35
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015 MODUL : Distilasi Secara Batch PEMBIMBING : Iwan Ridwan, ST., MT Oleh Kelompok : III Nama : 1. Habibah Akmal 131424011 2. Hesti Diana Wahyuni 131424012 3. Ken Putri Kinanti KSP 131424013 Kelas : 2A - Teknik Kimia Produksi Bersih PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH Praktikum : 25 November 2014 Penyerahan : 04

Laporan Distilasi Batch (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Distilasi Batch

Citation preview

Page 1: Laporan Distilasi Batch (2)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL : Distilasi Secara Batch

PEMBIMBING : Iwan Ridwan, ST., MT

Oleh

Kelompok : IIINama : 1. Habibah Akmal 131424011

2. Hesti Diana Wahyuni 131424012 3. Ken Putri Kinanti KSP 131424013

Kelas : 2A - Teknik Kimia Produksi Bersih

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014

Praktikum : 25 November 2014Penyerahan : 04 Desember 2014(Laporan)

Page 2: Laporan Distilasi Batch (2)

Abstrak

Distilasi merupakan salah satu cara pemisahan campuran dalam fasa cair – cair menjadi

komponen penyusun berdasarkan perbedaan daya penguapan (volatility). Secara umum

distilasi dilakukan dengan cara menguapkan campuran tsb. Yang diikuti proses kondensasi,

sehingga dihasilkan distilat, sedang cairan yang relatif sulit menguap disebut residu.

Praktikum kali ini ditujukan untuk memisahkan campuran air dan etanol dengan cara

distilasi, menghitung jumlah konsentrasi etanol yang diperoleh dengan persamaan Rayleigh.

Proses distilasi secara batch ini diawali dengan membuat larutan etanol dengan berbagai

konsentrasi etanol untuk membuat kurva standar. Selanjutnya masukkan 1,5 liter etanol dan

1,5 liter air kedalam labu distilasi. Selama proses berlangsung dilakukan pengamatan pada

residu dan distilat setiap 10 menit sekali yang kemudian akan diukur massa jenisnya serta

mengukur volume distilat yang dihasilkan selama 10 menit. Berdasarkan praktikum yang

telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu operasi, maka semakin besar

konsentrasi etanol dalam distilat, semakin kecil konsentrasi etanol dalam waste (umpan),

serta semakin sedikit jumlah etanol dalam umpan. Berdasarkan percobaan yang telah

dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut Persamaan kurva standar etanol yaitu y = -

0,0025x + 1,2067, Luas total dibawah kurva xW vs 1/yD-xW yaitu sebesar 0,199, Jumlah cairan

etanol pada saat awal (Wo) yaitu sebesar 42606 mol, Jumlah cairan pada saat akhir operasi

(W) yaitu sebesar 34922,42994 mol, serta Jumlah etanol yang diperoleh (Destilat) yaitu

sebesar 7683,570057 mol.

Page 3: Laporan Distilasi Batch (2)

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan izin dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. Laporan ini disusun

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Laboratorium Teknik Kimia pada

semester tiga jurusan Teknik Kimia program studi D-IV Teknik Kimia Produksi Bersih

Politeknik Negeri Bandung. Adapun judul dari laporan ini adalah “Laporan Praktikum

Distilasi Secara Batch”

Dalam menyusun laporan ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Iwan selaku dosen Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung yang telah

membimbing penulis dalam menyusun laporan ini.

2. Seluruh rekan di kelas 2A-TKPB yang telah membantu dan memberikan arahan untuk

penyusunan laporan ini.

3. Orang tua, yang telah memberikan dorongan moril dalam kelancaran penyusunan

laporan ini.

4. Semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan arahan dalam

penyusunan laporan ini.

Semoga bantuan dan bimbingan serta dorongan dibalas oleh Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak kekurangan

karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak agar penulis dapat memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan diri di masa yang akan datang.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan menambah

pengetahuan umumnya bagi keluarga besar Politeknik Negeri Bandung.

Bandung, 28 November2014

Penulis

Page 4: Laporan Distilasi Batch (2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan secara luas. Di

seperempat abad pertama dari abad ke-20 ini, aplikasi unit distilasi berkembang pesat dari

yang hanya terbatas pada upaya pemekatan alkohol kepada berbagai aplikasi di hampir

seluruh industri kimia. Distilasi pada dasarnya adalah proses pemisahan suatu campuran

menjadi dua atau lebih produk lewat eksploitasi perbedaan kemampuan menguap komponen-

komponen dalam campuran. Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu klom baki (tray

column) atau kolom dengan isian (packing column) untuk mendapatkan kontak antar fasa

seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang lebih baik.

Operasi distilasi dilakukan untuk memisahkan campuran cair-cair menjadi komponen-

komponennya berdasarkan pada perbedaan titik didih. Operasi distilasi juga dilakukan setelah

proses ekstraksi untuk memisahkan kembali pelarutnya. Di industri, proses destilasi sering

kita jumpai pada industri pengilangan minyak bumi,pemurnian minyak atsiri, produksi

etanol, dll.

Proses pemisahan secara distilasi dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu.

Dalam operasi distilasi secara batch, sejumlah massa larutan umpan dimasukkan ke dalam

labu distilasi kemudian dipanaskan. Selama proses distilasi berjalan, larutan akan menguap.

Uap yang terbentuk akan segera meninggalkan labu distilasi untuk diembunkan. Dengan

demikian, sejumlah komponen dalam umpan yang memiliki titik didih rendah akan terpisah

lebih dahulu menjadi distilat.

Pada operasi distilasi batch, laju alir maupun komposisi umpan dan produk distilat

berubah setiap waktu selama operasi berlangsung. Proses pemisahan dengan metode distilasi

batch digunakan untuk proses pemisahan berkapasitas kecil, misalnya dilakukan di

laboratorium.

Distilasi batch dapat dilakukan dalam suatu kolom yang tersusun dari sejumlah

tumpukan packing yang dilengkapi dengan reboiler. Kolom distilasi batch dapat dipandang

sebagai kolom yang tersusun dari enriching section karena sebelum operasi dimulai, sejumlah

umpan dengan komposisi tertentu dimasukkan ke dalam reboiler.

Page 5: Laporan Distilasi Batch (2)

1.2 Tujuan

1. Dapat memisahkan campuran air dan etanol dengan cara distilasi

2. Membuat kurva konsentrasi distilat dan residu terhadap waktu

3. Menghitung jumlah etanol yang diperoleh dengan persamaan Rayleigh

1.3 Landasan Teori

Distilasi merupakan salah satu cara pemisahan campuran dalam fasa cair – cair menjadi

komponen penyusun berdasarkan perbedaan daya penguapan (volatility).

Secara umum distilasi dilakukan dengan cara menguapkan campuran tsb. Yang diikuti

proses kondensasi, sehingga dihasilkan distilat, sedang cairan yang relatif sulit menguap

disebut residu.

Mekanisme dalam proses distilasi adalah :

a. penguapan komponen yang relatif mudah menguap dalam campuran

b. kondensasi fasa uap dalam kondensor

c. penampungan distilat dalam penampung

Prinsip distilasi adalah pemisahan terjadi bila kondisi operasi berlangsung dalam

keadaan kesetimbangan ( equilibrium ) antara fasa uap–fasa cair. Bila salah satu komponen

dalam fasa cair bersifat lebih volatil dari pada yang lain, maka komponen tersebut di dalam

fasa uap dan fasa cair akan mempunyai komposisi yang berbeda. Umumnya operasi distilasi

dilakukan pada tekanan konstan.

Beberapa parameter yang berpengaruh dalam distilasi antara lain sifat campuran,

karakteristik kolom ( jenis kolom, panjang kolom ), parameter operasi (temperatur, tinggi

kolom, rasio-refluks, luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair dan koefisien

perpindahan massa).

Pada sistem campuran biner, persamaan neraca massa disusun dengan asumsi bahwa

campuran bersifat ideal, relative volatility konstan, hold-up dalam fasa cair dan uap serta

kehilangan panas pada dinding kolom dapat diabaikan. Selain itu kesetimbangan fasa uap dan

fasa cair di setiap tahap dicapai secara sempurna.

Pelaksanaan operasi distilasi batch dapat dilakukan dengan perbandingan refluks

konstan atau bervariasi. Gambar -1 berikut ditunjukan proses distilasi batch sederhana.

Page 6: Laporan Distilasi Batch (2)

Gambar 1. Skema dstilasi batch sederhana.

Bila jumlah tahap kesetimbangan adalah tunggal (single stage) dan pada setiap saat,

penambahan jumlah distilat (dD) sama dengan pengurangan jumlah cairan di reboiler (dW) ,

maka hubungan tersebut ditulis :

- dw = dD (1)

- yDdw = yDdD = - d(w.xw) (2)

yDdw = wdxw + xwdw (3)

Integrasi Persamaan (3) diperoleh :

(4)

dengan :

xW = komposisi fasa cair di reboiler

yD = komposisi fasa uap di distilat

Wo = jumlah cairan pada saat awal (mol)

W = jumlah cairan pada saat akhir operasi (mol)

Page 7: Laporan Distilasi Batch (2)

Persamaan (4) disebut persamaan Rayleigh dapat diselesaikan dengan salah satu cara,

yaitu integrasi secara grafis, numerik ataupun analitik. Selisih antara (yD–xW) tergantung

jumlah tahap, perbandingan refluks (R) dan hubungan kesetimbangan antara fasa uap-cair.

Penyelesaikan persamaan secara analitik dilakukan dengan menggunakan hubungan

antara kesetimbangan fasa uap-cair yang dinyatakan dengan relative volatility, yang

didifinisikan sebagai berikut :

(5)

Atau

(6)

dengan :

y* = komposisi komponen yang relatif lebih volatil di fasa uap yang berada dalam

kesetimbangan dengan x*

x* = komposisi komponen yang lebih mudah menguap di fasa cair

α = relative volatility

Dengan menggunakan Persamaan (4) dan (6) kemudian diselesaikan secara integrasi analitis

diperoleh persamaan :

(7)

Persamaan (4) atau (7) digunakan untuk menentukan jumlah produk atau distilat pada

berbagai komposisi.

Persamaan (4) diselesaikan dengan integrasi secara grafik dengan cara menghitung

luas di bawah kurva antara 1/(yD-xW) vs. xw, mulai dari xWo sampai xW yang diamati.

Gambar-2 berikut ditunjukkan bahwa komposisi distilat rata-rata (average) dihitung dengan

menggunakan persamaan :

(8)

Page 8: Laporan Distilasi Batch (2)

Gambar-2. Kurva penentuan luas di bawah kurva

.

Apabila hold-up tidak diabaikan, Colburn dan Stearn dan Asghar Husain

menurunkan persamaan neraca massa dinyatakan dengan laju pengurangan jumlah komponen

dalam reboiler,-d(WxW) ditambah dgn. laju perubahan jumlah hold-up dalam reboiler, -

d(Hxh) sama dengan laju akumulasi, xD.dW atau secara matematis ditulis sebagai berikut :

-d(wx) – d(Hxh) = -xwdw (9)

Integrasi Persamaan (9) mulai dari xWo sampai xW diperoleh :

(10)

dengan :

H = hold-up pada reboiler [ mol ]

xh = fraksi komposisi hold-up

Page 9: Laporan Distilasi Batch (2)

BAB II

PERCOBAAN

2.1 Alat yang digunakan

Seperangkat alat distilasi dan unit pengendali

Indeks bias/refraktometer

Jam pencatat waktu

Termometer

Gelas ukur 50 ml dan gelas kimia

Botol semprot dan tissue

Pipet tetes dan pipet ukur 5 ml serta bola isap

Erlenmeyer 250 ml

Bahan yang digunakan

Aquadest

Alkohol (etanol)

2.2 Keselamatan Kerja

Saat bekerja di laboratorium, baju kerja yang nyaman harus telah dikenakan.

Untuk beberapa eksperimen laboratorium biasa, cukup mengenakan jas

laboratorium berlengan panjang yang terbuat dari bahan tidak mudah meleleh

(disarankan dari katun atau kain campuran poliester dan katun). Jas laboratorium

tidak harus dikenakan di ruangan lain seperti ruang kuliah, perpustakaan, ruang

makan dan lain sebagainya supaya menghindari kontaminasi dengan bahan

kimia yang melekat.

Sepatu yang stabil dan tertutup harus dikenakan.

Selama bekerja di laboratorium, kacamata gelas dengan pelindung samping

harus dikenakan.

Saat menjalankan eksperimen, mahasiswa tidak boleh meninggalkan

laboratorium jika suatu pengukuran yang kontinyu dibutuhkan dan tidak ada

orang lain yang tahu tentang eksperimen tersebut dan dapat menangani kegiatan

Page 10: Laporan Distilasi Batch (2)

tersebut. Pada kasus eksperimen yang berbahaya, maka paling sedikit dua orang

yang harus ada.

Pada wilayah di laboratorium, makanan atau barang konsumsi harus disimpan

dan dilarang dimakan supaya tidak ada risiko terkontaminasi.

Terkait dengan risiko akibat adanya peningkatan wadah yang biasa digunakan

untuk makanan atau barang konsumsi, maka tidak boleh digunakan untuk

menyimpan bahan kimia, dan juga sebaliknya (makanan tidak boleh

ditempatkan pada wadah yang biasa digunakan untuk bahan kimia).

Merokok tidak diijinkan di laboratorium terkait dengan risiko bahaya pernafasan

akibat rokok terkontaminasi seperti halnya dengan bahan makanan, dan terkait

dengan risiko percikan api dan ledakan dengan bahan kimia yang mudah

terbakar.

2.3 Sifat Fisik dan Kimia Bahan

Etanol

Sifat fisik:

- Bentuk fisik : air

- Bau : khas alkohol

- Warna : tak berwarna

- Titik didih : > 760C (168,80F)

- Titik baku : -113,840C (-172,90F)

- Masa jenis : 0,789 – 0,806

- Densitas : 1,59 – 1,62

Sifat kimia:

- Solubilitas / kelarutan : larut dalam air dingin

- Kestabilan dan reaktivitas : stabil

- Kondisi yang harus dihindari : suhu tinggi, hindarkan dari sumber penyalaan

- Bahan-bahan yang harus dihindari : bahan-bahan yang teroksidasi, asam nitrat,

asam sulfat

H2O

Page 11: Laporan Distilasi Batch (2)

Sifat Fisik:

- Nama Sistematis : air

- Nama Alternatif : aqua, dihidrogenmonoksida, Hidrogen hidroksida

- Rumus Molekul : H2O

- Massa Molar : 18,0153 g/mol

- Densitas dan Fase : 0,998 g/cm³ (cair pada 20 °C) ; 0,92 g/cm³ (padat)

- Titik Lebur : 0 oC

- Titik Didih : 100 oC

- Kalor Jenis : 4184 J/kg.K (cair pada 20 oC)

Sifat Kimia:

- Pelarut yang penting karena mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti

garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik.

- Air memiliki perubahan suhu yang lambat,digunakansebagai penyimpan panas

yang baik.

- Sifat kepolaran air yang besar menyebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul

air.

2.4 Garis Besar Proses Kerja

2.5 Langkah kerja

Persiapan

Menggunakan APD

Melakukan percobaan

Mencatat hasil percobaan

Membersihkan alat alat yang

digunakan

Page 12: Laporan Distilasi Batch (2)

Pembuatan kurva kalibrasi

Proses Distilasi Fraksionasi

1. Buatlah larutan antara etanol dengan air dengan perbandingan tertentu dan jumlah volume total

10 ml (etanol 10 ml dan tidak ada air, etanol 9 dan air 1 ml)

dan sampai etanol 0 ml dan air 10 ml

2. Hasil dari no.1 di atas ukurlah indeks biasnya

3. Perbandingan volume tiap larutan dikonversi ke dalam konsentrasi yang dinyatakan

dalam komposisi fraksi mol etanol

Page 13: Laporan Distilasi Batch (2)

Masukkan etanol kadar 96 % dan aquadest masing-masing 1,5 Liter ke dalam labu distilasi (volume labu sekitar 5 Liter)

Ambil sampel umpan (feed) secukupnya dan periksa massa jenisnya

Alirkan air pendingin melalui bagian atas kolom fraksinasi

Atur temperatur pemanas sekitar 90 C dan temperatur kolom di bagian atas sekitar distilat 80oC

Nyalakan sistem pemanas (oil bath) dan tekan tombol untuk membuka aliran air pendingin

Pastikan sistem dalam kondisi Refluks Total (R total)

Setelah dicapai temperatur bubble-point, tentukan nilai R (L/D) mulai dari kecil hingga besar

Setelah dicapai temperatur bubble-point, tentukan nilai R (L/D) mulai dari kecil hingga besar

Setiap periode tertentu (10 menit selama 120 menit) ukur massa jenis distilat dan residu yang diperoleh

Buatlah kurva konsentrasi destilat dan residu terhadap waktu dengan menggunakandata di atas.

Page 14: Laporan Distilasi Batch (2)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi Ethanol Volume Etanol 96 % yang diambil untuk

pembuatan larutan standar

10 %

20 %

30 %

40 %

50 %

60 %

70 %

80 %

90 %

100 %

2,604 mL

5,208 mL

7,8125 mL

10,4167 mL

13,021 mL

15,625 mL

18,229 mL

20,833 mL

23,4375 mL

26,042 mL

1) Kurva Standar Ethanol

0 20 40 60 80 100 1200

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

f(x) = − 0.00253163636363636 x + 1.20672R² = 0.979737758500854

Konsentrasi Ethanol (%)

Dens

itas E

than

ol

Page 15: Laporan Distilasi Batch (2)

Sehingga didapatkan persamaan y = -0,0025x + 1,2067 untuk menghitung konsentrasi etanol

dalam destilat dan waste, dengan y = Densitas Etanol dan x = Konsentrasi Etanol (%)

2) Tabel Data Pengamatan Densitas Etanol Sampel

Massa Piknometer kosong = 23,56 gram

Volume Piknometer = 25 mL

Konsentrasi Ethanol Massa Piknometer +

Massa Ethanol

Massa Ethanol Densitas Ethanol

10 %

20 %

30 %

40 %

50 %

60 %

70 %

80 %

90 %

100 %

52,71 gram

51,44 gram

52,82 gram

51,38 gram

50,65 gram

50,17 gram

49,57 gram

48,86 gram

48,04 gram

46,83 gram

29,15 gram

28,88 gram

28,26 gram

27,82 gram

27,09 gram

26,61 gram

26,01 gram

25,3 gram

24,48 gram

23,27 gram

1,166 gram/ml

1,1552 gram/ml

1,1304 gram/ml

1,1128 gram/ml

1,0836 gram/ml

1,0644 gram/ml

1,0404 gram/ml

1,012 gram/ml

0,9792 gram/ml

0,9308 gram/ml

3) Tabel Data Pengamatan Distilat

Waktu

(menit)

Massa

Piknometer +

Massa sampel

Distilat

(gram)

Massa

Sampel

Distilat

(gram)

Densitas

Sampel

Distilat

(gram/mL)

Volume

Sampel

Distilat

(mL)

Konsentrasi

Sampel

Distilat

( yD / % )

0

10

20

30

40

-

47,65

47,68

47,73

47,45

-

24,09

24,12

24,17

23,89

-

0,9636

0,9648

0,9668

0,9556

-

80

103

70

100

-

97,24

96,76

95,96

100,44

Page 16: Laporan Distilasi Batch (2)

50

60

47,94

48,79

24,38

25,23

0,9752

1,0092

68

58

92,6

79

4) Tabel Data Pengamatan Waste

5) Tabel Data Pengamatan untuk membuat Kurva xW vs 1/yD-xW

Waktu

(menit)

Konsentrasi Sampel Distilat

( yD / % )

Konsentrasi Sampel dalam

Waste (xW / % )

1 / (yD – xW)

0

10

20

30

40

50

60

-

97,24

96,76

95,96

100,44

92,6

79

-

35

32,76

23,67

21,4

38,2

38,84

-

1,6067

1,5625

1,3833

1,2652

1,8382

2,4900

Waktu (menit) Massa

Piknometer +

Massa sampel

Waste (gram)

Massa

Sampel

Waste

(gram)

Densitas

Sampel

dalam Waste

(gram/mL)

Konsentrasi

Sampel

dalam Waste

(xW / % )

0

10

20

30

40

50

60

-

51,54

51,68

52,25

52,39

51,34

51,30

-

27,98

28,12

28,69

28,83

27,78

27,74

-

1,1192

1,1248

1,1476

1,1532

1,1112

1,1096

-

35

32,76

23,67

21,4

38,2

38,84

Page 17: Laporan Distilasi Batch (2)

6) Kurva xW vs 1/yD-xW

0.2 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.40

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Kurva xW vs 1/yD-xW

xW

1/yD

-xW

7) Menghitung Luas dibawah Kurva

0.2 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.32 0.34 0.360

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

xW

1/yD

-xW

1 2 3

Menghitung luas bangun 1

o Luas Bangun Persegi Panjang = (1,26-0) x (0,237-0,214)

= 1,26 x 0,023

Page 18: Laporan Distilasi Batch (2)

= 0,02898

o Luas Bangun Segitiga = 0,5 x (1,38-1,26) x (0,237-0,214)

= 0,5 x 0,12 x 0,023

= 0,00138

Menghitung luas bangun 2

o Luas Bangun Persegi Panjang = (1,38-0) x (0,327-0,237)

= 1,38 x 0,09

= 0,1242

o Luas Bangun Segitiga = 0,5 x (1,56-1,38) x (0,327-0,237)

= 0,5 x 0,18 x 0,09

= 0,0081

Menghitung luas bangun 3

o Luas Bangun Persegi Panjang = (1,56-0) x (0,35-0,327)

= 1,56 x 0,023

= 0,03588

o Luas Bangun Segitiga = 0,5 x (1,6-1,56) x (0,35-0,327)

= 0,5 x 0,04 x 0,023

= 0,00046

Menghitung Luas Total dibawah Kurva

Luas Total = 0,02898 + 0,00138 + 0,1242 + 0,0081

+ 0,03588 + 0,00046

Luas Total = 0,199

8) Menghitung jumlah cairan pada saat awal (Wo)

Diketahui :

BM etanol = 36 gr/mol

Volume etanol umpan = 1500 ml

ρ etanol = 0,789 gr/ml

Massa etanol umpan = Volume etanol umpan x ρ etanol

= 1500 ml x 0,789 gr/ml

= 1183,5 gr

Mol etanol umpan (Wo) = Massa etanol umpan / BM etanol

Page 19: Laporan Distilasi Batch (2)

= 1183,5 gr / 36 gr/mol

= 42606 mol

9) Menghitung jumlah cairan pada saat akhir operasi (W)

ln (WoW ) = ∫

xw

xwodxw

yD−xw

ln (WoW ) = Luas Total dibawah Kurva

ln (WoW ) = 0,199

(WoW ) = e0,199

(WoW ) = 1,2200181966

(42606 mol

W ) = 1,2200181966

W = 42606 mol

1,2200181966

W = 34922,42994 mol

10) Menghitung jumlah etanol yang diperoleh

- ∫ dW = ∫ dD

- (W-Wo) = D-Do

- (W-Wo) = D-0

- (W-Wo) = D

D = - (W-Wo)

D = - (34922,42994 mol - 42606 mol)

D = 7683,570057 mol

Page 20: Laporan Distilasi Batch (2)

PEMBAHASAN

Distilasi merupakan proses pemisahan campuran dua atau lebih (banyak) komponen

menjadi bagian-bagian atau komponen berdasarkan pada berbedaan volatilitas (kemudahan

menguap) atau perbedaan titik didih antara masing-masing komponen. Dalam praktikum ini

dilakukan pemisahan campuran biner antara Etanol dan Air. Proses pemisahan dilakukan

dengan destilasi fraksionasi.

Umpan disimpan dalam labu dasar bulat dipanaskan dengan pemanas parafin hingga

suhu 80oC, etanol akan menguap dan terkondensasi. Etanol yang telah terkondensasi akan

masuk kedalam penampung destilat. Refulx (L/D) pada pecobaan ini adalah 3/6 sehinga

selama 3 detik aliran uap etanol yang terkondensasi akan masuk kedalam penampung destilat

dan selama 6 detik uap etanol akan kembali kedalam penampung umpan (campuran etanol –

air).

Hasil destilat yang didapat diperiksa massa jenisnya setiap 10 menit. Begitu pun pada

residunya. Pemeriksaan massa jenis ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi destilat dan

residu. Penentuan konsentrasi dilakukan dengan membuat kurva standar antara konsentrasi

Vs. Massa jenis. Pemeriksaan konsentrasi melalui massa jenis ini dilakukan karena

refraktometer yang ada tidak dapat berfungsi dengan baik.

Mula – mula dilakukan pembuatan kurva standar. Variasi konsentrasi larutan standar

adalah 10% ,20% ,30% ,40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 96%. Setelah larutan standar

ini dibuat, diperiksa massa jenisnya. Setelah itu dibuat kurva antara massa jenis vs

konsentrasi.

Umpan yang dimasukkan adalah 1500 ml air dan 1500 ml etanol 96%. Setelah itu

umpan diukur massa jenisnya. Umpan dipanaskan hingga suhunya 80oC selama 60 menit.

labu penampung umpan diatur pada suhu 80oC adalah untuk menguapkan etanol. Karena jika

suhu melebihi titik didih etanol (78oC) maka air pun akan ikut menguap. Untuk mencapai

suhu 80oC, maka suhu penangas parafin di atur pada 96oC karena ada panas yang terbuang

kelingkungan. Waktu pemanasan dimulai ketika tetesan destilat pertama menetes kedalam

penampung destilat. Setiap 10 menit destilat dan residu diperiksa massa jenisnya untuk

Page 21: Laporan Distilasi Batch (2)

mengetahui perubahan konsentrasi pada saat awal proses destilasi berlangsung hingga proses

destilasi berakhir.

BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

Semakin lama waktu operasi, maka semakin besar konsentrasi etanol dalam

distilat, semakin kecil konsentrasi etanol dalam waste (umpan), serta semakin

sedikit jumlah etanol dalam umpan.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Persamaan kurva standar etanol yaitu y = -0,0025x + 1,2067

Luas total dibawah kurva xW vs 1/yD-xW yaitu sebesar 0,199

Jumlah cairan etanol pada saat awal (Wo) yaitu sebesar 42606 mol

Jumlah cairan pada saat akhir operasi (W) yaitu sebesar 34922,42994 mol

Jumlah etanol yang diperoleh (Destilat) yaitu sebesar 7683,570057 mol

Page 22: Laporan Distilasi Batch (2)

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C., C J., “Transport Process and Unit Operation” 3rd., Prentice Hall,

Upper Saddle River New Jersey,1993.

Peters and Timmerhauss, “Plant Design and Economic for Chemical Engineering”

Mc.Graw-Hill Chemical Engineering Series.

Page 23: Laporan Distilasi Batch (2)

LAMPIRAN

1) Pembuatan Kurva Standar Ethanol

Membuat ethanol 10% dari ethanol 96%

25mL x 10% = Vetanol x 96%

Vetanol = 2,604 mL

Membuat ethanol 20% dari ethanol 96%

25mL x 20% = Vetanol x 96%

Vetanol = 5,208 mL

Membuat ethanol 30% dari ethanol 96%

25mL x 30% = Vetanol x 96%

Vetanol = 7,8125 mL

Membuat ethanol 10% dari ethanol 96%

25mL x 40% = Vetanol x 96%

Vetanol = 10,4167 mL

Membuat ethanol 50% dari ethanol 96%

25mL x 50% = Vetanol x 96%

Vetanol = 13,021 mL

Membuat ethanol 60% dari ethanol 96%

25mL x 60% = Vetanol x 96%

Vetanol = 15,625 mL

Membuat ethanol 70% dari ethanol 96%

25mL x 70% = Vetanol x 96%

Vetanol = 18,229 mL

Membuat ethanol 80% dari ethanol 96%

25mL x 80% = Vetanol x 96%

Vetanol = 20,833 mL

Membuat ethanol 90% dari ethanol 96%

25mL x 90% = Vetanol x 96%

Page 24: Laporan Distilasi Batch (2)

Vetanol = 23,4375 mL

Membuat ethanol 100% dari ethanol 96%

25mL x 100% = Vetanol x 96%

Vetanol = 26,042 mL

2) Perhitungan Konsentrasi Etanol dalam Distilat

Diketahui y = 0,9636

y = -0,0025x + 1,2067

0,9636 = -0,0025x + 1,2067

x = 97,24 %

Diketahui y = 0,9648

y = -0,0025x + 1,2067

0,9648 = -0,0025x + 1,2067

x = 96,76 %

Diketahui y = 0,9668

y = -0,0025x + 1,2067

0,9668 = -0,0025x + 1,2067

x = 95,96 %

Diketahui y = 0,9556

y = -0,0025x + 1,2067

0,9556 = -0,0025x + 1,2067

x = 100,44 %

Diketahui y = 0,9752

y = -0,0025x + 1,2067

0,9752 = -0,0025x + 1,2067

x = 92,6%

Diketahui y = 1,0092

y = -0,0025x + 1,2067

1,0092 = -0,0025x + 1,2067

x = 79 %

3) Perhitungan Konsentrasi Etanol dalam Distilat

Diketahui y = 1,1192

y = -0,0025x + 1,2067

Page 25: Laporan Distilasi Batch (2)

1,1192 = -0,0025x + 1,2067

x = 35 %

Diketahui y = 1,1248

y = -0,0025x + 1,2067

1,1248 = -0,0025x + 1,2067

x = 32,76 %

Diketahui y = 1,1476

y = -0,0025x + 1,2067

1,1476 = -0,0025x + 1,2067

x = 23,67 %

Diketahui y = 1,1532

y = -0,0025x + 1,2067

1,1532 = -0,0025x + 1,2067

x = 21,4 %

Diketahui y = 1,1112

y = -0,0025x + 1,2067

1,1112 = -0,0025x + 1,2067

x = 38,2%

Diketahui y = 1,1096

y = -0,0025x + 1,2067

1,1096 = -0,0025x + 1,2067

x = 38,84 %

Page 26: Laporan Distilasi Batch (2)

1. Dokumentasi Praktikum

Rangkaian alat distilasi batch

Tabung penampung distilat

Kondensor pada alat distilasi batch

Cairan distilat dan residu yang akan di uji menggunakan

pignometer

Page 27: Laporan Distilasi Batch (2)