi Peserta dan nomor rekening giro dari Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah, diatur ketentuan sebagai berikut: a) Pada saat membuat DKE Debet, Peserta harus menggunakan

informasi sandi Peserta dan nomor rekening giro yang tercantum pada Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah.

b) Dalam hal informasi sandi Peserta sebagaimana dimaksud pada butir a) tidak tercantum pada Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah maka Peserta dapat menggunakan sandi Peserta Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah di Wilayah Kliring dimana Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah dikliringkan.

2) Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah didistribusikan oleh Peserta kepada Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah.

2. Kliring Pengembalian a) Proses penolakan Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah serta penerbitan

“Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” dilakukan oleh Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah.

b) Informasi penolakan Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah harus disampaikan oleh Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah kepada kantor yang menerbitkan Cek dan Bilyet Giro tersebut paling lambat pada hari kerja berikutnya setelah tanggal penolakan Cek dan Bilyet

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

32

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 9/35 DASP 2007 Huruf E

Giro Antar Wilayah. c) Penerbitan Surat Pemberitahuan (SP), Surat Pemberitahuan

Pembekuan Hak Penggunaan Cek dan/atau Bilyet Giro (SPP), Surat Pemberitahuan Penutupan Rekening Giro (SPPR) dilakukan oleh kantor Bank penerbit Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah berdasarkan informasi dari Kantor Koordinator Kliring Antar Wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf b), sesuai dengan SE BI yang mengatur mengenai daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong.

(8) Untuk memudahkan dalam mengenali Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah, Peserta Kliring Antar Wilayah harus mencantumkan informasi yang menunjukkan Cek dan Bilyet Giro tersebut dapat dikliringkan di seluruh Wilayah Kliring Terkait. Informasi tersebut dapat berupa tulisan “Peserta Kliring Antar Wilayah”, “Peserta Kliring Warkat Luar Wilayah”, “Dapat dikliringkan pada seluruh cabang bank di Indonesia”, “Peserta Intercity Clearing” atau istilah yang sejenis lainnya yang menunjukkan maksud yang sama, sebagaimana contoh dalam Lampiran 18a dan Lampiran 18b. Pencantuman tulisan tersebut tetap memperhatikan ketentuan ini yang mengatur mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta pencetakannya pada PPWDK dalam penyelenggaraan SKNBI.

12 Pasal 12 7/18/PBI/2005

(1) Penyelenggaraan Kliring Kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10 huruf b dilakukan secara nasional, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Transaksi yang dapat dikliringkan adalah transfer kredit yang berasal dari

Peserta di suatu Wilayah Kliring untuk tujuan Peserta lainnya di seluruh wilayah Indonesia.

Yang dimaksud dengan ”transfer kredit” adalah transaksi yang dilakukan oleh dan atas beban Peserta pengirim untuk kepentingan Peserta pengirim atau nasabahnya, dan untuk untung Peserta penerima atau nasabahnya.

b. Transfer kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a dikliringkan dalam bentuk DKE Kredit dalam mata uang rupiah.

c. Perhitungan Kliring Kredit dilakukan secara nasional oleh PKN. (2) Kegiatan dalam penyelenggaraan Kliring Kredit sebagaimana dimaksud dalam

Paragraf 10 huruf b hanya terdiri atas Kliring penyerahan. (3) Mekanisme penyampaian DKE Kredit dari Peserta kepada PKN dalam

penyelenggaraan Kliring Kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10 huruf b, dapat dilakukan melalui kantornya yang memiliki TPK on-line atau melalui PKL.

Yang dimaksud dengan “penyampaian DKE Kredit melalui kantor yang memiliki TPK on-line” adalah DKE Kredit yang dikirim terlebih dahulu oleh Peserta kepada kantornya yang memiliki TPK on-line melalui sistem jaringan internal Bank untuk kemudian diteruskan ke PKN oleh kantor yang memiliki TPK on-line melalui JKD ke SSK. Yang dimaksud dengan “penyampaian DKE Kredit melalui PKL” adalah DKE Kredit yang disampaikan oleh Peserta kepada PKL dalam bentuk media rekam data untuk kemudian diteruskan oleh PKL ke PKN melalui JKD dari KPK ke SSK.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

33

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

13 Pasal 13 12/5/PBI/2010

(1) Penyelesaian Akhir pada penyelenggaraan Kliring Debet dan Kliring Kredit dilakukan oleh PKN berdasarkan hasil perhitungan secara net multilateral.

Perhitungan secara net multilateral dilakukan dengan mekanisme offsetting antara hak dan kewajiban antara seluruh Bank Peserta SKNBI dalam penyelenggaraan SKNBI.

(2) Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

berdasarkan prinsip pembaruan utang (novasi) dengan memperhatikan kecukupan dana dari Peserta.

Pembaruan utang (novasi) terjadi karena PKN menggantikan kedudukan Peserta sebagai pihak yang memiliki hak dari Peserta lainnya atau kewajiban kepada Peserta lainnya dalam penyelenggaraan SKNBI. Dalam hal ini, PKN menggantikan kedudukan Peserta untuk melakukan perhitungan terhadap DKE dan/atau warkat Peserta yang didukung dana yang cukup.

(3) Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan

tidak dapat dibatalkan.

Prinsip ini merupakan pengecualian dari prinsip zero hour rules, sehingga apabila Peserta dicabut izin usaha dan dilikuidasi, atau nasabahnya dipailitkan, transaksi yang sudah dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan pencabutan izin usaha dan likuidasi atau pailit tidak menjadi batal.

(4) Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

berdasarkan prinsip same day settlement. Yang dimaksud dengan “prinsip same day settlement” adalah prinsip Penyelesaian Akhir yang diterapkan pada tingkat Bank, yaitu: a. Dalam penyelenggaraan Kliring Debet, Penyelesaian Akhir dilakukan

pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya DKE Debet dari Peserta oleh PKL; dan

b. Dalam penyelenggaraan Kliring Kredit, Penyelesaian Akhir dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya DKE Kredit oleh PKN dari Peserta atau PKL.

BAB V Penyelenggaraan Kliring Debet Bagian Kesatu Warkat Debet dan Dokumen Kliring

14 Pasal 14 7/18/PBI/2005

(1) Warkat Debet yang dapat dipertukarkan dalam penyelenggaraan Kliring Debet meliputi: a. Cek;

Yang dimaksud dengan ”Cek” adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang ditarik baik atas beban nasabah Bank atau atas beban Bank.

b. Bilyet Giro;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

34

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan ”Bilyet Giro” adalah bilyet giro sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bilyet Giro.

c. Wesel; Yang dimaksud dengan ”Wesel” adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD, yang diterbitkan oleh Peserta.

d. Nota Debet; dan Yang dimaksud dengan ”Nota Debet” adalah Warkat Debet yang digunakan untuk menagih dana pada Peserta lain untuk untung nasabah Peserta atau Peserta yang menyampaikan Nota Debet tersebut.

e. Warkat Debet lain yang disetujui Bank Indonesia untuk dikliringkan. Warkat Debet lain dalam huruf ini antara lain surat bukti penerimaan transfer, voucher perjalanan (traveller’s cheque), voucher untuk cinderamata (gift cheque) dan voucher deviden (dividend cheque).

(2) Warkat Debet harus dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Warkat Debet harus dinyatakan dalam mata uang rupiah karena perhitungan Kliring dalam SKNBI dilakukan hanya untuk mata uang rupiah.

(3) Warkat Debet harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Warkat Debet sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dalam Ketentuan ini.

15 Pasal 15 7/18/PBI/2005

(1) Penyerahan Warkat Debet dan atau DKE Debet kepada PKL atau Peserta lainnya harus disertai dengan Dokumen Kliring.

(2) Ketentuan mengenai jenis dan persyaratan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

Bagian Kedua Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring 16 Pasal 16

7/18/PBI/2005

(1) Peserta wajib mencetak Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) dan Dokumen Kliring tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut: a. pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tertentu wajib dilakukan

pada perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia;

b. setiap pembuatan dan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring tertentu untuk pertama kali dan atau perubahan tertentu wajib memperoleh persetujuan secara tertulis dari Bank Indonesia; dan

Yang dimaksud “perubahan” dalam ayat ini antara lain perubahan nama Peserta, logo Peserta, dan rancang bangun, seperti perubahan disain sekuriti Warkat Debet.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

35

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tertentu wajib dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan Bank Indonesia.

(2) Dalam melakukan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring, perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang: a. menerima pesanan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring

dari pihak selain Bank; Yang dimaksud dengan ”Bank” dalam ayat ini adalah Bank baik Peserta maupun bukan Peserta, melalui kantornya yang mempunyai kewenangan untuk mengajukan permohonan persetujuan pencetakan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

b. mencetak Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

(3) Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib : a. menyediakan mesin-mesin yang diperlukan dalam pencetakan Warkat

Debet dan atau Dokumen Kliring sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

b. melakukan sendiri segala pekerjaan yang berkaitan dengan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring;

Yang dimaksud ”melakukan sendiri segala pekerjaan yang berkaitan dengan pencetakan warkat” yaitu tidak melakukan sub-kontrak atau mengalihkan pekerjaan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring kepada perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring lain atau menerima pengalihan pekerjaan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring dari perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring lain.

c. melakukan dan melaporkan hasil pengujian kertas yang akan digunakan

untuk mencetak Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia;

d. memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Yang dimaksud ”peraturan perundang-undangan” yang berlaku antara lain Undang-Undang yang mengatur mengenai monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan Undang-Undang yang mengatur mengenai perlindungan konsumen.

e. melakukan hal-hal lain yang ditetapkan Bank Indonesia dalam rangka

mendukung kelancaran pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang wajib dicetak pada perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring, spesifikasi Warkat Debet dan Dokumen Kliring, tata cara pengajuan permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring, tata cara pemberian persetujuan kepada perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring, jenis mesin yang diperlukan dalam pencetakan Warkat

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

36

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi I

Debet dan Dokumen Kliring dan hal-hal lain yang dilakukan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring diatur dalam Ketentuan ini.

I. Pembakuan Warkat Debet dan Dokumen Kliring

Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, keamanan, dan kemudahan pengawasan dalam penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), perlu dilakukan pembakuan Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang digunakan dalam SKNBI. A. Warkat Debet

Warkat Debet adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban nasabah atau Bank melalui Kliring Debet. 1. Jenis Warkat Debet

Jenis Warkat Debet yang dibakukan untuk diperhitungkan dalam SKNBI yaitu: a. Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD) yang ditarik baik atas beban nasabah Bank atau atas beban bank.

b. Bilyet Giro adalah bilyet giro sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bilyet Giro.

c. Wesel adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD, yang diterbitkan oleh Peserta.

d. Nota Debet adalah Warkat Debet yang digunakan untuk menagih dana pada Peserta lain untuk untung nasabah Peserta atau Peserta yang menyampaikan Nota Debet tersebut. Nota Debet yang dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh Peserta yang menyampaikan Nota Debet kepada Peserta yang akan menerima Nota Debet tersebut.

e. Warkat Debet lain yang mendapatkan persetujuan Bank Indonesia antara lain adalah voucher perjalanan (traveller’s cheque), voucher untuk deviden (dividend cheque), voucher untuk cinderamata (gift cheque) dan Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) yang merupakan surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada Peserta penerima dana transfer melalui penyelenggaraan SKNBI.

2. Spesifikasi Teknis Warkat Debet a. Spesifikasi teknis yang harus dicantumkan dalam Warkat Debet

Spesifikasi teknis Warkat Debet yang harus dicantumkan dalam Warkat Debet yang akan digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-line Otomasi, Wilayah Kliring Off-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Manual diatur sebagai berikut: 1) Kertas

Kertas yang digunakan harus memenuhi kualitas “ The London Clearing Bank’s Paper Specification No. 1” (kertas CBS-1), yang sekurang-kurangnya memenuhi standar sebagai berikut: a. berat kertas (gramatur): 95 +/- 5 % g/M2; b. ketebalan: 105 sampai dengan 135 micron; dan c. memuat tanda air (watermark) berupa logo PPWDK.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

37

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2) Ukuran Ukuran Warkat Debet yang digunakan harus merupakan ukuran seragam, yaitu panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 2¾ (dua tiga per empat) inci.

3) Rancang Bangun Pembakuan Warkat Debet tidak dimaksudkan untuk membakukan redaksi yang tercantum dalam Warkat Debet. Namun demikian untuk lebih memudahkan pengenalan dan pemeriksaan Warkat Debet maupun sandi atau informasi yang tercantum di dalamnya maka rancang bangun Warkat Debet diatur sebagai berikut: a) Nama dan Logo Bank

Nama dan logo Bank harus dicetak dengan jelas dan/atau lebih besar daripada cetakan lainnya pada Warkat Debet dimaksud dan ditempatkan pada bagian kiri atas Warkat Debet. Pencantuman logo dimaksud tidak berlaku dalam hal Peserta tidak memiliki logo.

b) Penulisan Jenis Warkat Debet Jenis Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam angka 1 harus ditulis dalam Bahasa Indonesia dan apabila diperlukan dapat ditambahkan padanan katanya dalam Bahasa Inggris. Tulisan jenis Warkat Debet tersebut harus dicetak dengan jelas dan/atau lebih besar daripada tulisan lain pada redaksi Warkat Debet dan ditempatkan pada bagian atas Warkat Debet.

c) Penggunaan Bahasa Indonesia pada Redaksi Warkat Debet Redaksi Warkat Debet harus ditulis dalam Bahasa Indonesia dan apabila diperlukan, dapat ditambahkan padanan katanya dalam Bahasa Inggris.

d) Nomor Seri Nomor seri yang digunakan sebagai sarana kontrol penggunaan Warkat Debet harus dicantumkan pada bagian kanan atas Warkat Debet.

e) Nilai Nominal Ruangan untuk menuliskan nilai nominal dalam angka dan huruf harus cukup luas dan ditempatkan di bagian tengah Warkat Debet, sehingga perbandingan tulisan nilai nominal dalam angka dan huruf pada Warkat Debet dapat terlihat atau terbaca dengan jelas.

f) Tempat dan Tanggal Penarikan atau Penerbitan Kolom penulisan tempat dan tanggal penarikan atau penerbitan Warkat Debet harus disediakan pada Warkat Debet.

g) Ruangan Tanda Tangan Ruangan untuk tanda tangan dan/atau pencantuman nama jelas penarik atau penerbit Warkat Debet harus disediakan dengan cukup luas serta ditempatkan pada bagian bawah Warkat Debet di atas garis batas clear band.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

38

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

h) Nama PPWDK Nama PPWDK harus dicantumkan secara vertikal pada sisi sebelah kiri atau kanan Warkat Debet, atau secara horisontal di bagian bawah Warkat Debet di atas garis batas clear band.

i) Penulisan Peserta Kliring Antar Wilayah Peserta Kliring Antar Wilayah harus menuliskan istilah “Peserta Kliring Antar Wilayah”, “Peserta Kliring Warkat Luar Wilayah”, “Dapat dikliringkan pada seluruh cabang bank di Indonesia”, “Peserta intercity clearing” atau istilah yang sejenis lainnya pada bagian tengah atas Warkat Debet atau pada bagian lain yang masih kosong dan menurut Peserta merupakan tempat yang paling tepat. Contoh penulisan istilah Peserta Kliring Antar Wilayah pada Cek dan Bilyet Giro adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 8.a dan Lampiran 8.b.

j) Penggunaan Warna yang Kontras Komposisi warna antara latar belakang Warkat Debet dan tulisan pada Warkat Debet yang digunakan pada seluruh penyelenggaraan SKNBI harus cukup kontras, sehingga apabila Warkat Debet diproses oleh mesin baca pilah (reader sorter) di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, tulisan pada hasil salinan (image) Warkat Debet atas Warkat Debet yang sebelumnya telah direkam gambarnya dengan menggunakan mesin baca pilah pada Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan SKNBI, dapat dibaca dengan jelas. Dengan demikian, dalam pemilihan komposisi warna pada latar belakang Warkat Debet, Peserta harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) menghindari penggunaan warna yang sama atau

hampir sama antara latar belakang Warkat Debet dengan warna tulisan pada redaksi Warkat Debet (tidak kontras);

(2) khusus untuk tulisan pada redaksi Warkat Debet, hendaknya menggunakan pilihan jenis dan besar huruf yang memadai serta menggunakan pilihan warna tinta yang tegas.

4) Tinta Untuk mencetak Magnetic Ink Character Recognition E-13B (MICR) code line pada bagian clear band Warkat Debet, harus menggunakan tinta MICR yang memenuhi standar ISO 1004:1995. Ketentuan ini berlaku untuk Warkat Debet yang digunakan di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, termasuk Warkat Debet yang digunakan oleh Peserta Kliring Antar Wilayah.

5) Clear band Clear band adalah ruang kosong dengan ukuran seragam yang terdapat pada bagian bawah Warkat Debet dengan panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 5/8 (lima per delapan) inci

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

39

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

diukur dari sisi bagian paling bawah Warkat Debet. Ruangan clear band tersebut disediakan khusus untuk pencetakan angka dan simbol MICR code line.

6) Garis batas clear band Pada setiap clear band Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam angka 5) harus terdapat batas clear band dengan bagian lain dari Warkat Debet dimaksud yang dapat berupa garis, huruf mikro (micro text) atau perbedaan warna yang membentuk garis pada posisi 5/8 (lima per delapan) inci dari bagian paling bawah Warkat Debet.

7) Pertinggal Untuk keperluan administrasi atas penarikan atau penerbitan Cek dan Bilyet Giro, pada setiap lembar Cek dan Bilyet Giro harus ditambahkan lembar pertinggal yang ditempatkan pada sebelah kiri atau sebelah atas Warkat Debet dan diadministrasikan di bagian depan/belakang bundel Warkat Debet atau berupa carbonized paper. Dalam hal diperlukan, Peserta dapat menambahkan lembar pertinggal dimaksud pada Warkat Debet selain Cek dan Bilyet Giro.

8) Perforasi Untuk menghindari kerusakan pada waktu pengolahan oleh mesin baca pilah dan/atau MICR encoder/reader-encoder, perforasi untuk memisahkan Warkat Debet dengan lembar pertinggal harus ditempatkan pada sebelah kiri atau sebelah atas Warkat Debet. Dalam hal digunakan continuous form, perforasinya disesuaikan dengan kebutuhan dan harus dilakukan secara deep cut. Selain itu lem perekat tidak dapat digunakan pada Warkat Debet, kecuali apabila ditujukan untuk menjilid blanko Warkat Debet yang telah diperforasi.

b. Spesifikasi Teknis Warkat Debet yang Dapat Ditambahkan dalam Warkat Debet (bersifat fakultatif) Spesifikasi teknis Warkat Debet yang dapat ditambahkan dalam Warkat Debet yang akan digunakan Peserta, diatur sebagai berikut: 1) Disain Sekuriti pada Latar Belakang

Untuk meningkatkan keamanan Warkat Debet dari kemungkinan upaya pemalsuan, disain sekuriti latar belakang Warkat Debet dapat menggunakan satu atau lebih fitur disain sekuriti seperti guillosche, roschette, numismatic (line relief) atau raster sekuriti lain seperti raster anti fotokopi, micro text (huruf mikro), dan/atau hidden image.

2) Personalisasi Nasabah Dalam hal diperlukan personalisasi nasabah pada Cek atau Bilyet Giro, maka pencantuman informasi personalisasi nasabah (nama, alamat, nomor rekening dan/atau identitas lainnya dari nasabah penarik Cek atau Bilyet Giro) dimaksud dapat ditempatkan di sebelah kiri bawah Warkat Debet, sejajar dengan tanda tangan atau di tempat lain yang

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

40

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

menurut Peserta merupakan tempat yang paling tepat. Contoh personalisasi nasabah pada Cek dan Bilyet Giro adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 9.a dan Lampiran 9.b.

3) Tinta a) Tinta sekuriti untuk latar belakang Warkat Debet Untuk

meningkatkan keamanan terhadap kemungkinan adanya upaya pemalsuan, pencetakan latar belakang Warkat Debet dapat menggunakan satu atau lebih tinta sekuriti. Tinta sekuriti yang digunakan dapat merupakan tinta tak tampak (invisible ink) yang akan berpendar apabila disinari dengan cahaya ultra violet, dan/atau tinta tampak (visible ink) yang ditempatkan pada latar belakang Warkat Debet. Lokasi cetakan tinta tak tampak (invisible ink) dapat meliputi: (1) tempat penulisan tanggal penarikannatau

penerbitan Warkat Debet; (2) tempat penulisan angka nominal; (3) tempat penulisan terbilang angka nominal; atau (4) tempat tanda tangan penarik atau penerbit Warkat

Debet. b) Tinta penetrasi untuk nomor seri Warkat Debet Untuk

meningkatkan keamanan terhadap upaya manipulasi terhadap nomor seri (nomorator) Warkat Debet, maka pencetakan nomor seri (nomorator) Warkat Debet dapat menggunakan tinta penetrasi merah ber-fluorescent hijau atau kuning.

c. Contoh rancang bangun Warkat Debet adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 10.a sampai dengan Lampiran 10.d dan Lampiran 10.e.1) sampai dengan Lampiran 10.e.4).

3. Sarana Penunjang Warkat Debet Sarana penunjang Warkat Debet berupa stiker hanya dapat digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi. Stiker digunakan untuk mengoreksi kesalahan encode MICR code line pada clear band Warkat Debet, dengan cara menutup informasi MICR code line yang salah secara penuh dengan stiker kosong dan meng-encode kembali informasi MICR code line yang benar di atasnya. Adapun penggunaan stiker harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. ukuran stiker tidak melebihi ruang clear band dan dengan

ketebalan yang memadai sehingga tidak mengganggu pembacaan MICR code line hasil koreksi oleh mesin baca pilah; dan

b. stiker tidak diperkenankan digunakan untuk mengoreksi kesalahan encode pada Dokumen Kliring.

B. Dokumen Kliring Dokumen Kliring merupakan alat bantu yang berfungsi sebagai dokumen kontrol dalam penyelenggaraan SKNBI.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

41

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

1. Jenis Dokumen Kliring Jenis Dokumen Kliring yang digunakan dalam kegiatan Kliring Debet adalah sebagai berikut: a. Wilayah Kliring On-line Otomasi adalah:

1) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Penyerahan (BPWD-Kliring Penyerahan);

2) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Pengembalian (BPWD-Kliring Pengembalian);

3) Lembar Substitusi; 4) Kartu Batch; dan 5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima.

b. Wilayah Kliring Off-line Otomasi adalah: 1) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Penyerahan

(BPWD-Kliring Penyerahan); 2) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Pengembalian

(BPWD-Kliring Pengembalian); 3) Lembar Substitusi; 4) Kartu Batch; 5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima; 6) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring

Penyerahan (BPR-Kliring Penyerahan); dan 7) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring

Pengembalian (BPR-Kliring Pengembalian). c. Wilayah Kliring Off-line Manual

1) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Penyerahan (BPR-Kliring Penyerahan);

2) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Pengembalian (BPR-Kliring Pengembalian);

3) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Penyerahan Berdasarkan Peserta Penerima (RWD-Kliring Penyerahan);

4) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Pengembalian Berdasarkan Peserta Penerima (RWD-Kliring Pengembalian); dan

5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima. 2. Spesifikasi Teknis Dokumen Kliring

Spesifikasi teknis Dokumen Kliring yang akan digunakan dalam penyelenggaraan Kliring Debet diatur sebagai berikut: a. Dokumen Kliring di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah

Kliring Off-line Otomasi 1) Spesifikasi teknis yang harus ada pada BPWD-Kliring

Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch a) Kertas

Kertas yang digunakan harus memenuhi kualitas CBS-1, yang sekurang-kurangnya memenuhi standar sebagai berikut: (1) berat kertas (gramatur): 95 +/- 5 % g/M2; (2) ketebalan: 105 sampai dengan 135 micron; dan (3) memuat tanda air (watermark) berupa logo PPWDK.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

42

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b) Ukuran Ukuran BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang digunakan harus merupakan ukuran seragam, yaitu panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 2¾ (dua tiga per empat) inci.

c) Rancang Bangun Untuk lebih memudahkan dalam pengenalan dan pemeriksaan sandi atau informasi di dalam BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch, rancang bangun Dokumen Kliring tersebut diatur sebagai berikut: (1) Nama dan Logo Bank

Nama dan logo Bank harus dicetak lebih jelas dan/atau lebih besar daripada cetakan lainnya pada BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dimaksud dan ditempatkan pada bagian kiri atas BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. Pencantuman logo dimaksud tidak berlaku dalam hal Peserta tidak memiliki logo.

(2) Penulisan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus ditulis dalam Bahasa Indonesia. Tulisan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch tersebut harus dicetak lebih jelas dan/atau lebih besar daripada tulisan pada redaksi Dokumen Kliring dan ditempatkan pada bagian atas BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch.

(3) Penggunaan Bahasa Indonesia pada Redaksi BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Redaksi BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus ditulis dalam Bahasa Indonesia.

(4) Nomor seri Nomor seri yang digunakan sebagai sarana kontrol penggunaan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus dicantumkan pada bagian kanan atas BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dimaksud.

(5) Nilai nominal Ruangan untuk menuliskan nilai nominal harus cukup luas yang ditempatkan di bagian kanan BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian, di atas ruangan untuk tanda tangan dan pencantuman nama jelas petugas yang

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

43

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

menyerahkan, sehingga nilai nominal pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian dimaksud dapat terlihat atau terbaca dengan jelas.

(6) Tempat dan tanggal penerbitan Kolom penulisan tempat dan tanggal penerbitan BPWD-Kliring Penyerahan, dan BPWD-Kliring Pengembalian harus disediakan pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian.

(7) Ruangan tanda tangan Ruangan untuk tanda tangan dan pencantuman nama jelas petugas yang menyerahkan harus disediakan dengan cukup luas serta ditempatkan pada bagian sebelah kanan bawah BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian di atas garis batas clear band.

d) Tinta Untuk mencetak MICR code line pada bagian clear band BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus menggunakan tinta MICR yang memenuhi standar ISO 1004:1995.

e) Clear band Clear band adalah ruang kosong dengan ukuran seragam yang harus terdapat pada bagian bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dengan panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 5/8 (lima per delapan) inci diukur dari sisi bagian paling bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. Ruangan clear band tersebut disediakan khusus untuk pencetakan angka dan simbol MICR code line untuk diproses dalam penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi.

f) Garis batas clear band Pada clear band BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch sebagaimana dimaksud dalam huruf e), harus terdapat batas clear band dengan bagian lain dari BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dimaksud yang dapat berupa garis, huruf mikro (micro text) atau perbedaan warna yang membentuk garis pada posisi 5/8 (lima perdelapan) inci dari bagian paling bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch.

g) Pembedaan warna Untuk membedakan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dalam pengolahan di Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), maka pada bagian paling atas: (1) BPWD-Kliring Penyerahan dan Kartu Batch harus

diberi warna hijau; dan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

44

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) BPWD-Kliring Pengembalian harus diberi warna merah,

dengan ukuran panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 1 (satu) centimeter.

2) Spesifikasi teknis yang dapat ditambahkan pada BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch (bersifat fakultatif) a) Nama PPWDK

Nama PPWDK dapat dicantumkan secara vertikal pada sisi sebelah kiri atau kanan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch atau secara horisontal di bagian bawah BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch di atas garis batas clear band.

b) Disain Sekuriti pada Latar Belakang Untuk meningkatkan keamanan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dari kemungkinan upaya pemalsuan, disain sekuriti latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dapat menggunakan satu atau lebih fitur disain sekuriti seperti guillosche, roschette, numismatic (line relief) atau raster sekuriti lain seperti raster anti fotokopi, micro text (huruf mikro), dan/atau hidden image.

c) Tinta (1) Tinta sekuriti untuk mencetak latar belakang BPWD-

Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Untuk meningkatkan keamanan terhadap kemungkinan adanya upaya pemalsuan, pencetakan latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dapat menggunakan satu atau lebih tinta sekuriti. Penggunaan tinta sekuriti merupakan tinta tak tampak (invisible ink) yang akan berpendar apabila disinari dengan cahaya ultra violet, dan/atau tinta tampak (visible ink) yang ditempatkan pada latar belakang BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch. Lokasi cetakan tinta tak tampak (invisible ink) ditempatkan di bagian Dokumen Kliring yang menurut Peserta paling tepat, kecuali pada bagian clear band.

(2) Tinta penetrasi untuk nomor seri BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Untuk meningkatkan keamanan terhadap upaya manipulasi terhadap nomor seri (nomorator) BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch maka pencetakan nomor seri (nomorator) dapat menggunakan tinta penetrasi

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

45

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi II. A – D

merah ber-fluorescent hijau atau kuning. 3) Lembar Substitusi

Lembar Substitusi harus menggunakan kertas HVS minimal 60 g/M2 warna putih, dengan ukuran panjang 7 (tujuh) inci dan lebar 2 ¾ (dua tiga per empat) inci.

b. Dokumen Kliring di Wilayah Kliring Off-line Manual Dokumen Kliring di Wilayah Kliring Off-line Manual dibuat sesuai dengan ketentuan Dokumen Kliring dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

c. Contoh rancang bangun Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 11.a sampai dengan Lampiran 11.f.

II. Pencetakan dan persetujuan pencetakan warkat debet dan dokumen kliring, serta pelaporan pencetakan warkat debet dan dokumen kliring kepada Bank Indonesia diatur dengan ketentuan sebagai berikut: A. Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring

Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang digunakan pada Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi wajib dilakukan oleh Perusahaan Percetakan Dokumen Sekuriti (PPDS) yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai PPWDK.

B. Persetujuan Pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring oleh Bank Indonesia 1. Peserta wajib memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih

dahulu dari Bank Indonesia apabila akan melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch untuk digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI, yang merupakan pencetakan: a. untuk pertama kalinya, termasuk pemesanan baru pada

PPWDK yang berbeda; b. untuk perubahan atas disain dan/atau rancang bangun Warkat

Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang sebelumnya telah disetujui pencetakan dan penggunaannya oleh Bank Indonesia, antara lain yang meliputi perubahan sebagai berikut: 1) nama Peserta; 2) logo Peserta; 3) redaksi, termasuk tetapi tidak terbatas pada penambahan

tulisan “Peserta Kliring Antar Wilayah”; 4) disain gambar latar belakang; 5) komposisi warna; dan/atau 6) disain sekuriti latar belakang.

2. Pengajuan permohonan persetujuan pencetakan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 1, dilakukan oleh: a. Kantor Pusat Bank Konvensional; b. Kantor Pusat Bank yang menjalankan kegiatan usaha

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

46

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

berdasarkan prinsip syariah; c. Kantor Cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar

negeri; d. Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta

berdasarkan surat kuasa dari Kantor Pusat Peserta yang berkedudukan di luar Jakarta;

e. Unit Usaha Syariah (UUS) atau Kantor Pusat Bank Konvensional yang membawahi UUS tersebut; atau

f. UUS atau Kantor Cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang membawahi UUS tersebut.

3. Untuk mencegah adanya duplikasi pengajuan spesimen Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch maka Kantor Pusat Peserta yang berkedudukan di luar Jakarta yang telah memberikan surat kuasa kepada Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta sebagaimana dimaksud dalam butir 2.d, tidak dapat lagi mengajukan permohonan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch kepada Bank Indonesia yang mewilayahi kecuali telah terdapat pencabutan surat kuasa tersebut secara tertulis.

4. Spesimen Cek dan/atau Bilyet Giro Peserta yang sebelumnya telah disetujui pencetakan dan penggunaannya oleh Bank Indonesia dan hanya mengalami perubahan atas rancang bangun Warkat Debet di luar butir 1.b. dan/atau penambahan informasi personalisasi nasabah, maka Peserta yang bersangkutan dapat langsung melakukan pemesanan dan pencetakan Cek dan/atau Bilyet Giro dimaksud pada PPWDK sesuai dengan kebutuhannya, tanpa perlu memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 1.

C. Persyaratan dan Tata Cara Bagi Peserta untuk Memperoleh Persetujuan Pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Untuk memperoleh persetujuan atas pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch sebagaimana dimaksud dalam butir B.1, Peserta harus melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyampaikan surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat

Debet dan/atau Dokumen Kliring kepada Bank Indonesia yang mewilayahi sesuai contoh dalam Lampiran 12.a, yang sekurang-kurangnya memuat informasi sebagai berikut: a. Jenis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang akan

dicetak pada PPWDK. Dalam hal jenis Warkat Debet yang akan dicetak tersebut merupakan Warkat Debet lainnya, antara lain voucher perjalanan (traveller’s cheque) dan voucher cinderamata (gift cheque), yang penggunaannya dalam SKNBI belum disetujui oleh Bank Indonesia, maka permohonan persetujuan atas penggunaan Warkat Debet dimaksud untuk dikliringkan harus dinyatakan secara jelas dalam surat permohonan;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

47

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. Nama PPWDK yang akan mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; dan

c. Alamat khusus Peserta untuk penyampaian surat balasan dari Bank Indonesia yang mewilayahi mengenai persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Peserta, dalam hal alamat khusus Peserta dimaksud berbeda dengan alamat surat-menyurat Peserta yang tercantum dalam header atau footer surat permohonan Peserta.

2. Menyampaikan dokumen-dokumen tertentu sebagai lampiran surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 1, yang terdiri atas: a. spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebanyak

135 (seratus tiga puluh lima) lembar untuk masing-masing jenis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang akan dicetak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) seluruh spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring

harus memenuhi ketentuan spesifikasi teknis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring.

2) seluruh spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring harus dibubuhi tambahan tulisan “spesimen”, “specimen”, “speciment”, “cetak coba” atau tulisan lain yang sejenis, dengan ukuran tulisan yang relative besar dan menggunakan warna yang terang/jelas. Tulisan tersebut ditulis pada bagian depan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring, sehingga mudah dibedakan dengan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang bukan merupakan spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring;

3) seluruh lembar specimen Warkat Debet harus telah dipisahkan dari lembar pertinggal;

4) specimen Warkat Debet harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, khususnya terkait dengan pemenuhan persyaratan formal, serta ketentuan mengenai tata cara penulisan Warkat Debet dan Dokumen Kliring;

5) apabila spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring akan digunakan oleh Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi maka: a) khusus pada bagian depan dari 5 (lima) lembar

spesimen Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam angka 1), dapat ditambahkan informasi dummy dalam bentuk tulisan yang antara lain mencakup nama penerima, jumlah nominal dalam angka dan huruf, tempat dan tanggal penerbitan/penarikan, tanda tangan serta nama jelas penandatangan untuk dilakukan uji perekaman data spesimen Warkat Debet dalam bentuk salinan (image).

b) pada clear band spesimen Warkat Debet dan/atau

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

48

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dibubuhi informasi MICR code line guna diuji dengan mesin baca pilah Penyelenggara.

c) pencantuman informasi MICR code line sebagaimana dimaksud dalam huruf b) harus dilakukan sesuai dengan tata cara pencantuman MICR code line sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI dengan pedoman tambahan sebagai berikut: (1) Spesimen Warkat Debet

a. Kolom Nomor Seri diisi dengan data dummy yang bukan angka “000000” (6 (enam) digit);

b. Kolom Sandi Peserta untuk semua jenis Warkat Debet diisi dengan sandi khusus pengujian Warkat Debet dan Dokumen Kliring yaitu 8889993 (7 (tujuh) digit);

c. Kolom Nomor Rekening diisi dengan data dummy yang bukan angka “0000000000” (10 (sepuluh) digit);

d. Kolom Sandi Transaksi diisi dengan sandi transaksi yang sesuai dengan jenis Warkat Debet, yaitu: i. 00 sampai dengan 09 untuk Cek (2 (dua)

digit); ii. 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro (2

(dua) digit); iii. 20 sampai dengan 29 untuk Wesel (2 (dua)

digit); iv. 30 sampai dengan 39 untuk Warkat Debet

lainnya (2 (dua) digit); v. 40 sampai dengan 49 untuk Nota Debet (2

(dua) digit); e. Kolom Nilai Nominal diisi dengan data dummy

yang bukan angka “00000000000000” (14 (empat belas) digit). Khusus untuk nilai nominal Nota Debet diisi data dummy dengan nilai nominal paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(2) Spesimen Dokumen Kliring a. Kolom Nomor Seri diisi dengan data “000888”

(6 (enam) digit); b. Kolom Sandi Peserta diisi dengan tata cara yang

berbeda dengan tata cara pengisian Sandi Peserta pada spesimen Warkat Debet, yaitu 3 (tiga) digit pertama diisi dengan angka “999” dan 4 (empat) digit terakhir diisi dengan angka “9999”. Dengan demikian, kolom Sandi Peserta pada spesimen Dokumen Kliring dimaksud diisi dengan data “999 9999”;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

49

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. Kolom Nomor Rekening tidak perlu dilakukan pengisian (dibiarkan kosong);

d. Kolom Sandi Transaksi, diisi dengan angka “60” (2 (dua) digit) untuk BPWD-Kliring Penyerahan, angka “62” (2 (dua) digit) untuk BPWD-Kliring Pengembalian, dan angka “96” (2 (dua) digit) untuk Kartu Batch;

e. Kolom Nilai Nominal Warkat Debet, diisi dengan data dummy yang bukan angka “00000000000000” (14 (empat belas) digit).

b. Surat pernyataan di atas meterai dari PPWDK sesuai contoh dalam Lampiran 12.b, yang menerangkan informasi sebagai berikut: 1) bahwa kertas CBS-1 yang digunakan untuk mencetak

Warkat Debet dan Dokumen Kliring, merupakan kertas CBS-1 yang telah diuji di Balai Besar Pulp dan Kertas (BBP&K) serta telah disetujui oleh Bank Indonesia; dan

2) penjelasan atas spesifikasi fitur disain sekuriti pada latar belakang yang digunakan dalam Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring, serta lokasi penempatan fitur disain sekuriti tersebut (apabila ada).

c. Surat kuasa dari pimpinan Kantor Pusat Peserta yang berkedudukan di luar Jakarta kepada Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta, dalam hal surat permohonan persetujuan diajukan oleh Kantor Cabang Peserta yang berkedudukan di Jakarta .

3. Spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a.1) yang telah diisi informasi MICR code line sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a.5).c), harus memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah, sebagai berikut: a. tingkat penolakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring

Kartu Batch paling tinggi sampai dengan 2% (dua perseratus); dan

b. salinan (image) spesimen Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a.5).a) yang telah diambil rekaman gambarnya menunjukkan hasil yang baik yaitu tulisan pada salinan (image) Warkat Debet dapat terlihat cukup jelas.

D. Persetujuan atau Penolakan Pencetakan dan Penggunaan Warkat Debet dan Dokumen Kliring oleh Bank Indonesia diatur dengan ketentuan sebagai berikut: Hasil penelitian dan pengujian terhadap spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch sebagaimana dimaksud dalam huruf C, diberitahukan kepada Peserta yang mengajukan permohonan (Peserta pemohon), dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bank Indonesia yang mewilayahi menyampaikan surat pemberitahuan mengenai hasil penelitian dan pengujian spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

50

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi II. F – G

beserta lampirannya diterima secara lengkap dan benar oleh Bank Indonesia yang mewilayahi.

2. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat berupa: a. Surat persetujuan, dalam hal spesimen Warkat Debet dan/atau

Dokumen Kliring yang diteliti dan/atau diuji tersebut telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C. Selanjutnya Bank Indonesia yang mewilayahi menyampaikan surat persetujuan kepada Peserta pemohon yang bersangkutan untuk dapat melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sesuai kebutuhan untuk dipergunakan dalam kegiatan Kliring, dengan dilampiri sebanyak 3 (tiga) lembar dari masing-masing spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring. Adapun sebanyak 132 (seratus tiga puluh dua) lembar sisa masing-masing spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring digunakan oleh Bank Indonesia yang mewilayahi sebagai arsip dan didistribusikan ke seluruh kantor Bank Indonesia dan PKL Selain BI untuk digunakan sebagai arsip.

b. Surat penolakan, dalam hal spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring tidak memenuhi ketentuan. Selanjutnya Bank Indonesia yang mewilayahi menyampaikan surat penolakan dan mengembalikan seluruh spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dimaksud kepada Peserta pemohon untuk diperbaiki/diperbaharui. Peserta pemohon kemudian dapat menyampaikan kembali surat permohonan kepada Bank Indonesia yang mewilayahi dengan melampirkan spesimen Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang telah diperbaiki/diperbaharui;

3. Dalam penyelenggaraan SKNBI, Peserta wajib menggunakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang dicetak pada PPWDK berdasarkan surat persetujuan dari Bank Indonesia.

E. Bank Indonesia yang mewilayahi sebagaimana dimaksud dalam butir B.3, butir C.1, huruf D dan Paragraf 17 adalah: 1. Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran -

Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran (Bagian PwSP), untuk Peserta yang: a. Kantor Pusatnya berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Propinsi

Banten, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang, dan Kota Depok; atau

b. Kantor Pusatnya berkedudukan di luar wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia, namun telah memberikan surat kuasa kepada kantor cabangnya yang berkedudukan di Jakarta sebagaimana dimaksud dalam butir B.2.d;

dengan alamat surat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17. 2. Kantor Bank Indonesia setempat, untuk Peserta yang Kantor

Pusatnya berkedudukan di luar wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

51

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

F. Ketentuan Khusus mengenai Perubahan Nama Peserta Berkenaan dengan permohonan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian dan/atau Kartu Batch yang disebabkan oleh adanya perubahan nama Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir B.1.b.1), berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Bagi Peserta yang berubah nama baik karena merger, konsolidasi

atau karena sebab lainnya, Peserta yang bersangkutan harus memberitahukan perubahan nama tersebut dengan menggunakan surat tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran - Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perubahan nama Peserta dimaksud disetujui oleh Bank Indonesia. Surat pemberitahuan perubahan nama tersebut memuat informasi sebagai berikut: a. jumlah Warkat Debet dan Dokumen Kliring lama yang masih

tersedia pada Peserta; b. perkiraan lamanya waktu untuk menghabiskan persediaan

Warkat Debet dan Dokumen Kliring lama sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan

c. rencana waktu pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang baru.

2. Peserta yang berubah nama sebagaimana dimaksud dalam angka 1 harus mengajukan permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang baru paling lambat sebelum Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring lama diperkirakan habis, dengan persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C.

3. Dalam hal Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 tidak melakukan pencetakan seluruh Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang baru secara sekaligus pada saat yang sama, pengajuan surat permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dimaksud dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring yang dicetaknya, dengan tetap memperhatikan ketersediaan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.

4. Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan nama Peserta yang lama masih dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan SKNBI sampai persediaan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring lama tersebut habis, dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Peserta lama

yang masih terdapat pada tata usaha Peserta, maka Peserta yang bersangkutan harus melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) memperhatikan aspek risiko keamanan dan risiko reputasi

(corporate image) serta aspek kepercayaan nasabah, terkait dengan rencana penggunaan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring lama dimaksud;

2) mencoret nama Peserta yang lama dan menambahkan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

52

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi III

tulisan nama Peserta yang baru dengan menggunakan ketikan, stempel atau dengan cara-cara sejenis lainnya;

3) khusus untuk perubahan nama Peserta yang diikuti dengan perubahan sandi Peserta, maka untuk penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, dalam hal terdapat Warkat Debet Peserta lama yang kolom sandi Pesertanya telah terlanjur di-encode dengan menggunakan informasi MICR code line Peserta yang lama, maka sandi Peserta lama dalam bentuk MICR code line dimaksud harus disesuaikan menjadi sandi MICR code line Peserta yang baru dengan menggunakan stiker sebagaimana dimaksud dalam butir A.3 paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal efektif perubahan nama Peserta dikeluarkan Penyelenggara untuk Kantor Pusat Peserta atau Kantor Cabang dari suatu Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri tersebut.

b. Untuk Warkat Debet berupa Cek, Bilyet Giro, Wesel dan Warkat Debet lainnya, antara lain voucher perjalanan (traveller’s cheque), voucher cinderamata (gift cheque) dan SBPT dengan nama Peserta lama yang telah beredar di masyarakat dan perubahan nama Peserta tersebut diikuti pula dengan perubahan sandi Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir a.3), maka Peserta penerima yang bermaksud melakukan penagihan Cek, Bilyet Giro dan/atau Warkat Debet lainnya dimaksud dalam penyelenggaraan Kliring Debet, harus menyesuaikan sandi Peserta lama menjadi sandi Peserta baru dengan menggunakan stiker sebagaimana dimaksud dalam butir A.3.

III. Tata cara penulisan warkat debet dan dokumen kliring diatur dalam ketentuan ini. Untuk memperlancar proses penyelenggaraan SKNBI baik di Penyelenggara maupun di Peserta dan menjamin pemenuhan ketentuan hukum yang berlaku atas Warkat Debet yang dikliringkan khususnya untuk Cek, Bilyet Giro, Wesel, dan/atau Warkat Debet lainnya, antara lain voucher perjalanan (traveller’s cheque ), voucher cinderamata (gift cheque) dan SBPT, serta dalam rangka mengurangi risiko pemalsuan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch maka dalam penulisan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: A. Warkat Debet

1. Warkat Debet dinyatakan dalam mata uang Rupiah. 2. Pencantuman nilai nominal Warkat Debet dalam mata uang Rupiah

ditulis secara lengkap dengan angka dan huruf dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.

3. Penulisan nilai nominal dalam angka dan huruf serta pengisian redaksional Warkat Debet dilakukan dengan menggunakan huruf latin, kecuali untuk tanda tangan.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

53

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi IV

4. Penulisan dan/atau penandatanganan Cek, Bilyet Giro dan/atau Warkat Debet lainnya hendaknya menggunakan alat tulis atau sarana yang: a. tidak menyebabkan kerusakan pada Warkat Debet tersebut

dan/atau menyebabkan tulisan dalam Cek dan Bilyet Giro sulit terbaca dengan jelas; dan/atau

b. tidak mudah diubah. 5. Tambahan penulisan nilai nominal dengan peralatan apapun yang

dimaksudkan untuk memperjelas nilai nominal, baik dalam angka dan huruf, misalnya dengan menggunakan peralatan tertentu seperti cheque-writer (protectograph) dianggap tidak ada, karena hasilnya dapat menimbulkan bermacam-macam penafsiran, misalnya perbedaan penafsiran dalam hal angka dan huruf yang ditulis oleh penarik berbeda dengan cheque-writer (protectograph).

6. Penulisan Cek, Bilyet Giro, dan Warkat Debet lainnya disarankan untuk tidak diperjelas dengan menggunakan fluorescent pen karena akan menimbulkan kesulitan untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan penulisan. Di samping itu, penggunaan alat tersebut pada angka Rupiah dapat menimbulkan cahaya sehingga akan menyulitkan penelitian dalam hal terjadi perubahan nilai nominal. Dalam hal masih terdapat Warkat Debet yang menggunakan fluorescent pen maka sebelum Peserta melakukan pembayaran hendaknya terlebih dahulu menghubungi nasabah yang bersangkutan untuk konfirmasi.

B. Dokumen Kliring Penulisan Dokumen Kliring pada penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring On-line Otomasi, Wilayah Kliring Off-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Manual mengacu pada cara penulisan Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam huruf A, kecuali butir A.2 dan butir A.3 karena dalam Dokumen Kliring nilai nominal yang ditulis adalah hanya berupa angka saja.

IV. Penetapan perusahaan percetakan warkat debet dan dokumen kliring diatur dalam ketentuan ini. PPDS yang bermaksud untuk menjadi PPWDK, harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu dari Bank Indonesia. A. Persyaratan PPWDK

PPDS yang dapat memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia untuk melakukan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch harus memenuhi sekurang-kurangnya persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. mempunyai izin operasional yang masih berlaku sebagai PPDS yang

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; 2. mempunyai rencana kerja (business plan) terkait dengan

pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring; 3. mempunyai kertas CBS-1 dengan spesifikasi teknis kertas

sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 butir A.2.a.1) dan ayat 4 butir B.2.a.1).a);

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

54

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

4. mempunyai laporan hasil uji atas kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dari BBP&K;

5. menyediakan mesin disain sekuriti, mesin cetak sekuriti, mesin untuk mencetak informasi MICR code line dan mesin pembaca MICR yang dapat berfungsi dengan baik; dan

6. mampu mencetak seluruh jenis Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam butir ayat 4 butir A.1 dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dengan kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan menggunakan mesin-mesin sebagaimana dimaksud dalam angka 5.

B. Tata Cara Pemberian Persetujuan PPWDK 1. Untuk memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia agar dapat

mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan/atau Kartu Batch, PPDS harus mengajukan surat permohonan menjadi PPWDK secara tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Jl. M.H. Thamrin No. 2 - Jakarta 10350, dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut: a. fotokopi izin operasional sebagai PPDS yang masih berlaku dari

instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam butir A.1, yang telah mendapatkan pernyataan sesuai dengan aslinya dari instansi yang berwenang tersebut atau telah mendapatkan pernyataan dari Notaris bahwa fotokopi izin operasional tersebut sesuai dengan asli dokumen yang diperlihatkan PPDS kepada Notaris;

b. fotokopi anggaran dasar PPDS beserta perubahan-perubahannya, yang telah mendapatkan pernyataan dari Notaris bahwa fotokopi anggaran dasar PPDS tersebut sesuai dengan asli dokumen yang diperlihatkan PPDS kepada Notaris;

c. rencana kerja (business plan) yang terkait dengan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring;

d. fotokopi laporan hasil uji kertas CBS-1 milik PPDS dari BBP&K sebagaimana dimaksud dalam butir A.4, yang telah mendapatkan pernyataan fotokopi sesuai dengan aslinya dari BBP&K atau Notaris, yang memuat informasi mengenai spesifikasi kertas sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 butir A.2.a.1) atau butir ayat 4 butir B.2.a.1)a);

e. spesimen kertas CBS-1 milik PPDS sebagaimana dimaksud dalam butir A.3 yang telah memiliki laporan hasil uji kertas CBS-1 dari BBP&K sebagaimana dimaksud dalam butir A.4, masing-masing dengan ukuran: 1) 20 (dua puluh) cm x 20 (dua puluh) cm sebanyak 50 (lima

puluh) lembar yang pada bagian depannya harus telah diberi stempel atau cetakan nama PPDS yang bersangkutan; dan

2) 7 (tujuh) inci x 2¾ (dua tiga per empat) inci sebanyak (seratus tiga puluh lima) lembar yang pada bagian depannya telah diberi stempel atau cetakan nama PPDS yang bersangkutan dan MICR code line sesuai dengan tata

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

55

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

cara pencantuman MICR code line sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 butir C.2.a.5).c). Khusus untuk pengisian kolom sandi transaksi, PPDS dapat menggunakan salah satu sandi transaksi yang ada, yaitu 00 (Cek), 10 (Bilyet Giro), 20 (Wesel), 30 (Warkat Debet Lainnya) atau 40 (Nota Debet).

f. daftar mesin dan/atau peralatan untuk mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir A.5 dengan menyebutkan kapasitas dan status kepemilikan mesin dimaksud;

g. Surat pernyataan yang menyatakan mampu mencetak seluruh jenis Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch dengan kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir A.3. dengan menggunakan mesin-mesin sebagaimana dimaksud dalam butir A.5.

2. Dalam hal lampiran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.g tidak lengkap, Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran mengembalikan lampiran tersebut kepada PPDS untuk dilengkapi dan disampaikan kembali kepada Bank Indonesia.

3. Dalam hal lampiran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.g diterima secara lengkap, Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran melakukan: a. pemeriksaan administratif terhadap kelengkapan dan

kesesuaian dokumen-dokumen PPDS sebagaimana dimaksud dalam angka 1;

b. pengujian spesimen kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir 1.e.2) pada mesin baca pilah Bank Indonesia. Spesimen kertas CBS-1 dianggap memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah apabila tingkat penolakan (tingkat reject) spesimen kertas CBS-1 paling tinggi sampai dengan 2% (dua perseratus). Dalam hal tingkat penolakan hasil pengujian spesimen kertas CBS-1 dimaksud pada mesin baca pilah menunjukkan tingkat penolakan spesimen yang lebih tinggi dari 2% (dua per seratus), PPDS dimaksud berdasarkan surat pemberitahuan tertulis dari Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dapat diberikan kesempatan untuk menyampaikan kembali spesimen kertas CBS-1 yang telah diperbaiki kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran untuk dilakukan pengujian kembali dengan mesin baca pilah; dan

c. melakukan pemeriksaan langsung ke PPDS yang bersangkutan untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dokumen-dokumen PPDS sebagaimana dimaksud dalam huruf a, apabila spesimen kertas CBS-1 yang disampaikan PPDS telah memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

56

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

4. Dalam hal kegiatan pemeriksaan administratif dokumen, pengujian kertas CBS-1 dan pemeriksaan langsung sebagaimana dimaksud dalam angka 3 telah dilakukan, Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran akan memberikan: a. persetujuan, apabila hasil kegiatan pemeriksaan administrasi

dokumen, pengujian kertas CBS-1 dan pemeriksaan langsung sebagaimana dimaksud dalam angka 3 memenuhi keseluruhan persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia; atau

b. penolakan, apabila hasil kegiatan pemeriksaan administratif dokumen, pengujian kertas CBS-1 dan/atau pemeriksaan langsung tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia. Selanjutnya Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran menyampaikan surat penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dengan disertai pengembalian seluruh lampiran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 kepada PPDS yang bersangkutan untuk diperbaiki dan/atau dilengkapi. Berkenaan dengan penolakan dimaksud, PPDS yang bersangkutan dapat mengajukan kembali surat permohonan izin operasional beserta lampirannya yang telah diperbaiki dan/atau dilengkapi kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, dengan mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam angka 1.

5. Dalam hal surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disetujui, maka Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran melakukan hal-hal sebagai berikut: a. menerbitkan Keputusan Direktur Akunting dan Sistem

Pembayaran yang berisi penetapan PPDS dimaksud sebagai PPWDK;

b. menyampaikan surat pemberitahuan penetapan sebagai PPWDK disertai asli keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan mengembalikan 135 (seratus tiga puluh lima) lembar spesimen kertas sebagaimana dimaksud pada butir 1.e.2) kepada PPWDK yang bersangkutan;

c. menyampaikan surat pemberitahuan penetapan sebagai PPWDK disertai tembusan keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada instansi yang berwenang memberikan izin operasional kepada PPDS;

d. mengumumkan penetapan PPWDK sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada seluruh Kantor Pusat Peserta, Kantor Cabang Peserta dari Bank yang berkedudukan di luar negeri dan PPWDK lainnya di seluruh Indonesia.

6. Pemberian keputusan persetujuan atau surat penolakan kepada PPDS untuk mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam butir 4.a atau butir 4.b, dilakukan Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pemeriksaan langsung ke PPDS yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam butir 3.c.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

57

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi V

V. Kewajiban perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring diatur dalam ketentuan ini. PPWDK mempunyai kewajiban sebagai berikut:

1. menyediakan mesin-mesin yang diperlukan dalam pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada ayat 7 butir A.5;

2. melakukan sendiri segala pekerjaan yang berkaitan dengan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring (prinsip Do It Yourself/Under One Roof), tidak mensubkontrakkan atau mengalihkan pekerjaan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut kepada PPWDK lain, atau menerima pengalihan pekerjaan dari PPWDK lain;

3. mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam ayat 4 butir A.2 dan ayat 4 butir B.2;

4. melakukan pengujian ke BBP&K atas setiap kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam butir ayat 4 A.2.a.1) dan butir ayat 4 B.2.a.1)a) yang akan digunakan untuk mencetak Warkat Debet dan Dokumen Kliring Peserta yang merupakan: a. kertas CBS-1 baru yang akan digunakan untuk mencetak Warkat

Debet dan Dokumen Kliring Peserta untuk pertama kalinya; atau b. kertas CBS-1 yang telah disetujui oleh Bank Indonesia tetapi

mengalami perubahan atau penggantian yang berupa perubahan atau penggantian: 1) produsen kertas CBS-1; 2) tanda air (water mark) logo PPWDK yang bersangkutan;

dan/atau 3) ketentuan Bank Indonesia yang mengubah spesifikasi teknis

kertas CBS-1. 5. melaporkan hasil uji kertas CBS-1 yang mengalami perubahan atau

penggantian sebagaimana dimaksud dalam butir 4.b yang telah memenuhi standar Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 butir A.2.a.1) atau ayat 4 butir B.2.a.1)a) kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan menggunakan surat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal surat BBP&K kepada PPWDK yang bersangkutan perihal hasil uji kertas CBS-1, dengan melampirkan: a. fotokopi laporan hasil uji kertas CBS-1 baru dari BBP&K, yang telah

mendapatkan pernyataan dari Notaris bahwa fotokopi laporan tersebut sesuai dengan dokumen asli yang diperlihatkan kepada Notaris atau yang telah mendapatkan pernyataan sesuai aslinya oleh BBP&K, yang memuat informasi mengenai spesifikasi kertas sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 butir A.2.a.1) atau ayat 4 butir B.2.a.1)a);

b. spesimen kertas CBS-1 yang diuji oleh BBP&K sebagaimana dimaksud dalam butir 4.b dan telah memiliki laporan hasil uji kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam huruf a, masing-masing dengan ukuran: 1) 20 (dua puluh) cm x 20 (dua puluh) cm sebanyak 50 (lima

puluh) lembar yang telah dibubuhi stempel PPWDK; dan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

58

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2) 7 (tujuh) inci x 2¾ (dua tiga per empat) inci seban yak 135 (seratus tiga puluh lima) lembar yang telah dibubuhi stempel PPWDK dan informasi MICR code line sesuai dengan tata cara pencantuman informasi MICR code line sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 butir C.2.a.5).c), untuk dilakukan pengujian dengan mesin baca pilah oleh Penyelenggara.

Spesimen kertas CBS-1 dianggap memenuhi syarat pengujian dengan mesin baca pilah apabila tingkat penolakan (tingkat reject) spesimen kertas CBS-1 paling tinggi sampai dengan 2% (dua perseratus). Dalam hal tingkat penolakan hasil pengujian spesimen kertas CBS-1 dimaksud pada mesin baca pilah menunjukkan tingkat penolakan spesimen yang lebih tinggi dari 2% (dua per seratus), PPWDK dimaksud berdasarkan surat pemberitahuan tertulis dari Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dapat diberikan kesempatan untuk menyampaikan kembali spesimen kertas CBS-1 yang telah diperbaiki kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran untuk dilakukan pengujian dengan mesin baca pilah.

6. melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring Peserta dengan menggunakan kertas CBS-1 sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 butir A.2.a.1) dan ayat 4 butir B.2.a.1)a) yang telah disetujui oleh Bank Indonesia;

7. setiap tahun menyampaikan laporan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan menggunakan surat kepada Kantor Pusat Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang telah dicetak dan dikirim oleh PPWDK tersebut kepada Peserta pada periode 1 (satu) tahun sebelumnya, yaitu periode bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Laporan tersebut wajib memuat: a. nama Bank; b. periode laporan; c. tanggal pemesanan; d. nama PPWDK; e. tanggal pengiriman; dan f. jenis dan jumlah lembar Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring

yang telah dicetak oleh PPWDK selama periode 1 (satu) tahun sebelumnya; dengan contoh format sesuai dengan Lampiran 15 Laporan Tahunan Pencetakan Warkat dan Dokumen Kliring Bank;

8. menyampaikan laporan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan keterangan ‘Nihil’ pada laporan sesuai dengan format dalam Lampiran 16, apabila dalam kurun waktu 1 (satu) tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam angka 7 tidak terdapat pemesanan/pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring;

9. menyampaikan laporan periode 1 (satu) tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada angka 7 atau angka 8 paling lambat pada tanggal 25 Januari tahun berikutnya. Dalam hal tanggal 25 tersebut di atas adalah hari libur maka batas waktu pelaporan tersebut adalah hari kerja berikutnya;

10. menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 9 kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

59

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi VIII

Sistem Pembayaran; 11. menyampaikan fotokopi perubahan anggaran dasar PPWDK dalam hal

terdapat perubahan nama, kepemilikan, direksi dan/atau komisaris yang telah dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh Notaris, kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran;

12. menyampaikan tembusan atau fotokopi ”surat permohon an perpanjangan izin operasional PPDS kepada instansi yang berwenang” dan/atau fotokopi ”surat dalam masa proses” yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang tersebut, kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran;

13. menyampaikan fotokopi perpanjangan izin operasional PPDS dari instansi yang berwenang dengan menggunakan surat kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dikeluarkan perpanjangan izin operasional dimaksud;

14. dalam hal terdapat perubahan alamat kantor PPWDK, maka PPWDK dimaksud harus memberitahukan perubahan alamat tersebut kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran.

15. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

VI. Lain-lain 1. Dalam hal instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam

ayat 7 butir A.1 mencabut atau tidak memperpanjang izin operasional PPDS maka Keputusan Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran yang menetapkan PPDS sebagai PPWDK sebagaimana dimaksud dalam ayat 7 butir.B.5 menjadi tidak berlaku. Selanjutnya Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran menerbitkan Keputusan Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran mengenai pencabutan/penghentian persetujuan PPWDK dan memberitahukannya kepada seluruh Peserta dan PPWDK lainnya dengan menggunakan pengumuman atau sarana lainnya.

2. Pelunasan bea meterai pada Warkat Debet berupa Cek dan Bilyet Giro yang diperhitungkan dalam SKNBI wajib dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. untuk Warkat Debet yang digunakan di Wilayah Kliring yang

pemilahan Warkat Debetnya dilakukan secara otomasi, termasuk Warkat Kliring Antar Wilayah, pelunasan bea meterai dilakukan dengan cara mencantumkan tanda Bea Meterai Lunas (BML) atau meterai teraan;

b. untuk Warkat Debet yang digunakan di Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat Debetnya dilakukan secara manual, pelunasan bea meterai dilakukan dengan cara mencantumkan tanda Bea Meterai Lunas (BML), meterai teraan, atau meterai tempel; sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

60

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. Bank-bank di daerah yang tidak terdapat penyelenggaraan Kliring apabila memberikan fasilitas Cek dan Bilyet Giro bagi nasabahnya, pencetakan Cek dan Bilyet Giro tersebut dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini. Hal ini dilakukan mengingat dengan adanya Kliring Warkat Debet Antar Wilayah, Cek dan Bilyet Giro dimaksud menjadi dapat dikliringkan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.

4. Warkat Debet berupa Cek dan Bilyet Giro tidak dapat digunakan untuk sarana penarikan rekening giro dalam mata uang asing, baik dalam mata uang asal maupun konversinya dalam mata uang Rupiah.

5. Penggunaan bahan baku untuk Warkat Debet dan Dokumen Kliring BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch diutamakan menggunakan produk dalam negeri, sepanjang spesifikasi teknis kertasnya memenuhi spesifikasi teknis kertas CBS-1.

17 Pasal 17 7/18/PBI/2005 SE 8/35/SASP 2006 Romawi II. E

(1) Peserta dan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring wajib melaporkan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring kepada Bank Indonesia secara periodik.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat sesuai dengan format yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pelaporan Pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring 1. Kantor Pusat Peserta dan Kantor Cabang Peserta dari suatu Bank yang

berkedudukan di luar negeri, setiap periode 1 (satu) tahun wajib menyampaikan laporan tahunan tertulis dengan menggunakan surat tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch yang telah dicetak oleh PPWDK (ditandai dengan adanya delivery order dari PPWDK) pada periode 1 (satu) tahun sebelumnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. laporan tahunan wajib memuat:

1) nama Bank; 2) periode laporan; 3) tanggal pemesanan; 4) nama PPWDK; 5) tanggal pengiriman; dan 6) jenis serta jumlah lembar Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring

yang telah dicetak oleh PPWDK selama periode 1 (satu) tahun sebelumnya, dengan contoh format sesuai dengan Lampiran 13.

b. dalam hal pada kurun waktu 1 (satu) tahun Kantor Pusat Peserta atau Kantor Cabang Peserta dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri tidak melakukan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring maka Kantor Pusat Peserta atau Kantor Cabang Peserta dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang bersangkutan tetap diwajibkan menyampaikan laporan pencetakan Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring dengan keterangan ‘Nihil’ pada laporan tahunan sesuai dengan format Lampiran 14.

c. penyampaian laporan tahunan dilakukan paling lambat pada tanggal 25 Januari tahun berikutnya. Dalam hal tanggal 25 tersebut di atas adalah hari libur maka batas waktu pelaporan tersebut dihitung pada

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

61

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

tanggal hari kerja berikutnya. d. penyampaian laporan tersebut ditujukan kepada:

Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran, dengan alamat: Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran Gedung D, Lantai 9 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350

2. Dalam hal Kantor Pusat Peserta berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia, maka Kantor Pusat Peserta tersebut wajib menyampaikan tembusan surat dan laporan tertulis kepada kantor Bank Indonesia yang mewilayahi.

Bagian Ketiga DKE Debet 18 Pasal 18

12/5/PBI/2010

(1) Perhitungan Kliring Debet dilakukan atas dasar DKE Debet yang diterima oleh PKL dan didukung dengan pendanaan awal (prefund) Peserta penerima yang cukup.

(2) Dalam hal terdapat DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan awal (prefund) Peserta penerima yang cukup pada jadwal penyelenggaraan Kliring di suatu PKL, maka PKL tidak memperhitungkan sebagian atau seluruh DKE Debet Peserta penerima di Wilayah Kliring dimaksud.

(3) PKL tidak memperhitungkan sebagian atau seluruh DKE Debet Peserta penerima yang tidak didukung dengan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan informasi dari PKN.

(4) Dalam hal terdapat DKE yang tidak diperhitungkan dalam penyelesaian akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Warkat Debet dari DKE tersebut harus diselesaikan antara Peserta penerima dan Peserta pengirim. Penyelesaian pembayaran Warkat Debet yang tidak diperhitungkan dalam penyelenggaraan kliring harus dilakukan segera antara Peserta penerima dan Peserta pengirim sepanjang memenuhi persyaratan warkat dan kecukupan dana dari nasabah Peserta penerima.

(5) Ketentuan mengenai perhitungan Kliring Debet berdasarkan DKE Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Ketentuan ini.

19 Pasal 19 7/18/PBI/2005

(1) Dalam mengkliringkan DKE Debet, Peserta harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia. Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain kelengkapan pengisian informasi yang harus diisi seperti sandi Peserta pengirim, sandi Peserta penerima, nomor rekening tertuju.

(2) Dalam hal Peserta tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PKN dan atau PKL tidak memproses DKE Debet tersebut.

(3) Ketentuan mengenai persyaratan pengiriman DKE Debet diatur dengan dalam Ketentuan ini.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

62

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Bagian Keempat Batas Nilai Nominal Warkat Debet 20 Pasal 20

7/18/PBI/2005 SE 11/13/DASP 2009 Romawi I. A – B

(1) Nilai nominal pada Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) tidak dibatasi, kecuali untuk Warkat Debet yang berupa Nota Debet.

(2) Pembatasan nilai nominal pada Nota Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila: a. Nota Debet diterbitkan oleh Bank Indonesia dan ditujukan kepada Bank

atau nasabah Bank; atau b. Nota Debet diterbitkan oleh Bank dan ditujukan kepada Bank Indonesia

sehubungan dengan tagihan-tagihan tertentu. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembatasan nilai nominal Nota Debet dan

tagihan-tagihan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam ketentuan ini.

I. Batas Nilai Nominal Nota Debet

A. Nota Debet yang Diterbitkan oleh Bank Nilai nominal Nota Debet yang diterbitkan oleh Bank yang ditujukan kepada Bank lain untuk dikliringkan melalui Kliring Debet dalam penyelenggaraan SKNBI paling banyak sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per Nota Debet.

B. Nota Debet yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia 1. Nilai nominal Nota Debet yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

tidak dibatasi. 2. Nota Debet dengan nilai nominal di atas Rp10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dapat dikliringkan untuk ditujukan kepada Bank dan/atau nasabah Bank hanya untuk kepentingan sebagai berikut: a. tagihan pokok dan/atau bunga untuk:

1) Kredit Likuiditas Program Kredit Modal Kerja Bank Indonesia dalam rangka pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (KL KMK-BPR);

2) Kredit Likuiditas Kredit kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat (KL KPKM-BPR); dan

3) Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Perkreditan Rakyat (FPJP BPR).

b. biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian FPJP BPR.

c. tagihan pokok, bagi hasil dan/atau fee (ujroh) untuk: 1) Pembiayaan Likuiditas Pembiayaan Modal Kerja dalam

rangka Pengembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (PL PMK-BPRS); dan

2) Pembiayaan Likuiditas Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (PL PPKM-BPRS).

3. Pelunasan tagihan-tagihan selain yang dimaksud pada angka 2, jika dilakukan melalui penyelenggaraan SKNBI harus dilakukan dengan mengirimkan Data Keuangan Elektronik (DKE) Kredit oleh pihak yang berutang/pihak peminjam atau dengan memperhitungkan cek atau bilyet giro yang diterbitkan oleh pihak yang berutang/pihak peminjam.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

63

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

4. Dalam hal Bank Indonesia memperhitungkan Nota Debet sebagaimana dimaksud pada angka 2, Bank Indonesia menggunakan sandi transaksi 45.

Bagian Kelima Jadwal Penyelenggaraan Kliring Debet 21 Pasal 21

7/18/PBI/2005 (1) Penyelenggaraan Kliring Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10

huruf a diadakan setiap hari kerja, kecuali ditetapkan lain oleh PKN atau PKL. (2) Jadwal penyelenggaraan Kliring Debet di setiap Wilayah Kliring ditetapkan

oleh masing-masing PKL dengan persetujuan PKN. (3) Ketentuan mengenai jadwal penyelenggaraan Kliring Debet diatur dalam

Ketentuan ini.

Bagian Keenam Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Debet 22 Pasal 22

7/18/PBI/2005 (1) Pada setiap awal hari kerja sebelum penyelenggaraan Kliring Debet dimulai di

seluruh Wilayah Kliring, Bank harus menyediakan pendanaan awal (prefund) paling sedikit sebesar nilai nominal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pendanaan awal (prefund) dimaksudkan untuk mengantisipasi pemenuhan potensi kewajiban dari seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta pada penyelenggaraan Kliring Debet.

(2) Khusus untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, penyediaan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah antara Bank Konvensional dan UUS.

(3) Pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa dana tunai (cash prefund) dan atau agunan (collateral prefund).

(4) Jenis agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa: a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

(SWBI); b. Surat Utang Negara (SUN); dan atau c. Surat berharga atau tagihan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(5) Dana tunai (cash prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada Sistem BI-RTGS, dalam rekening milik PKN yang digunakan khusus untuk menampung dana tunai (cash prefund) Kliring Debet. Seluruh dana tunai (cash prefund) untuk Kliring Debet yang disediakan oleh seluruh Bank ditatausahakan oleh Bank Indonesia dalam satu rekening khusus pada Sistem BI-RTGS, sementara rincian dana untuk masing-masing Bank ditatausahakan pada SSK.

(6) Agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada BI-SSSS, dalam rekening agunan FLI-Kliring dan rekening agunan FLIS-Kliring masing-masing Bank yang terpisah dari rekening perdagangan atau rekening aktif.

(7) Agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yang telah disediakan oleh Bank sebagai pendanaan awal (prefund) tidak dapat digunakan untuk transaksi lain dan tidak dapat dipindahkan ke rekening

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

64

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

perdagangan atau rekening aktif sampai dengan dilakukannya Penyelesaian Akhir Kliring Debet secara nasional.

(8) Ketentuan mengenai penetapan nilai nominal pendanaan awal (prefund), tata cara pemberitahuan dari Bank Indonesia kepada Bank mengenai besarnya nilai nominal pendanaan awal (prefund), batas waktu penyediaan pendanaan awal (prefund), tata cara penyediaan pendanaan awal (prefund) dan mekanisme pengembalian pendanaan awal (prefund) diatur dalam Ketentuan ini.

Bagian Ketujuh Informasi Awal Hasil Perhitungan Kliring Debet 23 Pasal 23

12/5/PBI/2010 (1) PKN menyediakan informasi mengenai potensi kewajiban masing-masing

Bank secara nasional yang harus dipenuhi dengan pendanaan awal (prefund) oleh Bank dalam Kliring penyerahan sesuai jadwal Kliring penyerahan pada masing-masing Wilayah Kliring.

(2) Dalam hal potensi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih besar daripada total pendanaan awal (prefund) Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 22 ayat (1), maka Bank harus menambah kekurangan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dan/atau agunan (collateral prefund) sampai dengan batas waktu sesuai jadwal Kliring di masing-masing Wilayah Kliring.

(3) Ketentuan mengenai mekanisme dan penetapan batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Ketentuan ini.

Bagian Kedelapan Penyelesaian AKhir Kliring Debet 24 Pasal 24

12/5/PBI/2010 (1) Penyelesaian Akhir atas hasil perhitungan Kliring Debet secara nasional

dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Kewajiban Bank dalam Penyelesaian Akhir Kliring Debet secara nasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipenuhi dari sumber dana dengan prioritas penggunaan sebagai berikut: a) Dana tunai (cash prefund) yang disediakan oleh Bank sampai dengan

berakhirnya batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 23 ayat (2);

b) Dana yang tersedia pada rekening giro Bank di Bank Indonesia. c) Agunan (collateral prefund) yang tersedia pada rekening agunan FLI-Kliring

atau rekening agunan FLIS-Kliring yang disediakan oleh Bank sampai dengan berakhirnya batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 23 ayat (2);

(3) Mekanisme penggunaan dan penyelesaian agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank umum dan fasilitas likuiditas intrahari bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme Penyelesaian Akhir atas hasil perhitungan Kliring Debet diatur dalam Ketentuan ini.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

65

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Bab VI Penyelenggaraan Kliring Kredit Bagian Pertama DKE Kredit

25 Pasal 25 7/18/PBI/2005

(1) Perhitungan Kliring Kredit dilakukan atas dasar DKE Kredit yang diterima oleh PKN.

(2) Dalam mengirimkan DKE Kredit kepada PKN dan atau PKL, Peserta harus memenuhi persyaratan pengiriman DKE Kredit yang ditetapkan Bank Indonesia. Persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia antara lain kelengkapan pengisian informasi yang wajib diisi seperti sandi Peserta pengirim, sandi Peserta penerima dan nomor rekening yang dituju.

(3) Dalam hal Peserta tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PKN dan atau PKL tidak memproses DKE Kredit tersebut.

(4) Ketentuan mengenai persyaratan pengiriman DKE Kredit diatur dalam Ketentuan ini.

Bagian Kedua Dokumen Kliring 26 Pasal 26

7/18/PBI/2005 Dalam hal pengiriman DKE Kredit ke PKN dilakukan melalui PKL, Peserta harus menyertakan Dokumen Kliring pada saat menyerahkan DKE Kredit dalam bentuk media rekam data kepada PKL. Dokumen Kliring merupakan bukti penyerahan DKE Kredit dalam bentuk media rekam data oleh Peserta kepada PKL.

Bagian Ketiga Batas Nominal Transfer Kredit 27 Pasal 27

7/18/PBI/2005 SE 15/18/DASP 2013 Romawi II

(1) Batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan dalam Kliring Kredit ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai batas nilai nominal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini. Batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui Kliring Kredit dalam penyelenggaraan SKNBI adalah transfer kredit dengan nilai nominal paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) per transaksi.

Bagian Keempat Jadwal Penyelenggaraan Kliring Kredit 28 Pasal 28

7/18/PBI/2005 (1) Penyelenggaraan Kliring Kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10

huruf b diadakan setiap hari kerja, kecuali ditetapkan lain oleh PKN. (2) Jadwal penyelenggaraan Kliring Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh PKN. (3) Ketentuan mengenai jadwal penyelenggaraan Kliring Kredit diatur dalam

Ketentuan ini.

Bagian Kelima Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Kredit 29 Pasal 29

7/18/PBI/2005 (1) Pada setiap awal hari kerja sebelum penyelenggaraan Kliring Kredit dimulai di

seluruh Wilayah Kliring, Bank harus menyediakan pendanaan awal (prefund) berupa dana tunai (cash prefund) paling sedikit sebesar nilai nominal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

66

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pendanaan awal (prefund) dimaksudkan untuk mengantisipasi pemenuhan potensi kewajiban dari seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta pada penyelenggaraan Kliring Kredit.

(2) Khusus untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, penyediaan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah oleh Bank Konvensional dan UUS.

(3) Penyediaan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Bank melalui Sistem BI-RTGS.

(4) Dana tunai (cash prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada Sistem BI-RTGS, dalam rekening milik PKN yang digunakan khusus untuk menampung dana tunai (cash prefund) Kliring Kredit. Seluruh dana tunai (cash prefund) untuk Kliring Kredit yang disediakan oleh seluruh Bank ditatausahakan oleh Bank Indonesia dalam satu rekening khusus pada Sistem BI-RTGS, sementara rincian dana untuk masing-masing Bank ditatausahakan pada SSK.

(5) Ketentuan mengenai penetapan nilai nominal pendanaan awal (prefund), tata cara pemberitahuan dari Bank Indonesia kepada Bank mengenai besarnya nilai nominal pendanaan awal (prefund), batas waktu penyediaan pendanaan awal (prefund), tata cara penyediaan pendanaan awal (prefund) dan mekanisme pengembalian pendanaan awal (prefund) diatur dalam Ketentuan ini.

Bagian Keenam

Informasi Awal Hasil Perhitungan Kliring Kredit dan Penambahan Pendanaan Awal (Prefund)

30 Pasal 30 7/18/PBI/2005

Sebelum dilakukan Penyelesaian Akhir, PKN menyediakan informasi mengenai hasil perhitungan sementara Kliring Kredit secara nasional untuk masing-masing Bank yang merupakan selisih antara total nominal dana yang dimiliki Bank dengan total nominal batch DKE Kredit yang dikirim oleh Bank.

Yang dimaksud ”total nominal dana yang dimiliki Bank” adalah dana yang bersumber dari: a. pendanaan awal (prefund) berupa dana tunai (cash prefund); dan b. dana yang berasal dari confirmed incoming, yaitu transfer kredit masuk dari

Bank lain yang dapat dipenuhi oleh dana yang dimiliki Bank lain tersebut.

31 Pasal 31 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal hasil perhitungan sementara Kliring Kredit nasional Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 30 menunjukkan nilai negatif, Bank dapat menambah kekurangan dana tunai (cash prefund) melalui Sistem BI-RTGS sampai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai mekanisme penambahan pendanaan awal (prefund) dan penetapan batas waktu penambahan dana tunai (cash prefund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

67

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Bagian Ketujuh Penyelesaian Akhir Kliring Kredit 32 Pasal 32

7/18/PBI/2005 (1) Penyelesaian Akhir atas hasil perhitungan Kliring Kredit secara nasional

dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Kewajiban Bank dalam Penyelesaian Akhir Kliring Kredit secara nasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipenuhi dari sumber dana yang dimiliki Bank sebagai berikut : a. dana tunai (cash prefund) yang disediakan oleh Bank sampai dengan

berakhirnya batas waktu penambahan dana tunai (cash prefund) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31 ayat (1); dan

b. dana dari confirmed incoming yang tersedia sampai dengan berakhirnya batas waktu penambahan dana tunai (cash prefund) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31 ayat (1).

(3) Dalam hal Peserta pengirim tidak memiliki dana yang cukup untuk menyelesaikan sebagian atau seluruh transaksi DKE Kredit yang telah diterima oleh SSK, sebagian atau seluruh transaksi DKE Kredit tersebut dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Yang dimaksud dengan “dana yang cukup” meliputi ketersediaan dana tunai (cash prefund) dan dana yang berasal dari confirmed incoming.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme Penyelesaian Akhir atas hasil perhitungan Kliring Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

Bab VII

Kewajiban dan Tanggung Jawab Peserta Pengirim dan Peserta Penerima dalam Penyelenggaraan Kliring Debet

Bagian Kesatu Pengiriman Warkat Debet dan DKE Debet 33 Pasal 33

7/18/PBI/2005 Yang dimaksud dengan Peserta pengirim dalam Bab ini adalah Peserta yang mengkliringkan Warkat Debet dalam kegiatan Kliring penyerahan pada penyelenggaraan Kliring Debet. Yang dimaksud dengan Peserta penerima dalam Bab ini adalah Peserta yang menerima tagihan atas Warkat Debet yang dikliringkan oleh Peserta pengirim dalam kegiatan Kliring penyerahan pada penyelenggaraan Kliring Debet.

(1) Dalam menerima setoran Warkat Debet dari nasabahnya, Peserta pengirim

wajib memperhatikan ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ”ketentuan yang berlaku” pada ayat ini antara lain ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles) dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction).

(2) Dalam hal Peserta pengirim menyetujui untuk mengkliringkan Warkat Debet yang diterima dari nasabahnya, Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut melalui Kliring Debet, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk Warkat Debet yang diterima sebelum berakhirnya jam pelayanan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

68

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

nasabah dan Peserta pengirim mempunyai cukup waktu untuk mengkliringkannya, Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya Warkat Debet dari nasabah. Yang dimaksud dengan ”jam pelayanan nasabah” adalah batas waktu bagi nasabah untuk melakukan setoran Kliring untuk dikliringkan pada tanggal yang sama dengan tanggal penyetoran sebagaimana diumumkan di kantor Bank.

b. Untuk Warkat Debet yang diterima menjelang berakhirnya jam pelayanan

nasabah dan Peserta pengirim tidak mempunyai cukup waktu untuk mengkliringkan Warkat Debet tersebut, Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut paling lambat pada Kliring Debet hari kerja berikutnya.

c. Untuk Warkat Debet yang diterima setelah berakhirnya jam pelayanan nasabah, Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut paling lambat pada Kliring Debet hari kerja berikutnya.

d. Kewajiban mengkliringkan Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c dapat dikecualikan sepanjang terdapat kesepakatan lain antara nasabah dengan Peserta pengirim.

(3) Khusus untuk Warkat Debet yang memiliki tanggal jatuh tempo dalam pembayarannya, kewajiban mengkliringkan Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sepanjang Warkat Debet tersebut telah jatuh tempo pada saat diterima oleh Peserta pengirim. Warkat Debet yang memiliki tanggal jatuh tempo antara lain adalah Bilyet Giro.

(4) Dalam hal Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) belum jatuh tempo pada saat diterima oleh Peserta pengirim, maka Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut pada: a. tanggal jatuh tempo; atau b. hari kerja berikutnya setelah tanggal jatuh tempo apabila tanggal jatuh

tempo Warkat Debet adalah hari libur, kecuali terdapat kesepakatan lain antara nasabah dengan Peserta pengirim.

(5) Dalam hal Peserta pengirim tidak mengkliringkan Warkat Debet sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Peserta pengirim wajib membayar kompensasi kepada nasabah sebesar bunga atas dana yang seharusnya diterima oleh nasabah terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian apabila Warkat Debet tersebut dikliringkan sesuai dengan tanggal yang seharusnya sampai dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Pengembalian pada saat Warkat Debet tersebut dikliringkan. Pembayaran kompensasi oleh Peserta pengirim merupakan konsekuensi atas keterlambatan Peserta pengirim dalam mengkliringkan Warkat Debet yang diterima dari nasabah Peserta pengirim.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

69

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(6) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang menyetorkan Warkat Debet pada Peserta pengirim.

(7) Ketentuan kewajiban pembayaran kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak berlaku jika: a. Nasabah tidak mempunyai rekening pada Peserta pengirim; atau b. Peserta pengirim menunda pelaksanaan kewajiban mengkliringkan atas

permintaan pihak yang berwenang atau atas dasar ketentuan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan ”pihak yang berwenang” antara lain kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Yang dimaksud “ketentuan yang berlaku” antara lain adalah ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles) dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction).

34 Pasal 34 7/18/PBI/2005

(1) Peserta pengirim bertanggung jawab atas : a. kesesuaian DKE Debet dengan data pada Warkat Debet yang menjadi

dasar pembuatan DKE Debet dimaksud; dan b. kelengkapan penyampaian Warkat Debet dan DKE Debet dalam Kliring

Debet. (2) Dalam hal Peserta pengirim melakukan kekeliruan yang berakibat:

a. DKE Debet tidak sesuai dengan data pada Warkat Debet yang diterima dari nasabah; atau

b. Warkat Debet dikirim tanpa disertai DKE Debet atau sebaliknya; sehingga Warkat Debet tersebut ditolak atau tidak diterima oleh Peserta penerima, maka Peserta pengirim wajib mengkliringkan kembali Warkat Debet tersebut paling lambat pada Kliring Debet hari kerja berikutnya.

(3) Dalam hal Peserta pengirim melakukan kekeliruan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Peserta pengirim wajib membayar kompensasi kepada nasabah sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang menyetorkan Warkat Debet, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Pengembalian pada saat Warkat Debet tersebut dikliringkan dan terjadi kekeliruan sampai dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian pada saat Peserta pengirim mengkliringkan kembali Warkat Debet tersebut dengan benar. Pembayaran kompensasi oleh Peserta pengirim merupakan konsekuensi atas kekeliruan Peserta pengirim dalam mengkliringkan Warkat Debet.

(4) Ketentuan pembayaran kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku jika nasabah yang menyetorkan Warkat Debet tidak mempunyai rekening pada Peserta pengirim.

Bagian Kedua Penerimaan Warkat Debet dan DKE Debet 35 Pasal 35

7/18/PBI/2005 (1) Peserta penerima harus meneliti dan mencocokkan Warkat Debet yang

diterima dengan laporan yang berisi daftar DKE Debet yang diterima dari PKL.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

70

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Dalam hal setelah dilakukan penelitian dan pencocokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat perbedaan antara Warkat Debet dengan laporan yang berisi daftar DKE Debet yang diterima dari PKL, penyelesaian perbedaan tersebut dilakukan dengan mekanisme yang diatur lebih lanjut dalam Ketentuan ini.

(3) Peserta penerima dapat menolak Warkat Debet dan atau DKE Debet berdasarkan alasan-alasan penolakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam lampiran 7 bab 7 Kliring Debet.

Bagian Ketiga Penerusan Dana kepada Nasabah Peserta Pengirim 36 Pasal 36

7/18/PBI/2005 (1) Dalam hal tidak terjadi penolakan oleh Peserta penerima terhadap Warkat

Debet yang dikliringkan oleh Bank Peserta pengirim, Bank Peserta pengirim wajib meneruskan dana hasil penagihan Warkat Debet tersebut kepada nasabah yang menyetorkan Warkat Debet segera setelah kegiatan Kliring pengembalian di Wilayah Kliring yang bersangkutan selesai, dengan ketentuan sebagai berikut : Yang dimaksud dengan ”Bank Peserta pengirim” dalam ayat ini adalah kantor-kantor Bank yang menerima setoran Warkat Debet untuk dikliringkan. a. Dalam hal nasabah memiliki rekening di Bank Peserta pengirim, maka:

1. Bank Peserta pengirim wajib mengkredit dana tersebut ke rekening nasabahnya: a) pada tanggal valuta yang sama dengan tanggal Kliring

pengembalian; atau b) paling lambat pukul 09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya

dengan: Pengkreditan dilakukan paling lambat pada pukul 09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya apabila berdasarkan pertimbangan tertentu Bank Peserta pengirim tidak dapat melakukan pengkreditan pada tanggal yang sama dengan tanggal Kliring pengembalian. 1) menggunakan tanggal valuta hari kerja sebelumnya; atau 2) menggunakan tanggal valuta hari kerja berikutnya tersebut

dengan memberikan bunga kepada nasabahnya sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian sampai tanggal pengkreditan rekening nasabah dimaksud.

2. Dalam hal Bank Peserta pengirim tidak melakukan pengkreditan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank Peserta pengirim wajib membayar kompensasi kepada nasabahnya sebesar bunga dari dana yang seharusnya diterima oleh nasabah dimaksud, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian sampai tanggal pengkreditan rekening nasabah, dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah pada Bank Peserta pengirim ditambah dengan tingkat kompensasi tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

b. Apabila nasabah tidak memiliki rekening di Bank Peserta pengirim, maka Bank Peserta pengirim wajib mengirim surat pemberitahuan mengenai

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

71

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

tersedianya dana kepada nasabah pada tanggal yang sama dengan tanggal Kliring pengembalian atau paling lambat pada hari kerja berikutnya. Surat pemberitahuan merupakan dasar bagi nasabah untuk mengambil dana di kantor tertentu di Bank Peserta pengirim. Pemberitahuan dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya apabila berdasarkan pertimbangan tertentu, kantor Bank Peserta pengirim tidak dapat menyampaikan pemberitahuan pada tanggal yang sama dengan tanggal Kliring pengembalian.

(2) Ketentuan pembayaran tambahan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak berlaku jika Peserta pengirim menunda pelaksanaan penerusan dana atas permintaan pihak yang berwenang atau atas dasar ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ”pihak yang berwenang” antara lain adalah kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Yang dimaksud “ketentuan yang berlaku” antara lain adalah ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles) dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction).

Bagian Keempat Kompensasi Atas Warkat Debet yang Tertolak Oleh Mesin Baca Pilah 37 Pasal 37

7/18/PBI/2005 (1) Dalam hal Warkat Debet tertolak (reject) oleh mesin baca pilah sebagaimana

dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (1) huruf d karena faktor-faktor tertentu yang disebabkan oleh Peserta pengirim dan atau Peserta penerima dan menyebabkan Warkat Debet tersebut tidak diproses oleh PKL, maka Peserta pengirim dan atau Peserta penerima wajib membayar kompensasi kepada nasabah yang menyetorkan Warkat Debet sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah tersebut terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian apabila Warkat Debet tersebut tidak tertolak oleh mesin baca pilah sampai dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian pada saat Warkat Debet tersebut dikliringkan kembali dan tidak tertolak oleh mesin baca pilah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pihak yang wajib membayar kompensasi kepada nasabah, tata cara pembayarannya serta perhitungan bunga dan kompensasi diatur dalam Ketentuan ini.

BAB VIII

Kewajiban dan tanggung jawab peserta pengirim dan peserta penerima dalam penyelenggaraan kliring kredit

Bagian Pertama Pengiriman DKE Kredit 38 Pasal 38

7/18/PBI/2005 Yang dimaksud dengan Peserta pengirim dalam Bab ini adalah Peserta yang mengkliringkan perintah transfer kredit dalam penyelenggaraan Kliring Kredit.

Yang dimaksud dengan Peserta penerima dalam Bab ini adalah Peserta yang menerima perintah transfer kredit dalam penyelenggaraan Kliring Kredit.

(1) Peserta pengirim wajib mensyaratkan kepada nasabahnya untuk mengisi perintah transfer kredit secara lengkap dan benar serta memperhatikan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

72

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud “ketentuan yang berlaku” pada ayat ini antara lain ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles) dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction).

(2) Perintah transfer kredit yang dibuat oleh nasabah pengirim sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : a. identitas nasabah pengirim; b. identitas nasabah penerima; c. identitas Peserta penerima; dan d. jumlah dana yang ditransfer.

(3) Identitas nasabah pengirim dan nasabah penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b sekurang-kurangnya meliputi nomor rekening dan nama rekening atau, apabila nasabah pengirim atau nasabah penerima tidak memiliki rekening pada Peserta, identitas tersebut meliputi sekurang-kurangnya nama dan alamat.

39 Pasal 39 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal Peserta pengirim menyetujui untuk mengkliringkan perintah transfer kredit dari nasabahnya, Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah transfer kredit dalam bentuk DKE Kredit melalui Kliring Kredit dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk perintah transfer kredit yang diterima sebelum berakhirnya jam

pelayanan nasabah dan Peserta pengirim mempunyai cukup waktu untuk mengkliringkannya, Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya perintah transfer kredit dari nasabah. Yang dimaksud dengan ”jam pelayanan nasabah” adalah batas waktu bagi nasabah untuk melakukan transfer melalui Kliring Kredit di masing-masing Bank sebagaimana diumumkan di kantor Bank.

b. Untuk perintah transfer kredit yang diterima menjelang berakhirnya jam pelayanan nasabah dan Peserta pengirim tidak mempunyai cukup waktu untuk mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut, Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut paling lambat pada Kliring Kredit hari kerja berikutnya.

c. Untuk perintah transfer kredit yang diterima setelah berakhirnya jam pelayanan nasabah, Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut paling lambat pada Kliring Kredit hari kerja berikutnya.

d. Kewajiban mengkliringkan perintah transfer kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c dapat dikecualikan sepanjang terdapat kesepakatan lain antara nasabah dengan Peserta pengirim.

(2) Dalam mengkliringkan perintah transfer kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendebetan rekening nasabah pengirim harus dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal Peserta pengirim mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

73

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Dalam hal tanggal pendebetan rekening nasabah lebih awal daripada tanggal pengkliringan perintah transfer kredit, Peserta pengirim wajib membayar bunga kepada nasabah sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang memberikan perintah transfer kredit kepada Peserta pengirim terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah pengirim sampai tanggal Peserta pengirim mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut. Kewajiban pembayaran bunga kepada nasabah Peserta pengirim merupakan bentuk pengembalian atas hak nasabah.

(4) Ketentuan kewajiban pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku apabila perintah transfer kredit dari nasabah berasal dari setoran tunai.

40 Pasal 40 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal DKE Kredit tidak diproses oleh PKN atau PKL yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 25 ayat (3) dan Paragraf 32 ayat (3), maka Peserta pengirim wajib mengkliringkan kembali perintah transfer kredit tersebut paling lambat pada Kliring Kredit pada hari kerja berikutnya.

(2) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta pengirim wajib membayar bunga kepada nasabahnya sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang memberikan perintah transfer kredit kepada Peserta pengirim terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah pengirim sampai tanggal Peserta pengirim mengkliringkan kembali perintah transfer kredit tersebut.

(3) Ketentuan kewajiban pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku apabila perintah transfer kredit dari nasabah berasal dari setoran tunai.

41 Pasal 41 7/18/PBI/2005

(1) Peserta pengirim bertanggung jawab atas kesesuaian perintah transfer kredit yang dibuat oleh nasabah dengan DKE Kredit yang dikirimkan melalui Kliring Kredit.

(2) Dalam hal Peserta pengirim mengirimkan DKE Kredit yang tidak sesuai dengan perintah transfer kredit yang dibuat oleh nasabah, Peserta pengirim wajib mengirimkan kembali DKE Kredit baru atas beban Peserta pengirim sesuai dengan perintah transfer kredit nasabah tanpa menunggu pengembalian dana dari Peserta penerima atau nasabah Peserta penerima yang tidak berhak paling lambat pada tanggal yang sama dengan tanggal diketahuinya ketidaksesuaian. Yang dimaksud dengan “ketidaksesuaian” dalam ayat ini antara lain berupa ketidaksesuaian data identitas Peserta Penerima, identitas nasabah penerima, jumlah dana yang ditransfer, dan atau duplikasi pelaksanaan perintah transfer kredit.

(3) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Peserta pengirim wajib membayar bunga kepada nasabahnya sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang mengirimkan perintah transfer kredit tersebut, terhitung sejak tanggal pendebetan rekening

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

74

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

nasabah sampai tanggal Peserta pengirim mengirimkan DKE Kredit yang baru. (4) Dalam hal Peserta pengirim telah melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), maka dana yang salah terkirim dapat diminta kembali oleh Peserta pengirim kepada Peserta penerima dengan menggunakan mekanisme permintaan pengembalian dana sebagaimana diatur dalam kesepakatan antar Peserta (Bye-Laws).

(5) Peserta pengirim yang meminta pengembalian dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus menyerahkan “Surat Pernyataan Pembebasan Tanggung Jawab” (indemnity) kepada Peserta penerima.

(6) Pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta penerima oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berisi pernyataan : Adanya pembebasan tanggung jawab (indemnity) yang diterima dari Peserta pengirim tidak serta merta mewajibkan Peserta penerima untuk menarik dana dari penerima dana yang tidak berhak dengan mengabaikan kebijakan dan ketentuan internal Peserta penerima, misalnya yang terkait dengan kewajiban meminta persetujuan dari penerima dana atau pemilik rekening untuk mendebet kembali rekeningnya, kecuali dalam perjanjian pembukaan rekening antara Peserta penerima dan nasabah Peserta penerima diatur bahwa dalam hal terjadi kekeliruan pengkreditan rekening nasabah Peserta penerima berhak melakukan pendebetan rekening nasabah Peserta penerima secara langsung tanpa perlu meminta persetujuan nasabah Peserta penerima terlebih dahulu. Hal yang sama berlaku juga untuk penerima dana tunai. a. pembebasan tanggung jawab Peserta penerima, termasuk seluruh

karyawannya dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan pembayaran, terhadap berbagai kemungkinan klaim, gugatan, kewajiban, biaya-biaya termasuk biaya penyelesaian hukum dan biaya lainnya, tuntutan atau kerugian yang diakibatkan oleh pengembalian dana yang dilakukan oleh Peserta penerima, baik atas permintaan Peserta pengirim atau karena Peserta penerima harus melaksanakan kewajiban sesuai dengan pernyataan dalam pembebasan tanggung jawab (indemnity); dan

b. kesediaan Peserta pengirim untuk menanggung segala biaya yang terkait dengan klaim, gugatan, tuntutan, dan kewajiban lainnya, termasuk biaya penyelesaian hukum dan biaya lainnya, serta kerugian yang dihadapi oleh Peserta penerima sebagai akibat dari penarikan kembali dana dari nasabah penerima yang tidak berhak.

42 Pasal 42 7/18/PBI/2005

Dalam hal Peserta pengirim meminta pengembalian dana dari Peserta penerima sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41 ayat (4), Peserta penerima wajib segera melaksanakan permintaan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Paragraf 44, Paragraf 46 dan Paragraf 47.

Bagia Kedua Penerimaan DKE Kredit 43 Pasal 43

7/18/PBI/2005 (1) Peserta penerima wajib melakukan verifikasi atas transfer kredit yang

diterima melalui Kliring Kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “ketentuan yang berlaku” antara lain adalah ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles), ketentuan Bank Indonesia mengenai

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

75

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh Bank serta Undang-undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction).

(2) Dalam hal transfer ditujukan kepada penerima dana yang memiliki rekening di kantor Peserta penerima, Peserta penerima wajib meneruskan dana kepada nasabah penerima dana dengan menggunakan mekanisme penerusan dana yang berlaku di internal Bank Peserta penerima dengan cara: Penggunaan mekanisme penerusan dana didasarkan pada manajemen risiko Bank sebagai Bank penerima. a. mencocokkan nomor rekening dan nama rekening penerima dana yang

tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN dengan nomor rekening dan nama rekening penerima dana yang tercantum dalam tata usaha rekening atau administrasi di Peserta penerima; atau

b. mendasarkan penerusan dana hanya atas dasar kesamaan nomor rekening yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN dengan nomor rekening yang tercantum dalam tata usaha rekening atau administrasi di Peserta penerima. Penerusan dana dengan mendasarkan pada kesamaan nomor rekening yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN dengan nomor rekening yang tercantum dalam tata usaha rekening atau administrasi di Peserta penerima dapat terjadi antara lain pada Bank yang menerapkan metode Straight Through Process (STP) dalam melakukan pengkreditan rekening.

(3) Dalam hal transfer ditujukan kepada penerima dana yang tidak memiliki rekening di kantor Peserta penerima, Peserta penerima wajib mencocokkan identitas penerima dana yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN dengan identitas penerima dana dalam dokumen identitas yang sesuai dengan ketentuan internal Bank Peserta penerima.

44 Pasal 44 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal Peserta penerima menggunakan mekanisme penerusan dana sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 43 ayat (2) huruf a dan terdapat perbedaan antara nomor rekening dan nama rekening penerima dana dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN dengan nomor rekening dan nama rekening penerima dana yang tercantum dalam tata usaha atau administrasi Peserta penerima, tetapi Peserta penerima mengambil keputusan untuk meneruskan dana tersebut, maka apabila di kemudian hari terdapat permintaan dari Peserta pengirim untuk mengembalikan dana kepada Peserta pengirim, Peserta penerima wajib mengembalikan dana tersebut sesuai dengan permintaan Peserta pengirim tanpa menunggu pengembalian dana dari nasabah penerima dana yang tidak berhak.

(2) Dalam hal Peserta penerima menggunakan mekanisme penerusan dana sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 43 ayat (2) huruf b, dan ternyata nama penerima dana yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN berbeda dengan nama penerima dana yang tercantum

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

76

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dalam tata usaha atau administrasi Peserta penerima, maka apabila terdapat permintaan dari Peserta pengirim untuk mengembalikan dana kepada Peserta pengirim, Peserta penerima wajib mengembalikan dana tersebut sesuai dengan permintaan Peserta pengirim tanpa menunggu pengembalian dana dari penerima dana yang tidak berhak.

(3) Dalam hal transfer ditujukan kepada penerima dana yang tidak memiliki rekening di kantor Peserta penerima sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 43 ayat (3), dan identitas penerima dana yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN berbeda dengan identitas penerima dana, dan Peserta penerima melakukan pembayaran, maka apabila terdapat permintaan dari Peserta pengirim untuk mengembalikan dana kepada Peserta pengirim, Peserta penerima wajib mengembalikan dana tersebut sesuai dengan permintaan Peserta pengirim tanpa menunggu pengembalian dana dari penerima dana yang tidak berhak.

(4) Pengembalian dana kepada Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal permintaan pengembalian dana dari Peserta pengirim.

(5) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Peserta penerima wajib memberikan bunga kepada Peserta pengirim sesuai dengan tingkat bunga yang diatur dalam kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) terhitung sejak tanggal pengkreditan rekening giro Peserta penerima di Bank Indonesia sampai tanggal pengembalian dana.

45 Pasal 45 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal Peserta pengirim telah mengirimkan DKE Kredit sesuai dengan perintah transfer kredit dari nasabah namun Bank Peserta penerima melakukan pengkreditan dana kepada nasabah penerima dana yang berbeda dari nasabah penerima dana yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN, Bank Peserta penerima wajib menyampaikan dana kepada nasabah penerima dana yang berhak pada tanggal yang sama dengan tanggal diketahuinya kekeliruan tanpa menunggu pengembalian dana dari nasabah penerima dana yang tidak berhak. Yang dimaksud dengan ”tanggal diketahuinya kekeliruan” adalah: a. tanggal diketemukannya kekeliruan tersebut, apabila kekeliruan diketahui

oleh Bank Peserta penerima; atau b. tanggal pada saat Bank Peserta penerima selesai melakukan verifikasi dan

rekonsiliasi dokumen terkait dengan tranfer dana tersebut, apabila informasi mengenai adanya kekeliruan diperoleh dari Peserta pengirim.

(2) Dalam hal Bank Peserta penerima melakukan pengkreditan dana kepada nasabah penerima dana yang berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Peserta penerima wajib membayar bunga kepada nasabah penerima dana yang berhak sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah penerima dana tersebut, terhitung sejak tanggal seharusnya rekening nasabah penerima dana yang berhak dikredit sampai tanggal pelaksanaan pengkreditan rekening nasabah penerima dana yang berhak tersebut.

(3) Ketentuan kewajiban pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku apabila perintah transfer kredit ditujukan kepada penerima dana yang tidak memiliki rekening di Bank Peserta penerima.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

77

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

46 Pasal 46 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal Peserta penerima telah meneruskan dana sesuai dengan perintah transfer kredit dari Peserta pengirim, tetapi Peserta pengirim mengajukan permintaan kepada Peserta penerima untuk mengembalikan dana sebagaimana dimaksud pada Paragraf 41 ayat (4), Peserta penerima wajib memberikan tanggapan kepada Peserta pengirim paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal permintaan pengembalian dana dari Peserta pengirim.

(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan pembebasan tanggung jawab (indemnity) yang diterima dari Peserta pengirim dan kebijakan serta ketentuan internal Peserta penerima.

(3) Dalam hal Peserta penerima tidak dapat mengembalikan dana sesuai dengan permintaan Peserta pengirim, Peserta pengirim melakukan penagihan dana yang salah terkirim tersebut secara langsung kepada penerima dana yang tidak berhak.

(4) Apabila terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Peserta penerima harus membantu Peserta pengirim dengan cara memberikan data yang terkait dengan : a. pengkreditan rekening penerima dana yang tidak berhak; dan b. identitas penerima dana yang tidak berhak yang tercatat dalam

administrasi Peserta penerima. (5) Dalam hal Peserta penerima dapat menarik kembali dana dari penerima dana

yang tidak berhak, pengembalian dana kepada Peserta pengirim meliputi jumlah dana yang dapat ditarik kembali oleh Peserta penerima.

47 Pasal 47 7/18/PBI/2005

(1) Kewajiban Peserta penerima untuk melakukan pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 44 atau memberikan tanggapan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 46 hanya berlaku dalam hal permintaan pengembalian dana dari Peserta pengirim diterima paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender sejak tanggal pengkreditan rekening giro Peserta penerima di Bank Indonesia.

(2) Setelah jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlampaui, apabila terdapat permintaan dari Peserta pengirim untuk melakukan pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 44 atau memberikan tanggapan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 46, Peserta penerima dapat mempertimbangkan untuk menolak atau menerima permintaan tersebut paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal permintaan pengembalian dana dari Peserta pengirim.

(3) Dalam hal Peserta penerima menolak permintaan pengembalian dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Peserta pengirim dapat melakukan penagihan dana secara langsung kepada penerima dana yang tidak berhak.

(4) Apabila terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Peserta penerima harus membantu Peserta pengirim antara lain dengan cara memberikan data yang terkait dengan : Yang dimaksud dengan “data yang terkait dengan pengkreditan rekening penerima dana yang tidak berhak” antara lain adalah tanggal dilakukannya pengkreditan atau penarikan dana oleh nasabah yang tidak berhak.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

78

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

a) pengkreditan rekening penerima dana yang tidak berhak; dan b) identitas penerima dana yang tidak berhak yang tercatat dalam

administrasi Peserta penerima. (5) Dalam hal Peserta penerima menyetujui permintaan Peserta pengirim untuk

mengembalikan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka pengembalian dana meliputi seluruh dana yang dapat ditarik kembali sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 46 ayat (5).

48 Pasal 48 7/18/PBI/2005

Yang dimaksud dengan ”Bank Peserta penerima” dalam ayat ini adalah kantor-kantor Bank yang mengelola rekening nasabah penerima dana.

(1) Bank Peserta penerima wajib meneruskan dana yang ditujukan kepada nasabah penerima dana segera setelah Bank Indonesia melakukan Penyelesaian Akhir Kliring Kredit dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dalam hal nasabah memiliki rekening di Bank Peserta penerima, maka:

1. Bank Peserta penerima wajib mengkredit dana tersebut ke rekening nasabah: a) pada tanggal valuta yang sama dengan tanggal Penyelesaian Akhir

Kliring Kredit; atau b) paling lambat pukul 09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya

dengan:

Pengkreditan dilakukan paling lambat pada pukul 09.00 waktu setempat apabila berdasarkan pertimbangan tertentu, Bank Peserta penerima tidak dapat melakukan pengkreditan pada tanggal yang sama dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit.

1) menggunakan tanggal valuta hari kerja sebelumnya; atau 2) menggunakan tanggal valuta hari kerja berikutnya tersebut

dengan memberikan bunga kepada nasabah sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit sampai tanggal pengkreditan rekening nasabah.

2. Dalam hal Bank Peserta penerima tidak melakukan pengkreditan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank Peserta penerima wajib membayar kompensasi kepada nasabah sebesar bunga dari dana yang seharusnya diterima oleh nasabah, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit sampai tanggal pengkreditan rekening nasabah, dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah pada Bank Peserta penerima ditambah dengan tingkat kompensasi tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Ketentuan kewajiban pembayaran tambahan kompensasi sebagaimana dimaksud pada angka 2 tidak berlaku apabila :

Yang dimaksud dengan “pihak yang berwenang” antara lain kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Yang dimaksud “ketentuan yang berlaku” antara lain adalah ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles), ketentuan Bank Indonesia mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh Bank serta Undang-undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

79

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction). a) Kantor Bank Peserta penerima tidak didaftarkan oleh Bank Peserta

Penerima pada PKN; dan atau b) Peserta penerima menunda pelaksanaan kewajiban pengkreditan

atas permintaan pihak yang berwenang atau atas dasar ketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal penerima dana tidak memiliki rekening di Bank Peserta penerima, maka kantor Bank Peserta penerima wajib meneruskan dana kepada penerima dana dengan cara mengirim surat pemberitahuan mengenai tersedianya dana kepada penerima dana pada tanggal yang sama dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit atau paling lambat pada hari kerja berikutnya.

Surat pemberitahuan merupakan dasar bagi nasabah untuk mengambil dana di Bank Peserta penerima. Pemberitahuan dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya apabila berdasarkan pertimbangan tertentu, Bank Peserta penerima tidak dapat menyampaikan pemberitahuan pada tanggal yang sama dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit.

(2) Kewajiban meneruskan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

tidak berlaku jika Bank Peserta penerima tidak dapat meneruskan dana kepada penerima dana yang tidak memiliki rekening. Bank Peserta penerima tidak dapat meneruskan dana kepada penerima dana yang tidak memiliki rekening antara lain jika Bank Peserta penerima tidak menyediakan fasilitas kiriman uang tunai.

(3) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Peserta penerima wajib mengembalikan dana kepada Peserta pengirim dengan cara mengkliringkan perintah transfer kredit baru melalui Kliring Kredit hari kerja berikutnya.

BAB IX Penghentian Peserta dalam Kegiatan SKNBI 49 Pasal 49

7/18/PBI/2005 (1) PKN atau PKL dapat menghentikan sementara atau tetap keikutsertaan

Peserta dalam kegiatan SKNBI.

Penghentian sementara dapat dilakukan untuk jangka waktu tertentu.

(2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh PKN atau PKL kepada seluruh Peserta.

Bagian Kesatu Penghentian Sementara Peserta dalam Kegiatan SKNBI 50 Pasal 50

7/18/PBI/2005 (1) Penghentian sementara Peserta dalam seluruh kegiatan SKNBI sebagaimana

dimaksud dalam Paragraf 49 ayat (1) dapat disebabkan oleh alasan sebagai berikut : a. Bank tidak menyediakan pendanaan awal (prefund) dalam Kliring Debet

dan atau Kliring Kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 22 dan Paragraf 29;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

80

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Apabila Bank tidak menyediakan pendanaan awal (prefund) dalam salah satu kegiatan Kliring Debet atau Kliring Kredit, seluruh kantor Bank tidak dapat mengikuti seluruh kegiatan SKNBI pada hari tidak dipenuhinya kewajiban tersebut.

b. Rekening giro Bank di Bank Indonesia bersaldo negatif pada saat tutup Sistem BI-RTGS dan mengakibatkan Bank tidak mampu menyediakan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 22 dan Paragraf 29 pada awal hari kerja berikutnya;

c. adanya permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank; Yang dimaksud dengan ”pihak yang berwenang” adalah Bank Indonesia.

d. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63 ayat (3), Paragraf 64 ayat (3), Paragraf 65 ayat (3), Paragraf 66 ayat (3) atau Paragraf 86 ayat (2) huruf c; dan atau

e. adanya permintaan dari Peserta. (2) Permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan

pengawasan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: a. adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang

perbankan dan atau sistem pembayaran; b. tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang dapat

membahayakan kelangsungan usaha Bank yang bersangkutan dan atau sistem perbankan; dan atau

c. pembekuan kegiatan usaha Bank. (3) Permintaan dari Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

disebabkan alasan antara lain sebagai berikut : a. adanya kondisi-kondisi tertentu yang mengakibatkan Peserta tidak dapat

mengikuti kegiatan SKNBI untuk sementara waktu; dan atau b. terjadi Keadaan Darurat di lokasi kantor Peserta yang tidak memungkinkan

Peserta untuk mengikuti kegiatan SKNBI. (4) Penghentian sementara yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a berlaku ketentuan sebagai berikut: a. untuk Bank Konvensional atau Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, penghentian sementara berlaku untuk seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta;

b. khusus untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan: Yang dimaksud dengan ”kantor dan atau unit syariah dibawah UUS” adalah: a. Kantor cabang syariah dan atau unit syariah dari Bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia.

b. Kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah dari Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

81

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

prinsip syariah secara bersamaan, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri.

1. dalam hal pendanaan awal (prefund) tidak dilakukan oleh Bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, penghentian sementara berlaku hanya untuk seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta;

2. dalam hal pendanaan awal (prefund) tidak dilakukan oleh UUS, penghentian sementara hanya berlaku untuk seluruh kantor dan atau unit syariah di bawah UUS tersebut yang menjadi Peserta.

(5) Penghentian sementara yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku ketentuan sebagai berikut: a. untuk Bank Konvensional atau Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, penghentian sementara berlaku untuk seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta;

b. untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. dalam hal rekening giro Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional bersaldo negatif dan rekening giro UUS-nya bersaldo positif atau sebaliknya, dan hasil penjumlahan atas saldo kedua rekening giro tersebut menunjukkan angka negatif, penghentian sementara berlaku untuk seluruh kantor Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan seluruh kantor dan atau unit syariah di bawah UUS yang menjadi Peserta; atau Yang dimaksud dengan ”kantor dan atau unit syariah dibawah UUS” adalah: a. Kantor cabang syariah dan atau unit syariah dari Bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia.

b. Kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah dari Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri.

2. dalam hal rekening giro Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional bersaldo negatif dan rekening giro UUS-nya bersaldo positif atau sebaliknya, dan hasil penjumlahan atas saldo kedua rekening giro tersebut tidak menunjukkan angka negatif, penghentian sementara berlaku untuk seluruh kantor Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau seluruh kantor dan atau unit syariah di bawah UUS yang menjadi Peserta, yang rekening gironya di Bank Indonesia bersaldo negatif.

Yang dimaksud dengan ”tidak menunjukkan angka negatif” adalah minimum Rp. 0 (nol rupiah).

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

82

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan ”kantor dan atau unit syariah dibawah UUS” adalah: a. Kantor cabang syariah dan atau unit syariah dari Bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia.

b. Kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah dari Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri.

(6) Penghentian sementara yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c berlaku untuk seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta.

(7) Penghentian sementara yang disebabkan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berlaku untuk seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta.

(8) Penghentian sementara yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e berlaku hanya untuk kantor Bank yang mengalami kondisi tersebut, kecuali kondisi tersebut mempengaruhi keikutsertaan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta. Kondisi yang dapat mempengaruhi keikutsertaan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta antara lain kondisi Keadaan Darurat pada kantor Bank yang terhubung ke Sistem BI-RTGS yang menyebabkan Bank tidak dapat melakukan penyediaan pendanaan awal (prefund).

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghentian sementara Peserta dari kegiatan SKNBI diatur dalam Ketentuan ini.

Bagian Kedua Penghentian Tetap Peserta dalam Kegiatan SKNBI 51 Pasal 51

7/18/PBI/2005 (1) Penghentian tetap Peserta dalam kegiatan SKNBI sebagaimana dimaksud

dalam Paragraf 49 ayat (1), dapat disebabkan oleh alasan sebagai berikut: a. permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan

pengawasan Bank; dan atau Yang dimaksud dengan “pihak yang berwenang” adalah Bank Indonesia.

b. permintaan tertulis dari Peserta. (2) Permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan

pengawasan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : a. adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang

perbankan dan atau sistem pembayaran; b. pencabutan izin usaha dan likuidasi Bank; atau c. tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang dapat

membahayakan kelangsungan usaha Bank yang bersangkutan dan atau sistem perbankan.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

83

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Permintaan tertulis dari Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain disebabkan oleh:

Mengingat keanggotaan dalam Kliring bersifat sukarela, maka Peserta dapat mengajukan permohonan untuk penghentian secara tetap dari keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI. Peserta yang disetujui permohonannya harus memberitahukan penghentian tersebut kepada seluruh nasabahnya. Hal ini berlaku pula untuk Peserta yang mengundurkan diri untuk pindah ke luar Wilayah Kliring.

a. Peserta pindah dari suatu Wilayah Kliring ke Wilayah Kliring lain yang berbeda;

b. keinginan Bank yang bersangkutan untuk menghentikan keikutsertaan sebagian atau seluruh kantor Bank sebagai Peserta.

(4) Penghentian tetap Peserta dalam kegiatan SKNBI yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta.

(5) Penghentian tetap Peserta dalam kegiatan SKNBI yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku untuk sebagian atau seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghentian tetap Peserta dari kegiatan SKNBI diatur dalam Ketentuan ini.

BAB X Pengikutsertaan Kembali Peserta dalam Kegiatan SKNBI 52 Pasal 52

7/18/PBI/2005 (1) Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara

keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI sebagaimana dimaksud pada Paragraf 50 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bagi Bank yang dihentikan keikutsertaannya dengan alasan sebagaimana

dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (1) huruf a, pengikutsertaan kembali dilakukan secara otomatis pada kegiatan SKNBI sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).

b. Bagi Bank yang dihentikan keikutsertaannya dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (1) huruf b, pengikutsertaan kembali dilakukan secara otomatis pada kegiatan SKNBI setelah rekening giro Bank tidak bersaldo negatif dan sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).

c. Bagi Bank yang dihentikan keikutsertaannya dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (1) huruf c, pengikutsertaan kembali dilakukan: 1. secara otomatis setelah batas waktu penghentian sementara yang

ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank berakhir; atau

2. setelah pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank mengajukan permintaan untuk mengikutsertakan kembali Bank yang bersangkutan, dalam hal tidak ditetapkan batas waktu penghentian sementara,

dan sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

84

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

d. Bagi Bank yang dihentikan keikutsertaannya dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (1) huruf d, pengikutsertaan kembali dilakukan setelah Bank memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63 ayat (3), Paragraf 64 ayat (3), Paragraf 65 ayat (3), Paragraf 66 ayat (3) atau Paragraf 86 ayat (2) huruf c, dan sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).

e. Bagi Bank yang dihentikan keikutsertaannya dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (1) huruf e, pengikutsertaan kembali dilakukan: 1. secara otomatis setelah batas waktu penghentian sementara yang

diajukan oleh Peserta berakhir; atau 2. setelah Peserta mengajukan permintaan untuk diikutsertakan kembali,

dalam hal Peserta tidak menetapkan batas waktu penghentian sementara,

dan sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengikutsertaan kembali Peserta dalam kegiatan SKNBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

Bab XI Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat 53 Pasal 53

7/18/PBI/2005 (1) Dalam hal terjadi kondisi gangguan terhadap SSK Utama, atau dalam hal

terjadi Keadaan Darurat di lokasi PKN, sehingga PKN tidak dapat menggunakan SSK Utama, PKN menggunakan SSK Back-up dan memberitahukan kondisi tersebut kepada PKL dan Peserta berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan.

(2) Dalam hal PKN tidak dapat menggunakan SSK Back-up sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atau terjadi Keadaan Darurat di lokasi PKN, PKN menerapkan Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) dan memberitahukan kondisi tersebut kepada PKL dan Peserta berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan termasuk penghentian sementara penyelenggaraan SKNBI. Penghentian sementara penyelenggaraan SKNBI merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh PKN dengan memperhatikan situasi dan kondisi spesifik SKNBI.

54 Pasal 54 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal terjadi kondisi gangguan terhadap KPK Utama, atau dalam hal terjadi Keadaan Darurat di lokasi PKL, sehingga PKL tidak dapat menggunakan KPK Utama, PKL menggunakan KPK Back-up dan memberitahukan kondisi tersebut kepada PKN dan Peserta berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan.

(2) Dalam hal PKL tidak dapat menggunakan KPK Back-up sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PKL menerapkan Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) dan memberitahukan kondisi tersebut kepada PKN dan Peserta berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan termasuk penghentian sementara penyelenggaraan SKNBI.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

85

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Penghentian sementara penyelenggaraan SKNBI merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh PKN dengan memperhatikan situasi dan kondisi spesifik SKNBI.

(3) Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada JKD yang menyebabkan KPK tidak dapat terhubung dengan SSK, maka : a. PKL dapat meniadakan fasilitas penerusan DKE Kredit dari Peserta ke SSK

dan dari SSK ke Peserta; dan b. Peserta hanya dapat mengirimkan DKE Kredit kepada PKN melalui kantor

Peserta lainnya dari Bank yang bersangkutan yang memiliki TPK on-line.

55 Pasal 55 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal terjadi kondisi gangguan terhadap TPK Utama, atau dalam hal terjadi Keadaan Darurat di lokasi Peserta, sehingga Peserta tidak dapat menggunakan TPK Utama, Peserta menggunakan TPK Back-up.

(2) Dalam hal Peserta tidak dapat menggunakan TPK Back up sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta menerapkan Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) dan memberitahukan kondisi tersebut kepada PKL.

(3) Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada JKD yang menyebabkan TPK on-line tidak dapat terhubung ke KPK atau SSK, Peserta dapat mengirimkan DKE kepada PKN melalui PKL dengan menggunakan media rekam data elektronis.

56 Pasal 56 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal terjadi kondisi gangguan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 53 dan Paragraf 54 yang menyebabkan Peserta tidak dapat melaksanakan transaksi melalui SKNBI, kewajiban Peserta kepada nasabah Peserta sebagaimana dimaksud dalam Bab VII dan Bab VIII Peraturan Bank Indonesia ini ditunda pelaksanaannya sampai dengan berakhirnya kondisi gangguan tersebut dan Peserta tidak wajib melaksanakan kewajiban pembayaran bunga selama terjadi kondisi gangguan tersebut.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan penyesuaian jam operasional SKNBI dan petunjuk lainnya yang ditetapkan PKN dan atau PKL.

(3) Dalam hal terjadi kondisi gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta harus melakukan langkah-langkah yang diperlukan terkait dengan penyelesaian kewajiban terhadap nasabah.

57 Pasal 57 7/18/PBI/2005

Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi gangguan dan Keadaan Darurat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 53 sampai dengan Paragraf 55 diatur lebih lanjut dalam Ketentuan ini.

Bab XII Pengawasan 58 Pasal 58

7/18/PBI/2005

(1) Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap PKN, PKL, Peserta, dan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengawasan oleh Bank Indonesia terhadap PKN dan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring merupakan kewenangan Bank Indonesia sebagai pengatur dan pengawas sistem pembayaran. Pengawasan oleh Bank Indonesia terhadap PKL dan Peserta merupakan pelaksanaan dari tanggung jawab Bank Indonesia sebagai PKN.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

86

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 8/35/DASP 2006 Romawi VI

Pengawasan langsung berupa pemeriksaan langsung dilakukan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Pengawasan tidak langsung berupa pengawasan melalui penelitian, analisis, dan evaluasi atas laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan atau data/informasi lain yang diperoleh Bank Indonesia dilakukan secara periodik.

(2) Cakupan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. kepatuhan PKN, PKL, Peserta, dan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring terhadap Peraturan Bank Indonesia ini dan peraturan pelaksanaannya; dan

b. kepatuhan PKN terhadap pemenuhan prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam Core Principles for Systemically Important Payment System yang diterbitkan oleh Bank for International Settlement.

(3) Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melakukan pengawasan secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah pihak yang memiliki keahlian dan kompetensi antara lain di bidang audit teknologi informasi dan bidang teknologi dokumen sekuriti.

(4) Dalam rangka pengawasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pihak yang diawasi wajib memberikan: a. keterangan dan data yang terkait dengan penyelenggaraan SKNBI dan

kegiatan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring; dan b. kesempatan untuk melakukan pengawasan secara langsung sarana fisik

dan aplikasi pendukungnya yang terkait dengan penyelenggaraan SKNBI dan kegiatan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan terhadap PKN, PKL, Peserta, dan perusahaan pencetakan warkat dan dokumen kliring serta penugasan kepada pihak lain untuk melakukan pengawasan diatur dengan Ketentuan ini. Untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia yang terkait dengan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring, Bank Indonesia melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung terhadap Peserta dan PPWDK. A. Pengawasan Langsung

1. Dalam pelaksanaan pengawasan secara langsung, Bank Indonesia dapat melakukan sendiri pengawasan secara langsung atau meminta bantuan kepada instansi lain yang mempunyai keahlian dan kompetensi dalam operasional pencetakan dokumen sekuriti.

2. Pengawasan langsung terhadap Peserta, antara lain dapat meliputi: a. pengecekan atas kebenaran laporan yang disampaikan Peserta; b. penelitian terhadap keabsahan perusahaan percetakan yang

digunakan untuk mencetak Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Peserta.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

87

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. Pengawasan langsung terhadap PPWDK, antara lain meliputi: a. pengecekan atas kebenaran laporan yang disampaikan PPWDK; b. penelitian terhadap ketersediaan dan kondisi mesin-mesin

percetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch.

B. Pengawasan Tidak Langsung Pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. menganalisis laporan-laporan yang disampaikan oleh Peserta dan

PPWDK, yang antara lain meliputi ketepatan waktu penyampaian laporan, keakuratan isi laporan dan kesesuaian penggunaan format laporan yang ditetapkan Bank Indonesia;

2. melakukan pengujian secara sampling terhadap Warkat Debet dan/atau Dokumen Kliring berupa BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, dan Kartu Batch Peserta yang: a. memiliki tingkat reject relatif tinggi (di atas 2%); dan/atau b. memiliki indikasi ketidaksesuaian dengan spesifikasi teknis Warkat

Debet dan Dokumen Kliring.

BAB XIII Sanksi Bagian Kesatu Sanksi Terkait Penyelenggaraan SKNBI

59 Pasal 59 7/18/PBI/2005

PKL Selain BI yang tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis atau perubahannya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 ayat (2) huruf b, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan PKL Selain BI wajib menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis atau perubahannya.

60 Pasal 60 7/18/PBI/2005

Dalam hal materi kebijakan dan prosedur tertulis tidak mengacu pada Peraturan Bank Indonesia ini dan peraturan pelaksanaannya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 ayat (2) huruf a, PKL Selain BI dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan PKL Selain BI wajib melakukan penyesuaian kebijakan dan prosedur tertulis.

61 Pasal 61 7/18/PBI/2005

PKL Selain BI yang tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau tidak menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 ayat (2) huruf c, PKL Selain BI dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan PKL Selain BI wajib melakukan pemeriksaan internal dan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal.

62 Pasal 62 7/18/PBI/2005

PKL Selain BI yang tidak melakukan security audit dan atau tidak menyampaikan hasil security audit dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 ayat (2) huruf d, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan PKL Selain BI wajib melakukan security audit dan menyampaikan laporan hasil security audit.

63 Pasal 63 7/18/PBI/2005

(1) Bank yang tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis atau perubahannya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) huruf b, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Dalam hal Bank tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis atau perubahannya paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

88

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Dalam hal Bank tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis atau perubahannya paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank dihentikan untuk sementara dari kegiatan SKNBI sampai dengan Bank memenuhi kewajiban tersebut.

64 Pasal 64 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal materi kebijakan dan prosedur tertulis tidak mengacu pada Peraturan Bank Indonesia ini, peraturan pelaksanaannya dan atau kesepakatan tertulis antar Bank (Bye-Laws) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) huruf a, Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Dalam hal Bank tidak melakukan penyesuaian paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.

(3) Dalam hal Bank tidak melakukan penyesuaian paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal teguran tertulis kedua, Bank dihentikan untuk sementara dari kegiatan SKNBI sampai dengan Bank memenuhi kewajiban tersebut.

65 Pasal 65 7/18/PBI/2005

(1) Bank yang tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau tidak menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) huruf c, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Dalam hal Bank tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau tidak menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.

(3) Dalam hal Bank tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau tidak menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank dihentikan untuk sementara dari kegiatan SKNBI sampai dengan Bank memenuhi kewajiban tersebut.

66 Pasal 66 7/18/PBI/2005

(1) Bank yang tidak melakukan security audit dan atau tidak menyampaikan hasil security audit dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) huruf d, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Dalam hal Bank tidak melakukan security audit dan atau tidak menyampaikan hasil security audit paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.

(3) Dalam hal Bank tidak melakukan security audit dan atau tidak menyampaikan hasil security audit paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank dihentikan untuk sementara dari kegiatan SKNBI sampai dengan Bank memenuhi kewajiban tersebut.

67 Pasal 67 7/18/PBI/2005

(1) Bank yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengumumkan besarnya biaya transaksi SKNBI yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan jadwal pelayanan nasabah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) huruf e, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

89

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank harus membuat pengumuman serta memberitahukan pelaksanaan pengumuman tersebut kepada Bank Indonesia.

68 Pasal 68 7/18/PBI/2005

Pengurus dan atau pejabat eksekutif Bank Peserta yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 9 dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan pelanggaran tersebut akan dicatat dalam database track record pengurus dan atau pejabat eksekutif tersebut di Bank Indonesia.

69 Pasal 69 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal Warkat Debet tertolak oleh mesin baca pilah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (1) huruf d dan penolakannya terjadi secara terus menerus selama waktu tertentu yang mengakibatkan terganggunya operasional Kliring Debet di Wilayah Kliring bersangkutan, Peserta pengirim dan atau Peserta penerima dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peserta pengirim dan atau Peserta penerima tidak melakukan perbaikan sehingga Warkat Debet masih tertolak oleh mesin baca pilah dan mengakibatkan terganggunya operasional Kliring Debet di Wilayah Kliring bersangkutan, Peserta pengirim dan atau Peserta penerima dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.

(3) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peserta pengirim dan atau Peserta penerima tidak melakukan perbaikan sehingga Warkat Debet masih tertolak oleh mesin baca pilah dan mengakibatkan terganggunya operasional Kliring Debet di Wilayah Kliring bersangkutan, Peserta pengirim dan atau Peserta penerima dihentikan untuk sementara dalam kegiatan Kliring Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan sampai dengan Warkat Debet yang dikliringkan oleh Peserta yang dihentikan untuk sementara tersebut tidak lagi tertolak oleh mesin baca pilah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pihak-pihak yang dikenakan sanksi serta pengikutsertaan kembali dalam Kliring Debet sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Ketentuan ini.

70 Pasal 70 7/18/PBI/2005 SE 11/13/DASP 2009 Romawi I. C

Peserta yang mengkliringkan Nota Debet dengan nilai nominal lebih besar daripada batas nilai nominal yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 20 dan Peserta penerima yang tidak mengembalikan Nota Debet tersebut, masing-masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) per transaksi. Pelanggaran Penggunaan Nota Debet pada Wilayah Kliring Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia (PKL Selain BI) 1. Dalam hal terjadi penolakan Nota Debet pada Wilayah Kliring yang

diselenggarakan oleh PKL Selain BI karena Nota Debet yang dikliringkan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Paragraf 20, maka Peserta yang melakukan penolakan terhadap Nota Debet tersebut harus melaporkan secara tertulis kepada PKL Selain BI disertai fotokopi Nota Debet yang bersangkutan.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

90

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. Dalam hal PKL Selain BI mengetahui adanya Nota Debet yang dikliringkan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Paragraf 20, baik yang diketahui berdasarkan laporan Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 1 maupun berdasarkan hasil pengamatan PKL Selain BI dari DKE Debet yang diproses, maka PKL Selain BI harus menyampaikan informasi dimaksud secara tertulis kepada Bank Indonesia yang mewilayahi, dengan disertai: a. Fotokopi Nota Debet, jika informasi diketahui dari Peserta yang melakukan

penolakan; dan/atau b. Fotokopi rincian DKE Debet yang diserahkan atau yang diterima yang

menunjukkan pelanggaran Nota Debet dan informasi mengenai ditolak atau tidaknya Nota Debet tersebut, jika informasi diketahui dari hasil pengamatan PKL Selain BI.

3. Informasi sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan paling lambat pada hari kerja berikutnya setelah diterimanya informasi dari Peserta atau diketahui adanya pelanggaran Nota Debet oleh PKL Selain BI.

71 Pasal 71 7/18/PBI/2005

(1) Dalam hal terjadi penolakan atas DKE Debet dan atau Warkat Debet sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 35 ayat (3) yang didasarkan pada alasan-alasan tertentu, Peserta pengirim, Peserta penerima, nasabah Peserta pengirim atau nasabah Peserta penerima dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per DKE Debet dan atau Warkat Debet yang ditolak. Pengenaan sanksi atas penolakan DKE Debet dan atau Warkat Debet dalam ayat ini dimaksudkan untuk menjaga integritas Warkat Debet sebagai alat pembayaran non tunai dan memberikan edukasi kepada Bank dan nasabah agar lebih berhati-hati dengan memperhatikan persyaratan formal dalam melakukan penarikan Warkat Debet sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini penting untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat yang menerima pembayaran dengan menggunakan Warkat Debet tersebut.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai alasan-alasan penolakan DKE Debet dan atau Warkat Debet yang dikenakan sanksi, pihak-pihak yang dikenakan sanksi dan tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Ketentuan ini.

72 Pasal 72 7/18/PBI/2005

Peserta penerima dalam Kliring Kredit yang tidak mengirimkan pemberitahuan kepada nasabah penerima dana dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48 ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

Bagian Kedua

Sanksi Terkait Pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring

73 Pasal 73 7/18/PBI/2005

(1) Peserta yang melakukan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan menggunakan kertas yang ditetapkan Bank Indonesia dan tidak memenuhi persyaratan teknis tertentu atau tidak menggunakan kertas yang ditetapkan Bank Indonesia wajib mengganti Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut dengan kertas sesuai dengan yang ditetapkan Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan Bank Indonesia.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

91

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Kewajiban penggantian Warkat Debet dan Dokumen Kliring oleh Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring apabila tidak dipenuhinya persyaratan tersebut timbul akibat adanya kelalaian atau kesalahan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.

(3) Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperkenankan untuk digunakan dalam penyelenggaraan SKNBI.

74 Pasal 74 7/18/PBI/2005

(1) Peserta yang melakukan pencetakan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring selain kepada perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (1) huruf a dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan wajib mengganti Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring dengan Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring baru yang dicetak pada perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang telah memperoleh penetapan dari Bank Indonesia paling lambat dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia.

(2) Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring yang dicetak di perusahaan selain perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang telah memperoleh penetapan dari Bank Indonesia tidak dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan SKNBI.

75 Pasal 75 7/18/PBI/2005

Dalam hal Peserta tidak melaksanakan penggantian Warkat Debet dan atau Dokumen Kliring dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 73 ayat (1) dan Paragraf 74 ayat (1), Peserta dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk setiap hari keterlambatan dengan maksimum kewajiban membayar sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).

76 Pasal 76 7/18/PBI/2005

Peserta yang melakukan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan menggunakan kertas yang ditetapkan Bank Indonesia tetapi tidak memenuhi spesifikasi teknis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (1) huruf c dan tanpa memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (1) huruf b dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari terhitung sejak tanggal pencetakan dimaksud sampai dengan tanggal surat persetujuan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang baru oleh Bank Indonesia, dengan kewajiban membayar maksimum sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

77 Pasal 77 7/18/PBI/2005

Peserta yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan pesanan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 ayat (1), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan terhitung sejak batas waktu pelaporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan maksimum kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dan Bank tetap wajib melaporkan pesanan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

92

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

78 Pasal 78 7/18/PBI/2005

Peserta yang tidak melaporkan perubahan tertentu pada Warkat dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (1) huruf b dalam jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

79 Pasal 79 7/18/PBI/2005

(1) Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang melakukan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring dengan menggunakan kertas yang ditetapkan Bank Indonesia tetapi tidak memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh Bank Indonesia atau tidak menggunakan kertas yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (2) huruf b dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan mengganti Warkat Debet dan Dokumen Kliring Peserta sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknis yang ditetapkan Bank Indonesia.

(2) Dalam hal perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan percetakan warkat dan dokumen dimaksud dapat dikenakan penghentian penunjukan sebagai perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.

80 Pasal 80 7/18/PBI/2005

(1) Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang tidak menyediakan mesin-mesin sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (3) huruf a dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Dalam hal perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring tidak menyediakan mesin-mesin setelah memperoleh 2 (dua) surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dikenakan sanksi penghentian penunjukan sebagai perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.

81 Pasal 81 7/18/PBI/2005

Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang tidak melakukan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring sendiri sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (3) huruf b dapat dikenakan sanksi penghentian penunjukan sebagai perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.

82 Pasal 82 7/18/PBI/2005

Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang terlambat atau belum menyampaikan laporan hasil pengujian kertas yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (3) huruf c dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan sejak batas waktu pelaporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan maksimum sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dan perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring tetap wajib menyampaikan laporan tersebut.

83 Pasal 83 7/18/PBI/2005

Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang tidak memenuhi peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (3) huruf d, dapat dikenakan sanksi penghentian penunjukan sebagai perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.

84 Pasal 84 7/18/PBI/2005

Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16 ayat (3) huruf e dapat dikenakan sanksi teguran tertulis dan atau penghentian penunjukan sebagai perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

93

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

85 Pasal 85 7/18/PBI/2005 SE 8/35/DASP 2006 Romawi VII

(1) Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang terlambat melaporkan pesanan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 ayat (1), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan terhitung sejak batas waktu pelaporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan maksimum kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

(2) Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring yang tidak melaporkan pesanan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 ayat (1) setelah 60 (enam puluh) hari kalender sejak batas waktu pelaporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dikenakan sanksi penghentian penunjukan sebagai perusahaan warkat dan dokumen kliring.

Tata cara pengenaan sanksi kewajiban membayar terkait pencetakan warkat debet dan dokumen kliring: 1. Pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi Peserta dilakukan oleh

Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan cara mendebet rekening giro Kantor Pusat Peserta atau kantor cabang bank dari suatu bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang berada di Bank Indonesia. Pelaksanaan pembebanan sanksi kewajiban membayar dimaksud akan diinformasikan kepada Peserta oleh Bank Indonesia melalui surat pemberitahuan pengenaan sanksi administratif.

2. Pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi PPWDK dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan menyampaikan surat pengenaan sanksi kewajiban membayar kepada PPWDK yang bersangkutan yang antara lain berisi informasi jumlah sanksi kewajiban membayar dimaksud dan tata cara pembayarannya kepada Bank Indonesia.

Bagian Ketiga Sanksi Terkait Pengawasan 86 Pasal 86

7/18/PBI/2005 (1) Pihak yang diawasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (4) yang

tidak memberikan keterangan dan data dan atau tidak memberikan kesempatan untuk melakukan pengawasan langsung dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Dalam hal pihak yang diawasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (4) tidak memberikan keterangan dan data dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender atau tidak memberikan kesempatan untuk melakukan pengawasan langsung dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kalender, terhitung sejak tanggal surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka: a. PKL Selain BI dapat dikenakan sanksi berupa penghentian sebagai

penyelenggara SKNBI; b. Perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring dapat dikenakan

sanksi berupa penghentian penunjukan sebagai perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring; atau

c. Peserta dapat dikenakan sanksi berupa penghentian sementara keikutsertaan sebagai Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI.

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

94

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB XIV Lain-lain 87 Pasal 87

7/18/PBI/2005 Kewajiban Peserta dan PKL dalam Peraturan Bank Indonesia ini berlaku bagi Bank Indonesia sebagai Peserta dan penyelenggara, kecuali ketentuan yang berkaitan dengan: a. pembayaran bunga dan kompensasi; b. pembuatan perjanjian antara Peserta dengan Bank Indonesia; dan c. sanksi administratif.

88 Pasal 88 7/18/PBI/2005

Untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan UUS, ketentuan pengenaan bunga dan kompensasi dalam Peraturan Bank Indonesia ini disesuaikan dengan prinsip syariah yang berlaku.

88A Pasal 88A 12/5/PBI/2010 SE 13/7/DASP 2011 Huruf A No. 2

(1) Penyelenggara Kliring Lokal dan Peserta dapat menyepakati pembentukan suatu forum yang bertujuan untuk mengatur sendiri hal-hal yang bersifat teknis dengan melaporkan rencana tertulis pembentukan forum tersebut kepada Bank Indonesia. Pengaturan sendiri oleh forum (Self-Regulatory Organization/SRO) dimaksudkan untuk melengkapi aturan dan kebijakan Bank Indonesia. Komite Bye-Laws yang saat ini telah ada akan menjadi bagian dari SRO.

(2) Aturan yang dikeluarkan oleh forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Bank Indonesia dan tidak boleh bertentangan dengan aturan dan kebijakan Bank Indonesia.

(3) Penyelenggara Kliring Lokal dan Peserta yang menjadi anggota dalam forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengikuti dan tunduk dengan aturan yang telah dikeluarkan dan menjadi kesepakatan forum atau institusi tersebut. A. Keanggotaan dalam SRO

a. Pelaku/peserta di bidang jasa Sistem Pembayaran yang menjadi anggota SRO meliputi: 1) Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin dari

Bank Indonesia sebagai: a) penyelenggara kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu (APMK) dan/atau Uang Elektronik (E-Money) sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir; dan/atau

b) peserta dalam Sistem Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) termasuk mekanisme Payment versus Payment (PvP), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), dan/atau Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).

2) asosiasi Lembaga Selain Bank yang merupakan wadah penyelenggara Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU) yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia; dan/atau

3) Bank atau Lembaga Selain Bank yang menyelenggarakan jasa sistem pembayaran selain sebagaimana dimaksud pada butir 1) a) dan butir 1) b) sepanjang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia.

b. Jumlah anggota SRO paling kurang 80% (delapan puluh persen) dari total pelaku/peserta di bidang jasa Sistem Pembayaran di Indonesia

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

95

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/7/DASP 2011 Huruf B SE 13/7/DASP 2011 Huruf C

sebagaimana dimaksud pada huruf a. Dalam hal ini jumlah pelaku/peserta di bidang jasa Sistem Pembayaran dihitung berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah melakukan 1 (satu) atau

lebih kegiatan di bidang jasa Sistem Pembayaran dihitung sebagai 1 (satu) pelaku/peserta;

2) Khusus untuk asosiasi KUPU dihitung sebagai 1 (satu) pelaku/peserta.

Penyelenggara jasa Sistem Pembayaran yang menjadi anggota SRO harus mengikuti dan tunduk dengan ketentuan yang telah dikeluarkan dan menjadi kesepakatan anggota SRO.

B. Penerbitan Ketentuan Oleh SRO 1. Ketentuan yang dikeluarkan oleh SRO merupakan ketentuan

pelengkap dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan dan kebijakan Bank Indonesia di bidang Sistem Pembayaran.

2. Ketentuan yang dapat dikeluarkan oleh SRO sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus mewakili kepentingan seluruh anggota SRO dan meliputi cakupan: a. materi teknis dan mikro di bidang Sistem Pembayaran yang belum

diatur dalam peraturan Bank Indonesia; atau b. materi teknis dan mikro di bidang Sistem Pembayaran yang

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan Bank Indonesia di bidang Sistem Pembayaran.

3. Penerbitan ketentuan yang bersifat teknis dan mikro oleh SRO tidak mengurangi kewenangan Bank Indonesia sebagai regulator di bidang Sistem Pembayaran untuk mengatur hal-hal yang bersifat teknis dan mikro di bidang Sistem Pembayaran.

4. Inisiatif atau usulan ketentuan di bidang Sistem Pembayaran oleh SRO dapat berasal dari SRO atau atas dasar permintaan Bank Indonesia.

5. Dalam hal jumlah anggota SRO setelah dalam jangka waktu 6 (enam) bulan berturut-turut kurang dari 80% (delapan puluh persen) dari total pelaku/peserta di bidang jasa Sistem Pembayaran di Indonesia, maka forum atau institusi tersebut tidak dapat menerbitkan dan memberlakukan ketentuan sebagai SRO.

6. Dalam hal jumlah anggota SRO setelah dalam jangka waktu 6 (enam) bulan berturut-turut kurang dari 80% (delapan puluh persen) sebagaimana dimaksud pada angka 5, maka ketentuan yang telah dikeluarkan oleh SRO tetap berlaku.

7. Dalam hal jumlah anggota SRO setelah dalam jangka waktu 6 (enam) bulan berturut-turut kurang dari 80% (delapan puluh persen) sebagaimana dimaksud pada angka 5, maka forum atau institusi tersebut dapat menerbitkan kembali dan memberlakukan ketentuan sebagai SRO setelah jumlah pelaku/peserta yang menjadi anggota forum atau institusi di bidang Sistem Pembayaran tersebut mencapai 80% (delapan puluh persen) atau lebih, dan telah melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia.

C. Laporan Pendirian, Penggabungan Dan Pembubaran SRO 1. Pendirian SRO harus dilaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia,

dengan ketentuan sebagai berikut:

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

96

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/7/DASP 2011 Huruf D

a. laporan disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak pendiriannya sebagai badan hukum disahkan oleh instansi yang berwenang; dan

b. laporan disertai dengan dokumen susunan pengurus, akta pendirian SRO, dan daftar jumlah anggota SRO sesuai yang dipersyaratkan dalam butir 1.b.

2. Dalam hal terdapat rencana penggabungan atau pembubaran SRO harus dilaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut: a. laporan disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 20 (dua

puluh) hari kerja sebelum penggabungan atau pembubaran SRO dilaksanakan; dan

b. laporan disertai dengan penjelasan tertulis mengenai alasan penggabungan atau pembubaran SRO.

3. SRO hasil penggabungan harus dilaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut: a. laporan disampaikan kepada Bank Indonesia paling lama 10

(sepuluh) hari kerja terhitung sejak penggabungannya mendapatkan persetujuan dari instansi yang berwenang; dan

b. laporan disertai dengan dokumen susunan pengurus, akta penggabungan SRO, dan daftar jumlah anggota SRO sesuai yang dipersyaratkan dalam butir 1.b.

4. Bank Indonesia memberikan tanggapan tertulis atas laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2 dan angka 3 di atas paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak laporan tertulis diterima secara lengkap.

D. Pertemuan Konsultasi Antara SRO Dan Bank Indonesia

1. Dalam rangka menjamin kesinambungan informasi perkembangan di bidang Sistem Pembayaran, serta penyusunan dan penerbitan ketentuan di bidang Sistem Pembayaran oleh SRO, SRO melakukan pertemuan konsultasi dengan Bank Indonesia, yang meliputi: a. pertemuan konsultasi secara berkala, dengan agenda:

1) laporan rencana kerja SRO, baik yang telah maupun yang masih akan dilaksanakan/direalisasikan oleh SRO termasuk laporan hasil Rapat Umum Anggota (RUA) SRO, serta tukar menukar informasi dalam rangka pengembangan Sistem Pembayaran di Indonesia; dan

2) permasalahan-permasalahan lainnya di bidang Sistem Pembayaran yang disepakati untuk dibahas oleh Bank Indonesia dan SRO.

b. pertemuan konsultasi terkait penyusunan dan penerbitan ketentuan di bidang Sistem Pembayaran oleh SRO: 1) dalam hal terdapat inisiatif SRO untuk menyusun dan

menerbitkan ketentuan di bidang Sistem Pembayaran, maka SRO wajib melakukan pertemuan konsultasi dengan Bank Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut: a) SRO harus melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia

mengenai rencana penyusunan dan penerbitan ketentuan di bidang Sistem Pembayaran;

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

97

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b) laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a) disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal pelaksanaanpenyusunan ketentuan di bidang Sistem Pembayaran oleh SRO;

c) laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a) disertai antara lain dengan: (1) konsep pokok-pokok ketentuan yang akan diterbitkan

SRO; (2) penjelasan mengenai latar belakang dan pertimbangan

konsep ketentuan yang akan diterbitkan SRO; (3) hasil kajian berupa analisis teknis dan analisis hukum

yang melandasi konsep ketentuan yang akan diterbitkan SRO;

(4) penjelasan mengenai dampak konsep ketentuan yang akan diterbitkan SRO, terhadap konsumen, industri Sistem Pembayaran nasional, maupun instansi lain; dan

(5) keterangan bahwa ketentuan yang akan diterbitkan telah mewakili kepentingan mayoritas anggota SRO.

2) Berdasarkan laporan tertulis dan/atau hasil konsultasi antara SRO dan Bank Indonesia, Bank Indonesia memberikan tanggapan tertulis kepada SRO, antara lain berupa: a) penyusunan dan penerbitan konsep ketentuan yang

bersangkutan dapat dilaksanakan, karena: (1) tidak bertentangan dengan peraturan dan kebijakan

Bank Indonesia di bidang Sistem Pembayaran; (2) merupakan ketentuan teknis dan mikro di bidang Sistem

Pembayaran yang sifatnya mendukung/melengkapi peraturan dan kebijakan Bank Indonesia di bidang Sistem Pembayaran; dan

(3) belum diatur dalam peraturan dan kebijakan Bank Indonesia di bidang Sistem Pembayaran.

b) penyusunan dan penerbitan konsep ketentuan yang bersangkutan tidak dapat dilaksanakan, antara lain karena: (1) bertentangan dengan peraturan dan kebijakan Bank

Indonesia di bidang Sistem Pembayaran; (2) merupakan suatu kebijakan di bidang Sistem

Pembayaran yang menjadi area Bank Indonesia; (3) telah diatur dalam peraturan dan kebijakan Bank

Indonesia di bidang Sistem Pembayaran; (4) memiliki dampak negatif terhadap konsumen, dan/atau

industri sistem pembayaran nasional; atau (5) berdasarkan substansinya lebih tepat jika diatur dan

diterbitkan dalam produk peraturan Bank Indonesia. 3) Tanggapan tertulis Bank Indonesia kepada SRO sebagaimana

dimaksud pada angka 2) diberikan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak laporan tertulis dari SRO telah diterima secara lengkap.

4) SRO melakukan penyusunan ketentuan setelah memperoleh tanggapan tertulis dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 2) a).

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

98

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/7/DASP 2011 Huruf E SE 13/7/DASP 2011 Huruf F

5) Konsep final ketentuan yang disusun oleh SRO harus disampaikan kepada Bank Indonesia dalam rangka memperoleh penegasan secara tertulis untuk penerbitan dan pemberlakuan ketentuan.

c. pertemuan konsultasi sewaktu-waktu apabila diperlukan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) dilakukan jika terdapat informasi atau permasalahan yang perlu

diketahui dan/atau ditindaklanjuti lebih awal, antara lain informasi atau permasalahan yang berpengaruh terhadap peraturan atau kebijakan Bank Indonesia di bidang Sistem Pembayaran;

2) inisiatif dapat berasal dari Bank Indonesia atau SRO. 2. Pelaksanaan pertemuan konsultasi sebagaimana dimaksud pada butir

1.a, butir 1.b dan butir 1.c, dilaksanakan di Bank Indonesia atau di tempat lain sesuai kesepakatan antara Bank Indonesia dengan SRO.

E. Pemberlakuan Dan Pembatalan Ketentuan Yang Diterbitkan SRO 1. Ketentuan yang diterbitkan oleh SRO dapat berlaku efektif setelah

memperoleh penegasan secara tertulis dari Bank Indonesia yang menyatakan penerbitan dan pemberlakuan ketentuan dapat dilaksanakan.

2. Penegasan tertulis Bank Indonesia kepada SRO sebagaimana dimaksud pada angka 1 disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya konsep final ketentuan dari SRO.

3. Dalam hal SRO menerbitkan dan memberlakukan ketentuan tanpa terlebih dahulu memperoleh penegasan tertulis dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank Indonesia melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Bank Indonesia secara tertulis memerintahkan SRO mencabut dan

menghentikan pemberlakuan ketentuan yang bersangkutan; b. SRO harus mencabut dan menghentikan pemberlakuan ketentuan

yang bersangkutan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal surat perintah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, SRO tidak mencabut dan menghentikan pemberlakuan ketentuan yang bersangkutan, Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan kedua dan ketiga dengan tenggang waktu masing-masing selama 5 (lima) hari kerja; dan

d. apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c, SRO tetap tidak mencabut dan menghentikan pemberlakuan ketentuan yang bersangkutan, Bank Indonesia membatalkan ketentuan tersebut dan mengumumkan kepada seluruh pelaku/peserta di bidang jasa Sistem Pembayaran.

F. Kerahasiaan Data/Informasi 1. Data dan/atau informasi yang dipergunakan dan diperoleh dalam

pertemuan konsultasi antara SRO dan Bank Indonesia bersifat rahasia. 2. Kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada angka 1, tidak berlaku dalam

hal:

Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

99

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/7/DASP 2011 Huruf G

a. konsep ketentuan yang diterbitkan oleh SRO telah memperoleh penegasan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 5.1.b.2).a);

b. konsep ketentuan diinformasikan kepada publik dalam rangka pelaksanaan uji publik;

c. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, data dan/atau informasi dimaksud merupakan data dan/atau informasi yang harus diketahui publik;

d. berdasarkan kesepakatan antara Bank Indonesia dan SRO, data dan/atau informasi dimaksud dapat diinformasikan kepada pihak lain dan/atau publik; dan/atau

e. terdapat permintaan dari polisi, jaksa atau hakim untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana serta instansi berwenang lainnya yang berwenang dalam penanganan tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme sesuai undang-undang yang berlaku.

G. Pembubaran SRO Selain berdasarkan ketentuan dan persyaratan pembubaran sebagaimana yang diatur dalam AD/ART, Bank Indonesia juga dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri mengenai pembubaran SRO jika SRO tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 6.3.d.