17
I : Laporan Kasus PnETAsrA.';tr5 l-i-jtr/rcit sril.Jus tutAKsrLA Kfr GRBTTA Cl-EI-l : EFRIL IUALDT Subbagian Tumor llmu Penyakit Mata FK tJnand/Rs M Djamit Padang 2006

Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

I

:

Laporan Kasus

PnETAsrA.';tr5 l-i-jtr/rcit sril.Jus tutAKsrLA Kfr GRBTTA

Cl-EI-l : EFRIL IUALDT

Subbagian Tumorllmu Penyakit Mata FK tJnand/Rs M Djamit

Padang 2006

Page 2: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

[-,EM BA RAIH PEN G E,SAFI AN

Telah Diprcsentasikan Makalah dengan Judul:

M [iTAS]'AS{S'f,-UMOI.T STN US ftTAT(SIL,A. KE OT{tsITA

Pada I lariT'anggalJam

: Rztbu

: 5 April 2006: 8.30 - 9.30 WIB

l)an Telah Diperbaiki sesuzri dengan Fiasil DiskLrsi.

Ka SubBagian Tunrot'

Dr. Ardizal Rahman, SpM

Page 3: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

l

PENDAHULUAN

Tunor orbita sekunder merupakan 1O-20 % dari keganasan orbita,

dirnana turnor-tumor Sinus paranasal paling sering ditemukan Tunror yang

berasal dari Sinus-sinus paranasal (Maksila, Etmoid, Frontal, dan Sphenoid)

dapat me rginvasi orbita. Kira-kira 65% dari tumor Sinus paranasal ini

memberikan tanda-tanda dan gejala-gejala pada mata. 80% dari tumor sinus

paranasal 'lang melibatkan orbita, berasal dari Sinus makslla. ('7'12'18'1s)

Tun or Sinus maksila lebih banyak ditemui pada pria dibandingl<an

wanita (2'.1).Usia penderita rata-rata pada dekade 5-6. Eksposur bahan-bahan

industri se rerti nikel dan debu kayLr pada pekerja furniture cjikaitl<an dengan

timbulnya tumor sinus maksila. $'e'12)

Tak jarang pasien tumor Sinus maksila datang pertama kali ke dokter

mata, kare,na sudah adanya invasi tumor ke orbita. Pasien datang dalam

keadaan proptosis, diplopia, epifora, kemosis konjungtiva, dan penurunan visus.

Sementara itu gejala-gejala di bagian THT seperti pipi menonjol, sinusitis kronis,

epistaksis rekuren, dan hidung sering tersumbat kadang-kadang tak dikeluhkan.(1 ,7 ,12,i9)

Sekrtar 450,6 dari tumor Sinus paranasal memerlukan eksenterasi orbita.

Hal ini dis:babkan tumor suCah menginvasi dan mendestruksi tulang-tulang

orbita, jarirrgan orbita, dan nervus Optikus.Pada beberapa kasus, visus mata

pasien ma;ih baik, namun telah ada invasi dan destruksi tulang-tulang orbita

yang cukul luas, maka tindakan eksenterasi tak dapat dlhindarkan. Pada

pasien-pas en yang menjalani eksenterasi, memerlukan rekonstruksi orbita

setelah dile kukan eksenterarl. (7'12'13'ta)

Pad;l makalah ini dilaporkan seorang pasien laki-laki, usia 46 tahun,

dengan turror Sinus maksila kanan yang sudah menginvasi orbita. Walaupun

visus pasie,n masih baik (5/6 cc sferis +0,25 )5/5), tetapi bola matanya tak

dapat dipertahankan sehingga dilakukan eksenterasi radia74. r'tz)

Page 4: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

LAPORAN KASUS

Seo'ang pasien laki-laki, Ltmur 44 tahun, pekerjaan petani, suku bangsa

Mandailing tinggal di Bengkalis (Riau), datang ke Poli Mata (merupakan konsul

dari bagian THT) RS M Djamil padang, tanggal 10-12-05 dengan :

Keluhan Utama :

Mat;r kanan menonjol sejak 2 bulan sebelum masuk RS M Jamil.

Riwayat P,lnyakit Sekarang :

i,t M;rta kanan menonjol sejak 2bulan sebelum masuk RS M Jamil. lVlata

mr:nonjol berangsur-angsur sesuai dengan pertambahan bengkak pada

piF t.

il Rirvayat trauma pada mata tidak ada, melihat ganda (-), penglihatan

ka rur (-), nyeri (-).

-t Pilri l<iri menonjol sejak 3 bulan yang lalu, mula-mula kecil, makin

larta makin besar, tidak nyeri

ti Hirlung kanan sering tersumbat sejak 3 bulan yang lalu mengeluarkan

ca ran berbau busuk.

l.t Nafsu makan dan berat badan turun dalam 2 bulan ini

t-l Hirlung berdarah sampai membasalri t helai handuk 1 bulan yang lalu

il Gangguan pendengaran (-), sakit menelan (-), sumbatan ditenggorokan

(-)

t j Pasien sudah berobat ke RSUD Pekanbaru, lalu dirujuk ke RS M Djamil

Page 5: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tak pernah menderita sakit seperti ini

Riwayat P anyakit Keluarga :

Tide k ada anggota keluarga menderita sakit seperti ini.

Riwayat P:kerjaan & Kebiasaan :

Petarni, Merokok (-), riwayat bekerja di pabrik (-)

Pemerikse an Fisik

-Ketrdaan umum : sedang

-Kes adaran : Komposmentis koperatif

-Fre <wensi nadi : 70x per menit

-Tel anan darah : 120180 mmhg

-Sul u :37o C

-Kel:njer getah bening :

Pree urikula, mandibula, dan leher tak membesar.

-Sta ius Lokalis THT :

h idung dan Paranasal

-nyeri tekan (-)

-nyeri ketok (-)

Bagian luar:

-Deformitas (+)

-Kelainan kongenitat (-)

-Tanda-tanda radang (-)

-Trauma (-)

-Fistula (-)

Page 6: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

I

Status Oftirlmologi :

-Visrrs

-Pallrebra

-Kor jungtiva

-Korrea

_KO,\

-lris

-Pup il

-Len sa

-Vitr:us

-Funduskopi:

Med a

Papil

Pen buluh darah

Retina

Mak.tla

Tto

Posi;i bola mata

: , i. tt,ti,i liriti;i

Bag ian dalam :

-Vestibulum Nasi

-Kalum Nasi

-Kor ka Media

-Kor ka lnferior

-Se; tum

Kirl

flbrise (+1

ckp lapang

eutrofi

eutrofi

sekret (-),

massa (-)

OD

5/6 cc S(+0,25)->5i5

edema (-)

hiperemis (-)

bening

cukup dlm

coklat,rugae(+)

bulat, refleks +/+

bening

bening

bening

bulat,batas tegas,

c/d 0,3

aa:vv 2'.3

perdarahan (-)

eksudat (-)

refleks fovea (+)

5/5.5

protusio ke superior

ilct-"'a:;

Kanan

fibrise (+)

sempit

tak dpt dinilai

tak dpt dinilai

sekret (+) warna

liecol<latan,berbau, massa (+)

os5/5

ederna(-)

hiperemis(-)

bening

cukup dlm

coklat,rugae(+)

bulat,refleks +/r-

bening

bening

bening

bulat,batas tegas,

c/d 0,3

aa:vv 2:3

perdarahan (-)

eksudat (-)

refleks fovea(+)

5/5.5

orto

bebas

Page 7: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Perneriksaan Heftel

Laborator urn :

125-119t122

-Darah : Hb : 12,7 g%o

Lekosit :7100

LED :45/-

Hitung jenis : 0l10l116012811

Bleedingtime:2menit

Waktu pembekuan : 4 menit

frombosit :232 000lmm3

-Urin : Sedimen 1-2llpb

Eritrosit +

Urobilin +

-Kimia Darah : Gula darah random 92 mg%

2jam pp:101 mg%

Ureum . 30 mg%

Kreatinin : 1,1 mgo/o

SGOT : 18 mg%

SGPT : 10 mgo,'o

Alkali posfatase ; B3 rng%

Diagnosis Kerja : Protusio Bulbi OD ec suspek Tumor sinus fulaksila dextra

Hasil CT Scan: Sesuai dengan gambaran Tumor Maksila invasi ke periorbita

Page 8: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Hasil biops : sediaan dari kavum nasi kanan menunjukan jaringan tumor

ganas epitel yang berinti kecil-kecit, pleomorfls, hiperkromatis,

sitoplasrna sedikit eosinofilik, tidak berbatas tegas, mitosis dapat

ditemukan. sel-sel tampak tersusun solid dan difus, sebagian

nekrotik.

Kesimpulan : Gambaran histologi sesuai cjengan

Karsinoma Sel Transisional Kavum Nasi

Rencana : Semi eksenterasi OD + Maksilektomi parsial

(. joint operation dg bagian Tt-lT )

Pada tangg rl 3 Januari 2006 dilakukarr joint operation dengan THT berupaEksenterasi radikal OD + Maksilektomi parsial dextra.

Follow Up

4-1-2006

S : Sakit oada daerah operasi (+), keluar darah(-), demam(-)

o. oD

Mata tertutup perban, perdarahan (-)

A: Post Eksenterasi radikal oD + Maksirektomi parsial dextra hari

ke-1.

P ; -Cefotaxim Zxl gram i'r

-Remopan 2x1 ampui iv

-Transamin 3x1 ampul iv

S : Sakit pada daerah operasi (+), keluar darah(-), demam(-)

o: oDMata tertutup perban, perdarahan (-)

5-1-2006

Page 9: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

;-*

!1

$

i

A; post Eksenterasi radikal OD + Maksilektomi parsial dextra hari

ke-Z.

P :-Cefotaxinr 2x1 gram iv

-RenroPan 2x1 amPul tv

-Tratisamin 3x1 amPul iv

6-1-2006

S:Sakitpadadaerahoperasi(+),keluardarah(-),delnam(-)

O: OD

Mata tertutup perban, perdarahan C)

A: post Eksenterasi radikal OD + Maksilektomi parsial dextra

irari ke-3.

P . -Cefotaxim 2x1 gram iv

-RemoPan 2x1 amPul lv

-Trarrsamin 3x1 amPul iv

7-'l-2406

Dilakukan bul<a tarnPon :

-Per-darahan (-)

-lnfeksi (-)

-Selanjutnya dipasang tampon luar

-Pasien boleh rawat jalan.

13-1-2006

Kontrol Poli Mata

S: Keluhan (-)

O: OD

-PalPebra Edema (-)

-Soket Dalam, lnfeksi (-),jaringan granulasi (+)

A: Post Eksenterasi radikal OD + Maksilektomi parsial dextra hari

ke-9

P: Roboransia

Page 10: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Tinjauan Pustaka

lnsiJen keganasan pada hidung dan sinus paranasal sangat sedikit,

sekitar 3ol, dari semua tumor ganas saluran nafas atas. Namun dari semua

tumor sekrrnder yang melibatkan orbita, sebagian besar berasal dari hidung dan

sinus parirnasal, diikuti oleh tumor nasofaring dan orofaring. Squamous cell

carcinoma adalah yang terbanyak, lebih kurang B0%, Adenol<arsinoma pada

urutan kec ua yaitu sekitar 5-2oo/o. ('4'7'B'12'18'1sl

Garnbaran klinis dari tumor ganas Sinus maksila berupa gejala pada

mulut,hidung,telinga, muka dan mata. Gejala pada mulut antara lain nyeri,

trismus, p;llatal & arlveoiar ridge fullnes, erosi pada rongga mulut. Gejala pada

hidung beiupa epistaksis, hidung tersumbat,penggaungan pada rongga hidung,

dan ganggtuan penciun'ran. Pada telinga ditenrukan pendengaran menurun dan

peradangz n, sedangkan pada muka berupa hipoestesi St!pra orbita, edema,

nyeri, dan asimetri. Proptosis dan displacement bola mata merupakan gejala

utama inrasi tumor Sinus paranasal ke orbita. Gejal lain berupa epifora,

diplopia, eJema palpebra, nyeri, eksoftalmus, dan penurunan visus . (1'e'12'1s'1s)

Perreriksaan penr.rnjang yang dapat dilakukan anlara lain Rontgen, CT

Scan, dar MRl. CT Scan juga dapat mendeteksi lebih awal ada tidaknya

destruksi tulang dinding orbita, Cribriform plate, Fovea etmoidalis,sinus

sfenoidalis, dan bagian belakang sinus frontalis dan metastasis ke intra kranial

dan basis :ranii. (6'7'1o'12'17'24\

BerJasarkan Anrerican Joint Committee of Cancer, tumor ganas sinus

Maksilaris dapat diklasifikasikan atas ' (15'18)

Turtor Primer (T):

Tx Tumor primer tidak diketahui

To Tumor primer tidak tamPak

Tis Carsinoma in situ

Page 11: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

T3

Tumor terbatas pada mukosa antral tanpa erosi atau

destruksi tulang

Tumor dengan erosi atau destruksi infrastruktur meliputi

hard palatum/middle nasal meatus

Tumor invasi ke kulit sekitarnya, dinding belakang sinus

mal<silaris, lantai dan dinding orbita dan sinus etmoidalis

anterior

Tumor metastasis ke orbita diikuti ; Cribriform plate,

posterior sinus etmoid, sinus sfenoidalis,nasofaring, soft

palatum, pterygomaxillaris,fossa temporalis, dan dasar

tengkorak.

Nod rs Limfatikus (N)

Nx Pembesaran kelenjer limfe tidak diketahui

lJo Tidak ada metastase ke kelenjer limfe

N1 Metastasis ke kelenjer limfe satu sisi ipsilateral <3 cm

N2 Metastasis ke kelenjer limfe satu sisi ipsilateral >3 cm tidak

lebih dari 6 cm atau multipel ipsilateral tidak lebih 6 cm atau

l<ontra lateral tidak lebih dari 6 crn

N2a Metastasis ke kelenjer limfe satu sisi ipsilateral >3 cm tapi

tidak lebih dari 6 cm

N2b Metastasis ke kelenjer limfe multipel ipsilateral tidak lebih

dari 6 cm

N2c Metastasis ke kelenjer iimfe bilateral atau kontra lateral

tidak lebih dari 6 cm

N3 Metastasis ke kelenjer limfe lebih dari 6 cm

Met;rsatse Jauh (M)

Mx Metastasis jauh tidak dapat diketahui

Mo Tidak ada metastasis

M1 Metastasis jauh

T1

Page 12: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Terapi pembedahan dilakukan jika tumor belum bermetastasis. Jika terjadi

metastasiri jauh ke intra kranial, sinus kavernosus bilateral, dan keterlibatan

kedua orlrita maka operatif merupakan kontra indikasi. Jika telah terjadi

metastasil; ke kelenjer limfe servikal dimana insidennya 10-15o/o, radiasi

digunakan secara tersendiri atau dikombinasi dengan pembedahan. Pada tumor

sinus Maksila lebih efektif dengan menggunakan terapi kombinasi radioterapi

dan pembedahan. Kemoterapi digunakan sebagai terapi paliatif dari keadaan

lanjut atau rekurensi dari tumor ganas sinus paranasal. (1'3'8'e'11'16)

l0

Page 13: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 46 tahun dengan protusio

bulbi dekstrr. Protusio disebabkan oleh invasi tumor sinus maksila kanan. Pipi

kanan pasir:n bengkak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. satu bulan

kemudian bola mata kanan menonjol, seiring dengan pertambahan bengkak

pada pipi.

Pasien trerobat terlebih dulu ke bagian THT. Dari hasil pemeriksaan di

bagian TH-- didiagnosis sebagai Karsinoma Transisional (sinus maksila

dekstra). Kemudian pasien dikonsulkan ke bagian Mata karena protusio bulbi

dengan suslrek destruksi tulang-tulang orbita.

Visus nrata kanan 5/6 ccsferis +0,25 menjadi 5/5, sedangkan visus nrata kiri

5/5. Gerakatt bolamata bebas ke segala arah, dengan hasil pengukuran Hertel

125-119 ba:is 122. Hasil pemeriksaan CT scan berupa tumor maksila kanan

yang sudah menginvasi periorbita. Sementara itu hasil pemeriksaan Patologi

anatomi merrunjukkan Karsinoma sel transisional sinus maksila.

Karsinona Slnus maksila menginvasi orbita relatjf rnudah karena dinding

tuiang orbitir yang tipis dan berbagai foramen dan flssura dalam orbita

merupakan rintu masuk bagi sel-sel kanker, Tumor Capat juga rnenginvasi

orbita melalrti perineural tetapi cara ini jarang terjadi. Pada pasien ini telah

terjadi invasi ke orbita dalam waktu kurang 2 bulan. lni dapat cliketahui dengan

adanya prottrsio pada mata sisi yang sama. Kemudian dari hasil CT scan juga

terlihat adanrra tanda-tanda invasi ke orbita. ('2'4,7'12)

Visus ma:a kanan pasien masih bagus. lni disebabkan belum adanya tanda-

tanda invasi ke intra orbita dan neryus Optikus. Sebab g0% invasi trrmor Sinus

maksila berrtpa destruksi tulang-tulang orbita oleh sel-sel tumor. Gejala

kehilangan 'iisus dan diplopia hanya ditemukan pada 23% kasus dan

dikeluhkan oleh 5% pasien saja. Pada pasien ini keluhan utamanya berupa

bengkak pada pipi dan penonjolan bola mata, sedangkan penurunan visus tak

dikeluhkan dirn diplopia tak ditemukan .(7'12)

li

Page 14: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

Sekitar 45% Karsinoma sinus paranasal dianjurkan Eksenterasi. Hal ini

dikaitkan ,Jengan cepatnya invasi tumor ke dinding orbita (terutama dinding

medial da r lantai pada tumor sinus maksila), kadang-kadang dengan visus

masih bai<, Walaupun belum ada invasi ke intra orbita dan nervus Optikus,

namun lulang-tulang orbita sebagai penyangga bola mata harus

diangkat,s:hingga l<eberadaan bola matapun tak dapat dipertahankan.

Disamping itu jaringan-jaringan pe;'icrbita biasanya juga sudah diinvasi tumor.(7,12,16)

Pada I asus ini pada awalnya dicoba dipertahankan bola matanya dengan

cara meml)uang sel-sel tumor yang menginvasi dinding medial dan lantai orbita.

Bola nrata dibuka melalui transkonjungtival . Ternyata sebagian besar tulang-

tulang dintling medial orbita sudah diinvasi tunror. Demikian juga dengan lantai

orbita, harrpir semua tulangnya teiah diinvasi tumor. Sementara itu sejawat di

bagian THT akan melakukan Maksilektomi parsiai dekstra fioint operation). Kita

ketahui, tt lang maksila merupakan komponen utama penyusun lantai orbita.

Karena dcstruksi tulang orbita yang begitu luas, akhirnya diputuskan untuk

dilakukan Eksenterasi radikal. Sebelumnya sudah dilakukan "inform consent'

sejelas-jel;tsnya kepada pasien dan keluarga pasien tentang kemungkinan

diangkahl'a bola mata kanan pasien (eksenterasi)., jika bola mata tak dapat

dipertahar Lun. (1's'6 t3'10)

Keadaitn post operasi, perdarahan dan infeksi tidak ditemukan. Pada hari

ketiga postoperasi, keadaan umum pasien cukup baik dan pasien boleh rawatjalan. Pada kontrol seminggu post operasi, luka operasi telah sembuh, soket

dalam, den mulai muncul jaringan granulasi. Rencana selanjutnya berupa

radioterap. Atas permintaan pasien dan pertimbangan domisili pasien,

selanjutny;r kontrol dilakukan dilakukan di RSUD Pekanbaru.

12

Page 15: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

1.

KESIMPULAN

Tumor Sinus maksila merupakan 80% dari tumor-tumor sinus

paranasal. 650/o tumor Sinus maksila melibatkan/menginvasi

orbita melalui tulang-tulang orbita yang relatif tipis. Tanda-tanda

sudah adanya invasi ke orbita antara lain protusio bulbi,

diplopia,epifora,kemosis konjungtiva, dan penurunan vistts.

Jika tumor Sinus maksila Sudah menginvasi orbita, dianjurkan

untuk dilakukan eksenterasi pada sekitar 45% kasus. Walaupun

kadang-kadang visus masih baik, tindakan eksenterasi tak dapat

dihindari karena pasien umumnya datang Sudah dalam keadaan

terlambat, dimana telah terjadi invasi tumor ke orbita (adanya

destruksi tuiang-tulang orbita yang luas) .('7'12)

SARAN

(erjasama dengan bagian THT agar kasus tumor Sinus paranasal

iterutama tumor Sinus maksila) yang ditemukan pada stadium dini

(belum ada invasi ke orbita), agar dilakukarr tindakan preventif

recepatnya agar tidak menginvasi orbita.

'nform consent yang baik kepada pasien/keluarga pasien yang akan

Jilakukan tindakan eksenterasi, terutama pada pasien-pasien

Jengan visus masih baik.

.)

1.

2.

l3

Page 16: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

2.

3.

4-

5.

6.

7.

KEPUSTAKAAN

I. I,AO. Orbit,eyelid,& locrimol systemf section 7. AAO Foundotion. Son

F roncisco-2005:p7-l O, 92-96, I 09-l I 4

l,AO. Fundomentols & Principles of Ophtholnrology, section 2. AAO

Foundotion. Sqn Frqncisco. 2005'p 5-10

I'AO. Ophthohnology Pothology & lntrooculqr Tumors, section 4. AAO

Foundqtion. Son Froncisco. 2005. pt 273

l,AO. Ophtholmology Monogrophs, section 8 vol l. AAO Foundotion. Son

F lqncisco. 1 993:pB7-E8

l,AO. Ophtholmology Monogrophs, section B vol 2. AAO Foundotion. Son

t roncisco. 1 9932p243-24 4

LAO. Ophtholmology Monogrophs, seclion B vol 3. AA.O Foundot;on' Sqn

Froncisco. I 993'p8- 1O,21-25, 112-119

Llford M,A & Nerod JA. Orbitol Tumors, Chop 104. ln ' Heod & Ncck

Surgery-Otoloryngology, 2nd Ed. Lippirrcoli-Rovcn publishers. Philodelphio.

i998 ' p1481-1484

B. l,JSP. Sinonosql Ccrcinomo-Generol, vol 28.

v ww,pcrthologyouthlines.com.20O'l,p I -B

Dikutip dqri

9. Lssociote Professors, Deportment of Otoioryngology & Neurologycol

S urgery. Anterior Subf rontcrl Approoch : Tumor Removql. Dikutip dori

yrww.emedicine.com.20O2: p 1 -9

10. Buchwold C, Lindeberg H, Pedersen BL, Fronzmonn AAB. Sinonosol Popillomo.

t ikutip dori www.emedicine.com.2005 pl -1 4

I I . t ulguerov P, et o l. Esthesioneurob lostomo. www'emed rcine.com.2002' p I - l 2

I 2. J:cobiec FA, Rooimon J, & Jones lR. Secondory ond Metostotic Tumors of the

()rbit. ln : Duone Clinicql Ophtholmology Chop 46. Lippincot-Roven

p ublishers.. Philodelpio. 1 9?7 p35-43

I 3. L:otherborrow B. Occuloplostic Surgery, Chop 24. London. 2O02:p3l9-325

l4.A\oeloek NF & Usmqn TA. Pondongon Umum & Penotoloksonoon Tumor

()rbitq. Penerbit Yoyoson Penerbit lDl. Jokorto.1992rp 169-173

l,i

l4

Page 17: Laporan Kasus-Metabolisme Tumor Sinus Maksila Ke Orbita

I 5. I lCl's Comprchensive Ccrnccr Dotobose. Poroncrsql Sinus & t.loscrl Ci.rvity

(-snccr : Treqlmenl. Dikutip dori rvyy.g.!!_qcLe!te.com. P: I -l Z16.['eese AB. Tunror of tlre Eye, l3 sr Ed. Horper & Row pubhlishcrs. l9-/t5: paSB-

'164

I /.1:ubin P & Horris NL. A 73 Ycqr-old Mon with sevcre Fociql poin, Vi:,uol Loss,

[)ecrc.sed oculqr Motilit :1 , urcl An orbitol Moss. NEJM vor 328. l9g3,p

"!66-27 5

I l'i. Slioo w. Mcrligrroni iu,,ror: of rhe l..losc.rl Covity. )ilarriip clqri

t,\A,'1l. q i !tq-dtej-!_erg-or!1. ? 002 p : I - 2','

19.\ olpc NJ & Albert DM. M,:to:;totic cr'd ScconcJor.T Orbitol Tu'rors.

In r tir,e of Ophtlrolntolog.,.,, ( itop i 77. WB Sc;undci-s conrl)o1ly.

Pl rilcr, lclpio . 2OQ2: y>2O3:', -? i) 4 ?

20.\oik /.\S & Nlielse' GP. A'rolc lrrfbnr witlr A Right Moxillo.y Ai,o.s.

I'lEJM, vol 34A. 2OOl z p-/ 5)-7 57

t5