38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya ( Tamsuri, 2007 ) Nyeri adalah rasa inderawi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan baik secara aktual maupun potensial, atau menggambarkan keadaan kerusakan seperti tersebut diatas (Corwin, 2007). Menurut Tanra (Tahun 2007), Telah Dilaporkan, bahwa jumlah penderita mengalami pembedahan di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Dari jumlah ini, mayoritas mereka masih mengalami penderitaan nyeri pasca bedah karena pengelolaannya yang belum adekuat. Pengelolaan nyeri pasca bedah, bukan saja merupakan upaya mengurangi penderitaan klien, tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya. Telah terbukti bahwa tanpa pengelolaan nyeri pasca bedah yang adekuat penderita akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang pada

KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

diketahui bila seseorang pernah mengalaminya ( Tamsuri, 2007 )

Nyeri adalah rasa inderawi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

akibat adanya kerusakan jaringan baik secara aktual maupun potensial, atau

menggambarkan keadaan kerusakan seperti tersebut diatas (Corwin, 2007).

Menurut Tanra (Tahun 2007), Telah Dilaporkan, bahwa jumlah penderita

mengalami pembedahan di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Dari

jumlah ini, mayoritas mereka masih mengalami penderitaan nyeri pasca bedah

karena pengelolaannya yang belum adekuat. Pengelolaan nyeri pasca bedah,

bukan saja merupakan upaya mengurangi penderitaan klien, tetapi juga

meningkatkan kualitas hidupnya. Telah terbukti bahwa tanpa pengelolaan nyeri

pasca bedah yang adekuat penderita akan mengalami gangguan fisiologis maupun

psikologis yang pada gilirannya secara bermakna meningkatkan angka morbiditas

dan mortalitas.

Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar pada ruang perawatan Baji Kamase 1 terdapat 10 penyakit terbesar yang

mengalami pembedahan pada Tahun 2007 yaitu : T. Colli, Katarak, faraktur,

Hernia, Dyspepsia, Ca Mammae, T Mammae, Appendisitis, C Cerebris, Struma.

Page 2: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Salah satu tindakan pengobatan nyeri tanpa obat untuk bisa membantu

mengurangi nyeri setelah operasi adalah diberikan kompres dingin pada area

operasi.Terapi es dapat menurunkan prostaglandin,dengan menghambat proses

inflamasi (Lukman, 2008).

Menurut Tamsuri, 2007 Stimulasi kulit dalam hal ini pemberian kompres dingin

dipercaya dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi

stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta

sehingga menurunkan transmisi implus nyeri melalui serabut kecil A-delta dan

serabut saraf C.

Banyaknya keuntungan dari penggunaan kompres dingin pada pasien post operasi,

menyebabkan perlunya pengkajian lebih lanjut tentang kompres dingin pada

pasien. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post

operasi .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan karena kompleksnya masalah yang berkaitan

dengan pengaruh kompres dingin terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien post

operasi, maka masalah dirumuskan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut : “

Apakah ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri

pada pasien post operasi Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji

Makassar tahun 2009 “.

Page 3: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi , Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat nyeri pada pasien post operasi sebelum diberikan

kompres dingin (pre test) pada pasien post operasi, Ruang perawatan

Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

b. Diketahuinya tingkat nyeri pada pasien post operasi setelah diberikan

kompres dingin (post test) pada pasien post operasi, Ruang Perawatan

Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

c. Diketahuinya pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri

pada pasien post operasi Ruang Perawatn Bedah RSUD Labuang Baji

Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Institusi

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit untuk

menjadi bahan pertimbangan dalam membantu kesembuhan pasien post operasi

.

Page 4: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

2. Manfaat Ilmiah

Diharapkan dapat menjadi bahan pembanding dan menjadi sumber informasi

bagi penelitian selanjutnya tentang manfaat kompres dingin.

3. Manfaat Praktis

Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan peneliti

tentang kompres dingin bagi pasien post operasi .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Nyeri

1. Defenisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial.Nyeri

sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang-orang dibanding suatu

penyakit manapun (Brunner dan Suddarth, 2002).

Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik, nyeri akut

biasanya berlangsung secara singkat misalnya nyeri pada patah tulang atau

nyeri pada pembedahan abdomen. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya

menunjukan gejala-gejala antara lain : respirasi meningkat, kecepatan jantug dan

tekanan darah meningkat dan kalor. Respon seseorang terhadap nyeri

bervariasi, ada yang sakit, nyeri kronik berkembang lebih lambat dan terjadi

Page 5: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

dalam waktu lebih lama dan pasien sulit mengingat sejak kapan pasien mulai

merasakan. (Long C.B, 1996)

Nyeri juga dapat dinyatakan sebagai nyeri somatogenik atau psikogenik.

Nyeri somatogenik merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikogenik

merupakan nyeri psikis atau mental (Priharjo R, 2002).

Defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan

tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu

mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah

bahwa semua nyeri adalah nyata. Defenisi ini didasarkan pada dua pokok

penting, pertama, perawat percaya kepada pasien saat mereka menunjukan

bahwa mereka merasakan nyeri. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada

penyebab fisik atau sumber yang dapat diidentifikasi.

Meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental atau status

psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan

tidak hanya membayangkan saja. Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari

stimulasi fisik dan mental atau stimulasi emosional. Oleh karena itu, mengkaji

nyeri individu mencakup pengumpulan informasi tentang penyebab fisik dan

nyeri juga factor mental atau emosional yang mempengaruhi persepsi individu

tentang nyeri, intervensi keperawatan diarahkan pada kedua komponen tersebut

(Priharjo.R,2002)

Page 6: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Menurut Brunner dan Suddarth tahun 2002, pokok penting yang harus diingat

adalah apa yang “ dikatakan “ tentang nyeri adalah tidak pada pernyataan verbal.

Beberapa pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa

mereka mengalami nyeri. Karenanya perawat juga bertanggung jawab terhadap

pengamatan perilaku non verbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri

2. Proses Terjadinya Nyeri

Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf –saraf perifer. Zat

kimia (substansi p bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi

saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari area yang terluka ke

otak, dan menyusun tahap untuk penyembuhan (respon inflamasi). Sinyal nyeri

dari area yang terluka berjalan sebagai impuls electrokimia disepanjang nervus

kebagian dorsal spinal cord (area pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh

tubuh). Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak dimana

sensasi seperti panas, dingin, nyeri dan sentuhan pertama kali dipersepsikan.

Pesan lalu dihantarkan ke cortex, dimana intensitas dan lokasi nyeri

dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai sinyal dari otak kemudian

turun kespinal cord. Dibagian dorsal, zat kimia seperti endorphin dilepaskan

untuk mengurangi nyeri diarea yang terluka (Carol dan Priscilla,1997).

Didalam spinal cord, ada gerbang yang dapat terbuka atau tertutup. Saat

gerbang terbuka, impuls nyeri lewat dan dikirim ke otak. Gerbang juga bisa

ditutup, stimulasi saraf sensoris dengan menggaruk secara perlahan didekat

area nyeri dapat menutup gerbang sehingga mencegah transmisi impuls nyeri.

Page 7: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Impuls dari pusat juga dapat menutup gerbang, misalnya perasaan sembuh

dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri yang dirasakan (Patricia dan

Walker, 1995).

Nyeri mempunyai fungsi protektif, anak-anak belajar untuk tidak mengulangi

perilaku tertentu yang akan menyebabkan mereka terluka dan mengalami nyeri

lagi misalnya menyentuh benda yang panas atau tajam. Nyeri hebat pada salah

satu bagian tubuh bisa menyebabkan penderitanya mencari bantuan kesehatan

untuk mengatasi penyebabnya. Profesi kesehatan menggunakan timbulnya nyeri

akut sebagai alat diagnostik, asal dan lokasinya pada beberapa kamus

menunjukan kondisi khusus. Perubahan derajat nyeri bisa menjadi indikasi

meningkat atau menurunnya penyebab nyeri. Keterampilan perawat dalam

mengobservasi bisa membantu manajemen yang efektif (Patricia dan Stanley,

1995).

3. Patofisiologi Nyeri

Menurut Husni Tanra tahun 1997, penelitian laboratorium menunjukan

bahwa menyusul suatu trauma atau operasi maka input nyeri dari perifer ke

sentral akan mengubah ambang reseptor nyeri baik diperifer maupun disentral

( Kornu posterior medulla Spinalis). Kedua reseptor nyeri tersebut diatas akan

menurun ambang nyerinya, sesaat setelah terjadi input nyeri.

Perubahan ini akan menghasilkan suatu keadaan yang disebut sebagai

hipersensitifitas baik perifer maupun sentral. Perubahan ini dalam klinik dapat

Page 8: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

dilihat, dimana daerah perlukaan dan sekitarnya akan berubah menjadi

hiperalgesia. Daerah tepat pada perlukaan akan berubah menjadi allodini artinya

dengan stimuli lemah, yang normal tidak menimbulkan rasa nyeri, kini dapat

menimbulkan nyeri, daerah ini disebut juga sebagai hiperalgesia primer. Dilain

pihak daerah sekitar perlukaan yang masih Nampak normal juga berubah

menjadi hiperalgesia, artinya dengan suatu stimuli yang kuat, untuk cukup

menimbulkan rasa nyeri, kini dirasakan sebagai nyeri yang lebih hebat dan

berlangsung lebih lama, daerah ini juga disebut sebagai hiperalgesia sekunder.

Menurut Husni Tanra tahun 1997, kedua perubahan tersebut diatas, baik

hiperalgesia primer maupun sekunder merupakan konsekwensi terjadinya

hipersensitivitas perifer dan sentral menyusul suatu input nyeri akibat suatu

trauma atau operasi, ini berarti bahwa susunan saraf sentral dapat berubah

sifatnya menyusul suatu input nyeri yang kontinyu.

a. Respon Lokal

Akibat terjadinya kerusakan sel dalam jaringan. Maka akan terlepas

substansi nyeri. Substansi nyeri ini berasal dari tiga tempat yakni, pertama

dari kerusakan sel itu sendiri yang akan melepas histamin, kalium, asetilkolin,

serotonin, dan ATP. Selain itu terjadi sintesa prostaglandin dari metabolisme

asam arakhidonat dengan bantuan siklooksigenase.

Yang kedua, substansi nyeri berupa bradikinin dilepaskan dari plasma

darah melalui pembuluh darah yang berubah permeabilitasnya. Yang ketiga,

Page 9: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

substansi nyeri yang dilepaskan dari ujung-ujung saraf sendiri yang disebut

substan P.

Akibat dari terlepasnya substansi nyeri tersebut diatas menyebabkan

perubahan-perubahan lokal yang oleh Celcius, seorang dokter jaman

Romawi, menyebutkan sebagai tanda-tanda inflamasi berupa kemerahan

(rubor), hangat (Calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan

fungsi (functio laesa). Dalam klinik, perubahan itu tampak sebagai gejala

hiperalgesia atau allodini. (Handerworker dan Wolt 1991 dalam Husni Tanra

tahun 1997).

Gejala hiperalgesia dan allodini ini menjadi penting dalam klinik, sebab

sekali terjadi hal ini dibutuhkan dosis obat analgesik yang lebih tinggi untuk

menghilangkannya.

b. Respon Segmental

Input nyeri perifer yang dibawa oleh serabut saraf A delta dan serabut

C selain akan mengaktifkan kornu posterior medulla spinalis, juga

mengaktifkan kornu anterior dan lateralis dari medulla spinalis yang pada

gilirannya akan memberikan respon berupa spasme otot, yang terjadi pada

gilirannya menjadi sumber stimuli yang baru sehingga meningkatkan rasa

nyeri dan mengakibatkan terjadinya spasme otot yang lebih hebat lagi, jadi

merupakan siklus visiousus.

Page 10: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Demikian pula halnya dengan terjadinya spasme pembuluh darah

yang menyebabkan iskemia dan hipoksia setempat, yang menimbulkan

asidosis. Asidosis pada gilirannya menurunkan ambang nyeri sehingga rasa

nyeri makin meningkat dan seterusnys. Selain itu, akibat input nyeri dari kulit,

akan merangsang timbulnya refleks kutaneo visceral yang menyebabkan

menurunnya aktivitas (peristaltic usus), usus yang mengandung terjadinya

ileus pasca bedah. Oleh karena itu tanpa pengelolaan nyeri pasca bedah,

penderita cenderung mengalami ileus paralitikus hebat dari tertekannya

aktivitas usus, sehingga puasa pasca bedah lebih lama dan proses

penyembuhan memenjang (Bonica 1978 dalam Husni Tanra, 1997).

c. Suprasegmental

Menurut Husni Tanra tahun 1997, respon suprasegmental ini

bersumber dari stimulasi dan pusat saraf di hypothalamus yang pada

gilirannya menimbulkan hiperventilasi atau takipnu dan meningkatkan

aktivitas saraf simpatis yang pada gilirannya akan meningkatkan denyut

jantung, isi sekuncup jantung, dan curah jantung semenit. Selain itu

meningkatkan aktivitas simpatis menyebabkan vasokontriksi dan pelepasan

hormon steroid dari glandula suprarenal yang pada gilirannya menimbulkan

gejala hipertensi.

d. Respon Kortikal

Page 11: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Respon kortikal merupakan respon psikodinamik seseorang terhadap

suatu pembedahan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya mekanisme

psikodinamik yang akan menghasilkan perasaan cemas, takut dan gelisah.

Hal ini akan mengundang umpan balik yang pada gilirannya menurunkan

ambang nyeri penderita, sehingga penderita akan merasa lebih nyeri lagi

( Bonica JJ tahun 1991 dalam Husni Tanra, tahun 1997).

Dari keempat respon tubuh diatas dapat disimpulkan bahwa respon

tubuh terhadap suatu pembedahan atau nyeri yang akan menghasilkan

reaksi endokrin, dan immunologik, yang secara umum disebut sebagai

respon stres. Respon stres ini sangat merugikan penderita karena selain

akan menurunkan cadangan dan daya tahan tubuh, meningkatkan kebutuhan

oksigen otot jantung, mengganggu fungsi respirasi dengan segala

konsekwensinya, juga akan mengundang resiko terjadinya tromboemboli

yang pada gilirannya meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasca bedah.

(Kehelt 1998 dalam Husni Tanra, 1998).

4. Faktor yang mempengaruhi persespsi Nyeri

Saat seseorang mengalami nyeri, banyak faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri yang dirasakan dan bagaimana cara mereka meresponnya.

Faktor tersebut antara lain :

a. Etnik dan Nilai Budaya

Page 12: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Karena norma budaya mempengaruhi sebagian besar sikap, perilaku,

dan nilai keseharian kita, wajar jika dikatakan budaya mempengaruhi reaksi

individu terhadap nyeri.Bentuk ekspresi nyeri yang dihindari oleh satu budaya

mungkin ditunjukan oleh budaya yang lain (Taylor, 1997)

b. Umur

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable

penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam

hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang

mereka rasakan dibandingkan dengan orang dewasa, dan kondisi ini dapat

menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Disisi lain prevalensi nyeri

pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis yang

mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena

penuaan.( Perry & Potter, 1997 ).

c. Lingkungan dan dukungan orang terdekat

Banyak orang yang merasakan, lingkungan pelayanan kesehatan yang

asing khususnya cahaya, kebisingan, aktivitas yang sama diruang perawatan

intensive, dapat menambah nyeri yang dirasakan. Beberapa klien

menggunakan nyerinya untuk memperoleh perhatian khusus dan pelayanan

dari keluarganya.(Perry & Potter, 2007).

d. Kecemasan dan stressor lain

Page 13: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Nyeri biasanya bertambah parah saat cemas, otot menegang dan

kelelahan muncul. Studi menunjukan bahwa klien yang diajarkan sebelum

operasi tentang apa yang dihadapi setelah operasi, tidak membutuhkan

analgetik sebanyak orang-orang yang menjalani prosedur operasi yang sama

tapi tidak diberikan pendidikan sebelum operasi.(Carol dan Priscilla, 1997).

e. Pengalaman Nyeri Yang Lalu

Beberapa klien yang tidak pernah mengalami nyeri hebat, tidak

menyadari seberapa hebatnya nyeri yang akan dirasakan nanti, umumnya,

orang yang sering mengalami nyeri dalam hidupnya, cenderung

mengantisipasi terjadinya nyeri yang lebih hebat (Carol dan Priscilla, 1997).

f. Nilai Agama

Pada beberapa agama ,individu menganggap nyeri dan penderitaan

sebagai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini membantu individu

menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan (Taylor ,1997)

5. Mengkaji Persepsi Nyeri

a. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

Page 14: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri .( Tamsuri, 2007)

Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1 . Skala intensitas nyeri deskriktif

1 2 3 4 5

Tidak Nyeri ringan Nyeri Nyeri berat Nyeri Tidak

Nyeri Sedang terkontro Terkontrol

2 . Skala identitas nyeri numeric

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri Nyeri sedang

nyeri

Hebat

3. Skala Analog Visual

Tidak Nyeri

Page 15: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Nyeri sangat

Hebat

4. Skala Nyeri menurut Bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak Nyeri

1-3 : Nyeri Ringan (Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik)

4-6 : Nyeri Sedang (Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri Berat (Secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan

alih posisi nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri Sangat Berat ( Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

Page 16: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Skala Deskriktif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal, merupakan sebuah garis yang terdiri

dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama

disepanjang garis.Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat

juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa

jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Skala analog visual (Visual analog

scale,VAS) tidak melebel subsidi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili

intensitas nyeri yang terus menerus dan mendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Skala ini member klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi

keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian. (Potter,

2005)

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan

dan tidak mengkonsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien

dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat.

Skala deskriktif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat

keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat

dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk

atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter,

2005).

Page 17: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

b. Karakteristik Nyeri

Menurut Brunner dan Suddarth, tahun 2002,alat-alat pengkajian nyeri dapat

digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat

pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria

berikut : (1) Mudah dimengerti dan digunakan, (2) Memerlukan sedikit upaya

dengan pihak pasien, (3) Mudah dinilai, dan (4) Sensitif terhadap perubahan

kecil dalam intensitas nyeri. Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk

mendokumentasikan kebutuhan intervensi, untuk mengevaluasi efektivitas

intervensi dan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan intervensi alternatife

dan tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan nyeri

individu.

Nyeri sukar digambarkan, saat pasien mengeluh nyeri, dengarkan

(lakukan sesuatu) karena nyerinya adalah apa yang ia rasakan meskipun ia

mungkin kesulitan menggambarkannya. Observasi objektif yang bisa ditemui

yakni (Brunner dan Suddarth,2002)

1) Kulit menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat dan lama

2) Ekspresi wajah kening mengernyit, mulut dan gigi terkatup rapat, pasien

mungkin meringis.

3) Mata tertutup rapat atau terbuka, pupil mungkin dilatasi

4) Nadi mungkin meningkat atau menurun dengan beragam intensitas

Page 18: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

5) Perspirasi,frekwensinya meningkat dan berubah karakternya

C.Strategi Penatalaksanaan Nyeri

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis

dan Non farmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan

dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila

dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar sering

dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan. (Brunner dan

Suddarth)

Tujuan utama dari suatu pengelolaan nyeri pasca bedah adalah selain

untuk memberi kenyamanan (Tanpa nyeri = pain free) terhadap penderita juga

untuk mencegah terjadinya respon stress (stres free) guna mencegah terjadinya

komplikasi yang pada gilirannya dapat mempercepat penyembuhan,

memendekan waktu hospitalisasi dan menekan biaya. (Kehelt H 1996 dalam

Husni Tanra, 1997)

a. Intervensi Farmakologis

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis

dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi pelayanan lainnya

pada pasien. Obat-obat tertentu untuk penatalaksanaan nyeri mungkin

diresepkan atau kateter epidural mungkin dipasang untuk memberikan dosis

awal (Brunner dan Suddarth, 2002)

Page 19: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Meskipun pengobatan untuk penyembuhan nyeri adalah alat yang

penting, tapi itu bukanlah satu-satunya jalan untuk mengatasi nyeri. Perawat

yang baik secara cermat akan mengkaji pasien dan mencari penyebab

masalahnya. (Janice dan Elizabeth, 1985)

b. Intervensi Non Farmakologis

Penatalaksanaan Non farmakologis terdiri dari berbagai tindakan

penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif.

Contoh dari penanganan fisik adalah stimulasi kulit salah satunya yaitu

dengan cara kompres menggunakan kantong es. yang fungsinya adalah

untuk menghilangkan nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kulit masih belum

jelas. Salah satu pemikiran adalah bahwa dengan cara ini menyebabkan

pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri (Meek, 1993

dalam Potter dan Perry 2006)

B. Kerangka Kerja Penelitian

1. Kerangka Konsep

Peningkatan sensasi nyeri merupakan masalah yang sering dijumpai pada

pasien yang baru saja mengalami operasi. Bila sensasi nyeri tidak ditangani dengan

benar akan mengakibatkan timbul berbagai komplikasi yang dapat terjadi misalnya

saja terjadinya gangguan pada penderita itu sendiri. Berbagai upaya dapat

dilakukan untuk penurunan sensasi nyeri dan salah satunya adalah pemberian

Page 20: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

kompres dingin. Penatalaksanaan pada penurunan sensasi nyeri yang dapat

dilakukan meliputi penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Kompres

dingin merupakan salah satu bentuk non farmakologis dan tindakan ini merupakan

tindakan mandiri perawat yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien yang

baru saja dioperasi.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka dirumuskan kerangka kerja penelitian

sebagai berikut :

Intensitas Nyeri Post Test

Intensitas Nyeri Pre Test

Dependent

Tingkat Nyeri

Kelompok Perlakuan

Independent

Page 21: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Kompres Dingin

Tingkat Nyeri

Tidak dilakukan

kompres

Kelompok Kontrol

· Usia

· Jenis kelamin

· Budaya

· Analgetik

·

2.

Defenisi Operasional

Variabel Perancu

Page 22: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

a.Kompres Dingin

Yang dimaksud dengan kompres dingin dalam penelitian adalah meletakkan

kompres diarea sekitar luka dengan menggunakan kantong es yang suhunya

berkisar antara 12 - 18 derajat celcius, diberikan pada 12 - 24 jam pertama

pada daerah sekitar luka operasi. selama 15 – 20 menit perhari dengan cara :

Membuat butiran- butiran es batu yang dimasukkan kedalam handuk tipis

kemudian masukan dalam plastik tertutup.

b. Sensasi Nyeri

Yang dimaksud dengan nyeri dalam penelitian adalah tingkat nyeri yang

didapat dari klien dengan mengobservasi dan mengukur dengan cara skala

analog (Smeltzer 2007). Nyeri yang diukur sebelum dan setelah tindakan

kompres dengan kriteria evaluasinya :

1 = Tidak nyeri

2 = Nyeri ringan

3 = Nyeri sedang

4 =Nyeri Berat

5 = Sangat Berat

Page 23: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Dikatakan ada pengaruh jika terjadi penurunan satu poin dari nyeri yang

dirasakan sebelum dilakukan kompres, dan dikatakan tidak ada pengaruh jika

nyeri tetap atau terjadi peningkatan pada saat setelah dilakukan kompres.

3. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post

operasi Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien

post operasi Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar tahun

2009.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), dimana kelompok eksperimental diberikan perlakuan kompres dingin sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pre tes,dan setelah pemberian perlakuan pada kelompok eksperimental diadakan pengukuran nyeri kembali (post tes), begitu juga pada kelompok yang tidak diberikan perlakuan.

Page 24: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Subyek Pre Test Perlakuan Post TestKasus

Kontrol

0

0

X

-

0

0

Keterangan

Pre Test : Sebelum Perlakuan

Perlakuan : Kompres dingin selama 2 hari pada 12 -24 jam pertama

Post Test : Setelah adanya perlakuan dengan kompres dingin selama 2 hari setelah operasi

B. Populasi dan Sampela. Populasi

Populasi adalah seluruh pasien post

operasi yang dirawat diruang Perawatan

Bedah RSUD Labuang Baji Makassar.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien post operasi laparatomi yang dirawat

diruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji dengan tehnik pengambilan sampel

adalah Convinience sampling dengan cara mencari subjek atas dasar hal-hal yang

menyenangkan atau mengenakkan peneliti.

Page 25: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

Sampel pada penelitian ini adalah pasien pasien bedah laparatomi yang dirawat di

ruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum daerah Labuang Baji Makassar.

Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi meliputi :

a. Pasien yang dalam keadaan sadar

b. Pasien yang dapat diajak komunikasi

c. Pasien yang pertama kali dilakukan pembedahan

2. Kriteria Eksklusi Meliputi :

a. Pasien yang tidak dapat diajak komunikasi

b. Pasien yang telah dibedah 2 hari sebelum penelitian berlangsung

C. Pengumpulan Data1. Data primer diambil dengan cara :

1. Melakukan observasi berdasarkan kompres dingin yang dilakukan pada

pasien dalam hal ini observasi dilakukan atau tidak dilakukannya kompres

dingin pada kelompok kontrol (X) dan kelompok kasus (Y).

2. Setelah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil lembar observasi

yaitu intervensi kompres dingin selama 2 hari berturut-turut.

Page 26: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

3. Hasil yang telah didapat kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

disertai narasi

2. Data Sekunder diperoleh dari instansi terkait, arsip-arsip serta beberapa

dokumen pendukung

D. Alur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi tempat penelitian

b. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi FIK UIT Kepada

direktur RSUD Labuang Baji mendapatkan izin penelitian

c. Setelah memperoleh surat penelitian, peneliti memilah dan memisahkan

pasien yang dapat disertakan dalam kelompok kasus maupun kelompok

kontrol

d. Melakukan pendekatan pada pasien dan tetap menjaga harga diri pasien

e. Dengan menggunakan alat bantu skala deskriktif penilaian tingkatan nyeri,

maka peneliti melakukan penelitian sebagai penelitian pre test, dengan

menilai tingkatan nyeri secara objektif

f. Melakukan tindakan kompres dingin pada kelompok kasus selama 2 hari

setelah pembedahan dengan waktu pemberian kompres adalah 15-20

menit sekali

Page 27: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

g. Mencatat kembali respon pasien setelah 2 hari perlakuan dengan menilai

tingkatan nyeri secara objektif pada pasien kasus dan kelompok kontrol

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pendeskripsian

verbal (Verbal Descriptor Skale,VDS). Adapun observasi respon pasien ditinjau dari

perhatian, ansietas, prespirasi, suara, ketegangan otot dan ekspresi wajah.

H. Pengolahan dan Penyajian Data

Pada pasien yang dalam keadaan sadar, kemudian dilakukan pengukuran intensitas

nyeri sebelum dilakukan kompres dingin dengan menanyakan bagaimana rasa nyeri

yang dialami oleh pasien. Dengan rentang waktu yang tidak terlalu lama kemudian

lakukan intervensi dengan kompres dingin.

Pengolahan dan penyajian data dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan

program komputer SPSS Versi 11,5 yang akan dipaparkan dalam bentuk tabel dan

narasi

I. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah Ha dengan batas confidence level yang dipilih adalah 95 %

sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov – Smimov Test. Dengan

asumsi bahwa Ha diterima jika ada perbedaan yang signifikan antara pre test dan post

test. Tingkat kemaknaan (a) : 0,05 dan analisa dengan SPSS 11,5 H.

Page 28: KOMPRES DINGIN PAFDA NYERI.doc

J. Masalah Etika Penelitian

Kepada setiap pasien yang akan dilakukan dalam penelitian ini diberikan penjelasan

dan tujuan serta diminta kesediaannya untuk persetujuan secara tertulis dan selalu

mengindahkan tata cara etika yang berlaku meliputi :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian, manfaat penelitian