12
Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni 113 Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon 1 Nurlita Indah Wahyuni 2 ABSTRAK Kebutuhan akan data perubahan stok karbon hutan yang memenuhi syarat pengukuran, pelaporan dan verifikasi (Measurement, Reporting and Verification, MRV) merupakan salah satu alasan dilakukannya desain ulang Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest Inventory, NFI). Sehingga dari satu data inventarisasi bisa diperoleh beberapa informasi sekaligus seperti potensi tegakan, struktur dan komposisi vegetasi serta biomasa dan karbon hutan. Tulisan ini akan memaparkan tentang korelasi Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis pohon dengan biomasa yang tersimpan di dalamnya. Kajian dilakukan di SPTN III Maelang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Biomasa pohon dihitung menggunakan persamaan alometrik, sedangkan INP diperoleh dengan menghitung parameter penyusun INP yaitu Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Uji korelasi menggunakan data biomasa dan INP satu jenis pohon yang sama. Berdasarkan hasil analisis vegetasi Alangium javanicum memiliki INP tertinggi sebesar 29,34 %. Sedangkan jenis pohon dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan biomasa sebesar 96,53 Mg/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01 menunjukkan bahwa INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan nilai korelasi sebesar 0,752 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara INP dengan biomasa. Kata kunci: korelasi, indeks nilai penting, biomasa, pohon 1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado, Manado 9 Oktober 2014 2 Balai Penelitian Kehutanan Manado; Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Manado Telp. 0431-3666683; Email: [email protected]

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohondatabase.forda-mof.org/uploads/Nurlita_prosiding.pdf · Kebutuhan akan data perubahan stok karbon hutan yang memenuhi syarat

  • Upload
    dangnhu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni

113

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon1

Nurlita Indah Wahyuni2

ABSTRAK

Kebutuhan akan data perubahan stok karbon hutan yang memenuhi syarat

pengukuran, pelaporan dan verifikasi (Measurement, Reporting and

Verification, MRV) merupakan salah satu alasan dilakukannya desain ulang

Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest Inventory, NFI). Sehingga dari

satu data inventarisasi bisa diperoleh beberapa informasi sekaligus seperti

potensi tegakan, struktur dan komposisi vegetasi serta biomasa dan karbon

hutan. Tulisan ini akan memaparkan tentang korelasi Indeks Nilai Penting

(INP) suatu jenis pohon dengan biomasa yang tersimpan di dalamnya.

Kajian dilakukan di SPTN III Maelang, Taman Nasional Bogani Nani

Wartabone. Biomasa pohon dihitung menggunakan persamaan alometrik,

sedangkan INP diperoleh dengan menghitung parameter penyusun INP yaitu

Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).

Uji korelasi menggunakan data biomasa dan INP satu jenis pohon yang

sama. Berdasarkan hasil analisis vegetasi Alangium javanicum memiliki INP

tertinggi sebesar 29,34 %. Sedangkan jenis pohon dengan rata-rata

biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan biomasa sebesar

96,53 Mg/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01 menunjukkan bahwa

INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan nilai korelasi sebesar

0,752 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara INP dengan

biomasa.

Kata kunci: korelasi, indeks nilai penting, biomasa, pohon

1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan

Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado, Manado 9 Oktober 2014

2 Balai Penelitian Kehutanan Manado; Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan

Mapanget Manado Telp. 0431-3666683; Email: [email protected]

114| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait sumber

daya hutan, khususnya stok kayu dan penyebarannya, Kementerian

Kehutanan telah menerapkan Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest

Inventory, NFI) sejak tahun 1990-an. Kurang lebih 3000 plot contoh

telah dibuat dan dimonitor, yang tersebar secara sistematik di seluruh

wilayah Indonesia. Sebagian dari plot contoh juga telah dilakukan

pengukuran ulang (re-enumerasi). Terkait dengan inventarisasi Gas Rumah

Kaca (GRK), plot-plot contoh ini merupakan sumber potensi data yang

baik untuk pendugaan stok karbon hutan dan perubahannya. Terlebih

dengan adanya syarat pengukuran, pelaporan dan verifikasi (Measurement,

Reporting and Verification, MRV) untuk menghitung seberapa besar

penurunan emisi (Ruslandi, 2012).

Inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan yang selalu

dilaksanakan dalam pengelolaan hutan baik di kawasan produksi maupun

konservasi. Secara umum, inventarisasi bertujuan untuk memperoleh

informasi dan memantau kondisi sumberdaya hutan. Data yang diperoleh

dalam inventarisasi antara lain topografi, jenis tanah, curah hujan, jenis

pohon, dimensi pohon (diameter, tinggi, lebar tajuk), jumlah spesies pada

tiap tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon), serta kondisi

sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Inventarisasi di awal kegiatan

dapat memberikan informasi awal kondisi hutan, sedangkan inventarisasi

secara berkala dapat menggambarkan pertumbuhan tegakan dan hasil kayu

(growth and yield) (Simon, 2007). Data hasil inventarisasi ini selain

digunakan untuk mengetahui potensi tegakan, juga untuk mengetahui

kondisi vegetasi dengan cara menganalisis struktur dan komposisi vegetasi

dalam pengolahan data lebih lanjut yaitu analisis vegetasi.

Analisis vegetasi biasa dilakukan untuk mempelajari komposisi jenis dan

struktur vegetasi pada satu wilayah. Dalam analisis vegetasi, terdapat dua

parameter yang biasa digunakan yaitu parameter kuantitatif dan parameter

kualitatif. Analisis vegetasi akan menjawab jenis tumbuhan yang dominan

dan memberi ciri utama komunitas hutan. Ukuran dominansi vegetasi

dinyatakan dalam beberapa parameter antara lain biomasa, penutupan

tajuk, luas basal area, indeks nilai penting dan perbandingan nilai penting

(Indriyanto, 2010).

Dalam proses hidupnya, vegetasi hutan melakukan proses fotosintesis

(metabolisme) untuk petumbuhan dan penambahan biomasa. Biomasa

diperoleh dari hasil proses fotosintesis tumbuhan dan berguna untuk

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni

115

menambah massa tumbuhan. Dalam ekosistem hutan, biomasa

dideskripsikan sebagai jumlah energi yang terikat per satuan luas per satuan

waktu pada tiap tingkat trofik dan dapat digambarkan dalam piramida

biomasa (Indriyanto, 2010). Sedangkan dalam perubahan iklim khususnya di

sektor kehutanan, biomasa erat kaitannya dengan jumlah gas

karbondioksida (CO2) yang diserap dan disimpan oleh tumbuhan. Biomasa

didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada

suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas

(Brown, 1997).

Biomasa pohon merupakan penyusun utama biomasa dalam tegakan

hutan. Penghitungan biomasa pohon dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

secara langsung (destruktif) dan tidak langsung (non-destruktif). Metode

destruktif dilakukan dengan memanen seluruh bagian pohon, mengeringkan

dan menimbang berat biomasanya. Sedangkan dengan metode non-

destruktif, biomasa pohon diperoleh dari persamaan alometrik dengan

menggunakan variabel diameter dan tinggi baik persamaan spesifik tiap

jenis maupun persamaan umum (Sutaryo, 2009).

Salah satu data yang dihasilkan dalam inventarisasi hutan adalah

diameter (d) atau diameter setinggi dada (dbh). Data diameter ini antara

lain dapat digunakan untuk menghitung volume pohon (penaksiran potensi

tegakan), Indeks Nilai Penting (INP) dalam analisis vegetasi hutan, serta

penghitungan biomasa pohon dengan menggunakan persamaan alometrik.

Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang korelasi INP suatu jenis pada fase

pertumbuhan pohon dengan biomasa yang tersimpan di dalamnya. Sehingga

dari data INP dapat diketahui jenis pohon apa yang menyimpan biomasa

terbesar.

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September 2012 di kawasan

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Seksi Pengelolaan Taman Nasional

(SPTN) III Maelang, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi

Utara.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dan menjadi obyek dalam kegiatan penelitian ini

terdiri dari tegakan hutan kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

di SPTN III Maelang. Peralatan yang digunakan pada saat pengambilan data

di lapangan antara lain peta kerja, tali rafia, tali tambang, plastik spesimen,

116| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

gunting tanaman, timbangan digital, pita ukur, Global Positioning System

(GPS), pita penanda, tally sheet , alat tulis dan perangkat lunak analisis

statistik.

C. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data untuk menghitung INP dan mengetahui jumlah

biomasa tersimpan diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di

lapangan. Total dibuat sebanyak 30 plot ukur biomasa yang ukurannya

mengacu pada Hairiah dan Rahayu (2007), yaitu 1 plot berukuran 5x40 m

(pohon dengan diameter 5-30 cm) dan 29 plot berukuran 20x100 m (pohon

berdiameter >30 cm). Data yang dikumpulkan adalah nama jenis dan

diameter (dbh) setiap pohon di dalam plot.

D. Analisis Data

Analisis data meliputi data hasil pengukuran untuk memperoleh nilai

biomasa tiap pohon serta penghitungan Indeks Nilai Penting (INP).

Penghitungan biomasa pohon dilakukan secara non destruktif melalui

persamaan alometrik. Berdasarkan data curah hujan di lokasi penelitian,

sebesar 1.200-2.000 mm/tahun, maka digunakan persamaan alometrik zona

lembab yang telah dikembangkan oleh Brown (1997)

dimana: Y = biomasa per pohon (kg) dan D = dbh (cm).

Sedangkan INP tiap jenis pohon diperoleh dengan menghitung

parameter penyusun INP yaitu Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)

dan Dominansi Relatif (DR). Persamaan untuk menghitung KR, FR, DR dan

INP terdapat dalam Tabel 1. Kerapatan menyatakan jumlah satu jenis

individu dalam plot pengukuran. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah

jumlah plot pengukuran tempat ditemukannya suatu jenis dari sejumlah plot

pengukuran yang dibuat. Frekuensi menggambarkan tingkat penyebaran

jenis dalam ekosistem yang dipelajari. Dominansi merupakan nilai luas

bidang dasar individu pohon, sedangkan dominansi relatif persentase bidang

dasar suatu jenis terhadap jumlah bidang dasar seluruh jenis. Sebagian

besar kajian dan pustaka merumuskan INP sebagai penjumlahan dari

Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).

Biomasa dan INP dihitung pada setiap jenis pohon yang ditemukan

dalam plot. Untuk mengetahui adanya korelasi antara biomasa dan INP satu

jenis pohon yang sama, digunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan

perangkat lunak analisis statistik.

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni

117

Tabel 1. Persamaan untuk menghitung Indeks Nilai Penting

No Faktor Persamaan Keterangan

1. Kerapatan

Relatif

K-i : Kerapatan

jenis ke-i

KR-i : kerapatan

relatif setiap

jenis ke-i

terhadap

kerapatan total

2. Frekuensi

Relatif

F-i : frekuensi

jenis ke-i

FR-i : frekuensi

relatif setiap

jenis ke-i

terhadap

frekuensi total

3. Dominansi

Relatif

D-i : dominansi

jenis ke-i

DR-i : dominansi

relatif setiap

jenis ke-i

terhadap

dominansi total

4. Indeks Nilai

Penting

Sumber: Indriyanto (2007)

118| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TN BNW) secara geografis

terletak antara 0⁰20’ – 0⁰51’ LU dan 123⁰06’ – 123⁰18’ BT, serta masuk

dalam wilayah dua provinsi yaitu Sulawesi Utara dan Gorontalo. Dari luas

keseluruhan 287.115 ha, seluas 117.115 ha (62,32 %) berada di Sulawesi

Utara dan 110.000 ha (37,68 %) termasuk dalam wilayah Gorontalo.

Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah TN BNW termasuk dalam tipe

iklim A, B dan C, dengan curah hujan rata-rata antara 1.700-2.200 mm per

tahun dan suhu rata- rata antara 20 ⁰C-28 ⁰C. Sedangkan topografi kawasan

ini sangat beragam mulai dari datar, bergelombang ringan sampai berat dan

berbukit terjal dengan ketinggian antara 50 – 1.970 m dpl. Beberapa tipe

hutan yang terdapat di dalamnya adalah hutan lumut, hutan hujan

pegunungan rendah, hutan hutan dataran rendah dan hutan sekunder (BTN

BNW, 2006). Lokasi pengambilan data terletak pada kawasan SPTN III

Maelang, kawasan di Puncak Biyango (600 m dpl) dan Kayu Lawang (700-

1000 m dpl).

A. Indeks Nilai Penting dan Biomasa Pohon

Indeks Nilai Penting (INP) menyatakan peran suatu tumbuhan di dalam

komunitas. Makin besar INP suatu jenis tumbuhan, maka makin besar pula

peranan jenis tersebut di dalam komunitas yang diukur. Jika INP merata

pada banyak jenis, dapat dikatakan keanekaragaman hayati di komunitas

tersebut semakin tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan

terdapat 58 jenis pohon dalam plot pengukuran. Jumlah jenis pohon ini lebih

sedikit bila dibandingkan dengan kajian yang dilakukan oleh Irawan (2011)

yaitu sebanyak 98 jenis. Walaupun kajian tersebut juga dilakukan dalam

kawasan TN BNW, namun berbeda lokasi dan tipe hutan yang terletak lebih

tinggi serta termasuk hutan primer.

Jenis- jenis pohon yang ditemukan dalam plot pengukuran sebagian

besar merupakan jenis yang sering ditemukan di dalam hutan di Sulawesi

Utara. Karena lokasi penelitian merupakan hutan alam, maka pohon yang

berada dalam plot cukup beragam. Hasil analisis vegetasi menunjukkan jenis

pohon dengan INP tertinggi sebesar 29,34 % adalah Alangium javanicum.

Sedangkan pohon dengan INP terendah adalah Pangium edule dan Ficus sp.

dengan INP masing-masing sebesar 0,25 %. Bahkan hanya terdapat 11 jenis

pohon dengan INP > 10, hal ini menunjukkan tegakan tersebut tidak

didominasi oleh beberapa jenis pohon saja. Meski untuk membuktikan hal

tersebut perlu dilakukan perhitungan Indeks Dominansi dan Indeks

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni

119

Keanekaragaman. Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR),

Dominansi Relatif (DR) dan INP masing-masing jenis pohon terdapat Tabel

2.

Jenis pohon dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum

soulattri dengan biomasa sebesar 96,53 ton/ha. Sedangkan pohon dengan

biomasa terkecil 0,04 ton/ha adalah jenis Albizia lebeck. Jika nilai biomasa

tiap jenis pohon disusun dengan urutan terbesar hingga terkecil, maka

dapat dilihat bahwa hanya 21 jenis pohon dengan rata-rata biomasa > 10

ton/ha. Penyusunan INP dan rata-rata biomasa dari nilai terbesar hingga

terkecil menunjukkan pohon dengan INP tertinggi tidak secara otomatis

memiliki biomasa tertinggi. Misalnya jenis pohon dengan INP tertinggi

adalah A. javanicum namun rata-rata biomasanya 88,65 ton/ha, atau

terbesar kedua setelah C. soulattri yang berada pada urutan keempat

dengan INP sebesar 15,61 %.

Tabel 2. Indeks Nilai Penting dan biomasa pohon dalam plot pengukuran

No Jenis Pohon FR (%) KR (%) DR (%) INP (%)

Biomasa (Mg/ha)

1 Alangium javanicum 4.85 12.74 11.75 29.34 88.65

2 Meliosma nitida 3.81 7.82 7.73 19.36 41.78

3 Myristica fatua 4.16 5.94 6.16 16.26 63.56

4 Calophyllum soulattri. 3.99 4.6 7.02 15.61 96.53

5 Cratoxylum celebicum 4.16 6.64 3.46 14.25 50.86

6 Psychotria sp. 4.51 5.94 2.7 13.15 30.88

7 Ardisia villosa 2.95 2.73 5.64 11.32 30.60

8 Canarium indicum 3.64 3.48 4.17 11.28 26.33

9 Syzygium glomeratum 3.47 4.07 3.7 11.23 67.99

10 Dillenia suffruticosa 4.16 2.62 4.27 11.06 65.65

11 Mangifera sp. 3.47 3.85 2.75 10.07 12.72

12 Polyalthia glauca 3.64 4.07 1.98 9.69 12.40

13 Pterospermum spp. 2.43 2.78 3.22 8.43 56.02

14 Palaqium obtusifolium 3.47 2.09 2.09 7.64 25.24

15 Talauma candolei 1.39 1.18 4.88 7.45 85.80

16 Turpinia sphaerocarpa 3.64 2.46 1.23 7.33 8.81

17 Drypetes longifolia 2.77 2.94 1.18 6.9 6.57

18 Bischoffia javanica 1.56 0.96 4.02 6.54 17.03

120| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

No Jenis Pohon FR (%) KR (%) DR (%) INP (%)

Biomasa (Mg/ha)

19 Sandoricum koetjape 2.77 1.98 0.78 5.54 4.07

20 Aglaia tomentosa 2.43 2.3 0.58 5.31 0.25

21 Agathis philippensis . 1.21 1.07 2.71 4.99 16.24

22 Vitex cofassus 0.17 1.34 3.31 4.83 62.86

23 Eugenia sp. 1.21 1.23 2.23 4.68 20.25

24 Iilex cymosa 2.08 1.55 0.8 4.43 2.44

25 Zyzygium sp. 2.95 1.07 0.33 4.35 0.06

26 Knema sp. 1.39 1.66 0.99 4.04 6.87

27 Podocarpus neriifolius 1.21 0.48 1.87 3.57 13.06

28 Garcinia deodalanthera 2.08 0.86 0.33 3.26 8.40

29 Heritiera sp. 1.56 0.7 0.87 3.12 3.29

30 Pometia pinñata 1.73 0.64 0.72 3.09 2.91

31 x5* 1.39 0.91 0.26 2.55 1.43

32 Ailanthus integrifolia 1.21 0.59 0.68 2.49 3.45

33 Celtis sp. 1.56 0.43 0.21 2.2 2.09

34 Cananga odorata 1.04 0.7 0.46 2.19 2.76

35 Ficus sp. 1.21 0.59 0.21 2.01 1.29

36 Gnetum sp. 1.91 0.05 0.03 1.99 1.36

37 Tetrameles nudiflora 0.35 0.21 1.37 1.93 5.93

38 Hibiscus tiliaceus 1.04 0.59 0.19 1.82 3.28

39 Pterospermum spp. 0.87 0.21 0.61 1.69 2.60

40 x3* 0.17 1.18 0.24 1.59 3.08

41 Ficus sp. 0.69 0.16 0.14 0.99 6.31

42 Bischoffia javanica 0.17 0.05 0.55 0.77 2.41

43 Artocarpus sp. 0.52 0.16 0.05 0.73 0.40

44 Merintek* 0.35 0.11 0.21 0.67 48.82

45 Alstonia 0.35 0.11 0.19 0.64 8.43

46 Aglaia sp. 0.35 0.11 0.15 0.6 6.47

47 Spondias amara 0.35 0.11 0.08 0.53 2.02

48 Paraseriantes falcataria 0.35 0.16 0.02 0.53 0.04

49 Pete* 0.35 0.11 0.06 0.52 2.59

50 x2* 0.35 0.11 0.03 0.48 1.08

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni

121

No Jenis Pohon FR (%) KR (%) DR (%) INP (%)

Biomasa (Mg/ha)

51 Ternstroemia elongata 0.17 0.05 0.2 0.43 9.04

52 Garuga floribunda 0.35 0.05 0.01 0.41 0.07

53 Koordesiodendron

celebicum 0.17 0.05 0.12 0.34 0.46

54 Macaranga sp. 0.17 0.11 0.05 0.33 0.25

55 x1* 0.17 0.05 0.1 0.33 4.48

56 x6* 0.17 0.05 0.03 0.26 0.11

57 Pangium edule 0.17 0.05 0.02 0.25 0.06

58 x4* 0.17 0.05 0.03 0.25 0.08

Sumber: diolah dari data primer Keterangan: FR=Frekuensi Relatif, KR= Kerapatan Relatif, DR= Dominansi Relatif Jenis pohon diurutkan berdasarkan INP terbesar hingga terkecil * jenis pohon yang tidak teridentifikasi nama ilmiahnya

B. Korelasi Indeks Nilai Penting dengan Biomasa

Analisis korelasi merupakan salah satu metode untuk mengetahui

keeratan hubungan antara dua peubah, besarnya diukur dengan sebuah

bilangan yang disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi ini

berkisar antara 1 sampai -1, yang diartikan apabila nilai r mendekati 1 atau -

1, dapat dikatakan hubungan antara dua peubah tersebut semakin kuat.

Sedangkan bila r mendekati 0, maka hubungan antara dua peubah semakin

lemah. Koefisien positif atau negatif menunjukkan hubungan searah (bila X

naik maka Y naik) dan terbalik (bila X naik maka Y turun) antara dua peubah

(Walpole, 1982).

Hasil analisis korelasi antara INP dengan biomasa pohon menunjukkan

INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa (taraf nyata 0,01) dengan

nilai korelasi sebesar 0,752 seperti tertera dalam Gambar 1 dan Tabel 3. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara INP dengan

biomasa yang bernilai positif, yang berarti peningkatan INP sebanding

dengan biomasa. Pada Gambar 1 terlihat sebagian besar data terkelompok

di kiri bawah dan beberapa data terpencar menjauhi garis imajiner.

Sedangkan garis imajiner bernilai positif dengan kemiringan dari sudut kiri

bawah ke kanan atas, yang berarti INP berasosiasi positif terhadap biomasa

pohon.

122| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Gambar 1. Diagram pencar korelasi antara INP dengan biomasa pohon

Meskipun menurut hasil perhitungan, pohon dengan INP dan biomasa

tertinggi merupakan jenis berbeda. Lebih lanjut dapat ditelaah dari

persamaan untuk menghitung biomasa pohon dan INP. Biomasa pohon

dihitung menggunakan persamaan Brown (1997)

, di mana Y adalah biomasa per pohon (kg) dan D merupakan

diameter setinggi dada (cm). Sedangkan INP merupakan penjumlahan dari

Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).

Kerapatan menunjukkan jumlah individu yang ditemukan, frekuensi

menunjukkan intensitas ditemukannya suatu jenis atau penyebaran jenis

tersebut dan dominansi menunjukkan dominansi suatu jenis terhadap

komunitas yang diamati.

Dari persamaan untuk menghitung INP dan biomasa pohon terdapat

satu data yang sama, yaitu data diameter pohon. Dalam perhitungan INP,

peubah diameter digunakan untuk menghitung dominansi dari luas bidang

dasar (basal area) dengan persamaan . Penyusunan ulang

data dengan mengurutkan DR dari nilai terbesar hingga terkecil

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00

Bio

mas

a (t

on

/ha)

INP (%)

Rata-rata biomasa (ton/ha)

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni

123

menunjukkan beberapa pohon memiliki DR yang berbanding lurus dengan

INP dan biomasa. Jenis-jenis pohon tersebut antara lain Alangium

javanicum, Meliosma nitida, Calophyllum soulattri, Myristica fatua dan

Ardisia villosa.

Tabel 3. Korelasi Indeks Nilai Penting (INP) dengan biomasa pohon

INP Biomass

Spearman's rho INP Correlation Coefficient 1.000 .752**

Sig. (2-tailed) . .000

N 58 58

Biomass Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Total biomassa dan stok karbon yang tersimpan dalam ekosistem hutan

sangat bervariasi di antara tipe dan kondisi hutan. Hasil kajian yang

dilakukan oleh Krisnawati dkk (2012) menyebutkan pool karbon pada

biomassa di atas permukaan tanah merepresentasikan proporsi terbesar dari

total stok karbon, yaitu antara 53,6 % sampai dengan 70,6 %. Sedangkan

pohon (DBH ≥ 10 cm) merupakan komponen yang memberikan kontribusi

stok karbon terbesar

pada ekosistem hutan, yaitu dari 44 % sampai 65 %. Bervariasinya

proporsi ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi jenis

yang berkorelasi erat dengan kerapatan kayu, khususnya kerapatan kayu

pohon-pohon besar dengan volume kayu yang besar.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis vegetasi menunjukkan jenis pohon dengan INP tertinggi

sebesar 29,34 % adalah Alangium javanicum. Sedangkan jenis pohon

dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan

biomasa sebesar 96,53 ton/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01

menunjukkan bahwa INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan

nilai korelasi sebesar 0,752. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara INP dengan biomasa yang bernilai positif, yang berarti

peningkatan INP sebanding dengan biomasa. Terdapat satu peubah yaitu

diameter pohon yang sama-sama digunakan untuk menghitung biomasa dan

124| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

dominansi dalam INP. Sehingga besar biomasa secara tidak langsung

berkorelasi dengan dominansi jenis pohon tersebut.

B. Saran

Kajian ini hanya dilakukan pada tingkat pohon yang berada pada

tegakan hutan alam di SPTN III Maelang TN Bogani Nani Wartabone. Hasil

analisis korelasi mungkin akan berbeda bila dilakukan kajian pada lokasi dan

jenis tegakan yang lain serta penggunaan persamaan alometrik yang

berbeda. Sedangkan untuk mengetahui struktur dan komposisi tumbuhan

perlu dilakukan analisis vegetasi pada tiap fase pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia 7724:2011 tentang pengukuran dan penghitungan cadangan karbon – pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting)

Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. 2006. Revisi Zonasi Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests: a Primer. FAO Forestry Paper – 134. FAO, Rome.

Hairiah K., S. Rahayu. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai Macam

Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre – ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia. 77 p.

Irawan, A. 2011. Keterkaitan struktur dan komposisi vegetasi terhadap keberadaan anoa di kompleks Gunung Poniki Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara. Info Balai Penelitian Kehutanan Manado 1(1). Manado

Krisnawati, H., W.C. Adinugroho, R. Imanuddin, dan S. Hutabarat. 2014. Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO2 di Kalimantan Tengah: Pendekatan komprehensif dalam penentuan faktor emisi karbon hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kehutanan, Bogor, Indonesia. Ruslandi. 2012. Penyempurnaan National Forest Inventory untuk Inventarisasi Stok dan Estimasi Emisi Karbon Hutan Tingkat

Provinsi. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, UN-REDD, FAO, UNDP dan UNEP. Jakarta.

Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan biomasa: sebuah pengantar untuk studi karbon dan perdagangan karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.

Walpole, R.E. 1982. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.