33
LAPORAN ANALISIS TES MATA PELAJARAN IPA KELAS VI SD Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran SD (GD519) Dosen Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. (1005) Oleh Bella Nur Andani 1003310 3 Matematika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

LAPORAN ANALISIS SOAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN ANALISIS SOAL

LAPORAN ANALISIS TES

MATA PELAJARAN IPA KELAS VI SD

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Evaluasi Pembelajaran SD (GD519)

Dosen Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. (1005)

Oleh

Bella Nur Andani

1003310

3 Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

Page 2: LAPORAN ANALISIS SOAL

BAB I

PENDAHULUAN

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang sistematik dalam

menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional yang diraih siswa. Evaluasi

adalah proses kegiatan yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di

kelas, pendidikan di sekolah. Hasil dari kegiatan evaluasi berguna untuk

kepentingan perbaikan pembelajaran, untuk menentukan tingkat keberhasilan

belajar siswa, untuk kepentingan administrasi, dan sebagainya.

Evaluasi seringkali melibatkan pengukuran dan biasanya diikuti dengan

judgement untuk pengambilan keputusan. Pengukuran merujuk pada suatu proses

kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang besar-kecilnya

perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar dalam bentuk kuantitaf.

Alat yang dipergunakan dalam pengukuran disebut tes. Tes diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang oleh subjek dijawab benar atau salah, atau sejumlah

tugas yang oleh subjek dilaksanakan dngan berhasil atau gagal sehingga

kemampuan subyek dapat dinyatakan dengan skor atau dinilai berdasarkan skala

tertentu.

Mengingat pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, seorang guru sudah

seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan evaluasi.

Kemampuan-kemampuan yang perlu dimiliki yaitu kemampuan mengembangkan

instrumen, khususnya tes, mengadministrasikan tes atau instrumen yang lainnya

dan mengolah serta menafsirkan data hasil belajar. Dari serangkaian kemampuan

tersebut, terdapat kemampuan yang perlu juga dikuasai oleh seorang guru yaitu

kemampuan menganalisis tes, sebagai salah satu dari keterampilan melakukan

evaluasi. Tes sebagai alat evaluasi diharapkan dapat menghasilkan skor yang

obyektif. Oleh karena itu perlu diusahakan agar tes yang diberikan kepada peserta

didik memiliki mutu yang cukup baik dilihat dari berbagai segi. Tes hendaknya

disusun sesuai dengan prosedur dan prinsip penyusunan tes. Kemudian setelah tes

digunakan, dengan menganalisis tes tersebut guru dapat mengetahui apakah tes

tersebut obyektif dan efektif atau sebaliknya.

Page 3: LAPORAN ANALISIS SOAL

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Analisis Tes

Analisis tes merupakan suatu kegiatan dalam rangka mengkonstruksi tes

untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas tes, baik kualitas keseluruhan

tes maupun kualitas tiap butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut.

B. Tujuan Analisis Tes

1. Untuk mengkaji dan menelaah tes agar diperoleh soal yang bermutu.

2. Untuk mengetahui apakah tes atau soal yang digunakan untuk

mengevaluasi sudah mampu mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur

melalui tes atau soal tersebut.

3. Untuk mengetahui sejauh mana data yang dihasilkan oleh tes atau soal

dapat berguna bagi proses pembelajaran.

C. Manfaat Analisis Tes

1. Hasil analisis tes dapat dapat menjadi umpan balik untuk perbaikan/

peningkatan kualitas tes.

2. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam membuat tes

yang baik dan efisien.

3. Guru dapat membuat „bank soal‟ yakni kumpulan soal-soal yang sudah

teruji kebaikannya.

4. Memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa.

D. Cakupan Kegiatan Analisis Tes

1. Analisis validitas tes

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang

valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Tes

IPA kelas VI SD, hendaknya benar-benar mengukur hasil belajar IPA siswa

kelas VI SD. Validitas tes selalu terkait dengan pertanyaan : valid dalam hal

apa dan untuk siapa? Tes yang valid untuk siswa SMP kelas VIII, tidak valid

Page 4: LAPORAN ANALISIS SOAL

untuk siswa sekolah dasar. Dengan demikian, menguji validitas suatu tes

berarti kita membandingkan tes yang telah dibuat dengan suatu kriteria

tertentu.

Berdasarkan cara/ prosedur pengujian validitas, terdapat dua cara yaitu

analisis rasional dan analisis empiris. Analisis rasional dilakukan dengan

judgement, sedangkan analisis empiris adalah analisis dengan menggunakan

data empiris hasil di lapangan. Berdasarkan standar yang digunkan, ada

empat macam validitas tes, yakni :

a. Validitas permukaan (face validity)

Tingkat validitas permukaan diketahui dengan melakukan analisis atau

telaah rasional (berdasarkan pertimbangan logis, bukan pada hitungan

angka-angka empirik). Untuk melakukan analisis validitas permukaan, hal

yang dapat dijadikan kriteria adalah aturan penulisan soal. Indeks validitas

yang didapat adalah prosentase. Berapa persen soal-soal yang dibuat sesuai

dengan kriteria penulisan soal. semakin besar prosentase yang diperoleh

maka semakin valid tes tersebut. Akan tetapi, perlu diingat bahwa validitas

permukaan tergolong analisis paling lemah, namun lebih baik daripada tidak

dilakukan analisis sama sekali. Sehingga lebih baik bila tes tersebut

dianalisis lebih lanjut lagi.

b. Validitas isi (content validity)

Tingkat validitas isi juga diketahui dengan analisis rasional. Pada

prinsipnya dilakukan pemeriksaan terhadap tiap butir soal, apakah soal

sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus atau dengan kompetensi

yang hendak diukur atau dengan indikator keberhasilan siswa. Untuk

validitas isi, kriteria yang dapat digunakan adalah kisi-kisi penulisan soal

yang disusun berdasarkan silabus.

c. Validitas kriteria (criterion validity)

Validitas ini diketahui dengan cara empirik, yakni menghitung

koefisien korelasi antara tes bersangkutan dengan tes lain yang sudah

dianggap valid sebagai kriterianya. Sebagai contoh, skor tes Matematika

buatan guru dikorelasikan dengan skor tes Matematika yang telah

dibakukan. Dengan rumus korelasi Pearson‟s Product Moment dan

Page 5: LAPORAN ANALISIS SOAL

menggunakan kalkulator, perhitungan validitas kriteria tersebut tidak terlalu

sulit, apalagi bila menggunakan komputer. Kesulitan utama dalam

menentukan validitas kriteria ialah mencari skor tes yang akan dijadikan

kriteria. Bila kriterianya buruk atau tidak valid, maka validitas tes yang

diperoleh akan percuma saja.

d. Validitas ramalan (predictive validity)

Validitas ini menunjukkan sejauh mana skor tes bersangkutan dapat

digunakan meramal keberhasilan siswa di masa mendatang dalam bidang

tertentu. Cara menghitungnya sama seperti validitas kriteria, dalam hal ini

skor tes dikorelasikan dengan keberhasilan siswa di masa datang.

Suatu tes yang baik biasanya memiliki angka validitas 0,50 atau lebih;

tentu saja angka itu makin tinggi makin baik. Suatu tes dengan angka

validitas kurang dari 0,50 belum tentu buruk. Mungkin kriterianya yang

buruk atau keliru menentukan kriteria.

2. Analisis reliabilitas tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni

sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang tidak

berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.

Ada tiga cara mengetahui reliabilitas tes. Pada prinsipnya diperoleh

dengan menghitung koefisien korelasi antara dua kelompok skor tes. Tiga

cara itu sebagai berikut.

a. Tes-retest method (metoda tes ulang)

Suatu tes diujikan terhadap kelompok siswa tertentu dua kali dengan

jangka waktu tertentu (misalnya satu semester atau satu catur wulan ). Skor

hasil pengetesan pertama dikorelasikan dengan skor hasil pengetesan kedua.

b. Paralel test method (metoda tes paralel)

Cara ini mengharuskan adanya dua tes yang paralel, yakni dua tes yang

disusun dengan tujuan yang sama (hanya sedikit perbedaan redaksi,isi atau

susunan kalimatnya). Dua tes tersebut diadministrasikan pada satu

kelompok siswa dengan perbedaan waktu beberapa hari saja. Skor dari

kedua macam tes tersebut kemudian dikorelasikan.

Page 6: LAPORAN ANALISIS SOAL

c. Split-half method (metode belah dua)

Cara ini paling mudah karena tidak perlu mengulangi pelaksanaan tes

atau menyusun tes yang paralel. Cukup satu tes dan diadministrasikan satu

kali kepada sekelompok siswa (minimal 30 siswa). Pada saat penyekoran,

tes dibelah menjadi dua sehingga tiap siswa memperoleh dua macam skor,

yakni skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor genap. Skor total

diperoleh dengan menjumlah skor ganjil dan genap. Selanjutnya skor-ganjil

dikorelasikan dengan skor- genap, hasilnya adalah koefisien korelasi rgg.

Atau koefisien korelasi ganjil-genap.

3. Analisis butir soal

Baik buruknya tes tergantung pada butir-butir soal yang ada di dalamnya.

Oleh sebab itu untuk mendapatkan tes yang baik perlu dipilih butir-butir yang

baik. Butir yang buruk harus dibuang, yang kurang baik perlu direvisi. Untuk

mengetahui kualitas tiap butir soal perlu analisis satu persatu. Analisis butir

soal meliputi:

a. Analisis daya pembeda tiap butir soal.

Daya pembeda menunjukkan sejauh mana tiap butir soal mampu

membedakan siswa yang menguasai bahan dan siswa yang tidak menguasai

bahan. Butir soal yang daya pembedanya rendah, tidak ada manfaatnya,

malahan dapat merugikan siswa yang belajar sungguh-sungguh.

b. Analisis tingkat kesukaran tiap butir soal.

Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar,

sedang atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25 % soal mudah, 50 %

sedang dan 25 % sukar. Butir soal yang terlalu sukar sehingga hampir tidak

terjawab oleh semua siswa atau terlalu mudah sehingga dapat dijawab oleh

hampir semua siswa, sebaiknya dibuang karena tidak bermanfaat.

c. Analisis pengecoh (distraktor) pada setiap butir soal.

Analisis pengecoh/option diperlukan hanya pada tes bentuk pilihan

ganda dimana siswa harus memilih satu dari beberapa alternatif jawaban.

Tiap pengecoh/distraktor hendaknya bermanfaat, yakni ada sejumlah siswa

Page 7: LAPORAN ANALISIS SOAL

yang memilihnya. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali berarti tidak

bermanfaat, sedang pengecoh yang dipilih oleh hampir semua siswa berarti

terlalu mirip dengan jawaban yang benar.

d. Analisis homogenitas tiap butir soal.

Tingkat homogenitas (tingkat konsistensi) soal menunjukkan apakah

tiap butir soal mengukur aspek atau kompetensi yang sama, atau sejauh

mana tiap butir soal menyumbang skor total tiap siswa.

Butir soal yang homogen adalah yang menunjang skor total.

Sebaliknya, butir soal yang tidak seiring dengan skor-total dikatakan tidak

homogen, dan lebih baik dibuang atau direvisi.

Kegiatan analisis tes pada bentuk pilihan ganda maupun pada tes bentuk

uraian/ essay prinsipnya sama, namun ada sedikit perbedaan dalam teknik

pelaksanaan analisis.

E. Aturan Penulisan Soal Pilihan Ganda

1. Soal harus sesuai dengan indikator.

2. Pengecoh harus berfungsi.

3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.

4. Pokok soal harus dirumuskan secara singkat, jelas dan tegas.

Contoh soal yang pernyataannya tidak jelas dan tegas :

Pada umumnya, kata berimbuhan adalah ….

a. berani c. beringin

b. beringas d. beranjak (B. Indonesia SD)

5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan

yang diperlukan saja.

6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

Contoh soal yang memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar :

Generator listrik di Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Sigura-gura

digerakkan oleh tenaga ….

a. air c. gas bumi

b. uap panas d. solar (IPA SD)

Page 8: LAPORAN ANALISIS SOAL

7. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.

Contoh soal yang mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda :

Nama bangun geometri di bawah ini bukan merupakan bangun ruang,

kecuali ….

a. segitiga samakaki c. prisma segitiga

b. segitiga samasisi d. bujur sangkar (Matematika SD)

8. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

9. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

10. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban

di atas salah/benar”.

Contoh :

Orang yang berhati bersih akan selalu ….

a. bersikap tekun

b. berbuat sopan

c. memperlihatkan keberanian

d. semua pilihan jawaban di atas salah (PKn SD)

11. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun

berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.

12. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal

harus jelas dan berfungsi.

13. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang

bermakna tidak pasti seperti : sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

14. Butir soal jangan bergantung pada jawaban sebelumnya. Ketergantungan

pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab

benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

15. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya

meliputi: a) pemakaian kalimat: 1) unsur subjek, 2) unsur predikat, 3) anak

kalimat; b) pemakaian kata: 1) pilihan kata, 2) penulisan kata,; c)

pemakaian ejaan: 1) penulisan huruf, 2) penggunaan tanda baca.

16. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya

mudah dimengerti siswa.

Page 9: LAPORAN ANALISIS SOAL

17. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku di setempat jika soal akan

digunakan untuk daerah lain atau nasional.

18. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/ frase yang bukan merupakan satu

kesatuan pengertian. Letakkan kata/ frase pada pokok soal.

Contoh :

Tanah humus dapat dimanfaatkan untuk pertanian karena ….

a. berasal dari daun-daun yang telah mengering

b. berasal dari pembakaran daun kering

c. berasal dari kayu dan daun yang membusuk

d. berasal dari abu letusan gunung berapi (IPS SD)

F. Aturan Penulisan Soal Essay

1. Soal sesuai dengan indikator

2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas

3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran

4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah,

atau tingkat kelas .

5. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya

atau perintah yang menuntut jawaban terurai

6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

7. Ada pedoman penskoran

8. Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan

terbaca

9. Rumusan kalimat soal komunikatif

10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

11. Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan

penafsiran ganda atau salah pengertian.

12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.

13. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung

perasaan siswa.

Page 10: LAPORAN ANALISIS SOAL

BAB III

HASIL ANALISIS TES

Tes yang dianalisis diambil dari soal Ujian Akhir Semester mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI di SDN Mengger Girang 1 Bandung. Tes

tersebut terdiri dari 35 soal pilihan ganda dan 5 soal essay. Sampel hasil tes yang

dianalisis berjumlah 30 siswa. Untuk analisis tes pilihan ganda ini cakupan

kegiatannya meliputi analisis validitas, realibilitas, daya pembeda, tingkat

kesukaran, dan pengecoh/ option. Sedangkan untuk analisis tes essay meliputi

analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Berikut hasil

analisis tes tersebut.

A. Analisis Tes PG

1. Analisis validitas tes PG

Hasil analisis secara rasional yaitu dengan menggunakan validitas

permukaan menunjukkan bahwa dari 35 soal pilihan ganda yang telah

ditelaah, terdapat 11 soal yang tidak sesuai kriteria. Perhitungan validitas

permukaan/ tampilan tes tersebut adalah (24:35) x 100% = 68,57 %.

Berdasarkan pertimbangan logis, soal-soal yang tidak sesuai dengan

kriteria tersebut perlu direvisi atau diperbaiki. Soal-soal tersebut diantaranya

Soal pada no 1 tidak sesuai dengan indikator. Pada kisi-kisi soal

tertulis indikatornya menyebutkan ciri-ciri burung hantu.

Perumusan soal no 2 agar lebih komunikatif sebaiknya menjadi

“Bunglon menangkap mangsanya dengan cara ….”

Soal no 4 tidak sesuai dengan indikator pada kisi-kisi. Kemudian

terdapat pengecoh yang kurang bermanfaat, yaitu pada option D.

Pada soal no 6 terdapat gambar dimana gambar pada soal tersebut

kurang jelas.

Pada soal no 7 agar pengecoh berfungsi sebaiknya option berisi tanda-

tanda perubahan primer pada laki-laki. Kemudian option pada soal

tersebut tidak homogen dan logis karena berisi tanda-tanda pubertas

pada perempuan.

Page 11: LAPORAN ANALISIS SOAL

Soal no 17 tidak sesuai dengan indikator pada kisi-kisi. Kemudian

pengecohnya tidak berfungsi karena tidak homogen. Sebaiknya semua

option pada soal tersebut merupakan bahan yang dijadikan bumbu

masakan.

Soal no 18 pengecohnya tidak berfungsi karena pilihan jawabannya

tergolong.

Pada soal no 22 dan no 23 pilihan jawabannya tidak homogen.

Penulisan soal no 24 tidak terdapat subjek kalimat. Agar lebih jelas

sebaiknya perumusan soalnya seperti “Berdasarkan tabel di samping,

bahan yang termasuk konduktor panas ditunjukkan oleh nomor ….”

Penulisan soal no 25 juga tidak terdapat subjek kalimatnya dan tidak

ada penggunaan tanda baca yang tepat. Perumusan soal sebaiknya

“Pada gambar di samping, bagian yang merupakan konduktor panas

ditunjukkan oleh huruf ….”

2. Analisis reliabilitas tes PG

Setelah menganalisis tiap lembar jawaban soal PG setiap siswa (30

siswa) diperoleh skor tiap lembar jawaban dengan 3 macam skor : jumlah

skor total, jumlah skor soal bernomor ganjil, dan jumlah skor soal bernomor

genap (tabel analisis skor terdapat di lampiran). Dari jumlah skor ganjl dan

genap dicari koefesien korelasi ganjil-genap. Kemudian koefesien korelasi

tersebut digunakan untuk menghitung reliabilitas. Indeks reliabilitas berkisar

antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati 1),

makin tinggi pula keajegan/ketepatannya.

Rumus koefesien reliabilitas tes metode belah dua (split half method)

rtt = 2 𝑥 𝑟𝑔𝑔

1+ 𝑟𝑔𝑔

Ket : rtt = koefesien reliabilitas tes

𝑟𝑔𝑔 = koefesien korelasi ganjil-genap

Page 12: LAPORAN ANALISIS SOAL

Dari hasil perhitungan, diperoleh koefesien reliabilitas tes sebesar 0,77.

Hal tersebut menunjukkan tes pilihan ganda ini memiliki tingkat reliabilitas

yang cukup baik. Artinya tes ini cukup dapat menghasilkan skor yang ajeg/

konsisten dimana skor yang dihasilkan relatif tidak berubah meskipun waktu

dan situasi saat tes digunakan berbeda-beda.

3. Analisis Butir Soal PG

a. Analisis daya pembeda pada setiap soal PG

Untuk menganalisis daya pembeda, terlebih dahulu skor total disusun

dari yang tertinggi hingga terendah. Ambil 27% siswa yang skor totalnya

tinggi (kelompok unggul atau atas) dan 27% siswa yang skor totalnya

rendah (kelompok asor atau bawah) sehingga diambil masing-masing

kelompok unggul dan asor 8 siswa. Kemudian dihitung jumlah jawaban

yang benar, baik pada kelompok unggul maupun pada kelompok asor (tabel

analisis skor terdapat di lampiran).

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda yakni:

DP = 𝐵𝑈−𝐵𝐴

𝑁𝑈 x 100%

Ket:

DP = Indeks daya pembeda butir soal tertentu (satu butir soal)

BU = jumlah jawaban benar pada kelompok unggul atau atas

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok asor atau bawah

NU = jumlah siswa pada salah satu kelompok U atau kelompok A

Koefesien

korelasi ganjil-

genap

0.627050393

Koefesien

reliabilitas tes

0.773006135

Page 13: LAPORAN ANALISIS SOAL

Kriteria daya pembeda sebagai berikut.

Negatif – 9% = sangat rendah

10% - 19% = rendah

20% - 29% = cukup baik

30% - 49% = baik

50% ke atas = sangat baik

Tabel Hasil Perhitungan Daya Pembeda PG

No

Soal

PG

Jumlah

Benar

KU

Jumlah

Benar

KA

Daya Pembeda

(DP) Ket DP

1 8 7 12.50% rendah

2 8 6 25% cukup baik

3 5 4 12.50% rendah

4 8 8 0% sangat rendah

5 8 6 25% cukup baik

6 8 5 37.50% baik

7 8 5 37.50% baik

8 8 7 12.50% rendah

9 8 1 87.50% sangat baik

10 7 6 12.50% rendah

11 8 8 0% sangat rendah

12 6 3 37.50% baik

13 8 5 37.50% baik

14 8 8 0% sangat rendah

15 8 8 0% sangat rendah

16 6 3 37.50% baik

17 8 6 25% cukup baik

18 8 8 0% sangat rendah

19 8 5 37.50% baik

20 8 3 62.50% sangat baik

21 8 4 50% sangat baik

22 8 4 50% sangat baik

23 8 2 75% sangat baik

24 8 8 0% sangat rendah

25 8 7 12.50% rendah

26 8 2 75% sangat baik

27 6 0 75% sangat baik

28 7 4 37.50% baik

Page 14: LAPORAN ANALISIS SOAL

29 7 4 37.50% baik

30 5 2 37.50% baik

31 8 6 25% cukup baik

32 8 5 37.50% baik

33 6 2 50% sangat baik

34 8 8 0% sangat rendah

35 8 7 12.50% rendah

Tabel di atas menunjukkan hasil dari perhitungan daya pembeda tiap

butir soal pilihan ganda. Variasi tingkat daya pembeda yang didapat dari

perhitungan diantaranya sangat rendah, rendah, cukup baik, baik, dan sangat

baik. Sebanyak 7 soal memiliki tingkat daya pembeda sangat rendah, 6 soal

memiliki tingkat daya pembeda yang rendah, 4 soal memiliki tingkat daya

pembeda yang cukup baik, 10 soal tingkat daya pembedanya baik, dan 8

soal tingkat daya pembedanya sangat baik.

Persentase daya pembeda pada soal-soal tes ini yaitu 20% sangat

rendah, 17,14% rendah, 11,43% cukup baik, 28,57% baik, dan 22,86%

sangat baik. Berikut grafik lingkaran dari persentase daya pembeda soal

pilihan ganda.

Indeks daya pembeda mulai dari cukup sampai sangat baik dapat

dikategorikan baik. Sedangkan untuk indeks daya pembeda mulai dari

sangat rendah sampai rendah dikategorikan rendah. Jadi sebanyak 62,86 %

soal pada tes pilihan ganda ini memiliki indeks daya pembeda yang baik,

yang artinya soal tersebut mampu membedakan peserta didik mana yang

belajar dan tidak belajar atau dengan kata lain dapat membedakan antara

peserta didik yang menguasai dan yang tidak menguasai materi. Sedangkan

20%

17%

11%29%

23%

Daya Pembeda Soal PG

sangat rendah

rendah

cukup

baik

sangat baik

Page 15: LAPORAN ANALISIS SOAL

sebanyak 37,14 % soal pada tes pilihan ganda ini memiliki indeks daya

pembeda yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-soal tersebut

tidak dapat membedakan antara peserta didik yang menguasai materi

dengan yang tidak.

b. Analisis tingkat kesukaran pada setiap soal PG

Tabel skor yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran sama

dengan tabel skor untuk menghitung daya pembeda.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda yakni:

TK = 𝐵𝑈 +𝐵𝐴

𝑁𝑈 +𝑁𝐴 x 100%

Ket:

TK = Indeks tingkat kesukaran butir soal tertentu (satu butir soal)

BU = jumlah jawaban benar pada kelompok unggul atau atas

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok asor atau bawah

NU = jumlah siswa pada kelompok unggul

NA = jumlah siswa pada kelompok asor

Kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut.

0% - 15% = sangat sukar

16% - 30% = sukar

31% - 70% = sedang

71% - 85% = mudah

86% - 100% = sangat mudah

Page 16: LAPORAN ANALISIS SOAL

Tabel Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran PG

No

Soal

PG

Jumlah

Benar

KU

Jumlah

Benar

KA

Tingkat

Kesukaran

(TK)

Ket TK

1 8 7 93.75% sangat mudah

2 8 6 87.50% sangat mudah

3 5 4 56.25% sedang

4 8 8 100% sangat mudah

5 8 6 87.50% sangat mudah

6 8 5 81.25% mudah

7 8 5 81.25% mudah

8 8 7 93.75% sangat mudah

9 8 1 56.25% sedang

10 7 6 81.25% mudah

11 8 8 100% sangat mudah

12 6 3 56.25% sedang

13 8 5 81.25% mudah

14 8 8 100% sangat mudah

15 8 8 100% sangat mudah

16 6 3 56.25% sedang

17 8 6 87.50% sangat mudah

18 8 8 100% sangat mudah

19 8 5 81.25% mudah

20 8 3 68.75% sedang

21 8 4 56.25% sedang

22 8 4 56.25% sedang

23 8 2 62.50% sedang

24 8 8 100% sangat mudah

25 8 7 93.75% sangat mudah

26 8 2 62.50% sedang

27 6 0 37.50% sedang

28 7 4 68.75% sedang

29 7 4 68.75% sedang

30 5 2 43.75% sedang

31 8 6 87.50% sangat mudah

32 8 5 81.25% mudah

33 6 2 50% sedang

34 8 8 100% sangat mudah

35 8 7 93.75% sangat mudah

Page 17: LAPORAN ANALISIS SOAL

Berdasarkan tabel di atas, variasi indeks tingkat kesukaran pada tes

pilihan ganda ini terdiri dari sangat mudah, mudah, dan sedang. Sebanyak

15 soal memiliki indeks tingkat kesukaran sangat mudah, 6 soal memiliki

indeks tingkat kesukaran mudah, dan 14 soal memiliki indeks tingkat

kesukaran sedang.

Persentase tingkat kesukaran pada soal-soal tes pilihan ganda ini yaitu

42,86 % soal sangat mudah, 17,14% soal mudah, dan 40% soal sedang.

Berikut persentase tingkat kesukaran digambarkan dalam grafik.

c. Analisis pengecoh/ option pada setiap soal PG

Indeks pengecoh/ option dihitung dengan rumus :

IPc = 𝑛𝑃𝑐

𝑁−𝑛𝐵 /(𝐴𝑙𝑡−1) x 100%

Ket : IPc = indeks pengecoh/ option

nPc = jumlah siswa yang memilih pengecoh/ option itu

N = jumlah seluruh subjek yang ikut tes

nB = jumlah subjek yang menjawab benar pada butir soal itu

Alt = banyak alternatif jawaban/ option (3, 4, atau 5)

Keterangan kualitas pengecoh/ option :

** kunci jawaban

++ sangat baik (IPc = 76% - 125% atau mendekati 100%)

+ baik (IPc = 51% - 75% atau 126% - 150%)

43%

17%

40%

Tingkat Kesukaran Soal PG

sangat mudah

mudah

sedang

Page 18: LAPORAN ANALISIS SOAL

- kurang baik (IPc = 26% - 50% atau 151% - 175%)

-- buruk (IPc = 0% - 25% atau 176% - 200%)

--- sangat buruk (IPc = lebih dari 200%)

No 1

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 29 0 1

IPc 0% ** 0% 303%

Kualitas pengecoh -- ** -- ---

No 2

Option a b c d

Siswa yg memilih 1 1 0 28

IPc 151% 151% 0% **

Kualitas pengecoh - - -- **

No 3

Option a b c d

Siswa yg memilih 2 11 13 4

IPc 35% 194% ** 70%

Kualitas pengecoh - -- ** +

No 4

Option a b c d

Siswa yg memilih 30 0 0 0

IPc ** 0% 0% 0%

Kualitas pengecoh ** -- -- --

Page 19: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 5

Option a b c d

Siswa yg memilih 2 0 27 1

IPc 200% 0% ** 100%

Kualitas pengecoh -- -- ** ++

No 6

Option a b c d

Siswa yg memilih 26 2 0 2

IPc ** 150% 0% 150%

Kualitas pengecoh ** + -- +

No 7

Option a b c d

Siswa yg memilih 2 0 3 25

IPc 120% 0% 180% **

Kualitas pengecoh ++ -- -- **

No 8

Option a b c d

Siswa yg memilih 28 2 0 0

IPc ** 298% 0% 0%

Kualitas pengecoh ** --- -- --

No 9

Option a b c d

Siswa yg memilih 7 3 17 3

IPc 161% 69% ** 69%

Kualitas pengecoh - + ** +

Page 20: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 10

Option a b c d

Siswa yg memilih 3 22 1 4

IPc 112% ** 37% 149%

Kualitas pengecoh ++ ** - +

No 11

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 30 0 0

IPc 0% ** 0% 0%

Kualitas pengecoh -- ** -- --

No 12

Option a b c d

Siswa yg memilih 2 19 7 2

IPc 54% ** 190% 54%

Kualitas pengecoh + ** -- +

No 13

Option a b c d

Siswa yg memilih 1 0 2 27

IPc 100% 0% 200% **

Kualitas pengecoh ++ -- -- **

No 14

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 29 0 1

IPc 0% ** 0% 303%

Kualitas pengecoh -- ** -- ---

Page 21: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 15

Option a b c d

Siswa yg memilih 1 0 29 0

IPc 303% 0% ** 0%

Kualitas pengecoh --- -- ** --

No 16

Option a b c d

Siswa yg memilih 8 2 3 17

IPc 184% 46% 69% **

Kualitas pengecoh -- - + **

No 17

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 1 3 26

IPc 0% 75% 225% **

Kualitas pengecoh -- + -- **

No 18

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 0 30 0

IPc 0% 0% ** 0%

Kualitas pengecoh -- -- ** --

No 19

Option a b c d

Siswa yg memilih 22 3 5 0

IPc ** 112% 187% 0%

Kualitas pengecoh ** ++ -- --

Page 22: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 20

Option a b c d

Siswa yg memilih 2 22 6 0

IPc 74% ** 224% 0%

Kualitas pengecoh + ** --- --

No 21

Option a b c d

Siswa yg memilih 2 1 24 3

IPc 100% 50% ** 150%

Kualitas pengecoh ++ - ** +

No 22

Option a b c d

Siswa yg memilih 20 2 4 4

IPc ** 60% 120% 120%

Kualitas pengecoh ** + ++ ++

No 23

Option a b c d

Siswa yg memilih 3 19 4 4

IPc 81% ** 108% 108%

Kualitas pengecoh ++ ** ++ ++

No 24

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 27 2 1

IPc 0% ** 200% 100%

Kualitas pengecoh -- ** -- ++

Page 23: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 25

Option a b c d

Siswa yg memilih 1 29 0 0

IPc 303% ** 0% 0%

Kualitas pengecoh --- ** -- --

No 26

Option a b c d

Siswa yg memilih 20 1 7 2

IPc ** 30% 210% 60%

Kualitas pengecoh ** - --- +

No 27

Option a b c d

Siswa yg memilih 13 1 14 2

IPc 243% 18% ** 37%

Kualitas pengecoh --- -- ** -

No 28

Option a b c d

Siswa yg memilih 20 1 7 2

IPc ** 30% 210% 60%

Kualitas pengecoh ** - --- +

No 29

Option a b c d

Siswa yg memilih 3 19 4 4

IPc 81% ** 108% 108%

Kualitas pengecoh ++ ** ++ ++

Page 24: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 30

Option a b c d

Siswa yg memilih 4 13 5 8

IPc 70% ** 88% 141%

Kualitas pengecoh + ** ++ +

No 31

Option a b c d

Siswa yg memilih 1 0 1 28

IPc 149% 0% 149% **

Kualitas pengecoh + -- + **

No 32

Option a b c d

Siswa yg memilih 5 24 0 1

IPc 250% ** 0% 50%

Kualitas pengecoh --- ** -- -

No 33

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 2 12 16

IPc 0% 43% 257% **

Kualitas pengecoh -- - --- **

No 34

Option a b c d

Siswa yg memilih 0 1 29 0

IPc 0% 303% ** 0%

Kualitas pengecoh -- --- ** --

Page 25: LAPORAN ANALISIS SOAL

No 35

Option a b c d

Siswa yg memilih 1 0 0 29

IPc 303% 0% 0% **

Kualitas pengecoh --- -- -- **

B. Analisis Tes Essay

1. Analisis validitas tes essay

Analisis validitas rasional juga dilakukan untuk menganalisis soal essay

ini yaitu dengan validitas tampilan/ permukaan. Setelah membandingkan 5

soal essay dengan kriteria penulisan soal essay, soal tes ini sudah memenuhi

kriteria-kriteria tersebut. Dengan demikian, tes essay ini dapat dikatakan

valid.

2. Analisis reliabilitas tes essay

Setelah menganalisis tiap lembar jawaban soal essay setiap siswa (30

siswa) diperoleh skor tiap lembar jawaban dengan 3 macam skor : jumlah

skor total, jumlah skor soal bernomor ganjil, dan jumlah skor soal bernomor

genap (tabel analisis skor terdapat di lampiran). Dari jumlah skor ganjl dan

genap dicari koefesien korelasi ganjil-genap. Kemudian koefesien korelasi

tersebut digunakan untuk menghitung reliabilitas. Indeks reliabilitas berkisar

antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati 1),

makin tinggi pula keajegan/ketepatannya.

Rumus untuk mencari reliabilitas pada soal essay sama dengan rumus

untuk mencari reliabilitas pada soal pilihan ganda. Setelah melakukan

perhitungan diperoleh :

Koefesien korelasi genap-ganjil = 0.236875

Koefesien reliabilitas tes = 0.387096

Hasil koefesien reliabilitas tes essay menunjukkan bahwa tes ini sifatnya

tidak reliabel. Hal ini berarti soal essay pada tes ini tidak menghasilkan skor

Page 26: LAPORAN ANALISIS SOAL

yang konsisten. Apabila diteskan pada waktu dan situasi berbeda maka skor

yang dihasilkan dapat berbeda.

3. Analisis butir soal essay

a. Analisis daya pembeda setiap soal essay

Untuk menganalisis daya pembeda pada soal essay sama dengan

menganalisis daya pembeda pada soal PG. Skor total disusun dari yang

tertinggi hingga terendah. Ambil 27% siswa yang skor totalnya tinggi

(kelompok unggul atau atas) dan 27% siswa yang skor totalnya rendah

(kelompok asor atau bawah) sehingga diambil masing-masing kelompok

unggul dan asor 8 siswa. Kemudian dihitung jumlah jawaban yang benar,

baik pada kelompok unggul maupun pada kelompok asor (tabel analisis

skor terdapat di lampiran). Hal yang membedakan antara analisis daya

pembeda pada essay dengan analisis daya pembeda pada PG yaitu rumus

yang digunakannya.

Rumus untuk menghitung daya pembeda pada soal essay :

DP = 𝑆𝑈− 𝑆𝐴

𝐸𝑈 x 100%

Ket :

DP = indeks daya pembeda butir soal tertentu

SU = jumlah skor kelompok unggul pada butir soal yang diolah

SA = jumlah skor kelompok asor pada butir soal yang diolah

EU = jumlah skor ideal salah satu kelompok (unggul/asor) pada butir

soal yang sedang diolah

Kriteria daya pembeda pada soal essay sama dengan kriteria daya

pembeda pada soal PG (pilihan ganda).

Page 27: LAPORAN ANALISIS SOAL

Tabel Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Essay

No

Soal

Essay

Jumlah

Benar

KU

Jumlah

Benar

KA

Daya Pembeda

(DP) Ket DP

36 8 2 75% sangat baik

37 6 2 50% sangat baik

38 8 8 0% sangat rendah

39 6 1 62,5% sangat baik

40 4 0 50% sangat baik

Hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan indeks daya pembeda

soal essay terdiri dari sangat rendah dan sangat baik. Pada tes ini terdapat

satu soal yang indeks daya pembedanya sangat rendah dan empat soal

yang indeks daya pembedanya sangat baik. Soal dengan no 36, 37, 39, dan

40 dapat membedakan antara peserta didik yang belajar dengan yang tidak

belajar. Sedangkan soal no 38 sama sekali tidak dapat membedakan antara

peserta didik yang belajar dengan yang tidak belajar.

b. Analisis tingkat kesukaran setiap soal essay

Tabel skor yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran sama

dengan tabel skor untuk menghitung daya pembeda. Hal yang

membedakan antara analisis tingkat kesukaran pada essay dengan analisis

tingkat kesukaran pada PG yaitu rumus yang digunakannya.

Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran pada soal essay :

TK = 𝑆𝑈− 𝑆𝐴

𝐸𝑈 x 100%

Ket :

TK = indeks tingkat kesukaran butir soal tertentu

SU = jumlah skor kelompok unggul pada butir soal yang diolah

SA = jumlah skor kelompok asor pada butir soal yang diolah

EU = jumlah skor ideal pada kelompok unggul

EA = jumlah skor ideal pada kelompok asor

Page 28: LAPORAN ANALISIS SOAL

Kriteria tingkat kesukaran pada soal essay sama dengan kriteria

tingkat kesukaran pada soal PG.

Tabel Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Essay

No

Soal

Essay

Jumlah

Benar

KU

Jumlah

Benar

KA

Tingkat

Kesukaran

(TK)

Ket TK

36 8 2 62.5% sedang

37 6 2 50% sedang

38 8 8 56.25% sedang

39 6 1 44% sedang

40 4 0 25% sukar

Berdasarkan tabel di atas, soal-soal essay pada tes ini memiliki indeks

tingkat kesukaran yang terdiri dari sedang dan sukar. Pada tes ini terdapat

empat soal (no 36, 37, 38, dan 39) yang memiliki indeks tingkat kesukaran

yang sedang dan satu soal (no 40) yang memiliki indeks tingkat kesukaran

yang sukar.

Page 29: LAPORAN ANALISIS SOAL

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis tes mulai dari analisis validitas hingga analisis

butir soal didapatkan hasil sebagai berikut.

1. Analisis Soal PG

a. Validitas

Hasil perhitungan validitas tampilan soal PG pada tes ini adalah 68,75%.

Ini artinya 68,75% soal yang secara tampilan valid. Tes ini sebesar

68,75% soal mengukur apa yang hendak diukur yaitu mengukur hasil

belajar IPA siswa SD kelas VI.

b. Reliabilitas

Koefesien reliabilitas tes sebesar 0,77 (cukup baik). Ini artinya tes ini

cukup reliabel atau ajeg. Tes ini cukup dapat menghasilkan skor yang

konsisten walaupun diujikan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.

c. Butir soal

1) Daya Pembeda

Persentase daya pembeda pada soal-soal tes ini yaitu 20% sangat

rendah, 17,14% rendah, 11,43% cukup baik, 28,57% baik, dan

22,86% sangat baik. Daya pembeda yang rendah tidak ada

manfaatnya, karena dapat merugikan peserta didik yang belajar

sungguh-sungguh. Oleh karena itu, soal-soal yang memiliki daya

pembeda yang rendah perlu direvisi atau diperbaiki sehingga soal-

soal tersebut dapat membedakan antara peserta didik yang

menguasai materi dengan yang tidak menguasai.

2) Tingkat Kesukaran

Persentase tingkat kesukaran pada soal-soal tes pilihan ganda ini

yaitu 42,86 % soal sangat mudah, 17,14% soal mudah, dan 40% soal

sedang. Pada tes ini tidak ada soal yang tingkat kesukarannya sukar.

Soal-soal yang tingkat kesukarannya sangat mudah sebaiknya

Page 30: LAPORAN ANALISIS SOAL

dibuang atau direvisi sehingga soal tersebut memuat tingkat

kesukaran mudah, sedang , dan sukar. Tes yang baik memuat kira-

kira 25 % soal mudah, 50 % sedang dan 25 % sukar.

3) Pengecoh/ option

Banyak soal yang pengecohnya tidak berfungsi, yang pengecohnya

sama sekali tidak ada siswa yang memilih. Selain itu, ada pengecoh

yang dipilih siswa jumlahnya hampir mendekati jumlah kunci

jawaban yang dipilih siswa. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa

pengecoh/ option-nya menyesatkan siswa. Tetapi ada beberapa soal

yang semua pengecohnya sudah berfungsi/ bermanfaat.

2. Analisis Soal Essay

a. Validitas

Berdasarkan tampilan/ permukaan, soal-soal essay pada tes ini sudah

sesuai dengan kriteria. Maka dari itu, tes ini dikatakan valid secara

rasional.

b. Reliabilitas

Hasil koefesien reliabilitas tes ini adalah 0.38. Angka tersebut

menunjukkan bahwa tes ini tidak reliabel.

c. Butir soal

1) Daya pembeda

Pada tes ini terdapat satu soal yang indeks daya pembedanya sangat

rendah dan empat soal yang indeks daya pembedanya sangat baik.

Soal dengan daya pembeda sangat rendah perlu direvisi yaitu soal no

38.

2) Tingkat kesukaran

Pada tes ini terdapat empat soal yang memiliki indeks tingkat

kesukaran sedang dan hanya satu soal yang memiliki indeks tingkat

kesukaran sukar. Soal essay pada tes ini tidak memuat indeks tingkat

kesukaran yang mudah. Suatu tes yang baik soal-soalnya memuat

kira-kira indeks tingkat kesukaran 20 % mudah, 50% sedang, dan

25% sukar.

Page 31: LAPORAN ANALISIS SOAL

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil keseluruhan analisis tes, soal-soal pada tes ini sudah dapat

mengukur hasil belajar peserta didik tetapi pada tes ini masih terdapat

kekurangan pada beberapa soal. Soal-soal PG dan essay pada tes ini dapat

digunakan kembali dengan melakukan beberapa revisi atau perbaikan pada soal-

soal tersebut sehingga tes ini menjadi lebih obyektif dan efektif. Dengan

demikian, guru dapat membuat kumpulan soal yang dapat digunakan kembali

untuk melakukan evaluasi pembelajaran IPA kelas VI SD.

Page 32: LAPORAN ANALISIS SOAL

DAFTAR PUSTAKA

________. 2010. Panduan Analisis Butir Soal. [Online]. Tersedia :

http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ (24 Desember

2012)

Anisa, Alita arifiana . 2012. Analisis Kualitas Tes dan Butir Soal. [Online].

Tersedia : http://re-alitha.blogspot.com/2012/05/analisis-kualitas-tes-dan-

butir-soal.html (24 Desember 2012)

To, Karno. 2003. Mengenal Analisis Tes. Bandung : Jur PPB FIP UPI.

Wahyudin, Uyu. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI PRESS.

Page 33: LAPORAN ANALISIS SOAL