21
MAKALAH KIMIA PEMISAHAN PENENTUAN KADAR GLUKOSA DAN FRUKTOSA PADA MADU RANDU DAN MADU KELENGKENG DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI OLEH : YULIA AGUSTINA (J1B109008) ZULFIKURRAHMAN (J1B109047) PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DAN FRUKTOSA PADA

MADU RANDU DAN MADU KELENGKENG DENGAN

METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

OLEH :

YULIA AGUSTINA (J1B109008)

ZULFIKURRAHMAN (J1B109047)

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2012

Page 2: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang berjudul

Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa Pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng

dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yaitu Ibu

Radna Nurmasari, S.Si, M.Si. karena dengan bantuan beliau maka makalah ini

dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

teman-teman yang telah mendukung dalam penulisan makalah ini karena telah

memberikan wadah untuk penulis mencoba mengembangkan ilmu serta

mengeksplor pengetahuan mengenai “Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa

Pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi”.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat yang besar

hingga nanti kita akan tertarik untuk lebih mengeksplor dan menelaah lebih dalam

lagi pengetahuan mengenai Kromatografi Cair Kinerja Tinggi hingga akhirnya

dapat diaplikasikan untuk kesejahteraan masyarakat dunia.

Banjarbaru, Mei 2012

Penulis

Page 3: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

1.4 Metode Penulisan .................................................................... 2

BAB II ISI

2.1 Madu ....................................................................................... 4

2.2 Glukosa dan Fruktosa pada Madu ........................................... 5

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ............................ 7

2.4 Pemisahan Senyawa dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 9

2.4.1 Pemisahan Glukosa dan Fruktosa dari Madu Randu dan Madu

Kelengkeng dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ...... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 17

3.2 Saran ........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah

dikenal sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang

mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan kesehatan. Madu

merupakan produk alam yang dihasilkan oleh lebah untuk dikonsumsi,

karena mengandung bahan gizi yang sangat essensial. Madu bukan

hanya merupakan bahan pemanis, atau penyedap makanan, tetapi sering

pula digunakan untuk obat-obatan. Madu dapat digunakan untuk

menghilangkan rasa lelah dan letih, dan dapat pula digunakan untuk

menghaluskan kulit, serta pertumbuhan rambut (Purbaya, 2002).

Madu yang baik harus dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan

oleh Standar Industri Indonesia (SII) tahun 1977 dan 1985. Kadar yang

sesuai dengan standar SII hanya mungkin terdapat pada madu murni,

yaitu madu yang belum diberi campuran dengan bahan-bahan lain. Di

pasaran dalam negeri, jaminan akan keaslian dan mutu madu masih

belum ada, oleh karenanya kecurigaan akan kepalsuan madu selalu ada

(Anonim1, 2010).

Komposisi gula pereduksi seperti glukosa dan fruktosa pada madu

kemungkinan dapat mempengaruhi khasiat madu terutama dalam proses

pengobatan. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi

penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan

antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan

dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Ratnayani, 2008).

Penentuan kadar glukosa dan fruktosa dengan kromatografi ini

juga harus mempertimbangkan berbagai hal antara lain pemilihan

detektor, kolom, pemilihan eluen, laju alir eluen serta suhu kolom. Ini

disebabkan karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi resolusi dari tiap-

tiap komponen. Bila dua puncak kromatogram dari dua komponen

Page 5: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

terpisah sempurna maka dikatakan resolusi dua komponen tersebut

sempurna. Pemisahan masing-masing komponen dengan menggunakan alat

KCKT harus dilakukan pada kondisi optimum. Pemisahan yang baik

adalah bila kromatogram masing-masing komponen tidak saling tumpang

tindih (Ratnayani, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dipandang perlu

dilakukan penelitian untuk menentukan kadar glukosa dan fruktosa dalam

madu dari jenis bunga yang berbeda dengan metode KCKT. Sehingga

kadar glukosa dan fruktosa dari kedua jenis madu tersebut dapat

dibandingkan (Ratnayani, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan madu ?

2. Apa yang dimaksud glukosa dan fruktosa serta bagaimana kandungannya

dalam madu ?

3. Bagaimana prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi ?

4. Bagaimana cara pemisahan glukosa dan fruktosa dari madu dengan

metode kromatografi cair kinerja tinggi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menjelaskan pengertian madu.

2. Mengetahui dan menjelaskan pengertian dari glukosa dan fruktosa serta

kandungannya dalam madu.

3. Mengetahui dan menjelaskan prinsip kerja kromatografi cair kinerja

tinggi.

4. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana cara pemisahan glukosa dan

fruktosa dari madu dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah

dengan menggunakan metode internet dan metode pustaka. Metode internet

dilakukan dengan mencari berbagai literatur pada alamat website dan metode

Page 6: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

pustaka dilakukan dengan menjadikan mencari literatur berupa jurnal

penunjang yang memang sesuai dan dapat dipercaya validitasnya. Jurnal yang

menjadi acuan utama dalam peulisan makalah ini adalah jurnal yang berjudul

“Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa Pada Madu Randu dan Madu

Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” ISSN 1907-

9850 oleh Ratnayani dari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit

Jimbaran.

Page 7: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

BAB II

ISI

2.1 Madu

Madu adalah cairan kental dan berasa manis yang dihasilkan oleh lebah

dan serangga lainnya dari nektar bunga. Rasa manis madu disebapkan oleh

unsur monosakarida fruktosa dan glukosa, dan memiliki rasa manis yang

hampir sama dengan gula bahkan lebih manis daripada gula. Kebanyakan

mikroorganisme tidak bisa berkembang di dalam madu karena rendahnya

aktivitas air pada madu. Hal inilah yang menyebabkan madu dapat bertahan

lama di lingkungan (Anonim1, 2010).

Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah

diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu.

Dari jumlah tersebut karbohidrat merupakan komponen terbesar yang

terkandung dalam madu, yaitu berkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat

yang paling dominan adalah fruktosa sekitar 38,5% dan glukosa sekitar

31,0%. Karbohidrat madu yang lainnya termasuk maltosa, sukrosa, dan

karbohidrat kompleks lainnya juga terkandung dalam madu namun dengan

jumlah yang kecil. Seperti semua pemanis bergizi yang lain, madu sebagian

besar mengandung gula dan hanya mengandung sedikit jumlah vitamin,

mineral dan sejumlah kecil dari beberapa senyawa dianggap berfungsi

sebagai antioksidan seperti chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan

pinocembrin. Komposisi umum dari madu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Kandungan Madu Secara Umum

Senyawa Kadar %

Fruktosa 38,2

Glukosa 31,3

Maltosa 7,1

Sukrosa 1,3

Air 17,2

Lain-lain 4,8

(Anonim2, 2011).

Page 8: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

Kualitas madu ditentukan oleh beberapa hal diantaranya waktu

pemanenan madu, kadar air, warna madu, rasa dan aroma madu. Standar

mutu madu salah satunya didasarkan pada kandungan gula pereduksi

(glukosa dan fruktosa) total yaitu minimal 60%. Sedangkan, jenis gula

pereduksi yang terdapat pada madu tidak hanya glukosa dan fruktosa,

tetapi juga terdapat maltosa dan dekstrin. Sementara itu proses produksi

madu oleh lebah itu sendiri merupakan proses yang kompleks, sehingga

kemungkinan besar terjadi perbedaan kadar dan komposisi gula

pereduksi di antara berbagai jenis madu yang beredar di masyarakat

(Ratnayani, 2008).

Di Indonesia, untuk kualitas madu sudah ditentukan berdasarkan

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01-3545-1994 seperti yang

tercantum pada Tabel 2. Dimana standar tersebut merupakan kriteria dari

mutu madu yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)

dan merupakan hasil revisi dari SNI tentang syarat mutu madu tahun 1992.

Tabel 2. Syarat Mutu Madu

(Anonim2, 2011).

2.2 Glukosa dan Fruktosa pada Madu

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena

mempunyai sifat dapat memutar cahaya bidangterpolarisasi kearah kanan. Di

Page 9: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam

glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbohidrat dan air dengan bantuan sinar

matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa

yang terbentuk terus digunakan utnuk pembentukan amilum dan selulosa

(Ratnayani, 2008).

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena

mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Dalam

alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbon dioksida dan air dengan

bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis

dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau

selulosa (Ratnayani, 2008).

Gambar 1. Struktur Glukosa

Glukosa pada madu berguna untuk memperlancar kerja jantung

dan dapat meringankan gangguan penyakit hati (lever). Glukosa dapat

diubah menjadi glikogen yang sangat berguna untuk membantu kerja

hati dalam menyaring racun-racun dari zat yang sering merugikan tubuh.

Selain itu, glukosa merupakan sumber energi untuk seluruh sistem

jaringan otot (Anonim1, 2010).

Madu selain glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah

suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri

dan karenanya disebut levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida

mempunyai rasa manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada

glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu dan sukrosa. Fruktosa berikatan

Page 10: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-

hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu dan atau bit (Ratnayani, 2008).

Gambar 2. Struktur Fruktosa

Fruktosa pada madu disimpan sebagai cadangan dalam hati untuk

digunakan bila tubuh membutuhkan dan juga untuk mengurangi

kerusakan hati. Fruktosa dapat dikonsumsi oleh para penderita diabetes

karena transportasi fruktosa ke sel-sel tubuh tidak membutuhkan insulin,

sehingga tidak mempengaruhi keluarnya insulin. Di samping itu,

kelebihan fruktosa adalah memiliki kemanisan 2,5 kali dari glukosa

(Anonim1, 2010).

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi dan

detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair

menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang

tinggi.metode ini dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi adalah suatu metode kromatografi yang

mampu memisahkan makro molekul, senyawa-senyawa ionik, produk alam

yang lebih, senyawa polimerik dan kelompok-kelompok polifungsional yang

memiliki berat molekul tinggi dengan cara penyairan berfraksi, penyerapan

atau penukaran ion. Menggunakan fase yang interaktif dan fase diam padat

atau cair yang aktif (Dira, 1995).

Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa

fasa gerak, cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke

dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi

Page 11: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan

interaksi antara solut terhadap fasa diam. Solut yang kurang kuat interaksinya

dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut yang

kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solut tersebut akan keluar kolom

dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.

Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi

komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol

kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran

HPLC (Dira, 1995).

Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 3. Komponen Alat Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi

1. Pompa

Pompa dalam HPLC dapat dianalogikan dengan jantung pada manusia

yang berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang

berisi serbuk halus. Dikenal tiga jenis pompa yang masing-masing

memiliki kenutungan dan kekurangannya yaitu pompa reciprocating,

displacement dan pneumatic.

2. Unit Sistem Penyuntikan atau Penginjeksian Sampel

Kadang kala, faktor ketidaktepatan pengukuran HPLC terletak pada

keterulangan pemasukan cuplikan ke dalam peking kolom. Masalahnya,

kebanyakan memasukan cuplikan ke dalam kolom dapat menyebabkan

band broadening. Oleh karena itu, cuplikan yang dimasukkan harus sekecil

Page 12: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

mungkin, beberapa puluh mikroliter. Selain itu, perlu diusahakan tekanan

tidak menurun ketika memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak.

3. Kolom

Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang

terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fas diam, tempat

terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya.

4. Detektor

Berbagai detektor untuk HPLC telah tersedia, walaupun demikian detector

harus memenuhi persyaratan berikut, cukup sensitif, stabilitas dan

keterulangan tinggi, respon linear terhadap solute, waktu respon pendek

sehingga tidak bergantung kecepatan alir, realibilitas tinggi dan mudah

digunakan dan tidak merusak cuplikan. Detektor HPLC dikelompokan ke

dalam tiga jenis yaitu :

a. Detektor umum memberi respon terhadap fasa gerak yang dimodulasi

dengan adanaya solute.

b. Detektor sepesifik memberi respon terhadap beberapa sifat solut yang

tidak dimiliki oleh fasa gerak.

c. Detektor berdasarkan absorpsi UV merupakan detektor HPLC yang

paling banyak di pakai. Detektor elektrokimia paling banyak dipakai

terutama dalam HPLC penukar ion.

(Isnawati, 2010).

2.4 Pemisahan Senyawa dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Untuk memisahkan suatu senyawa dari suatu zat tertentu dapat

dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat

digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai

untuk senyawa yang tidak tahan panas. Pemisahan dengan kromatografi

ini juga harus mempertimbangkan berbagai hal antara lain pemilihan

detektor, kolom, pemilihan eluen, laju alir eluen serta suhu kolom. Ini

disebabkan karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi resolusi dari tiap-

tiap komponen (Ratnayani, 2008).

Page 13: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

2.4.1 Pemisahan Glukosa dan Fruktosa dari Madu Randu dan Madu

Kelengkeng dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Glukosa dan fruktosa dapat dipisahkan dari madu dengan metode

KCKT. Berdasarkan hasil penelitian Ratnayani (2008) tentang “Penentuan

Kadar Glukosa dan Fruktosa Pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng

dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” maka dapat dijelaskan

cara pemisahan glukosa dan fruktosa dari madu sebagai berikut :

a. Metode kerja

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan antara lain : air deionisasi,

larutan standar glukosa 5 % dan larutan standar fruktosa 5 %.

Sampel madu randu dan madu kelengkeng yang telah

memenuhi standar SII dari merk yang sama. Tiap jenis madu

digunakan dua buah sampel dan tiap sampel dilakukan

pengukuran sebanyak dua kali.

Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Seperangkat alat KCKT (buatan ICI Instruments) yang

dilengkapi dengan detektor indeks bias (Shodex RI SE-61) serta

integrator merek Shimadzu CR6A Chromatopac; labu ukur 20

mL, 25 mL, 50 mL, pipet volume 1,0 mL, 2,5 mL, 5 mL, 10 mL, 25

mL, 2,5 mL, alat sentrifugasi, kertas saring 0,45 µm.

Cara Kerja

Larutan standar glukosa dan fruktosa dibuat dengan

konsentrasi masing-masing 5% b/v. Adapun cara pembuatannya

adalah sebagai berikut :

a. Masing-masing senyawa (glukosa dan fruktosa) ditimbang

sebanyak 1 g.

b. Senyawa-senyawa tersebut dimasukkan kedalam labu ukur 20

mL, kemudian ditambah aquades sampai tanda batas (kadar

glukosa dan fruktosa masing-masing 5 % b/v). Dari konsentrasi

Page 14: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

tersebut dapat dibuat campuran dengan konsentrasi masing-

masing 1 % ; 0,5 % ; 0,25 % ; dan 0,125 % .

c. Masing-masing campuran glukosa dan fruktosa tersebut

disaring dengan kertas saring 0,45 µm.

b. Penentuan Kondisi KCKT untuk Pemisahan Glukosa dan

Fruktosa

Kondisi analisis untuk penentuan kandungan glukosa dan

fruktosa pada sampel madu adalah pada kondisi pemisahan yang

terbaik. Kondisi tersebut tercapai jika hasil kromatogram masing-

masing komponen tidak tumpang tindih satu dengan yang lain.

Kromatogram yang tidak tumpang tindih tersebut salah satunya

dapat dicapai dengan mengatur suhu kolom dan laju alir dari

eluen. Kondisi pemisahan dapat ditentukan pada saat pengukuran

larutan standar, di mana eluen yang digunakan adalah air

deionisasi pada kolom metacarb 87C dan dideteksi dengan

menggunakan detektor indeks bias.

c. Pembuatan Kurva Standar

Larutan standar glukosa dan fruktosa 0,125 % diinjeksikan

sebanyak 20 µL dengan menggunakan auto syringe injector. Biarkan

sampai semua komponen keluar dan terpisah dari kolom. Waktu

retensi untuk masing-masing komponen (glukosa dan fruktosa)

dicatat. Langkah tersebut diulangi dengan menginjeksikan 20 µL

larutan standar glukosa dan fruktosa 0,25 % kemudian dengan

larutan standar 0,5 % dan 1 %. Plot hubungan antara konsentrasi

larutan standar dengan luas puncak dari masing-masing komponen.

Hubungan antara konsentrasi dengan luas puncak dapat dibuat

persamaan regresi liniernya yaitu y = a + bx, dimana :

Page 15: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

d. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa (Analisis Sampel)

Masing-masing madu dipipet 0,5 mL dan diencerkan sampai

volumenya tepat 50 mL kemudian disentrifugasi selama 30 menit.

Sampel tersebut disaring dengan kertas saring 0,45 µ m. Sampel

diinjeksikan sebanyak 20 µ L pada alat kromatografi dan sistem

dibuat dengan kondisi pemisahan terbaik, semua komponen

dibiarkan terpisah. Hasil yang diperoleh dilakukan uji kualitatif dan

uji kuantitatif.

e. Perhitungan Kadar Glukosa dan Fruktosa

Kromatogram yang dihasilkan berupa puncak-puncak untuk

setiap senyawa yang dianalisis. Luas area diukur secara otomatis

oleh alat pengolah data. Uji kualitatif untuk komponen glukosa dan

fruktosa dalam sampel dilakukan dengan mencocokkan waktu

retensi dari masing-masing puncak pada kromatogram sampel

dengan waktu retensi senyawa standar. Untuk uji kuantitatif, luas

area komponen-komponen yang dianalisis diplot ke dalam

persamaan regresi linier.

f. Hasil Analisis

Penelitian ini telah melibatkan pengamatan sifat kromatografi

senyawa-senyawa standar secara individual yaitu glukosa dan

fruktosa, yang dilanjutkan dengan pemisahan senyawa-senyawa

standar tersebut dalam campurannya dengan menggunakan metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kondisi-kondisi pemisahan

diperoleh dari pengukuran senyawa-senyawa glukosa dan fruktosa

tersebut kemudian diaplikasikan untuk penentuan kadar senyawa

tersebut pada sampel madu randu dan madu kelengkeng.

Eluen yang digunakan adalah air deionisasi, di samping

murah juga tidak beracun. Air deionisasi memiliki sifat kepolaran

yang sesuai dengan karbohidrat dan ternyata dengan eluen tersebut

pemisahan glukosa dan fruktosa menghasilkan resolusi yang baik.

Penelitian ini menggunakan detektor indeks bias karena detektor

tersebut sesuai untuk pemisahan komponen-komponen karbohidrat.

Page 16: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

Kromatografi Campuran Senyawa Standar Untuk kromatografi

campuran senyawa standar, dipilih beberapa kondisi yang

diharapkan dapat menghasilkan pemisahan glukosa dan fruktosa

dengan resolusi yang baik. Kromatogram-kromatogram sampel madu

mempunyai pola yang sederhana. Pada kondisi kromatografi yang

digunakan, senyawa standar glukosa dan fruktosa keluar sebagai

puncak dengan waktu retensi masing-masing 6,212 menit dan 7,793

menit.

Berdasarkan pola kromatogram sampel yang dianalisis, terlihat

bahwa pemisahan glukosa dan fruktosa dalam sampel madu dapat

dilakukan dengan baik. Pada kromatogram juga terlihat adanya

komponen-komponen lain yang kemungkinan merupakan sakarida-

sakarida lain yang juga menyusun madu seperti sukrosa, maltosa,

laktosa dan karbohidrat lainnya. Namun keberadaan komponen lain

tersebut tidak menganggu identifikasi komponen utamaBerikut adalah

data hasil yang diperoleh :

Tabel 3. Hubungan antara laju alir dan waktu retensi dari masing-

masing komponen

Tabel 4. Hubungan antara laju alir, suhu dan waktu retensi dari

campuran senyawa standar (glukosa dan fruktosa)

Page 17: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

Tabel 3 menunjukkan bahwa glukosa muncul sebagai puncak

pada waktu retensi yang lebih cepat daripada fruktosa. Hal ini

disebabkan karena adanya interaksi yang lebih kuat antara fruktosa

(yang mengandung gugus keton) dengan fase diam daripada

interaksi antara glukosa (yang mengandung gugus aldehid) dengan

fase diam. Semakin mirip sifat kepolaran antara senyawa yang

dipisahkan dengan fase diam, maka interaksinya akan semakin

kuat, sehingga waktu retensi dari senyawa tersebut akan semakin

lama.

Sedangkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa jika laju alir

dipercepat atau suhu kolom ditingkatkan, maka komponen akan

keluar sebagai puncak pada waktu retensi yang lebih pendek.

Sedangkan jika laju alir diperlambat atau suhu kolom diturunkan,

maka komponen akan keluar sebagai puncak pada waktu retensi

yang lebih lama.

Tabel 5. Data luas area dari kromatogram campuran glukosa dan

fruktosa pada berbagai konsentrasi

Dari persamaan regresi linier diatas, maka dapat dibuat kurva

standar glukosa dan fruktosa yang disajikan pada Gambar 3 dan

Gambar 4 :

Page 18: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

Gambar 3. Kurva standar glukosa

Gambar 4. Kurva standar fruktosa

Hasil perhitungan konsentrasi glukosa dan fruktosa dalam

sampel madu dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Kadar glukosa dan fruktosa dalam sampel madu

Page 19: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

Hasil pada Tabel 5 terlihat bahwa pada semua sampel

madu, kadar fruktosa lebih tinggi daripada glukosa. Jika dilihat

dari nilai rata-rata kadar glukosa, maka kadar glukosa pada madu

kelengkeng lebih tinggi daripada madu randu. Sedangkan nilai rata-

rata kadar fruktosa pada madu randu lebih tinggi daripada kadar

fruktosa pada madu kelengkeng. Ini berarti bahwa madu randu

memiliki rasa yang lebih manis daripada madu kelengkeng karena

fruktosa memiliki kemanisan 2,5 kali dari glukosa.

Pada ketentuan SII ditetapkan bahwa kadar gula pereduksi

(glukosa dan fruktosa) total minimal 60 %. Tabel 6 menunjukkan

bahwa sampel madu yang dianalisis telah memenuhi ketentuan SII,

dimana kadar gula pereduksi total pada madu randu sebesar 68,12

% dan pada madu kelengkeng sebesar 68,12 .

Page 20: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Madu adalah cairan kental dan berasa manis yang dihasilkan oleh lebah

dan serangga lainnya dari nektar bunga

2. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa sedangkan

Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya

terpolarisasi ke kiri.

3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi adalah suatu metode kromatografi yang

mampu memisahkan makro molekul, senyawa-senyawa ionik, produk

alam yang lebih, senyawa polimerik dan kelompok-kelompok

polifungsional yang memiliki berat molekul tinggi dengan cara penyairan

berfraksi, penyerapan atau penukaran ion.

4. Glukosa dan fruktosa dapat dipisahkan dari madu dengan metode KCKT.

Dimana berdasarkan penelitian Ratnayani (2008), kadar gula pereduksi

total pada madu randu sebesar 68,12 % dan pada madu kelengkeng

sebesar 68,12 .

3.2 Saran

Masih banyak kandungan madu yang memiliki manfaat positif bagi

tubuh. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan

madu agar dapat diketahui seberapa besar manfaat madu.

Page 21: LAPORAN KIMIA PEMISAHAN ZULFIKURRAHMAN ; YULIA AGUSTINA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Kandungan dan Manfaat Madu Lebah.

http://borneotribune.com/citizen-jurnalism/kandungan-dan-manfaat-madu-

lebah.html

diakses tanggal 15 Mei 2012.

Anonim2. 2011. Pengertian, Jenis, Kandungan dan Manfaat Madu.

http://www.prasko.com/2011/08/pengertian-jenis-kandungan-dan-

manfaat.html

diakses tanggal 15 Mei 2012.

Dira S.I.M., 1995. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Beberapa Senyawa

Mono dan Disakarida Serta Penerapannya Untuk Analis Madu dan

Bahan Jenis Lainnya. Tesis. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Isnawati, R., 2010. Prinsip Dasar HPLC.

http://yi2ncokiyute.blogspot.com/2010/12/blog-post.html

diakses tanggal 15 Mei 2012.

Ratnayani, K., N.M.A. Dwi, I.G.A. Gitadewi. 2008. Penentuan Kadar Glukosa

Dan Fruktosa Pada Madu Randu Dan Madu Kelengkeng Dengan Metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 77-86 ISSN 1907-9850.

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.