Konsep Lift

  • Upload
    5upr4

  • View
    515

  • Download
    18

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II LANDASAN TEORIII.1 Simulasi II.1.1 Pengertian Simulasi Simulasi berasal dari kata Simulate yang artinya meniru atau berpura- berpura. Simulasi merupakan bentuk abstraksi dari kehidupan nyata yang dituangkan dalam sebuah bentuk model. Dalam hal ini biasanya dilakukan proses penyederhanaan sehingga pemecahan dalam suatu bentuk model matematika dapat dilakukan. Sering kali terdapat unsur ketidakpastian dalam suatu model simulasi. Simulasi adalah proses perancangan model dari suatu sistem yang sebenarnya, dimana dilakukan percobaan terhadap model tersebut dan dievaluasi hasil percobaan tersebut. Dalam proses mensimulasikan sebuah sistem, maka terlebih dahulu dilakukan perancangan tiruan dari sistem tersebut, dimana sistem tiruan inilah yang dioperasi seperti halnya yang terjadi pada sistem yang sebenarnya. Pengoperasian terhadap model simulasi ini akan menghasilkan pasangan masukan (input) dan keluaran (output). Pasangan hasil inilah yang di analisis untuk mencari solusi dari permasalahan. II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Simulasi Simulasi model biasanya dijalankan atau dicoba-coba untuk memperoleh informasi-informasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil tersebut penulis dapat

mempelajari kelakuan sistem. Maka simulasi bukanlah suatu teori tetapi melainkan suatu metodologi untuk memecahkan masalah. Keuntungan simulasi adalah sebagai berikut: 1. Tidak mengganggu jalannya operasi perusahaan. 2. Tidak menyebabkan perubahan tingkah laku pada manusia/benda yang diamati. 3. Dapat membuat kondisi percobaan yang berulang-ulang. 4. Untuk memperoleh sample yang sama tidak dibutuhkan waktu banyak dan biaya yang besar. 5. Dapat diperoleh banyak alternative. Kerugian simulasi adalah sebagai berikut: 1. Untuk pengembangan suatu model simulasi yang baik seringkali membutuhkan banyak waktu, biaya yang besar dan bakat yang tidak begitu saja tersedia. 2. Tampaknya simulasi mencerminkan keadaan nyata tetapi

sebenarnya tidak. 3. Simulasi seringkali memberikan hasil yang tidak teliti, ketidaktelitian ini sulit untuk diukur. II.2 Model Sistem Lift Model adalah representasi dari suatu objek, benda atau ide-ide dalam bentuk lain dengan entitasnya. Model dapat berupa tiruan dari suatu benda, sistem atau peristiwa sesungguhnya, hanya mengandung informasi-informasi yang dianggap penting untuk diolah. Model berisi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari sistem yang sebenarnya, sedangkan Lift adalah suatu alat yang

digunakan sebagai sarana transportasi pada gedung bertingkat yang menghubungkan ruang antar lantai dalam gedung bersangkutan. Sasaran utama dari perkembangan sistem lift adalah menyediakan pelayanan dan kemudahan pada manusia untuk naik dan turun. Lift harus mempunyai sistem pengendalian yang baik dan kehalusan pergerakan. Sistem lift terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang bergerak dan bagian yang tidak bergerak. II.2.1 Bagian yang bergerak 1. Kereta luncur Berupa ruangan untuk mengangkat penumpang, pada kereta luncur ini ditempatkan: a. Tombol-tombol pelayanan buka/tutup, permintaan tujuan, dan emergency. b. Led penunjuk posisi cabinet c. Sensor berat pada lantai cabinet d. Pintu geser dengan konstruksi khusus sehingga dapat beroperasi bersamaan dengan pintu pada masing-masing lantai. 2. Bobot Imbang (Counter Weight) Digunakan sebagai penyeimbang dari berat kereta luncur. Pemakai bobot imbang ini akan mengurangi daya motor penggerak selama kereta luncur dioperasikan.

3. Rol dan Tali (Rope) Digunakan untuk menarik kereta luncur agar saat poros motor berputar tidak terjadi slip serta katrol dan dudukannya harus kuat agar tidak terlepas pada saat cabinet bergerak.

II.2.2 Bagian yang tidak Bergerak1. Ruang Luncur Merupakan ruangan dari gedung yang dilayani. Ruang luncur ini merupakan tempat beroperasinya cabinet. Pada ruang luncur ini terdapat rel untuk kereta luncur dan rel untuk bobot imbang. Tujuan pemasangan rel ini agar pada saat cabinet dan counter weight sedang bergerak tidak berguncang. Pada setiap lantai pada ruang luncur dipasang sensor yang berfungsi untuk menghentikan cabinet. 2. Lantai pada Gedung Lantai pada gedung bertingkat yang dilayani oleh lift merupakan satu garis lurus horizontal. Untuk pelayanan panggilan cabinet pada setiap lantai ini disediakan tombol-tombol panggilan cabinet untuk tujuan naik/turun. 3. Panel Panel digunakan sebagai penghubung dari instalasi pengawatan yang terdapat pada lift. Panel juga berisikan rangkaian pengendali. 4. Motor penggerak Kereta Luncur Motor penggerak cabinet ini ditempatkan pada ruangan khusus di atas lantai atau di bawah lantai dasar.

Untuk mengetahui lebih jelas dari keterangan di atas dapat dilihat pada Gambar II.1

Mesin Kontrol Kereta Luncur (Cabinet)

Mt

oooooo oooooo oooooo oooooo oooooo oooooo oooooo oooooo oooooo ooooooLampu Indikatoroooooo

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o oRel Bobot Imbang Tombol Permintaan

Rel untuk Cabinet

oooooo oooooo

o o o o

oooooo

o ooooooo

Bobot Imbang (Counter Weight)

o oooooooo ooooooo o Gambar II.1 Model Arsitektur LiftTombol Tujuan

II.3 Konsep Dasar Antrian Antrian adalah suatu garis tunggu dari satuan yang memerlukan layanan dari satu atau lebih fasilitas layanan. Formasi baris-baris penungguan ini merupakan suatu fenomena yang biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu layanan melebihi kapasitas yang tersedia untuk melebihi menyelenggarakan pelayanan tersebut. Keputusankeputusan yang berkenaan dengan jumlah kapasitas ini harus dapat ditentukan, walaupun sebenarnya tidak mungkin dapat dibuat suatu prediksi yang tepat mengenai kapan unit-unit yang memerlukan pelayanan itu akan datang atau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelanggarakan pelayanan itu. Pengguna tiba untuk memperoleh pelayanan pada fasilitas pelayanan. Bila pengguna yang tiba dapat masuk kedalam fasilitas pelayanan, maka akan segera akan dilayani. Tetapi bila harus menunggu akan membentuk suatu antrian hingga tiba waktunya untuk dilayani. Setiap lift akan memberi pelayanan kepada pengguna maka pengguna pertama yang datang akan memperoleh layanan sesuai dengan tombol permintaan dan aktifitas lift, kemungkinan yang sama untuk setiap lift untuk dipilih oleh pengguna. Dapat dikatakan bahwa antrian sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap orang dan antrian merupakan suatu cara untuk memberikan pelayanan yang adil dan memaksimumkan pemakaian suatu sumber daya. Model antrian sistem lift dapat dilihat pada Gambar II.2

Sumber Masukan

Sistem Antrian

Keluar

Pengguna

Antrian

Lift

Pengguna yang telah dilayani

Gambar II.2 Sistem Antrian Lift II.3.1 Disiplin Antrian Disiplin antrian berkaitan dengan cara memilih anggota antrian yang akan dilayani. Sebagai contoh, disiplin antrian ini dapat berupa FCFS (Frist Come First Served) adalah antrian pertama datang pertama dilayani, random adalah antrian secara acak, SSTF (Shortest Seek Time First) adalah pencarian antrian terpendek, dan CScan adalah antrian berdasarkan arah pelayanan atau dapat pula berdasarkan prioritas tertentu. Disiplin antrian yang umum digunakan adalah FCFS, dimana pada disiplin antrian ini unit yang datang terlebih dahulu akan mendapatkan pelayanan lebih dahulu. Akan tetapi untuk kasus-kasus tertentu FCFS bukanlah pilihan yang terbaik. II.3.2 Mekanisme Pelayanan Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan yaitu: 1. Tersedianya pelayanan Mekanisme pelayanan tidak terlalu tersedia setiap saat. Misalnya dalam pertunjukan bioskop, loket karcis masuk hanya dibuka pada waktu tertentu antara satu pertunjukkan dengan pertunjukkan berikutnya, sehingga pada saat loket ditutup, mekanisme pelayanan terhenti.

2. Kapasitas pelayanan Kapasitas pelayanan diukur berdasarkan jumlah langganan (satuan) yang dapat dilayani bersama-sama. Kapasitas pelayanan tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tetapi ada yang berubah-ubah. Karena itu fasilitas pelayanan dapat memiliki satu atau lebih saluran. Fasilitas yang mempunyai satu saluran tersebut saluran tunggal atau sistem pelayanan ganda jika lebih dari satu saluran. 3. Lama berlangsungnya pelayanan Lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani langganan. Hal ini harus dinyatakan secara pasti. Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua langganan atau berupa variabel acak. II.4 Penjadwalan Penjadwalan merupakan proses mengalokasikan sumber-sumber atau mesinmesin yang ada, untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya penjadwalan meliputi penugasan mesin-mesin untuk spesifikasi pekerjaan atau langkah-langkah operasi. Penungasan dari mesin-mesin tidak memastikan bahwa pekerjaan akan terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Oleh karena itu diperlukan pengembangan jadwal untuk

menyempurnakan pekerjaan-pekerjaan atau disiplin untuk menentukan urutan di dalamnya.

II.4.1 Faktor-Faktor Penjadwalan Banyak faktor yang digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan yang akan diproses, dimana setiap penjadwalan memiliki cara yang berbeda dalam memilih urutan yang harus diproses. Berberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penjadwalan adalah: 1. Waktu proses Adalah waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana waktu proses ini sudah mencakup waktu yang dibutuhkan untuk pengaturan dan persiapan yang mungkin dibutuhkan. 2. Jatuh tempo Adalah batas waktu terakhir penyelesaian suatu pekerjaan. Bila suatu pekerjaan di selesaikan melewati jatuh temponya, maka pekerjaan tersebut terlambat. 3. Waktu penyelesaian Adalah jangka waktu dari permulaan hingga berakhirnya pekerjaan. 4. Waktu tunggu Adalah waktu yang dibutuhkan suatu pekerjaan mulai dari mengatur mesin hingga pekerjaan diproses. 5. Waktu alur Adalah jangka waktu dari saat suatu pekerjaan dapat dikerjakan hingga saat selesainya pekerjaan tersebut. Dengan kata lain. Waktu alur suatu pekerjaan sama dengan waktu proses ditambah dengan waktu tunggu pekerjaan tersebut sebelum diproses.

6. Keterlambatan Adalah selisih antara waktu penyelesaian suatu pekerjaan dengan jatuh temponya. Keterlambatan bernilai positif apabila pekerjaan diselesaikan sesudah jatuh temponya dan bernilai negatif bila pekerjaan diselesaikan sebelum jatuh temponya. 7. Waktu pelaksanaan Adalah jangka waktu penyelesaian suatu penjadwalan yang merupakan jumlah seluruh waktu proses. II.5 Visual Basic 6.0 Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi objek (Objek Oriented Programming/OOP). Objek Oriented Programming adalah pemrograman yang terdiri dari beberapa objek yang berkomunikasi atau berhubungan dan melakukan suatu aksi dalam suatu kejadian (event), sehingga istilah objek banyak digunakan dalam pemrograman visual basic ini. Objek-objek digambarkan pada layar dan melakukan properti terhadap objek yang digambarkan lalu menuliskan metodametoda terhadap objek tersebut sesuai dengan tujuan program. II.5.1 Perancangan Program dengan Visual Basic Pada pemrograman visual basic, perancangan program dimulai dengan perencanaan dan pendefinisian tujuan program, lalu merancang keluaran dan media hubungan dengan pemakai, dan langkah terakhir adalah penulisan kode program tersebut.

Visual basic menyediakan IDE (Integrated Development Environment) sebagai lingkungan tempat kerja untuk menghasilkan program aplikasi pada visual basic. Komponen-komponen IDE terdiri dari: control menu, baris menu, toolbar, toolbox, form window, form layout window, properties window, project explorer, kode window, object window dan event window. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar II.3 berikut :

Window

Toolbox

Form

Project Explorer

Window Properties

Gambar II.3 Tampilan IDE (Integrated Development Environment) Keterangan Gambar II.3 : a. Window utama terdiri dari kontrol menu, baris menu, dan toolbar. Dari window ini semua kegiatan pembuatan program dilakukan, dan baris menu yang terdapat pada window ini digunakan selama perancangan program. Dibawah baris menu terdapat toolbar sebagai shortcut (untuk mempercepat) dalam pengaksesan beberapa menu yang sering digunakan.

b. Toolbox Tempat kontrol-kontrol yang akan digunakan pada program yang akan dirancang. Kontrol-kontrol ini sangat berguna saat mengatur tampilan program. c. Form Form merupakan window yang menjadi tampilan program dan tempat pengguna program untuk berinteraksi dengan program. d. Window Properties Window ini digunakan untuk mengatur sifat (properties) dari form atau kontrolkontrol. Isi dari window properties ini dapat berubah-ubah sesuai dengan form atau kontrol yang dipilih. Properties yang dipilih untuk suatu objek akan menentukan perilaku dari objek tersebut pada saat program dijalankan. e. Project Explorer Project Explorer berfungsi sebagai sarana pengakses bagian-bagian pembentuk project. f. Window Form Layout Digunakan untuk mengatur tata letak form pada layar monitor

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGANIII.1 Analisis Masalah Antrian merupakan suatu kegiatan yang sering kita lihat sehari-hari bahkan kita sering mengalaminya secara langsung .Antrian selalu diidentikkan dengan proses menunggu, oleh karena itu ada yang harus diperhatikan di dalam antrian yaitu waktu tunggu . Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki tingkat emosi, semakin lama seseorang menunggu akan membuat kesabaran semakin hilang. Untuk mengatasinya beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelayanan antrian, antara lain FCFS (First Come First Served), SSTF (Shortest Seek Time First), dan CScan. Akan dianalisa tiga buah lift yang memiliki 10 tingkat. Masing-masing lift memiliki barisan antrian dengan urutan permintaan pelayanan secara acak, kemudian ketiga antrian akan diterapkan pada ketiga metode tersebut, untuk mencari metode yang terbaik. Untuk itu diperoleh beberapa percobaan. Percobaan I: Dengan algoritma FCFS: Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan satuan jumlah tingkat yang telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift

bergerak naik ke lantai 6, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 6 adalah 5. Posisi lift di lantai 6 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 3 dan 9, posisi lift masih di lantai 6, maka akumulasi jumlah langkah adalah 5. Dari lantai 6 lift turun ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 6 sampai lantai 2 adalah 4. Di lantai 2 tidak terdapat permintaan antrian masuk. Posisi lift di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 5+4 = 9. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.1 sehingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time). Tabel III.1 Eksekusi Algoritma FCFSN Antrian Aksi Jumlah langkah 0 5 4 3 2 6 2 1 4 6 9 Antrian masuk 625 39 78 4 10 Posisi lift 1 6 2 5 3 9 7 8 4 10 1 Akumulasi Jumlah langkah 0 5 9 12 14 20 22 23 27 33 42

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 625 2539 539 3978 9 7 8 4 10 7 8 4 10 8 4 10 4 10 1 10 147 1

Diam Lift naik ke lantai 6 Lift turun ke lantai 2 Lift naik ke lantai 5 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 9 Lift turun ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift turun ke lantai 4 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 1

1

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengunaan lift ke lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 8 dan dapat dilayani setelah di urutan 10 dengan jumlah langkah 4, 6 dan 9, maka waktu tunggunya 4+6+9 = 19. Demikian dan seterusnya, sehingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.2.

Tabel III.2 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian algoritma FCFS Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 4+6+9 = 19 5+4 = 9 4+3+2 = 9 6+2+1+4 = 13 5+4+3 = 12 5 2+6+2 = 10 2+6+2 +1 = 11 4+3+2+6 = 15 6+2+1+4+6 = 19 122

Dari Tabel III.2 diperoleh waktu tunggu rata- rata adalah 122/10 = 12,20 Dengan algoritma SSTF : Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 tidak terdapat antrian masuk dan posisi lift masih di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 5, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 5 adalah 3. Di lantai 5 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 7 dan 8. Posisi lift di lantai 5, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+3 = 4. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.3 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time).

Tabel III.3 Eksekusi Algoritma SSTFN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Antrian Aksi 1 265 56 678 7893 893 931 31 4 1 10 1 10 10 Diam Lift naik ke lantai 2 Lift naik ke lantai 5 Lift naik ke lantai 6 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift naik ke lantai 9 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 4 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 10 Jumlah langkah 0 1 3 1 1 1 1 6 1 3 9 Antrian masuk 625 78 39 1 4 10 Posisi lift 1 2 5 6 7 8 9 3 4 1 10 Akumulasi Jumlah langkah 0 1 4 5 6 7 8 14 15 18 27

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengunaan lift ke lantai 1 terjadi pada lantai 8 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 9, dengan jumlah langkah 1, 6, 1 dan 3, maka waktu tunggunya 1+6+1+3 = 11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.4. Tabel III.4 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma SSTF Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 1+6+1+3 = 11 1 1+1+1+6 = 9 1 1+3 = 4 1+3+1 = 5 1+1 = 2 1+1+1 = 3 1+1+1 = 3 1+3+9 = 13 52

Dari Tabel III.4 diperoleh waktu rata- rata adalah 52/10 = 5,20

Dengan algoritma C-Scan : Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya. Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 tidak terdapat antrian masuk dan posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 5, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 5 adalah 3. Di lantai 5 terdapat antrian masuk untuk ke lantai 7 dan 8. Posisi lift di lantai 5, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+3 = 4. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.5 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time). Tabel III.5 Eksekusi Algoritma C-ScanN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Antrian 1 256 56 678 7893 893 931 31 1 4 10 4 10 10 Aksi Diam Lift naik ke lantai 2 Lift naik ke lantai 5 Lift naik ke lantai 6 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift naik ke lantai 9 Lift turun ke lantai 3 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 4 Lift naik ke lantai 10 Jumlah langkah 0 1 3 1 1 1 1 6 2 3 9 Antrian masuk 625 78 39 1 4 10 Posisi lift 1 2 5 6 7 8 9 3 1 4 10 Akumulasi Jumlah langkah 0 1 4 5 6 7 8 14 16 19 25

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift ke lantai 1 terjadi pada lantai 8 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 8, dengan jumlah langkah

1, 6, dan 2, maka waktu tunggunya 1+6+2 = 9. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.6. Tabel III.6 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 1+6+2 = 9 1 1+1+1+6 = 9 2+3 = 5 1+3 = 4 1+3+1 = 5 1+1 = 2 1+1+1 = 3 1+1+1 = 3 2+3+6 = 11 52

Dari Tabel III.6 diperoleh waktu tunggu rata adalah 52/10 = 5,20 Percobaan II : Dengan algoritma FCFS : Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan jumlah tingkat yang telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 4 dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Posisi lift di lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8, posisi lift masih di lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah adalah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai 7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat permintaan antrian masuk untuk lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi

jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.7 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time). Tabel III.7 Eksekusi Algoritma FCFSN Antrian Aksi Jumlah langkah 0 3 3 6 7 3 5 7 3 4 7 Antrian masuk 47 18 5 10 3 6 Posisi lift 1 4 7 1 8 5 10 3 6 2 9 Akumulasi Jumlah langkah 0 3 6 12 19 22 27 34 37 41 48

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 47 718 185 8 5 10 3 6 5 10 3 6 10 3 6 3629 629 29 9

Diam Lift naik ke lantai 4 Lift naik ke lantai 7 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 8 Lift turun ke lantai 5 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 6 Lift turun ke lantai 2 Lift naik ke lantai 9

29

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift ke lantai 1 terjadi pada lantai 4 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 3, dengan jumlah langkah 3 dan 6, maka waktu tunggunya 3+6 = 9. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.8.

Tabel III.8 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma FCFS Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 3+6 = 9 7+3+4 = 14 7+3+5+7 = 22 4 6+7+3 = 16 7+3+5+7+3 = 25 3+3 = 6 3+6+7 = 16 7+3+4+7 = 21 7+3+5 = 15 147

Dari Tabel III.8 diperoleh waktu tunggu rata adalah 147/10 = 14,70 Dengan algoritma SSTF : Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguan lift yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 4, dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Di lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8 dan posisi lift masi di lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai 7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.9 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time).

Tabel III.9 Eksekusi Algoritma SSTFN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Antrian Aksi 1 47 718 851 51 1 3 6 10 6 10 10 92 2 Diam Lift naik ke lantai 4 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift turun ke lantai 5 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 3 Lift turun ke lantai 6 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 9 Lift turun ke lantai 2 Jumlah langkah 0 3 3 1 3 4 2 3 4 1 7 Antrian masuk 47 18 5 Posisi lift 1 4 7 8 5 1 3 6 10 9 2 Akumulasi Jumlah langkah 0 3 6 7 10 14 16 19 23 24 31

10 3 6

29

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift untuk ke lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 4 dan dapat dilayani setelah di urutan 5, dengan jumlah langkah 3, 1, 3, dan 4, maka waktu tunggunya 3+1+3+4 = 11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.10. Tabel III.10 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma SSTF Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 3+1+3+4 = 11 1+7 = 8 2 3 1+3 = 4 2+3 = 5 3+3 = 6 3+1 = 4 1 2+3+4 = 9 53

Dari Tabel III.10 diperoleh waktu tunggu rata adalah 53/10 = 5,30 Dengan algoritma C-Scan : Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya. Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 4 dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Di lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8, posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai 7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat antrian masuk untuk lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.11 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time). Tabel III.11 Eksekusi Algoritma C-ScanN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Antrian 1 47 781 851 51 1 3 6 10 6 10 10 92 2 Aksi Diam Lift naik ke lantai 4 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift turun ke lantai 5 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 3 Lift naik ke lantai 6 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 9 Lift turun ke lantai 2 Jumlah langkah 0 3 3 1 3 4 2 3 4 1 7 Antrian masuk 47 18 5 Posisi lift 1 4 7 8 5 1 3 6 10 9 2 Akumulasi Jumlah langkah 0 3 6 7 10 14 16 19 23 24 31

10 3 6

29

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift untuk ke lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 4 dan dapat dilayani setelah di urutan 5, dengan jumlah langkah 3, 1, 3 dan 4, maka waktu tunggunya 3+1+3+4 = 11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.12. Tabel III.12 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 3+1+3+4 = 11 1+7 = 8 2 3 1+3 = 4 2+3 = 5 3+3 = 6 3+1 = 4 1 2+3+4 = 9 53

Dari Tabel III.12 diperoleh waktu tunggu rata adalah 53/10 = 5,30 Percobaan III : Dengan algoritma FCFS : Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan satuan jumlah tingkat yang telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi permintaan penggunaan lift ke 2, 7 dan 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Posisi

lift di lantai 2 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 1 dan 6, posisi lift masih di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah adalah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 7, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 7 adalah 5. Di lantai 7 terdapat permintaan antrian masuk untuk lantai 9. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+5=6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.13 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time). Tabel III.13 Eksekusi Algoritma FCFSN Antrian

Aksi0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 247 7416 4169 1 6 9 3 10 8 6 9 3 10 8 9 3 10 8 5 3 10 8 5 10 8 5 85 5 Diam Lift naik ke lantai 2 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 4 Lift turun ke lantai 1 Lift turun ke lantai 6 Lift naik ke lantai 9 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 8 Lift turun ke lantai 5

Jumlah langkah 0 1 5 3 3 5 3 6 7 2 3

Antrian Posisi masuk lift 274 16 9 3 10 8 5 1 2 7 4 1 6 9 3 10 8 5

Akumulasi Jumlah langkah 0 1 6 9 12 17 20 26 33 35 38

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaaan lift ke lantai 1 terjadi pada 1 tetapi dapat dilayani setelah di lantai 4, dengan jumlah langkah 5, 3 dan 3, maka waktu tunggunya 5+3+3 = 11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.14.

Tabel III.14 Waktu Tunggu Tiap Anggota Algoritma FCFS Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 5+3+3 = 11 1 3+5+3+6 = 17 1+5+3 = 9 3+6+7+2+3 = 21 5+3+3+5 = 16 1+5 = 6 3+5+3+6+7+2 = 26 3+3+5+3 = 14 3+5+3+6+7 = 24 145

Dari tabel III.14 diperoleh waktu tunggu rata adalah 145/10 = 14,50 Dengan algoritma SSTF : Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 2, 7 dan 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 1 dan 6. Posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift turun ke lantai 1, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 1 adalah 1. Di lantai 1 terdapat permintaan antrian masuk untuk lantai 9. Posisi lift di lantai 1, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+1 = 2. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.15 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time).

Tabel III.15 Eksekusi Algoritma SSTFAntrian N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 274 1467 467 3 6 7 8 10 6 7 8 10 7 8 10 5 8 9 10 5 9 10 5 10 5 5 Diam Lift naik ke lantai 2 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 4 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 6 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift naik ke lantai 9 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 5 Aksi Jumlah langkah 0 1 1 3 1 3 1 1 1 1 5 Antrian masuk 274 16 3 10 8 5 9 Posisi lift 1 2 1 4 3 6 7 8 9 10 5 Akumulasi Jumlah langkah 0 1 2 5 6 9 10 11 12 13 18

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pemakai lift ke lantai 1 terjadi permintaan pada saat lift di lantai 1 tetapi dapat dilayani setelah di 2, dengan jumlah langkah 1, maka waktu tunggunya 1. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi N, dapat dilihat pada Tabel III.16. Tabel III.16 Waktu Tunggu Tiap Anggota Algoritma SSTF Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 1 1 1 1+1+3 = 5 1+1+1+1+5 = 9 1+3+1+3 = 8 1+1+3+1+3+1 = 10 1+3+1+1 = 6 1+1 = 2 1+3+1+1+1+1 = 8 51

Dari Tabel III.16 diperoleh waktu tunggu rata adalah 51/10 = 5,10

Dengan algoritma C-Scan : Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya. Terjadi penggunaan lift ke lantai 2 dan 7 di lantai 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 6, posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 4 adalah 2. Di lantai 4 terdapat permintaan antrian masuk untuk lantai 1 dan 6. Posisi lift di lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+2 = 3. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.17 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time). Tabel III.17 Eksekusi Algoritma C-ScanAntrian N Aksi Jumlah langkah Antrian masuk Posisi lift Akumulasi Jumlah langkah

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 274 4671 6 7 8 10 3 1 7 8 10 5 3 1 8 9 10 5 3 1 9 10 5 3 1 10 5 3 1 531 31 1

Diam Lift naik ke lantai 2 Lift naik ke lantai 4 Lift naik ke lantai 6 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift naik ke lantai 9 Lift naik ke lantai 10 Lift naik ke lantai 5 Lift turun ke lantai 3 Lift turun ke lantai 1

0 1 2 2 1 1 1 1 5 2 2

274 16 3 10 8 5 9

1 2 4 6 7 8 9 10 5 3 1

0 1 3 5 6 7 8 9 14 16 18

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengguna lift ke lantai 1 terjadi pada lantai 1 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 10, dengan jumlah langkah 2, 2, 1, 1, 1, 1, 5, 2, dan 2, maka waktu tunggunya 2+2+1+1+1+1+5+2+2 = 17. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.18. Tabel III.18 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 2+2+1+1+1+1+5+2+2 = 17 1 2+1+1+1+1+5+2 = 13 1+2 = 3 1+1+1+1+5 = 9 2+2 = 4 1+2+2+1 = 6 2+1+1 = 4 1+1 = 2 2+1+1+1+1 = 6 60

Dari Tabel III.18 diperoleh waktu tunggu rata adalah 60/10 = 6,0 Dari ketiga hasil percobaan di atas, maka dapat diambil perbandingan dapat dilihat pada Tabel III.19. Tabel III.19 Perbandingan Hasil Eksekusi Masing-Masing Algoritma Algoritma Percobaan I Running Waiting Time Time 42 12,20 27 5,20 25 5,20 Percobaan II Running Waiting Time Time 48 14,70 31 5,30 31 5,30 Percobaan III Running Waiting Time Time 38 14,50 18 5,90 18 6,0

FCFS SSTF C-Scan

Dari hasil ketiga percobaan di atas terlihat dengan jelas bahwa algoritma terbaik adalah algoritma SSTF. Algoritma FCFS adalah yang terburuk karena memiliki running time dan waiting time yang sangat jelek, sementara running time antara SSTF dan C-Scan hanya beda sedikit. Akan tetapi perlu diingat bahwa lift melakukan pelayanan terhadap manusia yang memiliki emosi. Salah satu emosi manusia adalah kesabaran. Semakin lama seseorang menunggu maka kesabaran seseorang akan semakin menghilang. Untuk itu dari lama menunggu perlu diberikan perhatian khusus, yang memperlihatkan lama menunggu seseorang dengan mengabaikan algoritma FCFS yang sudah terlihat jelas memiliki running time dan waiting time yang buruk. Jadi pelayanan dengan menggunakan algoritma SSTF bisa menjamin semua anggota antrian mendapatkan pelayanan walaupun tidak dengan waktu tunggu yang minimal tetapi paling tidak dengan waktu tunggu yang tidak terlalu lama. Percobaan IV: Dengan algoritma SSTF : Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 10 dan 2 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 9 dan 1. Posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift turun ke lantai 1, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 1 adalah 1. Di lantai 1 terdapat permintaan antrian masuk untuk lantai 4. Posisi lift di lantai 1, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani

yaitu 1+1 = 2. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.20 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (running time). Tabel III.20 Eksekusi Algoritma SSTFAntrian N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 10 1 9 10 4 9 10 3 6 9 10 6 9 10 5 8 9 10 7 8 9 10 8 9 10 9 10 10 Diam Lift naik ke lantai 2 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 4 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 6 Lift turun ke lantai 5 Lift naik ke lantai 7 Lift naik ke lantai 8 Lift naik ke lantai 9 Lift naik ke lantai 10 Aksi Jumlah langkah 0 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 Antrian masuk 10 2 91 4 63 85 7 Posisi lift 1 2 1 4 3 6 5 7 8 9 10 Akumulasi Jumlah langkah 0 1 2 5 6 9 10 12 13 14 15

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut: Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pemakai lift ke lantai 1 terjadi permintaan pada saat lift di lantai 2 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 2, dengan jumlah langkah 1, maka waktu tunggunya 1. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.21.

Tabel III.21 Waktu Tunggu Tiap Anggota Algoritma SSTF Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 1 1 1 3 1 1+3 = 4 2 1+2+1 = 4 1+3+1+3+1+2+1+1 = 13 1+1+3+1+3+1+2+1+1+1 = 15 45

Dari Tabel III.21 diperoleh waktu tunggu rata adalah 45/10 = 4,50 Dengan algoritma C-Scan : Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya. Terjadi penggunaan lift ke lantai 10 dan 2 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 9 dan 1, posisi lift masih di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 9, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 9 adalah 7. Di lantai 9 tidak terdapat permintaan antrian masuk. Posisi lift di lantai 9, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+7 = 8. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.22 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time).

Tabel III.22 Eksekusi Algoritma C-ScanAntrian N Aksi Jumlah langkah Antrian masuk Posisi lift Akumulasi Jumlah langkah

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 10 9 10 1 10 1 1 4 63 853 53 37 7

Diam Lift naik ke lantai 2 Lift naik ke lantai 9 Lift naik ke lantai 10 Lift turun ke lantai 1 Lift naik ke lantai 4 Lift naik ke lantai 6 Lift naik ke lantai 8 Lift turun ke lantai 5 Lift turun ke lantai 3 Lift naik ke lantai 7

0 1 7 1 9 3 2 2 3 2 4

10 2 91

4 63 85 7

1 2 9 10 1 4 6 8 5 3 7

0 1 8 9 18 21 23 25 28 30 34

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut : Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengguna lift ke lantai 1 terjadi permintaan pada posisi lift di lantai 2 tetapi dapat dilayani setelah diurutan 4, dengan jumlah langkah 7, 1,dan 9, maka waktu tunggunya 7+1+9 = 17. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.23 Tabel III.23 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan Anggota Antrian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Waktu Tunggu Waktu Tunggu 7+1+9 = 17 1 3 1+4+2 = 7 2+3 = 5 2 2+5 = 7 2 7 1+7+1 = 9 61

Dari Tabel III.23 diperoleh waktu tunggu rata adalah 61/10 = 6,10

III.2 Proses Simulasi III.2.1 Proses Simulasi Berdasarkan Input Pengguna Dalam kenyataannya lift akan bergerak sesuai dengan input pengguna karena lift dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna akan memasuki lift untuk menuju suatu lantai yang diinginkan maka pengguna akan menekan tombol naik atau turun sebagai suatu input bagi lift berdasarkan kondisi yang diinginkan (dalam hal ini menuju keatas atau kebawah dilihat dari tempat pengguna berada). Setelah pengguna masuk ke dalam lift maka pengguna akan menekan tomboltombol angka pada lift sebagai simbol lantai-lantai yang ada pada suatu gedung tingkat tinggi. Berdasarkan input tersebut maka lift akan melakukan proses pengkondisian dan setelah itu lift akan bergerak sesuai dengan input tersebut. III.2.2 Proses Simulasi Kondisi Lift dalam keadaan Overload Dalam kasus ini dilakukan percobaan pelayanan pengguna dengan jumlah tertentu untuk menggambarkan kondisi overload pada lift. Disini untuk mengetahui lift dalam keadaan overload adalah lift disimulasikan dengan kemampuan daya tampung dalam bentuk kapasitas berat maksimum 1000 Kg, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem bekerja dengan baik.