30
Simon Ganesya R 17120080040 Laporan Kasus Ulkus Diabetikum 1 BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN   Nama : Suprapti  Jenis Kelamin : Perempuan  Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 08-11-1960  Umur : 53 tahun  Status : Menikah  Pekerjaan : Swasta  Agama : Islam  Alamat : Jl. Pinang Pondok Labu  Tanggal masuk RS : 03-03-2014   No MR : 32-51-69 II. KELUHAN UTAMA Luka pada telapak kaki kiri III. ANAMNESIS Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri pasien A. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke UGD RSMC dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri bagian atas disertai bengkak, nyeri, dan bernanah sejak 3 hari SMRS. Awalnya sekitar seminggu SMRS luka hanya berupa benjolan kecil transparan yang berisikan cairan bening, tetapi pasien menusukkan benjolan tersebut dengan benang jahit yang sudah dibakar terlebih dahulu. Dari luka tersebut keluar cairan berwarna kuning disertai dengan sedikit darah. Luka tersebut tidak sembuh tetapi justru membengkak dengan cepat. Luka tersebut batasnya tidak jelas bila ditekan atau di pegang terasa nyeri, kaki pasien tampak bengkak kemerahan dan terasa panas. Pasien tidak memeriksakan ke dokter. Perawatan yang dilakukan oleh pasien adalah pembersihan luka dengan menggunakan revanol dan betadin, akan tetapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal, luka semakin lama semakin bertambah lebar. Sebelumya pasien sering merasakan lemas dan kesemutan pada kedua kakinya. Pasien mengaku sehari-hari tidak menggunakkan kaos kaki. Pasien tidak mengeluhkan keluhan lainnya. Pasien tidak pernah kontrol gula darah, dan tekanan darah sebelumnya karena tidak memiliki keluhan apapun sebelumnya. Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh luka pada kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada luka dan daerah sekitarnya.

LAPKAS ULKUS DIABETIKUM GANES final.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Simon Ganesya R17120080040Laporan Kasus Ulkus DiabetikumBAB ISTATUS PASIENI. IDENTITAS PASIEN Nama: Suprapti Jenis Kelamin: Perempuan Tempat, tanggal lahir: Yogyakarta, 08-11-1960 Umur: 53 tahun Status: Menikah Pekerjaan: Swasta Agama: Islam Alamat: Jl. Pinang Pondok Labu Tanggal masuk RS: 03-03-2014 No MR: 32-51-69

II. KELUHAN UTAMALuka pada telapak kaki kiriIII. ANAMNESISAutoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri pasienA. Riwayat penyakit sekarangPasien datang ke UGD RSMC dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri bagian atas disertai bengkak, nyeri, dan bernanah sejak 3 hari SMRS. Awalnya sekitar seminggu SMRS luka hanya berupa benjolan kecil transparan yang berisikan cairan bening, tetapi pasien menusukkan benjolan tersebut dengan benang jahit yang sudah dibakar terlebih dahulu. Dari luka tersebut keluar cairan berwarna kuning disertai dengan sedikit darah. Luka tersebut tidak sembuh tetapi justru membengkak dengan cepat. Luka tersebut batasnya tidak jelas bila ditekan atau di pegang terasa nyeri, kaki pasien tampak bengkak kemerahan dan terasa panas. Pasien tidak memeriksakan ke dokter. Perawatan yang dilakukan oleh pasien adalah pembersihan luka dengan menggunakan revanol dan betadin, akan tetapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal, luka semakin lama semakin bertambah lebar. Sebelumya pasien sering merasakan lemas dan kesemutan pada kedua kakinya. Pasien mengaku sehari-hari tidak menggunakkan kaos kaki. Pasien tidak mengeluhkan keluhan lainnya. Pasien tidak pernah kontrol gula darah, dan tekanan darah sebelumnya karena tidak memiliki keluhan apapun sebelumnya.Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh luka pada kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada luka dan daerah sekitarnya. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah sering kesemutan pada kedua kakinya. Kemudian pasien disarankan oleh dokter untuk rawat inap.B. Riwayat penyakit dahulu Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat DM : disangkal Riwayat sakit jantung: disangkal Riwayat asma : disangkal Riwayat Penyakit maag : disangkal Riwayat luka sukar sembuh: disangkal Riwayat Alergi obat : disangkal Riwayat operasi : disangkal

C. Riwayat penyakit keluarga Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat DM : disangkal Riwayat sakit jantung: disangkal Riwayat penyakit serupa dengan pasien : disangkal

D. Riwayat sosial Ekonimi Keadaan sosial ekonimi pasien menengah

E. Riwayat kebiasaan Riwayat merokok: disangkal Riwayat minum alkohol : disangkal Riwayat olahraga : disangkal Riwayat makan : sehari 3 (tiga) kali, konsumsi makanan manis dan asin (+) Riwayat tidak memakai sandal : diakui Riwayat menggunting kuku : 2 minggu sekaliIV. ANAMNESIS SISTEM Keluhan utama: luka di telapak kaki kiri Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), jejas (-), leher kaku (-) Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-), pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-). Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-) Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-). Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-). Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-). Sistem respirasi: Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-) Sistem kardiovaskuler: Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-) Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), perut mules (-), diare (-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan menurun (-), BB turun (-). Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-) Sistem genitourinaria: Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna kencing kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna seperti teh (-). Ekstremitas: Atas: Luka (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-) Bawah: Luka (+) di pedis sinistra, ujung jari dingin (-), kesemutan di kaki (+), sakit sendi (-), bengkak (-) kedua kaki Sistem neuropsikiatri: Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (+), mengigau (-), emosi tidak stabil (-) Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-)

V. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: Sakit sedangKesadaran: Compos mentisTanda-tanda vital Tekanan darah: 140/80 mmHg Nadi: 100 kali per menit Pernafasan: 20 kali per menit Suhu: 37,5 0C

Pemeriksaan status gizi BB : 64 kg Tinggi Badan : 156 cm BMI : 26,29 kg/m2 OverweightPemeriksaan Umuma. Kepala : Normocephal, deformitas (-)b. Mata : Edema palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), c. Telinga : Deformitas (-/-), liang telinga lapang, tidak hiperemisd. Hidung : Sekret (-/-), deviasi septum (-)e. Mulut : Bibir kering, lidah kotor (-)f. Tenggorokan : Tidak hiperemisg. Leher : Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-) h. Thoraks : Simetris CorHasil Pemeriksaan

InspeksiIctus cordis tidak tampak

PalpasiIctus cordis pada SIC VI linea midclavicularis sin

PerkusiBatas kanan atas : SIC II, linea parasternalis dexBatas kanan bawah : SIC IV, linea parasternalis dexBatas kiri atas : SIC II, linea parasternalis sinBatas kiri bawah : SIC V, linea midclavicula sin

Auskultasi Bunyi jantung I-II intensitas regular, bising (-)

PulmoDepanBelakang

InspeksiSimetris, Ketinggalan gerak (-)Retraksi intercostae (-) Simetris, Ketinggalan gerak (-)Retraksi intercostae (-)

PalpasiGerak dada simetrisFremitus normalGerak dada simetrisFremitus normal

PerkusiSonor Sonor

AuskultasiSDV (+/+)Wh (-/-), Rh (-/-)SDV (+/+)Wh (-/-), Rh (-/-)

i. Abdomen : AbdomenHasil pemeriksaan

InspeksiPermukaan perut cembung, darm contour (-), darm steifung (-)

AuskultasiPeristaltik (+)

PalpasiSupel, nyeri tekan (-)

Perkusi Tympani

j. Ekstremitas :Supor dextraAkral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

Supor sinistraAkral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

Infor dextraAkral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

Infor sinistraAkral hangat (+), edema (+), sianosis (-), terdapat absess dengan pus.

Pemeriksaan Lokalis (03-03-2014)a. Regio: Pedis sinistra bagian dorsalb. Look: Terdapat makula eritematous, batas tidak jelas, dengan tepi luka yang tidak rata, disertai abses dengan pus pada bagian tengah luka, dan edema pada daerah sekitar lukac. Feel: Pitting edema (+), nyeri tekan (+)d. Move: Range of motion terbatas

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Pemeriksaan Darah tanggal 03 Maret 2014PemeriksaanHasilNilai Normal

Hb13,5 gr/dL13,0-16,0 gr/dL

Ht40 %40-48 %

Leukosit14800 L5,0-10,0 L

Trombosit377.000 L150-450 L

GDS425mg/dL70-120 mg/dL

B. Pemeriksaan Faal HeparPemeriksaanHasil Nilai Normal

SGOT21 U/I < 35 U/I

SGPT29 U/I< 35 U/I

C. Pemeriksaan Faal GinjalPemeriksaanHasil Nilai Normal

Creatinin1,2 mg/dl0,8-1,1 mg/dl

Ureum76 mg/dl20-50 mg/dl

D. Pemeriksaan X-ray Thorax tanggal 03 Maret 2014

Cor: Bentuk dan besar NormalPulmo: Corakan paru baik, infiltrate tak tampakSinus dan diafragma baikTulang dan soft tissue baikKesan: jantung dan paru baik

E. Pemeriksaan USG abdomen 6 Maret 2014

Hepar: tak tampak membesar, permukaan rata, tepi tajam, echoparenchim meningkat, pembuluh darah empedu intrahepatal tak melebar, tak tampak massa, asites/efusi pleuraKandung empedu: besar normal, dinding tak menebal, tidak tampak batuPankreas: besar normal, echoparenchim homogen, tak tampak lesi focal.Lien:besar normal, echoparenchim homogen, tak tampak lesi focal.Ginjal kanan dan kiri : besar kedua ginjal normal, cortex dan medulla baik, tak tampak batu/ pelebaran kedua kalises.Vesica urinaria: besar normal, dinding tak menebal, tak tampak batu.

Kesan: Fatty liver

F. Pemeriksaan X-ray Pedis tanggal 05 Maret 2014

Alignment baikTak tampak fraktur/dislokasiTrabekulasi tulang baikTampak osteophyte pedis kananSoft tissue swellingKesan : Osteoarthritis Pedis kanan

G. Pemeriksaan HbA1C tanggal 06 Maret 2014HASILNILAI RUJUKAN

12,1 *)< 6,0 %

H. Pemeriksaan ECG

Interpretation Sinus tachycardia Oterwise normal ECGVII. DIAGNOSA KERJADiabetes Melitus tipe IIUlkus diabetikum Wagner IHipertensi gr I

VIII. RESUMEPasien perempuan an. Ny. Suprapti 53 tahun datang ke UGD RSMC dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri bagian atas disertai bengkak, nyeri, dan bernanah sejak 3 hari SMRS. Awalnya sekitar seminggu SMRS luka hanya berupa benjolan kecil transparan yang berisikan cairan bening, tetapi pasien menusukkan benjolan tersebut dengan benang jahit yang sudah dibakar terlebih dahulu Luka tersebut tidak sembuh tetapi justru membengkak dengan cepat. Luka tersebut batasnya tidak jelas bila ditekan atau di pegang terasa nyeri, kaki pasien tampak bengkak kemerahan dan terasa panas. Pasien tidak memeriksakan ke dokter. Perawatan yang dilakukan oleh pasien adalah pembersihan luka dengan menggunakan revanol dan betadin, akan tetapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal, luka semakin lama semakin bertambah lebar. Sebelumya pasien sering merasakan kesemutan pada kedua kakinya. Pasien tidak mengeluhkan keluhan lainnya. Pasien tidak pernah kontrol gula darah, dan tekanan darah sebelumnya .Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis.. Dari pemeriksaan tanda vital pasien hipertensi dengan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, dan suhu 37,5 0C. Pada pemerikssan status lokalis regio pedis sinistra bagian dorsal ditemukan makula eritematous, batas tidak jelas, dengan tepi luka yang tidak rata, disertai abses dengan pus pada bagian tengah luka, dan edema pada daerah sekitar luka. Pada palpasi ditemukan nyeri tekan pada daerah luka dan sekitar luka.Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peningkatan leukosit 14800 L, peningkatan GDS sebesar 425 mg/dl, dan peningkatan HbA1C sebesar 12,1.

IX. PENATALAKSANAAN1. Medikamentosa :a. IVFD RL 14 tetes/menitb. Ceftriaxone 1x2 gr dalam NaCL 0,9 % 100 cc dripc. Metronidazol 3 x 500 mgd. Captopril 2x12,5 mge. Glimepiride 2 mg 1-0-02. Operatif : Debridement (07-03-2014)

X. PROGNOSIS Qua ad vitam : bonam Qua ad fungtionam : malamPemeriksaan Lokalis 07-03-2014 (Post Operasi) Regio: Pedis sinistra bagian dorsal Look: luka post op, sebesar + 3x7 cm tepi tidak rata, dasar jaringan otot dan tendon, terpasang drain, pus (-), perdarahan aktif (-), edema pada daerah sekitar luka. Feel: Pitting edema (+), nyeri tekan (+) Move: Range of motion terbatas

FOLLOW UP PASIENTanggalKeterangan

03-03-2014S : Luka dan bengkak pada telapak kaki kiri bagian atas Keluar Nanah Nyeri (+)O: KU : tampak sakit sedang TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/mntN : 110 x/mnt S : 36,4 CSt Generalis Kesadaran : E4M6V5 = 15 ( Composmentis )Mata : CA -/-, SI -/-, RC +/+, isokorTHT : dBnThorax : Corr : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)Pulmo: Vesikuler, Rh (-), Wh (-)Abdomen: Datar, Supel , BU (+), Nyeri tekan (-)Ekstermitas : Akral Hangat, CRT < 2 detikSt LokalisRegio: Pedis sinistra bagian dorsalLook: Terdapat makula eritematous, batas tidak jelas, dengan tepi luka yang tidak rata, disertai abses dengan pus pada bagian tengah luka, dan edema pada daerah sekitar lukaFeel: Pitting edema (+), nyeri tekan (+)Move: Range of motion terbatas

Pemeriksaan Penunjang :Hb : 13,5Ht : 40Leukosit : 14,3Trombosit : 377GDS : 302 mg/dlSGOT : 21SGPT : 29A: Ulkus diabetikum grade I, DM tipe IIP : IVFD RL 14 tpm Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr dalam Nacl 0,9% 100 cc Inj Novorapid 3 x 8 IU s.c Captopril 2 x 12,5 mg Glimepiride 2 mg 1-0-0

04-03-2014S : Luka dan bengkak pada telapak kaki kiri bagian atas Keluar Nanah Nyeri (+)O: KU : tampak sakit sedang TD : 110/60 mmHg RR : 20 x/mntN : 88 x/mnt S : 36,6 CSt Generalis Kesadaran : E4M6V5 = 15 ( Composmentis )Mata : CA -/-, SI -/-, RC +/+, isokorTHT : dBnThorax : Corr : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)Pulmo: Vesikuler, Rh (-), Wh (-)Abdomen: Datar, Supel , BU (+), Nyeri tekan (-)Ekstermitas : Akral Hangat, CRT < 2 detikSt LokalisRegio: Pedis sinistra bagian dorsalLook: Terdapat makula eritematous, batas tidak jelas, dengan tepi luka yang tidak rata, disertai abses dengan pus pada bagian tengah luka, dan edema pada daerah sekitar lukaFeel: Pitting edema (+), nyeri tekan (+)Move: Range of motion terbatas

Pemeriksaan Penunjang :GDS : 177 mg/dlA: Ulkus diabetikum grade I, DM tipe IIP : IVFD RL 14 tpm Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr dalam Nacl 0,9% 100 cc Inj Novorapid 3 x 8 IU s.c Captopril 2 x 12,5 mg Glimepiride 2 mg 1-0-0

05-03-2014S : Luka dan bengkak pada telapak kaki kiri bagian atas Keluar Nanah Nyeri (+)O: KU : tampak sakit sedang TD : 110/60 mmHg RR : 24 x/mntN : 80 x/mnt S : 36,7 CSt Generalis Kesadaran : E4M6V5 = 15 ( Composmentis )Mata : CA -/-, SI -/-, RC +/+, isokorTHT : dBnThorax : Corr : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)Pulmo: Vesikuler, Rh (-), Wh (-)Abdomen: Datar, Supel , BU (+), Nyeri tekan (-)Ekstermitas : Akral Hangat, CRT < 2 detikSt LokalisRegio: Pedis sinistra bagian dorsalLook: Terdapat makula eritematous, batas tidak jelas, dengan tepi luka yang tidak rata, disertai abses dengan pus pada bagian tengah luka, dan edema pada daerah sekitar lukaFeel: Pitting edema (+), nyeri tekan (+)Move: Range of motion terbatas

Pemeriksaan Penunjang :GDS : 224 mg/dlX-ray Pedis : kesan osteoarthritis pedis kananA: Ulkus diabetikum grade I, DM tipe IIP : IVFD RL 14 tpm Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr dalam Nacl 0,9% 100 cc Inj Novorapid 3 x 8 IU s.c 3 x 10 IU s.c Captopril 2 x 12,5 mg Glimepiride 2 mg 1-0-0

06-03-2014S : Luka dan bengkak pada telapak kaki kiri bagian atas Keluar Nanah Nyeri (+)O: KU : tampak sakit sedang TD : 130/80 mmHg RR : 18 x/mntN : 80 x/mnt S : 36,9 CSt Generalis Kesadaran : E4M6V5 = 15 ( Composmentis )Mata : CA -/-, SI -/-, RC +/+, isokorTHT : dBnThorax : Corr : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)Pulmo: Vesikuler, Rh (-), Wh (-)Abdomen: Datar, Supel , BU (+), Nyeri tekan (-)Ekstermitas : Akral Hangat, CRT < 2 detikSt LokalisRegio: Pedis sinistra bagian dorsalLook: Terdapat makula eritematous, batas tidak jelas, dengan tepi luka yang tidak rata, disertai abses dengan pus pada bagian tengah luka, dan edema pada daerah sekitar lukaFeel: Pitting edema (+), nyeri tekan (+)Move: Range of motion terbatas

Pemeriksaan Penunjang :GDS : 137 mg/dlHbA1c : 12,1 ( 2 cm or infection involving subcutaneous structure(s).No systemic sign(s) of inflammatory responseInfection with systemic manifestation:Fever, leucocytosis, shift to the leftMetabolic instabilityHypotension, azotemia

Impaired Sensation12AbsentPresent

DIAGNOSISDiagnosis kaki diabetik dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang lainnya. Pada anamnesis, perlu ditanyakan perjalanan timbulnya luka beserta perkembangannya, serta riwayat penyakit diabetes mellitus. Selain itu perlu juga ditanyakan komplikasi-komplikasi DM yang sudah dialami penderita, baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.5Gejala klinis akibat neuropati perfierGejala-gejala yang diakibatkan oleh adanya neuropati perifer antara lain.51. Hypesthesia2. Hyperesthesia3. Paraesthesia4. Dysesthesia5. Radicular pain6. AnhydrosisGejala akibat insufisiensi arteri periferGejala yang biasa dirasakan oleh pasien antara lain, nyeri iskemik pada saat istirahat, ulkus yang tidak sembuh. Rasa kram arau kelelahan pada otot-otot besar pada salah satu atau kedua ekstremitas bawah yang timbul pada saat berjalan dalam jarak tertentu, yang mengindikasikan adanya klaudikasio intermitten. Gejala ini bertambah pada saat beraktivitas dan membaik dengan istirahat selama beberapa menit. Onset dari klaudikasio dapat terjadi lebih dini apabila pasien sering berjalan cepat atau menaiki tangga. Rasa tidak nyaman, kram atau kelemahan pada betis atau kaki sering terjadi pada penderita kaki diabetis, karena cenderung terjadi oklusi aterosklerosis tibioperoneal. Atrofi otot-otot betis mungkin juga terjadi. Gejala-gejala yang timbul pada paha, mengindikasikan adanya oklusi aorta iliaca.5Nyeri pada saat beristirahat jarang terjadi pada penderita diabetes. Pada beberapa kasus, fissure, ulkus atau kulit pecah-pecah merupakan tanda awal telah terjadinya penurunan perfusi. Ketika penderita diabetes dating dengan gangrene hal tersebut sering merupakan akibat dari infeksi5Pada pemeriksaan fisis, dapat dilakukan penilaian klasifikasi kaki diabetik serta tes sensitivitas kaki. Pemeriksaan pulsasi arteri dorsum pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis dilakukan untuk menentukan prognosis dan pilihan terapi yang akan diberikan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah rutin (tanda-tanda infeksi), pemeriksaan kadar GDP, GD2PP, TTGO, serta HbA1c, kimia darah, urinalisis, foto thoraks, serta foto pedis. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran perjalanan penyakit DM yang dialami penderita, yang selanjutnya akan membantu dalam menentukan penatalaksanaan kaki diabetik.5PENATALAKSANAANA. Pencegahan PrimerPencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus, bertujuan untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit. Pencegahan primer ini juga merupakan suatu upaya edukasi kepada para penyandang DM baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun penderita kaki diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkna risiko terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetik berdasarkan risiko terjadinya masalah (Frykberg) yaitu: 11) Sensasi normal tanpa deformitas2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi3) Insensitivitas tanpa deformitas4) Iskemia tanpa deformitas5) Kombinasi/complicateda) Kombinasi insensitivitas, iskemia, dan/atau deformitasb) Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Dengan memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah. 1Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut. Untuk kaki yang insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang insensitif tersebut. Jika sudah ada deformitas, perlu perhatian khusus mengenai alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk kasus dengan permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang complicated, akan dibahas lebih lanjut pada upaya pencegahan sekunder. 1B. Pencegahan SekunderDalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multi-disipliner sangat diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama.1. Mechanical control (pressure control)Kaki diabetik terjadi oleh karena adanya perubahan weight-bearing area pada plantar pedis. Daerah-daerah yang mendapat tekanan lebih besar tersebut akan rentan terhadap timbulnya luka. Berbagai cara untuk mencapai keadaan weight-bearing dapat dilakukan antara lain dengan removable cast walker, total contant casting, temporary shoes, felt padding, crutches, wheelchair, electric carts, maupun cradled insoles. 1Berbagai cara surgikal juga dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka, seperti dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses dan prosedur koreksi bedah (misalnya operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection, Achilles tendon lengthening, dan partial calcanectomy). 12. Wound controlPerawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian akan sangat mengurangi produksi cairan/pus dari ulkus/gangren. 1Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau iodine encer, senyawa perak sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai cara debridement non surgikal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim. 1Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses selanjutnya, yaitu proses granulasi dan epitelisasi. Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka, dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini umum dipakai di berbagai tempat perawatan kaki diabetik. 13. Microbiological control (infection control)Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda. Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran Gram positif dan Gram negatif serta kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol). 14. Vascular controlKeadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan dan kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis, serta pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara noninvasif maupun invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echo Doppler serta arteriografi. 1Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa:Modifikasi Faktor Risiko 1 Stop merokok Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia, hipertensi, dislipidemia)Terapi FarmakologisJika mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM; tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM. 1RevaskularisasiJika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum tindakan revaskularisasi, diperlukan pemeriksaan angiografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas. 1Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi yang pendek dapat dipikirkan untuk prosedur endovaskular (PTCA). Pada keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi. 1Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik, sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang turut berperan. 1Selain itu, terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka pada kaki diabetik sebagai terapi adjuvant. Walaupun demikian, masih banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki diabetik. 15. Metabolic controlKeadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar gula darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik akan membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal. 16. Educational controlEdukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik. Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. 1PROGNOSISAda tiga faktor yang berperan pada penyembuhan luka dan infeksi pada kaki diabetik. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik hingga mekanisme radang menjadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri patogen; dan faktor ketiga ialah karena adanya pintas arteriovenosa di subkutis yang terbuka hingga aliran nutrien tidak sampai ke tempat infeksi. 2Selain ketiga faktor di atas, masih banyak faktor lain yang ikut berpengaruh dalam terbentuknya kaki diabetik. Waspadji menyatakan bahwa faktor pendidikan, sosioekonomi, dan gizi juga punya andil cukup besar. Pendidikan dan sosioekonomi yang rendah terkait dengan pengetahuan yang kurang mengenai diabetes mellitus dan pencegahan komplikasinya serta kemampuan finansial akan mempengaruhi pengelolaan diabetes mellitus yang dideritanya. Status gizi yang rendah memiliki keterkaitan dengan rendahnya respon imun sehingga mempermudah terjadinya infeksi. 2Adapun prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemantauan penyakit diabetes mellitus secara berkepanjangan antara lain: 6 Pemantauan kadar glukosa darah secara berfrekuensi (sebaiknya dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri) Pemeriksaan kadar HbA1c (2-4 kali/tahun) Edukasi pasien mengenai manajemen diabetes mellitus (setiap tahun) Edukasi dan terapi gizi medis (setiap tahun) Pemeriksaan mata (setiap tahun) Pemeriksaan kaki (1-2 kali/tahun di dokter, dan setiap hari oleh pasien sendiri) Tes saring untuk nefropati diabetik (urinalisis setiap tahun) Pengukuran tekanan darah (setiap tiga bulan) Pemeriksaan profil lipid dan kreatinin serum (setiap tahun) Imunisasi influenza/pneumococcus Pertimbangkan terapi antiplatelet.

DAFTAR PUSTAKA

1. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1911-4.2. Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam: Majalah Kedokteran Andalas Vol. 22 No. 1. Juni 1998, h. 2-10.3. Shahab A. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1894-7.4. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus. Dalam: Price SA & Wilson LM (eds). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC, 2006: h. 1259-74.5. Rowe, W.L. Diabetic ulcers [online].2011, April 01[citied on 2011, April 24]. Available from : http://emedicine.medscape.com/. 6. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrisons Manual of Medicine 17th Edition. New York: McGraw-Hill, 2009: h. 942-7.7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Dalam: IPDs CIM: Compendium of Indonesian Medicine, 1st Edition. Jakarta: IDI, 2009: 13-40.

27