23
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlaku Sejak LAPORAN PRAKTIKUM Revisi LABORATORIUM SPT Halaman LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI PENGENALAN ALAT, MIKROTOM, OPTI LAB, DAN PEMBUATAN PREPARAT NAMA : Dawam Suprayogi DOSEN : Dr. E.Suharyanto,M.S.,M.Sc., Ph.D LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Laporan Instrumentasi SPT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Instrumentasi Laaboratorium SPT UGM

Citation preview

Page 1: Laporan Instrumentasi SPT

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

PENGENALAN ALAT, MIKROTOM, OPTI LAB,

DAN PEMBUATAN PREPARAT

NAMA : Dawam Suprayogi DOSEN : Dr. E.Suharyanto,M.S.,M.Sc., Ph.D

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Laporan Instrumentasi SPT

1

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

I. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengetahui nama dan fungsi alat-alat yang ada di

dalam laboratorium struktur perkembangan tumbuhan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat preparat tumbuhan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja mikrotom dalam pembuatan

preparat dan penggunaan optilab untuk keperluan pengamatan.

II. Dasar Teori

2.1 Jenis Preparat

Mikroteknik secara umum dikenal sebagai teknik pembuatan preparat

mikroskopis, menganalisis, dan juga melakukan mikrometri sebagai bagian dari

proses penelitian histologi. Preparat tumbuhan dibuat dengan beberapa jenis

tergantung dari tujuan penggunaan preparat tersebut. Jenis tersebut yaitu

preparat segar, preparat semi permanen, dan preparat permanen.

1. Preparat segar

Preparat segar digunakan untuk mengamati jaringan dalam kondisi hidup.

Salah satu contoh penggunaannya adalah pengamatan pergerakan

kloroplas pada Hydrilla sp. Preparat segar menggunakan media akuades

sehingga hanya dapat digunakan dalam waktu singkat. Setiap pengamatan

menggunakan preparat segar dianjurkan untuk membuat preparat baru

terlebih dahulu.

2. Preparat semi permanen

Preparat semi permanen dapat bertahan lebih lama dari pada preparat

segar. Preparat ini menggunakan media gliserin. Menurut Susandarini

(2004) gliserin memiliki indeks refraksi 1,4 dan baik digunakan untuk

preparat semi permanen.

Page 3: Laporan Instrumentasi SPT

2

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

3. Preparat permanen

Media yang digunakan pada preparat permanen adalah balsam kanada.

Adds et.al (2001) menjelaskan penggunaan balsam kanada memiliki

keuntungan yaitu pengeringan lebih cepat dan tidak berubah warna dalam

waktu lama. Preparat permanen yang diproduksi dengan cara ini dapat

disimpan dalam waktu lama tanpa penurunan kualitas.

2.2 Metode Pembuatan Preparat

Selain jenis-jenis preparat berdasarkan umur pemakaiannya, membuat

preparat juga dapat dilakukan dengan beberapa metode. Hal ini dilakukan

berdasarkan tujuan pengamatan dari preparat yang akan dibuat. Metode tersebut

yaitu antara lain metode paraffin, metode squash, metode asetolisis, metode

maserasi, dan metode whole mount.

Metode paraffin digunakan untuk pembuatan preparat yang memiliki tekstur

lunak seperti daun, bunga, dan pucuk tumbuhan. Dengan di embedding pada

paraffin, jaringan yang lunak akan menjadi lebih mudah untuk di iris. Selain

metode paraffin dikenal juga metode squash. Metode ini digunakan untuk

mengamati mitosis yang biasanya menggunakan akar tumbuhan.

Metode asetolisis digunakan saat membuat preparat serbuk sari (pollen)

dan spora. Metode ini menggunakan campuran asam asetat glasial dan asam

sulfat pekat dengan perbandingan 9:1. Dengan direndam pada campuran

tersebut, dinding sel pollen menjadi lisis. Sebelum diamati menggunakan

mikroskop, objek di berikan minyak silikon (Preston, 1963).

Metode maserasi digunakan dengan prinsip membusukkan beberapa

bagian jaringan tertentu, Dengan cara ini, jaringan yang diamati akan tetap utuh

dan lebih jelas. Metode ini memiliki tiga variasi cara yaitu metode Jeffery, metode

Harlow, dan metode Schultze (Bendre dan Kumar, 2009).

Membuat preparat dengan metode whole mount akan menghasilkan objek

preparat berada dalam keadaan utuh. Kondisi tersebut memungkinkan

Page 4: Laporan Instrumentasi SPT

3

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

pengamatan struktur utuh dari suatu organisme dan objek akan terlihat dengan

jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati

menggunakan metode whole mount ini adalah struktur reproduksi maupun

struktur vegetatif pada suatu organisme. Objek preparat tumbuhan yang dapat

dibuat sengan metode ini adalah tumbuhan kecil yang dapat di tempatkan dalam

kaca objek. Objek tersebut di mounting dengan asam laktat 85% (Youssef dan

Dugan, 2000).

2.3 Mikrotom

Mikrotom adalah alat yang digunakan untuk memotong spesimen. Alat ini

digunakan untuk membuat preparat jaringan. Hasil preparat yang baik tergantung

pada pengetahuan yang mendalam tentang peralatan dan pengalaman praktis.

Mikrotom dapat mempuat potongan specimen dengan ketebalan yang paling

umum digunakan yaitu 5-10µm (Majrit, 2008).

Kebanyakan proses pembuatan preparat menggunakan mikrotom

dilakukan pada blok jaringan yang ditanam pada parafin. Mekanisme kerja

mikrotom adalah obyek (blok parafin) bergerak maju dengan jarak yang telah

ditentukan sampai bersentuhan dengan pisau pemotong. Spesimen bergerak

secara vertikal melewati permukaan pisau sehingga menghasilkan irisan tipis

jaringan (Bancroft et al., 2008).

Berdasarkan prinsip kerjanya mikrotom terdiri dari beberapa jenis,

diantaranya:

1. Mikrotom Tangan (Hand microtome)

Mikrotom tangan merupakan bentuk paling dasar. Bentuknya

menyerupai penggulung benang, dan memiliki satu lubang tempat

memasukkan dan mengunci objek (dalam fiksatif) yang akan diiris.

Setelah objek dimasukkan ke dalam lubanmg mikrotom, pengirisan

dilakukan dengan silet atau pisau tajam. Irisan dengan ketebalan 150-

250µm dapat dipotong dengan menggunakan alat ini (Hayat, 1981).

Page 5: Laporan Instrumentasi SPT

4

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Selain itu, alat ini dapat juga digunakan untuk mengiris jaringan yang

bertekstur keras.

2. Mikrotom Putar (Rotary Microtome)

Mekanisme dasar mikrotom putar menggunakan roda yang dapat

diputar 360o. Spesimen bergerak vertikal melewati permukaan pisau

pemotong dan kembali ke posisi awal. Mikrotom putar memiliki

beberapa model yaitu: manual, semi otomatis, dan otomatis.

Keuntungan penggunaan mikrotom ini yaitu: kemampuan untuk

memotong tipis spesimen, dan dapat digunakan pada semua jenis

jaringan (Mailhiot, 2005 dalam Bancroft et al., 2008).

3. Mikrotom geser (Sliding microtome)

Pada mikrotom ini bagian yang bergerak pada saat pengirisan sampel

adalah pisaunya. Sampel diletakkan pada bagian yang terkunci, lalu

pisau yang digerakkan akan mengiris objek dengan ketebalan yang

ditentukan. Mikrotom ini digunakan untuk sampel yang bertekstur keras

atau pada sampel yang di embedding dalam celloidin (Bancroft et al.,

2008).

2.4 Mikroskop cahaya

Keingintahuan akan benda-benda kecil yang mikroskopis, mendorong

ditemukannya mikroskop. Mikroskop yang pertama kali ditemukan dan

dikembangkan adalah mikroskop cahaya. Dalam mikroskop cahaya, cahaya

tampak diteruskan melalui spesimen dan kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini

merefraksikan cahaya sedemikian rupa sehingga citra spesimen diperbesar

ketika diproyeksikan ke mata atau ke kamera.

Tiga parameter penting dalam teknik penggunaan mikroskop adalah

perbesaran, resolusi dan kontras. Perbesaran adalah rasio ukuran citra objek

Page 6: Laporan Instrumentasi SPT

5

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

dengan ukuran objek sebenarnya. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara

efektif 1000 kali ukuran objek sebenarnya. Dengan perbesaran lebih tinggi lagi

akan membuat detail benda tidak lagi terlihat jelas. Resolusi adalah ukuran

kejelasan citra; jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih

dapat dibedakan sebagai dua titik. Parameter ketiga adalah kontras, ini

didefinisikan sebagai kemampuan menonjolkan perbedaan bagian dari sampel.

Sehingga bagian-bagian sel dapat lebih jelas dibedakan (Reece et. al., 2011).

III. Metode

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu :

Hari, tanggal : Selasa, 3 Desember 2013

Pukul : 09.00 sampai selesai

Tempat : Laboratorium Struktur Perkembangan Tumbuhan

Universitas Gadjah Mada

3.2 Alat

Pada praktikum kali ini dijelaskan cara penggunaan alat-alat yang

digunakan pada laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Antara

lain:

1. Hot plate

2. Kaca objek dan Kaca penutup

3. Mikroskop

4. Mikrotom

5. Optilab

6. Oven

7. Pengasah Pisau Mikrotom

8. Pisau Silet

Page 7: Laporan Instrumentasi SPT

6

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

3.3 Bahan

Selain penggunaan alat, digunakan juga beberapa bahan-bahan, antara lain:

1. Alkohol

2. Balsam Kanada

3. Fast Green

4. Parafin

5. Safranin

6. Xilol

3.4 Prosedur Kerja

Berikut dijelaskan prosedur kerja pembuatan preparat:

Preparat Segar

1. Diteteskan akuades di tengah kaca objek bersih.

2. Diambil bagian tumbuhan yang akan diamati, bila jaringan terlalu besar

gunakan pisau silet untuk mengirisnya

3. Ditempatkan objek pengamatan ke dalam akuades pada kaca objek.

4. Ditempatkan kaca penutup secara perlahan menyentuh akuades pada

kaca objek dengan membentuk sudut 60 derajat lalu dijatuhkan dengan

hati-hati hingga objek tertutup.

Preparat Semi Permanen

1. Dipotong bahan dengan menggunakan sliding microtome,

2. Ditampung irisan dalam petridish yang berisi akuades,

3. Diambil irisan lalu letakkan diatas kaca objek

4. Dibubuhi dengan gliserin, ditutup dengan gelas penutup.

Page 8: Laporan Instrumentasi SPT

7

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Preparat Permanen Tanpa Embedding

Hari ke I: Fiksasi: Dipakai larutan Alkohol 70%

Pengirisan: Dibuat irisan-irisan melintang atau membujur dengan

menggunakan Sliding microtome dengan ketebalan 20-30µm

(mikronmeter). Irisan ditampung dalam petridish yang diberi

Alkohol 70%.

Pewarnaan: Dengan menggunakan Safranin 1 % dalam Alkohol

70% selama 24 jam.

Hari ke II: Safranin dibuang lalu diganti berturut-turut dengan :

Alkohol 70% ............................................................. 10 menit

Alkohol 80% ............................................................. 10 menit

Alkohol 95% ............................................................. 10 menit

Alkohol 100% ........................................................... 10 menit

Alkohol 100% ........................................................... 10 menit

Alkohol/xilol 3:1 ........................................................ 10 menit

Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 10 menit

Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 10 menit

Xilol .......................................................................... 10 menit

Xilol .......................................................................... 10 menit

Penutupan: Irisan diatur diatas gelas benda ditutup dengan gelas

penutup dengan pemberian Balsam Kanada terlebih dahulu.

Preparat dikeringkan dikeringkan diatas hot plate dengan

temperature 45°C hingga Balsam Kanada kering.

Pemberian nama: Disebelahah kiri gelas penutup dilekatkan

etiket dan diberi keterangan: nama spesies, organ, penampang.

Page 9: Laporan Instrumentasi SPT

8

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Preparat Permanen dengan Embedding pada Paraffin

Hari ke I: Fiksasi: Dipakai larutan FAA :

Formalin ................................................................... 5 bagian

Asam asetat glasial .................................................. 5 bagian

Alkohol 70% ............................................................. 90 bagian

Diamkan selama 24 jam.

Hari ke II: Pencucian dan dehidrasi:

Fiksatif dibuang lalu diganti berturut-turut dengan :

Alkohol 70% ............................................................. 30 menit

Alkohol 80% ............................................................. 30 menit

Alkohol 95% ............................................................. 30 menit

Alkohol 100% ........................................................... 30 menit

Alkohol 100% ........................................................... 30 menit

Dealkoholisasi:

Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 30 menit

Alkohol /xilol 1:1 ....................................................... 30 menit

Alkohol/xilol 1:3 ........................................................ 30 menit

Xilol .......................................................................... 30 menit

Xilol .......................................................................... 30 menit

Campuran Xilol/paraffin 1:9 dengan temperature 57°C selama 24

jam

Hari ke III :Infiltrasi: Campuran xilol/paraffin dibuang diganti dengan paraffin

murni. Temperatur tetap 57°C selama 24 jam.

Hari ke IV: Penyelubungan: Parafin dibuang diganti dengan paraffin murni

yang baru. Setelah ±1 jam dibuat blok.

Page 10: Laporan Instrumentasi SPT

9

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Hari ke V: Pengirisan: Dibuat irisan-irisan dengan menggunakan rotary

microtome dengan ketebalan 6-12µm (mikronmeter).

Perekatan: Irisan direkatkan pada gelas benda dengan campuran

Gliserin : Albumin yang dibubuhi air, kemudian gelas benda

ditaruh diatas Hot plate dengan temperature 45°C sampai pita

paraffin merenggang.

Hari ke VI: Pewarnaan : dengan safranin 1% dalam Alkohol 70% dan fast

green 1% dalam Alkohol 95%. Berturut-turut gelas benda

dimasukkan dalam :

Xilol .......................................................................... 3 menit

Xilol .......................................................................... 3 menit

Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 3 menit

Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 3 menit

Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 3 menit

Alkohol 100% ........................................................... 3 menit

Alkohol 100% ........................................................... 3 menit

Alkohol 95% ............................................................. 3 menit

Alkohol 80% ............................................................. 3 menit

Alkohol 70% ............................................................. 3 menit

Safranin 1% dalam Alkohol 70% .............................. 1 jam

Alkohol 70% ............................................................. 1 menit

Alkohol 80% ............................................................. 1 menit

Alkohol 95% ............................................................. 1 menit

Alkohol 100% ........................................................... 1 menit

Alkohol 100% ........................................................... 1 menit

Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 1 menit

Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 1 menit

Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 1 menit

Page 11: Laporan Instrumentasi SPT

10

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Xilol .......................................................................... 1 menit

Xilol .......................................................................... 1 menit

Penutupan: Irisan ditutup dengan gelas penutup dengan

pemberian Balsam Kanada terlebih dahulu. Preparat dikeringkan

diatas Hot plate dengan temperature 45°C hingga Balsam Kanada

kering.

Pemberian nama: Disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket

dan diberi keterangan: nama spesies, organ, penampang.

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Laboratorium

Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Fakultas Biologi

Universitas Gadjah Mada merupakan sebuah laboratorium yang digunakan untuk

melakukan berbagai akitivitas yang berkaitan dengan percobaan maupun

kegiatan-kegiatan penelitian. Dalam menjalankan fungsinya, laboratorium ini

didukung dengan perangkat peralatan, bahan-bahan, mekanisme termasuk tata

cara penggunaan alat, dan organisasi pengelolaannya. Laboratorium ini dipimpin

oleh Bapak Dr. E. Suharyanto, M.S, M.Sc, Ph.D., dan dibantu oleh staff dosen

lainnya yaitu Prof. (Emeritus) Dr. Issirep Sumardi, Prof. Dr. L. Hartanto Nugroho,

M.Agr., Dr. Maryani, M.Sc., Drs. Sutikno, S.U., dan Dra. Siti Susanti, M.S. serta

asisten dan seorang laboran.

Laboratorium ini juga aktif melakukan berbagai kegiatan penelitian.

Penelitian yang dilakukan pada laboratorium ini meliputi beberapa bidang dalam

ilmu botani. Bidang penelitian tersebut yaitu morfologi, anatomi, embriologi,

mikroteknik, palinologi, organologi, metabolik sekunder, kultur jaringan, dan

beberapa tema di bidang fisiologi. Ruangan yang terdapat di dalam laboratorium

Page 12: Laporan Instrumentasi SPT

11

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

ini meliputi ruang kuliah dan praktikum, ruang penelitian, ruang pembuatan

preparat, ruang kultur jaringan, dan ruang asisten.

4.2 Instrumentasi Alat dan Bahan

Pada praktikum instrumentasi ini, dijelaskan beberapa alat yang biasa

digunakan dalam praktikum maupun penelitian pada laboratorium struktur

perkembangan tumbuhan. Setiap alat memiliki fungsi dan spesifikasi masing-

masing, sehingga dalam penggunaannya menyesuaikan dengan kebutuhan

peneliti. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa alat yang terdapat dalam

laboratorium struktur perkembangan tumbuhan.

1. Hot plate

Dalam pembuatan preparat, hot plate digunakan

untuk mengeringkan preparat. Preparat yang telah

diletakkan di kaca objek, di beri gliserin atau kanada

balsam (tergantung jenis preparat). Setelah diberi

gliserin atau kanada balsam, preparat diletakkan di

atas hot plate (Gambar 1) dengan suhu sekitar

45oC. Penggunaan hot plate ini akan menghemat

waktu pengeringan preparat, sehingga proses

pembuatan preparat menjadi lebih cepat.

Gambar 1. Hot plate

Page 13: Laporan Instrumentasi SPT

12

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

2. Kaca objek dan kaca penutup

Kaca objek (object glass) dan kaca penutup (cover

glass) sangat umum digunakan dalam pembuatan

preparat. Kaca ini berfungsi sebagai tempat

meletakkan irisan-irisan preparat. Untuk menjaga

agar kaca penutup tetap melekat dengan kaca

objek pada preparat biasa digunakan gliserin atau

kanada balsam. Pada Gambar 2 terlihat

penggunaan kaca objek dan kaca penutup sebagai

tempat meletakkan preparat yang telah di iris

menggunakan mikrotom dengan metode paraffin.

3. Mikroskop

Mikroskop secara umum digunakan untuk

membantu mengamati benda yang berukuran

mikroskopis. Salah satunya adalah sel tumbuhan.

Mikroskop dipakai untuk mengamati preparat yang

telah dibuat sehingga dapat digambar, diukur,

maupun difoto. Pada laboratorium struktur

perkembangan tumbuhan terdapat mikroskop

cahaya, baik yang monokuler (Gambar 3) maupun

binokuler. Sumber cahaya pada mikroskop

tersebut telah menggunakan lampu LED yang

menghasilkan cahaya berwarna putih, sehingga

objek yang diamati menjadi lebih jelas.

Gambar 3. Mikroskop cahaya

monokuler

Gambar 2. Preparat pada kaca objek

Page 14: Laporan Instrumentasi SPT

13

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

4. Mikrotom

Terdapat dua jenis mikrotom di laboratorium

struktur perkembangan tumbuhan. Mikrotom

tersebut adalah mikrotom geser (Gambar 4) dan

mikrotom putar (Gambar 5). Penggunaan dua jenis

mikrotom ini dibedakan berdasarkan sampel yang

akan diiris. Mikrotom geser digunakan untuk

sampel yang teksturnya keras dan tidak perlu di

embedding dalam paraffin.

Mikrotom putar

digunakan untuk

mengiris preparat yang

teksturnya keras

maupun lunak. Untuk penggunaan mikrotom putar,

objek biasanya di embedding dalam paraffin. Pada

mikrotom putar, objek yang akan diiris diletakkan di

bidang yang terkunci namun akan bergerak naik

turun seiring dengan putaran roda putar mikrotom.

Pisau pada mikrotom putar tidak dapat digerakkan.

5. Optilab

Secara fisik, optilab (Gambar 6) merupakan

kamera dengan resolusi 5 megapixel yang

dihubungkan ke komputer/laptop melalui port

USB. Optilab dipasangkan dengan mikroskop

sebagai pengganti lensa okuler (Gambar 7). Oleh

karena itu, optilab juga memiliki perbesaran yang

sama dengan lensa okuler pada umumnya yaitu

Gambar 4. Mikrotom geser

(sliding microtome)

Gambar 5. Mikrotom putar

(rotary microtome)

Gambar 6. Optilab

Page 15: Laporan Instrumentasi SPT

14

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

10X. Optilab adalah salah satu alat bantu untuk menayangkan bidang

pengamatan mikroskop melalui komputer/laptop.

Dengan dihubungkannya bidang pengamatan mikroskop ke

komputer/laptop, hasil pengamatan tersebut juga dapat disimpan sebagai

gambar atau video, dan juga dapat ditayangkan melalui infocus proyektor.

Sebagai upaya modernisasi perangkat mikroskop,

penggunaan optilab sangat berperan positif termasuk

dalam dunia pendidikan.. Penggunaan optilab

meningkatkan efisiensi mikroskop, karena tidak

diperlukan banyak mikroskop untuk pengamatan

objek. Selain itu, dengan ditampilkannya hasil

pengamatan ke layar, peserta didik dapat mengamati

objek yang sama dalam waktu bersamaan. Hal ini

dapat menghindari kesalahan persepsi peserta didik

dalam mendeskripsikan objek amatan yang

dilihatnya.

6. Oven

Oven digunakan untuk mencairkan paraffin

(Gambar 8) sebelum digunakan sebagai media

embedding jaringan lunak pada pembuatan

preparat permanen. Dalam proses pencairan

paraffin digunakan suhu antara 58-60oC. Hal ini

dilakukan untuk menjaga paraffin agar tidak

mendidih. Setelah cair, maka paraffin siap

digunakan sebagai media embedding jaringan.

Gambar 7. Penggunaan

Optilab pada mikroskop

Gambar 8. Proses pemanasan

paraffin

Page 16: Laporan Instrumentasi SPT

15

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

7. Pengasah Pisau Mikrotom

Pisau yang digunakan pada mikrotom harus tajam

agar menghasilkan irisan preparat yang sesuai

dengan ketebalan yang diinginkan. Untuk

menjaga kerajaman pisau ini, beberapa jenis

mikrotom mengharuskan pisaunya untuk diasah

kembali menggunakan alat pengasah (Gambar

9). Namun ada juga mikrotom yang menggunakan

pisau sekali pakai seperti pisau cutter.

8. Pisau Silet (Razor)

Dalam pembuatan preparat segar dapat pula

menggunakan pisau silet (Gambar 10) untuk mengiris

preparat. Namun, ketebalan irisan bisa tidak seragam

bila dibandingkan dengan menggunakan mikrotom.

Selain alat-alat yang telah dipaparkan di atas, dalam praktikum maupun

penelitian di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan juga digunakan

beberapa bahan. Penggunaan bahan-bahan ini berbeda-beda tergantung proses

penelitian dan keperluan peneliti. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa bahan-

bahan yang umum digunakan di laboratorium ini.

1. Alkohol

Pada proses pembuatan preparat dibutuhkan alkohol bertingkat dengan

konsentrasi 70%, 80%, 95%, dan 100%. Alkohol digunakan untuk tujuan

dehindasi sel yang akan dibuat preparat permanen. Selain itu, alkohol juga

digunakan sebagai pelarut zat warna (safranin dan fast green).

Gambar 9. Alat pengasah pisau

mikrotom

Gambar 10. Pisau silet

Page 17: Laporan Instrumentasi SPT

16

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

2. Balsam Kanada

Balsam kanada digunakan sebagai perekat objek

pengamatan ke kaca objek. Penggunaan balsam kanada

biasanya pada preparat permanen. Adds et.al (2001)

menjelaskan penggunaan balsam kanada memiliki

keuntungan yaitu pengeringan lebih cepat dan tidak

berubah warna dalam waktu lama.

3. Fast Green

Penggunaan pewarna fast green adalah sebagai pewarna kehijauan pada

preparat. Pada pembuatan preparat permanen tumbuhan pewarnaan dengan

fast green dilakukan dengan mencampurkan fast green pada fase perendaman

preparat dengan alkohol 95%. Hal ini dilakukan karena fast green merupakan

pewarna yang larut dalam alkohol (Anonim, 2003).

4. Paraffin

Paraffin digunakan sebagai media embedding

jaringan lunak, sebelum diiris dengan mikrotom.

Paraffin dalam suhu kamar berbentuk padatan

(Gambar 12), sehingga sebelum digunakan

paraffin harus dicairkan terlebih dahulu dalam oven

bersuhu 58-60oC. Dengan suhu tersebut, paraffin

telah cair namun tidak sampai mendidih. Cochran

(2004) menjelaskan, parafin digunakan karena

dapat menempel pada jaringan yang akan diiris,

jaringan menjadi tidak mengkerut. Spesimen yang telah di embedding dengan

Gambar 11. Balsam Kanada

Gambar 12. Paraffin

Page 18: Laporan Instrumentasi SPT

17

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

paraffin lalu ditempatkan pada skaca objek dan dibiarkan kering. Selanjutnya,

parafin akan dihapus dengan xylene (xylol) atau pelarut lain.

5. Safranin

Safranin merupakan salah satu pewarna preparat. Warna yang muncul

dengan pemberian safranin adalah merah. Safranin dapat larut dengan air

maupun alkohol.

6. Xylol

Preparat yang telah di embedding pada paraffin selanjutnya

perlu dibersihkan agar struktur preparat dapat terlihat jelas.

Salah satu pelarut yang digunakan untuk membersihkan

paraffin adalah xylol (Gambar 13). Sass (1951) menjelaskan,

dipilihnya xylol sebagai pelarut adalah karena biaya yang tidak

mahal, dan xylol juga tidak beracun. Terdapat pelarut lain yang

juga dapat digunakan seperti chloroform, namun chloroform

harganya mahal dan juga beracun.

4.3 Pengamatan Preparat Menggunakan Mikroskop dan Optilab

Pada proses pengamatan preparat, praktikan mengamati preparat segar

dan preparat permanen. Preparat segar yang diamati adalah daun Rhoe discolor

dan daun Hydrilla sp. Pada sampel Rhoe discolor (Gambar 14) terlihat adanya

stomata. Hasil amatan ini di ambil menggunakan optilab, sehingga

memungkinkan untuk diberikan keterangan ukuran sel. Dari Gambar 14 terlihat

ukuran sisi panjang stomata tersebut adalah 43,1µm. Fitur pengukuran ini sangat

memudahkan dalam proses pengamatan, sehingga pengamat dapat dengan

mudah mengetahui berapa ukuran sel yang sedang diamatinya.

Stomata merupakan modifikasi dari epidermis.Stomata merupakan jalur

pertukaran O2 dengan CO2 dan juga merupakan jalur utama keluarnya air dari

Gambar 13. Xylol

Page 19: Laporan Instrumentasi SPT

18

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

permukaan daun. Walaupun luas permukaan stomata hanya 1-2% luas

permukaan daun, namun bagian permukaan daun yang lain dilapisi oleh kutikula

berlilin yang membatasi keluarnya air dari permukaan daun. Setiap stomata

diapit oleh sepasang sel penjaga yang mengatur membuka dan menutupnya

stomata melalui perubahan tekanan turgor (Reece, 2011).

Pengamatan preparat segar berikutnya adalah daun Hydrilla sp. Dari hasil

pengamatan terlihat sangat jelas kloroplas pada daun tersebut. Warna hijau yang

Gambar 14. Stomata Rhoe discolor

Sel tetangga

Sel penjaga

Dinding sel

Kloroplas

Dinding sel

Gambar 15. Sel daun Hydrilla sp.

Page 20: Laporan Instrumentasi SPT

19

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

terlihat pada objek pengamatan merupakan kloroplas. Pada saat pengamatan

menggunakan optilab, terlihat pergerakan kloroplas pada daun Hydrilla sp.Hal ini

terjadi karena daun tersebut masih aktif melakukan fotosintesis.

Pengamatan berikutnya menggunakan preparat permanen yang telah

tersedia di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Preparat yang

digunakan adalah akar, batang, dan daun Zea mays (Gambar 16). Pada

pengamatan menggunakan preparat ini, bagian-bagian penyusunnya sangat

jelas terlihat. Hal ini didukung dengan ketebalan preparat yang sama, sehingga

memungkinkan pengamatan dapat dilakukan dengan baik. Pengirisan sampel

menggunakan mikrotom akan menghasilkan preparat yang tipis dan merata.

Selain itu, preparat juga diberi warna sehingga perbedaan antar sel dapat terlihat

jelas.

Gambar 15. Preparat Zea mays: (a) akar, (b) batang, (c) daun

(a) (b) (c)

Page 21: Laporan Instrumentasi SPT

20

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

V. Penutup

5.1 Simpulan

Dari praktikum instrumentasi di laboratorium struktur perkembangan

tumbuhan ini dapat disimpulkan:

1. Bidang penelitian yang dilaksanakan di laboratorium struktur perkembangan

tumbuhan yaitu morfologi, anatomi, embriologi, mikroteknik, palinologi,

organologi, metabolik sekunder, kultur jaringan, dan beberapa tema di

bidang fisiologi tumbuhan.

2. Pemahaman tentang penggunaan alat dan bahan sangat penting untuk

menunjang keberhasilan penelitian.

3. Preparat yang biasa digunakan ada tiga jenis yaitu preparat segar, preparat

semi permanen, dan preparat permanen

4. Mikrotom yang digunakan di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan

adalah mikrotom putar (untuk preparat yang di embedding dalam paraffin)

dan mikrotom geser (untuk preparat yang bertekstur keras.

5. Penggunaan optilab sangat membantu dalam proses pembelajaran. Efisiensi

penggunaan mikroskop juga meningkat.

5.2 Saran

Mengingat pentingnya keterampilan membuat prepatar yang baik, maka

perlu adanya praktik pembuatan preparat semi permanen maupun permanen.

Selain itu, dalam penggunaan optilab jumlah unit yang terbatas membuat

praktikan kurang mendalami pemahaman cara penggunaannya.

Page 22: Laporan Instrumentasi SPT

21

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Daftar Rujukan

Adds, J., Larkcom, E., Miller, R., Sutton R., 2001. Tools, Techniques and

Assessment in Biology - A Course Guide for Students and Teachers.

Cheltenham: Nelson Thornes, Ltd.

Anonim, 2003. Food Chemical Codex, 5th Edition. Washington: The National

Academies Press.

Bancroft, J., Suvarna, K., Layton, C., 2008. Theory and practice of histological

techniques. 7th edition. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.

Bendre, M. A., Kumar, A., 2009. Text Book of Practical Botany 1. New Delhi:

Rastogi Publications.

Cochran, P. E., 2004. Laboratory Manual for Comparative Veterinary: Anatomy

and Physiologi. Toronto: Thomson Learning, Inc.

Hayat, M. A., 1981. Fixation for Electron Microscopy. New York: Academic Press,

Inc.

Majrit, B., 2008. Manual of Histology, General Anatomy, Embryology and

Genetics. Calcutta: Academic Publishers.

Preston, R. D., 1963. Advances in Botanical Research, Vol. 1. London: Academic

Press, Inc.

Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson,

R. B., 2011. Campbell Biology Ninth Edition. San Francisco: Pearson

Education, Inc.

Page 23: Laporan Instrumentasi SPT

22

BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13

Berlaku Sejak

LAPORAN PRAKTIKUM Revisi

LABORATORIUM SPT Halaman

Sass, J. E., 1951. Botanical Microtechnique. Iowa: The Iowa State College Press.

Susandarini, R., 2004. Diakses 7 Desember 2013. Teknik Preparasi Serbuk Sari

dan Pengamatan Preparat Serbuk Sari. http://elisa1.ugm.ac.id/

chapter_view.php?BIO3107.Paleobotani&320

Youssef, N. N., Dugan, F. M., 2000. Location of an Endophytic Neotyphodium sp.

within Various Leaf Tissues of Wild Barley (Hordeum brevisubulatum subsp.

violaceum). Plant Genetic Resources Newsletter. No. 124. p.17-19