Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    1/25

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    2/25

    2

    Malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan API

    (annual practice incidence) dilakukan stratifikasi wilayah, dimana Indonesia bagian

    Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah

    Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan yang masuk stratifikasi rendah di

    wilayah Jawa-Bali, meskipun masih terdapat desa atau fokus malaria tinggi. API dari

    tahun 20082009 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000

    penduduk. Bila dilihat setiap provinsi dari tahun 20082009, provinsi dengan API

    yang tertinggi adalah Papua Barat dan NTT. Menurut Riskesdas 2010, penyebab

    malaria yang tertinggi adalahplasmodium falciparum(86,4%) danplasmodium vivax

    (6,9%). Angka kematian untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun

    2004 ke 2006 (10,51% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 ke 2009, angka

    kematian karena malaria cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.6

    Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang

    menyebabkan malaria tertiana (benign malaria) dan plasmodium falciparum yang

    menyebabkan malaria tropika (malignan malaria). Plasmodium ovale pernah

    dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya).2Dalam

    kebanyakan kasus, malaria ditularkan melalui gigitan terinfeksi nyamuk anopheles

    betina.

    3

    Berikut akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak dengan malaria falciparum

    yang dirawat di Irina E BLU RSUP Prof. DR. Dr. R. D. Kandou Manado.

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    3/25

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    4/25

    4

    Diagnosis

    Anamnesis diberikan oleh ibu penderita. Pasien adalah anak tunggal dan merupakan

    anak kandung.

    Pedigree

    Jenis Kelamin Umur Keterangan jika masih hidup

    Laki-laki 1 6/12 thn Sakit

    Family Tree

    Keluhan Utama: Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

    Pasien masuk rumah sakit diantar oleh keluarga pasien dengan keluhan

    demam yang dialami oleh pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam

    dirasakan sumer-sumer pada perabaan dan dirasakan naik turun. Pasien sempat

    diberikan obat penurun panas oleh ibu pasien, kemudian panas turun tapi hanya

    sementara dan panas naik kembali. Kejang tidak ada, menggigil tidak ada,berkeringat tidak ada, kaki dan tangan dingin tidak ada, perdarahan dari gusi tidak

    ada, perdarahan dari hidung tidak ada, nyeri tulang dan sendi tidak ada, batuk dan

    pilek tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Makan dan minum pasien dalam batas

    normal. BAK dan BAB pasien normal. Riwayat menderita malaria tidak ada, riwayat

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    5/25

    5

    melakukan perjalanan di daerah endemis malaria tidak ada. Pasien tinggal di daerah

    yang merupakan daerah transmisi lokal nyamuk tersangka vektor malaria.

    Anamnesis Ante Natal

    ANC teratur sebanyak 7 kali

    TT sebanyak 2 kali

    Selama hamil ibu sehat.

    Penyakit Yang Sudah Pernah Dialami

    Morbili : (+)

    Varicella : (-)

    Pertusis : (-)

    Diarrhea : (-)

    Cacing : (-)

    Batuk/pilek : (+)

    Lain-lain : (-)

    Kepandaian/Kemajuan Bayi

    Pertama kali membalik : 5 bulan

    Pertama kali tengkurap : 6 bulan

    Pertama kali duduk : 9 bulan

    Pertama kali merangkak : 9 bulan

    Pertama kali berdiri : 12 bulan

    Pertama kali berjalan : 13 bulan

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    6/25

    6

    Pertama kali tertawa : 3 bulan

    Pertama kali berceloteh : 4 bulan

    Pertama kali memanggil mama : 13 bulan

    Pertama kali memanggil papa : 13 bulan

    Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi Sampai Sekarang

    ASI : Lahir-sekarang

    PASI : 9 bulan-sekarang

    Bubur susu : 7 bulan-9 bulan

    Bubur saring : 9 bulan-1 tahun

    Bubur halus : (-)

    Nasi lembek : 1 tahun-sekarang

    Imunisasi

    DASAR

    I II III

    BCG +

    POLIO + + +

    DPT + + +

    CAMPAK +

    HEPATITIS + + +

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    7/25

    7

    Anamnesis Keluarga

    Riwayat Keluarga

    Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini

    Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan Dan Lingkungan

    Pasien tinggal di rumah beratap seng, dinding triplex, lantai cor. Jumlah

    kamar 2 buah, dihuni oleh 6 orang, dewasa 5 orang, anak 1 orang. WC/KM di

    luar rumah. Sumber air minum air isi ulang, sumber penerangan listrik PLN,

    penanganan sampah dibuang.

    Pemeriksaan Pertama

    Tanggal 30-10-2013

    Umur: 16/12tahun Berat Badan: 11,5 Kg Panjang Badan: 80 cm

    Keadaaan Umum : Tampak sakit Kesadaran : CM

    Gizi : Baik Ikterus : (-)

    Sianosis : (-) Respirasi : 28 kali/menit

    Anemia : (+) Tensi : 90/60 mmHg

    Suhu : 37,40C Nadi : 110 kali/menit

    Keadaan mental : Normal Kejang : (-)

    Keadaan Umum

    Kulit

    Warna : Sawo matang Turgor : Kembali cepat

    Efloresensi : (-) Tonus : Eutoni

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    8/25

    8

    Pigmentasi : (-) Edema : (-)

    Jaringan parut : (-) Lapisan Lemak : Cukup

    Kepala

    Bentuk : Mesocephal

    Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

    Ubun-ubun besar : Menutup

    Mata

    Exophtalmus/Enophtalmus : (-)

    Tekanan bola mata : Normal pada perabaan

    Conjungtiva : Anemis (+)

    Sklera : Ikterik (-)

    Corneal reflex : Normal

    Pupil : Bulat, isokor 3mm - 3mm

    Lensa : Jernih

    Fundus : Tidak dievaluasi

    Visus : Tidak dievaluasi

    Gerakan : Normal

    Telinga : Sekret (-)

    Hidung : Sekret (-)

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    9/25

    9

    Mulut

    Bibir : Sianosis (-) Selaput mulut : Mukosa basah

    Lidah : Beslag (-) Gusi : Perdarahan (-)

    Gigi : Caries (-) Bau pernapasan : Foetor (+)

    Tenggorokan

    Tonsil : T1-T1, hiperemis (-) Faring : Hiperemis (-)

    Leher

    Trakea : Letak di tengah Kaku kuduk : (-)

    Kelenjar : Pembesaran (-)

    Thorax

    Bentuk : Simetris Xiphosternum : (-)

    Rachitis rosary : (-) Harrisons groove : (-)

    Ruang intercostal : (-) Pernapasan paradoxal : (-)

    Preccordial bulging : (-) Retraksi : (-)

    Paru-Paru

    Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

    Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan

    Perkusi : Sonor kiri=kanan

    Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    10/25

    10

    Jantung

    Detak jantung : 110x/m

    Iktus : Tidak tampak

    Batas kiri : Linea midclavikularis sinistra

    Batas kanan : Linea parasternalis dextra

    Batas atas : ICS II-III

    Bunyi jantung apex : M1>M2

    Bunyi jantung aorta : A1

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    11/25

    11

    RESUME

    Laki-laki, 16/12 tahun, BB 11,5 Kg, TB 80 CM. MRS 30 Oktober 2013 jam 03:30

    WITA.

    Keluhan :Demam sejak 4 hari SMRS

    KU : Tampak sakit Kes: CM

    TD : 90/60 mmHg N: 110 x/m R: 28 x/m S: 37,40C

    Kepala : Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

    Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2

    Diagnosis : Malaria Falciparum

    Terapi :

    -

    Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

    - Amodiaquin 10mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

    - Primaquin 0,75mg/kgBB/hari: 1x 3/4 tablet

    - Paracetamol 10mg/kgBB/kali : 3x1 cth kalau perlu

    FOLLOW UP

    30 Oktober 2013

    S :Demam (+), intake (+) sedikit, muntah (-)

    O : KU: Tampak sakit Kes: CM

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    12/25

    12

    TD : 90/60 mmHg, N: 110 x/m, R: 28 x/m, S: 37,40C

    Kep : Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

    Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Eks : Akral hangat, CRT 2

    P. Falciparum +++

    Ht 26,9%

    Hb 9,3g/dL

    Eritrosit 3,86x10

    Leukosit 4300/mm

    Trombosit 37000/mm

    IgM-IgG anti dengue Negatif

    A : Malaria falciparum

    P : - Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

    - Amodiaquin 10mg/kgBB/hari: 1x 1 tablet

    - Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth kalau perlu

    31 Oktober 2013

    S :Demam (-), intake (+) baik

    O : KU: Tampak sakit, Kes: CM

    TD : 100/70 mmHg, N: 112 x/m, R: 28 x/m, S: 36,50C

    Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    13/25

    13

    Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Eks : Akral hangat, CRT 2

    P. Falciparum +

    Ht 31,4%

    Hb 10,6g/Dl

    Eritrosit 4,19x10

    Leukosit 4300/mm

    Trombosit 65000/mm

    A : Malaria falciparum

    P : - Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

    - Amodiaquin 10mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

    - Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

    1 November 2013

    S :Demam (-), intake (+) baik

    O : KU: Tampak sakit, Kes: CM

    TD : 90/60 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, S: 360C

    Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

    Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Eks : Akral hangat, CRT 2

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    14/25

    14

    P. Falciparum +

    Ht 28,2%

    Hb 9,8g/Dl

    Eritrosit 3,89x10

    Leukosit 3800/mm

    Trombosit 64000/mm

    A : Malaria falciparum

    P : - Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

    - Amodiaquin 5mg/kgBB/hari: 1x 1/2 tablet

    - Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

    2 November 2013

    S :Demam (-)

    O : KU: Tampak sakit, Kes: CM

    TD : 90/60 mmHg, N: 102 x/m, R: 24 x/m, S: 36,5o

    C

    Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

    Abdo : datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Eks : Akral hangat, CRT 2

    P. Falciparum + ring falciparum

    A : Malaria falciparum

    P : Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    15/25

    15

    4 November 2013

    S :Demam (-)

    O : KU: baik, Kes: CM

    TD : 90/60 mmHg, N: 132 x/m, R: 28 x/m, S: 36,30C

    Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

    Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Eks : Akral hangat, CRT 2

    A : Malaria falciparum

    P : Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

    5 November 2013

    S : (-)

    O : KU: Baik, Kes: CM

    TD : 90/60 mmHg, N: 132 x/m, R: 28 x/m, S: 36,30C

    Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

    Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

    Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

    Eks : Akral hangat, CRT 2

    A : Malaria falciparum

    P : Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    16/25

    16

    PEMBAHASAN

    Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium

    yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara

    alamiah ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.7

    Malaria disebabkan

    oleh lima spesies dari genus plasmodium (plasmodium falciparum, plasmodium

    vivax, plasmodium ovale, plasmodium malariae, dan plasmodium knowlesi).3

    Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia

    dan nyamuk anopheles betina. Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap

    darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke

    dalam peredaran manusia selama kurang lebih setengah jam. Setelah itu sporozoit

    akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Setelah itu tropozoit akan

    berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit

    hati. Siklus ini disebut sebagai siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama 2

    minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam

    peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah parasit

    akan berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon. Proses aseksual ini disebut

    skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi dan merozoit akan menginfeksi sel

    darah merah yang lain. Siklus ini disebut sebagai siklus eritrositer.7

    Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel

    darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Apabila

    nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung gametosit, di

    dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.

    Kemudian zigot berkembang menjadi ookinet dan menembus dinding lambung

    nyamuk. Ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit

    ini bersifat infektif dan siap ditularkan kepada manusia.7

    Diagnosis malaria ditegakkan dari manifestasi klinis dan identifikasi parasit

    pada hapusan darah tepi.8 Bahkan identifikasi parasit lebih mudah ditemukan di

    antara puncak-puncak demam dan perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    17/25

    17

    hapusan darah.9 Diagnosis dari pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

    pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Gejala malaria yang klasik terdiri

    dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu:

    Stadium dingin

    Stadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin.

    Gigi gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuh dengan segala macam

    pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari

    pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada

    anak balita sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit

    sampai 1 jam.10

    Stadium demam

    Setelah merasa kedinginan pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka

    merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala,

    seringkali terjadi mual dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien

    menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 410C atau lebih.

    Stadium ini berlangsung antara 2 - 12 jam.10

    Stadium berkeringat

    Pada stadium ini pasien berkeringat sangat banyak, tempat tidurnya basah,

    kemudian suhu tubuh kembali turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di

    bawah normal. Gejala tersebut tidak selalu sama setiap pasien, bergantung

    pada spesies parasit, berat infeksi dan umur pasien.10

    Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya

    transmisi infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium

    (plasmodium falciparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola

    resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada

    dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaktis dan

    pengobatan sebelumnya.2

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    18/25

    18

    Pada anamnesis, anak-anak dengan malaria tanpa komplikasi yang disebabkan

    oleh semua spesies biasanya .plasmodium biasanya didapatkan keluhan prodomal

    seperti terjadinya demam, pasien biasanya merasa nyeri kepala, menggigil, nyeri otot,

    tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Muntah, diare dan rasa tidak nyaman di

    perut sering disalahartikan sebagai gastroenteritis sedangkan gejala pernapasan

    seperti sulit untuk bernapas dan batuk sering disalahartikan sebagai pneumonia.2

    Dari anamnesis, pada pasien ini didapatkan keluhan demam yang dialami oleh

    pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan sumer-sumer pada

    perabaan dan dirasakan naik turun. Demam turun dengan obat penurun panas, tapi

    hanya sementara dan kemudian demam naik kembali. Pada pasien ini, demam yang

    ditemui adalah demam pola intermitten yang naik kemudian turun sampai normal

    kemudian naik lagi, serta ada periode bebas demam sesuai dengan teori yang ada.

    Pada anamnesis juga didapatkan tidak adanya gejala menggigil. Trias malaria

    lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria falciparum

    gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada.2 Kaki dan tangan

    dingin tidak ada, perdarahan dari gusi tidak ada, perdarahan dari hidung tidak ada,

    batuk dan pilek tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Makan dan minum pasien

    normal. BAK dan BAB pasien normal. Hal lain yang penting dalam anamnesis

    malaria adalah apakah penderita tinggal di daerah endemis malaria. Menurut peta

    stratifikasi malaria 2009, Sulawesi Utara termasuk wilayah stratifikasi sedang-tinggi

    malaria.5

    Anak-anak yang memiliki kekebalan (misalnya, imigran atau pengungsi dari

    daerah endemik malaria) sering hadir dengan tanda-tanda seperti hepatosplenomegali,

    anemia, dan ikterus. Hal ini tidak biasa untuk anak-anak yang memiliki gejala yang

    sangat minim biasanya berasal dari daerah yang tidak endemis malaria. Gejala

    biasanya seperti anoreksia, penurunan aktivitas, atau bahkan tanpa gejala.11

    Pada pemeriksaan fisik tersangka malaria biasanya akan ditemukan adanya

    demam (pengukuran dengan termometer 37,50C), konjungtiva atau telapak tangan

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    19/25

    19

    pucat, adanya pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).

    Pada pemeriksaan fisik pasien ini, yang perlu dikonfirmasi pertama kali adalah tanda-

    tanda vital. Diperiksa suhu badan, apakah penderita demam atau tidak. Saat masuk

    rumah sakit suhu tubuh penderita adalah 37,40C, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    ada peningkatan suhu tubuh. Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya

    skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan

    merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam

    sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF akan dibawah aliran darah ke

    hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi demam.7

    Pada pasien ini juga didapatkan adanya anemia. Hal ini disebabkan oleh

    pecahnya sel-sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria maupun yang tidak

    terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,

    sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut atau kronis.7 Derajat anemia

    tergantung dari derajat dan lama parasitemia terjadi. Pada beberapa pasien, serangan

    malaria berulang yang tidak diobati secara adekuat akan menyebabkan anemia

    normokrom sebagai akibat perubahan eritropoetik di dalam sumsum tulang. Seorang

    anak yang mendadak menderita anemia berat seringkali berhubungan dengan

    hiperparasitemia.12

    Pada pasien ini tidak ditemukan adanya hepatosplenomegali. Limpa yang

    membesar umumnya dapat diraba pada minggu kedua, dan pembesaran limpa

    progresif sesuai dengan perjalanan penyakit.2,12

    Limpa merupakan organ

    retikuloendotelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh makrofag dan limfosit.7

    Pembesaran limpa pada malaria disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah

    eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktivasinya sistem retikuloendotelial untuk

    memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis.10

    Penambahan sel-sel radang akan menyebabkan limpa membesar.7 Pembesaran hati

    sering dijumpai pada anak. Pada serangan akut, pembesaran hati biasanya terjadi pada

    awal perjalanan penyakit (pada akhir minggu pertama). Hati biasanya lunak dan terus

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    20/25

    20

    membesar sesuai dengan progresifitas penyakit, namun fungsinya jarang terganggu

    dibandingkan dengan orang dewasa.12

    Pada pembesaran hepar, sel kupffer seperti sel

    dalam sistem retikuloendotelial terlibat dalam respon fagositosis. Sebagai akibatnya

    hati menjadi berwarna kecoklatan agak kelabu atau kehitaman.10 Hepatomegali dapat

    juga disertai dengan timbulnya ikterus.2

    Selain dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan

    diagnosis pasti pada malaria perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

    pemeriksaan laboratorium.7

    WHO sekarang merekomendasikan konfirmasi adanya

    parasit secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT-Rapid diagnostic test)

    pada semua pasien tersangka malaria sebelum diberikan pengobatan.3

    Pada penderita

    ini, dilakukan pemeriksaan darah lengkap, differential count, hapusan darah tebal /

    druke drumpelete (DDR) dan hapusan darah tipis (parasit count).

    Pemeriksaan yang utama untuk memastikan diagnosis malaria yaitu

    pemeriksaan darah tepi untuk konfirmasi ada atau tidaknya parasit plasmodium

    malaria dalam darah. Pada hapusan darah, parasit dalam dalam sel darah merah

    mempunyai kromatin merah dan sitoplasma kebiruan. Parasit mula-mula harus dicari

    pada preparat darah tebal, karena pada infeksi ringan mungkin tidak ditemukan dalam

    preparat darah tipis.13

    Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak

    mengesampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif

    maka diagnosa malaria dapat disingkirkan.2

    Pada sebagian pasien yang sudah memiliki kekebalan menunjukkan beberapa

    kelainan hasil pemeriksaan laboratorium tambahan, seperti anemia, hipoalbuminemia

    dan hematuria. Mungkin ditemukan hiponatremia dan hipoglikemia karena mereka

    berhubungan dengan tingkat morbiditas yang lebih parah dan lebih sering terjadi pada

    anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.11

    Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan laboratorium, maka pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis malaria

    falciparum.

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    21/25

    21

    Tingkat infeksi malaria telah meningkat saat ini dan pengobatannnya

    terhambat oleh adanya resistensi parasit pada obat antimalaria. Resistensi Klorokuin

    dan sulphadoxine-pyrimethamine pada malaria falciparum juga sudah berlanjut.

    Banyak pasien yang diobati dengan obat ini, tetapi tidak ada manfaat dari

    pengobatan, bahkan kadang-kadang berujung pada kematian.8 Pengobatan yang

    diberikan pada pasien malaria adalah pengobatan radikal dengan membunuh semua

    stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal

    untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai

    penularan.7

    Tatalaksana malaria falciparum tanpa komplikasi memiliki tiga tujuan utama.

    Yang pertama yaitu mengobati infeksi sejak pencegahan perkembangan dan

    morbiditas yang terkait dengan kegagalan pengobatan, yang kedua adalah

    pencegahan terjadinya resistensi obat antimalaria, dan yang ketiga mengurangi

    penularan penyakit.3 Penanganan pertama malaria tropika ini adalah artesunate

    combination theraphy (ACT) berupa artesunate + amodiakuin yang diberikan selama

    3 hari ditambah dengan pemberian paracetamol untuk penanganan peningkatan suhu

    pada penderita ini bila terjadi peningkatan suhu badan.9, 13

    Saat ini WHO telah merekomendasikan penggunaan kombinasi untuk

    mencegah terjadinya resistensi, biasanya digunakan obat anti malaria yang

    mengandung artemisin, antara lain: artesunat + amodiakuin, dengan dosis artesunat 4

    mg/kgBB/hari selama 3 hari dan amodiakuin dosis 10mg/kgBB pada hari I,

    amodiakuin dosis 10 mg/kgBB pada hari ke II, dan amodiakuin dosis 5 mg/kgBB

    pada hari ke III. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet terpisah artesunat 50 mg/tablet

    dan amodiakuin basa 150 mg/tablet. Untuk mencegah relaps diberikan juga

    primakuin 0,75 mg basa/kgBB/hari.9,13

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    22/25

    22

    Artemisinin dan derivatnya bekerja membunuh parasit tertinggi dan memiliki

    target tahap aseksual dan seksual dari perkembangan parasit dalam darah.Kombinasi

    artemisinin mengurangi durasi pengobatan dari 7 hari menjadi 3 hari. Artemisinin

    umumnya ditoleransi dengan baik dan direkomendasikan oleh WHO sebagai lini

    pertama pengobatan untuk plasmodium falciparum.3 Artemisinin merupakan obat

    antimalaria kelompok seskuiterpen lakton yang bersifat skizontosida darah untuk

    plasmodium falciparum dan plasmosdium vivax.14

    Obat ini bekerja cepat dengan

    paruh waktu kira-kira 2 jam dan larut dalam air.2

    ACT merupakan kombinasi pengobatan yang

    unik, karena artemisinin

    memiliki kemampuan menurunkan biomass parasite dengan cepat, menghilangkan

    simptom dengan cepat, efektif terhadap parasit resisten multi-drug,semua bentuk/

    stadium parasit dari bentukmuda sampai tua yang berkuestrasi pada pembuluh

    kapiler, menurunkan pembawa gamet, menghambat transmisi, belum ada resistensi

    terhadap artemisinin, efek samping minimal.14

    Kegagalan terhadap ACT belum

    dilaporkan saat ini.2

    Penggunaan primakuin sebagai gametosidal terhadap ke 4 jenis

    plasmodium, memiliki potensi besar untuk mengurangi transmisi malaria

    falciparum.15

    Primakuin lebih menonjol terhadap skizon jaringan dan gametosit.

    Primakuin mungkin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai mediator

    oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas antimalaria melalui pembentukan

    oksigen reaktif dan mempengaruhi transportasi elektron parasit.16

    Primakuin telah

    digunakan secara luas dalam pengobatan radikal malaria dalam dosis tunggal,

    terutama dibatasi penggunaannya karena bersifat toksisitas hemolitik.15

    Penelitian yang dilakukan oleh Mandei dkk yang dilakukan di RSUP Prof Dr.

    dr. R. D. Kandou Malalayang, membandingkan efisiensi kombinasi artesunat dansulfadoxin-pirimetamin dengan kombinasi artesunat-amodiakuin pada malaria

    falciparum tanpa komplikasi mendapatkan hasil adanya eleminasi yang cepat dari

    demam pada pasien dengan malaria falciparum tanpa komplikasi, juga mendapatkan

    hasil kombinasi artesunat-sulfadoxin-pirimetamin dan kombinasi artesunat-

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    23/25

    23

    amodiakuin sama-sama efektif dalam pengobatan malaria falciparum tanpa

    komplikasi pada anak-anak.8

    Pencegahan malaria dilakukan untuk mengurangi risiko terinfeksi malariadapat. WHO saat ini merekomendasikan pemakaian kelambu berinsektisida (Long

    lasting insecticidal net-LLiN) untuk semua individu yang memiliki risiko terinfeksi

    malaria, seperti tinggal atau yang akan bepergian ke daerah endemis malaria.

    Kelambu LLiN efektif sampai 3-5 tahun, dan dapat dicuci secara teratur 3 bulan

    sekali. Dilakukan penyemprotan rumah (Indoor residual spraying)untuk membunuh

    vektor nyamuk.3,17

    Selain itu diperlukan juga kemoprofilaksis untuk mencegah

    terinfeksi malaria, terutama plasmodium falciparum yang memiliki tingkat virulensi

    tinggi. Semua anak dari daerah non endemik apabila masuk ke daerah endemik

    malaria, maka 2 minggu sebelumnya sampai 4 minggu setelah keluar dari daerah

    endemik malaria, tiap minggu diberikan obat anti malaria seperti klorokuin basa

    5mg/kgBB (8,3mg garam), maksimal 300mg basa sekali seminggu, fansidar atau

    suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75mg/kgBB atau sulfadoksin 10-

    15mg/kgBB sekali seminggu (hanya untuk umur 6 bulan atau lebih).12

    Dari laporan kasus ini, penderita dipulangkan setelah mendapat perawatan

    selama 6 hari di RSUP Prof. R. D. Kandou. Pemeriksaan darah tepi pada 4 hari

    pertama perawatan hasilnya positif plasmodium falciparum dan pemeriksaan darah

    tepi pada 2 hari terakhir hasilnya negatif. Pasien juga sudah tidak demam dan sudah

    ada peningkatan/perbaikan dari kadar trombosit dan eritrosit penderita. Pada pasien

    dalam laporan kasus ini adalah contoh dari infeksi malaria tropika oleh plasmodium

    falciparum. Untuk pasien ini prognosisnya adalah dubia ad bonam.

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    24/25

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bousema T, Drakeley C. Epidemiology and infectivity of plasmodium

    falciparum and plasmodium vivax gametocytes in relation to malaria control

    and elimination. Clin. Microbiol. 2011;24(2):377-410.

    2. Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

    Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V.

    Jakarta: Interna publishing; 2009. h 2813-825.

    3. Crawley J, Chu C, Mtove G, Nosten F. Malaria in children. Lancet.

    2010;375:146881.

    4. Tan S, Supali T, Wibowo H. Plasmodium falciparum infection and the risk of

    anemia in school children. Univ Med 2013;32(2):128-34.

    5. Williams TN, Mwangi TW, Wambua S, Alexander ND, Kortok M, Snow

    RW, dkk. Cell trait and the risk of plasmodium falciparum malaria and other

    childhood diseases. JID 2005;192:178-86.

    6. Bulletin jendela data dan informasi kesehatan. Epidemiologi malaria di

    Indonesia. Kementerian kesehatan RI. Jakarta. 2011.hal 1-32.

    7. Pedoman penatalaksaan malaria di Indonesia. Gebrak malaria. Jakarta. 2008.

    h 1-538. Mandei JM, Rampengan NH, Tatura SNN, Runtunuwu AL, Rampengan TH.

    Comparative efficacy of artesunate and sulphadoxine-pyrimethamine

    combination with artesunate and amodiaquine combination in uncomplicated

    falciparum malaria in children. Paediatr Indones. 2008;48:240-5.

    9. Meadow SR, Newell SJ. Lectures notes pediatrika. Ed. 7. Jakarta: Erlangga;

    2007. h 243-45.

    10.Rampengan TH. Infeksi parasit. Dalam: penyakit infeksi tropik pada anak.

    Edisi 2. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC; 2007. h 190-225.

    11.Stauffer W, Fischer PR. Diagnosis and Treatment of Malaria in Children.

    Clinical Infectious Diseases 2005; 37:13408.

  • 8/10/2019 Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013

    25/25

    25

    12.Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Malaria. Dalam: buku

    ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2012. h 408-37.

    13.World malaria report: 2011. Geneva: the World Health Organization; 2011.

    14.

    Harijanto PN. ACT sebagai Obat pilihan malaria ringan di indonesia. CDK

    2011;183:112-14.

    15.WHO. The safety and effectiveness of single dose primaquine as a p.

    falciparum gametocytocide. Malaria policy advisory committee meeting.

    2012;5:1-19.

    16.Syarif A, Zunilda DS. Obat malaria. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,

    Nafrialdi, Elysabeth, editors. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai

    penerbit FKUI; 2007. h 556-70.

    17.Direktorat PPBB, Ditjen PP Dan PL. Kementerian kesehatan RI. Buku saku

    menuju eliminasi malaria. Jakarta. 2011. h 1-30.