36
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Reses Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2017 - 2018 1 - 5 Mei 2018 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2018

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE …...LAPORAN KUNJUNGAN KERJAKOMISI VI DPR RI ... PG Madukismo 4. UMKM dan IKM Binaan PT Bank Mandiri, PT BNI, PT BRI, dan PT BTN D. WAKTU

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN

    KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI

    KE PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Reses Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2017 - 2018

    1 - 5 Mei 2018

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

    REPUBLIK INDONESIA

    2018

  • 1

    LAPORAN

    KUNJUNGAN KERJAKOMISI VI DPR RI KE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    ADA RESES MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2017-2018 1 MEI - 5 MEI 2018

    I. PENDAHULUAN

    A. Dasar Kunjungan Kerja

    Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang

    MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan

    pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan

    kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.

    Surat Tugas Nomor: ST/21/Kom.VI/DPR RI/IV/2018 tentang Penugasan

    Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Pada

    Reses Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2017 - 2018 ke Provinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta.

    B. Maksud dan Tujuan

    Kunjungan kerja ini dilakukan sebagai bagian dari kewajiban konstitusional

    dewan, khususnya Komisi VI DPR RI, untuk mengawasi pelaksanaan

    kewajiban pemerintah di bidang industri dan perdagangan, investasi, BUMN,

    serta Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM). Sebagian dari

    mekanisme pengawasan ini dilakukan dengan cara mendapatkan masukan

    langsung dari Pemda beserta aparat Satuan Kerja Pemerintah Daerah,

    BUMN,serta para pelaku industri di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Berkaitan dengan pelaksanaan tugas Pengawasan, anggota Komisi VI DPR

    RI berkewajiban mengawasi dan meninjau secara langsung pelaksanaan

    kewajiban pemerintah di bidang industri dan perdagangan, investasi, BUMN,

    serta Koperasi Usaha Kecil dan Menengah atau KUKM dan mendapatkan

    masukan secara langsung dari para stakeholder. Dengan demikian

    diharapkan masalah-masalah yang ada dapat dicarikan jalan keluarnya.

    Selain itu, masukan dari daerah ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

    Anggota Komisi VI dalam pengambilan keputusannya.

  • 2

    C. SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA

    Sasaran Kunjungan Kerja dititik beratkan pada aspek:

    1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan, khususnya

    yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI DPR RI.

    2. Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang berada di

    dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR RI.

    3. Pengawasan terhadap implementasi Public Service Obligation (PSO) dan

    pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh para Badan Usaha Milik

    Negara (BUMN) di Provinsi Sulawesi Tengah.

    4. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang terkait dengan

    bidang tugas mitra kerja Komisi VI DPR RI.

    5. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang berkembang

    berkaitan dengan pengembangan industri, koperasi dan UMKM,

    penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat

    lokal.

    Sedangkan obyek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:

    1. Kepala Daerah dan SKPD Daerah Istimewa Yogyakarta

    2. PT Angkasa Pura I (Area Pembangunan Bandara New Yogyakarta

    Internasional Airport)

    3. PG Madukismo

    4. UMKM dan IKM Binaan PT Bank Mandiri, PT BNI, PT BRI, dan PT BTN

    D. WAKTU DAN ACARA KUNJUNGAN KERJA

    (Terlampir)

    E. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA

    (Terlampir)

    II. DESKRIPSI UMUM DAERAH KUNJUNGAN KERJA

    A. Gambaran Umum

    Keberadaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam konteks historis dimulai

    dari sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdasarkan

    Perjanjian Giyanti 1755. Berawal dari sini muncul suatu sistem pemerintahan

    yang teratur dan kemudian berkembang, hingga akhirnya sebagai Daerah

    Istimewa Yogyakarta yang merupakan suatu bagian dari Negara Kesatuan

    Republik Indonesia (NKRI).

    Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan

    Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden

    RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah

  • 3

    Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu

    kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri

    Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala

    Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada

    Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:

    Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII

    tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;

    1. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII

    tertanggal 5 September1945 (dibuat secara terpisah);

    2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII

    tertanggal 30 Oktober1945 (dibuat dalam satu naskah).

    Keunikan pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu fakta yang

    menjadikannya sebagai daerah istimewa. Dalam proses perkembangan

    pemerintahannya, Yogyakarta berproses dari tipe pemerintahan feodal dan

    tradisional menjadi suatu pemerintahan dengan struktur modern.

    Dalam rangka perubahan dan penyesuaian serta penegasan Keistimewaan

    DIY Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 13/2012 Tentang

    Keistimewaan DIY yang disahkan 31 Agustus 2012 dan diundangkan pada

    tanggal 3 September 2012. Kewenangan dalam urusan Kestimewaan seperti

    yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Pasal 7 ayat 2

    meliputi: tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang

    Gubernur dan Wakil Gubernur; kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;

    kebudayaan; pertanahan; dan tata ruang. Dengan demikian, Pemerintah

    Daerah mempunyai kewenangan yang meliputi kewenangan urusan

    Keistimewaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 dan

    kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintah Daerah. Sesuai dengan UU No 32 tahun 2004, maka posisi DIY

    sebagai daerah yang setara dengan provinsi mengandung arti bahwa

    Gubernur merupakan Kepala Daerah Otonom dan sekaligus wakil

    pemerintah pusat di daerah.

    DIY terbagi dalam lima wilayah, meliputi empat kabupaten dan satu kota:

    1. Kabupaten Bantul

    2. Kabupaten Gunung Kidul

    3. Kabupaten Kulon Progo

    4. Kabupaten Sleman

    5. Kota Yogyakarta

  • 4

    Secara geografis, Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19”-110º28’53”

    Bujur Timur dan 07º15’24”-07º49’26” Lintang Selatan. Wilayah kota

    Yogyakarta dibatasi oleh daerah-daerah seperti:

    1. Batas wilayah utara: Kab.Sleman

    2. Batas wilayah selatan: Kab.Bantul

    3. Batas wilayah barat: Kab.Bantul dan kab.Sleman

    4. Batas wilayah timur : Kab.Bantul dan kab.Sleman

    Kegiatan perekonomian DIY terkonsentrasi di wilayah bagain tengah dengan

    pusatnya di kota Yogyakarta. Wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14

    kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2532 RT dengan wilayah seluas

    32,5 km² atau kurang lebih 1,02% dari luas Wilayah Propinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta termasuk cekungan bagian bawah

    dari lereng Gunung Merapi, sebagian besar tanahnya berupa tanah regosol

    atau vulkanis muda. Sedangkan di Kecamatan Umbulharjo dan sekitarnya

    jenis tanahnya adalah lempung kepasiran (sandy clay ) dengan formasi

    geologi batuan sedimen andesit tua (old andesit)/kepasiran.

    Meskipun secara geografis merupakan provinsi terkecil kedua setelah DKI

    Jakarta, DIY memiliki potensi kearifan lokal yang membuatnya tidak kalah

    bersaing dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Banyak prestasi dan

    keunggulan yang dimiliki oleh daerah ini. Dari segi akuntabilitas dan kinerja

    pemerintah, DIY selalu berada pada posisi teratas. DIY juga memiliki potensi

    sumberdaya manusia yang kuat dengan angka melek huruf 95 % dan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 77,59, angka ini jauh di atas IPM

    nasional yang hanya 69,55 %. Berbagai potensi ini tentunya menjadi daya

    tarik tersendiri bagi investor, baik asing maupun dalam negeri, untuk

    menanamkan modalnya. Hal ini terlihat dari pertumbuhan investasi yang

    terus meningkat, terutama di sektor pendidikan dan pariwisata.

    Pertumbuhan ekonomi DIY selama lima tahun terakhir berada di atas 5 %.

    Bahkan, pada tahun 2017 perekonomian DIY tumbuhsebesar 5,26%, angka

    ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai

    5,07%. Inflasi DIY juga terkendali pada kisaran 4+1 %. Pada tahun 2017

    industri DIY tubuh sebesar 2,68%.

    B. Potensi Daerah Istimewa Yogyakarta

    DIY tumbuh menjadi kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang

    menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah

    kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang,

    geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta ukir-ukiran, berkembang dari

  • 5

    dalam keraton dan kemudian menjadi kesenian rakyat. Kemudian, kesatuan

    masyarakat dengan nilai-nilai kesenian seakan telah mendarah daging

    sehingga Yogyakarta dengan 395.604 jiwa penduduknya seperti tidak

    pernah kehabisan seniman-seniman handal. Selain pesona budaya,

    khasanah arsitektur kuno juga memiliki daya magis tersendiri bagi para

    wisatawan. Sebutlah Istana Air Tamansari, Keraton Yogyakarta, Keraton

    Pakualaman, lCandi Prambanan, dan berbagai museum. Karena dinilai sarat

    akan kebudayaan, maka Yogyakarta menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW)

    utama di Indonesia (meski masih dibawah Pulau Bali). Salah satu kekayaan

    lain dari Yogyakarta adalah sekolah. Sejak bedirinya UGM tahun 1949, kota

    Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar.

    1. Potensi Budaya

    DIY memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan potensial.

    Potensi budaya tersebut tersebar di seluruh wilayah DIY. Tercatat

    sebanyak 107 Prasarana Budaya, 459 Upacara Adat, 4944 Organisasi

    Kesenian, 43 Desa Budaya, 515 Cagar Budaya, 48 Museum, dan

    sebuah Taman Budaya KP, menunjukkan banyaknya potensi dalam

    wujud tangible (fisik) yang hingga saat ini masih dilestarikan dengan baik

    oleh masyarakat DIY. Selain itu terdapat juga wujud budaya intangible

    (non fisik) yang juga sangat beragam, seperti Organisasi Senirupa,

    organisasi Seni Pertunjukan, organisasi perfilman, permainan

    tradisional, kerajinan property budaya, gatleri seni rupa serta tokoh

    seniman/budaya.

    2. Potensi Pendidikan

    DIY dikenal sebagai Kota Pelajar, hal ini bukannya tanpa alasan

    mengingat banyaknya tokoh-tokoh besar pendiri bangsa yang oernah

    mengenyam pendidikan di Yogyakarta. Di sisi lain, fasilitas pendukung

    kegiatan pendidikan juga sangat memadai, seperti tersedianya sekolah

    dan univesrsitas yang berkualitas dan terjamin mutunya, setidaknya

    terdapat 142 perguruan tinggi di DIY.

    3. Potensi Pariwisata

    Kebijakan penetapan kawasan peruntukan adalah penetapan kawasan

    pariwisata budaya yang difokuskan di seluruha wilayah DIY dan awasan

    pariwisata alam yang juga difokuskan di seluruh wilayah DIY dan

    kawasan pariwisata alam yang juga difokuskan di seluruh wilayah DIY

    kecuali kota Yogyakarta.

  • 6

    III. DESKRIPSI PER BIDANG

    A. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

    Pemerintah Daerah DIY menerima kunjungan Komisi VI DPR RI di Gedhong

    Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. DIY mempunyai kontribusi

    yang sangat besar untuk NKRI. Berbagai kontribusi nyata didukung dengan

    berbagai kearifan lokal di setiap daerahnya, sehingga DIY mampu meraih

    prestasi, salah satunya terbaik dalam hal akuntabilitas kinerja pemerintah.

    Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menyampaikan, bahwa sektor

    perdagangan memberikan andil yang tinggi dalam pertumbuhan ekonomi di

    DIY. Perkembangan sektor perdagangan tidak terlepas dari dukungan sektor

    ekonomi lainnya serta dukungan infrastruktur yang berupa sarana dan

    prasarana penunjang pertumbuhan sektor perdagangan seperti

    pergudangan, pasar modern dan pasar tradisional, Perkembangan indikator

    kinerja sektor industri, Pemda DIY telah memanfaatkan dengan baik atas

    terbukanya perdagangan bebas saat ini. Dengan demikian, peluang ekspor

    DIY juga semakin meningkat. Namun demikian, peredaran produk-produk

    asing juga akan meningkat di pasar domestik DIY. Untuk itu, Pemda DIY

    harus mengoptimalkan kembali program-program terutama terkait dengan

    peningkatan daya saing produk seperti penjaminan mutu, sertifikasi dan

    standarisasi sehingga pasar memiliki preferensi untuk memilih produk-

    produk berkualitas dari DIY.

    Sesuai rencana umum penanaman modal DIY, ada 6 sektor unggulan yang

    menjadi arah investasi jangka panjang yaitu infrastruktur, energi,

    pengembangan pangan, ekonomi kreatif, budaya dan periwisata, serta

    sektor pendidikan. Namun, koperasi dan UKM akan menjadi perhatian

    utama dalam pembangunan DIY mengingat perannya dalam menggerakan

    ekonomi kerakyatan. Peningkatan peran koperasi dalam perekonomian DIY

    ditunjukan dengan peningkatan keragaman koperasi, baik dari aspek jumlah

    koperasi aktif maupun volume usaha. Perkembangan unit usaha di DIY yang

    didominasi skala kecil dan menengah menunjukan pertumbuhan yang positif

    dari tahun ke tahun. Hal tersebut dilihat dari jenis usaha, UKM di DIY yang

    didominasi oleh usaha perdagangan dan industri pertanian.

    Turut hadir mendampingi dalam pertemuan ini, Sekda DIY, Bupati Kulon

    Progo, pejabat OPD Pemerintah se-DIY, perwakilan KC Bank BRI

    Yogyakarta, KC Bank BNI Yogyakarta, KC Bank BTN Yogyakarta, Pabrik

    Gula Madukismo Yogyakarta, Direkrut PT Rajawali Nusantara Indonesia,

  • 7

    Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Dinas Koperasi dan UMKM DIY,

    dan BKPM DIY.

    Terkait dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN,

    BUMN yang telah melaksankan PKBL-nya di DIY antara lain PT Telkom,

    Pertamina, Jamkrindo, PT Angkasa Pura, PLN, Bank BRI. Adapun

    pelaksanaannya sebagian besar belum melibatkan atau belum bersinergi

    dengan Pemda sehingga penyebarannya masih kurang terarah sesuai

    kebijakan yang diinginkan Pemda DIY; sedangkan sebagian lain sudah ada

    yang disinergikan dengan Program Peningkatan Akses Pembiayaan yang

    dilaksanakan oleh Pemda DIY.

    Dari keterangan yang diberikan pihak Badan Koordinasi Penanaman Modal

    (BKPM), Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Perindustrian dan

    Perdagangan, terdapat beberapa hal yang dapat dilaporkan.

    1. Dinas Koperasi dan UMKM

    Terkait dengan Pengembangan UMKM, Pemda DIY mempunyai tekad

    meng-istimewakan Koperasi dan UMKM artinya tidak hanya sekedar

    fasilitasi yang sifatnya instan tapi lebih pada upaya :

    a. Mendorong daya juang dalam meningkatkan kapasitas SDM

    maupun usahanya

    b. Mendorong daya kolaborasi / kerja sama diantara sesama

    pengusaha mikro kecil menengah maupun dengan mitra usaha

    besar

    c. Mendorong daya adaptasi pelaku UMKM untuk menyesuaikan diri

    dengan kondisi lingkungan usaha yang berkembang, ditengah

    lingkungan bisnis baik lokal regional maupun internasional

    Untuk mendorong perkembangan UMKM telah dilakukan pembinaan

    termasuk dari aspek pembiayaan yaitu meningkatkan kapasitas

    manajemen keuangan melalui pelatihan dalam bidang manajemen

    keuangan serta peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM yang

    membutuhkan tambahan pembiayaan.

    Program pembinaan UMKM meliputi :

    a. Desa / Kampung Preneur

    Program Berbasis Pengentasan Kemisikinan dengan sasaran

    wilayah terkecil desa di Kabupaten, dan Kelurahan di Kota, dengan

    mengindentifikasi potensi usaha yang ada (investasi) kemudian

    dilakukan peningkatan kapasitas bewujud pelatihan dan praktek

    dengan peserta pelaku usaha yang ada dan sudah teridentifikasi

  • 8

    beserta lingkungan sekitar. Diharapkan Usaha ini akan berkembang

    dan meningkatkan peran serta masyarakat di Desa/Kelurahan

    sekaligus sebagai pengungkit untuk meningkatkan kemampuan

    wilayah dalam pengentasan kemiskinan. Sasaran Desa/Kelurahan di

    lokasi kecamatan kantong kemiskinan.

    b. Peningkatan Kewirausahaan Masyarakat

    Merupakan Program Berbasis Kemiskinan, dengan fokus pada

    pelaku usaha baru atau pemula yang berada di Desa/Kelurahan. Di

    awali dari sosialisasi penumbuhan motivasi usaha dilanjutkan

    dengan diklat berikut pelatihan serta diikuti dengan pendampingan

    selama pelaksanaan program.

    c. Pendampingan Usaha berkaitan dengan MEA

    Untuk kegiatan usaha yang punya potensi ekspor, ada upaya

    pendampingan baik pada tahapan awal dari sisi manajemen usaha,

    teknis usaha sampai dengan promosi pemasaran. Saat ini sudah

    memasuki tahun ketiga dengan target pengusaha yang terdampingi

    berkelanjutan dari sejak tahun awal sampai dengan saat ini.

    Terkait dengan Pengembangan koperasi maka kegiatan-kegiatannya

    meliputi:

    a. Mendorong anggota koperasi untuk meningkatkan usaha dan

    sumber daya manusia.

    b. Mengembangkan usaha anggota koperasi melalui kerjasama

    dengan instansi lain atau usaha swasta lainnya dalam bentuk

    pelatihan, pendampingan promosi, pemeringkatan koperasi,

    penilaian kesehatan

    c. Meningkatan usaha koperasi melalui kelompok nelayan dan

    budidaya perikanan, pertanian, generasi muda/kopma/kopsis/karang

    taruna dan kelompok perempuan atau wanita , pariwisata dan desa

    wisata.

    d. Peningkatan kelembagaan dan usaha koperasi

    Program pembinaan Kapasitas SDM Koperasi dan UKM dilaksanakan

    melalui :

    a. Kegiatan Pelatihan

    b. Bimbingan Teknis

    c. Sosialisasi program-program Pembiayaan yang dapat di akses oleh

    Koperasi dan UKM

  • 9

    Sedangkan pembinaan dan fasilitasi permodalan yang diberikan kepada

    Koperasi dan UKM dilakukan melalui :

    a. Program Dana Bergulir dari sumber dana APBD dan APBN serta

    Kementerian Koperasi dan UKM RI ( melalui LPDB-KUMKM

    Kementerian Koperasi dan UKM RI)

    b. Bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM dalam hal

    fasilitasi bantuan Pemerintah untuk Permodalan Wirausaha Pemula

    (WP)

    c. Program Kemitraan Bina Lingkungan / CSR PKBL BUMN

    d. Kredit Perbankan

    e. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    f. Kredit Ultra Mikro (KUM) Kementerian Keuangan

    g. Kerjasama jaringan usaha antar Koperasi dibidang permodalan

    (APEX)

    Disamping itu dalam rangka untuk kelancaran program dan sukses dari

    sisi penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian kami juga

    menyelenggarakan program pendampingan yaitu:

    a. Pendampingan Program Dana Bergulir APBD bagi Koperasi

    b. Program Pendampingan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi UMK

    Program Pendampingan Akses Pembiayaan LKB/LKBB termasuk

    Koperasi.

    Khususnya program KUR dari Kementerian Koperasi dan UKM

    membentuk Koordinator dan Tenaga Pendamping dan dilaksanakan

    mulai tahun 2016 – 2018 ini yang dikoordinasikan oleh Dinas Koperasi,

    UMKM DIY

    2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

    Berkaitan dengan pembangunan kawasan industri, perizinan usaha

    kawasan industri Piyungan sudahada. Selain itu, kawasan industry

    Piyungan telah memiliki pengelola. Kawasan Industri (KI) Piyungan,

    Bantul juga telah masuk menjadi salah satu dari 15 kawasan perluasan

    Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) tahap III tahun 2018.

    Kawasan industry Piyungan nantinya menampung investor dari segala

    kelas. Baik kecil, menengah, maupun besar. Khusus UMKM telah

    disedikan lahan seluas 85 hektar. Sedangkan total lahan yang disiapkan

    mencapai 335 hektar. Keberadaan kawasan itu untuk merespons

    berkembangnya industry kreatif di DIY. Kendala yang dihadapi dalam

    pengembangan kawasan industri piyungan diantaranya pengurusan

    beberapa perizinan belum selesai.

  • 10

    Upaya yang dilakukan Pemda dan jajarannya dalam pengentasan

    kemiskinan dan mendorong perkembangan Industri Kecil dan Menengah

    (IKM) serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Daerah

    Istimewa Yogyakarta diantaranya adalah:

    a. Mengembangkan enterprenurship yang berorientasi pada

    pengurangan angka kemiskinan

    b. Penguatan Perdagangan Dalam Negeri melalui peningkatan

    penggunaan produk lokal, kelancaran distribusi, stabilisasi harga,

    pengelolaan persaingan usaha serta pengembangan pemasaran

    c. Penguatan perdagangan dalam negeri melalui perlindungan

    konsumen dan pengamanan perdagangan

    d. Memperkuat dan memperluas perdagangan internasional dalam

    upaya meningkatkan nilai ekspor DIY

    e. Penguatan dan penumbuhan sumber daya IKM melalui

    pengembangan aspek produksi, desain, dan pemasaran produk

    f. Penguatan dan penumbuhan sumber daya IKM melalui

    pengembangan aspek produksi, desain, dan pemasaran produk

    industri kreatif

    g. Pengembangan teknologi industri yang mendukung proses produksi

    secara kualitas maupun kuantitas

    Dalam rangka mengembangkan sektor perdagangan baik domistik

    maupun nasional dan internasional, Pemda DIY memiliki tiga program.

    Ketiga program tersebut adalah: Program Peningkatan dan

    Pengembangan Ekspor; Program Pengembangan Perdagangan Dalam

    Negeri; serta Program Perlindungan dan Pengamanan Konsumen.

    Program peningkatan dan Pengembangan Ekspor dilaksanakan melalui

    kegiatan Kerjasama dan Pemasaran Produk Ekspor dengan sub

    kegiatan berupa pameran, pelayanan penerbitan SKA Otomasi.

    Program pengembangan Perdagangan Dalam Negeri diwujudkan

    melalui kegiatan Penguatan Perdagangan Dalam Negeri dengan sub

    kegiatan bimtek PKL dan pedagang, Pameran dalam negeri baik secara

    online maupun offline, serta revitalisasi pasar.

    Program Perlindungan dan Pengamanan Konsumen diwujudkan melalui

    kegiatan Pengawasan Peredaran Barang dan Harga Kebutuhan Pokok

    dengan sub kegiatan Pemantauan Stok dan Harga Kebutuhan Pokok,

    Pengawasan barang berbahaya, Operasionalisasi Badan Penyelesaian

    Sengketa Konsumen (BPSK), Pembinaan dan pengawasan barang

  • 11

    beredar dan jasa, Pengembangan kemitraan produsen Bahan Pokok

    denganToko Modern, Operasi pasar, dan pasar murah.

    Terkait dengan pengembangan kawasan industry, perdagangan dan

    kawasan pariwisata, peran pihak swasta adalah sebagai pengelola dan

    investor. Saat ini, PT Yogyakarta Isti Parama berperan sebagai

    pengelola. Sementara ini tercatat enam pabrik yang telah beroperasi di

    kawasan industri Piyungan, dengan produk kulit, paper bag, boneka

    tissue, dan kerajinan.

    3. Perkembangan Investasi di DIY Selama Lima Tahun Terakhir

    Perkembangan investasi di DIY selama lima tahun terakhir baik dalam

    bentuk penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal

    dalam negeri (PMDN) dapat dijelaskan di bawah ini.

    Grafik 1.

    Perkembangan /Pertumbuhan Investasi Perusahaan PMDN /PMA DI

    DIY (Kumulatif) Tahun 2013 -2017

    Sumber: BKPM DIY, 2018

  • 12

    Tabel 1.

    Perkembangan /Pertumbuhan Investasi Perusahaan PMDN /PMA di DIY

    (Kumulatif) Tahun 2013 -2017

    TAHUN INVESTASI INVESTASI TOTAL

    PMDN PMA PMDN + PMA

    2013 2,864,654,491,755 5,203,115,642,883 8,067,770,134,638

    2014 3,568,546,291,755 5,955,853,842,883 9,524,400,134,638

    2015 3,951,662,458,339 7,271,740,783,735 11,223,403,242,074

    2016 4,522,819,693,467 7,554,841,971,335 12,077,661,664,802

    2017 4,817,449,093,467 8,036,525,281,335 12,853,974,374,802

    Sumber: BKPM DIY, 2018

    Nilai Investasi pada tabel 1 dan Grafik 1 di atas merupakan realisasi

    investasi langsung yang ilakukan selama lima tahun, dari tahun 2013 -

    2017 berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang

    diterima BKPM dari perusahaan PMA dan PMDN. Invesasi-investasi

    tersebut adalah Nilai Investasi diluar investasi Migas, perbankan,

    Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha dan

    Industri Rumah Tangga. Pada tahun 2013, nilai Realisasi Investasi

    adalah Rp8.067.770.134.638, angka ini meningkat sebesar 14,34 % (Rp

    1.011.703.992.879) dari tahun 2012, Rp 7.056.066.141.759. Realisasi

    Investasi pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 18,05 %

    (Rp1.456.630.000.000) menjadi Rp9.524.400.134.638. Pada tahun

    2015, nilai realisasi investasi DIY adalah Rp11.223.403.242.074, nilai ini

    mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 17,4%.

    Pada tahun 2016 dan 2017 pertumbuhan nilai investasi mengalami

    penurunan yang cukup signifikan. Di tahun 2016 investasi hanya tumbuh

    sebesar 7,61% (Rp854.258.422.728) menjadi Rp12.077.661.664.802.

    Dan pada tahun 2017 investasi hanya mengalami peningkatan sebesar

    6,43% (Rp776.312.710.000) menjadi Rp12.853.974.374.802. Realisasi

    Invesatasi pada Triwulan I Tahun 2018 sebesar Rp870.725.550.000,

    meningkat sebesar Rp753.336.430.000 dari Triwulan I Tahun 2017,

    Rp117.389.120.000. Adapun Permasalahan yang dihadapi oleh Investor

    dan Pengusaha dalam berinvestasi dan mengembangkan usahanya di

    DIY, diantaranya adalah luas lahan yang terbatas dan harga tanah yang

    tinggi serta masih terdapat kendala terkait infrastruktur Kawan Industri.

  • 13

    B. PT Angkasa Pura I

    (Pembangunan New Yogyakarta International Airport)

    Dalam rangka meningkatkan Customer Satisfaction Index (CSI), Angkasa

    Pura Airports mengakselerasi pengembangan dan pembangunan bandara

    serta melengkapi berbagai fasilitasnya demi meningkatkan kepuasan

    pelanggan.Pengembangan dan pembangunan bandara tersebut antara lain

    Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, yang resmi

    beroperasi 20 Oktober 2011, untuk menggantikan Bandara Selaparang di

    Mataram. Selanjutnya, 19 September 2013, menjelang berlangsungnya KTT

    APEC 2013 di Bali, terminal internasional baru Bandara Internasional I Gusti

    Ngurah Rai Bali juga resmi beroperasi. Dengan pengembangan ini,

    kapasitas bandara ini meningkat dari 9,7 juta penumpang per tahun menjadi

    24,7 juta penumpang per tahun. Pada 14 Februari 2014, Terminal 2 (T2)

    Bandara Internasional Juanda Surabaya juga mulai dioperasikan, yang

    meningkatkan kapasitas bandara dari 8 juta penumpang per tahun menjadi

    14 juta penumpang per tahun. Menyusul kemudian pengoperasian terminal

    baru Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan pada 22 Maret 2014.

    Dengan pengembangan ini, bandara kebanggaan masyarakat Kalimantan

    Timur ini meningkat kapasitasnya dari hanya 1,7 juta penumpang per tahun

    menjadi 15 juta penumpang per tahun.

    Saat ini, Angkasa Pura Airports sedang melaksanakan 3 (tiga) proyek

    pengembangan bandara, yaitu:

    1. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang

    2. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Syamsudin Noor

    Banjarmasin

    3. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Yogyakarta

    Proyek ini telah di-groundbreaking pada 27 Januari 2017 oleh Presiden RI

    Joko Widodo. Bandara di Kulonprogo sebagai pengganti Bandara Adisutjipto

    ini akan memiliki terminal seluas 130 meter persegi berkapasitas 14 juta

    penumpang per tahun, dengan panjang runway 3.250 meter dan apron yang

    bisa menampung 28 pesawat.

    Bandara yang sedang dikembangkan di DIY ini diberi nama New Yogyakarta

    International Airport (NIYA) adapun Dasar Hukum Pembagunan Bandara

    NYIA ini adalah:

    1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang

    Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

  • 14

    2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2017 Tentang

    Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang

    Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

    3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2017 Tentang

    Percepatan Pembangunan Dan Pengoperasian Bandar Udara Baru di

    Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    4. Keputusan Gubernur Nomor 68/KEP/2015 Tanggal 31 Maret 2015

    Tentang Penetapan Lokasi (IPL) Pembangunan untuk Pengembangan

    Bandara Baru di Daerah Istimewa Yogyakarta.

    5. Master Plan KP 1164 Tahun 2013 tentang Izin Penetapan Lokasi Bandar

    Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo

    6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mengenai

    Kelayakan Lingkungan Hidup (Amdal) Nomor SK 557/Menlhk/Setjen/PLA

    4/10/2017 dan Izin Lingkungan Nomor SK 558/Menlhk/Setjen/PLA

    4/10/2017

    Gambar 1. Terminal New Yogyakarta Airport

    Saat ini pembebasan lahan bandara elah mencapai lebih dari 80 persen.

    Berdasarkan undang-undang, yang bertanggungjawab terhadap

    pembebasan lahan adalah pemerintah. Masih ada beberapa lahan yang

    belum dibebaskan karena pemilik lahan tidak mau menjualnya. Pihak

    pemda dan angkasa pura akan melakukan pendekatan persuasive dan

    negosiasi dengan pemilik lahan agar bersedia menjual lahannya.

    Rencana Pembangunan dan Investasi NYIA adalah sebagai berikut:

    Investasi : Land : + Rp. 4,1 T ; Infrastruktur: + Rp. 6,7 T (Phase I)

    Pendanaan : PT AP I, Pinjaman Bank, Obligasi dan Mitra Strategis

    Konstruksi : 2017 – 2020

    Target Operasi : April 2019

    Masterplan : KP.1164/ Tahun 2013

  • 15

    Fasilitas yang akan dibangun adalah:

    Terminal seluas 235.000 m2 dengan kapasitas 20 juta pax/year

    Apron 371.205 m2, 22 ps

    Runway seluas 3.250 x 60 m2

    Kargo seluas 12.000 m2 dengan kapasitasn 40.300 ton/tahun

    Progress Pembangunan New Yogyakarta International Airport

    Table 3. Progres Pekerjaan Per 25 April 2018

    No. Jenis Pekerjaan Progres Keterangan

    1. Proses Pengadaan Tanah

    Telah selesai 100% dengan telah dilaksanakannya Serah Terima Hasil Pelaksanaan Pengadaan Tanah dari Kanwil BPN DIY kepada PT Angkasa Pura I (Persero) pada 29 Maret 2018

    Berita Acara Nomor 61/BA-PPT/III/2018.

    2. Masalah Pembongkaran Rumah dan Bangunan di atas bidang konsinyasi

    Telah dibongkar 36 Rumah / Bangunan dari Total keseluruhan 73 Rumah / Bangunan.

    Masih terdapat 37 rumah / bangunan yang masih berdiri di atas lahan IPL dan seluruhnya telah dibayarkan ganti kerugian melalui Konsinyasi di PN Wates.

    3. Konsinyasi

    Total bidang konsinyasi 323 bidang = 100%

    Tanah Warga : 319 Bidang Tanah PAG : 4 Bidang

    Tabel 4. Progres Pengerjaan Fisik

    No. Pekerjaan Volume BoQ

    Progres Progres (%)

    1. Land Clearing 587,3 485,77 82,71

    2. Soil Improvement dengan Dynamic Compaction

    940,991 707.459,61 75,18

    Gambar 3. Pengerjaan Lahan

    Sumber: PT Angkasa Pura I, 2018

  • 16

    Progres Land Clearing

    Tabel 5. Progress Land Clearing Per 25 April 2018

    Urian Volume Pekerjaan

    Progres s.d. 25 April 2018

    Area Land Side 219,60 ha 131,89 ha → 60,05%

    Area Air Side 363,82 ha

    344,88 ha → 93,64%

    Total 583,42 ha

    1. Proses Pengadaan Tanah

    Pembebasan lahan seluas 587,3 ha telah selesai 100% dan sudah

    dilaksanakan Serah Terima Hasil Pelaksanaan Pengadaan Tanah

    dari Kanwil BPN DIY kepada AP1 sesuai Berita Acara No.: 61/BA-

    PPT/III/2018 tanggal 29 Maret 2018.

    2. Pembongkaran Rumah dan Bangunan di atas bidang konsinyasi

    Telah dibongkar 36 rumah/bangunan dari 73 rumah/bangunan.

    Sudah dilakukan pembentukan Tim Teknis dari Pemerintahan

    berdasarkan hasil Rapat Forkominda untuk melakukan

    Pengosongan Lahan dan Bangunan yang masih berdiri pada lahan

    IPL Bandara yaitu sebanyak 37 rumah/bangunan

    Tabel 6. Progres Pembebasan Lahan Per April 2018

    Sumber: PT Angkasa Pura I, 2018

    3. Amdal

    Sudah terbit Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    RI mengenai Kelayakan Lingkungan Hidup Nomor: SK 557/Menlhk/

    Setjen/PLA 4/10/2017 dan Izin Lingkungan Nomor: SK 558/Menlhk/

    Setjen/PLA 4/10/2017

  • 17

    4. Mitigasi Tsunami

    Terkait pelaksanaan mitigasi Tsunami, sudah dilaksanakan

    beberapa kali FGD bersama tim ahli mengenai adanya mitigasi

    tsunami terhadap desain bandara. Adapun hasil pembahasan yaitu

    elevasi runway menjadi 7,4 m. Elevasi lantai dua tiap gedung sudah

    mengakomodir aman dari limpasan tsunami. Tinggi limpasan

    tsunami berdasarkan hasil simulasi dari BMKG terhadap ketinggian

    elevasi tanah berdasarkan tinggi rencana bandara. Konstruksi

    bangunan seperti terminal, bangunan PKP-PK, gedung crisis centre,

    dll sudah mengakomodir kekuatan struktur tahan tumbukan dari

    benda/barang yang hanyut akibat tsunami. Telah disiapkan tempat

    evakuasi untuk tsunami di lantai 2 terminal dan crisis centre

    5. Pekerjaan Pesiapan

    a. Sesuai Surat Perintah Kerja Sementara AP.113/HK.05/2017 tgl 4

    Agustus 2017 dan Addendum SPKS nomor: ADD.02/HK.05/2018

    tanggal 2 Februari 2018 dilaksanakan Pekerjaan Persiapan

    (Clearing dan Grubbing, Galian biasa dan Timbunan dengan

    material setempat) dan Pekerjaan Soil Improvement dengan

    Dynamic Compaction

    b. Membuat kesepakatan dengan PT Pembangunan Perumahan

    untuk menunjuk tim dari UGM sebagai tim appraisal pekerjaan

    persiapan yang telah dilakukan. Hasil appraisal direview oleh

    BPKP untuk dijadikan dasar pembayaran PT Angkasa Pura I

    kepada PT Pembangunan Perumahan

    c. Melaksanakan penyusunan draft perjanjian kerjasama / kontrak

    antara AP1 dan PT PP atas pekerjaan yang telah dilaksanakan

    6. Pekerjaan Pembangunan

    Proses pelelangan, yaitu sudah dilaksanakan Pembukaan

    Penawaran Administrasi dan Teknis pada tanggal 27 April 2018 dan

    saat ini sedang dalam proses penilaian teknis.

    7. Underpass JJLS

    Sesuai hasil rapat bersama Kementerian PUPR bahwa desain jalan

    sudah disepakati yaitu struktur underpass dan bangunan

    penghubung tidak saling mempengaruhi, dengan pertimbangan:

    a. Operasional lalu lintas pada underpass menimbulkan getaran

    b. Potensi terjadi kebakaran dan kecelakaan lalu lintas di underpass

    c. Terjadi perbedaan waktu settlement karena nilai SPT elevasi

    dasar underpass dan elevasi akhir pondasi yang tidak sama

  • 18

    C. PT Madukismo

    Madukismo merupakan satu-satunya pabrik gula Gula dan Alkohol/Spirtus di

    DIY. Pabrik gula dan pabrik spritus Madukismo terletak di desa Padokan,

    Kelurahan Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah

    Istimewa Yogyakarta. Badan usaha ini menjadi perseroan terbatas yang

    didirikan dengan akta notaris pada tanggal 14 Juni 1955 dengan nama PT

    Madubaru oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang diresmikan pada

    tanggal 28 Mei 1958 oleh presiden Soekarno. PT Madubaru memiliki dua

    pabrik, yaitu Pabrik Gula ( PG ) dan Pabrik Spritus ( PS ) Madukismo. Pabrik

    gula mulai beroperasi pada tahun 1959, sedangkan pabrik spritus mulai

    beroperasi pada tahun1960. Kontraktor utama perusahaan ini adalah

    Machine Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur. Kepemilikan saham PT

    Madu Baru pada awal berdirinya sebesar 75% dipegang oleh Sri Sultan

    Hamengku Buwono IX dan 25 % dipegang oleh pemerintah Indonesia

    (Departemen Pertanian Republik Indonesia).

    Kronologi perubahan status PT Madubaru adalah sebagai berikut:

    1. Tahun 1952-1962 : Perusahaan Swasta

    2. Tahun 1963-1965 Adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang

    mengambil alih semua perusahaan perkebunan di Indonesia, maka PT

    Madubaru bergabung dengan Perusahaan Negara dibawah Badan

    Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara ( BPUPPN).

    3. Tahun 1966-awal 1984 Pada tahun 1966 BPU-PPN dibubarkan dan PT

    Madubaru kembali menjadi perusahaan swasta dengan Sri Sultan

    Hamengku Buwono sebagai presiden direktur.

    4. Tahun 1984-sekarang Mulai tanggal 4 maret 1984 pengelolaan PT

    Madubaru diserahkan pada PT Rajawali Nusantara Indonesia,

    berdasarkan kontrak manajemen 10 tahun pertama. Sampai saat ini

    saham PT Madu Baru sebesar 65% dipegang oleh Sri Sultan Hamengku

    Buwono dan 35% dipegang oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan

    keputusan Menteri BUMN No.KEP-01/MBU/2003 tanggal 4 Februari

    tahun 2003 dan telah diundangkan dengan Peraturan Pemerintah No.03

    tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang penambahan penyertaan

    modal Negara Republik Indonesia kedalam modal saham perusahaan PT

    Rajawali Nusantara Indonesia sebesar 35%, maka PT Rajawali

    Nusantara Indonesia saat ini sebagai pemegang saham minoritas PT

    Madubaru Yogyakarta.

    Tim Kunker Komisi VI melakukan kunjunga ke pabrik pengolahan gula

    Madu Kismo dan menyaksikan secara langsung proses produksi yang

    berjalan di situ.

  • 19

    Gambar. 3. Kunjungan ke Pabrik Gula Madu Kismo

    Bahan baku utama dalam pembuatan gula di PT Madubaru adalah tebu.

    Untuk mendapatkan bahan baku ini, PT Madubaru bekerjasama dengan

    para petani lokal yang ada disekitarnya. Luas lahan yang digunakan untuk

    penanaman tebu ini sekitar 5000-6000 hektar.

    Proses Produksi Gula

    Gula pasir yang diproduksi oleh PY. Madubaru memiliki kualitas SHS IA

    (Super Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi dipantau

    oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula ndonesia). Dari

    sekitar bahan baku tebu 400.000-500.000 ton per tahun, dapat

    menghasilkan gula SHS sekitar 35.000 ton per tahun. Pembuatan gula putih

    di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan

    nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan.

    a. Pemerahan Nira (Ekstrasi)

    Setelah tebu ditebang, dikirim ke stasiun pengilingan untuk dipisahkan

    antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula

    (nira mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa

    suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan

    (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat

    pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang

    berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu

    mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira

    digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan

    ukuran 36” x 64”.

  • 20

    b. Pemurnian Nira

    Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu

    cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di

    indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya

    produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan

    adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).

    Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan

    Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan

    gas sulfit dari hasil pembakaran. Mula-mula nira mentah ditimbang,

    dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian

    diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam

    alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring

    menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih

    dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan

    kemudian dikirim kestasiun penguapan.

    c. Penguapan Nira (Evaporasi)

    Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan

    kadar air dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan

    dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem

    multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat

    dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang

    bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total

    luas bidang pemanas 5990m2 VO. Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan

    dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak

    langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang

    diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap

    bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. Dalam bejana

    nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap

    nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang

    mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor

    3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan

    menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya,

    sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna

    gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2

    sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan

    dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.

  • 21

    d. Kristalisasi

    Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu

    pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan

    terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul

    kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B

    sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian

    lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap

    dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg,

    sehingga suhu didihnya 65oC. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak

    akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran

    kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula,

    lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).

    e. Pemisahan Kristal Gula

    Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang

    bekerja dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas

    memisahkan gula agar menjadi butiran-butiran kecil. Dalam tingkatan

    pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada

    tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya

    menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan

    gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal

    gula) dan melasse (tetes gula).

    f. Pengeringan Kristal

    Gula Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup

    tinggi, kira-kira 20%. Gula yang mengandung air akan mudah rusak

    dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama

    penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.

    pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai

    udara panas kira-kira 80oC. Pengeringan gula secara alami dilakukan

    dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan

    melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses

    pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas

    dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula

    menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip

    aliran berlawanan dengan aliran udara panas

  • 22

    D. BUMN Keuangan Perbankan

    Anggota Komisi VI DPR RI juga melakukan kunjungan ke UKM binaan

    perbankan yang terdapat di DIY. UKM yang dikunjungi adalah kerajinan

    batik Haryanto, yang berlokasi di Sewon Bantul, batik Sungsang di Imogiri,

    Kerajinan Kulit Sanggar Omah Wayang di Imogiri, serta kerajinan kulit Djoen

    Leather yang berlokasi di Banguntapan. Anggota Komisi VI DPR RI

    mengharapkan UKM binaan perbankan tersebut dapat terus meningkatkan

    kualitan dan kuantitas produksi selain mengembangkan pasar produk.

    Dengan demikian usaha yang sekaran merupakan home industry ini dapat

    berkembang menjadi perusahaan yang berskala nasional bahkan

    internasional. BUMN didorong untuk terus mengembangkan program

    kemitraan dan bina lingkungan dan menjalin kerjasama dengan UKM dan

    IKM di daerah untuk mengembangkan usaha rakyat dan mendorong

    pertumbuhan ekonomi daerah.

    1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah Yogyakarta

    Posisi keuangan serta perkembangan kinerja keuangan dan operasional

    persero wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama lima tahun terakhir

    dapat dilihat berikut ini.

    Grafik 2. Kinerja Keuangan BNI di Daerah Istimewa Yogyakarta

  • 23

    Kontribusi BNI di Daerah Istimewa Yogyakarta, pemenuhan kebutuhan

    modal sektor Koperasi dan UMKM. Selain itu kontribusi perbankan juga

    dapat dilihat dari nilai kredit dan pemanfaatan kredit perbankan di

    Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran Kredit KUR hingga 2018 untuk

    DIY telah mencapai Rp56,69 M atau telah mencapai 33,14% dari target

    2018 sebesar Rp170 M. Adapun Penyaluran KUR BNI Di DIY periode

    Maret 2018 tumbuh 160% (YoY). Rinciannya dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 7. Realisasi Penyaluran KUR kepada UMKM di DIY - BNI Wilayah

    Yogyakarta

    Rp. M % Rp. M %

    Industri Pengolahan 0.11 0.49% 12.75 22.50%

    Pertanian, Perburuan, & Sarana Pertanian - 0.00% 4.94 8.71%

    Konstruksi - 0.00% 0.26 0.45%

    Perdagangan, Restoran, & Hotel 21.68 99.51% 32.00 56.45%

    Pengangkutan, Pergudangan, & Komunikasi - 0.00% 1.36 2.40%

    Jasa-jasa Dunia Usaha - 0.00% 3.76 6.63%

    Jasa-jasa Sosial Masyarakat - 0.00% 1.43 2.51%

    Listrik, Gas, & Air - 0.00% - 0.00%

    Pertambangan - 0.00% 0.20 0.35%

    Total 21.78 100.00% 56.69 100.00%

    Rp. M % Rp. M %

    Sektor Produksi 0.11 0.49% 24.69 43.55%

    Sektor Non Produksi 21.68 99.51% 32.00 56.45%

    Total 21.78 100.00% 56.69 100.00%

    Sektor EkonomiMar-17 Mar-18

    Sektor Ekonomi2017 Mar-18

  • 24

    Tabel 8. Baki Debet Penyaluran KUR kepada UMKM di

    DIY BNI Wilayah Yogyakarta

    Rp. M % Rp. M %

    Lancar 172.64 95.81% 241.57 96.53%

    Pra NPL 7.07 3.93% 7.05 2.82%

    NPL 0.48 0.26% 1.64 0.66%

    Total 180.19 100.00% 250.26 100.00%

    Sektor EkonomiMar-17 Mar-18

    *Baki Debet KUR bulan Maret 2018 meningkat 38.89% (YoY)

    Upaya yang dilakukan BNI dalam rangka pemberdayaan UMKM agar

    lebih berdayasaing dan mudah mendapatkan pembiayaan antara lain

    dengan:

    Pelatihan jual beli online bekerjasama dengan Bukalapak, dan

    Blanja.com untuk BUMDes

    Pelatihan UMKM binaan malalui Rumah Kreatif BUMN (RKB) Sleman

    Pemberdayaan UMKM melalui Kampoeng BNI Imogiri kepada 34

    mitra binaan

    Solusi cashless transaction untuk UMKM

    Pembiyaan kepada UMKM supplier debitur eksisiting seperti supplier

    Hamzah Batik

    Memfasilitasi dalam pameran dan event seperti inacraft,dll

    Bentuk program dan mekanisme kemitraan yang telah dikembangkan

    serta nilai yang telah disalurkan dalam Program kemitraan serta Bina

    Lingkungan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dapat

    dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 9. Penyaluran Bina Lingkungan di DIY

    Uraian Dati II Nominal

    Beasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta 10.000.000

    Beasiswa Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 43.500.000

    Bak Penampungan Air Kulon Progo Kulon Progo 19.000.000

    Motor Sampah dan Taman Rempah Panggungharjo Bantul 155.575.000

    Bantuan Bina Lingkungan Petani Kunir Putih Sleman 21.000.000

    Sarana Prasarana Pendidikan Puro Pakualaman Kota Yogyakarta 45.000.000

    Green House Program D'Amelo Sleman 100.000.000

    RKB Sleman Sleman 104.493.000

    Beasiswa Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Kota Yogyakarta 98.600.000

    Giant Letter Bukit Hijau Imogiri Bantul 48.862.000

    Perbaikan Gedung Foodpark UGM Sleman 198.400.000

    Menara Masjid UGM Sleman 416.000.000

    Gapura Taman Penangkaran Burung Wukirsari Bantul Bantul 194.685.300

    Total 2017 1.455.115.300

  • 25

    Masalah dan kendala yang dihadapi perbankan dalam memberikan

    pelayanan dan penyaluran kredit kepada UMKM di Daerah Istimewa

    Yogyakarta

    Perlu pendampingan dari Pemerintah berupa pelatihan/workshop

    untuk pengembangan UMKM sehingga penerima KUR dapat lebih

    profitable dan bankable.

    Persaingan suku bunga DPK relatif sangat ketat karena lembaga

    keuangan memberikan suku bunga diatas LPS rate (saat ini 6,00%)

    sehingga lembaga keuangan harus menaikkan suku bunga untuk

    produk pinjamannya.

    Perlu pemahaman akan adanya SLIK untuk debitur KUR, sehingga

    apabila ada calon debitur yang telah menikmati fasilitas KUR aturan

    baru maksimum Rp500 juta sudah tidak dapat menikmati lagi (naik

    ke kelas komersil)

    Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut:

    Sosialisasi pembiayaan perbankan kepada kelompok-kelompok

    usaha

    Mengoptimalkan potensi agen laku pandai (Agen46) untuk

    menjangkau areal yang jauh dari outlet termasuk dalam

    menyampaikan potensi calon debitur

    2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

    Kinerja Bank BRI di DIY selama lima tahun terakhir serta gambaran

    tentang target dan realisasinya.

    Gambar 3. Kinerja Simpanan dan Kredit

    Kinerja Pinjaman BRI di DIY terus tumbuh positif secara year on year

    selama lima tahun, BRI mampu meningkatkan pinjaman dengan Growth

    66%. Sedangkan Kinerja Simpanan BRI di Prov. DIY terus tumbuh

  • 26

    positif secara year on year selama lima tahun, BRI mampu

    meningkatkan Simpanan dengan Growth 86%.

    Kontribusi lembaga keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama

    perbankan dalam pemenuhan kebutuhan modal sektor Koperasi dan

    UMKM. Bank BRI konsisten menyalurkan KUR sebagai modal

    Pemberdayaan usaha masyarakat mikro dan kecil di Provinsi DIY.

    Tabel 10. Penyaluran Kredit Kepada UMKM

    Gambar 4. Penyaluran Kredit Usaha Rakya (KUR)

  • 27

    Upaya yang dilakukan dalam memfasilitasi UMKM dan koperasi agar

    memperoleh kredit bagi pengembangan usaha adalah:

    Melakukan pemberdayaan edukasi produk perbankan.

    Sosialisasi tentang produk perbankan khususnya di bidang kredit

    melalui dinas terkait (dinas koperasi, dinas tenaga kerja) misal

    produk KUR TKI.

    Pemberdayaan capacity building untuk pembinaan UMKM dalam

    bentuk pelatihan (Diklat Achievement Motivation Training (AMT))

    dengan dinas Koperasi, UMKM DIY.

    Bekerjasama dengan RKB dengan mengikuti UMKM berskala

    nasional (Bangga Karya Indonesia) dan internasional (BRICRAFT

    2018).

    Pendampingan cluster potensi bisnis diwujudkan dengan adanya

    teras nusantara.

    3. Bank BTN Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

    Posisi keuangan dan perkembangan kinerja keuangan dan operasional

    BTN wilayah DIY dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 11. Posisi Keuangan dan Kinerja Tahun 2013-2017

    Kontribusi lembaga keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama

    perbankan dalam pemenuhan kebutuhan modal sektor Koperasi dan

    UMKM dapat dilihat dari penyaluran kredit kepada UMKM setempat.

    Data penyaluran kredit di DIY dapat dilihat pada tabel berikut.

  • 28

    Tabel 12. Penyaluran Kredit Tahun 2015-2017

    Penyaluran kredit Linkage – Koperasi di Propinsi DIY untuk sektor

    konsumsi dan produktif. Dalam penyaluran kredit UMKM Bank fokus

    pada bidang housing dan housing related di sektor produksi yaitu sektor

    kosntruksi dan sektor real estate, usaha persewaan dan jasa

    perusahaan.

    Upaya yang telah dan akan dilakukan dalam memfasilitasi UMKM dan

    Koperasi agar dapat memperoleh kredit bagi pengembangan usahanya

    adalah sebagai berikut:

    1. Melakukan kerjasama dengan mitra kerja BTN terutama

    pengembang / developer untuk memfasilitasi supply chain

    2. Mengoptimalkan fungsi dan peranan Rumah Kreatif BUMN (RKB)

    sebagai wadah pelaku UMKM

    3. Kerjasama dengan instansi/dinas terkait (Dinas Kperasi dan UKM,

    LPPM Universitas Negeri dan Swasta)

    Masalah dan kendala yang dihadapi perbankan dalam memberikan

    pelayanan dan penyaluran kredit kepada UMKM di Daerah Istimewa

    Yogyakarta adalah: Secara khusus, kendala yang dihadapi dalam

    penyaluran kredit Koperasi & UMKM dalam 3 tahun terakhir ini di Bank

    BTN yakni adalah rendahnya kompetensi (lack of competency) analis

    untuk menganalisa kelayakan usaha UMKM. Untuk mengatasi

    permasalahan tersebut, Bank BTN meningkatkan kompetensi Analis

    kredit KUR/UMKM melalui pendidikan dan coaching. Bagi Pejabat

    pemutus kredit diwajibkan mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko

    secara bertahap.

    Adapun penyaluran kredit Kemitraan di Propinsi DIY untuk jenis kredit

    Modal Kerja, Investasi dan Pinjaman Khusus, Jenis debitur perorangan

    dan koperasi dan disalurkan pada sektor Industri, Perdagangan,

  • 29

    Peternakan dan Jasa. Dalam penyaluran kredit Kemitraan Bank

    melakukan pendekatan dan kerjasama dengan mitra Bank, Pemerintah

    Daerah/instansi/dinas terkait (Dinas Koperasi dan UKM, Dinas

    Pariwisata), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

    Universitas / Lembaga Pendidikan (UKM Center), Kelompok Usaha dan

    Lainnya.

    Tabel 13. Bentuk Program dan Mekanisme Kemitraan

    4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

    Kinerja Keuangan Bank Mandiri Area Yogyakarta dalam kurun waktu 5

    tahun terakhir menunjukkan kinerja yang baik seperti pada tabel di

    bawah ini.

    Tabel 14. Kinerja Keuangan Tahun 2013-2018*

    2013 2014 2015 2016 Mar-17 Des-17 Mar-18 Nominal %

    1 Dana Pihak Ketiga (DPK) 6,239 7,471 7,506 8,576 8,331 8,775 8,441 110 1.32% 9,423

    Tabungan 3,531 4,075 4,210 4,801 4,656 5,329 4,963 306 6.58% 5,583

    Giro 742 865 953 1,127 939 963 896 (43) -4.56% 1,107

    Deposito 1,966 2,531 2,342 2,647 2,736 2,483 2,582 (154) -5.61% 2,733

    Low Cost Fund 4,273 4,940 5,164 5,928 5,595 6,292 5,859 264 4.71% 6,690

    2 Kredit 1,751 1,892 2,130 2,546 2,516 2,694 2,541 26 1.02% 3,347

    No IndikatorPerformance (Rp. Milyar) Growth YoY Proyeksi Des-

    18(Rp. Milyar)

    1) Dana Pihak Ketiga (DPK)

    DPK Area Yogyakarta pada Maret 2018 (Q1 2018) mencapai Rp

    8,44 Trilyun tumbuh Rp. 110 Milyar (1,32%) dibandingkan posisi

    Maret 2017 dengan rincian :

    a. Tabungan pada Q1 2018 mencapai Rp 4,96 Trilyun tumbuh

    Rp.306 Milyar (6.58%) secara YoY dibandingkan Maret 2017.

    b. Giro pada Q1 2018 mencapai Rp 896 Milyar turun Rp 43 Milyar (-

    4,56%) secara YoY dibandingkan Maret 2017.

    c. Deposito pada Q1 2018 mencapai Rp 2,58 Trilyun turun Rp 154

    Milyar (-5,61%) secara Yoy dibandingkan Maret 2017.

    d. Low Cost Fund (Dana Murah) pada Q1 2018 mencapai Rp 5,85

    Trilyun tumbuh Rp. 164 Milyar (4,71%) secara YoY dibandingkan

    Maret 2017.

  • 30

    Proyeksi pencapaian pada akhir tahun 2018 adalah untuk DPK akan

    mencapai Rp 9,42 Trilyun, Tabungan mencapai Rp 5,58 Trilyun,

    Giro mencapai Rp 1,10 Trilyun, Deposito mencapai Rp 2,73Trilyun

    dan Kredit mencapai Rp 3,34 Trilyun.

    2) Kredit

    Kredit Area Yogyakarta pada Maret 2018 (Q1 2018) mencapai Rp

    2,54 Trilyun tumbuh Rp.2,5 Milyar (1.02%) dibandingkan posisi

    Maret 2017. Detail kinerja kredit dapat dilihat pada tabel 15.

    Tabel 15. Kinerja Kredit Tahun 2013-2018

    2013 2014 2015 2016 Mar-17 Des-17 Mar-18 Nominal %

    Baki Debet 315,600 276,323 200,390 235,519 222,395 182,690 94,500 (127,896) -57.51% -

    NPL (Nominal) - - - - - - - -

    % NPL 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% #DIV/0!

    Baki Debet 338,730 391,290 475,447 622,398 579,853 649,165 569,258 (10,595) -1.83% 928,010

    NPL (Nominal) 9,252 16,529 7,643 7,944 11,368 5,895 20,294 7,214

    % NPL 2.73% 4.22% 1.61% 1.28% 1.96% 0.91% 3.57% 0.78%

    Baki Debet 364,742 413,328 743,438 944,311 975,367 1,136,507 1,163,175 187,809 19.26% 1,416,392

    NPL (Nominal) 4,886 9,567 23,689 24,113 12,438 22,241 14,409 14,814

    % NPL 1.34% 2.31% 3.19% 2.55% 1.28% 1.96% 1.24% 1.05%

    Baki Debet 731,445 811,382 710,578 743,954 738,296 725,354 714,544 (23,751) -3.22% 828,925

    NPL (Nominal) 9,814 6,330 8,884 9,797 12,795 17,379 16,884 15,734

    % NPL 1.34% 0.78% 1.25% 1.32% 1.73% 2.40% 2.36% 1.90%

    Baki Debet 1,750,517 1,892,322 2,129,852 2,546,182 2,515,911 2,693,716 2,541,478 25,567 1.02% 3,173,327

    NPL (Nominal) 23,952 32,427 40,216 41,854 36,602 45,515 51,587 37,761

    % NPL 1.37% 1.71% 1.89% 1.64% 1.45% 1.69% 2.03% 1.19%

    4Consumer

    Loan

    Total Area

    Yogyakarta

    Commercial

    Banking1

    2Business

    Banking

    3 Micro Banking

    No Business UnitGrowth YoY Proyeksi

    Des-18(Rp. Milyar)

    Total Bade & NPL

    (Rp. Juta)

    Proyeksi pencapaian pada akhir tahun 2018 adalah untuk baki debet

    total all segmen akan mencapai Rp. 3,17 Trilyun dengan nominal

    NPL Rp. 37,7Milyar (1.19%). Untuk secara oprasional saat ini

    cabang Bank Mandiri di area yogyakarta berjumalah 25 cabang

    reguler, 21 cabang mikro dan 1 cabang prioritas dengan jumalah

    ATM tarik tunai berjumlah 310 mesin , cDM 22 mesin dan draive

    Thru 1 lokasi.

    Perkembangan KUR di Bank Mandiri

    1. Sejak awal penyaluran KUR tahun 2008 sampai dengan 31 Maret

    2018, Bank Mandiri telah menyalurkan Rp51,8 Triliun kepada

    1,053,517 debitur.

    2. Setiap tahun, realisasi penyaluran KUR Bank Mandiri selalu

    mencapai target yang ditentukan pemerintah. Untuk penyaluran KUR

    tahun 2018 (31 Maret 2018 YtD), Bank Mandiri baru mencapai 24.3%

    dari target tahun 2018 atau sebesar Rp 3,547 Miliar kepada 58,165

    debitur dengan %NPL sebesar 0%.

    3. Selama 3 tahun terakhir penyaluran KUR Bank Mandiri selalu

    meningkat.

  • 31

    Tahun 2015 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.

    21.683 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 466.923

    Tahun 2016 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.

    34.996 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 770.643

    Tahun 2017 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.

    48.336 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 995.352

    Tahun 2018 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.

    51.884 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 1.053.517

    Tabel 16. Perkembangan penyaluran KUR di Provinsi D.I

    YogyaKarta

    Kualitas Portfolio KUR relatifterjagadenganbaikdengan NPL

    Nasionalsebesar1,27% sementara di Provinsi D.I Yogyakarta

    sebesar 1,02%.

  • 32

    Tabel 17. Kualitas Portofolio KUR

    Salah satu upaya yang dilakukan oleh bank mandiri untuk memfasilitasi

    UMKM dan koperasi dalam penyaluran kredit dengan cara :

    1. Pengembangan jaringan kantor untuk memudahkan layanan

    perbankan bagi UMKM dimana saat ini unit mikro terdapat 20 cabang

    yang tersebar di Yogyakarta .

    2. Sosialisasi Produk KUR dan KUM bank mandiri bekerjasama dengan

    dinas terkait.

    3. Aktif mengunjungi dan memasarkan Produk KUM dan KUR ke sentra

    UMKM, Cluster UMKAM danKomunitas UMKM.

    Secara umum relatif tidak ada kendala yang berarti, Bank Mandiri terus

    berupaya berkontribusi dalam pengambangan UMKM melalui :

    1. Pemberian skema penyaluran kredit modal kerja maupun investasi

    yaitu Kredit Usaha Mikro (KUM) maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR).

    2. Program pengembangan UMKM melalui program sinergi Kementerian

    BUMN bersama Bank Mandiri yaitu Rumah Kreatif BUMN sebagai

    creative Place dan sebagai fasilitator untk pembinaan,

    pengembangan dan pelatihan UMKM secara berkesinambungan.

    Hambatan dan kendala yang dihadapi :

    1. Hambatan yang ada lebih kepada kurangnya pemahaman

    masyarakat terkait perbankan itu sendiri atau unbankable.

    2. Tingginya persaingan antara Bank dengan memberikan produk yang

    hampir sama.

  • 33

    Penyaluran Program Kemitraan dari Bank Mandiri telah dilakukan sejak

    tahun 1993 sd 2014 dengan total penyaluran sebesar Rp.

    53.077.316.950,-,- untuk wilayah DIY . Program kemitraan diberikan baik

    untuk individu maupun badan hukum seperti koperasi . Penyaluran

    Program Kemitraan melalui 2 skema yaitu penyaluran secara one by one

    dan linkage (Linkage Recommender dan Linkage avalist). Untuk individu

    platform kredit Program Kemitraan sebesar maksimal Rp. 30.000.000

    dan untuk Koperasi maksimal sebesar Rp. 100.000.000,-

    Sejak tahun 2014 hingga saat ini Penyaluran Program Kemitraan di

    fokuskan kepada perbaikan kualitas kredit kemitraan sampai dengan

    naik sehingga menjadi debitur KUR, Bank Mandiri juga melaksanakan

    dalam bentuk CSR guna pelaksanaan Bina Lingkungan. Salah satu

    contoh yang realisasi CSR sebagai berikut :

    Revitalisasi Jalan desa di kawasan Prambana dan sekitarnya

    sepanjanng 4.2 KM sebesar 1.1 M, dimana sangat mebantu

    peningkatan produktivitas pada pelaku UKM di sekitar wilayah wisata

    Candi Parmbanan

    Pemberian santunan 1000 anak yatim di Bantul untuk

    membantumasyarakat sekitar bantul

    Hibah 1 mobil layanan masyarakatmelalui CPNU Bantul Rp 200 juta.

    Untuk meningkatkan kemudahan masyarakat dalam mengakses baik

    bagi masyarakat atau para pelaku UKM

    Pembanagunan Digilib Cafe Rp 489 Juta untuk memfasilitasi para

    mahasiswa yang belajar untuk menjadi pelaku usaha muda

    Motor Ambulan untuk PemKab Sleman Rp 18.850 Ribu guna

    membatu peningkatan kesehatan di masyarakat sekitar sleman

    Sanitasi Air Ponpes Mardhotullah Al Islami Wonosari Gunung Kidul

    Rp 25 Juta untuk kebutuhan ponpes dan warga sekitar untuk

    kebutuhan sehari hari begitu pula untuk memperlancar kebutuhan

    para pelaku usaha di daerah sekitar.

    AdapunProgram kemitraan yang telah dikembangkan berupa :

    Pinjaman modal kerja/investasi yang diberikan kepada

    masyarakat/kelompok masyarakat untuk dipergunakan berusaha

    (belum bankable namun harus feasible) dan tidak memiliki fasilitas

    pinjaman di bank/BUMN lain.

    Pembinaan kepada mitra binaan yang berbentuk pelatihan (mis.

    pelatihan pembukuan sederhana) dan diikutsertakan dalam pameran.

  • 34

    Mekanisme penyaluran kemitraan yang dikembangkan adalah :

    Pola Penyaluran Kemitraan Door to Door - yaitu penyaluran pinjaman

    kemitraan dengan cara langsung kepada calon mitra binaan.

    Pola Penyaluran Kemitraan Kelompok- yaitu penyaluran pinjaman

    kemitraan dimana kerjasama program pemerintah/instansi/kelompok

    (misal Program PRONA Bank Madiri bekerjasama dengan BPN, dari

    program PRONA tersebut Bank mandiri menawarkan ke semua

    warga untuk mengembangkan usahanya menggunakan produk KUR

    dengan syarat jaminan sertifikat yang sudah mereka terima)

    III. PENUTUP

    Tim Kunker Komisi VI DPR RI mengapresisasi prestasi dan kinerja pemerintah

    DIY. Meskipun pertumbuhan ekonomi DIY cukup baik, akan tetapi masih kurang

    merata. Untuk itu perlu upaya untuk pemerataan pembangunan dan investasi

    daerah yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi

    wilayahh.

    Tim Kunker Komisi VI DPR RI sangat mendukung pelaksanaan proyek

    pengembangan bandara Internasional NYAI. Dan mengaharapakan agar proses

    pengembangan tersebut dapat berjalan dengan baik dan selesai tepat waktu.

    Dalam pengembangan bandara ini sebaiknya memberikan dampak yang positif

    bagi semua stakeholder-nya termasuk masyarakat yang berada di sekitar

    bandara. Tidak hanya itu proyek ini juga sebaiknya memberi efek domino dalam

    rangka percepatan pembangunan dan perekonomian nasional pada umumnya

    dan masyarkat DIY khususnya. Selain itu dengan lokasi proyek yang berada di

    pinggiran (kabupatan Kulon Progo) diharapakn mampu menjadi lokomotif

    pemerataan pertumbuhan ekonomi dan aktifitas perekonomian daerah. Masalah

    pembebasan tanah sebaiknya dilakukan dengan bijak dan menggunakan

    pendekatan persuasif. Pemerintah dituntut untuk terlibat secara aktif dalam hal

    ini.

    BUMN didorong untuk terus meningkatkan program kemitraan dan bina

    lingkungan terhadap UMKM dan IKM di wilayahnya. Dengan demikian upaya

    pemerintah untuk meningkatkan jumlah usahawan dan ekonomi masyarakat

    yang mandiri dapat terwujud. Perbankan juga hendaknya terus melakukan

    pembinaan kepada UMKM agar dapat memperoleh pendanaan yang murah dan

    mudah. Dengan demikian aktifitas kewirausahaan di masyarakat dapat tumbuh

    dan berkembang dengan baik yang pada akhirnya akan berdampak signifikan

    terhadap perekonomian daerah.

  • 35

    Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI akan menjadikan laporan ini

    menjadi masukan bagi Komisi VI DPR RI terutama sebagai bahan bagi fungsi

    Pengawasan dan Penganggaran DPR RI. Selain itu hasil Kunjungan Kerja ini

    juga akan diserahkan kepada Pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti terutama

    dalam melakukan perencanaan bagi pembangunan dan atau pemeliharaan serta

    perbaikan bagi kesejahteraan masyarakat di DIY.

    Ketua Tim, Ttd.

    II. DESKRIPSI UMUM DAERAH KUNJUNGAN KERJAA. Gambaran UmumKeberadaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam konteks historis dimulai dari sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdasarkan Perjanjian Giyanti 1755. Berawal dari sini muncul suatu sistem pemerintahan yang teratur dan kemudian berkemb...Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, ber...Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;Keunikan pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu fakta yang menjadikannya sebagai daerah istimewa. Dalam proses perkembangan pemerintahannya, Yogyakarta berproses dari tipe pemerintahan feodal dan tradisional menjadi suatu pemerintahan dengan struk...Dalam rangka perubahan dan penyesuaian serta penegasan Keistimewaan DIY Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 13/2012 Tentang Keistimewaan DIY yang disahkan 31 Agustus 2012 dan diundangkan pada tanggal 3 September 2012. Kewenangan dalam urus...DIY terbagi dalam lima wilayah, meliputi empat kabupaten dan satu kota:Secara geografis, Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19”-110º28’53” Bujur Timur dan 07º15’24”-07º49’26” Lintang Selatan. Wilayah kota Yogyakarta dibatasi oleh daerah-daerah seperti:1. Batas wilayah utara: Kab.Sleman2. Batas wilayah selatan: Kab.Bantul3. Batas wilayah barat: Kab.Bantul dan kab.Sleman4. Batas wilayah timur : Kab.Bantul dan kab.SlemanKegiatan perekonomian DIY terkonsentrasi di wilayah bagain tengah dengan pusatnya di kota Yogyakarta. Wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2532 RT dengan wilayah seluas 32,5 km² atau kurang lebih 1,02% dari luas...Meskipun secara geografis merupakan provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, DIY memiliki potensi kearifan lokal yang membuatnya tidak kalah bersaing dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Banyak prestasi dan keunggulan yang dimiliki oleh ...Pertumbuhan ekonomi DIY selama lima tahun terakhir berada di atas 5 %. Bahkan, pada tahun 2017 perekonomian DIY tumbuhsebesar 5,26%, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,07%. Inflasi DIY juga terkendali pada k...B. Potensi Daerah Istimewa YogyakartaDIY tumbuh menjadi kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta...DIY memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan potensial. Potensi budaya tersebut tersebar di seluruh wilayah DIY. Tercatat sebanyak 107 Prasarana Budaya, 459 Upacara Adat, 4944 Organisasi Kesenian, 43 Desa Budaya, 515 Cagar Budaya, 48 Museum, d...1. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang2. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin3. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Yogyakarta