Upload
riska-heryanti
View
229
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISILAPORAN......................................................................................................................................1
PROBLEM BASED LEARNING................................................................................................1
SISTEM INDRA KHUSUS...........................................................................................................1
BUTA MENDADAK.....................................................................................................................1
OLEH..............................................................................................................................................1
KELOMPOK V.............................................................................................................................1
PROGRAM STUDI DOKTER.....................................................................................................1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN..................................................................1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA....................................................................1
2008 / 2009......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................5
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................5
1.2. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
1.1. Kalimat kunci....................................................................................................................6
1.2. Klarifiaksi Pertanyaan.......................................................................................................6
1.3. Jawaban.............................................................................................................................7
1.3.1. Anatomi dan histology dari indra penglihatan..........................................................7
1.3.2. Mmekanisme melihat!..............................................................................................23
1.3.3. Yang menyebabkan kebutaan mendadak pada mata kanan terutama pada lapangan pandang bagian medial, serta patomekanisme kebutaan mendadak....................................26
1.3.4. Factor-faktor resiko yang dapat menyebabkan buta mendadak.............................27
1.3.5. Mekanisme mata merah dan nyeri mengapa pada kasus ini tidak disertai dengan mata merah dan mata nyeri...................................................................................................27
1.3.6. Langkah diagnostic pada kasus...............................................................................30
1.3.7. DD............................................................................................................................36
1.3.8. Penatalaksanaan dari DD.......................................................................................41
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................43
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................44
1
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada
kelompok V sehingga dapat menyelesaikan laporan PBL (Program Based Learning) sistem
indera khusus ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan ini penulis buat dengan tujuan memenuhi tugas dan untuk mengetahui serta
memahami patomekanisme penyakit – penyakit yang menyebabkan peningkatan berat badan
secara abnormal, pemeriksaan penunjang, gejala-gejala dan komplikasi dari penyakit – penyakit
yang terkait dalam bidang endokrinologi dan metabolisme.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang destruktif untuk perbaikan laporan ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada tutor kelompok V dr. Dwi Sujadir yang telah
membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga pada semua pihak yang
telah membantu dalam tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data hingga
mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada kelompok V pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Buta mendadak adalah salah satu gejala penyakit pada system indera khusus yang banyak
ditemukan dimasyarakat. Gejala ini tidak mengenal status social seseorang untuk mengenainya.
Disamping itu gejala ini menimbulkan masalah social di masyarakat karena bisa terkena usia
produktif serta menurukan produktivitas seseorang.
Selain itu penyakit buta mendadak ini bisa diakibatkan oleh banyak factor diantaranya
trauma, infeksi, maupun manifestasi lebih lanjut dari adanya penyakit sistemik dan metabolic
seperti diabetes mellitus, hipertensi maupun dislipemia. Oleh karena itu hal-hal tersebut melatar
belakangi masalah kebutaan ini sangat penting untuk dibahas oleh mahasiswa kedokteran untuk
membantu menunjang pengetehuan-pengetahuan dasar pada penyakit-penyakit yang dapat
ditemukan pada system indera khusus ini.
1.2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan organ-organ yang berkaitan dengan system penginderaan khususnya organ
mata.
2. Menjelaskan histology mata.
3. Menjelaskan fisiologi pendengaran.
4. Menjelaskan mekanisme terjadinya buta mendadak.
5. Menjelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan buta mendadak.
6. Menjelaskan gambaran klinik yang lain yang menyertai buta mendadak.
7. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit dengan buta mendadak.
8. Menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang bisa membantu mendiagnosa
panyakit dengan buta mendadak.
9. Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita penyakit-penyakit dengan
keluhan buta mendadak.
10. Menjelaskan promotif dan preventif penyakit-penyakit mata dengan buta mendadak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Kalimat kunci
a. KU: mata kanan tiba-tiba tidak bias melihat terutama pada lapangan pandang bagian
medial
b. Wanita 30 tahun
c. Keluhan dirsakan 3 jam yang lalu
d. Dirasakan untuk pertama kalinya
e. Tidak ada riwayat mata merah dan nyeri pada mata
1.2. Klarifiaksi Pertanyaan
1) Jelaskan anatomi dan histology dari indra penglihatan!
2) Jelaskan mekanisme melihat!
3) Apa yang menyebabkan kebutaan mendadak pada mata kanan terutama pada lapangan
pandang bagian medial, serta patomekanisme kebutaan mendadak
4) Jelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan buta mendadak!
5) Gejala-gejala klinis yang mungkin menyertai buta mendadak!
6) Jelaskan factor-faktor resiko yang dapat menyebabkan buta mendadak
7) Jelaskan mekanisme mata merah dan nyeri mengapa pada kasus ini tidak disertai dengan
mata merah dan mata nyeri!
8) Jelaskan langkah diagnostic pada kasus!
9) DD
10) Jelaskan penatalaksanaan dari DD
4
1.3. Jawaban
1.3.1. Anatomi dan histology dari indra penglihatan
Anatomi dan Histologi Mata (Organ Penglihatan)
Organ Penglihatan (visual) terdiri dari:
1. BULBUS OCULI ( = bola mata )
2. Alat Accessoria Oculi ( alat tambahan mata )
o PALPEBRAE ( kelopak mata )
o CONJUNCTIVA
o OTOT-OTOT MATA
o APPARATUS LACRIMALIS
3. Struktur Penunjang
o Septum Orbitae
o Corpus Adiposum Orbitae
o Fascia Balbi
5
Terletak à dalam CAVUM ORBITA
A. Bulbus Oculi
Bentuk agak bulat, diameter ± 2,5 cm
antero – posterior > panjang
Terdiri dari 3 lapisan, dari luar ke dalam :
1. TUNICA FIBROSA ( = SCLERA )
2. TUNICA VASCULOSA ( = UVEA / chorioidea )
3. RETINA
1. Sclera
Suatu jaringan ikat fibrosa à keras, kuat, putih
Ada lubang pada :
Posterior à masuk N. OPTICUS + Pembuluh darah (av. Centralis Retinae)
Anterior à berhubungan dengan Ruang CAMERA POSTERIOR
o Tempat melekatnya otot-otot mata
o Bagian luar Sclera dibungkus oleh Fascia Bulbi kecuali Cornea dan N.
Opticus.
o Jaringan penyambung padat, insertio dari musculus extrinsic bola mata
o Putih, opaque, melapisi 5/6 bagian posterior bola mata.
o Membentuk bagian putih bola mata. Bersambungan dengan cornea pada
limbus (“corneoscleral junction”)
o
2. UVEA ( CHORIOIDEA )
Suatu lapisan pembuluh darah + muscular
› Mempunyai pigmen melanin. Berwarna coklat gelap
› Banyak vascular, melekat erat dengan lap. Epitel berpigmen retina melalui
membrana Bruch
6
› Memberikan nutrisi untuk retina
Di anterior membentuk :
Corpus Ciliare + Processus Ciliaris
Dari Proe. Ciliare terdapat serabut-serabut yang menggantung lensa
mata à zonula ciliare
Mengatur akomodasi lensa
Merupakan kelanjutan choroid dari ora serrata ke anterior
Berupa penebalan, menonjol kedalam, tepat di posterior corneo
scleral junction (limbus)
Terdapat m. ciliaris (m. intrinsic) otot polos yang berperan pada
akomodasi
Memproduksi humor aqueous
Iris
Bagian paling anterior
dari tunica vascularis
7
Pemisah antara camera oculi anterior dan posterior
Mempunyai m. polos, constrictor dan dilator pupilae
Terdapat sel pigment yang mengandung melanin
Berfungsi sebagai diaphragma, mengatur besarnya pupil,
untuk
mengontrol banyaknya cahaya yang masuk
Terdapat otot sirkuler (m. sphincter pupillae) + radier (m.
dilator
pupillae)
Terdapat lubang à pupil
Mengatur akomodasi cahaya
3. RETINA
Suatu lapisan sel-sel nervosa sebagai
FOTORESEPTOR
Pada bagian dalam posterior ( = FUNDUS
OCULI ), terdapat :
o Tonjolan à PAPILLA N. OPTICUS ( =
blind spot )
o Macula Lutea à tonjolan dilateral papilla,
oval, terdiri sel
CONE, sensitif cahaya
o Fovea centralis à lekukan pada Central Macula Lutea, paling sensitif
cahaya
Terdiri dari dua lapisan:
o Lapisan epitel pigmen (retinal pigment
epithelium / RPE)
RPE, terletak disebelah luar. Lengket ke membrana basalis
choroid. berasal dari lapisan luar optic cup
o Pars nervosa retina
8
Pars nervosa retina, bagian dari otak, berasal dari lapisan
dalam optic cup (neuro ectoderm)
Lapisan Retina :
1. Retinal Pigment Epithelium (RPE)
Lapisan paling luar retina, selapis sel kuboid,
Mengandung melanin
Melekat erat pada membrana Bruch dari lapisan choroid
Pada permukaan terdapat microvilli yang menonjol masuk diantara segmen ujung
sel batang dan kerucut
Tidak terdapat junctional complex dengan sel batang dan kerucut, mudah terjadi
“retinal detachment”
Junctional complex terdapat antara sel epitel satu dengan lainnya
(membentuk “blood retina barrier)
9
Fungsi:
Absorbsi cahaya untuk mencegah reflexi
“Blood retina barrier”
“Restoration of photosensitivity”
Esterifikasi vit A untuk sel batang dan kerucut
Phagocytosis
2. Sel batang dan kerucut
Sel batang:
Batang /
terhadap cahaya,
Reseptor pada cahaya berintensitas rendah
Mengandung pigmen rhodopsin
Molekul
molekul protein scotopsin
Defisiensi vit A menyebabkan rabun senja
Sel kerucut :
Kerucut /
warna, sensitivitas maximal untuk warna merah,
hijau dan biru.
Mengandung pigmen Iodopsin, yang terdiri dari
chromatophore dan
didalam discus
10
3. Membrana limitans externa
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan plexiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan plexiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membrana limitans interna
Sel pada retina
A. Neuron
1. Photo receptor : coni dan bacili
2. Penghantar : sel bipolar, sel ganglion
3. Asosiasi/penghubung: sel amacrin, sel horizontal
B Supporting cells : sel Muller, neuroglia
Pars Nervosa Retina, tidak semuanya fotosensitif. Terbagi menjadi:
Daerah non photosensitive / Pars caeca
› Tidak mengandung sel photo receptor
› Dari sebelah anterior ora serrata,berubah menjadi epitel selapis dan bersama RPE
melapisi corpus ciliaris dan permukaan posterior iris
Daerah photo sensitive / pars optica
› Mengandung sel photoreceptor
› Pada 2/3 bagian retina posterior dari ora serrata
› Pada dinding posterior tempat masuknya n. opticus, (papilla nervi optici / optic
disc) retina juga tidak mengandung sel photo sensitive, disebut “blind spot”
› Dekat dengan kutub posterior terdapat Macula lutea (“yellow spot“) / fovea
centralis. Merupakan daerah paling photo sensitiv. Didasar fovea hanya terdapat
sel kerucut (coni)
11
Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Banyak ujung saraf bebas diantara sel epitel
Membrana basalis disebut membr. Bowman
Bagian ANTERIOR Bulbus Oculi, terdiri :
1. CORNEA
o Membrana cembung di depan Bulbus Oculi
o Tidak punya pembuluh darah
o Menutupi 1/6 bagian anterior bola mata
o Transparan, lebih convex dari sclera, radiusnya lebih kecil (cornea
=
8 mm, sclera= 12 mm)
Epitel Cornea
12
PROCESSUS CILIARIS
CAMERA OCULI POSTERIOR
PUPIL
CANAL SCHLEMM
2. CAMERA ANTERIOR ( Ruang antara Cornea – Iris )
3. IRIS
4. CAMERA POSTERIOR ( Ruang antara Iris – Lensa )
o Camera Anterior + Posterior berisi cairan gel à HUMOR
AQUEOUS
o HUMOR AQUEOUS :
Cairan dengan index refraksi sama dengan air
Diproduksi oleh pars plicata corpus ciliaris
Dikeluarkan melalui kanal Schlemm
Berfungsi menjaga stabilitas alat intra ocular dan memberi nutrisi untuk
lensa dan cornea
Sirkulasi Humor Aqueous
13CAMERA OCULI ANTERIOR
VENA EPISCLERA
5. LENSA CRYSTALINA
o Struktur bening BIKONKAF, lebih cembung pada bagian anterior
o Transparan, avascular, biconvex, terletak antara iris dan corpus vitreous
o Diikat ke corpus ciliaris oleh zonula zinnii, yang mengatur akomodasi lensa
o Elastisitas lensa dan kemampuan untuk ber-akomodasi berkurang mulai usia 40
tahun (presbyopia)
o Cataract, kekeruhan lensa dapat disebabkab karena usia, penyakit metabolik,
trauma atau sinar U.V.
o Pada masa embrional nutrisi berasal dari a. hyaloid
o Nutrisi lensa dewasa secara diffusi melalui humor aqueous dibagian anterior dan
corpus vitreous di posterior
Bagian POSTERIOR Bulbus Oculi, terdiri :
CORPUS VITREOUS
• isi cairan kental
• Penyokong lensa dan retina
• Menempati ruang antara lensa dan retina (camera vitreous bola mata)
• Mengkerut pada usia lanjut sehingga memudahkan operasi pengangkatan lensa pada
katarak dan memudahkan terjadinya ablatio retina
• Memberi nutrisi untuk lensa
14
B. Alat Accessoria
Oculi ( alat tambahan
mata )
1. PALPEBRAE
o o Terdiri Palpebra Superior dan Inferior
o Dibentuk lempeng jaringan ikat = TARSUS
o Bagian luar ditutupi KULIT + otot wajah untuk mata (m.
Orbicularis Oculi)
o Dilekatkan ke angulug Oculi oleh ligamentum Palpebralis
medialis + lateralis
o Bagian dalam terdapat GLANDULA TARSALIS +
CONJUNCTIVA
o Terdapat m. Tarsalis Superior + Inferior
o Tepi dalamnya melekat Septum Orbitae + m. levator
palpebrae (pada palp. Sup)
2. CONJUNCTIVA
o Lapisan bening menutupi bagian depan Bulbus Oculi
(Conjunctiva bulbi) + bagian dalam Palpebra (Conjunctiva
palpebra)
o Sehingga antara Bulbus Oculi dengan Palpebra terdapat
15
ruang = SACCUS CONJUNCTIVALIS (Sup + Inf)
o Sudut dari Saccus tsb à FORNIX CONJUNCTIVAE (Sup
Inf)
o Kaya pembuluh darah
o Membran mucosa transparan
o Terbentuk dari epitel berlapis torak
o Banyak mengandung sel goblet
o Melapisi permukaan palpebra bagian dalam
o Dan sebagian bulbus oculi dari sclera bagian depan sampai ke
lateral cornea
3. APPARATUS LACRIMALIS
a. GLANDULA LACRIMALIS
o Terletak di sudut Craniolateral Cavum Orbita
o Terdiri dari 2 bagian :
Terletak di atas palpebra — PARS ORBITALIS
Terletak di bawah palpebra — PARS PALPEBRALIS
o Produksi Air mata à disalurkan ke Fornix Conjunctivalis Sup
o Kelenjar serosa, sekresi air mata, mengandung lysozyme
b. DUCTUS & SACCUS LACRIMALIS
o Suatu saluran + kantong di sudut medial mata
o Terdapat 2 Canaliculus (Sup + Inf)
o Pada ujung bebas (lateral) Canaliculus terdapat lubang à PUNCTUM
LACRIMALIS
o Ductus excretorius, bermuara ke fornix superior sacus conjunctiva
o Sacus lacrimalis epitel berlapis torak, selanjutnya menjadi ductus naso
lacrimalis
o Menampung + mengalirkan Air mata
c. DUCTUS NASOLACRIMALIS
o Saluran dari Saccus Lacrimalis ke Cavum Nasi (pada meatus nasi Inferior)
o Terletak dalam Maxilla
16
4. OTOT BULBUS OCULI + GERAKAN
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1. M. Rectus Superior Elevasi (+ Adduksi)
2. M. Rectus Inferior Depresi (+ Adduksi)
3. M. Rectus Lateralis Abduksi
4. M. Rectus Medialis Adduksi
5. M. Obliquus Superior Rotasi medial (abd + depr)
6. M. Obliquus Inferior Rotasi lateral (abd + elev)
o Menggerakkan Bulbus Oculi
o Insertio pada sclera bulbus Oculi dan melalui Anulus tendineus ke sekeliling For.
Opticum
o Dibungkus oleh Fascia Bulbi
o Semua otot bola mata diinnervasi N. III, kecuali m. Rectus Lat (N. VI) dan m.
Obliquus Inferior (N. IV)
7. M. LEVATOR PALPEBRALIS
o Untuk mengangkat Palpebra Superior ( = buka mata )
17
o Innervasi oleh N. Oculomotoris (III)
C. STRUKTUR PENUNJANG ORBITA
SEPTUM ORBITA
o Terdapat Superior + Inferior
o Melekat dari Margo Orbitalis Sup + Inf ke tepi dalam Palpebra Sup +
Inf
o Sehingga Aditus Orbitae tertutup
FASCIA BULBI ( = Tenon’s Capsule)
o Membungkus seluruh Sclera dari Bulbus Oculi (kecuali Cornea + N.
Opticus)
o Juga membungkus otot-otot Intrinsic bola mata
CORPUS ADIPOSUM ORBITA
o Jaringan lemak yang mengisi semua ruang yang tidak ditempati oleh
otot, pembuluh darah, syaraf, Bulbus Oculi
o Sehingga mengfiksasi Bulbus Oculi + sebagai bantal protector
Media Refractile Mata
Cornea
Humor aquaeous
Lensa crystallina
Corpus vitreus
Arteri dalam Orbita, berasal dari:
1. A. OPHTHALMICA (arteri utama)
o Masuk Cavum Orbita melalui For. Opticum
o Bercabang: 1. A. Centralis Retinae
A. Supraorbitalis
A. Supratrochlearis
18
A. Lacrimalis
A. Dorsalis Nasi
A. Ethmoidalis Anterior
A. Ethmoidalis Posterior
A. Ciliaris Anterior
A. Ciliaris Posterior Longi
2. A. INFRAORBITALIS
o Cabang A. Maxillaris
o Masuk ke cavum orbita pada Fissura Orbitale Inferior
Vena dalam orbita
Terdapat 2 Vena Utama:
1. V. OPHTHALMICA SUPERIOR — via Fissura Orbitale Sup.
2. V. OPHTHALMICA INFERIOR — via Fissura Orbitale Inf.
V. Ophthalmica Inferior
o Ke V. Ophth. Sup + Plexus pterygoideus
o Anastomose dengan V. Angularis / V. Facialis
19
V. Ophthalmica Superior à Sinus Cavernosus
Saraf dalam orbita
Ke dalam Orbita, masuk:
1. N. OPTICUS — via For. Opticum
2. N. OPHTHALMICUS (cabang N. V) — via fissura Orbitale Superior
N. OPTICUS à masuk dalam Bulbus Oculi
N. OPHTHALMICUS bercabang intraorbital:
1. N. Frontalis
2. N. Lacrimalis
3. N. Nasociliaris, cabang
• N. ethmoidalis ant
• N. ethmoidalis post
• N. Ciliaris Breves
• N. Ciliaris Longus
N. Oculomotoris (III), N. Trochlearis (IV), N. Abducens (VI) — via Fissura Orbitale
Inferior
1.3.2. Mmekanisme melihat!
a. Anatomi Mata
• Struktur mata tambahan
Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak mata.
Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva
palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan
konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva. Walaupun
konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh
20
– pembuluh darah yang ada didalamnya, pembuluh – pembuluh darah kecil dapat dari
konjungtiva bulbar diatas sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari
kekeringan.
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis
mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan
kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung
dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung.
• Bola Mata
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar yang
kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil
yang membantuk kornea. Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh – pembuluh
darah yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen suspensori
dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior mengandung
reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut. Reseptor cahaya
melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar diretina dan kemudian dengan saraf – saraf
ganglion diteruskan keserabut saraf optikus. Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang.
Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap
cahaya terang dan penglihatan warna. Sel – sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer
retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan malam. Sel – sel batang
mengandung rhodopsin yaitu suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya
terang. Regenerasi rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata
memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap. Defisiensi vitamin A
mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari.
• Ruangan pada mata
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior. Rongga anterior teletak
didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang ; ruang anterior ( antara kornea dan
iris ) dan ruang posterior ( antara iris dan lensa ). Rongga anterior berisi cairan bening yang
dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir kedalam ruang
21
posterior melewati pupil masuk keruang anterior dan dikeluarkan melalui saluran schelmm
yang menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang anterior ).
• Iris dan lensa
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter
dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah – tengah
iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek
( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk
penglihatan dekat.
Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak
dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensatersusun dari sel – sel
epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi
lensa cembung bila refraksi lebih besar.
• Otot – otot mata
Otot – otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot – otot intrinsi bersifat
volunter ( dibawah sadar ), diluar bola mata yang mengontrol pergerakan diluar mata. Otot –
otot intrinsik bersifat involunter ( tidak disadari ) berada dalam badan ciliary yang
mengontrol ketebalan dan ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.
• Sudut filtrasi
Sudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh
garis yang menghubungkan akhir dari membran descemet dan membran bowman lalu ke
posterior 0,75 mm, kemudian kedalam mengelilingi kanal schelmm dan trabekula sampai ke
COA. Akhir dari membran descemet disebut garis schwalbe. Limbus terdiri dari 2 lapisan
epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Didalam stromanya terdapat serat
– serat saraf dan cabang akhir dari A. siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut foltrasi
adalah trabekula, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan menuju
kebelakang, mengelilingi kanal schelmm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke skleralspur (
insersi dari m. siliarir ) dan sebagian ke m. siliaris meridional.
3. serabut berasal dari akhir membran descemet ( garis schwalbe ), menuju kejaringan
pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.
22
4. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya
diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada
darah dalam canal schelmm, dapat terlihat dari luar.
b. Fisiologi Penglihatan
• Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-
struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai
kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
• Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi
dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari
badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti
dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat
terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan
mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi
dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dinbantu
dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya
lebih kuat melelui lensa yang tebal.
• Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik
diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan
saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi
yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.
• Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP)
Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran
dari humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula
(yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan
meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem.
Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang
suprakoroid. Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris. Sistem pertahanan
katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena
23
sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat
meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional.
1.3.3. Yang menyebabkan kebutaan mendadak pada mata kanan terutama pada lapangan
pandang bagian medial, serta patomekanisme kebutaan mendadak
Patomekanisme Buta mendadak :
Kenapa buta terjadi pada lapang pandang medial dan hanya pada mata sebelah kanan?
Berdasarkan gambar diatas, terlihat pada no.4 yakni, apabila terdapat kelainan seperti lesi,
oklusi, maupun obstruksi pada nervus optikus bagian lateral, secara langsung dapat
menyebakan kerusakan pada bagian nasal atau medial pada mata, karena selain di chiasm
opticum, nervus juga mengalami penyilangan pada mata. Jadi apabila terdapat kelainan pada
nervus optikus bagian lateral, akan menyebabkan kebutaan ½ mata yakni bagian medial,
begitu juga sebaliknya, apabila terdapat kerusakan yang dapat menyebabkan gangguan pada
24
nervus optikus bagian medial, maka nervus yang ada di mata secara langsung menyilang ke
bagian lateral atau temporal, maka akan menyebabkan kebutaan pada bagian lateral atau
temporal.
1.3.4. Factor-faktor resiko yang dapat menyebabkan buta mendadak
FAKTOR RESIKO KEBUTAAN
1. Trauma
2. Penyakit peradangan ( Skeleritis, koroiditis )
3. Genetik
4. Diabetes tidak terkontrol ( Retinophaty Diabetik )
Terjadi kerusakan pembuluh darah retina / lapisan saraf mata sehingga mengalami
kebocoran. Akibatnya terjadi penumpukan cairan (eksudat) yang mengandung lemak serta
perdarahan retina. Lambat laun dapat menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaa. Bila
kerusakan retina sangat berat seorang penderita diabetes dapat menjadi buta permanent
sekalipun dilakukan usaha pengobatan.
1.3.5. Mekanisme mata merah dan nyeri mengapa pada kasus ini tidak disertai
dengan mata merah dan mata nyeri
MATARAH
Pada mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera dapat terlihat melalui bagian
konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemi konjungtive terjadi akibat
bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau
episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka akan terlihat mata merah yang
sebenarnya berwarna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih.
Mata berwarna merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata aku, misalnya:
- Konjungtivitis à pembuluh superfisial yang melebar, maka bila diberi epinefrin topical akan
terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.
- Keratitis à pleksus arteri konjungtiva permukaan lebar, sedang pembuluh darah arteri
perikornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaucoma akut kongestif.
25
- Iridoskilitis
Pada konjungtivitis terdapat pembuluh darah:
- Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi.
- Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang:
Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan ateri sirkular mayor atau pleksus
siliar, yang akan memperdarahi irirs dan badan siliar.
Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea
Arteri epusklera yang terletak di aras sklera, merupakan bagian arteri siliar anterior yang
memberikan perdarahan ke dalam bola mata.
Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan terjadi mata merah.
Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat pecahnya salah
satu dari kedia pembuluh darah di atas dan darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.
Keadaa ini disebut juga sebagai perdarahan subkonjungtiva.
Klasifikasi mata merah:
1. Merah gelap sklera tidak jelas : perdarahan subkonjungtiva
2. Infeksi bulbar dan tarsal difus:
- Konjungtivitis infektif
- Konjungtivitis alergi
- Glaucoma sudut tertutup
3. Infeksi bulbar difus/local
- Episkleritis
- Skleritis
4. Infeksi perilimbus:
- Uveitis
- Abrasi
- Keratitis
- Abrasi kornea
- Benda asing pada kornea
26
Mata nyeri
Nyeri pada mata banyak penyebabnya. Gambaran nyeripun bermacam-macam, nyeri dapat
dirasakan seperti:
- Terbakar
- Nyeri tekan
- Perasaan tertarik.
Beberapa kasus nyeri dapat ditemukan diantaranya nyeri sewaktu berkedip terdapat pada
abrasi kornea dan benda asing dalam mata. Fotofobia adalah nyeri mata yang berhubugnan
dengan cahaya, seperti terdapat pada radang iris dan lapis tengah mata. Nyeri kepala dan
nyeri mata seringkali dijumpai pada glaucoma sedut sempit. Nyeri mata saat mata digerakkan
terdapat pada Neuritis optic. Nyeri mata pada alis mata atau nyeri temporal mungkin menjadi
petunjuk adanya arteritis temporal.
Klasifikasi Mata nyeri:
1. Tidak nyaman:
- Blefaritis
- Mata Kering
- Konjungtivitis
- Alergi
- Penyakit mata distroid
2. Nyeri ketika mata tidak bergerak : Neuritis optic
3. Nyeri disekitar mata:
- Asteritis sell raksasa
- Migren
- Selulitis orbita
- Penyabab ‘sakit kepala’
4. Nyeri berat
- Abrasi kornea/benda asing
- Keratitis
27
- Glaukoma sudut tertutup
- Endotalmitis
- Uveitis
- Skleritis
- Miositis
Referensi:
James, Bruce dkk. Lecture Notes Oftalmologi. 2006. Jakarta: Erlangga.
Ilyas, H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 2009: Jakarta: FKUI.
Swartz, Mark. H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. 1995. Jakarta: EGC
1.3.6. Langkah diagnostic pada kasus
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamesis
• Apakah daerah samping mata juga mengalami kebutaan?
• Apakah terdapat rasa kilatan pada mata?
• Apakah ada pemicu dalam keadaan ini?
• Apakah terdapat kekaburan pada mata?
• Apakah terasa gatal pada mata?
• Apakah sakit saat mata digerakkan?
• Apakah mata terasa kering/berair dll?Apakah memiliki penyakit sistemik?keluarga?
• Apakah mengkonsumsi obat mata?
Pemeriksaan Dasar Mata
1. Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter. Masing-
masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole untuk
menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur dari barisan terkecil
28
yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar,
dengan nilai normal visus adalah 6/6. Apabila pasien
hanya bisa membedakan gerakan tangan pemeriksa
maka visusnyaadalah 1/300, sedangkan apabila pasien
hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya)
maka visusnya
1/∞5
Hal-hal yang dinilai dalam pemeriksaan visus:
• Kartu snellen standar
• Kartu tajam penglihatan saku
• Menilai pasien dengan penglihatan buruk
• Memeriksa pasien yang tidak dapat membaca
2. Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer penglihatan, yaitu
batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang yang normal
mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat
melihat 90 – 100o dari titik fiksasi, ke medial 60o, ke atas 50 – 60o dan ke bawah 60 – 75o.
Terdapat dua jenis pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi)
dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimeter atau perimeter.
3. Gerakkan mata
Posisi bola mata penting untuk pemeriksaan, apakah ada
perubahan posisi mata, apakah terdapat kejulingan mata. Dokter akan
melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan mengamati) bola mata dan
ia akan meminta Anda untuk menggerakkan bola mata, ke delapan
arah mata angin. Bila ada masalah pada otot atau juling, biasanya
akan terlihat pada pemeriksaan mata ini.
29
Hal-hal yang dinilai dalam pemeriksaan gerakan
mata :
• Pemeriksaan kesesuaian mata
• Melakukan uji tutup
• Menilai posisi utama pandangan mata
• Menilai refleks cahaya pupil
• Menilai refleks dekat
4. Struktur Mata interna Eksterna
Memeriksa bagian-bagian mata ini seperti Kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea,
pupil, Iris, Kamera okuli anterior, Aparatus lakrimal dan menilai adanya kelainan pada
bagain-bagain itu.
5. Oftalmoskopi
Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan fundus
okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian
temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya di bagian nasal agak kabur. Selain
itu juga terdapat lekukan fisiologis. Pembuluh darah muncul di bagian tengah, bercabang keatas.
Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arter
adalah 5:4 sampai 3:2.5
6. Tes penglihatan warna
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan
berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran.
Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan
warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).
30
Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu. Tetapi pada orang
buta warna, yang tampak pada lingkaran akan berbeda seperti yang dilihat oleh orang normal.
Tes Ishihara biasanya dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. Hasil tes seseorang
akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut. Dari sini dapat ditentukan apakah seseorang
normal atau buta warna.
Tes ini biasanya dilakukan pada saat kita mengurus surat keterangan berbadan sehat
Oklusi Arteri Retina Sentralis
• Gambaran klinis : penurunan penglihatan hebat yang tidak nyeri
• Oftalmoskopi : terlihat cherry-red spot, segmentasi arteri retina, retina opak, kekeruhan
• Tes warna, laboratorium, perimetri tes = normal
Obstruksi Vena Retina Sentralis
31
• Dari perdarahan retina kecil-kecil tersebar dan bercak cotton wool sampai gambaran
perdarahan hebat (dengan perdarahan retina superfisial dan dalam yang kadang-kadang
dapat pecah ke dalam korpus vitreum)
• Penurunan tajam penglihatan sentral ataupun perifer mendadak
• Tidak terdapat rasa sakit dan mengenai satu mata
• Pemeriksaan funduskopi :Terlihat vena yang berkelok-kelok dan lebar disertai sembab
retina dan makula
• Perdarahan di seluruh polus posterior dan eksudat lunak
• Biasanya arteriol menyempit yang menujukan adanya penyakit mikrovaskular
Ablatio Retina
Ablasio regmatogenosa
• Oftalmoskopi : retina terlihat opak, peninggian retina sensorik, retina terlepas/putus
• Tes penglihatan, laboratorium, tes warna = normal
Ablasio retina akibat traksi
Adanya jaringan parut yang melekat pd retina
lasio retina hemoragik
Terkait degeneratif, infeksi & inflamasi terbatas makula
32
NEURITIS OPTIC
• Funduskopi :
retrobulbar à normal
papilitis à derajat pembengkakan disk b’variasi
• Prognosis visus biasanya kembali normal / tingkat fungsional
Neuritis Intraokular (papilitis)
Funduskopi :
o papil merah, bts tdk nyata, edema, penonjolan <2 D
o Kdng terlihat bergaris2 disebabkan udem (sekitar papil) à serabut saraf renggang
o Bercak eksudat di retina à perdarahan lidah api
o Eksudat di dpn papil, dlm badan kaca / sekitar macula à neuroretinitis
33
1.3.7. DD
Oklusi Arteri Retina Sentralis
DEFINISI
Arteri retinal pusat, saluran utama yang menyuplai darah untuk retina, bisa menjadi
betul-betul mampet karena penyakit atherosclerosis atau partikel, seperti gumpalan darah,
yang masuk peredaran darah dan menghalangi saluran (emboli). Radang pembuluh darah
adalah juga mungkin menyebabkan retinal arteri tersekat. Pada orang dengan glaukoma,
penyakit gula, atau tekanan darah tinggi, berbagai proses mungkin terjadi, yang bisa
menyebabkan tersekatnya vena.
Jika arteri pusat retinal mampet, mata yang terkena mengalami kehilangan
pandangan mendadak tetapi tanpa rasa sakit. Tersekatnya vena retinal pusat menyebabkan
vena yang penuh dan mengembang di depan saraf optik. Kehilangan jarak pandang dari yang
ringan hingga hebat karena arteri retinal pusat tersekat. Kekambuhan sering terjadi.
Selain kehilangan pandangan yang parah, komplikasi dari arteri atau vena retinal
pusat tersekat termasuk pendarahan ke dalam mata dan glaukoma disebabkan oleh
pertumbuhan pembuluh darah abnormal di selaput pelangi dan sudut, di mana cairan
dialirkan dari mata.
DIAGNOSA
Menggunakan ophthalmoscope, seorang dokter bisa melihat perubahani di pembuluh
darah dan tanda lain berkurangnya suplai darah ke retina, seperti kepucatan retina pada kasus
34
arterial yang tersekta atau vena yang penuh dan pembengkakan di depan saraf optic pada
kasus vena tersekat. Tindakan Fluorescein angiography dimana seorang dokter menyuntikkan
pewarna ke dalam urat darah dan lalu memotret retina membantu menentukan banyak
sedikitnya kerusakan pada retina dan membantu rencana pengobatan oleh dokter. Doppler
ultrasound memindai kadang-kadang mungkin dipergunakan untuk memeriksa darah
mengalir di saluran darah.
PENGOBATAN
Pengobatan sesegera sering diberikan dalam percobaan menghilangkan
penghalangan arteri retinal. Tetapi, pengobatan jarang efektif. Tekanan di dalam mata bisa
dikurangi dengan memijat kelopak mata tertutup sebentar-sebentar dengan jari. Alternatif
lain, satu prosedur yang disebut paracentesis chamber anterior mungkin membantu
menurangi tekanan di dalam mata. Pada prosedur ini, tetes mata diteteskan di mata untuk
membuat mata mati rasa, lalu jarum dimasukkan ke dalam bilik anterior mata untuk meyedot
sedikit cairan, sehingga secara cepat mengurangi tekanan di mata. Mengurangi tekanan di
dalam mata dengan pijatan atau paracentesis chamber anterior dapat mengeluarkan gumpalan
darah atau penyumbat lain dan dapat memasuki cabang bilik yang lebih kecil, sehingga
mengurangi area kerusakan pada retina. Umumnya tidak ada terapi obat yang disetujui.
Pengobatan laser mungkin digunakan untuk menghancurkan pembuluh darah abnormal jika
mereka berkembang ke selaput pelangi atau sudut.
ABLASIO RETINA
Definisi :
Ditandai oleh adanya pemisahan retina sensorik yaitu fotoreseptor terhadap lapisan jaringan
bagian dalam dari epitel pigmen retina di bawahnya sehingga terisi cairan pada celah potensial
retina.
Epidemiologi :
1 : 10.000 orang/tahun àUSA
Semua usia, tapi biasanya pada usia setengah baya atau lebih tua
Besar kemungkinannya terjadi pd org miopia dan pada orang yang keluarganya pernah
mengalami ablasio retina
35
Merupakan Penyakit keturunan,walaupun agak jarang terjadi pada bayi dan anak-anak
Etiologi :
Sering terjadi secara spontan
Trauma
Adanya 1 atau lebih robekan-robekan atau lubang-lubang pada retina à Ablasio retina
regmatosa
Terjadinya penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retina terangkat à Ablasio
retina nonregmatosa
Adanya jaringan parut yang melekat pada retina à Ablasio retina traksi
Akibat retinopati akibat prematuritas à pada bayi premature
Tumor
Peradangan hebat
Faktor Resiko :
Rabun dekat
Riwayat keluarga dengan ablasio retina
Diabetes yang tidak terkontrol
Ablasio retina tebagi 3 jenis :
1. Ablasio Retina Regmatosa
2. Ablasio Retina Eksudatif
3. Ablasio Retina Traksi
Ablasio Retina Regmatosa
Definisi : Ablasi terjadi karna adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang
antara sel pigmen epitel dengan retina.
Etiologi :
Mata dengan miopi tinggi
36
Pasca retinitis
Degenerasi retina di bagian perifer
Trauma
Gejala :
Gangguan penglihatan (kadang-kadang terlihat seperti tabir yang menutup)
Riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan
Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya retina macula lutea
Ablasio Retina Eksudatif
Definisi : Ablasi terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.
Etiologi :
Penimbunan cairan subretina (O.K Koroid) :
Skleritis
Koroiditis
Tumor retrobulbar
Radang uvea
Idiopati
Toksimia gravidum
Gejala :
Defek lapangan pandang = hilangnya fungsi penglihatan umumnya hanya terjadi pada
salah satu bagian dari lapangan pandang,kemudian menyebar sejalan dengan
perkembangan ablasio.
Pandangan berasap
Tidak menimbulkan nyeri
*Ablasi dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebab berkurang atau
hilang.
Ablasio Retina Traksi (tarikan)
37
Definisi : Ablasi akibat terlepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada
badan kaca.
Etiologi :
Diabetes mellitus proliferatif
Trauma
Perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi
Gejala :
Penglihatan kabur
Diagnosis :
Oftalmoskopi
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Respon reflex pupil
Gangguan pengenalan warna
Pemeriksaan slit slam
Tekanan intra okuler
USG mata
Angiografi flourosensi
Elektroretinogram
Pencegahan :
Gunakan kacamata pelindung mencegah trauma
Penderita diabetes sebaiknya mengontrol gula darah secara seksama
Jika beresiko menderita ablasio,periksa mata minimal setahun sekali
Pengobatan :
Prinsip : melekatkan kembali lapisan retina
Pengobatan sesuai dengan tipe dan penyebab :
38
Regmatosa : menutup lubang
Cryosurgery
Scleral buckling
Kasus berat : SB + Vitrectomy
Exudatif :
Umumnya non operatif , terapi sesuai kausa
Tractional :
Bersihan vitreus dari jaringan fibrotik à Vitrectomy
Prognosis :
* Terapi yang cepat : prognosis lebih baik
* Perbaikan anatomis kadang tidak sejalan dengan perbaikan fungsi
1.3.8. Penatalaksanaan dari DD
1. Ablatio Retina
Pengobatan pada ablasi retina adalah pembedahan. Sebelum pembedahan pasien dirawat
dengan mata ditutup. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya antara 1-2
hari.
Pengobatan dilakukan untuk melekatkan kambali bagian retina yang lepas dengan
diatermi dan laser. Diatermi ini dapat berupa :
- Diatermi permukaan ( surface diatermy)
- Diatermi setengah tebal sklera ( partial penetrating diatermy) sesudah reseksi sklera.
Hal ini dilakukan dengan / tanpa mengeluarkan cairan subretina. Pengeluaran dilakukan
di luar daerah reseksi dan terutama di daerah dimana ablasi paling tinggi.
Implan diletakkan didalam kantong sklera yang sudah direseksi yang akan mendekatkan
sklera dengan retina dan mengakibatkan pengikatan yang terlokalisir.
2. Obstruksi Vena Retina Sentralis
Pengobatan terutama ditujukan kepada mencari penyebab dan mengobatinya,
antikoagulasia, dan fotokoagulasia daerah retina yang mangalami hipoksia. Steroid diberi
bila penyumbatan disababkan oleh flebitis.
39
Akibat penyumbatan ini akan terjadi gangguan fungsi penglihatan sehingga tajam
penglihatan menjadi berkurang. Pada keadaan ini dapat dipertimbangkan untuk
melakukan fotokoagulasi.
3. Oklusi Arteri Retina Sentralis
Pengobatan dini dengan tujuan menurunkan tekanan bola mata, dapat dilakukan dengan:
Mengurut bola mata atau pemberian asetazolamid atau juga parasentesis bilik
mata depan.
Pemberian vasodilator bersama antikoagulan
Steroid diberikan bila diduga terdapat peradangan.
Pasien dengan oklusi retina sentral harus secepatnya diberikan O2.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebutaan mendadak dapat terjadi dengan beberapa factor penyebab yang berbeda-beda,
diantaranya adalalh ablasio retina, neuritis optic. Oleh karena itu harus dilakukan
40
pencegahan dini unutk menghindari terjadinya gejala buta mendadak ini, serta diperlukan
adanya anamnesis dan pemeriksaan yang tepat dan terstruktur untuk mengetahui penyebab
dari gejala buta mendadak sehingga dapat diberikan terapi yang sesuai dengan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
James Bruce, dkk. Lecture Note Oftalmologi. 2005. Jakarta: Erlangga
Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2008. Jakarta: EGC
41
Ilyas, H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. 1995. Jakarta: EGC.
42