Upload
lytu
View
239
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI
DALAM RANGKA MENINJAU PERSIAPAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016
KE PROVINSI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH TANGGAL 23-24 JUNI 2016
KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2016
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal ii
DAFTAR ISI
BAB URAIAN HALAMAN
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Dasar Hukum 1
I.2 Maksud dan Tujuan 1
I.3 Lokasi dan waktu 2
I.4 Daftar Anggota Rombongan 2
II Gambaran Umum Obyek Yang Ditinjau 3
II.1 Profil Jalan Tol di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah 3
II.2 Profil Jalan Nasional Pantai Utara (PANTURA) 5
II.3 Profil Terminal Bus Tegal, Kota Tegal 6
II.4 Profil Stasiun Kereta Api Tawang, Kota Semarang 7
III Kesiapan Kementerian Terkait Berkenaan Dengan Infrastruktur Dan
Transportasi Angkutan Lebaran Tahun 2016
8
III.1 Kementerian Perhubungan 8
III.2 Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (KEMENPUPR) 10
III.3 Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) 11
III.4 Kepala Kordinator Lalu Lintas (KAKORLANTAS) 11
IV Hasil Temuan Pada Kunjungan Lapangan 12
V Kesimpulan/ Rekomendasi 13
VI Penutup 14
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 1
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN ANGKUTAN LEBARAN
PROVINSI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH 23 -24 JUNI 2016
I. PENDAHULUAN
I.1. Dasar Hukum
1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan Pertama Pasal 20, Perubahan Kedua
Pasal 20 A, perubahan Ketiga Pasal 23;
2. Undang-Undang RI Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang RI
Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakya Daerah;
3. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
I.2. Maksud dan Tujuan
4. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara spesifik melalui peninjauan secara langsung
terhadap persiapan infrastruktur dan transportasi angkutan Lebaran Tahun 2016 di Provinsi Jawa
Barat dan Jawa Tengah;
2. Untuk mengetahui permasalahan–permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan angkutan
Lebaran Tahun 2016 dan memberikan masukan kepada pemerintah dan stakeholders terkait
untuk mengatasinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang guna perbaikan ke depan.
I.3. Lokasi dan Waktu
Dalam Masa Sidang IV Tahun Sidang 2015 - 2016, Komisi V DPR RI melakukan Kunjungan Kerja
Spesifik dalam rangka Peninjauan infrastruktur dan angkutan lebaran Provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah pada tanggal 23-24 Juni 2016. Dalam masa kunjungan yang dilakukan, Komisi V DPR RI
melakukan peninjauan, pertemuan, dialog, dan melakukan komunikasi intensif pimpinan dengan
kementerian terkait serta stakeholder di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 2
Beberapa kegiatan dalam Kunjungan Spesifik adalah:
1. Peninjauan jalan tol Jakarta-Cikampek dan pertemuan dengan pengelola jalan tol yaitu PT
Jasa Marga di rest area Km.57 ;
2. Peninjauan jalan tol Cikopo-Palimanan dan pertemuan dengan pengelola jalan tol yaitu PT
Lintas Marga Sedaya di rest area Km.102;
3. Peninjauan jalan tol Paliman-Kanci, Kanci-Pejagan, Pejagan-Brebes dan pertemuan dengan
PT Jasa Marga, Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) di kantor pengelola jalan tol Brebes Timur;
4. Peninjauan jalan nasional Pantura Brebes-Semarang dan jembatan sungai Cipait-Pekalongan;
5. Peninjauan Stasiun Kereta Api Tawang, Semarang.
I.4. Daftar Anggota Rombongan
Anggota Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Infrastruktur dan
Angkutan Lebaran Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah pada tanggal 23 - 24 Juni 2016 adalah
sebagai berikut:
NO. NO.
ANGG. N A M A FRAKSI KETERANGAN
1. A-101 Ir. H.YUDI WIDIANA ADIA, M.Si PKS KETUA
2. A-162 Drs. YOSEP UMARHADI, M.Si PDIP ANGGOTA
3. A-179 Ir. SUJADI PDIP ANGGOTA
4. A-265 H. DANIEL MUTAQIEN SYAFIUDDIN,ST
PG ANGGOTA
5. A-316 Ir. RIDWAN BAE PG ANGGOTA
6. A-360 Hj. NOVITA WIJAYANTI, SE, MM P-GERINDRA ANGGOTA
7. A-414 H. AGUNG BUDI SANTOSO, SH, MM PD ANGGOTA
8. A-417 ANTON SUKARTONO SURATTO PD ANGGOTA
9. A-466 Hj. HANNA GAYATRI, SH PAN ANGGOTA
10. A-497 H. SYAHRULANPUA SAWA PAN ANGGOTA
11. A-52 Drs. FATHAN PKB ANGGOTA
12. A-521 Hj. NURHAYATI PPP ANGGOTA
13. A-553 MIRYAM S. HARIYANI, SE, M.Si P-HANURA ANGGOTA
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 3
Dalam Kunjungan Kerja ini, kami juga didampingi oleh jajaran dari Kementerian mitra kerja Komisi V DPR RI, yaitu:
NO N A M A JABATAN KET
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Koentjahjo Pamboedi Anggota BPJT Unsur Profesi setingkat eselon II
2. Ahmad Gani Gazali Direktur Pembangunan Jalan eselon II
3. Wahyudi Mandala Putra Kepala Bidang Pengawasan dan Pemantauan eselon III
4. Bambang Hartadi Kepala Balai IV eselon III
II. GAMBARAN UMUM OBYEK YANG DIKUNJUNGI II.1. Profil Jalan Tol Di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah
a) Jakarta-Cikampek
Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan total panjang 83 km mulai dioperasikan oleh Jasa Marga
semenjak tahun 1988. Jalan tol ini mulai dioperasikan semenjak tahun 1988 setelah Jalan Tol
Jagorawi pada tahun 1978 dan Jalan Tol Jakarta-Merak pada tahun 1984. Jalan tol ini
melintasi Kota Jakarta Timur, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan
Purwakarta. Jalan Tol yang mnghubungkan Kota Jakarta dengan Cikampek, menjadi salah
satu infrastruktur penting Nasional dan menjadi urat nadi trasportasi yang penting
menghubungkan Jakarta dan Bekasi dengan kota-kota lain di Pantai Utara Jawa (Pantura).
Jalan tol ini terhubung dan terintgrasi dengan Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, Jalan Tol Lingkar
Luar Jakarta (JORR) serta Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi). Selain itu,
ruas ini memiliki tempat istirahat (rest area) yang terbanyak dan paling modern di antara ruas
jalan tol lainnya. Kini Jakarta-Cikampek berkembang diantaranya mayoritas memiliki 4 lajur
untuk 2 Jalur, ditambah 10 interchange (simpang susun) 27 pelintasan kendaraan, 16 jembatan
penyeberangan, dan 18 gerbang tol.
b) Cikopo-Palimanan
Jalan Tol Cikopo–Palimanan, atau disingkat dengan Tol Cipali adalah sebuah jalan tol yang
terbentang sepanjang 116,75 kilometer yang menghubungkan daerah Cikopo, Purwakarta
dengan Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Jalan tol ini merupakan kelanjutan dari Jalan Tol
Jakarta–Cikampek yang menghubungkan dengan Jalan Tol Palimanan–Kanci. Jalan tol juga
sekaligus merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang akan menghubungkan Merak,
Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Jalan tol ini memperpendek jarak tempuh sejauh
40 km dan diprediksi akan memotong waktu tempuh 1.5 sampai 2 jam dibandingkan melewati
Jalur Pantura Jabar. Jalan Tol Cipali sendiri adalah bagian dari Jalan Tol Pejagan-Merak. Jalan
tol Cikopo – Palimanan dibiayai dengan Skema Private Public Partnership (PPP) / Kerja sama
Pemerintah Swasta (KPS) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jaringan jalan serta
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 4
mendorong pengembangan kawasan pe Pembangunan
dilaksanakan oleh PT Lintas Marga Sedaya (LMS/Linmas) melalui komposisi pemegang saham
adalah Operator Jalan di Negara Malaysia Barat yaitu, PLUS Expressways Berhad Sebesar
55% dan PT Baskhara Utama Sedaya sebesar 45% dengan total investasi sebesar Rp. 12,56
triliun dan masa konsesi 35 tahun.[1] Pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh Konsorsium PT.
Karabha Griyamandiri - PT. Nusa Raya Cipta Joint Operation (KGNRC JO). Proyek tol ini
dimulai dengan ground breaking oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 8
Desember 2011 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 13 Juni 2015 M/28 Sya'ban
1436 H.
Jalan tol ini dibangun di atas lahan seluas 1.080,69 hektare dan terbagi menjadi 6 seksi:
• Seksi I, Cikopo-Kalijati (29.12 kilometer)
• Seksi II, Kalijati-Subang (9.56 kilometer)
• Seksi III, Subang-Cikedung (31.37 kilometer)
• Seksi IV, Cikedung-Kertajati (17.66 kilometer)
• Seksi V, Kertajati-Sumberjaya (14.51 kilometer)
• Seksi VI, Sumberjaya-Palimanan (14.53 kilometer)
Jalan tol ini memiliki 8 tempat peristirahatan, 7 simpang susun, dan 7 tempat pertukaran antara
lain di Cikopo, Kalijati, Subang, Cikedung, Kertajati, Sumberjaya, dan Palimanan. Tarif tol
Cipali ditetapkan Rp 823/km atau Rp 96 ribu jarak terjauh (Cikopo-Palimanan) untuk kendaraan
golongan I. Semua simpang susun menggunakan desain Trumpet Interchange.
c) Palimanan-Kanci
Jalan tol Palimanan–Kanci (Palikanci) mulai beroperasi sejak tahun 1997. Jalan tol ini
membentang sepanjang 26,3 kilometer dan memiliki 2x2 lajur. Saat ini Jalan tol Palikanci tidak
hanya menghubungkan Palimanan dengan Kanci, namun tol tersambung langsung dengan
Jalan Tol Kanci-Pejagan yang dioperasikan oleh perusahaan swasta. Selain menjadi bagian
dari Trans Jawa, Jalan Tol Palikanci juga menjadi urat nadi bagi transportasi jalur Pantura,
khususnya di wilayah Cirebon, karena dengan adanya tol ini kendaraan tidak perlu melalui
Kota Cirebon dan dapat menghemat waktu serta biaya operasional kendaraan.
d) Kanci-Pejagan
Jalan Tol Kanci–Pejagan adalah jalan tol yang menghubungkan Kanci yang berada di Cirebon
hingga Pejagan di Brebes. jalan tol ini melintasi Kota dan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten
Brebes. jalan tol ini dioperatori oleh PT Semesta Marga Raya, anak usaha Bakrie Toll Road
yang juga memiliki Esia dan dibangun oleh PT. Adhi Karya dengan nilai investasi Rp 2,2
Trilyun, namun sejak November 2012, jalan tol ini telah dioperatori oleh PT MNC Infrastruktur
Utama, anak perusahaan MNC Group yang bergerak di bidang pengelolaan jalan tol yang
merupakan hasil dari kerja sama Indonesia Air Transport dan Bhakti Capital Indonesia.
Perusahaan ini didirikan oleh Indonesia Air Transport, maskapai penerbangan helikopter milik
MNC Media sebagai pengganti Citra Marga Nusaphala Persada yang telah dilepas sejak tahun
2009. Tol sepanjang 35 kilometer ini mulai beroperasi pada 26 Januari 2010. Ruas tol ini
menghubungkan daerah Cirebon di Jawa Barat dengan Pejagan di Jawa Tengah. Akhir dari
ruas tol tersebut adalah Pejagan di kilometer 248.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 5
e) Pejagan-Brebes-Pemalang
Jalan Tol Pejagan–Pemalang, adalah jalan tol yang terbentang sepanjang 57.5 kilometer yang
menghubungkan daerah Pejagan, Brebes dengan Pemalang, Jawa Tengah. Jalan tol ini
merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang akan menghubungkan Merak, Banten
hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Jalan Tol ini adala kelanjutan dari Jalan Tol Kanci-Pejagan
yang menghubungkan Pejagan, Brebes dengan Kota Brebes. Proyek tol ini dimulai dengan
ground breaking oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 23 Juli 2014. Konstruksi
jalan tol akan menggunakan rigid pavement atau perkerasan kaku dengan empat jalur pada
tahap awal dan enam jalur pada bagian akhirnya. Total investasi pembangunan jalan tol ini
sebesar Rp 4,8 triliun. Biaya ini akan dipenuhi oleh PT Pejagan Pemalang Tol Road (dimiliki
oleh anak usaha Waskita Karya) sebagai badan usaha jalan tol dengan didukung pinjaman dari
Bank Exim Indonesia. Pada bulan Puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 2016
Masehi/1437 Hijriyah, pemerintah berencana untuk melakukan pengoperasian Jalan Tol
Pejagan–Pemalang Seksi Satu (Pejagan - Brebes Barat) dan Seksi Dua (Brebes Barat -
Brebes Timur) secara resmi dan operasional. Untuk Jalan Tol Pejagan–Pemalang Seksi Tiga
(Brebes Timur - Tegal) dan Seksi Empat (Tegal - Pemalang) masih dalam tahap pembebasan
lahan dan konstruksi.
Tol ini terbagi menjadi 4 seksi:
• Seksi I (Pejagan - Brebes Barat) panjang 14,20 km
• Seksi II (Brebes Barat - Brebes Timur) panjang 6,00 km
• Seksi III (Brebes Timur - Tegal) panjang 10,40 km
• Seksi IV (Tegal - Pemalang) panjang 26,90 km
II. 2. Profil Jalan Nasional Pantai Utara (PANTURA)
Jalan Nasional Rute 1 adalah jalan utama di pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur
Pantura (Jalur Pantai Utara). Jalan pantura ini sebagian besar dibuat oleh Daendels yang
membangun Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan pada tahun 1808-an.
Tujuan pembangunan Jalan Raya ini adalah untuk mempertahankan pulau Jawa dari serbuan
Inggris. Jalan ini melewati 5 provinsi sepanjang 1.316 km di sepanjang pesisir pantai utara Jawa,
yaitu Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jalur Pantura melintasi
sejumlah kota-kota besar dan sedang di Jawa, selain Jakarta, antara lain Cilegon, Tangerang,
Bekasi, Karawang, Cikampek, Subang, Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan,
Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Rute ini
menghubungkan dua pelabuhan penyeberangan yaitu Merak di ujung Barat pulau Jawa dan
Ketapang di ujung Timur pulau Jawa. Merak merupakan pelabuhan penyeberangan menuju
Sumatera sementara Ketapang merupakan pelabuhan penyeberangan menuju Bali. Jalur ini
memiliki signifikansi yang sangat tinggi dan menjadi urat nadi utama transportasi darat, karena
setiap hari dilalui 20.000-70.000 kendaraan. Sebagina besar merupakan kendaraan besar dengan
beban muatan sumbu terberat di atas 10 ton.
Jalur Pantura menjadi perhatian utama saat menjelang Lebaran, di mana arus mudik melimpah
dari barat ke timur. Arus paling padat tedapat di ruas Jakarta-Cikampek-Cirebon-Tegal-Semarang.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 6
Di Cikampek, terdapat percabangan menuju ke Bandung (dan kota-kota di Jawa Barat bagian
selatan). Di Tegal, terdapat percabangan menuju ke Purwokerto (dan kota-kota di Jawa Tengah
bagian selatan). Di Semarang, terdapat percabangan menuju ke timur (Surabaya-Banyuwangi)
dan menuju ke selatan (Yogya-Solo-Madiun). Jalur Pantura ini sangat sering dilalui saat mudik
lebaran tiap tahunnya dan kini telah dipasangi CCTV agar kondisi dapat dipantau secara online
oleh para pemudik. Hal tersebut sangat membantu pemudik untuk menghindari kemacetan dan
memilih jalur alternatif lainnya selama arus mudik lebaran. Dengan adanya CCTV online,
kepraktisan dan kenyamanan mudik menjadi meningkat.
II. 3. Profil Terminal Bus Tegal, Kota Tegal
Terminal bus tegal terletak di jalan Arteri Primer Pantura kurang lebih 4 kilometer sebelah barat
pusat Kota tegal, desa sumurpanggang kecamatan margadana. Terminal bus ini beroperasi pada
tanggal 25 September 1996 dengan luas kurang lebih 8 ha dan luas bangunan 5 ha. Sekrang
terminal bus Tegal termasuk type Ayang berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan
Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota
(Angkot), dan Angkutan Pedesaan (Angdes).
Fasilitasnya terdiri:
a) Luas Tanah/area : 4,1 ha
b) Luas Bangunan : 4.500 m2
c) Fasilitas Utama Terminal Bus Tegal :
Jalur Keluar/Masuk ; 7 x 2.300 m2
Jalur Kedatangan Bus ; Luas : 1.680 m2, Kapasitas : 30 bus
Jalur Pemberangkatan Bus ; Luas : 3.480 m2, Kapasitas : 60 bus
Jalur/Tempat istirahat : Luas ; 1.680 m2, Kapasitas : 30 bus
Jalur menunggu Pemberangkatan; Luas : 1.680 m2, Kapasitas : 30 bus
Kendaraan Non Bus ; Luas : 3.600 m2, Kapasitas : 90 bus
Ruang Kantor Terminal: Luas ; 200 m2
Pos pengawasan dan penarikan Retribusi (TPR) : 1 tempat, TPR Non bus : 2 tempat
Pelataran parkir kendaraan pengantar ; Luas : 3.200 m2, Kapasitas: 120 kendaraan.
d) Fasilitas Pendukung terminal
Kios 107 buah
Loos 133 buah
Ruang/Pos Kesehatan
Ruang Petugas PAM Terpadu
Musholla
Kamar Kecil 4 Lokasi
Tower/Bak Penampung
Genset
Bak Air Bersih PDAM
Titipan Kendaraan Roda 2 dam Sepeda.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 7
II.4. Profil Stasiuan Kereta Api Tawang, Semarang
Stasiun Semarang Tawang (SMT) atau terkadang disebut juga Stasiun Tawang adalah stasiun
kelas besar tipe A di Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang. Stasiun yang terletak pada
ketinggian +2 meter ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi IV Semarang sekaligus stasiun terbesar di Kota Semarang.
Nama "Tawang" diambil dari nama kampung di dekat stasiun ini, yaitu Tawangsari. Stasiun
Semarang Tawang merupakan stasiun induk di Kota Semarang yang melayani kereta api eksekutif
dan bisnis, serta ekonomi. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia. Sejak
pertama kali di bangun, tak banyak perubahan terjadi di Stasiun Tawang. Hampir seluruh bagian di
stasiun ini tetap sama. Lapangan di depan Stasiun Tawang (sekarang menjadi Polder) juga
mempunyai nilai historis yang tinggi yaitu sebagai ruang terbuka di kawasan kota lama yang
difungsikan sebagai tempat upacara, olah raga, pertandingan dan sebaginya. Stasiun Semarang
Tawang merupakan pengganti Stasiun Tambak Sari milik N.I.S yang pertama. Adapun
pembangunan stasiun pertama tersebut ditandai dengan upacara pencangkulan tanah oleh
Gubernur Jenderal Mr. Baron Sloet van de Beele, bersamaan dengan pembentukan sistem
perangkutan kereta api milik N.I.S pad atanggal 16 Juni 1864. N.I.S melayani jalur Semarang –
Yogya – Solo. Setelah mengalami proses pembangunan yang tersendat-sendat akhirnya jalur
pelayanan kereta api ini terselesaikan pada 10 Pebruari 1870. Berkembangnya kegiatan
perdagangan menyebabkan stasiun Tambak Sari tidak memenuhi syarat lagi. Maka
direncanakanlah stasiun yang baru dengan arsitek J.P de Bordes. Setelah kemerdekaan Republik
Indonesia, stasiun ini diambil alih oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Semarang dan diganti
dengan nama Perusahaan Jawatan Kereta Api Tawang (PJKA). Stasiun Semarang Tawang
merupakan ikon yang penting bagi kawasan Kota Lama. Pada masa lalu terdapat sumbu visual
yang menghubungkan stasiun ini dengan Gereja protestan ( Blenduk ). Sehingga peran stasiun ini
dalam pembentukan citra kawasan sangat penting dan mampu menambah nilai kawasan. Integritas
arsitektur Indische sangat kuat dan banyak terpengaruh unsur lokal. Integritas kekriyaan ditampilkan
dalam detil bermotif dan berwarna. Integritas setting masih tetap seperti semula. Sedangkan
integritas type bangunan merupakan ruang kantor. Integritas kesinambungan fungsi yaitu sebagai
bangunan pengangkutan masih terjaga dengan baik. Kaitan bangunan dengan sejarah yaitu
pembangunannya ditujukan untuk menggantikan stasiun Tambak Sari di Pengapon, dengan
perancang adalah JP Bordes. Selain itu kaitan bangunan dengan sejarah perangkutan milik NIS
tidak kecil. Arsitekturnya unik, dengan ciri arsitektur Indische yang bahan untuk elemen dinding
yang bermotif dan berwarna menjadikan bangunan ini sangat estetis. Dilihat dari segi lansekap kota,
Stasiun Tawang menambahkan kualitas dan potensi dari ruang terbuka di kawasan tersebut.
Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia setelah Semarang Gudang dan
diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868 untuk jalur Semarang Tawang ke Tanggung. Pada tahun
1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan berlanjut hingga Stasiun
Lempuyangan di Yogyakarta. Di sisi utara stasiun ini, juga akan dibangun terminal petik emas. Hal
ini dilakukan guna mempermudah proses pengangkutan peti kemas menuju ke Pelabuhan Tanjung
Emas, Semarang. Letak stasiun ini tidak terlalu jauh dari pusat kota, kurang lebih 5 kilometer.
Stasiun ini juga tidak jauh dari objek wisata Kota Lama dan Pasar Johar. Di depan stasiun ini
terdapat kolam yang berguna untuk menampung air banjir di Kota Semarang bagian bawah yang
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 8
sering disebut dengan sebutan polder. Bangunan luar stasiun ini masih utuh menggunakan
bangunan buatan Belanda dulu. Stasiun ini memiliki 6 jalur aktif dan 2 jalur buntu. Jalur 1 (paling
selatan) berfungsi untuk persinggahan KA jarak jauh atau menengah yang menaikturunkan
penumpang di stasiun ini; jalur 2 untuk persinggahan KA apabila di jalur 1 dan 3 ada KA yang
berhenti; jalur 3 untuk kedatangan dan keberangkatan KA jarak jauh dan menengah yang berhenti
di stasiun ini serta juga untuk parkir serta persiapan untuk keberangkatan KA Argo Muria, Argo
Sindoro, Menoreh, dan Kamandaka; jalur 4 sebagai sepur lurus pertama untuk melintas
langsungnya KA dari arah timur maupun barat; jalur 5 sebagai sepur lurus kedua khusus untuk
kedatangan dan keberangkatan KA komuter; jalur 6 untuk persilangan KA; serta jalur 7 dan 8 (jalur
buntu) digunakan sebagai parkir gerbong yang sedang tak terpakai dan tempat untuk pencucian
KA. Stasiun ini merupakan stasiun yang sangat sibuk karena semua kereta penumpang yang
melintasi jalur utara, baik kelas eksekutif, bisnis, maupun ekonomi harus berhenti di sini. Hanya KA
Jayabaya dan angkutan barang selain parsel ONS yang tidak berhenti di stasiun ini. Dulunya, hanya
kereta api kelas eksekutif dan bisnis yang berhenti di stasiun ini, sementara kereta kelas ekonomi
dan komuter berhenti di Stasiun Semarang Poncol.
III. KESIAPAN KEMENTERIAN TERKAIT BERKENAAN DENGAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI
ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016
Masyarakat melakukan mudik dengan berbagai moda transportasi, yaitu: kendaraan roda empat pribadi
(Mobil), Kendaraan Roda Dua (motor), angkutan darat umum/bus, pesawat udara, kereta api, dan
kapal laut/ ferry. Dengan penggunaan moda transportasi diatas, maka pemerintah mempunyai tugas
dengan fokus untuk mengawasi dan menertibkan titik-titk yang akan dilalui oleh pemudik yaitu :
Untuk kendaraan pribadi roda empat sebagian besar menggunakan jalur jalan toll.
Untuk kendaraan roda dua jalur non tol
Untuk bus titik pengaturan selama perjalanan dan terminal bus
Untuk pesawat udara titik pengaturannya di Bandar udara
Untuk kereta api titik pengaturannya akses menuju stasiun
Untuk kapal laut/ ferry akses pengaturannya menuju pelabuhan dan dipelabuhankapal/ ferry
Posko Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2016 dari Kemenhub mulai dibuka 24 Juni 2016 atau H-12
hingga 17 Juli 2016 atau H+10. Puncak arus mudik akan terjadi pada H-3 (Minggu, 3 Juli 2016) untuk
moda angkutan jalan, sementara untuk laut, kereta api dan udara diprediksi terjadi pada H-4 (Sabtu, 2
Juli 2016).
III.1. KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Menteri Perhubungan menjelaskan rencana operasi angkutan lebaran terpadu tahun 2016 sebagai
berikut :
Dasar hukum Rencana kegiatan operasi angkutan lebaran terpadu tahun 2016 adalah Inpres
No.3/2004 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu dimana Menteri
Perhubungan merupakan Koordinator Penyelenggaraan Angkutan Lebaran
Waktu penyelenggaraan dimulai pada 24 Juni – 17 Juli 2016 (H-12 s/d H+10)
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 9
Wilayah penyelenggaran meliputi seluruh Indonesia dengan menitikberatkan pada angkutan jalan
raya, angkutan penyebarangan, angkutan laut, angkutan udara dan angkutan kereta api masing-
masing di beberapa daerah dengan karakteristik mode angkutan sebagaimana disebutkan
Untuk mudik gratis jumlah sepeda motor yang ikut program naik 23,30 % dibanding 2014 . Jumlah
penumpang juga mengalami kenaikan sebesar 52,70 %.
Prediksi Penumpang angkutan umum yang melalui moda
Jalan sebesar -7,87 %
Penyeberangan sebesar 3,54 %
Kereta Api sebesar 4,63 %
Laut sebesar 3,00 %
Udara sebesar 7,62 %
Prediksi Angkutan pribadi dengan moda mobil pribadi sebesar 4,5 %. Sedangkan sepeda motor
sebesar 50 %
Ada beberapa titik yang menjadi daerah titik kemacetan diantaranya cikampek, Cirebon, pejagan,
berebes tegal dll dengan berbagai penyebab antara lain kepadatan kendraan di tol ,pasar tumpah,
titik pertemuan kendaraan, dll
Kesiapan saran dan prasarana pada moda jalan naik 1.607, tahun 2015 jumlah bus 46.478
dibanding tahun 2014 sebanyak 44.871 bus. Penyebanrangan naik 8 kapal, laut naik 11 kapal,
udara naik 59 pesawat, kereta api baik lokomotif dan kereta dilaporkan naik.
Kesiapan sarana dan prasarana pelabuhan peyeberangan dilaporkan pada umumnya baik.
Jumlah pelabuhan laut yg disiapkan adalah 52 pelabuhan. Jumlah bandara sebanyak 35 bandara.
Sedangkan jumlah stasiun kereta api berjumlah 9 DAOP dan 4 DIVRE
Kebijakan dan Koordinasi yang akan dilakukan pada moda :
Transportasi darat antara lain : kesiapan sarana dan prasarana jalan, manajemen operasional,
pelarangan dan pembatasan oprasi mobil barang, pengaturan pola operasi kapal
penyebaerangan, dll.
Transportasi Kereta Api : penyelenggaran angkutan sepeda motor gratis dengan KA,
memenuhi stamformasi rangkaian KA, maksimalisasi ketersediaan slot perjalanan luar biasa
lebaran, dll.
Transportasi udara : mengawasi kesiapan bandara udara di tiap wilayah, mengawasi
pelaksanaan optimalisasi slot time, melakukan publikasi notam , peningkatan pengawasan
pada aspek Keamanan dan keselamatan , dll
Transportasi laut : optimalisasi kapal perintis, kapasitas angkut penumpang berdasrkan aspek
teknik kapal dan aspek keselamatan, menyiapkan aplikasi SIM angkutan laut lebaran,
monitoring, dll
Kesiapan Penangangan Keselamatan dilakukan antara lain :
Publikasi cuaca dari BMKG
KNKT menyiapkan Tim siaga ivestigasi
Basarnas menyiapkan sarana dan prasarana
Kemenkes membentuk pos pelayanan kesehatan
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 10
Masing-masing sub sektor kemenhub menyelengggarakan posko
Kesiapan Penanganan Keselamatan / inspeksi keselamatan:
Angkutan jalan dilaksanakan dari 6-24 Juni 2016 pada 22 terminal dan 17 Pool Bus
Angkutan udara dilaksanakan 27mei-16 Juni 2016 pada 23 Bandara, 31 Maskapai, 466
pesawat udara.
Angkutan laut dilaksanakan pada tanggal 6-18 Juni 2016 meliputi 52 pelabuhan
Kereta api dilaksanakan pada tanggal 7-20 Juni 2016 yang meliputi 9 daerah operasi dan 4
Divisi Regional.
III.2. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERUMAHAN RAKYAT (KEMENPUPR)
a) APBN Kementerian PUPR Tahun 2016 daerah Jawa Tengah jumlah keseluruhan adalah
Rp6.625.227.898,- dan khusus untuk DITJEN BINA MARGA berjumlah Rp2.736.128.739,-
b) Kesiapan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Jawa-Bali:
Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
sepanjang ± 7.164,02 km dan 668 km jalan tol.
Kondisi jalan Pulau Jawa pada umumnya mantap dan siap dilalui arus Lebaran.
Perlu mendapat perhatian: Kemacetan antrian Exit Tol Brebes Timur, Jembatan Sipait masih
tahap penyelesaian, dan Jalan Raya Kaligawe Semarang akibat rob.
c) Kesiapan Prasarana Jalan Tol Jalur Mudik Lebaran Tahun 2016
Peningkatan Pelayanan Jalan Tol: Penambahan dan pemanfaatan ruas jalan tol; Peningkatan
aspek keselamatan; Peningkatan fasilitas pelayanan di rest area; dan, Pengintegrasian sistem
pembayaran jalan tol.
Jalan Tol Siap Digunakan Pada Jalur Mudik Lebaran 2016
Pejagan - Pemalang/Brebes Timur (Operasi 26 km), Jawa Tengah
Surabaya - Mojokerto (Operasi 18 km), Jawa Timur
Kertosono-Mojokerto/Mojokerto Barat-Mojokerto Utara (Operasi 5 km), Jatim
Bawen - Salatiga (Fungsional 17,57 km), Jawa Tengah
Solo - Kertosono (Fungsional 20 km), Jawa Tengah (antara Solo – Sragen)
d) Integrasi Gerbang Tol Jakarta – Brebes Timur:
7 menjadi 3 gerbang tol sehingga dapat mengurangi antrian,
Pemberlakukan pembayaran tunai maupun non tunai menggunakan e-payment dari beberapa
bank,
Palimanan menjadi gerbang bersama, 11 menjadi 26 gardu.
e) Jalan Baru Lingkar Sumpiuh sekitar 5 km siap dilewati arus Mudik Lebaran 2016
f) Kondisi jalan Pulau Bali pada umumnya mantap dan siap dilalui arus Lebaran/Pariwisata
g) Kebijakan Kementerian PUPR dalam Menghadapi Arus Mudik
Menyelesaikan perbaikan jalan H-14: Semua pekerjaan fisik di lapangan akan selesai secara
fungsional pada H-14.
Menyiagakan alat berat untuk daerah rawan longsor: Alat-alat berat telah disiapkan dan
ditempatkan di lokasi-lokasi rawan bencana tanah longsor.
Tetap mengaktifkan (melanjutkan) tim satgas banjir: Antisipasi musim hujan dan rob.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 11
III.3. KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA (BMKG)
1. Tugas dan Peran BMKG
Keputusan Menteri Perhubungan nomor KP 322 Tahun 2016 Tentang: “Tim Koordinasi
Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2016 (1437 H)”:
a) Membantu dan memberi saran tentang kebijakan angkutan lebaran terpadu tahun 2016 (1437)
kepada koordinator pelaksana tingkat nasional, khususnya di bidang meteorologi, klimatologi
dan geofisika;
b) Menghimpun data, informasi dan prakiraan cuaca serta menyampaikan kepada seluruh
instansi/badan/perusahaan yang terlibat dalam penyelenggaraan angkutan lebaran terpadu
tahun 2016 (1437 H);
c) Bersama instansi terkait mengkoordinasikan penyelenggaraan Pos Koordinasi Angkutan
Lebaran Terpadu Tahun 2016 (1437 H) Tingkat Nasional bidang MKG yang meliputi persiapan,
pelaksanaan dan pengawasaanya, sehingga pelaksanaan Pos koordinasi Bidang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika berjalan dengan aman, tertib dan lancar;
d) Menyiapkan jadwal petugas Pos Koordinasi Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2016 (1437)
Tingkat Nasional, khususnya di bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika;
e) Dalam melaksanakan tugasanya bertanggung jawab kepada koordinator Pelaksana Tingkat
Nasional.
2. Pelaksanaan Posko
a) Waktu: 24 Juni 2016 pukul 00.00 s/d 17 Juli 2016 pukul 24.00 WIB
b) Tempat:
Tingkat Nasional:
1) Kementerian Perhubungan ( Ruang Nanggala Lantai VII Gedung Cipta, Jl. Merdeka
Barat No. 8 Jakarta)
2) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (Kantor Pusat), Gedung C Lantai IV Jl.
Angkasa I No. 2 Jakarta.
Tingkat Provinsi:
1) UPT BMKG di setiap Propinsi
2) Posko Tambahan di Pelabuhan Merak
III.4. KEPALA KORDINATOR LALU LINTAS (KAKORLANTAS)
1. Tugas Pokok Operasi Ramadniya – 2016:
Mabes Polri beserta Polda, Polres dan Polsek didukung TNI, Kemenhub, Kemenkes, Kemendagri,
Kemendag, Kemen Pu Pera, Jasa Raharja, Jasa Marga dan Mitra Kamtibmas lainnya
menyelenggarakan operasi kepolisian terpusat dengan sandi operasi “R m -2016” selama
16 hari (Tgl 30 Juni S/D 15 Juli 2016) dengan mengedepankan kegiatan preemtif, preventif dan
penegakan hukum dalam rangka pam kegiatan Idul Fitri 1437 H, guna mewujudkan situasi
kamtibmas kondusif sehingga masyarakat dapat merayakan dengan rasa aman dan nyaman.
2. Pelibatan Kekuatan Operasi Ramadniya – 2016:
57.115 personil (Mabes POLRI 756; POLDA 89.613; dan, Instansi Terkait 66.746 personil)
3. Prediksi Kemacetan Jalur Tol Operasi Ramadniya - 2016
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 12
Merak; Cikampek dan sekitarnya; Cirebon – Pejagan – Brebes – (Ps. Gebang, Akses Tol Pejagan
dan Pejagan); Akses Tol Semarang – Ungaran; Semarang – Bawen; dan, Surabaya - Pandaan
4. Penyebab Kemacetan Operasi Ramadniya-2016
SPBU; Persimpangan dan penyempitan jalan; Pasar tumpah; Perlintasan kereta api; Rumah makan;
Daerah rawan banjir/longsor; Masjid; Jalan rusak; Jalur ke lokasi wisata; dan, Pelabuhan
penyeberangan
5. Daerah Operasi Ramadniya-2016
Zona I: Polda Lampung, banten, Metro, Jabar, DIY, Jatim, dan Bali
Zona II: 24 polda di luar Zona I
6. Lokasi Rawan Kemacetan Operasi Ramadniya – 2016
Dari gerbang tol Merak menuju pintu masuk pelabuhan Merak
Pertemuan arus lalu lintas di simpang susun Cikunir (km. 10.400) tol Cikampek
Seluruh rest area tol Cikampek (km. 19 – km. 33 – km. 39 – km. 57) arus mudik
GT. Cikarang Utama (pengambilan tiket)
GT. Palimanan (pembayaran dan pengambilan tiket)
GT. Brebes Timur (pembayaran)
Wil. Tegal Kota
Seluruh rest area tol Cikampek (km. 62 – km. 42 – km. 32) arus balik
IV. HASIL TEMUAN PADA KUNJUNGAN LAPANGAN
Hasil peninjauan dan temuan terkait Kunjungan Kerja Spesifik Persiapan Infrastruktur dan Transportasi
Angkutan Lebaran Tahun 2016 ke Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagai berikut:
1. Jalan Toll:
Komisi V DPR RI mengkritisi adanya warna marka jalan di Jalan Tol Pejagan-Brebes Timur
dapat membahayakan keselamatan pengguna jalana tol;
Komisi V DPR RI mengkritisi adanya kekurangan nyamanan pada pelayanan di rest area,
yaitu kapasitas parkir dan juga penyediaan air yang tidak memadai untuk tempat buang air
(WC);
Komisi V DPR RI mengkritisi adanya penumpukan/antrian kendaraan di setiap pintu tol karena
waktu transaksi pembayaran yang masih menggunakan uang cash.
2. Ruas Jalan Pantura Brebes-Semarang:
Komisi V DPR RI mengingatkan adanya pengecilan lajur jalan di setelah pintu tol Brebes
Timur yang dapat memicu penumpukan kendaraan (macet);
Komisi V DPR RI mengingatkan Adanya pasar tumpah disepanjang jalur pantura yang dapat
memicu penumpukan kendaraan (macet);
Komisi V DPR RI meminta kepada pihak KEMENPUPR agar mengutamakan penyelesaian
pembangunan jembatan Cipait-Pekalongan.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 13
3. Stasiun Kereta Api Tawang, Kota Semarang
Komisi V DPR RI mengingatkan kepada pihak pengelola stasiun Kereta Api Tawang-Semarang
untuk mengatasi banjir ROB yang selalu melanda stasiun di tahun-tahun lalu, agar pihak
stasiun dapat menyiapkan tempat penampungan banjir ROB di Stasiun Kereta Api Tawang-
Semarang;
Komisi V DPR RI mengingatkan pihak Staisun Kereta Api Tawang-Semarang agar
meningkatkan pelayanan untuk menerima penumpang arus mudik maupun arus balik pada
angkutan lebaran tahun 2016.
V. KESIMPULAN/REKOMENDASI
Beberapa kesimpulan/rekomendasi dari Kunjungan Kerja Spesifik dalam rangka penijauan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali antara
lain:
1. Komisi V DPR RI mengapresiasi kesiapan Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR,
BMKG, Basarnas, Kepolisian RI/Kakorlantas, Badan Pengelola Jalan Toll (BPJT), PT Jasa Marga,
PT Lintas Marga Sedaya dan jajarannya terkait persiapan angkutan lebaran yang telah
terkoordinasi dengan baik.
2. Komisi V DPR RI mengkritisi adanya marka jalan di jalur toll baru Pejagan-Brebes Timur yang
harus diganti warna catnya dari warna putih menjadi warna kuning untuk membedakan batas jalan
dengan trotoar, bila tidak diganti maka dapat membahayakan para pengguna jalan tol.
3. Komisi V DPR RI menghimbau kepada pengelola jalan tol agar menyiapkan dengan baik tempat
istirahat (Rest Area) utamanya tempat parkir kendaraan, sarana istirahat, sarana ibadah, sarana
WC dan sarana penunjang lainnya demi kenyamanan para pengguna jalan toll dalam rangka arus
mudik dan arus balik lebaran tahun 2016.
4. Komisi V DPR RI mengingatkan kepada aparat yang bertugas yaitu pihak Korlantas Mabes Polri,
bahwa akan adanya penumpukan kendaraan di pintu keluar tol Brebes Timur utamanya mengenai
rekayasa lalu lintas yang akan dilakukan bila terjadi penumpumpukan kendaraan (Macet).
5. Komisi V DPR RI menghimbau kepada Kementerian PUPR agar segera menyelesaikan proyek
jembatan Sipait, Pekalongan, Jawa Tengah.
6. Komisi V DPR RI menghimbau kepada kementerian perhubungan dan kementerian PUPR serta
aparat dan jajaran yang bertugas selama berlangsungnya arus mudik dan arus balik lebaran tahun
2016, agar memberikan rasa aman dan nyaman terhadap masyarakat yang akan mudik
kedaerahnya masing-masing.
Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi Angkutan
Lebaran ke Jawa Barat dan Banten, 23-24 Juni 2016 Hal 14
VI. PENUTUP
Demikian Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI dalam rangka persiapan
infrastruktur dan transportasi angkutan Lebaran Tahun 2016 ke Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah,
yang dilaksanakan tanggal 23-24 Juni 2016.
Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI akan menjadikan laporan ini sebagai
masukan bagi Komisi V DPR RI terutama sebagai bahan bagi fungsi Pengawasan dan Penganggaran.
Selain itu hasil Kunjungan Kerja ini juga akan diserahkan kepada Pemerintah untuk dapat
ditindaklanjuti terutama dalam melakukan perencanaan bagi pembangunan, perbaikan dan
pemeliharaan infrastruktur bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
KOMISI V DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH
KETUA
Ir. H. YUDI WIDIANA ADIA, M.Si
A-101