30
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu. Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat. 1 Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan retensio plasenta. 1,2

Lapkas Retensi Plasenta-final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengetahuan awal ttg retensi plasenta

Citation preview

Page 1: Lapkas Retensi Plasenta-final

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi

dalam persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu

untuk mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah

salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu. Tingginya Angka

Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan.

Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia.

Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya

kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena

tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus ibu karena perlekatan yang

begitu erat.1

Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih

melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot

uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan

perdarahan.ini lah yang disebut dengan retensio plasenta.1,2

Page 2: Lapkas Retensi Plasenta-final

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15

sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-

pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu

dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka

plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili

koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal

dari desidua basalis.3

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries

yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan

70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai

chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi

semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-

vena di desidua.3,4

Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin,

mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2,

membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.3

Page 3: Lapkas Retensi Plasenta-final

Gambar 2.1. Plasenta

2.2 Pengertian

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama

setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio

plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat

menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi

plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio

karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka

uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan

perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus

berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.4

Page 4: Lapkas Retensi Plasenta-final

Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir.

Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian,

secara patologis melekat (plasenta akreta, inkreta, percreta).4

Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan

hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang

berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa

ahli klinik menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan akan menunggu satu

setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk tertahan.5

2.3 Etiologi

Etiologi dasar meliputi :4

a. Faktor maternal

1) Gravida berusia lanjut

2) Multiparitas

b. Faktor uterus

1) Bekas sectio caesaria

2) Bekas pembedahan uterus

3) Anorrali dan uterus

4) Tidak efektif kontraksi uterus

5) Pembentukan kontraksi ringan

6) Bekas curetage uterus, yang terutama dilakukan setelah abortus

7) Bekas pengeluaran plasenta secara manual

8) Bekas endometritis

c. Faktor plasenta

1) Plasenta previa

2) Implantasi corneal

3) Plasenta akreta

4) Kelainan bentuk plasenta

Page 5: Lapkas Retensi Plasenta-final

2.4 Jenis retensio plasenta

Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.1,3,4

Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot

korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium. Plasenta perkreta adalah

implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai

lapisan serosa dinding uterus .

Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,

disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.1,4

Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena :

plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau

plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum

lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi

perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta

belum lepas dari dinding uterus karena:

o Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesiva);

o Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis

menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah

peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

o Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum

keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau

karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran

konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya

plasenta (inkarserasio plasenta).

Page 6: Lapkas Retensi Plasenta-final

2.5 Patofisiologi plasenta

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi

dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan.

Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih

pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,

miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran

juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat

perlekatan plasenta.4,5

Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang

tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang

ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi

jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat

di uterus berada di antara seratserat otot miometrium yang saling bersilangan.

Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini

mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.5

Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan

pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang

mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4

fase, yaitu:

1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas

tempat

2. plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

3. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat

plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

4. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan

pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom

yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya

plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan

otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang

mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya

sobek di lapisan spongiosa.

Page 7: Lapkas Retensi Plasenta-final

5. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta

bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah

kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan

bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan

akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal

ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan

ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu

menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta

adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi

globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah

abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina,

serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah

dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding

uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim

atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini

oleh adanya tekanan interabdominal. Namun, wanita yang berbaring

dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta

secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk

menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa

dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus,

bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.

2.6 Gejala Klinis

Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit,

perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu

tali pusat putus akibat retraksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan

lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu

plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan

perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik

tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Penilaian retensio plasenta harus dilakukan

Page 8: Lapkas Retensi Plasenta-final

dengan benar karena ini menentukan sikap pada saat bidan akan mengambil

keputusan untuk melakukan manual plasenta.6

2.7 Diagnosis

Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta

informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta

riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang

dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah

bayi dilahirkan. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam

kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.6

Ada pun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain,

Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan

hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada

keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.6,7

Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time

(PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana

dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk

menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.7

2.8 Tatalaksana Retensio Plasenta

Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:8,9

a) Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter

yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida

isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan).

Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi

darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan

darah.

b) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat

atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.

c) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan

dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.

Page 9: Lapkas Retensi Plasenta-final

d) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.

Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan

kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah

persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,

perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.

e) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat

dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta.

Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.

Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding

rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.

f) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan

pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

g) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk

pencegahan infeksi sekunder.

Adapun langkah-langkah melakukan manual plasenta dijelaskan secara rinci

sebagai berikut,3

- Persetujuan Tindakan Medik

- Persiapan Sebelum Tindakan

o Pasien

Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut

bawah dan lipat paha sudah dibersihkan

dengan air dan sabun

Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi

Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan

penutup perut bawah

Larutan antiseptik (providon lodin 10%)

Oksigen dengan regulator

Medikamentosa:

Page 10: Lapkas Retensi Plasenta-final

Analgetik (Pethidin 1-2 mg/ kg BB,

ketamin Hcl 0,5 mg/ kg BB, tramadol 1-2

mg/ kg BB)

Sedativa (Diazepam 19 mg)

Atropin sulfas 0,25- 0,50 mg/ ml

Utrotonika (oksitosin, ergometrin,

prostagladin)

Set infus

o Penolong (Operator dan Asisten)

Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker

dan kacamata pelindung: 3 set

Sarung tangan DTT/ steril : sebaiknya sarung

tangan panjang

Alas kaki (sepatu/boot karet) : 3 pasang

Instrumen :

Kocher : 2, semprit 5 ml dan jarum suntik

No. 23 G

Mangkok logam (wadah plasenta) : 1

Kateter karet dan penampang air kemih :

1

Benang kromik 2/0 : 1 rol

Set partus: 1 set

- Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

- Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri

o Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan

analgetik melalui karet infus

o Lakukan kateterisasi kandung kemih (lihat prosedur

kateterisasi kandung kemih)

Page 11: Lapkas Retensi Plasenta-final

Pastikan kateter masuk ke dalam kandung

kemih dengan benar

Cabut kateter setelah kandung kemih

dikosongkan

o Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan

tali pusat sejajar lantai

o Secara obstetrik memasukkan satu tangan

(punggung tangan ke bawah) ke dalam vagina

dengan menelusuri tali pusat bagian bawah

o Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta

asisten untuk memegang kocher, kemudian tangan

lain penolong manahan fundus uteri.

o Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan

dalam ke kavum uteri sehingga mencapai tempat

implantasi plasenta

Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu

jari merapat ke pangkal jari telunjuk)

- Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus

o Tentukan implement asi plasenta, temukan tepi

plasenta yang paling bawah.

Bila berada dibelakang, tali pusat tetap di

sebelah atas. Bila di bagian depan, pindahkan

tangan ke bagian depan tali pusat dengan

punggung tangan menghadap ke atas.

Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan

plasenta dari tempat implementasinya dengan

jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta

dan dinding uterus, dengan punggung tangan

menghadap ke dinding dalam uterus.

Page 12: Lapkas Retensi Plasenta-final

Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal

yang sama (punggung tangan pada dinding

kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah

telapak tangan kanan

o Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan

sambil bergeser ke kranial sehingga semua

permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan

ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi

penyulit

- Mengeluarkan plasenta

o Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri,

lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak

ada bagian plasenta yang masih melekat pada

dinding uterus.

o Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk

menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan.

o Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk

menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik

plasenta ke luar (hindari percikan darah)

o Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah

disediakan

o Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan

luar) ke doroskranial setelah plasenta lahir,

perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan

yang keluar.

- Dekontaminasi Pancatindakan

- Cuci Tangan Pascatindakan

Page 13: Lapkas Retensi Plasenta-final

- Perawatan Pascatindakan

o Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan

tindakan dan intruksi apabila masih diperlukan

o Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di

dalam kolom yang tersedia

o Buat konstruksi pengobatan lanjutan dan hal –hal

penting untuk dipantau

o Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa

tindakan telah selesai tapi pasien masih memerlukan

perawatan

o Jelaskan pada petugas perawatan apa yang masih

diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu

dilaporkan.

2.9 Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :9

a. Perdarahan

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan

hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat

luka tidak menutup.

b. Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan

pertumbuhan bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan

plasenta.

c. Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi

sekunder dan nekrosis.

d. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma

Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat

berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi

karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak

Page 14: Lapkas Retensi Plasenta-final

abnormal tetapi tidak ganas.. Karena itu beberapa perubahan abnormal

merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker.7,8

2.10 Prognosis

Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan

sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat

sangat penting.8,9

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Surawati

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/ Bangsa : Batak/ Indonesia

Agama : Kristen

Page 15: Lapkas Retensi Plasenta-final

Alamat : Jl. Tanjung Sari Pasar IV, Medan

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nomor MR : 00.60.64.65

Tanggal Masuk : 25 Juni 2014

Anamnesis

Keluhan Utama : Ari-ari tidak lahir

Telaah : Hal ini dialami pasien ± 31/2 jam yang lalu sebelum masuk

RS HAM. Sebelumnya pasien melahirkan anak ke-2 di

rumah bidan dan ditolong oleh bidan. Berat badan lahir

anak 3500 gr. 1 jam setelah melahirkan, ari-ari masih tidak

lahir. Kemudian, bidan menyarankan pasien untuk dibawa

ke RS HAM. Riwayat ari-ari tidak lahir pada persalinan

sebelumnya tidak dijumpai.

RPT : (-)

RPO : tidak jelas

HPHT : ? – 9 – 2013

TTP : ? – 6 – 2014

ANC : Bidan, 3x

Riwayat Persalinan:

1. Perempuan, 3000 gr, aterm, PSP, bidan, rumah bidan, 8 bulan, meninggal.

2. Laki-laki, 3500 gr, aterm, PSP, bidan, rumah bidan, 31/2 jam yang lalu,

sehat.

Status Presens:

Sens : compos mentis Anemia : (+)

TD : 100/50 mmHg Ikterik : (-)

HR : 110 x/i Sianosis : (-)

Page 16: Lapkas Retensi Plasenta-final

RR : 20 x/i Dyspnea : (-)

T : 37,0oC Edema : (-)

Pemeriksaan Fisik:

Kepala : Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat +/+, sklera ikterik -/-

Pupil isokor, diameter pupil ± 3 mm/ 3 mm

Refleks cahaya +/+

T/H/M : Dalam batas normal

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Inspeksi : Simetris Fusiformis

Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : SP: vesikuler / vesikuler

ST: -/-

Abdomen : Inspeksi : Simetris, distensi (-)

Palpasi : Soepel, massa (-), nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Superior: fraktur -/- , edema -/-

Inferior : fraktur -/- , edema (+) pada punggung kaki kanan sampai

bagian bawah lutut kanan

Genitalia : Perempuan

Status Obstetrikus:

Abdomen : Soepel

TFU : 2 jari di bawah pusat

Perdarahan per vaginam : (+)

BAK : (+) normal

BAB : (+) normal

Inspekulo : Tampak tali pusat pada introitus vagina

Pemeriksaan Laboratorium:

Page 17: Lapkas Retensi Plasenta-final

Pemeriksaan Hasil

Hb 3,40 g/dL

Ht 11,60 %

Leukosit 34.090 / mm3

Trombosit 256.000 / mm3

PT 17,6 (13,50)

aPTT 33,8 (28,2)

TT 17,2 (18,5)

INR 1,37

Natrium 122 mEq/L

Kalium 3,6 mEq/L

Klorida 96 mEq/L

Ureum 10,0 mg/dL

Kreatinin 0,90 mg/dL

KGD ad random 108,00 mg/dL

Diagnosis:

Retensio Plasenta

Terapi:

- Pasang Double IV line IVFD NaCl 0,9 % 30 gtt/i dan IVFD RL 30 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam

- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam

Rencana:

- Manual Plasenta

Page 18: Lapkas Retensi Plasenta-final

- Perbaikan KU anemia transfusi

transfusi PRC : (10-3,4) x 50 x 4 : 1320 cc : 8 bag PRC @175 cc

Page 19: Lapkas Retensi Plasenta-final

Tanggal S O A PTerapi Anjuran

26-06-2014 Lemas (+) Kesadaran: CMTD: 120/50 mmHgHR: 76 x/iRR: 20 x/iT: 37,0o CSL: abdomen soepel, peristaltik (+) normalTFU: 3 jari bawah pusat, kontraksi kuatP/V: (-)

Post Manual Plasenta a/i Retensio Plasenta + NH1

- Cefadroxil 2 x 150 mg- Asam mefenamat 3x1- Vit. B comp 2x1- Melanjutkan transfusi PRC

27-06-3014 Lemas (-) Kesadaran: CMTD: 120/70 mmHgHR: 82 x/iRR: 20 x/iT: 36,7o CSL: abdomen soepel, peristaltik (+) normalTFU: 3 jari bawah pusat, kontraksi kuatP/V: (-)

Post Manual Plasenta a/i Retensio Plasenta + NH2

- Cefadroxil 2 x 150 mg- Asam mefenamat 3x1- Vit. B comp 2x1- Melanjutkan transfusi PRC

-Cek darah rutin post transfusi

28-06-2014 Lemas (-) Kesadaran: CMTD: 130/70 mmHgHR: 84 x/iRR: 20 x/iT: 36,9o CSL: abdomen soepel, peristaltik (+) normalTFU: 3 jari bawah pusat, kontraksi kuatP/V: (-)Hb/Ht/Leu/Tr/Eri: 10,50/ 31,70/ 12,94/ 196/ 3,55

Post Manual Plasenta a/i Retensio Plasenta + NH3

- Cefadroxil 2 x 150 mg- Asam mefenamat 3x1- Vit. B comp 2x1

- Rencana PBJ besok

29-06-2014 Lemas (-) Kesadaran: CMTD: 120/80 mmHgHR: 76 x/iRR: 20 x/iT: 37,0o CSL: abdomen soepel, peristaltik (+) normal

Post Manual Plasenta a/i Retensio Plasenta + NH4

- Cefadroxil 2 x 150 mg- Asam mefenamat 3x1- Vit. B comp 2x1- Pasien PBJ

- Kontrol ke Poli Ibu Hamil 02/07/14

Page 20: Lapkas Retensi Plasenta-final

TFU: 3 jari bawah pusat, kontraksi kuatP/V: (-)

Page 21: Lapkas Retensi Plasenta-final

BAB IV

KESIMPULAN

Retensi plasenta merupakan penyebab signifikan morbiditas dan kematian pada ibu terutama akibat perdarahan yang terkait, serta komplikasi lain yang berkaitan dengan pelepasan plasenta tersebut. Perawatan antenatal yang optimal, penolong persalinan yang terampil selama persalinan dan penyediaan layanan perawatan obstetrik darurat akan membantu dalam hal mengurangi insiden dan keparahan dari retensi plasenta.

Dari laporan kasus di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa :

Untuk asuhan antenatal belum sesuai standar, Ny. S hanya memeriksakan kehamilannya 3 kali selama masa kehamilan, di mana standar pemeriksaan kehamilan minimal 4x selama masa kehamilan yaitu, 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua dan 2x pada trimester ketiga.

Perbaikan keadaan umum Ny. S dengan pemberian resusitasi cairan, transfusi darah, analgetik, serta antibiotik telah tepat dilakukan namun tetap perlu diberikan drips oksitosin 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) untuk mempertahankan kontraksi uterus dan agen sedatif untuk persiapan manual plasenta dan setelah tindakan manual plasenta telah selesai, perlu pemberian ergometrin 0,2 mg IV untuk mencegah perdarahan post partum.

Page 22: Lapkas Retensi Plasenta-final

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Gary. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC

2. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

3. Prawirohardjo, Sarwono.2010.Pelayanan Kesehatan Maternal.Edisi 1.

Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Vol 2. Jakarta

: EGC.

6. Depkes RI, 2006, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Dasar, Depkes RI, Jakarta

7. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

8. Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

9. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono prawirohardjo. Jakarta.