Upload
ayu-pratiwi-satriyo
View
764
Download
184
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Bahan dan Proses Pembuatan Roda Kereta Api
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki
karakterik dan keunggulan khusus, terutama dalam kemampuannya untuk
mengangkut baik orang maupun barang secara massal, menghemat energi,
menghemat penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi,
memiliki tingkat pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibandingkan
dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah
yang padat lalu lintasnya seperti angkutan perkotaan (UU RI No. 23, 2007)
Untuk mendukung operasional kereta api, maka diperlukan dukungan
penyediaan komponen yang berkesinambungan. Salah satunya adalah roda
kereta api.
Roda kereta api memiliki fungsi sesuai dengan kinerjanya yang
berpengaruh terhadap kriteria karakteristik yang harus dimiliki. Fungsi kereta
api adalah untuk menahan seluruh beban kereta api dan untuk menghasilkan
perpindahan posisi dengan gesekan dengan cara bergulir. Fungsi kereta api ini
yang harus dapat dipenuhi oleh karakteristik material roda kereta api.
Karakteristik yang harus dimiliki oleh roda kereta api antara lain kekerasan
permukaan yang tinggi untuk menahan gesekan, ketangguhan yang tinggi untuk
menahan beban dan keuletan yang tinggi. Karakteristik materal roda kereta api
tersebut dipengaruhi oleh pemilihan material dan proses manufaktur.
Dari latar belakang tersebut maka disusunlah laporan ini yang bertujuan
untuk mengetahui pemilihan material dan proses manufaktur yang sesuai
dengan kriteria karakteristik yang harus dimiliki, sehingga menunjang fungsi
dan kinerja roda kereta api. Roda kereta api yang diamati adalah roda kereta api
golongan C, yaitu untuk kereta dan gerbong untuk beban berat dengan
kecepatan normal (JIS E5402).
1
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa material yang digunakan untuk roda kereta api?
2. Bagaimana proses manufaktur roda kereta api?
3. Bagaimana kekerasan dan struktur mikro material roda kereta api?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pemilihan Bahan dan Proses pada
Jurusan Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal
Achmad Yani;
2. Mengetahui material yang digunakan untuk roda kereta api;
3. Mengetahui proses manufaktur roda kereta api;
4. Mengetahui kekerasan dan struktur mikro material roda kereta api.
1.4 Metodologi Penelitian
1.4.1 Metode Penyusunan Laporan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini yaitu:
1. Metode deskriptif
2. Metode eksperimen
2
1.4.2 Diagram Alir
Diagram alir penelitian sebagai berikut:
Gambar 1.1 Diagram alir penelitian
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini disampaikan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II DASAR TEORI
Pada bab ini disampaikan dasar teori yang menunjang
penelitian.
3
Mulai
Studi Literatur Persiapan Spesimen
Uji Kekerasan
Micro-Vickerz
Metalografi
Struktur Mikro
Analisis
Kesimpulan
Selesai
BAB III PROSES MANUFAKTUR
Pada bab ini disampaikan proses manufaktur yang dilakukan
pada roda kereta api
BAB IV DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini disampaikan hasil-hasil pengujian serta analisis
dan pembahasannya.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini disampaikan ringkasan hasil penelitian yang
dikaitkan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kereta api
2.1.1 Pengertian Kereta Api
Kereta api adalah sarana perkeratapaian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan kereta api. Sarana perkeretaapian menurut jeisnya
terdiri dari lokomotif, kereta, gerbon dan peralatan khusus. Yang
dimaksud dengan lokomotif adalah sarana perkeretaapian yang memiliki
penggerak sendiri yang bergerak dan digunakan untuk menarik dan/ atu
mendorong kereta, gerbon dan/ atau peralatan khusus. Kereta adalah
sarana perkeretaapian yang ditarik lokomotif atau mempunyai penggerak
sendiri yang digunakan untuk mengangkut orang barang, antara lain
gerbong datar, gerbong tertutup, gerbong terbuka dan gerbong tangki.
Peralatan khusus adalah sarana perkeretaapian yang tidak digunakan
untuk angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus,
antara lain kereta inspeksi (lori), gerbong penolong derek (crane), kereta
ukur dan kereta pemeliharaan jalan rel (Undang-Undang No. 23, 27)
2.1.2 Jenis Kereta Api
Kereta api dibedakan atas dasar kecepatan, tenaga penggerak, jenis
rel dan posisinya terhadap tanah. Berdasarkan kecepatannya kereta api
dibedakan menjadi kereta api kecepatan normal (kurang dari 200 km/jam)
dan kereta api kecepatan tinggi (lebih dari 200 km/jam). Berdasarkan
tenaga penggeraknya, kereta api dibedakan menjadi kereta api uap, kereta
api diesel dan kereta api listrik. Berdasarkan jenis relnya, kereta api
dibedakan menjadi kereta api konvensional dan kereta api monorel.
5
Berdasarkan posisinya terhadap tanah, kereta api dibedakan menjadi
kereta api permukaan dan kereta api bawah tanah.
2.2 Roda Kereta Api
2.2.1 Perangkat Roda Kereta Api (Wheel set)
Perangkat roda kereta api terpasang pada bogie dimana biasanya
pada satu bogie memiliki dua pasang roda (dua gandar) sehingga pada
masing-masing bogie terdiri dari empat buah roda. Sementara itu, sebuah
gerbong biasanya terdiri dari dua buah bogie shingga jumlah total roda
pada sebuah gerbong adalah delapan keping.
Rel dan roda merupakan pasangan yang sangat menentukan dan
menjadi ciri khas keunggulan dari kendaraan jalan rel. sebuah kendaraan
jalan rel pada dasarnya terdiri dari sebuah badan (body) yang ditopang
oleh bogie dengan seperangkat roda.
Gambar 2.1 Perangkat roda kereta api
2.2.2 Jenis Roda Kereta Api
Roda kereta api ada dua macam yaitu roda kereta api kasut
(bandasi/ bandase) dan roda kereta api monoblok (solid). Roda kasut
seperti tampak pada gambar 2.3 terdiri dari dua bagian yaitu peleg dan
ban baja yang dinamakan kasut roda. Pemasangan kasut roda dengan
peleg dilakukan dengan proses penekanan pada temperatur tertentu. Jika
6
terjadi keausan pada roda jenis ini, maka yang diganti cukup kasut
rodanya saja.
Gambar 2.2. Roda kasut
Pada perkembangannya penggunaan roda kasut diketahui
mengandung resiko yang cukup tinggi karena bisa terjadi hubungan yang
longgar antara kasut roda dan peleg yang bisa menyebabkan terlepasnya
kasut roda dari peleg. Kelonggaran ini bisa terjadi karena adanya
pemuaian kasut doa sebagai akibat dari adanya panas yang terjadi ketika
ada gesekan antara roda dengan rel dan juga antara roda dengan rem blok
pada proses pengereman. Ketika roda kereta api jenis ini dipakai, roda
tersebut harus sesering mungkin diperiksa untuk memastikan ada atau
tidak ada kelonggaran tersebut. Roda jenis ini banyak dipakai ketika
kecepatan kereta api masih dibawah 50 km/ jam.
Seiring perkembangan teknologi kereta api, kecepatan kereta api
semakin tinggi lebih dari 50 km/jam. Kecepatan kereta api yang semakin
tinggi tersebut mengakibatkan resiko terlepasnya kasut roda dari peleg
juga semakin tinggi. Oleh karena itu pada saat ini roda kereta api yang
banyak digunakan adalah roda kereta api jenis monoblok. Roda jenis
7
kereta jenis ini tidak mempunyai bagian-bagian yang terpisah seperti pada
jenis roda kasut, tetapi merpakan produk solid seperti yang ditunjukan
pada gambar 2.4.
Gambar 2.3 Roda Monoblok
Berdasarkan diameter dan penggunaannya, roda kereta api
dikelompokkan menjadi beberapa golongan seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penggolongan Roda Kereta Api
No. Jenis Roda Diameter
(mm)
Penggunaan
1. Golongan O 1016 Lokomotif DE/ GM
2. Golongan L 914 Lokomotif DE/ GE, DH
3. Golongan DD 850 Gerbong KKBW 50 ton
4. Golongan HH 860 KRL/ KRD
5. Golongan CC 774 Kereta dan gerbong
6. Golongan P 860 Kereta bogie K9
8
BAB III
PROSES MANUFAKTUR
3.1 Gambar Teknik Roda Kereta Api
Gambar 3.1 Gambar teknik roda kereta api
9
3.2 Material Roda Kereta Api
Material roda kereta api adalah baja karbon medium sampai baja karbon
tinggi. Roda kereta api grade C44 dibuat dari baja karbon medium. Hal tersebut
sesuai dan mengacu pula pada standar JIS E5402.
Tabel 3.1 Komposisi kimia material roda kereta api pada JIS E402
Grade
JIS E5402
%C
max
%Si
max
%M
n
max
%F
max
%S
Max
%Cr
max
%Co
max
%M
o
Max
%Ni
max
%V
max
C44 0.46 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
C48 0.50 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
C51 0.54 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
C55 0.58 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
C64 0.67 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
C74 0.77 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
Tabel 3.2 Sifat mekanik material roda kereta api pada JIS E402
Grade
JIS E5402
Yield
N/mm2
UTS
N/mm2
A (Min)
%
Z (Min)
%
Charpy U
20oC J min
Hardness
HB
C44 N/S 770-890 15 N/S 15 197 – 277
C48 N/S 820-940 14 N/S 15 235 - 285
C51 N/S 860-980 13 N/S 15 248 – 302
C55 N/S 800-1050 12 N/S 12 255 – 311
C64 N/S 940-1140 11 N/S 10 277 – 341
C74 N/S 1040-1240 9 N/S 8 293 - 363
3.3 Proses Pembuatan Roda Kereta Api
10
Roda kereta api dapat diproduksi dengan teknik pengecoran maupun
dengan teknik penempaan. Teknik ini tercantum pada standar JIS E 5402: 1998,
ASTM A 583: 1999. Kedua teknik ini sudah banyak diterapkan di industri roda
kereta api diseluruh dunia. Pada penelitian ini proses pembuatan yang
dilakukan adalah penempaan dengan tahapan proses sesuai pada gambar 3.3.
Gambar 3.2 Skema proses pembuatan roda kereta api
3.3.1 Proses Penempaan
Penempaan (forging) merupakan proses pembentukan logam
untuk menghasilkan produk akhir dengan memberikan gaya tekan
dengan laju pembebanan tertentu. Pada pembentukan ini, benda
kerja dipukul atau ditekan dengan perkakas melalui beberapa
tahapan. Beberapa contoh produk yang dihasilkan dengan
menggunakan teknologi penempaan antara lain connecting rod,
11
roda gigi, peralatan tangan dan komponen-komponen otomotif
lainnya.
Penempaan dapat dilakukan pada temperatur kamar (cold
forging) atau diatas temperatur kamar (warm atau hot forging).
Proses cold forging membutuhkan gaya yang lebih besar dan benda
kerja harus memiliki keuletan yang cukup pada temperatur kamar.
Hasil produknya akan memiliki permukaan akhir dan akurasi
ukuran yang baik. Sedangkan proses hot forging membutuhkan
gaya yang lebih kecil tetapi produknya memiliki permukaan akhir
dan akurasi ukuran yang tiak terlalu baik. Pada umumnya cold
forging dilakukan pada benda kerja yang berukuran kecil,
sedangkan hot forging dilakukan pada kerja yang berukuran besar.
Proses tempa menghasilkan aliran logam dan struktur butir
yang dapat dikontrol sehingga produknya memiliki kekuatan dan
ketangguhan yang baik. Produk tempa dapat digunakan untuk
aplikasi kekuatan tinggi.
Terdapat beberapa jenis penempaan antara lain open die
forging, closed die forging, precision forging, rotary swaging dan
lainnya. Pada proses pembuatan roda kereta api, proses yang
digunakan adalah open die forging dan closed die forging.
Open die forging adalah proses penempaan yang dilakukan
dengan meletakkan benda kerja diantara die yang berbentuk datar
atau yang berbentuk sederhana. Proses ini dilakukan untuk
memberikan bentuk awal benda kerja yang akan dilanjutkan dengan
closed die forging. Open die forging pada proses pembuatan roda
kereta api dilakukan dengan tekanan 2000 ton press.
Closed die forging adalah proses penempaan yang
menggunakan sepasang die block yang secara presisi membentuk
benda kerja yang diinginkan. Penempaan dengan menggunakan die
block ini akan menghasilkan produk yang memiliki toleransi ukuran
12
yang lebih presisi. Die block terdiri dari dua bagian, yaitu die
bagian atas dan die bagian bawah. Closed die forging pada proses
pembuatan roda kereta api dilakukan dengan tekanan 5000 ton
press.
3.3.2
13
3.3.2 Proses Induction Hardening
Proses induction hardening merupakan salah satu dari proses
pengerasan permukaan yang bertujuan untuk memperoleh
kekerasan hanya pada lapisan permukaan saja sehingga dihasilkan
material dengan permukaan yang memiliki kekerasan permukaan
tinggi sedangkan bagian dalamnya tetap seperti semula (kekerasan
rendah, tetapi keuletan tinggi). Hal ini sesuai dengan kebutuhan
roda kereta api yang memerlukan permukaan dengan kekerasan
tinggi tetapi bagian dalam tetap ulet.
Pada proses induction hardening, komposisi kimia dari
permukaan benda tidak berubah. Pengerasan dilakukan dengan
memanaskan hanya bagian permukaan dari benda tersebut.
Pemanasan ditimbulkan oleh arus induksi yang terjadi karena
adanya medan magnet yang berubah-ubah dengan sangat cepat
(disekitar konduktor yang dialiri listrik akan timbul medan magnet
yang besar dan arahnya tergantung pada besar dan arah arus yang
mengalir).
Arus induksi ini akan menimbulkan panas, karena arus
induksi ini terjadi di permukaan maka panas akan terjadi di
permukaan. Untuk menimbulkan pemanasan yang merata pada
permukaan, maka benda kerja diletakkan di dekat koil yang dialiri
arus bolak-balik frekuensi tinggi. Tebal kulit tergantung pada
tebalnya permukaan yang mengalami pemanasan sampai ke
temperatur austenit sebelum di quenching.
3.3.3 Proses Pemesinan
Proses pemesinan dilakukan untuk menyempurnakan bentuk
dari roda kereta api hasil penempaan.
14
15
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 Metalografi
Pada spesimen roda kereta api, dilakukan proses metalografi pada bagian-
bagian tertentu yaitu:
Gambar 4.1 Ilustrasi bagian pemotongan spesimen
Gambar 4.2 Spesimen metalografi roda kereta api
16
1
2
2 1
Spesimen dipotong dengan menggunakan gergaji manual, kemudian
spesimen diamplas mulai dari amplas 400-2000 grit. Proses dilanjutkan dengan
pemolesan menggunakan alumina dalam betuk pasta, kemudian dilakukan etsa.
Etsa dilakukan menggunakan Nital (HNO3 dengan pelarut alcohol konsentrasi
2%) selama 3 detik. Kemudian diamati struktur mikronya.
Hasil metalografi sebagai berikut:
Gambar 4.3 Hasil metalografi spesimen 1
Gambar 4.4 Hasil metalografi spesimen 2
4.2
17
4.2 Hasil Uji Keras
Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode micro-vickers dengan
tujuan untuk memperoleh hasil kekerasan di bagian permukaan dan bagian
dalam material. Data kekerasan ditunjukkan pada Tabel 4.1.Tabel 4.1 Data kekerasan spesimen roda kereta api
Titik
Ke-
Spesimen 1 Spesimen 2
Diagonal (µm) Kekerasan Diagonal (µm) Kekerasan
d1 d2 HV HB d1 d2 HV HB1 92.23 92.23 217.74 206.85 87.89 86.51 243.58 231.402 90.19 91.04 225.57 214.29 90.66 90.64 225.39 214.123 92.02 90.8 221.66 210.57 85.13 89.25 243.64 231.454 91.29 90.06 225.34 214.07 94.19 92.08 213.53 202.855 90.90 97.67 207.91 197.51 83.31 87.91 252.71 240.07
4.3
18
4.3 Analisis
Pada penelitian ini, dilakukan perancangan bahan dan proses manufaktur
dari roda kereta api jenis C yang digunakan untuk kereta dan gerbong untuk
beban berat dengan kecepatan normal (JIS E5402).
Bahan yang digunakan untuk roda kereta api harus memiliki sifat yang
menunjang fungsi dan kinerja roda kereta api, yaitu memiliki kekerasan
permukaan yang tinggi, ketangguhan yang baik dan keuletan yang baik. Untuk
mendapatkan material yang sesuai, dilakukan pemilihan bahan roda kereta api
ini dengan menggunakan skema klasifikasi material teknik seperti pada gambar
4.5.
Gambar 4.5 Skema klasifikasi material teknik
Pada dasarnya, material teknik dibagi atas 2 jenis yaitu logam dan non-
logam. Pemakaian material non-logam sebagai material roda kereta api tidak
memungkinkan karena kaakteristik material non-logam tidak mampu
menunjang kinerja roda kereta api. Keramik merupakan material yang memiliki
kekerasan yang tinggi dan tahan pada suhu tinggi, namun keramik memiliki
kegetasan yang tinggi. Polimer merupakan material yang tidak tahan suhu
tinggi dan memiliki ketangguhan yang rendah. Sedangkan komposit tidak dapat
19
Material
LogamFerrous
Baja
Karbon Rendah
Karbon Medium
Karbon TinggiBesi Cor
Non-Ferrous
Non-Logam
Keramik
Polimer
Komposit
digunakan sebagai material roda kereta api karena harga dari material yang
relatif mahal. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka material
non-logam tidak dapat digunakan sebagai material roda kereta api.
Logam terbagi atas 2 jenis yaitu ferrous dan non-ferrous. Logam non-
ferrous murni pada umumnya tidak digunakan begitu saja karena sifat-sifatnya
belum memenuhi syarat yang diinginkan, kecuali emas, platina dan perak yang
sudah memiliki sifat yang baik namun harganya mahal sehingga hanya
digunakan untuk keperluan khusus. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
logam non-ferrous tidak dapat digunakan sebagai material roda kereta api.
Logam ferrous terbagi atas 2 jenis yaitu baja dan besi cor. Besi cor
memiliki kekerasan yang tinggi, namun getas dan ketahanan ausnya rendah. Hal
ini menyebabkan besi cor tidak dapat digunakan sebagai material roda kereta
api.
Berdasarkan kandungan karbonnya, baja terbagi atas 3 jenis yaitu baja
karbon rendah, karbon medium dan karbon tinggi. Baja karbon rendah memiliki
keuletan yang baik, tetapi kekerasannya rendah dan tidak dapat dilakukan
proses perlakuan panas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka material
yang dapat digunakan sebagai roda kereta api yaitu baja karbon medium dan
baja karbon tinggi. Pada penelitian ini dipilihlah material baja karbon medium
atau JIS E5402 grade C44 dengan komposisi kimia dan sifat mekanik seperti
pada tabel 4. Baja karbon medium dapat memenuhi kebutuhan sifat
Tabel 4.2 Komposisi kimia material roda kereta api C44
Grade
JIS E5402
%C
max
%Si
max
%M
n
max
%F
max
%S
Max
%Cr
max
%Co
max
%M
o
Max
%Ni
max
%V
max
C44 0.46 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
Tabel 4.3 Sifat mekanik material roda kereta api C44
20
Grade
JIS E5402
Yield
N/mm2
UTS
N/mm2
A (Min)
%
Z (Min)
%
Charpy U
20oC J min
Hardness
HB
C44 N/S 770-890 15 N/S 15 197 – 277
Hasil pengujian kekerasan dari roda kereta api yang menunjukkan
kekerasan antara 197.51 – 240.0 HB menunjukkan hasil yang sesuai dengan
range pada JIS E5402 yang berkisar antara 197 – 277 HB. Penggunaan
pengujian mikro Vickers dimaksudkan untuk mengetahui kekerasan dalam
skala mikro sehingga dapat diketahui kekerasan bagian yang paling dekat
dengan permukaan dan dibandingkan dengan beberapa mikronmeter lebih
dalam. Seharusnya, proses pengerasan permukaan induction hardening
menghasilkan hasil kekerasan yang tinggi dipermukaan lalu semakin dalam
akan mengecil nilainya hingga nilainya tetap. Tetapi, pada penelitian ini tidak
didapatkan hasil seperti itu. Hasil yang tidak sesuai ini kemungkinan
diakibatkan oleh alat pengujian yang kurang sempurna, kesalahan dari penguji
dan sampel yang digunakan berasal dari roda kereta api bekas. Adapun grafik
hasil pengujian kekerasan pada penelitian ini seperti pada gambar 4.6.
1 2 3 4 50
50
100
150
200
250
300
206.85 214.29 210.57 214.07197.51
231.4214.12
231.12202.85
240.07
Spesimen 1Spesimen 2
Titik ke-
Keke
rasa
n (H
B)
Gambar 4.6 Grafik perbandingan kekerasan spesimen roda kereta api
21
Setelah perancangan bahan, maka dilakukan perancangan proses
manufaktur. Berdasarkan JIS E5402, terdapat dua jenis proses manufaktur yang
dapat dilakukan yaitu proses pengecoran dan proses penempaan. Pada laporan
ini tidak dilakukan proses pembuatan roda kereta api secara langsung, sehingga
hanya dilakukan peninjauan literatur untuk dibuat perbandingan antara proses
pengecoran dan penempaan. Kelebihan dari proses pengecoran adalah investasi
awal yang lebih murah, sedangkan kekurangan dari proses pengecoran adalah
proses yang harus dijaga agar tidak turbulensi, dies harus presisi dan
kemungkinan cacat lebih tinggi. Kelebihan dari proses penempaan adalah
keseragaman proses solidifikasi dan kemungkinan cacat yang lebih rendah,
sedangkan kelemahannya adalah investasi awal yang mahal. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, dipilihlah proses manufaktur penempaan sebagai proses
manufaktur roda kereta api pada penelitian ini.
Hasil struktur mikro pada kedua spesimen roda kereta api adalah ferrite
(pada bagian yang terang) dan martensite (pada bagian yang gelap).
22
BAB V
KESIMPULAN
1. Material yang cocok untuk roda kereta api yaitu baja karbon medium dengan
kandungan kimia seperti berikut:Tabel 5.1 Komposisi kimia material roda kereta api
Grade
JIS E5402
%C
max
%Si
max
%M
n
max
%F
max
%S
Max
%Cr
max
%Co
max
%M
o
Max
%Ni
max
%V
max
C44 0.46 0.40 0.90 0.040 0.040 0.30 0.30 0.08 0.30 0.05
(Sumber: JIS E5402)
2. Proses manufaktur yang cocok untuk roda kereta api yaitu penempaan dengan
tahapan:
- Continuous casting
- Penempaan
- Induction hardening
- Pemesinan
3. Hasil pengujian metalografi spesimen roda kereta api yaitu fasa martensite dan
fasa ferrite
4. Hasil pengujian kekerasan spesimen roda kereta api dapat diterima oleh standar
JIS E5402, sebagai berikut:Tabel 5.2 Hasil pengujian kekerasan
Titik
ke-
Kekerasan (HB)Spesimen
1Spesimen
21 206.85 231.402 214.29 214.123 210.57 231.454 214.07 202.85
23
5 197.51 240.07DAFTAR PUSTAKA
Clarke, Martin. 2008. Wheel Steel Handbook. London: Rail Safety & Standards
Board.
Kozin, Muhammad. 2012. Pengaruh Proses Perlakuan Panas terhadap Sifat Mekanik
dan Struktur Mikro Roda Kereta Api Buatan Lokal [tesis]. Jakarta: Program
Pascasarjana FMIPA Universitas Indonesia
Okagata, Yoshinori. 2013. Design Technologies for Railway Wheels and Future
Prospects. Osaka: Nippon Steel & Sumimoto Metal Technical Report No. 105
Poschmann, I. Heat Treatment for Railway Wheels, Tyres and Rings. Reinach:
Advanced Forging Technologies.
Brosur. 2012. Chicago: Amsted Rail Company, Inc.
Brosur. Switzerland: KLW WheelCo
Brosur. Waghausel: Schuler Pressen GmbH
BPPT. 2010. Pembuatan Ulang Roda Kereta Api dengan Metoda Bandage, Reverse
Engineering dengan Memanfaatkan Kemampuan Industri Kecil Menengah. Jakarta:
Pusat Teknologi Material BBPT.
2011. Minimum Operating Requirements for Freight Vehincles, Engineering
Standard. John Holland Rail.
2000. KS Wheel for Railway Rolling Stock. Korean Standards Association.
2011. M-107/M-208 AAR Manual of Standards and Recommended Practices Wheels
and Axles.
24