Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Reses Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2017 - 2018
1 - 5 Mei 2018
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2018
1
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJAKOMISI VI DPR RI KE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ADA RESES MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2017-2018 1 MEI - 5 MEI 2018
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Kunjungan Kerja
Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan
pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.
Surat Tugas Nomor: ST/21/Kom.VI/DPR RI/IV/2018 tentang Penugasan
Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Pada
Reses Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2017 - 2018 ke Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Maksud dan Tujuan
Kunjungan kerja ini dilakukan sebagai bagian dari kewajiban konstitusional
dewan, khususnya Komisi VI DPR RI, untuk mengawasi pelaksanaan
kewajiban pemerintah di bidang industri dan perdagangan, investasi, BUMN,
serta Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM). Sebagian dari
mekanisme pengawasan ini dilakukan dengan cara mendapatkan masukan
langsung dari Pemda beserta aparat Satuan Kerja Pemerintah Daerah,
BUMN,serta para pelaku industri di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Berkaitan dengan pelaksanaan tugas Pengawasan, anggota Komisi VI DPR
RI berkewajiban mengawasi dan meninjau secara langsung pelaksanaan
kewajiban pemerintah di bidang industri dan perdagangan, investasi, BUMN,
serta Koperasi Usaha Kecil dan Menengah atau KUKM dan mendapatkan
masukan secara langsung dari para stakeholder. Dengan demikian
diharapkan masalah-masalah yang ada dapat dicarikan jalan keluarnya.
Selain itu, masukan dari daerah ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
Anggota Komisi VI dalam pengambilan keputusannya.
2
C. SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA
Sasaran Kunjungan Kerja dititik beratkan pada aspek:
1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan, khususnya
yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI DPR RI.
2. Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang berada di
dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR RI.
3. Pengawasan terhadap implementasi Public Service Obligation (PSO) dan
pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh para Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) di Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang terkait dengan
bidang tugas mitra kerja Komisi VI DPR RI.
5. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang berkembang
berkaitan dengan pengembangan industri, koperasi dan UMKM,
penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat
lokal.
Sedangkan obyek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:
1. Kepala Daerah dan SKPD Daerah Istimewa Yogyakarta
2. PT Angkasa Pura I (Area Pembangunan Bandara New Yogyakarta
Internasional Airport)
3. PG Madukismo
4. UMKM dan IKM Binaan PT Bank Mandiri, PT BNI, PT BRI, dan PT BTN
D. WAKTU DAN ACARA KUNJUNGAN KERJA
(Terlampir)
E. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA
(Terlampir)
II. DESKRIPSI UMUM DAERAH KUNJUNGAN KERJA
A. Gambaran Umum
Keberadaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam konteks historis dimulai
dari sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdasarkan
Perjanjian Giyanti 1755. Berawal dari sini muncul suatu sistem pemerintahan
yang teratur dan kemudian berkembang, hingga akhirnya sebagai Daerah
Istimewa Yogyakarta yang merupakan suatu bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden
RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah
3
Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu
kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada
Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;
1. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 5 September1945 (dibuat secara terpisah);
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 30 Oktober1945 (dibuat dalam satu naskah).
Keunikan pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu fakta yang
menjadikannya sebagai daerah istimewa. Dalam proses perkembangan
pemerintahannya, Yogyakarta berproses dari tipe pemerintahan feodal dan
tradisional menjadi suatu pemerintahan dengan struktur modern.
Dalam rangka perubahan dan penyesuaian serta penegasan Keistimewaan
DIY Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 13/2012 Tentang
Keistimewaan DIY yang disahkan 31 Agustus 2012 dan diundangkan pada
tanggal 3 September 2012. Kewenangan dalam urusan Kestimewaan seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Pasal 7 ayat 2
meliputi: tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur; kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
kebudayaan; pertanahan; dan tata ruang. Dengan demikian, Pemerintah
Daerah mempunyai kewenangan yang meliputi kewenangan urusan
Keistimewaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 dan
kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah. Sesuai dengan UU No 32 tahun 2004, maka posisi DIY
sebagai daerah yang setara dengan provinsi mengandung arti bahwa
Gubernur merupakan Kepala Daerah Otonom dan sekaligus wakil
pemerintah pusat di daerah.
DIY terbagi dalam lima wilayah, meliputi empat kabupaten dan satu kota:
1. Kabupaten Bantul
2. Kabupaten Gunung Kidul
3. Kabupaten Kulon Progo
4. Kabupaten Sleman
5. Kota Yogyakarta
4
Secara geografis, Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19”-110º28’53”
Bujur Timur dan 07º15’24”-07º49’26” Lintang Selatan. Wilayah kota
Yogyakarta dibatasi oleh daerah-daerah seperti:
1. Batas wilayah utara: Kab.Sleman
2. Batas wilayah selatan: Kab.Bantul
3. Batas wilayah barat: Kab.Bantul dan kab.Sleman
4. Batas wilayah timur : Kab.Bantul dan kab.Sleman
Kegiatan perekonomian DIY terkonsentrasi di wilayah bagain tengah dengan
pusatnya di kota Yogyakarta. Wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14
kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2532 RT dengan wilayah seluas
32,5 km² atau kurang lebih 1,02% dari luas Wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta termasuk cekungan bagian bawah
dari lereng Gunung Merapi, sebagian besar tanahnya berupa tanah regosol
atau vulkanis muda. Sedangkan di Kecamatan Umbulharjo dan sekitarnya
jenis tanahnya adalah lempung kepasiran (sandy clay ) dengan formasi
geologi batuan sedimen andesit tua (old andesit)/kepasiran.
Meskipun secara geografis merupakan provinsi terkecil kedua setelah DKI
Jakarta, DIY memiliki potensi kearifan lokal yang membuatnya tidak kalah
bersaing dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Banyak prestasi dan
keunggulan yang dimiliki oleh daerah ini. Dari segi akuntabilitas dan kinerja
pemerintah, DIY selalu berada pada posisi teratas. DIY juga memiliki potensi
sumberdaya manusia yang kuat dengan angka melek huruf 95 % dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 77,59, angka ini jauh di atas IPM
nasional yang hanya 69,55 %. Berbagai potensi ini tentunya menjadi daya
tarik tersendiri bagi investor, baik asing maupun dalam negeri, untuk
menanamkan modalnya. Hal ini terlihat dari pertumbuhan investasi yang
terus meningkat, terutama di sektor pendidikan dan pariwisata.
Pertumbuhan ekonomi DIY selama lima tahun terakhir berada di atas 5 %.
Bahkan, pada tahun 2017 perekonomian DIY tumbuhsebesar 5,26%, angka
ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai
5,07%. Inflasi DIY juga terkendali pada kisaran 4+1 %. Pada tahun 2017
industri DIY tubuh sebesar 2,68%.
B. Potensi Daerah Istimewa Yogyakarta
DIY tumbuh menjadi kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang
menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah
kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang,
geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta ukir-ukiran, berkembang dari
5
dalam keraton dan kemudian menjadi kesenian rakyat. Kemudian, kesatuan
masyarakat dengan nilai-nilai kesenian seakan telah mendarah daging
sehingga Yogyakarta dengan 395.604 jiwa penduduknya seperti tidak
pernah kehabisan seniman-seniman handal. Selain pesona budaya,
khasanah arsitektur kuno juga memiliki daya magis tersendiri bagi para
wisatawan. Sebutlah Istana Air Tamansari, Keraton Yogyakarta, Keraton
Pakualaman, lCandi Prambanan, dan berbagai museum. Karena dinilai sarat
akan kebudayaan, maka Yogyakarta menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW)
utama di Indonesia (meski masih dibawah Pulau Bali). Salah satu kekayaan
lain dari Yogyakarta adalah sekolah. Sejak bedirinya UGM tahun 1949, kota
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar.
1. Potensi Budaya
DIY memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan potensial.
Potensi budaya tersebut tersebar di seluruh wilayah DIY. Tercatat
sebanyak 107 Prasarana Budaya, 459 Upacara Adat, 4944 Organisasi
Kesenian, 43 Desa Budaya, 515 Cagar Budaya, 48 Museum, dan
sebuah Taman Budaya KP, menunjukkan banyaknya potensi dalam
wujud tangible (fisik) yang hingga saat ini masih dilestarikan dengan baik
oleh masyarakat DIY. Selain itu terdapat juga wujud budaya intangible
(non fisik) yang juga sangat beragam, seperti Organisasi Senirupa,
organisasi Seni Pertunjukan, organisasi perfilman, permainan
tradisional, kerajinan property budaya, gatleri seni rupa serta tokoh
seniman/budaya.
2. Potensi Pendidikan
DIY dikenal sebagai Kota Pelajar, hal ini bukannya tanpa alasan
mengingat banyaknya tokoh-tokoh besar pendiri bangsa yang oernah
mengenyam pendidikan di Yogyakarta. Di sisi lain, fasilitas pendukung
kegiatan pendidikan juga sangat memadai, seperti tersedianya sekolah
dan univesrsitas yang berkualitas dan terjamin mutunya, setidaknya
terdapat 142 perguruan tinggi di DIY.
3. Potensi Pariwisata
Kebijakan penetapan kawasan peruntukan adalah penetapan kawasan
pariwisata budaya yang difokuskan di seluruha wilayah DIY dan awasan
pariwisata alam yang juga difokuskan di seluruh wilayah DIY dan
kawasan pariwisata alam yang juga difokuskan di seluruh wilayah DIY
kecuali kota Yogyakarta.
6
III. DESKRIPSI PER BIDANG
A. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
Pemerintah Daerah DIY menerima kunjungan Komisi VI DPR RI di Gedhong
Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. DIY mempunyai kontribusi
yang sangat besar untuk NKRI. Berbagai kontribusi nyata didukung dengan
berbagai kearifan lokal di setiap daerahnya, sehingga DIY mampu meraih
prestasi, salah satunya terbaik dalam hal akuntabilitas kinerja pemerintah.
Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menyampaikan, bahwa sektor
perdagangan memberikan andil yang tinggi dalam pertumbuhan ekonomi di
DIY. Perkembangan sektor perdagangan tidak terlepas dari dukungan sektor
ekonomi lainnya serta dukungan infrastruktur yang berupa sarana dan
prasarana penunjang pertumbuhan sektor perdagangan seperti
pergudangan, pasar modern dan pasar tradisional, Perkembangan indikator
kinerja sektor industri, Pemda DIY telah memanfaatkan dengan baik atas
terbukanya perdagangan bebas saat ini. Dengan demikian, peluang ekspor
DIY juga semakin meningkat. Namun demikian, peredaran produk-produk
asing juga akan meningkat di pasar domestik DIY. Untuk itu, Pemda DIY
harus mengoptimalkan kembali program-program terutama terkait dengan
peningkatan daya saing produk seperti penjaminan mutu, sertifikasi dan
standarisasi sehingga pasar memiliki preferensi untuk memilih produk-
produk berkualitas dari DIY.
Sesuai rencana umum penanaman modal DIY, ada 6 sektor unggulan yang
menjadi arah investasi jangka panjang yaitu infrastruktur, energi,
pengembangan pangan, ekonomi kreatif, budaya dan periwisata, serta
sektor pendidikan. Namun, koperasi dan UKM akan menjadi perhatian
utama dalam pembangunan DIY mengingat perannya dalam menggerakan
ekonomi kerakyatan. Peningkatan peran koperasi dalam perekonomian DIY
ditunjukan dengan peningkatan keragaman koperasi, baik dari aspek jumlah
koperasi aktif maupun volume usaha. Perkembangan unit usaha di DIY yang
didominasi skala kecil dan menengah menunjukan pertumbuhan yang positif
dari tahun ke tahun. Hal tersebut dilihat dari jenis usaha, UKM di DIY yang
didominasi oleh usaha perdagangan dan industri pertanian.
Turut hadir mendampingi dalam pertemuan ini, Sekda DIY, Bupati Kulon
Progo, pejabat OPD Pemerintah se-DIY, perwakilan KC Bank BRI
Yogyakarta, KC Bank BNI Yogyakarta, KC Bank BTN Yogyakarta, Pabrik
Gula Madukismo Yogyakarta, Direkrut PT Rajawali Nusantara Indonesia,
7
Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Dinas Koperasi dan UMKM DIY,
dan BKPM DIY.
Terkait dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN,
BUMN yang telah melaksankan PKBL-nya di DIY antara lain PT Telkom,
Pertamina, Jamkrindo, PT Angkasa Pura, PLN, Bank BRI. Adapun
pelaksanaannya sebagian besar belum melibatkan atau belum bersinergi
dengan Pemda sehingga penyebarannya masih kurang terarah sesuai
kebijakan yang diinginkan Pemda DIY; sedangkan sebagian lain sudah ada
yang disinergikan dengan Program Peningkatan Akses Pembiayaan yang
dilaksanakan oleh Pemda DIY.
Dari keterangan yang diberikan pihak Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, terdapat beberapa hal yang dapat dilaporkan.
1. Dinas Koperasi dan UMKM
Terkait dengan Pengembangan UMKM, Pemda DIY mempunyai tekad
meng-istimewakan Koperasi dan UMKM artinya tidak hanya sekedar
fasilitasi yang sifatnya instan tapi lebih pada upaya :
a. Mendorong daya juang dalam meningkatkan kapasitas SDM
maupun usahanya
b. Mendorong daya kolaborasi / kerja sama diantara sesama
pengusaha mikro kecil menengah maupun dengan mitra usaha
besar
c. Mendorong daya adaptasi pelaku UMKM untuk menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan usaha yang berkembang, ditengah
lingkungan bisnis baik lokal regional maupun internasional
Untuk mendorong perkembangan UMKM telah dilakukan pembinaan
termasuk dari aspek pembiayaan yaitu meningkatkan kapasitas
manajemen keuangan melalui pelatihan dalam bidang manajemen
keuangan serta peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM yang
membutuhkan tambahan pembiayaan.
Program pembinaan UMKM meliputi :
a. Desa / Kampung Preneur
Program Berbasis Pengentasan Kemisikinan dengan sasaran
wilayah terkecil desa di Kabupaten, dan Kelurahan di Kota, dengan
mengindentifikasi potensi usaha yang ada (investasi) kemudian
dilakukan peningkatan kapasitas bewujud pelatihan dan praktek
dengan peserta pelaku usaha yang ada dan sudah teridentifikasi
8
beserta lingkungan sekitar. Diharapkan Usaha ini akan berkembang
dan meningkatkan peran serta masyarakat di Desa/Kelurahan
sekaligus sebagai pengungkit untuk meningkatkan kemampuan
wilayah dalam pengentasan kemiskinan. Sasaran Desa/Kelurahan di
lokasi kecamatan kantong kemiskinan.
b. Peningkatan Kewirausahaan Masyarakat
Merupakan Program Berbasis Kemiskinan, dengan fokus pada
pelaku usaha baru atau pemula yang berada di Desa/Kelurahan. Di
awali dari sosialisasi penumbuhan motivasi usaha dilanjutkan
dengan diklat berikut pelatihan serta diikuti dengan pendampingan
selama pelaksanaan program.
c. Pendampingan Usaha berkaitan dengan MEA
Untuk kegiatan usaha yang punya potensi ekspor, ada upaya
pendampingan baik pada tahapan awal dari sisi manajemen usaha,
teknis usaha sampai dengan promosi pemasaran. Saat ini sudah
memasuki tahun ketiga dengan target pengusaha yang terdampingi
berkelanjutan dari sejak tahun awal sampai dengan saat ini.
Terkait dengan Pengembangan koperasi maka kegiatan-kegiatannya
meliputi:
a. Mendorong anggota koperasi untuk meningkatkan usaha dan
sumber daya manusia.
b. Mengembangkan usaha anggota koperasi melalui kerjasama
dengan instansi lain atau usaha swasta lainnya dalam bentuk
pelatihan, pendampingan promosi, pemeringkatan koperasi,
penilaian kesehatan
c. Meningkatan usaha koperasi melalui kelompok nelayan dan
budidaya perikanan, pertanian, generasi muda/kopma/kopsis/karang
taruna dan kelompok perempuan atau wanita , pariwisata dan desa
wisata.
d. Peningkatan kelembagaan dan usaha koperasi
Program pembinaan Kapasitas SDM Koperasi dan UKM dilaksanakan
melalui :
a. Kegiatan Pelatihan
b. Bimbingan Teknis
c. Sosialisasi program-program Pembiayaan yang dapat di akses oleh
Koperasi dan UKM
9
Sedangkan pembinaan dan fasilitasi permodalan yang diberikan kepada
Koperasi dan UKM dilakukan melalui :
a. Program Dana Bergulir dari sumber dana APBD dan APBN serta
Kementerian Koperasi dan UKM RI ( melalui LPDB-KUMKM
Kementerian Koperasi dan UKM RI)
b. Bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM dalam hal
fasilitasi bantuan Pemerintah untuk Permodalan Wirausaha Pemula
(WP)
c. Program Kemitraan Bina Lingkungan / CSR PKBL BUMN
d. Kredit Perbankan
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
f. Kredit Ultra Mikro (KUM) Kementerian Keuangan
g. Kerjasama jaringan usaha antar Koperasi dibidang permodalan
(APEX)
Disamping itu dalam rangka untuk kelancaran program dan sukses dari
sisi penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian kami juga
menyelenggarakan program pendampingan yaitu:
a. Pendampingan Program Dana Bergulir APBD bagi Koperasi
b. Program Pendampingan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi UMK
Program Pendampingan Akses Pembiayaan LKB/LKBB termasuk
Koperasi.
Khususnya program KUR dari Kementerian Koperasi dan UKM
membentuk Koordinator dan Tenaga Pendamping dan dilaksanakan
mulai tahun 2016 – 2018 ini yang dikoordinasikan oleh Dinas Koperasi,
UMKM DIY
2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Berkaitan dengan pembangunan kawasan industri, perizinan usaha
kawasan industri Piyungan sudahada. Selain itu, kawasan industry
Piyungan telah memiliki pengelola. Kawasan Industri (KI) Piyungan,
Bantul juga telah masuk menjadi salah satu dari 15 kawasan perluasan
Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) tahap III tahun 2018.
Kawasan industry Piyungan nantinya menampung investor dari segala
kelas. Baik kecil, menengah, maupun besar. Khusus UMKM telah
disedikan lahan seluas 85 hektar. Sedangkan total lahan yang disiapkan
mencapai 335 hektar. Keberadaan kawasan itu untuk merespons
berkembangnya industry kreatif di DIY. Kendala yang dihadapi dalam
pengembangan kawasan industri piyungan diantaranya pengurusan
beberapa perizinan belum selesai.
10
Upaya yang dilakukan Pemda dan jajarannya dalam pengentasan
kemiskinan dan mendorong perkembangan Industri Kecil dan Menengah
(IKM) serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Daerah
Istimewa Yogyakarta diantaranya adalah:
a. Mengembangkan enterprenurship yang berorientasi pada
pengurangan angka kemiskinan
b. Penguatan Perdagangan Dalam Negeri melalui peningkatan
penggunaan produk lokal, kelancaran distribusi, stabilisasi harga,
pengelolaan persaingan usaha serta pengembangan pemasaran
c. Penguatan perdagangan dalam negeri melalui perlindungan
konsumen dan pengamanan perdagangan
d. Memperkuat dan memperluas perdagangan internasional dalam
upaya meningkatkan nilai ekspor DIY
e. Penguatan dan penumbuhan sumber daya IKM melalui
pengembangan aspek produksi, desain, dan pemasaran produk
f. Penguatan dan penumbuhan sumber daya IKM melalui
pengembangan aspek produksi, desain, dan pemasaran produk
industri kreatif
g. Pengembangan teknologi industri yang mendukung proses produksi
secara kualitas maupun kuantitas
Dalam rangka mengembangkan sektor perdagangan baik domistik
maupun nasional dan internasional, Pemda DIY memiliki tiga program.
Ketiga program tersebut adalah: Program Peningkatan dan
Pengembangan Ekspor; Program Pengembangan Perdagangan Dalam
Negeri; serta Program Perlindungan dan Pengamanan Konsumen.
Program peningkatan dan Pengembangan Ekspor dilaksanakan melalui
kegiatan Kerjasama dan Pemasaran Produk Ekspor dengan sub
kegiatan berupa pameran, pelayanan penerbitan SKA Otomasi.
Program pengembangan Perdagangan Dalam Negeri diwujudkan
melalui kegiatan Penguatan Perdagangan Dalam Negeri dengan sub
kegiatan bimtek PKL dan pedagang, Pameran dalam negeri baik secara
online maupun offline, serta revitalisasi pasar.
Program Perlindungan dan Pengamanan Konsumen diwujudkan melalui
kegiatan Pengawasan Peredaran Barang dan Harga Kebutuhan Pokok
dengan sub kegiatan Pemantauan Stok dan Harga Kebutuhan Pokok,
Pengawasan barang berbahaya, Operasionalisasi Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK), Pembinaan dan pengawasan barang
11
beredar dan jasa, Pengembangan kemitraan produsen Bahan Pokok
denganToko Modern, Operasi pasar, dan pasar murah.
Terkait dengan pengembangan kawasan industry, perdagangan dan
kawasan pariwisata, peran pihak swasta adalah sebagai pengelola dan
investor. Saat ini, PT Yogyakarta Isti Parama berperan sebagai
pengelola. Sementara ini tercatat enam pabrik yang telah beroperasi di
kawasan industri Piyungan, dengan produk kulit, paper bag, boneka
tissue, dan kerajinan.
3. Perkembangan Investasi di DIY Selama Lima Tahun Terakhir
Perkembangan investasi di DIY selama lima tahun terakhir baik dalam
bentuk penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal
dalam negeri (PMDN) dapat dijelaskan di bawah ini.
Grafik 1.
Perkembangan /Pertumbuhan Investasi Perusahaan PMDN /PMA DI
DIY (Kumulatif) Tahun 2013 -2017
Sumber: BKPM DIY, 2018
12
Tabel 1.
Perkembangan /Pertumbuhan Investasi Perusahaan PMDN /PMA di DIY
(Kumulatif) Tahun 2013 -2017
TAHUN INVESTASI INVESTASI TOTAL
PMDN PMA PMDN + PMA
2013 2,864,654,491,755 5,203,115,642,883 8,067,770,134,638
2014 3,568,546,291,755 5,955,853,842,883 9,524,400,134,638
2015 3,951,662,458,339 7,271,740,783,735 11,223,403,242,074
2016 4,522,819,693,467 7,554,841,971,335 12,077,661,664,802
2017 4,817,449,093,467 8,036,525,281,335 12,853,974,374,802
Sumber: BKPM DIY, 2018
Nilai Investasi pada tabel 1 dan Grafik 1 di atas merupakan realisasi
investasi langsung yang ilakukan selama lima tahun, dari tahun 2013 -
2017 berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang
diterima BKPM dari perusahaan PMA dan PMDN. Invesasi-investasi
tersebut adalah Nilai Investasi diluar investasi Migas, perbankan,
Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha dan
Industri Rumah Tangga. Pada tahun 2013, nilai Realisasi Investasi
adalah Rp8.067.770.134.638, angka ini meningkat sebesar 14,34 % (Rp
1.011.703.992.879) dari tahun 2012, Rp 7.056.066.141.759. Realisasi
Investasi pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 18,05 %
(Rp1.456.630.000.000) menjadi Rp9.524.400.134.638. Pada tahun
2015, nilai realisasi investasi DIY adalah Rp11.223.403.242.074, nilai ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 17,4%.
Pada tahun 2016 dan 2017 pertumbuhan nilai investasi mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Di tahun 2016 investasi hanya tumbuh
sebesar 7,61% (Rp854.258.422.728) menjadi Rp12.077.661.664.802.
Dan pada tahun 2017 investasi hanya mengalami peningkatan sebesar
6,43% (Rp776.312.710.000) menjadi Rp12.853.974.374.802. Realisasi
Invesatasi pada Triwulan I Tahun 2018 sebesar Rp870.725.550.000,
meningkat sebesar Rp753.336.430.000 dari Triwulan I Tahun 2017,
Rp117.389.120.000. Adapun Permasalahan yang dihadapi oleh Investor
dan Pengusaha dalam berinvestasi dan mengembangkan usahanya di
DIY, diantaranya adalah luas lahan yang terbatas dan harga tanah yang
tinggi serta masih terdapat kendala terkait infrastruktur Kawan Industri.
13
B. PT Angkasa Pura I
(Pembangunan New Yogyakarta International Airport)
Dalam rangka meningkatkan Customer Satisfaction Index (CSI), Angkasa
Pura Airports mengakselerasi pengembangan dan pembangunan bandara
serta melengkapi berbagai fasilitasnya demi meningkatkan kepuasan
pelanggan.Pengembangan dan pembangunan bandara tersebut antara lain
Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, yang resmi
beroperasi 20 Oktober 2011, untuk menggantikan Bandara Selaparang di
Mataram. Selanjutnya, 19 September 2013, menjelang berlangsungnya KTT
APEC 2013 di Bali, terminal internasional baru Bandara Internasional I Gusti
Ngurah Rai Bali juga resmi beroperasi. Dengan pengembangan ini,
kapasitas bandara ini meningkat dari 9,7 juta penumpang per tahun menjadi
24,7 juta penumpang per tahun. Pada 14 Februari 2014, Terminal 2 (T2)
Bandara Internasional Juanda Surabaya juga mulai dioperasikan, yang
meningkatkan kapasitas bandara dari 8 juta penumpang per tahun menjadi
14 juta penumpang per tahun. Menyusul kemudian pengoperasian terminal
baru Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan pada 22 Maret 2014.
Dengan pengembangan ini, bandara kebanggaan masyarakat Kalimantan
Timur ini meningkat kapasitasnya dari hanya 1,7 juta penumpang per tahun
menjadi 15 juta penumpang per tahun.
Saat ini, Angkasa Pura Airports sedang melaksanakan 3 (tiga) proyek
pengembangan bandara, yaitu:
1. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
2. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Syamsudin Noor
Banjarmasin
3. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Yogyakarta
Proyek ini telah di-groundbreaking pada 27 Januari 2017 oleh Presiden RI
Joko Widodo. Bandara di Kulonprogo sebagai pengganti Bandara Adisutjipto
ini akan memiliki terminal seluas 130 meter persegi berkapasitas 14 juta
penumpang per tahun, dengan panjang runway 3.250 meter dan apron yang
bisa menampung 28 pesawat.
Bandara yang sedang dikembangkan di DIY ini diberi nama New Yogyakarta
International Airport (NIYA) adapun Dasar Hukum Pembagunan Bandara
NYIA ini adalah:
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
14
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2017 Tentang
Percepatan Pembangunan Dan Pengoperasian Bandar Udara Baru di
Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Keputusan Gubernur Nomor 68/KEP/2015 Tanggal 31 Maret 2015
Tentang Penetapan Lokasi (IPL) Pembangunan untuk Pengembangan
Bandara Baru di Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Master Plan KP 1164 Tahun 2013 tentang Izin Penetapan Lokasi Bandar
Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mengenai
Kelayakan Lingkungan Hidup (Amdal) Nomor SK 557/Menlhk/Setjen/PLA
4/10/2017 dan Izin Lingkungan Nomor SK 558/Menlhk/Setjen/PLA
4/10/2017
Gambar 1. Terminal New Yogyakarta Airport
Saat ini pembebasan lahan bandara elah mencapai lebih dari 80 persen.
Berdasarkan undang-undang, yang bertanggungjawab terhadap
pembebasan lahan adalah pemerintah. Masih ada beberapa lahan yang
belum dibebaskan karena pemilik lahan tidak mau menjualnya. Pihak
pemda dan angkasa pura akan melakukan pendekatan persuasive dan
negosiasi dengan pemilik lahan agar bersedia menjual lahannya.
Rencana Pembangunan dan Investasi NYIA adalah sebagai berikut:
Investasi : Land : + Rp. 4,1 T ; Infrastruktur: + Rp. 6,7 T (Phase I)
Pendanaan : PT AP I, Pinjaman Bank, Obligasi dan Mitra Strategis
Konstruksi : 2017 – 2020
Target Operasi : April 2019
Masterplan : KP.1164/ Tahun 2013
15
Fasilitas yang akan dibangun adalah:
Terminal seluas 235.000 m2 dengan kapasitas 20 juta pax/year
Apron 371.205 m2, 22 ps
Runway seluas 3.250 x 60 m2
Kargo seluas 12.000 m2 dengan kapasitasn 40.300 ton/tahun
Progress Pembangunan New Yogyakarta International Airport
Table 3. Progres Pekerjaan Per 25 April 2018
No. Jenis Pekerjaan Progres Keterangan
1. Proses Pengadaan Tanah
Telah selesai 100% dengan telah dilaksanakannya Serah Terima Hasil Pelaksanaan Pengadaan Tanah dari Kanwil BPN DIY kepada PT Angkasa Pura I (Persero) pada 29 Maret 2018
Berita Acara Nomor 61/BA-PPT/III/2018.
2. Masalah Pembongkaran Rumah dan Bangunan di atas bidang konsinyasi
Telah dibongkar 36 Rumah / Bangunan dari Total keseluruhan 73 Rumah / Bangunan.
Masih terdapat 37 rumah / bangunan yang masih berdiri di atas lahan IPL dan seluruhnya telah dibayarkan ganti kerugian melalui Konsinyasi di PN Wates.
3. Konsinyasi
Total bidang konsinyasi 323 bidang = 100%
Tanah Warga : 319 Bidang Tanah PAG : 4 Bidang
Tabel 4. Progres Pengerjaan Fisik
No. Pekerjaan Volume BoQ
Progres Progres (%)
1. Land Clearing 587,3 485,77 82,71
2. Soil Improvement dengan Dynamic Compaction
940,991 707.459,61 75,18
Gambar 3. Pengerjaan Lahan
Sumber: PT Angkasa Pura I, 2018
16
Progres Land Clearing
Tabel 5. Progress Land Clearing Per 25 April 2018
Urian Volume Pekerjaan
Progres s.d. 25 April 2018
Area Land Side 219,60 ha 131,89 ha → 60,05%
Area Air Side 363,82 ha
344,88 ha → 93,64%
Total 583,42 ha
1. Proses Pengadaan Tanah
Pembebasan lahan seluas 587,3 ha telah selesai 100% dan sudah
dilaksanakan Serah Terima Hasil Pelaksanaan Pengadaan Tanah
dari Kanwil BPN DIY kepada AP1 sesuai Berita Acara No.: 61/BA-
PPT/III/2018 tanggal 29 Maret 2018.
2. Pembongkaran Rumah dan Bangunan di atas bidang konsinyasi
Telah dibongkar 36 rumah/bangunan dari 73 rumah/bangunan.
Sudah dilakukan pembentukan Tim Teknis dari Pemerintahan
berdasarkan hasil Rapat Forkominda untuk melakukan
Pengosongan Lahan dan Bangunan yang masih berdiri pada lahan
IPL Bandara yaitu sebanyak 37 rumah/bangunan
Tabel 6. Progres Pembebasan Lahan Per April 2018
Sumber: PT Angkasa Pura I, 2018
3. Amdal
Sudah terbit Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI mengenai Kelayakan Lingkungan Hidup Nomor: SK 557/Menlhk/
Setjen/PLA 4/10/2017 dan Izin Lingkungan Nomor: SK 558/Menlhk/
Setjen/PLA 4/10/2017
17
4. Mitigasi Tsunami
Terkait pelaksanaan mitigasi Tsunami, sudah dilaksanakan
beberapa kali FGD bersama tim ahli mengenai adanya mitigasi
tsunami terhadap desain bandara. Adapun hasil pembahasan yaitu
elevasi runway menjadi 7,4 m. Elevasi lantai dua tiap gedung sudah
mengakomodir aman dari limpasan tsunami. Tinggi limpasan
tsunami berdasarkan hasil simulasi dari BMKG terhadap ketinggian
elevasi tanah berdasarkan tinggi rencana bandara. Konstruksi
bangunan seperti terminal, bangunan PKP-PK, gedung crisis centre,
dll sudah mengakomodir kekuatan struktur tahan tumbukan dari
benda/barang yang hanyut akibat tsunami. Telah disiapkan tempat
evakuasi untuk tsunami di lantai 2 terminal dan crisis centre
5. Pekerjaan Pesiapan
a. Sesuai Surat Perintah Kerja Sementara AP.113/HK.05/2017 tgl 4
Agustus 2017 dan Addendum SPKS nomor: ADD.02/HK.05/2018
tanggal 2 Februari 2018 dilaksanakan Pekerjaan Persiapan
(Clearing dan Grubbing, Galian biasa dan Timbunan dengan
material setempat) dan Pekerjaan Soil Improvement dengan
Dynamic Compaction
b. Membuat kesepakatan dengan PT Pembangunan Perumahan
untuk menunjuk tim dari UGM sebagai tim appraisal pekerjaan
persiapan yang telah dilakukan. Hasil appraisal direview oleh
BPKP untuk dijadikan dasar pembayaran PT Angkasa Pura I
kepada PT Pembangunan Perumahan
c. Melaksanakan penyusunan draft perjanjian kerjasama / kontrak
antara AP1 dan PT PP atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
6. Pekerjaan Pembangunan
Proses pelelangan, yaitu sudah dilaksanakan Pembukaan
Penawaran Administrasi dan Teknis pada tanggal 27 April 2018 dan
saat ini sedang dalam proses penilaian teknis.
7. Underpass JJLS
Sesuai hasil rapat bersama Kementerian PUPR bahwa desain jalan
sudah disepakati yaitu struktur underpass dan bangunan
penghubung tidak saling mempengaruhi, dengan pertimbangan:
a. Operasional lalu lintas pada underpass menimbulkan getaran
b. Potensi terjadi kebakaran dan kecelakaan lalu lintas di underpass
c. Terjadi perbedaan waktu settlement karena nilai SPT elevasi
dasar underpass dan elevasi akhir pondasi yang tidak sama
18
C. PT Madukismo
Madukismo merupakan satu-satunya pabrik gula Gula dan Alkohol/Spirtus di
DIY. Pabrik gula dan pabrik spritus Madukismo terletak di desa Padokan,
Kelurahan Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Badan usaha ini menjadi perseroan terbatas yang
didirikan dengan akta notaris pada tanggal 14 Juni 1955 dengan nama PT
Madubaru oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang diresmikan pada
tanggal 28 Mei 1958 oleh presiden Soekarno. PT Madubaru memiliki dua
pabrik, yaitu Pabrik Gula ( PG ) dan Pabrik Spritus ( PS ) Madukismo. Pabrik
gula mulai beroperasi pada tahun 1959, sedangkan pabrik spritus mulai
beroperasi pada tahun1960. Kontraktor utama perusahaan ini adalah
Machine Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur. Kepemilikan saham PT
Madu Baru pada awal berdirinya sebesar 75% dipegang oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan 25 % dipegang oleh pemerintah Indonesia
(Departemen Pertanian Republik Indonesia).
Kronologi perubahan status PT Madubaru adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1952-1962 : Perusahaan Swasta
2. Tahun 1963-1965 Adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang
mengambil alih semua perusahaan perkebunan di Indonesia, maka PT
Madubaru bergabung dengan Perusahaan Negara dibawah Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara ( BPUPPN).
3. Tahun 1966-awal 1984 Pada tahun 1966 BPU-PPN dibubarkan dan PT
Madubaru kembali menjadi perusahaan swasta dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono sebagai presiden direktur.
4. Tahun 1984-sekarang Mulai tanggal 4 maret 1984 pengelolaan PT
Madubaru diserahkan pada PT Rajawali Nusantara Indonesia,
berdasarkan kontrak manajemen 10 tahun pertama. Sampai saat ini
saham PT Madu Baru sebesar 65% dipegang oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono dan 35% dipegang oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan
keputusan Menteri BUMN No.KEP-01/MBU/2003 tanggal 4 Februari
tahun 2003 dan telah diundangkan dengan Peraturan Pemerintah No.03
tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang penambahan penyertaan
modal Negara Republik Indonesia kedalam modal saham perusahaan PT
Rajawali Nusantara Indonesia sebesar 35%, maka PT Rajawali
Nusantara Indonesia saat ini sebagai pemegang saham minoritas PT
Madubaru Yogyakarta.
Tim Kunker Komisi VI melakukan kunjunga ke pabrik pengolahan gula
Madu Kismo dan menyaksikan secara langsung proses produksi yang
berjalan di situ.
19
Gambar. 3. Kunjungan ke Pabrik Gula Madu Kismo
Bahan baku utama dalam pembuatan gula di PT Madubaru adalah tebu.
Untuk mendapatkan bahan baku ini, PT Madubaru bekerjasama dengan
para petani lokal yang ada disekitarnya. Luas lahan yang digunakan untuk
penanaman tebu ini sekitar 5000-6000 hektar.
Proses Produksi Gula
Gula pasir yang diproduksi oleh PY. Madubaru memiliki kualitas SHS IA
(Super Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi dipantau
oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula ndonesia). Dari
sekitar bahan baku tebu 400.000-500.000 ton per tahun, dapat
menghasilkan gula SHS sekitar 35.000 ton per tahun. Pembuatan gula putih
di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan
nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan.
a. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Setelah tebu ditebang, dikirim ke stasiun pengilingan untuk dipisahkan
antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula
(nira mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa
suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan
(Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat
pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang
berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu
mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira
digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan
ukuran 36” x 64”.
20
b. Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu
cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di
indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya
produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan
adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).
Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan
Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan
gas sulfit dari hasil pembakaran. Mula-mula nira mentah ditimbang,
dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian
diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam
alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring
menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih
dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan
kemudian dikirim kestasiun penguapan.
c. Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan
kadar air dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan
dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat
dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang
bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total
luas bidang pemanas 5990m2 VO. Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan
dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak
langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang
diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap
bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. Dalam bejana
nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap
nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang
mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor
3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya,
sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna
gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2
sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan
dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
21
d. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu
pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan
terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul
kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B
sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian
lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap
dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg,
sehingga suhu didihnya 65oC. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak
akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran
kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula,
lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
e. Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang
bekerja dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas
memisahkan gula agar menjadi butiran-butiran kecil. Dalam tingkatan
pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada
tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya
menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan
gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal
gula) dan melasse (tetes gula).
f. Pengeringan Kristal
Gula Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup
tinggi, kira-kira 20%. Gula yang mengandung air akan mudah rusak
dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama
penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.
pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai
udara panas kira-kira 80oC. Pengeringan gula secara alami dilakukan
dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan
melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas
dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula
menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip
aliran berlawanan dengan aliran udara panas
22
D. BUMN Keuangan Perbankan
Anggota Komisi VI DPR RI juga melakukan kunjungan ke UKM binaan
perbankan yang terdapat di DIY. UKM yang dikunjungi adalah kerajinan
batik Haryanto, yang berlokasi di Sewon Bantul, batik Sungsang di Imogiri,
Kerajinan Kulit Sanggar Omah Wayang di Imogiri, serta kerajinan kulit Djoen
Leather yang berlokasi di Banguntapan. Anggota Komisi VI DPR RI
mengharapkan UKM binaan perbankan tersebut dapat terus meningkatkan
kualitan dan kuantitas produksi selain mengembangkan pasar produk.
Dengan demikian usaha yang sekaran merupakan home industry ini dapat
berkembang menjadi perusahaan yang berskala nasional bahkan
internasional. BUMN didorong untuk terus mengembangkan program
kemitraan dan bina lingkungan dan menjalin kerjasama dengan UKM dan
IKM di daerah untuk mengembangkan usaha rakyat dan mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah.
1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah Yogyakarta
Posisi keuangan serta perkembangan kinerja keuangan dan operasional
persero wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama lima tahun terakhir
dapat dilihat berikut ini.
Grafik 2. Kinerja Keuangan BNI di Daerah Istimewa Yogyakarta
23
Kontribusi BNI di Daerah Istimewa Yogyakarta, pemenuhan kebutuhan
modal sektor Koperasi dan UMKM. Selain itu kontribusi perbankan juga
dapat dilihat dari nilai kredit dan pemanfaatan kredit perbankan di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran Kredit KUR hingga 2018 untuk
DIY telah mencapai Rp56,69 M atau telah mencapai 33,14% dari target
2018 sebesar Rp170 M. Adapun Penyaluran KUR BNI Di DIY periode
Maret 2018 tumbuh 160% (YoY). Rinciannya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 7. Realisasi Penyaluran KUR kepada UMKM di DIY - BNI Wilayah
Yogyakarta
Rp. M % Rp. M %
Industri Pengolahan 0.11 0.49% 12.75 22.50%
Pertanian, Perburuan, & Sarana Pertanian - 0.00% 4.94 8.71%
Konstruksi - 0.00% 0.26 0.45%
Perdagangan, Restoran, & Hotel 21.68 99.51% 32.00 56.45%
Pengangkutan, Pergudangan, & Komunikasi - 0.00% 1.36 2.40%
Jasa-jasa Dunia Usaha - 0.00% 3.76 6.63%
Jasa-jasa Sosial Masyarakat - 0.00% 1.43 2.51%
Listrik, Gas, & Air - 0.00% - 0.00%
Pertambangan - 0.00% 0.20 0.35%
Total 21.78 100.00% 56.69 100.00%
Rp. M % Rp. M %
Sektor Produksi 0.11 0.49% 24.69 43.55%
Sektor Non Produksi 21.68 99.51% 32.00 56.45%
Total 21.78 100.00% 56.69 100.00%
Sektor EkonomiMar-17 Mar-18
Sektor Ekonomi2017 Mar-18
24
Tabel 8. Baki Debet Penyaluran KUR kepada UMKM di
DIY BNI Wilayah Yogyakarta
Rp. M % Rp. M %
Lancar 172.64 95.81% 241.57 96.53%
Pra NPL 7.07 3.93% 7.05 2.82%
NPL 0.48 0.26% 1.64 0.66%
Total 180.19 100.00% 250.26 100.00%
Sektor EkonomiMar-17 Mar-18
*Baki Debet KUR bulan Maret 2018 meningkat 38.89% (YoY)
Upaya yang dilakukan BNI dalam rangka pemberdayaan UMKM agar
lebih berdayasaing dan mudah mendapatkan pembiayaan antara lain
dengan:
Pelatihan jual beli online bekerjasama dengan Bukalapak, dan
Blanja.com untuk BUMDes
Pelatihan UMKM binaan malalui Rumah Kreatif BUMN (RKB) Sleman
Pemberdayaan UMKM melalui Kampoeng BNI Imogiri kepada 34
mitra binaan
Solusi cashless transaction untuk UMKM
Pembiyaan kepada UMKM supplier debitur eksisiting seperti supplier
Hamzah Batik
Memfasilitasi dalam pameran dan event seperti inacraft,dll
Bentuk program dan mekanisme kemitraan yang telah dikembangkan
serta nilai yang telah disalurkan dalam Program kemitraan serta Bina
Lingkungan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Penyaluran Bina Lingkungan di DIY
Uraian Dati II Nominal
Beasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta 10.000.000
Beasiswa Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 43.500.000
Bak Penampungan Air Kulon Progo Kulon Progo 19.000.000
Motor Sampah dan Taman Rempah Panggungharjo Bantul 155.575.000
Bantuan Bina Lingkungan Petani Kunir Putih Sleman 21.000.000
Sarana Prasarana Pendidikan Puro Pakualaman Kota Yogyakarta 45.000.000
Green House Program D'Amelo Sleman 100.000.000
RKB Sleman Sleman 104.493.000
Beasiswa Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Kota Yogyakarta 98.600.000
Giant Letter Bukit Hijau Imogiri Bantul 48.862.000
Perbaikan Gedung Foodpark UGM Sleman 198.400.000
Menara Masjid UGM Sleman 416.000.000
Gapura Taman Penangkaran Burung Wukirsari Bantul Bantul 194.685.300
Total 2017 1.455.115.300
25
Masalah dan kendala yang dihadapi perbankan dalam memberikan
pelayanan dan penyaluran kredit kepada UMKM di Daerah Istimewa
Yogyakarta
Perlu pendampingan dari Pemerintah berupa pelatihan/workshop
untuk pengembangan UMKM sehingga penerima KUR dapat lebih
profitable dan bankable.
Persaingan suku bunga DPK relatif sangat ketat karena lembaga
keuangan memberikan suku bunga diatas LPS rate (saat ini 6,00%)
sehingga lembaga keuangan harus menaikkan suku bunga untuk
produk pinjamannya.
Perlu pemahaman akan adanya SLIK untuk debitur KUR, sehingga
apabila ada calon debitur yang telah menikmati fasilitas KUR aturan
baru maksimum Rp500 juta sudah tidak dapat menikmati lagi (naik
ke kelas komersil)
Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut:
Sosialisasi pembiayaan perbankan kepada kelompok-kelompok
usaha
Mengoptimalkan potensi agen laku pandai (Agen46) untuk
menjangkau areal yang jauh dari outlet termasuk dalam
menyampaikan potensi calon debitur
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
Kinerja Bank BRI di DIY selama lima tahun terakhir serta gambaran
tentang target dan realisasinya.
Gambar 3. Kinerja Simpanan dan Kredit
Kinerja Pinjaman BRI di DIY terus tumbuh positif secara year on year
selama lima tahun, BRI mampu meningkatkan pinjaman dengan Growth
66%. Sedangkan Kinerja Simpanan BRI di Prov. DIY terus tumbuh
26
positif secara year on year selama lima tahun, BRI mampu
meningkatkan Simpanan dengan Growth 86%.
Kontribusi lembaga keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama
perbankan dalam pemenuhan kebutuhan modal sektor Koperasi dan
UMKM. Bank BRI konsisten menyalurkan KUR sebagai modal
Pemberdayaan usaha masyarakat mikro dan kecil di Provinsi DIY.
Tabel 10. Penyaluran Kredit Kepada UMKM
Gambar 4. Penyaluran Kredit Usaha Rakya (KUR)
27
Upaya yang dilakukan dalam memfasilitasi UMKM dan koperasi agar
memperoleh kredit bagi pengembangan usaha adalah:
Melakukan pemberdayaan edukasi produk perbankan.
Sosialisasi tentang produk perbankan khususnya di bidang kredit
melalui dinas terkait (dinas koperasi, dinas tenaga kerja) misal
produk KUR TKI.
Pemberdayaan capacity building untuk pembinaan UMKM dalam
bentuk pelatihan (Diklat Achievement Motivation Training (AMT))
dengan dinas Koperasi, UMKM DIY.
Bekerjasama dengan RKB dengan mengikuti UMKM berskala
nasional (Bangga Karya Indonesia) dan internasional (BRICRAFT
2018).
Pendampingan cluster potensi bisnis diwujudkan dengan adanya
teras nusantara.
3. Bank BTN Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Posisi keuangan dan perkembangan kinerja keuangan dan operasional
BTN wilayah DIY dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 11. Posisi Keuangan dan Kinerja Tahun 2013-2017
Kontribusi lembaga keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama
perbankan dalam pemenuhan kebutuhan modal sektor Koperasi dan
UMKM dapat dilihat dari penyaluran kredit kepada UMKM setempat.
Data penyaluran kredit di DIY dapat dilihat pada tabel berikut.
28
Tabel 12. Penyaluran Kredit Tahun 2015-2017
Penyaluran kredit Linkage – Koperasi di Propinsi DIY untuk sektor
konsumsi dan produktif. Dalam penyaluran kredit UMKM Bank fokus
pada bidang housing dan housing related di sektor produksi yaitu sektor
kosntruksi dan sektor real estate, usaha persewaan dan jasa
perusahaan.
Upaya yang telah dan akan dilakukan dalam memfasilitasi UMKM dan
Koperasi agar dapat memperoleh kredit bagi pengembangan usahanya
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kerjasama dengan mitra kerja BTN terutama
pengembang / developer untuk memfasilitasi supply chain
2. Mengoptimalkan fungsi dan peranan Rumah Kreatif BUMN (RKB)
sebagai wadah pelaku UMKM
3. Kerjasama dengan instansi/dinas terkait (Dinas Kperasi dan UKM,
LPPM Universitas Negeri dan Swasta)
Masalah dan kendala yang dihadapi perbankan dalam memberikan
pelayanan dan penyaluran kredit kepada UMKM di Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah: Secara khusus, kendala yang dihadapi dalam
penyaluran kredit Koperasi & UMKM dalam 3 tahun terakhir ini di Bank
BTN yakni adalah rendahnya kompetensi (lack of competency) analis
untuk menganalisa kelayakan usaha UMKM. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, Bank BTN meningkatkan kompetensi Analis
kredit KUR/UMKM melalui pendidikan dan coaching. Bagi Pejabat
pemutus kredit diwajibkan mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko
secara bertahap.
Adapun penyaluran kredit Kemitraan di Propinsi DIY untuk jenis kredit
Modal Kerja, Investasi dan Pinjaman Khusus, Jenis debitur perorangan
dan koperasi dan disalurkan pada sektor Industri, Perdagangan,
29
Peternakan dan Jasa. Dalam penyaluran kredit Kemitraan Bank
melakukan pendekatan dan kerjasama dengan mitra Bank, Pemerintah
Daerah/instansi/dinas terkait (Dinas Koperasi dan UKM, Dinas
Pariwisata), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas / Lembaga Pendidikan (UKM Center), Kelompok Usaha dan
Lainnya.
Tabel 13. Bentuk Program dan Mekanisme Kemitraan
4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Kinerja Keuangan Bank Mandiri Area Yogyakarta dalam kurun waktu 5
tahun terakhir menunjukkan kinerja yang baik seperti pada tabel di
bawah ini.
Tabel 14. Kinerja Keuangan Tahun 2013-2018*
2013 2014 2015 2016 Mar-17 Des-17 Mar-18 Nominal %
1 Dana Pihak Ketiga (DPK) 6,239 7,471 7,506 8,576 8,331 8,775 8,441 110 1.32% 9,423
Tabungan 3,531 4,075 4,210 4,801 4,656 5,329 4,963 306 6.58% 5,583
Giro 742 865 953 1,127 939 963 896 (43) -4.56% 1,107
Deposito 1,966 2,531 2,342 2,647 2,736 2,483 2,582 (154) -5.61% 2,733
Low Cost Fund 4,273 4,940 5,164 5,928 5,595 6,292 5,859 264 4.71% 6,690
2 Kredit 1,751 1,892 2,130 2,546 2,516 2,694 2,541 26 1.02% 3,347
No IndikatorPerformance (Rp. Milyar) Growth YoY Proyeksi Des-
18(Rp. Milyar)
1) Dana Pihak Ketiga (DPK)
DPK Area Yogyakarta pada Maret 2018 (Q1 2018) mencapai Rp
8,44 Trilyun tumbuh Rp. 110 Milyar (1,32%) dibandingkan posisi
Maret 2017 dengan rincian :
a. Tabungan pada Q1 2018 mencapai Rp 4,96 Trilyun tumbuh
Rp.306 Milyar (6.58%) secara YoY dibandingkan Maret 2017.
b. Giro pada Q1 2018 mencapai Rp 896 Milyar turun Rp 43 Milyar (-
4,56%) secara YoY dibandingkan Maret 2017.
c. Deposito pada Q1 2018 mencapai Rp 2,58 Trilyun turun Rp 154
Milyar (-5,61%) secara Yoy dibandingkan Maret 2017.
d. Low Cost Fund (Dana Murah) pada Q1 2018 mencapai Rp 5,85
Trilyun tumbuh Rp. 164 Milyar (4,71%) secara YoY dibandingkan
Maret 2017.
30
Proyeksi pencapaian pada akhir tahun 2018 adalah untuk DPK akan
mencapai Rp 9,42 Trilyun, Tabungan mencapai Rp 5,58 Trilyun,
Giro mencapai Rp 1,10 Trilyun, Deposito mencapai Rp 2,73Trilyun
dan Kredit mencapai Rp 3,34 Trilyun.
2) Kredit
Kredit Area Yogyakarta pada Maret 2018 (Q1 2018) mencapai Rp
2,54 Trilyun tumbuh Rp.2,5 Milyar (1.02%) dibandingkan posisi
Maret 2017. Detail kinerja kredit dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Kinerja Kredit Tahun 2013-2018
2013 2014 2015 2016 Mar-17 Des-17 Mar-18 Nominal %
Baki Debet 315,600 276,323 200,390 235,519 222,395 182,690 94,500 (127,896) -57.51% -
NPL (Nominal) - - - - - - - -
% NPL 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% #DIV/0!
Baki Debet 338,730 391,290 475,447 622,398 579,853 649,165 569,258 (10,595) -1.83% 928,010
NPL (Nominal) 9,252 16,529 7,643 7,944 11,368 5,895 20,294 7,214
% NPL 2.73% 4.22% 1.61% 1.28% 1.96% 0.91% 3.57% 0.78%
Baki Debet 364,742 413,328 743,438 944,311 975,367 1,136,507 1,163,175 187,809 19.26% 1,416,392
NPL (Nominal) 4,886 9,567 23,689 24,113 12,438 22,241 14,409 14,814
% NPL 1.34% 2.31% 3.19% 2.55% 1.28% 1.96% 1.24% 1.05%
Baki Debet 731,445 811,382 710,578 743,954 738,296 725,354 714,544 (23,751) -3.22% 828,925
NPL (Nominal) 9,814 6,330 8,884 9,797 12,795 17,379 16,884 15,734
% NPL 1.34% 0.78% 1.25% 1.32% 1.73% 2.40% 2.36% 1.90%
Baki Debet 1,750,517 1,892,322 2,129,852 2,546,182 2,515,911 2,693,716 2,541,478 25,567 1.02% 3,173,327
NPL (Nominal) 23,952 32,427 40,216 41,854 36,602 45,515 51,587 37,761
% NPL 1.37% 1.71% 1.89% 1.64% 1.45% 1.69% 2.03% 1.19%
4Consumer
Loan
Total Area
Yogyakarta
Commercial
Banking1
2Business
Banking
3 Micro Banking
No Business UnitGrowth YoY Proyeksi
Des-18(Rp. Milyar)
Total Bade & NPL
(Rp. Juta)
Proyeksi pencapaian pada akhir tahun 2018 adalah untuk baki debet
total all segmen akan mencapai Rp. 3,17 Trilyun dengan nominal
NPL Rp. 37,7Milyar (1.19%). Untuk secara oprasional saat ini
cabang Bank Mandiri di area yogyakarta berjumalah 25 cabang
reguler, 21 cabang mikro dan 1 cabang prioritas dengan jumalah
ATM tarik tunai berjumlah 310 mesin , cDM 22 mesin dan draive
Thru 1 lokasi.
Perkembangan KUR di Bank Mandiri
1. Sejak awal penyaluran KUR tahun 2008 sampai dengan 31 Maret
2018, Bank Mandiri telah menyalurkan Rp51,8 Triliun kepada
1,053,517 debitur.
2. Setiap tahun, realisasi penyaluran KUR Bank Mandiri selalu
mencapai target yang ditentukan pemerintah. Untuk penyaluran KUR
tahun 2018 (31 Maret 2018 YtD), Bank Mandiri baru mencapai 24.3%
dari target tahun 2018 atau sebesar Rp 3,547 Miliar kepada 58,165
debitur dengan %NPL sebesar 0%.
3. Selama 3 tahun terakhir penyaluran KUR Bank Mandiri selalu
meningkat.
31
Tahun 2015 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.
21.683 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 466.923
Tahun 2016 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.
34.996 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 770.643
Tahun 2017 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.
48.336 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 995.352
Tahun 2018 Akumulasi realisasi penyaluran KUR sebesar Rp.
51.884 triliun, dengan jumlah debitur sebanyak 1.053.517
Tabel 16. Perkembangan penyaluran KUR di Provinsi D.I
YogyaKarta
Kualitas Portfolio KUR relatifterjagadenganbaikdengan NPL
Nasionalsebesar1,27% sementara di Provinsi D.I Yogyakarta
sebesar 1,02%.
32
Tabel 17. Kualitas Portofolio KUR
Salah satu upaya yang dilakukan oleh bank mandiri untuk memfasilitasi
UMKM dan koperasi dalam penyaluran kredit dengan cara :
1. Pengembangan jaringan kantor untuk memudahkan layanan
perbankan bagi UMKM dimana saat ini unit mikro terdapat 20 cabang
yang tersebar di Yogyakarta .
2. Sosialisasi Produk KUR dan KUM bank mandiri bekerjasama dengan
dinas terkait.
3. Aktif mengunjungi dan memasarkan Produk KUM dan KUR ke sentra
UMKM, Cluster UMKAM danKomunitas UMKM.
Secara umum relatif tidak ada kendala yang berarti, Bank Mandiri terus
berupaya berkontribusi dalam pengambangan UMKM melalui :
1. Pemberian skema penyaluran kredit modal kerja maupun investasi
yaitu Kredit Usaha Mikro (KUM) maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR).
2. Program pengembangan UMKM melalui program sinergi Kementerian
BUMN bersama Bank Mandiri yaitu Rumah Kreatif BUMN sebagai
creative Place dan sebagai fasilitator untk pembinaan,
pengembangan dan pelatihan UMKM secara berkesinambungan.
Hambatan dan kendala yang dihadapi :
1. Hambatan yang ada lebih kepada kurangnya pemahaman
masyarakat terkait perbankan itu sendiri atau unbankable.
2. Tingginya persaingan antara Bank dengan memberikan produk yang
hampir sama.
33
Penyaluran Program Kemitraan dari Bank Mandiri telah dilakukan sejak
tahun 1993 sd 2014 dengan total penyaluran sebesar Rp.
53.077.316.950,-,- untuk wilayah DIY . Program kemitraan diberikan baik
untuk individu maupun badan hukum seperti koperasi . Penyaluran
Program Kemitraan melalui 2 skema yaitu penyaluran secara one by one
dan linkage (Linkage Recommender dan Linkage avalist). Untuk individu
platform kredit Program Kemitraan sebesar maksimal Rp. 30.000.000
dan untuk Koperasi maksimal sebesar Rp. 100.000.000,-
Sejak tahun 2014 hingga saat ini Penyaluran Program Kemitraan di
fokuskan kepada perbaikan kualitas kredit kemitraan sampai dengan
naik sehingga menjadi debitur KUR, Bank Mandiri juga melaksanakan
dalam bentuk CSR guna pelaksanaan Bina Lingkungan. Salah satu
contoh yang realisasi CSR sebagai berikut :
Revitalisasi Jalan desa di kawasan Prambana dan sekitarnya
sepanjanng 4.2 KM sebesar 1.1 M, dimana sangat mebantu
peningkatan produktivitas pada pelaku UKM di sekitar wilayah wisata
Candi Parmbanan
Pemberian santunan 1000 anak yatim di Bantul untuk
membantumasyarakat sekitar bantul
Hibah 1 mobil layanan masyarakatmelalui CPNU Bantul Rp 200 juta.
Untuk meningkatkan kemudahan masyarakat dalam mengakses baik
bagi masyarakat atau para pelaku UKM
Pembanagunan Digilib Cafe Rp 489 Juta untuk memfasilitasi para
mahasiswa yang belajar untuk menjadi pelaku usaha muda
Motor Ambulan untuk PemKab Sleman Rp 18.850 Ribu guna
membatu peningkatan kesehatan di masyarakat sekitar sleman
Sanitasi Air Ponpes Mardhotullah Al Islami Wonosari Gunung Kidul
Rp 25 Juta untuk kebutuhan ponpes dan warga sekitar untuk
kebutuhan sehari hari begitu pula untuk memperlancar kebutuhan
para pelaku usaha di daerah sekitar.
AdapunProgram kemitraan yang telah dikembangkan berupa :
Pinjaman modal kerja/investasi yang diberikan kepada
masyarakat/kelompok masyarakat untuk dipergunakan berusaha
(belum bankable namun harus feasible) dan tidak memiliki fasilitas
pinjaman di bank/BUMN lain.
Pembinaan kepada mitra binaan yang berbentuk pelatihan (mis.
pelatihan pembukuan sederhana) dan diikutsertakan dalam pameran.
34
Mekanisme penyaluran kemitraan yang dikembangkan adalah :
Pola Penyaluran Kemitraan Door to Door - yaitu penyaluran pinjaman
kemitraan dengan cara langsung kepada calon mitra binaan.
Pola Penyaluran Kemitraan Kelompok- yaitu penyaluran pinjaman
kemitraan dimana kerjasama program pemerintah/instansi/kelompok
(misal Program PRONA Bank Madiri bekerjasama dengan BPN, dari
program PRONA tersebut Bank mandiri menawarkan ke semua
warga untuk mengembangkan usahanya menggunakan produk KUR
dengan syarat jaminan sertifikat yang sudah mereka terima)
III. PENUTUP
Tim Kunker Komisi VI DPR RI mengapresisasi prestasi dan kinerja pemerintah
DIY. Meskipun pertumbuhan ekonomi DIY cukup baik, akan tetapi masih kurang
merata. Untuk itu perlu upaya untuk pemerataan pembangunan dan investasi
daerah yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi
wilayahh.
Tim Kunker Komisi VI DPR RI sangat mendukung pelaksanaan proyek
pengembangan bandara Internasional NYAI. Dan mengaharapakan agar proses
pengembangan tersebut dapat berjalan dengan baik dan selesai tepat waktu.
Dalam pengembangan bandara ini sebaiknya memberikan dampak yang positif
bagi semua stakeholder-nya termasuk masyarakat yang berada di sekitar
bandara. Tidak hanya itu proyek ini juga sebaiknya memberi efek domino dalam
rangka percepatan pembangunan dan perekonomian nasional pada umumnya
dan masyarkat DIY khususnya. Selain itu dengan lokasi proyek yang berada di
pinggiran (kabupatan Kulon Progo) diharapakn mampu menjadi lokomotif
pemerataan pertumbuhan ekonomi dan aktifitas perekonomian daerah. Masalah
pembebasan tanah sebaiknya dilakukan dengan bijak dan menggunakan
pendekatan persuasif. Pemerintah dituntut untuk terlibat secara aktif dalam hal
ini.
BUMN didorong untuk terus meningkatkan program kemitraan dan bina
lingkungan terhadap UMKM dan IKM di wilayahnya. Dengan demikian upaya
pemerintah untuk meningkatkan jumlah usahawan dan ekonomi masyarakat
yang mandiri dapat terwujud. Perbankan juga hendaknya terus melakukan
pembinaan kepada UMKM agar dapat memperoleh pendanaan yang murah dan
mudah. Dengan demikian aktifitas kewirausahaan di masyarakat dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik yang pada akhirnya akan berdampak signifikan
terhadap perekonomian daerah.
35
Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI akan menjadikan laporan ini
menjadi masukan bagi Komisi VI DPR RI terutama sebagai bahan bagi fungsi
Pengawasan dan Penganggaran DPR RI. Selain itu hasil Kunjungan Kerja ini
juga akan diserahkan kepada Pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti terutama
dalam melakukan perencanaan bagi pembangunan dan atau pemeliharaan serta
perbaikan bagi kesejahteraan masyarakat di DIY.
Ketua Tim, Ttd.
II. DESKRIPSI UMUM DAERAH KUNJUNGAN KERJAA. Gambaran UmumKeberadaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam konteks historis dimulai dari sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdasarkan Perjanjian Giyanti 1755. Berawal dari sini muncul suatu sistem pemerintahan yang teratur dan kemudian berkemb...Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, ber...Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;Keunikan pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu fakta yang menjadikannya sebagai daerah istimewa. Dalam proses perkembangan pemerintahannya, Yogyakarta berproses dari tipe pemerintahan feodal dan tradisional menjadi suatu pemerintahan dengan struk...Dalam rangka perubahan dan penyesuaian serta penegasan Keistimewaan DIY Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 13/2012 Tentang Keistimewaan DIY yang disahkan 31 Agustus 2012 dan diundangkan pada tanggal 3 September 2012. Kewenangan dalam urus...DIY terbagi dalam lima wilayah, meliputi empat kabupaten dan satu kota:Secara geografis, Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19”-110º28’53” Bujur Timur dan 07º15’24”-07º49’26” Lintang Selatan. Wilayah kota Yogyakarta dibatasi oleh daerah-daerah seperti:1. Batas wilayah utara: Kab.Sleman2. Batas wilayah selatan: Kab.Bantul3. Batas wilayah barat: Kab.Bantul dan kab.Sleman4. Batas wilayah timur : Kab.Bantul dan kab.SlemanKegiatan perekonomian DIY terkonsentrasi di wilayah bagain tengah dengan pusatnya di kota Yogyakarta. Wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2532 RT dengan wilayah seluas 32,5 km² atau kurang lebih 1,02% dari luas...Meskipun secara geografis merupakan provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, DIY memiliki potensi kearifan lokal yang membuatnya tidak kalah bersaing dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Banyak prestasi dan keunggulan yang dimiliki oleh ...Pertumbuhan ekonomi DIY selama lima tahun terakhir berada di atas 5 %. Bahkan, pada tahun 2017 perekonomian DIY tumbuhsebesar 5,26%, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,07%. Inflasi DIY juga terkendali pada k...B. Potensi Daerah Istimewa YogyakartaDIY tumbuh menjadi kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta...DIY memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan potensial. Potensi budaya tersebut tersebar di seluruh wilayah DIY. Tercatat sebanyak 107 Prasarana Budaya, 459 Upacara Adat, 4944 Organisasi Kesenian, 43 Desa Budaya, 515 Cagar Budaya, 48 Museum, d...1. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang2. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin3. Proyek Pengembangan Bandara Internasional Yogyakarta