Upload
raden-hilmi
View
502
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
feses ayam buat anda
Citation preview
Potensi Kotoran Ayam Sebagai Media Pembiakan Belatung
untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Bobot Ayam Broiler
(Kajian Pengembangan Materi IPATerpadu Diklat Guru IPA MTs )
Makalah
AHMAD JAELANI, M. Pd.
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA
TAHUN 2012
ABSTRACK
Key words : The chicken droppings, maggots, chicken, growth
The purpose of this research is to find out whether the chicken droppings can be used
as media for maggots breeding for the chicken feed, to find out the more effective
method maggots breeding using chicken droppings, to find out the influence of
feeding maggots to the chicken towards the growth of the chicken’s weight, and to
find out the amount of protein, fat, and carbohydrate in the sampel of dried maggot
and fresh maggot. The researcher made 2 kinds of experiments to get suitable media
for maggot breeding. To see the influnce of feeding the the maggots to the chicken,
researcher used 25 chickens. The chickens were divided into 5 groups, each group
consists of 5 chickens. They are control group, A, B, C, and D group. The control
group is the group which only gets fed using BR-1. While A, B, C, and D group gets
additional feed which is the maggots with thr ratio of 5%, 10%, 15%, and 20% from
the total feed which is consumed by the chicken. This research was conducted since
5th
May 2011 until 22nd
December 2011. The primary data collection technique was
done with experiment to the chicken droppings and the 25 chickens. From the
maggot breeding, the data gathered was the weight which was produced from 2
different medias. And from the experiment to the chicken, the data gathered was the
chicken’s weight growth and the FCR value (Feed Conversion Ratio). The testing of
the amount of protein, fat, and charbohydrate was done in chemistry laboratory of
Muhammadiyah Malang University. Based on this research, it can be concluded that
(1) The chicken droppings can be used for maggot breeding because it has high
amount of protein (2) The more effective way to get a large amount of maggot is to
use closed media. It is because the humidity of chicken droppings are preserved (3)
Feeding maggots to the chicken influence the weight growth (4) The FCR value
which is suitable for the chicken is with 5% and 10% ratio (5) The result of lab
testing indicate that inside of maggots some important substances were found. At the
dried maggots there were 67,407% protein, 9,005% fat, 1,337% carbohydrate. At the
fresh maggot there were 21,075% protein, 6,367% fat, and 0,955% carbohydrate.
ABSTRAKSI
Kata Kunci : Kotoran Ayam Broiler, Belatung, Ayam Broiler, Pertumbuhan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kotoran ayam broiler dapat
digunakan sebagai media pembiakan belatung untuk pakan ayam broiler, untuk
mengetahui cara pembiakan belatung yang lebih efektif dengan menggunakan media
kotoran ayam broiler, untuk mengetahui pengaruh pemberian belatung hasil kultur
terhadap pertambahan berat ayam broiler, dan untuk mengetahui kadar protein,
lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam sampel belatung kering dan segar.
Peneliti membuat dua macam percobaan untuk mendapatkan media yang sesuai
untuk pembiakan belatung. Untuk melihat pengaruh pemberian belatung pada pakan
ayam, peneliti menggunakan 25 ekor ayam broiler. Ayam broiler tersebut dibagi
menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 ekor ayam broiler (kelompok
kontrol, A, B, C, dan D). Kelompok kontrol adalah kelompok yang hanya
mendapatkan ransum (pakan) BR-1. Sedangkan kelompok A, B, C, dan D masing-
masing mendapatkan tambahan pakan berupa belatung dengan rasio 5%, 10%, 15%,
dan 20% dari total ransum yang dikonsumsi oleh ayam broiler. Penelitian ini
berlangsung sejak 5 Mei 2011 hingga 22 Desember 2011. Teknik pengumpulan data
primer dilakukan dalam bentuk eksperimen terhadap kotoran ayam broiler dan 25
ekor ayam broiler. Dari pembiakan belatung ayam broiler didapatkan data berupa
berat yang dihasilkan dari dua media yang berbeda. Dan dari eksperimen terhadap
ayam broiler didapatkan data berupa pertambahan berat ayam dan nilai FCR (Feed
Convertion Ratio) atau konversi rasio pakan. Adapun pengujian kandungan kadar
protein, lemak, dan karbohidrat dilakukan di laboratorium kimia Universitas
Muhammadiyah Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kotoran ayam
broiler dapat digunakan sebagai media pembiakan belatung karena memiliki
kandungan
protein yang tinggi (2) Cara yang lebih efektif untuk mendapatkan jumlah belatung
yang banyak adalah dengan metode kultur belatung dalam media tertutup. Hal ini
disebabkan kelembaban pada kotoran ayam broiler terjaga (3) Pemberian belatung
pada ayam broiler berpengaruh terhadap petumbuhan berat ayam broiler (4) Nilai
FCR yang tepat untuk ayam yang diberi belatung adalah dengan kadar belatung 5%
and 10% (5) Hasil uji lab menunjukkan bahwa di dalam belatung masih terdapat zat-
zat penting. Pada belatung kering terdapat protein 67,407%, lemak 9,005%,
karbohidrat 1,337%. Pada belatung segar terdapat protein 21,075%, lemak 6,367%,
karbohidrat 0,955%.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan terhadap protein hewani akhir-akhir ini semakin meningkat. Tahun
2007 ketersediaan hasil ternak sebesar 22,9 kg/kapita/tahun dari sebelumnya 2006
22,4 kg/kapita/tahun (BPS, Sunsenas 2007). Hal ini dikarenakan semakin tingginya
tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein bagi tubuh dan daya beli
masyarakat, terutama terhadap produk unggas yang semakin baik. Kondisi ini
merupakan peluang yang cukup besar bagi dunia peternakan untuk terus
meningkatkan produktivitas ternak dan kualitas produk yang dihasilkan.
Produktivitas ini dapat ditingkatkan melalui (1) Teknologi formulasi pakan dan (2)
Optimalisasi penggunaan bahan pakan lokal.
Limbah organik peternakan di Indonesia tersedia melimpah, seperti kotoran
ayam broiler. Kendala utama peternak ayam broiler di lingkungan pemukiman adalah
bau kotoran yang sangat menyengat. Limbah ini baru dimanfaatkan untuk kompos.
Padahal masih memiliki kandungan protein yang tinggi. Namun, proteinnya tidak
bisa langsung dimanfaatkan oleh ayam, karena sistem pencernaan ayam termasuk
monogastrik.
Untuk meningkatkan nilai gizi pada limbah tersebut dapat dirombak melalui
proses biologis, yaitu digunakan sebagai media dan sumber makanan belatung,
sehingga akan diperoleh bahan berupa belatung yang memiliki kandungan gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan ayam. Kelebihan lain dari belatung adalah kandungan
Kandungan belatung adalah antara lain 50% protein dan 25% lemak. Hasil penelitian
dari Loka Riset Kemeneteriean Kelautan dan Perikanan menyebutkan, belatung
memiliki kadar protein yang sama dengan tepung ikan yaitu sekitar 40-50%.
Sedangkan kandungan asam lemak linoleat (n-6) tepung belatung lebih tinggi
daripada tepung ikan. Dari proses biologis ini, bahan limbah yang telah diproses
menjadi belatung dapat dijadikan sebagai sumber pakan ayam. Oleh karenanya,
penulis ingin mengkaji dan meneliti tentang perekayasaan kultur belatung dengan
memanfaatkan media kotoran ayam broiler untuk pakan ayam broiler. Antimikroba
dan anti jamur yang terdapat pada .... sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
ayam.
B.Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui apakah kotoran ayam broiler dapat digunakan sebagai media
pembiakan belatung untuk pakan ayam broiler.
2.Untuk mengetahui cara pembiakan belatung yang paling efektif dengan
menggunakan media kotoran ayam broiler.
3.Untuk mengetahui pengaruh pemberian belatung hasil kultur terhadap
pertumbuhan berat ayam broiler.
4.Untuk mengetahui FCR atau konversi pakan yang paling pas untuk ayam
broiler.
5.Untuk mengetahui kadar protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam
sampel belatung kering dan segar.
C. Batasan Masalah
1. Hanya mengamati pemanfaatan kotoran ayam broiler sebagai alternatif media
pembiakan belatung untuk pakan ayam.
2. Kotoran ayam broiler yang digunakan untuk proses pembiakan berjumlah 10kg
setiap variasi dan langsung dari kandang.
3. Ayam broiler yang digunakan percobaan adalah ayam broiler berusia 14 hari.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi peternak ayam broiler penelitian ini dapat membantu untuk memanfaatkan
kotoran ayam broiler yang belum dimanfaatkan dan dapat menghemat biaya
pakan ayam
2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan tentang pemanfaatan kotoran ayam
broiler sebagai media pembiakan belatung untuk pakan ayam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Broiler
1. Pengertian
Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi
yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertambahan bobot
badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat dipotong pada usia yang
relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta
menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo,1992). Ayam broiler yang
dapat memperpendek pengaruh waktu dalam produksi (Rasyaf, 1997). Ayam
broiler dapat dijual setelah mengalami masa pertumbuhan selama 5 minggu.
Jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super
77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard,
Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro,
Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A
70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.
Sumber: budidayaternak.com
2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler
Untuk keperluan hidup dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah
unsur nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan
berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral
(Rasyaf, 1997).
B. Belatung
1. Pengertian
Belatung berasal dari telur lalat yang mengalami metamorfosis fase kedua
setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat
dewasa. Larva hidup pada daging yang membusuk. Kadang juga menginvestasi
pada luka hewan hidup. Menurut Duponte (2003) belatung cocok tumbuh di tempat
yang banyak mengandung bahan organik.
Keberadaan belatung dapat ditemui hampir di seluruh dunia dengan ukuran larva
sekitar 2 cm. Beberapa kelebihan belatung ini antara lain bisa mereduksi sampah
organik, bisa hidup dalam toleransi pH yang cukup luas, tidak membawa atau
menjadi agen penyakit, masa hidup cukup lama (± 4 minggu) dan untuk
mendapatkanya tidak memerlukan teknologi tinggi.
2. Penggunaan Belatung untuk Pakan selama ini
Data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menunjukkan, bahwa ikan
nila merah yang menggunakan belatung segar 50% ditambah pakan komersial 50%
akan menghasilkan laju pertumbuhan terbaik. Selain itu bisa menurunkan biaya
pakan sebesar Rp 1.819 per kg ikan. Substitusi belatung masih bisa ditingkatkan
sampai 54% tanpa menurunkan performa pertumbuhan dan efisiensi pakan.
Sedangkan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan, tepung belatung bisa
digunakan sebanyak 50% sebagai sumber protein pakan untuk pakan pembesaran
ikan nila merah. Hasil penelitian lainnya, belatung bisa menggantikan 50% pakan
komersial pada ikan lele.
Protein berfungsi membentuk dan memperbaiki jaringan dan organ tubuh yang
rusak. Pada kondisi tertentu protein digunakan sebagai sumber energi pada proses
metabolisme. Karena itu, kadar protein pakan yang rendah akan menyebabkan
pertumbuhan ayam broiler menjadi lambat. Sedangkan belatung memiliki 50%
kandungan protein sehingga belatung cukup efektif untuk pakan tambahan ayam
broiler
Tabel 2.1 Kandungan Belatung
Sogbesan, et al (%)
Protein Kasar 50,4
Serat Kasar 1,6
Lemak 20,6
Ash 11,7
Sumber: Pretorius_evaluation.pd
C. Ransum (Pakan Ternak)
1. Kadar air % Min. 18,0
2 Protein kasar % Min. 8,0
3. Lemak kasar % Maks. 6,0
4. Serat kasar % Maks. 8,0
5. A b u % 0,90 - 1,20
6. Kalsium (Ca) % 0,60 - 1,00
7. Fosfor (P) total % Min. 0,40
8. Fosfor (P) tersedia % Maks. 50,00
9. Total aflatoksin μg/Kg Min. 2900
10 Energi termetabolis (ME) Kkal/Kg Min. 18,0
Pada penelitian ini kami menggunakan broiler starter karena masa
pemeliharaan ayam sekitar satu bulan.
I Kotoran Ayam
Sebenarnya potensi kotoran ayam banyak sekali, namun hanya beberapa yang
diketahui dan diterapkan, diantaranya adalah :
1. Pupuk organik
2. Sebagai biogas
3. Menurunkan kadar lemak, ldl dan kadar kolesterol daging ayam broiler strain
lohmann.
4. Pakan lele
Pada penelitian ini kami memanfaatkan kotoran ayam sebagai media pembiakan
belatung unt uk pakan ayam broiler.
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian perekayasaan kultur belatung dimulai t Agustus sampai September
2012. .
Tempat penelitian berlangsung di lab, kimia SMA 2 Kediri dan Lab pusat UMM
Malang.
B. Skema Penelitian
Didiamkan di tempat
Diberikan pada ayam
C. Alat dan Bahan
1. Bahan dan Alat Kultur Belatung
Bahan yang digunakan adalah kotoran ayam broiler.
Alat yang digunakan untuk menempatkan kotoran ayam broiler adalah
kotak yang terbuat dari triplek berukuran alas 0,75 X 1,25 m yang
KOTORAN AYAM BROILER
TERBUKA TERTUTUP
BELATUNG
0 % 5 % 10 % 15% 20%
PERTUMBUHAN BERAT AYAM
kedap terhadap air. Karena diperlukan dua perlakuan, salah satu kotak
diberi tutup berupa terpal.
2. Hewan yang Digunakan Dalam Penelitian
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain
ROSS, karena strain ini mudah didapatkan di daerah Kota Kediri, Jawa
Timur.
Ayam dibeli dari Poultry Shop sebanyak 25 ekor. Selanjutnya ayam
dimasukkan ke dalam kandang pemeliharaan. Kandang yang digunakan
adalah 1 kandang yang telah disekat-sekat menjadi 5 bagian dan setiap
bagian tersebut dibagi menjadi 5 kotak pemeliharaan.
Ayam dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok
A, kelompok B, kelompok C, dan kelompok D. Tiap ayam diberi nomor 1
sampai 5. Kelompok kontrol adalah yang diberi ransum BR I Kelompok A
diberi ransum campuran antara BR I dan belatung kadar dengan rasio 19:1,
maksudnya dalam campuran terdiri dari 19 bagian BR I dan 1 bagian
belatung. Untuk kelompok B ransumnya terdiri dari 9 bagian BR I dan 1
bagian belatung. Kelompok C ransumnya terdiri dari 17 bagian BR I dan 3
bagian belatung. Sedangkan kelompok D ransumnya terdiri dari 2 bagian
BR I dan 8 bagian belatung.
3. Kandang dan Peralatannya
Kandang yang digunakan terbuat dari bambu dengan lantai
berukuran 175m x 112,5m bertipe panggung (Slat System), tipe kandang ini
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kandang Postal (Litter System).
Kelebihan dari sistem kandang ini yaitu sirkulasi udaranya yang baik,
karena angin dapat masuk dari bawah dan samping kandang. Kandang
tersebut diberi sekat dengan ukuran 30m x 22.5m menggunakan bambu dan
triplek. Bambu penyusun lantai diatur rapat, sedangkan penyusun dinding
agak rapat. Hal ini diharapkan untuk mendapatkan sirkulasi udara.
Kandang diletakkan dalam suatu ruangan yang selalu penuh dengan
suara musik, alasannya untuk menghindari terjadinya kematian pada ayam
karena stres. Tersedia juga tempat makan dan minum dari plastik
berkapasitas 250 ml untuk setiap kotak pemeliharaan. Bola lampu berdaya
15 watt sebanyak 2 buah sebagai induk buatan digunakan selama 3 minggu
masa pemeliharaan sejak usia 1 hari.
4. Ransum
Bahan pokok ransum terdiri dari dua komponen yaitu BR I dan
belatung. BR I yang digunakan sebagai makanan pokok kelompok kontrol
dan sebagai campuran untuk kelompok A, B ,C, dan D
D. Cara Kerja
Cara pembiakan atau kultur belatung:
1. Dua kotak yang terbuat dari triplek disiapkan.
2. Memasukkan kotoran ayam broiler ke masing-masing kotak
sebanyak 10 kg.
3. Menyiramkan air sebanyak 3 liter pada setiap kotak, hal ini
supaya kotoran ayam broiler dalam keadaan lembab dan belatung
dapat tumbuh dengan baik.
4. Pada hari ke-3 hasil kultur belatung telah dapat dipanen, karena
yang dibutuhkan adalah belatung ukuran 1 cm.
5. Belatung yang telah dipanen dikeringkan dengan cara dioven.
Selanjutnya ditimbang untuk memperoleh data angka terkait berat
belatung yang dihasilkan.
6. Belatung ditimbang sesuai rasio pakan yang dibutuhkan dan
langsung diberikan pada ayam.
Pemberian ransum dilakukan secara terus-menerus dan tidak terbatas,
agar ayam tidak sampai kehabisan makanan. Demikian juga pemberian
minuman.
E. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data
1. Panen dan Penimbangan Hasil Kultur Belatung
Belatung dipanen setiap hari mulai hari ke- 3 sampai belatung tidak
muncul lagi. Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak belatung yang
dihasilkan dari dua perlakuan yang berbeda tersebut.
2. Penimbangan Berat Badan Ayam Broiler
Penimbangan dilakukan setiap minggu, tujuannya untuk mengetahui
berat per minggu yang selanjutnya untuk mengetahui pertumbuhan berat
rata-rata per minggu pada setiap kelompok dan keefektifan pakan terhadap
pertambahan ayam broiler.
F. Cara menghitung FCR (Feed Convertion Ratio)
Rumus menghitung FCR adalah jumlah pakan selama pemeliharaan
dibagi total bobot ayam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Berat Belatung yang Dihasilkan Pada Pembiakan
Sistem Terbuka dan Tertutup
Ayam-ayam yang terbagi menjadi 5 perlakuan ditimbang setiap
minggu sehingga dapat diketahui perbedaan berat masing-masing kelompok
perlakuan sesuai tabel berikut:
Tabel 4.2 Pertambahan Berat Ayam Kontrol per minggu (dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
II III IV V
1 400 820 1560 1940
2 400 920 1680 2230
3 450 920 1660 2160
4 420 800 1500 1910
Hari ke- Terbuka (g) Tertutup (g)
3 300 600
4 250 550
5 150 400
6 100 300
7 100 250
8 100 100
9 - 100
10 - 100
5 400 800 1420 1850
Rata 414 852 1564 2018
Tabel 4.3 Pertambahan Berat Ayam Kelompok A per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
II III IV V
1 500 1000 1680 2300
2 480 960 - -
3 480 1000 1825 2445
4 490 1080 1850 2590
5 480 960 1570 2070
Rata 486 1000 1748.33 2368.33
Tabel 4.4 Pertambahan Berat Ayam Kelompok B per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
II III IV V
1 490 1000 1770 2440
2 470 900 1620 2180
3 460 880 1640 2240
4 500 1040 1800 2480
5 490 960 1610 2200
Rata 482 956 1688 2308
Tabel 4.5 Pertambahan Berat Ayam Kelompok C per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
II III IV V
1 510 1090 1730 2370
2 475 880 1530 2060
3 460 920 1590 2150
4 490 940 1540 2090
5 500 920 1500 2030
Rata 487 950 1578 2140
Tabel 4.6 Pertambahan Berat Ayam Kelompok D per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
II III IV V
1 480 920 1480 2010
2 470 960 1560 2135
3 475 920 1650 2270
4 500 920 1440 1940
5 515 1060 1650 2110
Rata 488 956 1556 2093
Grafik 4.1 Pertambahan berat ayam per minggu
Dengan menggunakan tabel dan grafik berat ayam per minggu
diatas dapat juga dihitung selisih pertambahan ayam per minggunya
dengan cara mengurangi berat ayam pada saat penimbangan dengan
berat ayam minggu sebelumnya. Hasilnya diperoleh sesuai tabel berikut:
Tabel 4.7 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kontrol per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
III IV V
1 420 740 560
2 520 760 655
3 350 860 680
4 380 700 555
5 600 420 425
Rata 454 696 575
Tabel 4.8 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok A per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
III IV V
1 500 680 620
2 480 - -
3 520 825 620
4 590 770 740
5 480 610 500
Rata 514 735 620
Tabel 4.9 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok B per minggu
(dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
III IV V
1 510 770 670
2 430 720 560
3 420 760 600
4 540 760 680
5 470 650 590
Rata 474 732 620
Tabel 4.10 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok C per
minggu (dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
III IV V
1 580 640 640
2 405 650 530
3 460 670 560
4 450 600 550
5 440 560 530
Rata 467 624 562
Tabel 4.11 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok D per
minggu (dalam g)
Nomor
Ayam
MINGGU
III IV V
1 440 560 530
2 450 640 575
3 485 690 620
4 420 520 500
5 545 590 460
Rata 468 600 537
Grafik 4.2 Selisih Pertambahan Berat Ayam per Minggu
Pada hari ke-35 diketahui keseluruhan berat ayam yang diperoleh dari setiap
kelompok percobaan. Data ini dapat digunakan untuk mendapatkan Feed Convertion
Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan setiap kelompok percobaan.
Tabel 4.12 FCR
FCR
Control A B C D
1,39 1,18 1.18 1.3 1.34
B. Pembahasan
1. Kotoran ayam broiler dapat digunakan sebagai media pembiakan
belatung untuk pakan ayam broiler.
Dari percobaan kultur belatung diketahui bahwa kotoran ayam broiler
dapat digunakan sebagai media pembiakan belatung. Hal ini dikarenakan
belatung berkembang di limbah organik yang memiliki kandungan protein
tinggi. Dengan kandungan protein yang tinggi di dalam kotoran ayam broiler
inilah belatung dapat berkembang.
2. Cara pembiakan belatung yang lebih efektif dengan menggunakan
media kotoran ayam broiler.
Dari data hasil penelitian kultur belatung diketahui bahwa kondisi yang
baik untuk pertumbuhan belatung adalah media yang tertutup. Karena, tujuan
pemberian penutup pada kotoran ayam broiler dengan terpal itu sendiri adalah
untuk menjaga kelembaban substrat. Pada metode ini disimpulkan bahwa
belatung dapat tumbuh lebih baik di tempat yang kelembabannya terjaga.
3. Pengaruh pemberian belatung hasil kultur terhadap pertambahan berat
ayam broiler.
Diketahui bahwa kandungan belatung yang menggunakan substrat kotoran
ayam broiler memiliki kandungan protein yang tinggi. Dengan kandungan
protein yang tinggi dari data didapatkan bahwa dapat menaikkan kecepatan
pertumbuhan pada ayam.
Dengan membaca tabel 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, dan 4.11 diketahui pada
minggu ketiga pertumbuhan kelompok A langsung melebihi kelompok lain.
Namun, pada minggu keempat ayam kelompok B mengalami pertumbuhan yang
cepat, sehingga rata-rata pertumbuhan kelompok A dan B hampir sama hingga
minggu kelima. Pertumbuhan kelompok kontrol, C dan D lebih lambat
dibanding kelompok A dan B. Semua kelompok memiliki puncak pertumbuhan
pada minggu keempat. Dan didapatkan realitas bahwa kadar belatung kelompok
A dan B (dengan kadar 5% dan 10%) memiliki pengaruh besar pada kecepatan
pertumbuhan berat ayam. Sedangkan kelompok C dan D kecepatan pertumbuhan
beratnya hampir sama dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan
meningkatnya kandungan serat dan menurunkan proses pencernaan pada unggas,
sebab unggas termasuk monogastrik yang tidak mempunyai cukup
mikroorganisme, yang menghasilkan enzim untuk mencerna serat kasar,
sehingga pengaruh yang tampak pada ayam adalah menurunnya HDA walaupun
konsumsi pakan cenderung meningkat. Akibatnya, tinja ayam menjadi kering
dan menurunkan amonia karena kekurangan cairan. Pada dasarnya ayam
memerlukan kadar gizi tertentu untuk pertumbuhannya, dan kadar gizi optimal
yang dibutuhkan ayam adalah penambahan belatung sebanyak 5% dan 10% dari
total pakan ayam.
4. Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan
Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan yang terkecil
terdapat pada kelompok A. Kelompok B dan C memiliki FCR yang sama,
sedangkan kelompok kontrol memiliki FCR tertinggi. Dari data menunjukkan
semakin kecil FCR, maka keefektifan penggunaan pakan semakin besar.
Keefektifan penggunaan pakan ayam (ransum) terkait dengan kandungan
protein pada belatung yang mencapai 67,407%. Dengan kandungan protein
yang sebesar itu sangat menunjang percepatan pertumbuhan ayam broiler.
5. Kadar Protein, Lemak, dan Karbohidrat yang Terdapat Dalam Sampel
Belatung Kering dan Segar
Dari hasil uji lab yang dilakukan peneliti di laboratorium kimia
Universitas Muhammadiyah Malang pada 23 September 2012 didapat hasil
seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.13 Kandungan Belatung
Kandungan Sampel Presentase (%)
Protein Segar 21,075
Kering 67,407
Lemak Segar 6,367
Kering 9,005
Karbohidrat Segar 0,955
Kering 1,337
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kotoran ayam broiler dapat digunakan sebagai tempat pembiakan belatung
untuk pakan ayam broiler.
2. Cara yang paling efektif untuk mendapatkan belatung dalam jumlah yang
banyak adalah kotoran ayam broiler yang berada pada media tertutup, karena
kelembaban kotoran ayam broiler lebih terjaga.
3. Penambahan belatung pada ayam broiler berpengaruh tehadap pertambahan
berat ayam broiler. Terutama pada pemberian dengan kadar belatung 5% dan
10% dari total pakan yang diberikan.
4. Menurut hasil perhitungan Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi
pakan, pertambahan berat paling tinggi diperoleh dari penambahan belatung
pada pakan ayam broiler sebanyak 5% dari total pakan yang diberikan.
5. Berdasarkan uji lab yang telah peniliti lakukan diketahui pada belatung kering
terdapat protein 67,407%, lemak 9,005%, karbohidrat 1,337%. Pada belatung
segar terdapat protein 21,075%, lemak 6,367%, karbohidrat 0,955%.
6. Pada saat panen selisih berat ayam yang diberi belatung dengan kadar 5%
dibandingkan dengan yang tidak diberi belatung adalah 350g. Dengan selisih
berat 350g diperoleh keuntungan sebesar Rp 7.700,00/ayam.
Saran
1. Kotoran ayam seharusnya tidak dibuang begitu saja tetapi sebaliknya harus
dimanfaatkan, seperti media pembiakkan belatung.
2. Dengan keuntungan yang tersebut di atas, maka sebaiknya hasil penelitian ini
segera disosialisasikan kepada peternak ayam.
3. Para peternak ayam broiler dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
rujukkan dalam menambah jumlah penghasilan usaha ternak.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Dibiakan melalui limbah tahu. Dari http://www.gizi.net, 18
September 2011.
Anonim. 2010. Black Soldier fly. Dari http://microponic.com, 18 September 2011.
Arifin, Z. 1987. Dasar - dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Grasindo.
Haryanto, dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pretorius, Q. 2011. The Evaluation Of Larvae Of Musca Domestica (Common Hause
Fly) As Protein Source For Broiler Production. Afrika Selatan: Universitas
Stellenbosch.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging, Jakarta: Penebar Swadaya.
Kementrian kelautan. 2010. Produksi missel maggot untuk pakan ikan. Dari
http://www.KKP.go.id, 18 September 2011.
Resh, V.H. dan R.T. Cardé. 2003. Encyclopedia of insects. Academic Press San
Diego, CA.
Scholtz, C.H. dan E. Holm. 1985. Insects of Southern Africa. Butterworths, Durban.
supplement for swine. Jurnal of Animal Science. 44(3): 395-400.
alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/2135828320_abs.pdf
http://www.bursajagoan.com/2011/10/artikel-pemanfaatan-kotoran-ayam-ternak.html
http://lemlit.uny.ac.id/pemanfaatan-probiotik-bakteri-asam-laktat-dari-limbah-
kotoran-ayam-untuk-menurunkan-kadar-lemak-ldl-0