50
BAB I PENDAHULUAN Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. 1 Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas, batang femur dan ujung bawah. 2 Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang femur dapat mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas 2 Insiden patah tulang femur dilaporkan 1- 1,33 patah tulang per 10.000 penduduk pertahun, yakni pada individu yang lebih muda dengan kisaran umur 25 tahun dan mereka yang lebih tua dengan kisaran umur 65 tahun. Tingkat patah tulang femoralis adalah 3/10.000 penduduk pertahun. Cedera ini paling umum pada 1

Lapkas Bedah FRAKTUR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Surgery

Citation preview

Page 1: Lapkas Bedah FRAKTUR

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah

dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah

tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, jatuh bertumpu pada tangan

yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.1

Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi dengan

asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini menjulur medial ke lutut dan

membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan

dua ujung yaitu ujung atas, batang femur dan ujung bawah.2

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan

oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi

tulang/osteoporosis. Batang femur dapat mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran,

atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas2

Insiden patah tulang femur dilaporkan 1- 1,33 patah tulang per 10.000 penduduk

pertahun, yakni pada individu yang lebih muda dengan kisaran umur 25 tahun dan mereka yang

lebih tua dengan kisaran umur 65 tahun. Tingkat patah tulang femoralis adalah 3/10.000

penduduk pertahun. Cedera ini paling umum pada pria yang lebih muda dengan umur 30 tahun,

penyebabnya yaitu kecelakaan kenderaan atau luka tembak. 80% pasien dengan umur 35 tahun

atau lebih dengan fraktur femur akibat trauma moderat terbukti sebelum terjadinya osteopenia

umum atau kondisi yang memungkinkan terjadinya osteopenia lokal.3

Pada patah tulang diafisis femur biasanya perdarahan dalam cukup luas dan besar

sehingga dapat menimbulkan syok, secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja

karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi

keluar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat perdarahan

kedalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan

normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.1

Berikut ini akan dibahas laporan kasus seorang laki-laki dengan fraktur femur dextra

terbuka grade III A dengan bone lost.

1

Page 2: Lapkas Bedah FRAKTUR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang fraktur. Fraktur adalah terputusnya

kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.4 definisi lain mengemukakan bahwa

fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang rawan

yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.2 disamping itu batasan fraktur menurut para ahli

lain menyebutkan bahwa fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. fraktur adalah patah

tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.5

Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap

terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

ketebalan tulang.2

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan

oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot, kondisi-

kondisi tertentu seperti degenari tulang/ osteoporosis.

2.2 ETIOLOGI

Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan tulang dalam

menahan tekanan. Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang menyebabkan

fraktur bersifat spiral atau oblik, tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal,

tekanan sepanjang aksis tulang yang menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur

dislokasi, kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah, misalnya pada

badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak.2

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,

dan bahkan kontraksi otot ekstrem5. Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur

terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau

luka yang disebabkan oleh kecelakaan kenderaan bermotor.

2

Page 3: Lapkas Bedah FRAKTUR

Pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang

berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan

hormone pada menopause.2

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan

ekstremitas, krepituis, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.5 gejala umum fraktur adalah

rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.1

a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk badai alamiah yang

dirancang untuk meminimalkan gerak antar fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan

deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan ekstremitas normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik

karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya

otot.

c. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering

saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 – 5 cm (1-2 inchi).

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. Uji

krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa

jam atau hari setelah cedera.2

2.4 KLASIFIKASI

2.4.1 Klasifikasi Fraktur secara umum

Fraktur diklasifikasikan dalam beberapa keadaan berikut :

1. Fraktur traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan

kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi

patah.

3

Page 4: Lapkas Bedah FRAKTUR

2. Fraktur patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis didalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang

menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali

menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur

semacam ini adlah tumor, baik tumor primer maupun metastasis.

3. Fraktur stress. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat

tertentu.1, 2

Gambar 2.1 Gambaran skematis secara klinis dari fraktur.

Klasifikasi jenis sangat umum digunakan dalam konsep fraktur pada beberapa sumber.

Jenis-jenis fraktur tersebut adalah simple fracture (fraktur tertutup), compound fracture

(fraktur terbuka), transverse fracture (fraktur transversal/sepanjang garis tengah tulang),

spiral fracture (fraktur yang memuntir seputar batang tulang), impact fracture (fragmen

tulang terdorong ke fragmen tulang lain), greenstick fracture (salah satu tulang patah,

sedangkan sisi lainnya membengkok), comminuted fracture (tulang pecah menjadi beberapa

fragmen).1,2

4

Page 5: Lapkas Bedah FRAKTUR

Gambar 2.2 Gambaran Radiologik Konfigurasi fraktur

Secara umum, keadaan fraktur secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Fraktur tertutup (simple fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen

tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan

/ tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (compound fracture ) fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana

terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi

bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Luka pada kulit dapat berupa

tusukan yang tajam keluar menembus kulit (from within) atau dari luar oleh karena

tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (from without).

Fraktur terbuka merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan

yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. Selain mencegah infeksi juga

diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa

hal yang penting untuk dilakukan dalam penaggulangan fraktur terbuka yaitu operasi

yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debridement yang berulang-ulang,

stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian

antibiotik yang adekuat.

Secara klinis patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yaitu :

Derajat 1 terdapat luka tembus kecil seujung jarum, luka ini di dapat dari tusukan

fragmen-fragmen tulang dari dalam.

Derajat II luka lebih besar disertai dengan rusaknya kulit subkutis. Kadang-

kadang ditemukan adanya benda-benda asing disekitar luka.

5

Page 6: Lapkas Bedah FRAKTUR

Derajat III luka lebih besar dibandingkan dengan luka pada derajat II. Kerusakan

lebih hebat karena sampai mengenai tendon dan otot-otot saraf tepi.1,2

Tabel 1. Klasifikasi yang dianut menurut gustilo, Merkow dan Templeman.2

Derajat Fraktur

1 - Luka < 1 cm

- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk

- Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan

- Kontaminasi minimal

2 - Luka > 1cm

- Kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulse

- Fraktur kominutif sedang

- Kontaminasi sedang

3 - Kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi stuktur kulit, otot, dan,

neurovascular, serta kontaminasi derajat tinggi

a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur adekuat, meskipun laserasi luas/

flap/ avulsi

b. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur yang terkontaminasi masif

c. Luka pada pembuluh arteri/ saraf perifer yang harus diperbaiki, tanpa

melihat kerusakan jaringan lunak.

2.4.2. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

Fraktur proximal Femur

Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan leher femur

Capital : uncommon

Subcapital : common

Transcervical : uncommon

Basicervical : uncommon

Eksracapsular fraktur termasuk trochanters

Intertrochanteric

Subtrochanteric

6

Page 7: Lapkas Bedah FRAKTUR

Fraktur Leher Femur

Tingkat kejadian yang tinggi karena faktor usia yang merupakan akibat dari

berkurangnya kepadatan tulang

Fraktur leher femur dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head femur) dan extra-

(suplai darah intak) capsular. Diklasifikasikan berdasarkan anatominya. Intracapsular

dibagi kedalam subcapital, transcervical dan basicervical. Extracapsular tergantung dari

fraktur pertrochanteric

Biasanya pada wanita dewasa; dibawah usia 60 tahun, laki-laki lebih sering terkena

(biasanya extra kapsular fraktur)

Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam obat seperti

corticosteroids, thyroxine, phenytoin and furosemide

Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil

Fraktur Intracapsular diklasifikasikan

o Grade I : Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya rusak

o Grade II : Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum tidak

angulasi

o Grade III : Slightly displaced, pola trabekular angulasi

o Grade IV : Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak ada

kontinuitas tulang

Fraktur pada poros/batang femur

Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas dan besar

sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja

karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah

terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat

pendarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan

secara tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.

7

Page 8: Lapkas Bedah FRAKTUR

Fraktur distal femur

Supracondylar

Non displaced

Displaced

Impacted

Continuited

Condylar

Intercondylar

2.5 PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan

tekanan. tapi apabila tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapat diserap tulang,

maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas

tulang. setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,

marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan tulang segera

berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi

terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,

dan infiltrasi sel darah putih. Ini merupakan dasar penyembuhan tulang. 4

2.6 KOMPLIKASI

a. Komplikasi dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma,

sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut

komplikasi lanjut.

1. Pada tulang

a. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

b. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi

pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau

bahkan non union. Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa arthritis

supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang

melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir

dengan degenerasi.

2. Pada Jaringan lunak

8

Page 9: Lapkas Bedah FRAKTUR

a. Lepuh, kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superficial karena

edema. Terapinya adalah dngan menutup kasa steril kering dan melakukan

pemasangan elastik.

b. Dekubitus, terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh

karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang

menonjol.

3. Pada otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut

terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut

yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit

dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau thrombus.2

4. Pada pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.

Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami

retraksi dan perdarahan berhenti spontan. Pada jaringan distal dari lesi akan

mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu

melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah

sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut

terlepas dan terjadi thrombus pada kompresi arteri yang lama seperti

pemasangan tourniquet dapat terjadi syndrome crush. Pembuluh vena yang

putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.2

5. Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis

(kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi

nervus.2

b. Komplikasi Lanjut

Pada tulang dapat berupa mal union, delayed union atau non union. Pada

pemeriksaan terlihat deormitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjang.

1. Delayed Union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada

pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung

fraktur, terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan osteotomi. Lebih

20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)

2. Non union

9

Page 10: Lapkas Bedah FRAKTUR

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe I

(hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan

diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrous yang masih mempunyai

potensi untuk unionj dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting. Tipe

II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoarthrosis) terdapat

jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga synovial yang berisi

cairan, rosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan imbobilisasi lama.

3. Mall Union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbulkan deformitas.

Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi.

4. Osteomielitis

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi

pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non

union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami

osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan

atropi otot.

5. Kekakuan sendi

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi

lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,

perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek

waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi.

Pembebasan perlengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita

dengan kekakuan sendi menetap.1,2

2.7 FAKTOR PENYEMBUHAN TULANG

Faktor-faktor yang menentukan lama penyembuhan fraktur adalah sebagai berikut :

a. Usia Penderita. Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat daripada

orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis pada

periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif.

Apabila usia bertambah proses tersebut semakin berkurang.

b. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur. Lokalisasi fraktur memegang peranan penting.

Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat daripada fraktur diafisis. Disamping itu,

konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat penyembuhannya

dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.

10

Page 11: Lapkas Bedah FRAKTUR

c. Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur iyang periosteumnya tidak bergeser,

penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.

d. Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunyai

vaskularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi

fraktur memiliki vaskularisasi yang jelek sehingga mengalami kematian,

pembentukan union akan terhambat atau mungkin terjadi nonunion.

e. Reduksi serta imobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk

vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna

akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang mengganggu

penyembuhan fraktur.

f. Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan

sebelum terjadi union, kemungkinan terjadinya non union sangat besar.

g. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi jaringan, baik berupa periosteum

maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya akan menghambat vaskularisasi kedua

ujung fraktur.

h. Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.

i. Cairan synovial. Cairan synovial yang terdapat pada persendian merupakan

hambatan dalam penyembuhan fraktur.

j. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak. Gerakan aktif dan pasif pada anggota

gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang

dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu

vaskularisasi.2

Penyembuhan fraktur berkisar antara tiga minggu sampai empat bulan. Secara

kasar, waktu penyembuhan pada anak ½ waktu penyembuhan orang dewasa. Factor

lain yang mempercepat adalah penyembuhan fraktur adalah nutrisi yang baik,

hormone-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, dan steroid anabolic,

seperti kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)

11

Page 12: Lapkas Bedah FRAKTUR

2.8 DIAGNOSIS

2.8.1 Anamnesis

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan

terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi

pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk

meneliti kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada,

dan perut.1,2

2.8.2 Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel, fraktur

pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami

infeksi.1,2

2.8.3 pemeriksaan fisik

pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk fraktur adalah :

1. Look (Inspeksi ) ; bengkak, deformitas, kelainan bentuk.

2. Feel (Palpasi) ; nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur

3. Movement (gerakan) ; gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.

2.8.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah ”pencitraan”

menggunakan sinar rontgen (X-ray) untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan

dan kedudukan tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu antero

posterior (AP) atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan

(khusus) atau indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya

superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis dan

kedudukan fraktur dan karenannya perlu tampak seluruh bagian tulang (kedua ujung

persendian).

2.9 PRINSIP DAN METODE PENGOBATAN FRAKTUR

1. Prinsip penanganan fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi

serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.5 reduksi fraktur berarti mengembalikan

12

Page 13: Lapkas Bedah FRAKTUR

fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai

reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode

yang dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.

Ada kebanyakan kasus, reproduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi

dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek

reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah,

fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, paku

atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam

posisinya sampai penyembuhan tulang solid terjadi.

Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan

mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan eksterna.

Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan

teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan dengan

mempertahankan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovascular, latihan

isometric, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian

fungi dan harga diri.

2. Prinsip – prinsip pengobatan fraktur

a. Penatalaksanaan awal

Sebelum dilakukan pengobatan defenitif pada satu fraktur maka diperlukan :

a. Pertolongan pertama

Pada penderita fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan

napas, menutup luka dengan verban bersih dan imobilisasi fraktur pada

anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi

nyeri sebelum diangkut dengan ambulans.

b. Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah

luka itu tembus tulang, adakah trauma pmbuluh darah/saraf ataukah trauma

alat-alat dalam yang lain.

c. Resusitasi

Kebanyakan penderita fraktur multipel tiba dirumah sakit dengan syok,

sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya

13

Page 14: Lapkas Bedah FRAKTUR

sendiri berupa pemberian transfuse darah dan cairan lainnya serta obat-obat

anti nyeri.

b. Prinsip umum pengobatan fraktur :

Ada enam prinsip pengobatan fraktur :

a. Jangan membuat keadaan lebih jelek

Beberapa komplikasi fraktur terjadi akibat trauma yang antara lain disebabkan

karena pengobatan yang diberikan disebut sebagai iatrogenic. Hal ini perlu

diperhatikan oleh karena banyak kasus terjadi akibat penanganan dokter yang

menimbulkan komplikasi atau memperburuk keadaan fraktur yang ada

sehingga merupakan kasus malpraktek yang dapat menjadi kasus

dipengadilan. Beberapa komplikasi yang bersifat iatrogenic, dapat dihindarkan

apabila kita dapat mencegahnya dengan melakukan tindakan yang memadai

seperti mencegah kerusakan jaringan lunak pada saat transportasi penderita,

serta luka terbuka dengan perawatan yang tepat.

b. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat.

Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur, kita dapat menentukan

prognosis trauma yang dialami sehingga dapat dipilih metode pengobatan

yang tepat. Factor-faktor yang penting dalam penyembuhan fraktur yaitu umur

penderita, lokalisasi dan konfigurasi, pergeseran awal serta vaskularisasi dari

fragmen fraktur. Perlu ditetapkan apakah fraktur ini memerlukan reduksi dan

apabila perlu apakah bersifat tertutup atau terbuka.

c. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus.

1. Menghilangkan nyeri

Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk periosteum dan

endosteum. Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai

spasme otot serta pembengkakan yang progresif dalam ruang yang

tertutup. Nyeri dapat diatasi dengan imobilisasi fraktur dan pemberian

analgetik.

2. Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan pergeseran

yang sedikit saja sehingga tidak diperlukan reduksi. Reduksi tidak perlu

akurat secara radiologi oleh karena kita mengobati penderita dan tidak

mengobati gambaran radiologi.

3. Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

14

Page 15: Lapkas Bedah FRAKTUR

Umumnya fraktur yang telah ditangani, dalam waktu singkat dapat terjadi

proses penyembuhan. Pada fraktur tertentu, bila terjadi kerusakan yang

hebat pada periosteum/jaringan lunak sekitarnya, kemungkinan diperlukan

usaha agar terjadi union misalnya dengan bone graft.

4. Mengembalikan fungsi secara optimal

Penyembuhan fraktur dengan imobilisasi harus dipikirkan pencegahan

atrofi pada anggota gerak, sehingga perlu diberikan latihan yang bersifat

aktif dinamik (isotonik). Dengan latihan dapat pula dipertahankan

kekuatan otot serta sirkulasi darah.

5. Bersifat realistic dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang

realistik dan praktis.

6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual.

Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai, yaitu

dengan mempertimbangkan factor umur, jenis fraktur, komplikasi yang

terjadi dan perlu pula dipertimbangkan keadaan sosial ekonomi penderita

secara individual.

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive,

prinsip pengobatan ada empat (4R), yaitu :

1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur

dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal

pengobatan perlu diperhatikan:

a. Lokalisasi fraktur

b. Bentuk fraktur

c. Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan.

d. Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengobatan.

2. Reduction ; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang

dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis

dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah

komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoarthritis

dikemudian hari.

15

Page 16: Lapkas Bedah FRAKTUR

a. Alignment yang sempurna.

b. Posisi yang sempurna.

Fraktur seperti fraktur klavikula, iga dan fraktur impaksi dari

humerus tidak memerlukan reduksi angulasi <5° pada tulang

panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi

sampai 10° pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak

sekurang-kurangnya 50%, dan over riding tidak melebihi 0,5 inchi

pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun

lokalisasi fraktur.

3. Retention ; imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation ; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal

mungkin.

c. Metode-metode pengobatan fraktur

1. Fraktur tertutup

Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam :

a. Konservatif

1. Proteksi semata-mata, proteksi fraktur terutama untuk mencegah

trauma lebih lanjut misalnya dengan cara memberikan sling pada

anggota gerak atas dan tongkat pada anggota gerak bawah.

2. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi), imobilisasi pada

fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit imobilisasi,

biasanya mempergunakan plester of paris(gips) atau dengan

bermacam-macam bidai dari plastic atau metal.

3. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi posisinya dalam

proses penyembuhan.

4. Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi.

Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi berlanjut

dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi

tulang.

5. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, dengan

mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai brown

bohler, bidai Thomas dengan pearson knee flexion attachment.

Ada empat metode traksi kontinu yang digunakan :

a. traksi kulit

b. traksi menetap

16

Page 17: Lapkas Bedah FRAKTUR

c. traksi tulang

d. traksi berimbang dan traksi sliding

Gambar 2.3 Jenis-Jenis Traksi

b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi kutaneus.

c. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang.

Tindakan operasi harus diputuskan dengan cermat dan dilakukan oleh ahli

bedah serta asistennya yang berpengalaman dalam ruangan aseptic.

Operasi harus dilakukan secepatnya (dalam 1 minggu) kecuali ada

halangan. Alat-alat yang dipergunakan dalam operasi yaitu kawat bedah,

kawat Kirschner, Screw dan plate, pin Trephine, Plate and screw smith

Peterson, pin palte telekospik, pin jewett dan protesis.

17

Page 18: Lapkas Bedah FRAKTUR

Gambar 2.4 Beberapa macam penggunaan implant pada tindakan operasi

Selain alat-alat metal, tulang mati ataupun hidup dapat pula digunakan

bone graft baik autograft/allograft, untuk mengisi defek tulang atau pada

fraktur yang nonunion. Operasi dilakukan dengan cara membuka daerah

fraktur dan fragment direduksi secara akurat dengan penglihatan langsung.

a. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna

Indikasi :

- Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus,

kondilus, olekranon, patella.

- Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya

fraktur radius dan ulna disertai malposisi yang hebat

atau fraktur yang tidak stabil.

- Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua

fragmen.

- Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur

leher femur

- Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi

secara baik dengan reduksi tertutup misalnya fraktur

monteggia dan fraktur Bennett.

- Fraktur terbuka.

- Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna

sedangkan diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya

fraktur pada orang tua.

- Eksisi fragmen yang kecil.

- Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami

nekrosis avaskuler misalnya fraktur leher femur pada

orang tua.

- Fraktur evulsi misalnya pada kondilus humeri.

- Fraktur epifisis tertentu pada grade III dan IV pada

anak-anak.

- Fraktur multipel

- Untuk mempermudah perawatan penderita misalnya

fraktur vertebra tulang belakang yang disertai

paraplegia.

18

Page 19: Lapkas Bedah FRAKTUR

b.reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna

Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksterna dengan mempergunakan

kanselosa screw dengan metilmetakrilat atau fiksasi eksterna dengan

jenis-jenis lain.

Indikasi :

- Fraktur terbuka grade II dan grade III

- Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang

yang hebat.

- Fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis.

- Fraktur yang miskin jaringan ikat.

- Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita

diabetes mellitus.

Komplikasi reduksi terbuka :

1. Infeksi

2. Kerusakan pembuluh darah dan saraf

3. Kekakuan sendi bagian proksimal dan distal

4. Kerusakan periosteum yang hebat sehingga terjadi

delayed union atau nonunion.

d. Eksisi fragmen tulang dan penggantian proses.

Pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi

nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan

pemasangan protesis yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk

menggantikan bagian yang nekrosis.

2. Fraktur terbuka

Pada luka derajat I biasanya tidak mengalami kerusakan kulit, sehingga penutupan kulit

dapat ditutup secara primer. Namun pada derajat II, luka lebih besar dan bila

dipaksakan menutup luka secara primer akan terjadi tegangan kulit. Hal ini akan

mengganggu sirkulasi bagian distal. Sebaiknya luka dibiarkan terbuka dan luka ditutup

setelah 5-6 hari. Salah satu tindakan untuk fraktur terbuka yaitu dilakukan debridemen.

Debridement bertujuan untuk membuat keadaan luka yang kotor menjadi bersih,

sehingga secara teoritis fraktur tersebut dapat dianggap fraktur tertutup, namun secara

19

Page 20: Lapkas Bedah FRAKTUR

praktis, hal tersebut tidak pernah tercapai. Tindakan debridement dilakukan dalam

anastesi umum dan harus disertai dengan pencucian luka dengan ir yang steril/NaCl

yang mengalir. Pencucian ini memegang peranan penting untuk membersihkan kotoran-

kotoran yang menempel pada tulang.

Untuk menentukan batasan jaringan yang vital dan nekrotik. Didaerah luka dicukur

rambutnya, dicuci dengan detergen yang lunak (physohek), sabun biasa dengan lamanya

10 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Dengan siraman air mengalir diharapkan

kotoran-kotoran dapat terangkat mengikuti aliran air.

Tindakan pembedahan berupa eksisi pinggir luka, kulit subkutis, fasia, dan pada otot-

otot nekrosis yang kotor. Fragmen tulang yang kecil dan tidak mempengaruhi stabilitas

tulang dibuang. Fragmen yang cukup besar tetap dipertahankan.

2.10 Prognosis

Penderita fraktur femur setelah oeprasi pemasangan fiksasi internal dengan plate and screw bila

tanpa komplikasi dan mendapat pelayanan fisioterapi yang cepat, tepat dan adekuat diharapkan

kapasitas fisik dan kemampuan fungsionalnya, baik quo ad vitam, quo ad sanam, quo ad

fungsionam, ataupun quo ad cosmeticam baik.

20

Page 21: Lapkas Bedah FRAKTUR

Bab III

Laporan Kasus

A. IDENTITAS

Nama : Tn.A.M

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Buan Dusun III

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Petani

No. CM : 34. 95.93

MRS : 27 Desember 2012

B. PRIMER SURVEI

A    : Clear

B    : 22 x /menit + O2 4-6 L/m

C    : 86 x/menit, reguler, isi cukup, akral hangat

D    : Alert

E    :     Didapatkan deformitas pada tungkai kanan atas

C. SEKUNDER SURVEI

ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang

Luka dan nyeri pada tungkai kanan atas akibat kecelakaan lalu lintas dialami penderita sejak ± 2

jam SMRS. Awalnya penderita sedang mengendarai motor, tiba-tiba dari arah berlawananan ada

mobil yang mengambil jalan penderita sehingga terjadi tabrakan. Penderita kehilangan

keseimbangan dan jatuh dengan tubuh bagian kanan terlebih dahulu. Penderita tidak

menggunakan helm ketika kejadian. Kejadian selanjutnya tidak diketahui. Riwayat pingsan

diketahui, mual tidak ada, muntah satu kali berisi makanan dan cairan. riwayat meminum

21

Page 22: Lapkas Bedah FRAKTUR

alkohol disangkal. riwayat menggunakan obat-obatan disangkal. Penderita di bawa ke RSUP

datukbinangkang kotamobagu dan dirujuk ke RSUP Prof. Kandou.

A : tidak ada riwayat alergi

M : IVFD RL

P : tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

L : 2 jam SMRS

E : jalan berbatu dan berpasir.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma tidak ada

Riwayat operasi tidak ada

Riwayat alergi tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah petani. Biaya pengobatan ditanggung oleh JAMKESMAS.

Kesan : sosial ekonomi cukup          

                

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum           : Pasien tampak lemah

Kesadaran                    : Compos mentis

Tanda Vital                  : T: 130/80  mmHg            

N: 86 x/menit

RR: 22x/menit

Suhu: 36,5oC (Axilla)

Status Generalis :

Kepala : Tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax : Tidak ada kelainan

Abdomen : Tidak ada kelainan

Ekstrimitas superior inferior

Oedema -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

22

Page 23: Lapkas Bedah FRAKTUR

Gerak +/+ Sulit dinilai/+

Kekuatan 5/5 Sulit dinilai/5

Tonus N/N N/N

Status Lokalis

Regio FemorisDextra

Look : Luka terbuka ukuran 8 cm, bone expose, perdarahan aktif (-), pemendekan (+),

bengkak (+), deformitas (+) .

Feel : nyeri spontan (+), nyeri tekan setempat (+), nyeri sirkuler (+), nyeri pada

penarikan sumbu tulang (+), akral teraba hangat.

Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM (Range of movement)

sulit dinilai

Status distalis :

- Pulsasi arteri dorsalis pedis kiri=kanan

- Cappilary refill time < 2’

- Sensibilitas kiri=kanan

Gambar 3.1 Pemeriksaan Rontgen Regio Femur Dextra AP Lateral (Tgl 25 -12-2012)

23

Page 24: Lapkas Bedah FRAKTUR

Kesan :Fraktur os femur dekstra 1/3 distal (bone lose)

ResumePasien laki-laki umur 28 tahun MRS dengan keluhan utama nyeri di tungkai kanan atas akibat KLL ± 2 jam SMRS. Awalnya penderita sedang mengendarai sepeda motor, tiba-tiba dari arah berlawanan ada mobil yang menabrak penderita. Penderita kehilangan keseimbangan dan jatuh dengan bagian tubuh sebelah kanan terlebih dahulu ke aspal. Pasien sempat pingsan (+), muntah (+). Status lokalis regio femoris dextra luka terbuka ukuran 8 cm , bone expose, bengkak, pemendekan (+), deformitas (+) ,nyeri spontan (+), nyeri tekan (+), nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM terbatas karena nyeri. Dari hasil foto rontgen region femur dekstra AP lateral kesan : fraktur os femur dekstra 1/3 distal + bone lost.

D. DIAGNOSIS

Fraktur femur dekstra terbuka grade IIIa + bone lost

E. SIKAP

- O2 4-6 L/menit

- IVFD RL 20 gtt/menit

- Ceftriaxone vial 2 x 1 iv

- Ranitidine amp 2 x 1 iv

- Ketorolac 3 x 1 iv

- ATS profilaksis

- X-photo pelvis AP/Lateral

- X-photo Femur AP/Lateral

- X- photo cervical AP/ Lateral

- X-Photo Thorax AP/ Lateral

- Periksa laboratorium darah lengkap

- Imobilisasi dengan spalk

- Pro debridemen + GA

24

Page 25: Lapkas Bedah FRAKTUR

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tanggal 25 Desember 2012

Darah rutin Hasil Satuan Nilai normal

Leukosit

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

Trombosit

9.100

4,36

12,7

35,2

196

/mm3

106/ uL

g/ dL

%

103/ ul

4.000-12.000

4.25-5.40

12.8 – 16.8

35 – 47

150 – 450

G. LAPORAN OPERASI DEBRIDEMEN

Laporan :

1. Penderita tidur terlentang dengan GA

2. Dilakukan antiseptik lapangan operasi

3. Aff Hecting situasi, lalu dilakukan debridement dengan menggunakan NaCl 0,9 %

+ H2O2 + betadine ±3 liter. Pada regio femur dekstra 1/3 distal terdapat luka robek

ukuran 8x1 cm, bone expose (+), tepi tidak rata, perdarahan aktif (-) dengan

kontaminasi ringan.

4. Dilakukan pencucuian ulang dengan NaCl 0,9 %

5. Luka operasi dijahit lalu ditutup dengan gaas sterile

6. Operasi selesai

Instruksi Post OP :

1. Infus RL : D5% = 2:1 = 14 tetes

2. Ceftriaksone vial 2 x 1 iv.

3. Metronidazole inj 3 x 500 iv

4. Ketorolac amp 3x1 iv

5. Ranitidn amp 2 x 1 iv

25

Page 26: Lapkas Bedah FRAKTUR

H. FOLLOW UP

27/12/12 S : nyeri pada luka OP (+)

O : T: 110/70 mmHg N: 86x/m R : 22x/m S: 36,8⁰C

Extremitas inferior : Regio femur Dextra

Look : Luka terawat Pus (-) perdarahan aktif (-)

Feel : NT (+)

Move : terpasang back slab

Status distalis : A. Dorsalis pedis dbn kiri=kanan, CRT <2 “, sensorik

motorik dbn

A : Post debridement ec Fr. Femur 1/3 Distal dextra terbuka grade IIIa + bone

lost

P : IVFD RL : 20 tts/menit

Ceftriaxone 2x1 gr iv

Metronidazole inj 3 x 500 iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

Diet bebas

Rawat luka

Pro ORIF

28/12/12 S : nyeri pada luka OP (+) berkurang

O : T: 120/80 mmHg N: 80x/m R : 22x/m S: 36,7⁰C

Extremitas inferior : Regio femur Dextra

Look : Luka terawat Pus (-) perdarahan aktif (-)

Feel : NT (+)

Move : terpasang back slab

Status distalis : A. Dorsalis pedis dbn kiri=kanan, CRT <2 “, sensorik motorik

dbn

A : Post debridement ec Fr. Femur 1/3 Distal dextra terbuka grade IIIa + bone

lost

P : terapi dilanjutkan

Rawat luka

Pro ORIF

26

Page 27: Lapkas Bedah FRAKTUR

29/12/12 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 110/70 mmHg N: 84x/m R : 24x/m S: 36,5⁰C

Extremitas inferior : Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat

Pus (-) perdarahan aktif (-)

A : Post debridement ec Fr. Femur 1/3 Distal dextra terbuka grade IIIa + bone

lost

P : IVFD RL : 20 tts/menit

Ceftriaxone 2x1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

Rawat luka

Cek DL, Na, K,Cl, Ur, Cr,SGOT,SGPT, CT, BT

EKG

Pro ORIF

30/12/12 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/70 mmHg N: 84x/m R : 22x/m S: 36,3⁰C

Extremitas inferior : Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat

Pus (-) perdarahan aktif (-)

A : Post debridement ec Fr. Femur 1/3 Distal dextra terbuka grade IIIa + bone

lost

P : IVFD RL : 20 tts/menit

Ceftriaxone 2x1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

Rawat luka

Pro ORIF

31/12/12 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 110/70 mmHg N: 88x/m R : 24x/m S: 36,5⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat Pus (-)

perdarahan aktif (-)

- Regio Cruris Dextra, luka kemerahan uk. 7x 5 cm, LLB 1 %

27

Page 28: Lapkas Bedah FRAKTUR

A : Fraktur femur 1/3 distal dextra terbuka post debridement dengan GA +

bone lost + luka bakar R. cruris dextra ec panus dengan LLB 1 %

P : IVFD RL

Ceftriaksone inj 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Rawat Luka

Pro ORIF

1/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/70 mmHg N: 84x/m R : 22x/m S: 36,6⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat Pus (-)

perdarahan aktif (-)

- Regio Cruris Dextra, luka kemerahan uk. 7x 5 cm, LLB 1 %

A : Fraktur femur 1/3 distal dextra terbuka post debridement dengan GA +

bone lost + luka bakar R. cruris dextra ec panus dengan LLB 1 %

P : Terapi diteruskan

Rawat Luka

Pro ORIF

2/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/70 mmHg N: 84x/m R : 22x/m S: 36,6⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat Pus (-)

perdarahan aktif (-)

- Regio Cruris Dextra, luka kemerahan uk. 7x 5 cm, LLB 1 %

A : Fraktur femur 1/3 distal dextra terbuka post debridement dengan GA +

bone lost + luka bakar R. cruris dextra ec panus dengan LLB 1 %

P : Terapi diteruskan

Rawat Luka

Pro ORIF

28

Page 29: Lapkas Bedah FRAKTUR

3/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/70 mmHg N: 84x/m R : 22x/m S: 36,6⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat Pus (-)

perdarahan aktif (-)

- Regio Cruris Dextra, luka kemerahan uk. 7x 5 cm, LLB 1 %

A : Fraktur femur 1/3 distal dextra terbuka post debridement dengan GA +

bone lost + luka bakar R. cruris dextra ec panus dengan LLB 1 %

P : Terapi diteruskan

Rawat Luka

Pro ORIF

4/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/70 mmHg N: 84x/m R : 22x/m S: 36,6⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, terpasang skin traksi Luka terawat Pus (-)

perdarahan aktif (-)

- Regio Cruris Dextra, luka kemerahan uk. 7x 5 cm, LLB 1 %

A : Fraktur femur 1/3 distal dextra terbuka post debridement dengan GA +

bone lost + luka bakar R. cruris dextra ec panus dengan LLB 1 %

P : Terapi diteruskan

Rawat Luka

5/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/70 mmHg N: 84x/m R : 22x/m S: 36,6⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, luka terawatt, perdarahan aktif (-), drain ± 200cc/12

jam

- Regio Cruris Dextra, luka terawat

A : Post ORIF + reposisi intraartikular + bone graft ec fraktur femur 1/3 distal

dextra terbuka grade IIIa + bone lost

P : IVFD RL 20 gtt

Ceftriaksone 2 x 1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv - foto kontrol

29

Page 30: Lapkas Bedah FRAKTUR

6/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/80 mmHg N: 88x/m R : 24x/m S: 36,7⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, luka terawatt, perdarahan aktif (-), drain minimal

- Regio Cruris Dextra, luka terawatt, pus (-)

A : Post ORIF + reposisi intraartikular + bone graft ec fraktur femur 1/3 distal

dextra terbuka grade IIIa + bone lost

P : IVFD RL 20 gtt

Ceftriaksone 2 x 1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

7/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 110/80 mmHg N: 84x/m R : 24x/m S: 36,7⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, luka terawatt, perdarahan aktif (-), drain minimal

- Regio Cruris Dextra, luka terawatt, pus (-)

A : Post ORIF + reposisi intraartikular + bone graft ec fraktur femur 1/3 distal

dextra terbuka grade IIIa + bone lost

P : IVFD RL 20 gtt

Ceftriaksone 2 x 1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

8/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/80 mmHg N: 88x/m R : 24x/m S: 36,7⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, luka terawatt, perdarahan aktif (-), drain minimal

- Regio Cruris Dextra, luka terawatt, pus (-)

A : Post ORIF + reposisi intraartikular + bone graft ec fraktur femur 1/3 distal

dextra terbuka grade IIIa + bone lost

P : IVFD RL 20 gtt

Ceftriaksone 2 x 1 gr iv

30

Page 31: Lapkas Bedah FRAKTUR

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

9/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 110/70 mmHg N: 76x/m R : 24x/m S: 36,0⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, luka terawat, perdarahan aktif (-).

- Regio Cruris Dextra, luka terawat, pus (-)

A : Post ORIF + reposisi intraartikular + bone graft ec fraktur femur 1/3 distal

dextra terbuka grade IIIa + bone lost

P : IVFD RL 20 gtt

Ceftriaksone 2 x 1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

10/1/13 S : nyeri (+) berkurang

O : T: 120/80 mmHg N: 84x/m R : 24x/m S: 36,5⁰C

Extremitas inferior :

- Regio femur Dextra, luka terawatt, perdarahan aktif (-).

- Regio Cruris Dextra, luka terawatt, pus (-)

A : Post ORIF + reposisi intraartikular + bone graft ec fraktur femur 1/3 distal

dextra terbuka grade IIIa + bone lost

P : IVFD RL 20 gtt

Ceftriaksone 2 x 1 gr iv

Ranitidin amp 2 x 1 iv

Ketorolac amp 3 x 1 iv

31

Page 32: Lapkas Bedah FRAKTUR

I. LAPORAN OPERASI ORIF + REPOSISI INTRAARTIKULER + BONE GRAFT

Laporan :

1. Penderita tidur terlentang dengan GA

2. Dilakukan antiseptik lapangan operasi

3. Tempat luka dijahit regio condilus lateral femur dextra, jahitan dibuka diperluas

kearah cruris lateral

4. Tempat fragmen tulang condilus intraartikuler dari bagian proximal.

5. Fragmen tulang difiksasi dengan wearing + bone graft

6. Fragmen bagian distal dipegang dengan bone tang

7. Dilakukan bone graft dari os fibula

8. Dilakukan fiksasi dengan plat butterfly 12 hole dan dipasang drain

9. Kontrol perdarahan

10. Luka dicuci sampai bersih dengan Nacl 0,9 %

11. Luka dijahit lapis demi lapis

12. Operasi selesai.

Instruksi Post OP :

1. Infus RL 28 gtt

2. Ceftriaksone vial 2 x 1 iv.

3. Ketorolac amp 3x1 iv

4. Ranitidn amp 2 x 1 iv

5. Pemeriksaan DL post OP

6. Observasi vital sign

Gambar 3.2 foto rontgen pemasangan ORIF + bone graft

32

Page 33: Lapkas Bedah FRAKTUR

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pasien ini didapatkan data Tn.A.S 28 tahun mengalami nyeri di bagian paha kanan

setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat itu penderita sedang mengendarai sepeda motor,

tiba-tiba sebuah mobil dari arah berlawanan menabrak motor  penderita dan bagian tubuh

sebelah kanan jatuh terlebih dahulu ke aspal.

Dari anamnesis didapatkan pasien sempat pingsan (+), sakit kepala (-), muntah (+) namun

penderita langsung dibawa ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan penanganan dan di

rujuk di RS Prof Kandou Manado. Pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah kanan dan tidak

dapat digerakkan. Hal ini dikarenakan daerah tersebut terdapat kerusakan jaringan karena terjadi

diskontinuitas pada tulang sehingga menimbulkan nyeri.

Dari pemeriksaan fisik pada regio femur dekstra didapatkan luka terbuka ukuran 8x1 cm,

bone expose (+), pemendekan (+), bengkak (+), deformitas (+) angulasi ke lateral, nyeri tekan

(+), pulsasi distal (+), sensibilitas (+), nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), nyeri pada

anggota gerak badan ketika di tarik (+) Dari pemeriksaan ini sudah dapat disimpulkan adanya

fraktur.karena berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk fraktur meliputi Look

(Inspeksi ) ; bengkak, deformitas, kelainan bentuk. Feel (Palpasi) ; nyeri tekan, lokal pada

tempat fraktur dan Movement (gerakan); gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.2

Namun untuk memastikan frakturnya maka dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

foto rontgen.2 Dari pemeriksaan foto rontgen didapatkan fraktur os femur dekstra 1/3 distal +

bone lost. Pada fraktur femur 1/3 distal sering dtemukan displacemen cum contractione karena

tarikan otot paha yang insersinya di tibia disertai displacemen ad aksim karena tarikan otot

gastroknemius yang kuat memfleksikan pecahan femur distal. Hal ini perlu diperhatikan apabila

dalam penangananya nanti dipertimbangkan untuk traksi skeletal.

Pada pasien ini dilakukan debridement dengan general anastesi karena Salah satu

tindakan untuk fraktur terbuka yaitu dilakukan debridemen. Debridement bertujuan untuk

membuat keadaan luka yang kotor menjadi bersih, sehingga secara teoritis fraktur tersebut dapat

dianggap fraktur tertutup, namun secara praktis, hal tersebut tidak pernah tercapai. Tindakan

debridement dilakukan dalam anastesi umum dan harus disertai dengan pencucian luka dengan

air yang steril/NaCl yang mengalir. Pencucian ini memegang peranan penting untuk

membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada tulang. Dan kemudian direncanakan untuk

dilakukan ORIF (open Reduction Internal Fiksation ) dengan Tujuan Rehabilitasi untuk

mengembalikan fungsi tulang semaksimal mungkin. Karena berdasarkan salah satu indikasi

penggunaan reduksi terbuka fiksasi interna adalah fraktur terbuka.2 selain itu bone graft juga

33

Page 34: Lapkas Bedah FRAKTUR

turut direncanakan untuk pasien ini karena tulang mati ataupun hidup dapat pula digunakan bone

graft baik autograft/allograft, untuk mengisi defek tulang atau pada fraktur yang nonunion.2

Gambar 4.1 Pemasangan Bone graft

Gambar 4.2 Pemasangan ORIF (Open Reduction Internal Fiksasi)

34

Page 35: Lapkas Bedah FRAKTUR

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. Wim De Jong. 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah : patah tulang dan

dislokasi. Jakarta : EGC. hlm 840-874.

2. Jergesen F. H., Ortopedi. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery), Editor :

Theodore R.

3. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi II, IwanEkayuda (editor).

Jakarta

4. Rasjad C., Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung

Pandang, 1992

5. Apley, DalamBuku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, Edisi 7, Editor : Edi Nugroho 1999.

35