22
Potensi Kotoran Ayam Sebagai Media Pembiakan Belatung untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Bobot Ayam Broiler (Kajian Pengembangan Materi IPATerpadu Diklat Guru IPA MTs ) Makalah AHMAD JAELANI, M. Pd. BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA TAHUN 2012

Kotoran Ayam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

feses ayam buat anda

Citation preview

Page 1: Kotoran Ayam

Potensi Kotoran Ayam Sebagai Media Pembiakan Belatung

untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Bobot Ayam Broiler

(Kajian Pengembangan Materi IPATerpadu Diklat Guru IPA MTs )

Makalah

AHMAD JAELANI, M. Pd.

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA

TAHUN 2012

Page 2: Kotoran Ayam

ABSTRACK

Key words : The chicken droppings, maggots, chicken, growth

The purpose of this research is to find out whether the chicken droppings can be used

as media for maggots breeding for the chicken feed, to find out the more effective

method maggots breeding using chicken droppings, to find out the influence of

feeding maggots to the chicken towards the growth of the chicken’s weight, and to

find out the amount of protein, fat, and carbohydrate in the sampel of dried maggot

and fresh maggot. The researcher made 2 kinds of experiments to get suitable media

for maggot breeding. To see the influnce of feeding the the maggots to the chicken,

researcher used 25 chickens. The chickens were divided into 5 groups, each group

consists of 5 chickens. They are control group, A, B, C, and D group. The control

group is the group which only gets fed using BR-1. While A, B, C, and D group gets

additional feed which is the maggots with thr ratio of 5%, 10%, 15%, and 20% from

the total feed which is consumed by the chicken. This research was conducted since

5th

May 2011 until 22nd

December 2011. The primary data collection technique was

done with experiment to the chicken droppings and the 25 chickens. From the

maggot breeding, the data gathered was the weight which was produced from 2

different medias. And from the experiment to the chicken, the data gathered was the

chicken’s weight growth and the FCR value (Feed Conversion Ratio). The testing of

the amount of protein, fat, and charbohydrate was done in chemistry laboratory of

Muhammadiyah Malang University. Based on this research, it can be concluded that

(1) The chicken droppings can be used for maggot breeding because it has high

amount of protein (2) The more effective way to get a large amount of maggot is to

use closed media. It is because the humidity of chicken droppings are preserved (3)

Feeding maggots to the chicken influence the weight growth (4) The FCR value

which is suitable for the chicken is with 5% and 10% ratio (5) The result of lab

testing indicate that inside of maggots some important substances were found. At the

dried maggots there were 67,407% protein, 9,005% fat, 1,337% carbohydrate. At the

fresh maggot there were 21,075% protein, 6,367% fat, and 0,955% carbohydrate.

Page 3: Kotoran Ayam

ABSTRAKSI

Kata Kunci : Kotoran Ayam Broiler, Belatung, Ayam Broiler, Pertumbuhan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kotoran ayam broiler dapat

digunakan sebagai media pembiakan belatung untuk pakan ayam broiler, untuk

mengetahui cara pembiakan belatung yang lebih efektif dengan menggunakan media

kotoran ayam broiler, untuk mengetahui pengaruh pemberian belatung hasil kultur

terhadap pertambahan berat ayam broiler, dan untuk mengetahui kadar protein,

lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam sampel belatung kering dan segar.

Peneliti membuat dua macam percobaan untuk mendapatkan media yang sesuai

untuk pembiakan belatung. Untuk melihat pengaruh pemberian belatung pada pakan

ayam, peneliti menggunakan 25 ekor ayam broiler. Ayam broiler tersebut dibagi

menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 ekor ayam broiler (kelompok

kontrol, A, B, C, dan D). Kelompok kontrol adalah kelompok yang hanya

mendapatkan ransum (pakan) BR-1. Sedangkan kelompok A, B, C, dan D masing-

masing mendapatkan tambahan pakan berupa belatung dengan rasio 5%, 10%, 15%,

dan 20% dari total ransum yang dikonsumsi oleh ayam broiler. Penelitian ini

berlangsung sejak 5 Mei 2011 hingga 22 Desember 2011. Teknik pengumpulan data

primer dilakukan dalam bentuk eksperimen terhadap kotoran ayam broiler dan 25

ekor ayam broiler. Dari pembiakan belatung ayam broiler didapatkan data berupa

berat yang dihasilkan dari dua media yang berbeda. Dan dari eksperimen terhadap

ayam broiler didapatkan data berupa pertambahan berat ayam dan nilai FCR (Feed

Convertion Ratio) atau konversi rasio pakan. Adapun pengujian kandungan kadar

protein, lemak, dan karbohidrat dilakukan di laboratorium kimia Universitas

Muhammadiyah Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kotoran ayam

broiler dapat digunakan sebagai media pembiakan belatung karena memiliki

kandungan

protein yang tinggi (2) Cara yang lebih efektif untuk mendapatkan jumlah belatung

yang banyak adalah dengan metode kultur belatung dalam media tertutup. Hal ini

disebabkan kelembaban pada kotoran ayam broiler terjaga (3) Pemberian belatung

pada ayam broiler berpengaruh terhadap petumbuhan berat ayam broiler (4) Nilai

FCR yang tepat untuk ayam yang diberi belatung adalah dengan kadar belatung 5%

and 10% (5) Hasil uji lab menunjukkan bahwa di dalam belatung masih terdapat zat-

zat penting. Pada belatung kering terdapat protein 67,407%, lemak 9,005%,

karbohidrat 1,337%. Pada belatung segar terdapat protein 21,075%, lemak 6,367%,

karbohidrat 0,955%.

Page 4: Kotoran Ayam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan terhadap protein hewani akhir-akhir ini semakin meningkat. Tahun

2007 ketersediaan hasil ternak sebesar 22,9 kg/kapita/tahun dari sebelumnya 2006

22,4 kg/kapita/tahun (BPS, Sunsenas 2007). Hal ini dikarenakan semakin tingginya

tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein bagi tubuh dan daya beli

masyarakat, terutama terhadap produk unggas yang semakin baik. Kondisi ini

merupakan peluang yang cukup besar bagi dunia peternakan untuk terus

meningkatkan produktivitas ternak dan kualitas produk yang dihasilkan.

Produktivitas ini dapat ditingkatkan melalui (1) Teknologi formulasi pakan dan (2)

Optimalisasi penggunaan bahan pakan lokal.

Limbah organik peternakan di Indonesia tersedia melimpah, seperti kotoran

ayam broiler. Kendala utama peternak ayam broiler di lingkungan pemukiman adalah

bau kotoran yang sangat menyengat. Limbah ini baru dimanfaatkan untuk kompos.

Padahal masih memiliki kandungan protein yang tinggi. Namun, proteinnya tidak

bisa langsung dimanfaatkan oleh ayam, karena sistem pencernaan ayam termasuk

monogastrik.

Untuk meningkatkan nilai gizi pada limbah tersebut dapat dirombak melalui

proses biologis, yaitu digunakan sebagai media dan sumber makanan belatung,

sehingga akan diperoleh bahan berupa belatung yang memiliki kandungan gizi yang

diperlukan untuk pertumbuhan ayam. Kelebihan lain dari belatung adalah kandungan

Kandungan belatung adalah antara lain 50% protein dan 25% lemak. Hasil penelitian

dari Loka Riset Kemeneteriean Kelautan dan Perikanan menyebutkan, belatung

memiliki kadar protein yang sama dengan tepung ikan yaitu sekitar 40-50%.

Sedangkan kandungan asam lemak linoleat (n-6) tepung belatung lebih tinggi

daripada tepung ikan. Dari proses biologis ini, bahan limbah yang telah diproses

menjadi belatung dapat dijadikan sebagai sumber pakan ayam. Oleh karenanya,

penulis ingin mengkaji dan meneliti tentang perekayasaan kultur belatung dengan

memanfaatkan media kotoran ayam broiler untuk pakan ayam broiler. Antimikroba

dan anti jamur yang terdapat pada .... sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup

ayam.

Page 5: Kotoran Ayam

B.Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui apakah kotoran ayam broiler dapat digunakan sebagai media

pembiakan belatung untuk pakan ayam broiler.

2.Untuk mengetahui cara pembiakan belatung yang paling efektif dengan

menggunakan media kotoran ayam broiler.

3.Untuk mengetahui pengaruh pemberian belatung hasil kultur terhadap

pertumbuhan berat ayam broiler.

4.Untuk mengetahui FCR atau konversi pakan yang paling pas untuk ayam

broiler.

5.Untuk mengetahui kadar protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam

sampel belatung kering dan segar.

C. Batasan Masalah

1. Hanya mengamati pemanfaatan kotoran ayam broiler sebagai alternatif media

pembiakan belatung untuk pakan ayam.

2. Kotoran ayam broiler yang digunakan untuk proses pembiakan berjumlah 10kg

setiap variasi dan langsung dari kandang.

3. Ayam broiler yang digunakan percobaan adalah ayam broiler berusia 14 hari.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi peternak ayam broiler penelitian ini dapat membantu untuk memanfaatkan

kotoran ayam broiler yang belum dimanfaatkan dan dapat menghemat biaya

pakan ayam

2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan tentang pemanfaatan kotoran ayam

broiler sebagai media pembiakan belatung untuk pakan ayam

Page 6: Kotoran Ayam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Broiler

1. Pengertian

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi

yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertambahan bobot

badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat dipotong pada usia yang

relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta

menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo,1992). Ayam broiler yang

dapat memperpendek pengaruh waktu dalam produksi (Rasyaf, 1997). Ayam

broiler dapat dijual setelah mengalami masa pertumbuhan selama 5 minggu.

Jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super

77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard,

Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro,

Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A

70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.

Sumber: budidayaternak.com

2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler

Untuk keperluan hidup dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah

unsur nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan

berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral

(Rasyaf, 1997).

B. Belatung

1. Pengertian

Belatung berasal dari telur lalat yang mengalami metamorfosis fase kedua

setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat

dewasa. Larva hidup pada daging yang membusuk. Kadang juga menginvestasi

pada luka hewan hidup. Menurut Duponte (2003) belatung cocok tumbuh di tempat

yang banyak mengandung bahan organik.

Page 7: Kotoran Ayam

Keberadaan belatung dapat ditemui hampir di seluruh dunia dengan ukuran larva

sekitar 2 cm. Beberapa kelebihan belatung ini antara lain bisa mereduksi sampah

organik, bisa hidup dalam toleransi pH yang cukup luas, tidak membawa atau

menjadi agen penyakit, masa hidup cukup lama (± 4 minggu) dan untuk

mendapatkanya tidak memerlukan teknologi tinggi.

2. Penggunaan Belatung untuk Pakan selama ini

Data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menunjukkan, bahwa ikan

nila merah yang menggunakan belatung segar 50% ditambah pakan komersial 50%

akan menghasilkan laju pertumbuhan terbaik. Selain itu bisa menurunkan biaya

pakan sebesar Rp 1.819 per kg ikan. Substitusi belatung masih bisa ditingkatkan

sampai 54% tanpa menurunkan performa pertumbuhan dan efisiensi pakan.

Sedangkan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan, tepung belatung bisa

digunakan sebanyak 50% sebagai sumber protein pakan untuk pakan pembesaran

ikan nila merah. Hasil penelitian lainnya, belatung bisa menggantikan 50% pakan

komersial pada ikan lele.

Protein berfungsi membentuk dan memperbaiki jaringan dan organ tubuh yang

rusak. Pada kondisi tertentu protein digunakan sebagai sumber energi pada proses

metabolisme. Karena itu, kadar protein pakan yang rendah akan menyebabkan

pertumbuhan ayam broiler menjadi lambat. Sedangkan belatung memiliki 50%

kandungan protein sehingga belatung cukup efektif untuk pakan tambahan ayam

broiler

Tabel 2.1 Kandungan Belatung

Sogbesan, et al (%)

Protein Kasar 50,4

Serat Kasar 1,6

Lemak 20,6

Ash 11,7

Sumber: Pretorius_evaluation.pd

C. Ransum (Pakan Ternak)

1. Kadar air % Min. 18,0

Page 8: Kotoran Ayam

2 Protein kasar % Min. 8,0

3. Lemak kasar % Maks. 6,0

4. Serat kasar % Maks. 8,0

5. A b u % 0,90 - 1,20

6. Kalsium (Ca) % 0,60 - 1,00

7. Fosfor (P) total % Min. 0,40

8. Fosfor (P) tersedia % Maks. 50,00

9. Total aflatoksin μg/Kg Min. 2900

10 Energi termetabolis (ME) Kkal/Kg Min. 18,0

Pada penelitian ini kami menggunakan broiler starter karena masa

pemeliharaan ayam sekitar satu bulan.

I Kotoran Ayam

Sebenarnya potensi kotoran ayam banyak sekali, namun hanya beberapa yang

diketahui dan diterapkan, diantaranya adalah :

1. Pupuk organik

2. Sebagai biogas

3. Menurunkan kadar lemak, ldl dan kadar kolesterol daging ayam broiler strain

lohmann.

4. Pakan lele

Pada penelitian ini kami memanfaatkan kotoran ayam sebagai media pembiakan

belatung unt uk pakan ayam broiler.

Page 9: Kotoran Ayam

BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian perekayasaan kultur belatung dimulai t Agustus sampai September

2012. .

Tempat penelitian berlangsung di lab, kimia SMA 2 Kediri dan Lab pusat UMM

Malang.

B. Skema Penelitian

Didiamkan di tempat

Diberikan pada ayam

C. Alat dan Bahan

1. Bahan dan Alat Kultur Belatung

Bahan yang digunakan adalah kotoran ayam broiler.

Alat yang digunakan untuk menempatkan kotoran ayam broiler adalah

kotak yang terbuat dari triplek berukuran alas 0,75 X 1,25 m yang

KOTORAN AYAM BROILER

TERBUKA TERTUTUP

BELATUNG

0 % 5 % 10 % 15% 20%

PERTUMBUHAN BERAT AYAM

Page 10: Kotoran Ayam

kedap terhadap air. Karena diperlukan dua perlakuan, salah satu kotak

diberi tutup berupa terpal.

2. Hewan yang Digunakan Dalam Penelitian

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain

ROSS, karena strain ini mudah didapatkan di daerah Kota Kediri, Jawa

Timur.

Ayam dibeli dari Poultry Shop sebanyak 25 ekor. Selanjutnya ayam

dimasukkan ke dalam kandang pemeliharaan. Kandang yang digunakan

adalah 1 kandang yang telah disekat-sekat menjadi 5 bagian dan setiap

bagian tersebut dibagi menjadi 5 kotak pemeliharaan.

Ayam dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok

A, kelompok B, kelompok C, dan kelompok D. Tiap ayam diberi nomor 1

sampai 5. Kelompok kontrol adalah yang diberi ransum BR I Kelompok A

diberi ransum campuran antara BR I dan belatung kadar dengan rasio 19:1,

maksudnya dalam campuran terdiri dari 19 bagian BR I dan 1 bagian

belatung. Untuk kelompok B ransumnya terdiri dari 9 bagian BR I dan 1

bagian belatung. Kelompok C ransumnya terdiri dari 17 bagian BR I dan 3

bagian belatung. Sedangkan kelompok D ransumnya terdiri dari 2 bagian

BR I dan 8 bagian belatung.

3. Kandang dan Peralatannya

Kandang yang digunakan terbuat dari bambu dengan lantai

berukuran 175m x 112,5m bertipe panggung (Slat System), tipe kandang ini

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kandang Postal (Litter System).

Kelebihan dari sistem kandang ini yaitu sirkulasi udaranya yang baik,

karena angin dapat masuk dari bawah dan samping kandang. Kandang

tersebut diberi sekat dengan ukuran 30m x 22.5m menggunakan bambu dan

triplek. Bambu penyusun lantai diatur rapat, sedangkan penyusun dinding

agak rapat. Hal ini diharapkan untuk mendapatkan sirkulasi udara.

Kandang diletakkan dalam suatu ruangan yang selalu penuh dengan

suara musik, alasannya untuk menghindari terjadinya kematian pada ayam

karena stres. Tersedia juga tempat makan dan minum dari plastik

Page 11: Kotoran Ayam

berkapasitas 250 ml untuk setiap kotak pemeliharaan. Bola lampu berdaya

15 watt sebanyak 2 buah sebagai induk buatan digunakan selama 3 minggu

masa pemeliharaan sejak usia 1 hari.

4. Ransum

Bahan pokok ransum terdiri dari dua komponen yaitu BR I dan

belatung. BR I yang digunakan sebagai makanan pokok kelompok kontrol

dan sebagai campuran untuk kelompok A, B ,C, dan D

D. Cara Kerja

Cara pembiakan atau kultur belatung:

1. Dua kotak yang terbuat dari triplek disiapkan.

2. Memasukkan kotoran ayam broiler ke masing-masing kotak

sebanyak 10 kg.

3. Menyiramkan air sebanyak 3 liter pada setiap kotak, hal ini

supaya kotoran ayam broiler dalam keadaan lembab dan belatung

dapat tumbuh dengan baik.

4. Pada hari ke-3 hasil kultur belatung telah dapat dipanen, karena

yang dibutuhkan adalah belatung ukuran 1 cm.

5. Belatung yang telah dipanen dikeringkan dengan cara dioven.

Selanjutnya ditimbang untuk memperoleh data angka terkait berat

belatung yang dihasilkan.

6. Belatung ditimbang sesuai rasio pakan yang dibutuhkan dan

langsung diberikan pada ayam.

Pemberian ransum dilakukan secara terus-menerus dan tidak terbatas,

agar ayam tidak sampai kehabisan makanan. Demikian juga pemberian

minuman.

E. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data

1. Panen dan Penimbangan Hasil Kultur Belatung

Page 12: Kotoran Ayam

Belatung dipanen setiap hari mulai hari ke- 3 sampai belatung tidak

muncul lagi. Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak belatung yang

dihasilkan dari dua perlakuan yang berbeda tersebut.

2. Penimbangan Berat Badan Ayam Broiler

Penimbangan dilakukan setiap minggu, tujuannya untuk mengetahui

berat per minggu yang selanjutnya untuk mengetahui pertumbuhan berat

rata-rata per minggu pada setiap kelompok dan keefektifan pakan terhadap

pertambahan ayam broiler.

F. Cara menghitung FCR (Feed Convertion Ratio)

Rumus menghitung FCR adalah jumlah pakan selama pemeliharaan

dibagi total bobot ayam.

Page 13: Kotoran Ayam

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Berat Belatung yang Dihasilkan Pada Pembiakan

Sistem Terbuka dan Tertutup

Ayam-ayam yang terbagi menjadi 5 perlakuan ditimbang setiap

minggu sehingga dapat diketahui perbedaan berat masing-masing kelompok

perlakuan sesuai tabel berikut:

Tabel 4.2 Pertambahan Berat Ayam Kontrol per minggu (dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

II III IV V

1 400 820 1560 1940

2 400 920 1680 2230

3 450 920 1660 2160

4 420 800 1500 1910

Hari ke- Terbuka (g) Tertutup (g)

3 300 600

4 250 550

5 150 400

6 100 300

7 100 250

8 100 100

9 - 100

10 - 100

Page 14: Kotoran Ayam

5 400 800 1420 1850

Rata 414 852 1564 2018

Tabel 4.3 Pertambahan Berat Ayam Kelompok A per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

II III IV V

1 500 1000 1680 2300

2 480 960 - -

3 480 1000 1825 2445

4 490 1080 1850 2590

5 480 960 1570 2070

Rata 486 1000 1748.33 2368.33

Tabel 4.4 Pertambahan Berat Ayam Kelompok B per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

II III IV V

1 490 1000 1770 2440

2 470 900 1620 2180

3 460 880 1640 2240

4 500 1040 1800 2480

5 490 960 1610 2200

Rata 482 956 1688 2308

Page 15: Kotoran Ayam

Tabel 4.5 Pertambahan Berat Ayam Kelompok C per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

II III IV V

1 510 1090 1730 2370

2 475 880 1530 2060

3 460 920 1590 2150

4 490 940 1540 2090

5 500 920 1500 2030

Rata 487 950 1578 2140

Tabel 4.6 Pertambahan Berat Ayam Kelompok D per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

II III IV V

1 480 920 1480 2010

2 470 960 1560 2135

3 475 920 1650 2270

4 500 920 1440 1940

5 515 1060 1650 2110

Rata 488 956 1556 2093

Grafik 4.1 Pertambahan berat ayam per minggu

Page 16: Kotoran Ayam

Dengan menggunakan tabel dan grafik berat ayam per minggu

diatas dapat juga dihitung selisih pertambahan ayam per minggunya

dengan cara mengurangi berat ayam pada saat penimbangan dengan

berat ayam minggu sebelumnya. Hasilnya diperoleh sesuai tabel berikut:

Tabel 4.7 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kontrol per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

III IV V

1 420 740 560

2 520 760 655

3 350 860 680

4 380 700 555

5 600 420 425

Rata 454 696 575

Tabel 4.8 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok A per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

III IV V

1 500 680 620

2 480 - -

3 520 825 620

4 590 770 740

5 480 610 500

Rata 514 735 620

Page 17: Kotoran Ayam

Tabel 4.9 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok B per minggu

(dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

III IV V

1 510 770 670

2 430 720 560

3 420 760 600

4 540 760 680

5 470 650 590

Rata 474 732 620

Tabel 4.10 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok C per

minggu (dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

III IV V

1 580 640 640

2 405 650 530

3 460 670 560

4 450 600 550

5 440 560 530

Rata 467 624 562

Page 18: Kotoran Ayam

Tabel 4.11 Selisih Pertambahan Berat Ayam Kelompok D per

minggu (dalam g)

Nomor

Ayam

MINGGU

III IV V

1 440 560 530

2 450 640 575

3 485 690 620

4 420 520 500

5 545 590 460

Rata 468 600 537

Grafik 4.2 Selisih Pertambahan Berat Ayam per Minggu

Pada hari ke-35 diketahui keseluruhan berat ayam yang diperoleh dari setiap

kelompok percobaan. Data ini dapat digunakan untuk mendapatkan Feed Convertion

Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan setiap kelompok percobaan.

Tabel 4.12 FCR

FCR

Control A B C D

1,39 1,18 1.18 1.3 1.34

B. Pembahasan

1. Kotoran ayam broiler dapat digunakan sebagai media pembiakan

belatung untuk pakan ayam broiler.

Dari percobaan kultur belatung diketahui bahwa kotoran ayam broiler

dapat digunakan sebagai media pembiakan belatung. Hal ini dikarenakan

belatung berkembang di limbah organik yang memiliki kandungan protein

tinggi. Dengan kandungan protein yang tinggi di dalam kotoran ayam broiler

inilah belatung dapat berkembang.

2. Cara pembiakan belatung yang lebih efektif dengan menggunakan

media kotoran ayam broiler.

Page 19: Kotoran Ayam

Dari data hasil penelitian kultur belatung diketahui bahwa kondisi yang

baik untuk pertumbuhan belatung adalah media yang tertutup. Karena, tujuan

pemberian penutup pada kotoran ayam broiler dengan terpal itu sendiri adalah

untuk menjaga kelembaban substrat. Pada metode ini disimpulkan bahwa

belatung dapat tumbuh lebih baik di tempat yang kelembabannya terjaga.

3. Pengaruh pemberian belatung hasil kultur terhadap pertambahan berat

ayam broiler.

Diketahui bahwa kandungan belatung yang menggunakan substrat kotoran

ayam broiler memiliki kandungan protein yang tinggi. Dengan kandungan

protein yang tinggi dari data didapatkan bahwa dapat menaikkan kecepatan

pertumbuhan pada ayam.

Dengan membaca tabel 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, dan 4.11 diketahui pada

minggu ketiga pertumbuhan kelompok A langsung melebihi kelompok lain.

Namun, pada minggu keempat ayam kelompok B mengalami pertumbuhan yang

cepat, sehingga rata-rata pertumbuhan kelompok A dan B hampir sama hingga

minggu kelima. Pertumbuhan kelompok kontrol, C dan D lebih lambat

dibanding kelompok A dan B. Semua kelompok memiliki puncak pertumbuhan

pada minggu keempat. Dan didapatkan realitas bahwa kadar belatung kelompok

A dan B (dengan kadar 5% dan 10%) memiliki pengaruh besar pada kecepatan

pertumbuhan berat ayam. Sedangkan kelompok C dan D kecepatan pertumbuhan

beratnya hampir sama dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan

meningkatnya kandungan serat dan menurunkan proses pencernaan pada unggas,

sebab unggas termasuk monogastrik yang tidak mempunyai cukup

mikroorganisme, yang menghasilkan enzim untuk mencerna serat kasar,

sehingga pengaruh yang tampak pada ayam adalah menurunnya HDA walaupun

konsumsi pakan cenderung meningkat. Akibatnya, tinja ayam menjadi kering

dan menurunkan amonia karena kekurangan cairan. Pada dasarnya ayam

memerlukan kadar gizi tertentu untuk pertumbuhannya, dan kadar gizi optimal

yang dibutuhkan ayam adalah penambahan belatung sebanyak 5% dan 10% dari

total pakan ayam.

4. Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan

Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan yang terkecil

terdapat pada kelompok A. Kelompok B dan C memiliki FCR yang sama,

sedangkan kelompok kontrol memiliki FCR tertinggi. Dari data menunjukkan

semakin kecil FCR, maka keefektifan penggunaan pakan semakin besar.

Keefektifan penggunaan pakan ayam (ransum) terkait dengan kandungan

protein pada belatung yang mencapai 67,407%. Dengan kandungan protein

yang sebesar itu sangat menunjang percepatan pertumbuhan ayam broiler.

Page 20: Kotoran Ayam

5. Kadar Protein, Lemak, dan Karbohidrat yang Terdapat Dalam Sampel

Belatung Kering dan Segar

Dari hasil uji lab yang dilakukan peneliti di laboratorium kimia

Universitas Muhammadiyah Malang pada 23 September 2012 didapat hasil

seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.13 Kandungan Belatung

Kandungan Sampel Presentase (%)

Protein Segar 21,075

Kering 67,407

Lemak Segar 6,367

Kering 9,005

Karbohidrat Segar 0,955

Kering 1,337

Page 21: Kotoran Ayam

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kotoran ayam broiler dapat digunakan sebagai tempat pembiakan belatung

untuk pakan ayam broiler.

2. Cara yang paling efektif untuk mendapatkan belatung dalam jumlah yang

banyak adalah kotoran ayam broiler yang berada pada media tertutup, karena

kelembaban kotoran ayam broiler lebih terjaga.

3. Penambahan belatung pada ayam broiler berpengaruh tehadap pertambahan

berat ayam broiler. Terutama pada pemberian dengan kadar belatung 5% dan

10% dari total pakan yang diberikan.

4. Menurut hasil perhitungan Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi

pakan, pertambahan berat paling tinggi diperoleh dari penambahan belatung

pada pakan ayam broiler sebanyak 5% dari total pakan yang diberikan.

5. Berdasarkan uji lab yang telah peniliti lakukan diketahui pada belatung kering

terdapat protein 67,407%, lemak 9,005%, karbohidrat 1,337%. Pada belatung

segar terdapat protein 21,075%, lemak 6,367%, karbohidrat 0,955%.

6. Pada saat panen selisih berat ayam yang diberi belatung dengan kadar 5%

dibandingkan dengan yang tidak diberi belatung adalah 350g. Dengan selisih

berat 350g diperoleh keuntungan sebesar Rp 7.700,00/ayam.

Saran

1. Kotoran ayam seharusnya tidak dibuang begitu saja tetapi sebaliknya harus

dimanfaatkan, seperti media pembiakkan belatung.

2. Dengan keuntungan yang tersebut di atas, maka sebaiknya hasil penelitian ini

segera disosialisasikan kepada peternak ayam.

3. Para peternak ayam broiler dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai

rujukkan dalam menambah jumlah penghasilan usaha ternak.

.

Page 22: Kotoran Ayam

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Dibiakan melalui limbah tahu. Dari http://www.gizi.net, 18

September 2011.

Anonim. 2010. Black Soldier fly. Dari http://microponic.com, 18 September 2011.

Arifin, Z. 1987. Dasar - dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Grasindo.

Haryanto, dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pretorius, Q. 2011. The Evaluation Of Larvae Of Musca Domestica (Common Hause

Fly) As Protein Source For Broiler Production. Afrika Selatan: Universitas

Stellenbosch.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging, Jakarta: Penebar Swadaya.

Kementrian kelautan. 2010. Produksi missel maggot untuk pakan ikan. Dari

http://www.KKP.go.id, 18 September 2011.

Resh, V.H. dan R.T. Cardé. 2003. Encyclopedia of insects. Academic Press San

Diego, CA.

Scholtz, C.H. dan E. Holm. 1985. Insects of Southern Africa. Butterworths, Durban.

supplement for swine. Jurnal of Animal Science. 44(3): 395-400.

alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/2135828320_abs.pdf

http://www.bursajagoan.com/2011/10/artikel-pemanfaatan-kotoran-ayam-ternak.html

http://lemlit.uny.ac.id/pemanfaatan-probiotik-bakteri-asam-laktat-dari-limbah-

kotoran-ayam-untuk-menurunkan-kadar-lemak-ldl-0