29
PERCOBAAN 7 PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL (METODE KJELDAHL) I. Tujuan Memahami metode Kjeldahl untuk penentuan kadar protei total. II. Prinsip Berdasarkan reaksi oksidasi dari sampel oleh H 2 SO 4 dengan menggunakan katalisator (misalnya: campuran pereaksi Selenium) sehingga protein dan asam amino menjadi (NH 4 ) 2 SO 4 III. Teori dasar Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur

Laporan Metode Kjeldahl

Embed Size (px)

DESCRIPTION

njmklmnjklmjniklmnjmn l

Citation preview

PERCOBAAN 7

PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL

(METODE KJELDAHL)I. TujuanMemahami metode Kjeldahl untuk penentuan kadar protei total.II. PrinsipBerdasarkan reaksi oksidasi dari sampel oleh H2SO4 dengan menggunakan katalisator (misalnya: campuran pereaksi Selenium) sehingga protein dan asam amino menjadi (NH4)2SO4III. Teori dasarProtein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti yang paling utama. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan Van Der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen.Protein adalah makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel hidup dan merupakan 50% atau lebih berat kering sel. Protein ditemukan dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat bervariasi, ratusan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam satu sel. Semua protein, baik yang berasal dari bakteri yang paling tua atau yang berasal dari bentuk kehidupan tertinggi, dibangun dari

rangkaian dasar yang sama dari 20 jenis asam amino yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20 molekul unit pembangun ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein. Yang paling istimewa adalah bahwa sel dapat merangkai ke-20 asam amino dalam berbagai kombinasi dan urutan, menghasilkan peptida dan protein yang mempunyai sifat-sifat dan aktivitas berbeda. Dari unit pembangun ini organisme yang berbeda dapat membuat produk-produk yang demikian bervariasi, seperti enzim, hormon, lensa protein pada mata, bulu ayam, jaring laba-laba, dan sebagainya (Lehninger, 1982).

Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas asam-asam amino sebagai monomernya. Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki lebih dari 100 residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusun sangat spesifik. Suatu protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimia lain disebut protein sederhana. Contohnya enzim ribonuklease dan khimotripsinogen. Namun, banyak protein yang mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivat vitamin, lipid, atau karbohidrat, protein ini disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari jenis protein disebut gugus prostetik. Contohnya lipoprotein mengandung lipid dan glikolipid mengandung gula. Protein merupakan makromolekul (BM besar 5000-1.000.000) yang umumnya terdiri dari 20 macam asam amino. Protein merupakan polimer yang terdiri dari satu asam amino yang terikat secara kovalen.

Asam amino berikatan secara kovalen satu dengan yang lain dalam variasi urutan bermacam-macam, membentuk rantai polipeptida. Ikatan antara asam amino disebut ikatan peptide.

Ikatan peptide adalah ikatan antara gugus -karboksil dari asam amino 1 dengan gugus -amino dari asam amino lain.

Dalam struktur protein terdapat ikatan kimia lain diantaranya ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, ikatan van der Waals dan Ikatan sulfhidril. Struktur tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, suhu, medium pelarut organic dan detergen. Protein umumnya reaktif dan sangat spesifik karena terdapat gugus samping yang reaktif (dapat berupa kation, anion, hidroksil aromatik, hidroksil alifatik, amin, amida, tiol, heterosiklik) dan memiliki susunan khas struktur maromolekul.Macam-macam ProteinPepsin termasuk protein katalitik (enzim pada lambung) yang berfungsi mencerna protein, memungkinkan protein dapat dipecah menjadi asam amino, digunakan dalam seluruh metabolisme hidup manusia.

Kolagen termasuk protein structural, contoh serat kolagen pada organ kulit. Kolagen berfungsi memberikan ketahanan struktural dan elastisitas pada kulit sehingga kulit tidak mudah rusak, tampak kencang. Kolagen juga merupakan salah satu protein structural terkuat, contohnya sutra yang dihasilkan oleh laba-laba Nephila sp., yang juga merupakan protein, adalah serat terkuat yang pernah ditemukan bahan baku rompi anti peluru.

Aktin & Myosin, termasuk protein yang memiliki fungsi mekanik, merupakan protein kontraktil pada sel otot manusia & hewan, berfungsi melakukan kerja yang menghasilkan kontraksi otot, misalnya pada otot polos & otot jantung, aktin & myosin bekerja terus-menerus, bila kerja terganggu bias berakibat fatal.Ferritin, termasuk protein penyimpan, misalnya menyimpan Fe dalam sel. Ferritin berfungsi memberikan cadangan Fe saat sel memerlukannya untuk memproduksi senyawa ber-Fe. Fe merupakan salah satu molekul terpenting dalam kehidupan manusia. Fe terdapat pada hemoglobin. Kekurangan Fe dapat menyebabkan anemia.Hemoglobin, termasuk protein yang berperan sebagai pengangkut, membawa oksigen pada darah manusia. Hemoglobin memiliki gugus non-asam amino pada strukturnya, memiliki cincin porfirin Fe yang berfungsi sebagai gugus pengikat oksigen. Perubahan urutan satu asam amino Glu menjadi Val pada hemoglobin mengakibatkan penyakit sickle cell anemia.Insulin, termasuk protein pengatur/hormon yang berfungsi menurunkan kadar gula darah. Insulin dihasilkan oleh sel-sel Langerhans pada pancreas. Kekurangan insulin mengakibatkan tidak dapat menurunkan kadar gula darah sehingga menyebabkan diabetes insulin dependent, untuk mengatasinya harus disuntik insulin.Imunoglobulin, termasuk protein pertahanan/perlindungan, berfungsi mengenali dan memberikan perlawanan terhadap materi asing, terdapat pada membran sel darah putih, reaktif terhadap ancaman, merupakan bodyguard alami yang diciptakan & bekerja tanpa disadari.Toksin dari bisa ular (neurotoksin,hemotoksin), termasuk protein toksin misalnya pertahanan diri ular dari musuh, senjata untuk mendapat makanan.Uji kuantitatif dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan protein dalam suatu bahan salah satunya metode Kjeldahl. Metode Kjeldahl dugunakan untuk menentukan kadar protein total, biasanya diaplikasikan pada makanan. Dengan metode ini dapat dihitung kadar protein kasar (crude protein) karena yang dihitung adalah total N, sehingga akan ikut terhitung senyawa lain yang mengandung N namunbukan merupakan protein.Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan H2SO4 dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan (NH4)2SO4. Setelah pembebasan dengan alkali/basa kuat, ammonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.

Kentungan menggunakan Metode Kjeldahl,diantaranya : Secara internasional dan masih merupakan metode standar untuk perbandingan terhadap semua metode lainnya. presisi tinggi dan baik reproduktifitas telah membuat metode utama untuk estimasi protein dalam makanan.

Kerugian menggunakan Metode Kjeldahl,diantaranya :

Memberikan ukuran protein yang benar, karena semua nitrogen dalam makanan tidak dalam bentuk protein. Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karena mereka memiliki urutan asam amino yang berbeda. Penggunaan asam sulfat pekat pada suhu tinggi menimbulkan bahaya yang cukup besar, seperti halnya penggunaan beberapa kemungkinan katalis teknik ini memakan waktu untuk membawa keluar.Analisis protein dengan metode Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu proses destruksi, destilasi dan titrasi.1. Proses destruksi Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam H2SO4 pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurny. Elemen karbon, hydrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogen akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 (Sodium sulfate) dan HgO (Merkuri oksida) 20 : 1. Gunning mengajurkan menggunakan K2SO4 (Kalium sulfat) atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titik didih H2SO4 akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium (Se) yang dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.

2. Proses destilasi Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam H2SO4 dipecah menjadi (NH4)2SO4 dengan penambahan NaOH sampai akalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonium yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh HCl atau H3BO3 4 % dalam jumlah yang berlebiha. Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indicator misalnya BCG MR (campuran brom cresol green dan methyl red) atau PP (phenol pthalein).

3. Proses Titrasi Titrasi merupakan tahap akhir dari seluruh metode Kjeldahl pada penentuan kadar protein dalam bahan pangan yang dianalisis. Apabila penampung destilat digunakan HCl maka sisa HCl yang bereaksi dengan dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Titik akhir titrasi ditandai dengan tempat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indicator PP.

Apabila penampungan destilasi digunakan H3BO3 maka banyaknya H3BO3 yang bereaksi dengan dapat diketahui dengan titrasi menggunakan HCl 0,1 N dengan indicator (BCG-MR). Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.

Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu factor. Besarnya factor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.

Protein mengandung 16% nitrogen, sehingga perhitungan kadar protein total:

Alat & bahanAlat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Kjeldahl Flask, alat destilasi, Erlenmeyer flask, beaker glass, graduated cylinder (gelas ukur), thermometer, medicine dropper (pipet tetes) dan heater (alat pemanas).

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel makanan yang diduga mengandung protein, K2SO4(Potassium sulfate), HgO (Mercury(II) oxide), H2SO4 (Sulfuric acid), Lempeng Zn (Zinc), NaOH 0,1N (Sodium hydroxide), HCl 0,1N (hydrochloric acid), indicator phenolphthalein, Aquadest dan Air esProsedur kerjaDitimbang 250 mg Kacang hijau, bahan yang telah dihaluskan dan dimasukkan dalam labu Kjeldahl (kalau kandungan protein tinggi, misal kedelai gunakan bahan kurang dari 1 g) kemudian ditambahkan 7,5 g Kalium Sulfat (K2SO4) dan 0,35 g Raksa Oksida (HgO) dan 15 ml H2SO4. Dipanaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan diteruskan pemanasan sampai mendidih dan cairan sudah menjadi jernih. Ditambahkan pemanasan kurang lebih 30 menit, matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin. Selanjutnya ditambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, ditambahkan 15 ml larutan Kalium Sulfat (K2SO4) 4% (dalam air) dan akhirnya ditambahkan perlahan-lahan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 50% sebanyak 50 ml yang telah didinginkan dalam lemari es. Dipasang labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Dipanaskan labu Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian panaskan dengan cepat sampai mendidih. Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku Asam Klorida (HCl) 0,1 N sebanyak 50 ml dan indicator phenolphthalein 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam klorida 0,1N. Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa larutan asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida 0,1N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari merah menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko.IV. Hasil Pengamatan1. Destruksi250 mg kacang hijau yang telah dihaluskan + 7,5 g Kalium Sulfat + 0,35 g Raksa Oksida + 15 ml Larutan H2SO4. Dipanaskan menghasilkan larutan berwarna hitam.

Terbentuknya asap putih dan larutan menjadi bening 2. DestilasiLarutan bening hasil destuksi + 100 ml aquadest dalam didinginkan + beberapa lempeng Zn, ditambahkan 15 ml larutan Kalium Sulfat + Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 50% sebanyak 50 ml yang telah didinginkan dalam lemari es. terbentuknya larutan biru.3. Titrasi Hasil destilasi + Asam Klorida (HCl) 0,1 N sebanyak 50 ml + 5 tetes indicator phenolphthalein 0,1% b/v (dalam etanol 95%) + natrium hidroksida 0,1N. terbentuk larutan berwarna merah muda

V. Perhitungan

VI. PembahasanAnalisa protein dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan kadar protein dalam bahan pangan dengan menggunakan metode Kjedahl dimana menurut literature yang ada menyebutkan bahwa metode ini untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Prinsip Metode kjedahl yaitu reaksi oksidasi dari sampel oleh H2SO4 dengan menggunakan katalisator sehingga protein dan asam amino menjadi (NH4)2SO4. Prinsip kerja dengan metode kjedahl yaitu protein dan komponen organik dalam sampel akan didestruksi dan hasil destruksi akan dinetralkan melalui proses destilasi. Destilat kemudian di tampung dan di titrasi dengan NaOH. Proses lanjut menghitung kadar protein kasar (crude protein).Tahapan pertama penentuan kadar protein ini yaitu destruksi, destruksi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur protein yaitu pemutusan ikatan peptide pada asam amino. Pada tahap destruksi, sampel dilakukan pemanasan dengan H2SO4 pekat sehingga merupakan proses pengubahan terjadi penguraian sample menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4 dan unsur N yang dihasilkan akan dipakai untuk menentukan kadar protein. Proses ini berlangsung selama sampel yang ditambah dengan K2SO4 dan HgO sebagai katalisator direaksikan dengan H2SO4pekat dan dididihkan di atas pemanas labu Kjeldahl. Tujuan ditambahkan katalisator untuk mempercepat proses destruksi. Dengan penambahan K2SO4 dan HgO sebagai katalisator akan mempercepat proses destruksi dengan menaikan titik didih H2SO4 saat dilakukan penambahan H2SO4 pekat, serta untuk mempercepat kenaikan suhu H2SO4, sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Tiap 1 gram K2SO4menaikkan titik didih 3 oC. H2SO4 pekat disini berfungsi untuk mendestruksi protein menjadi unsur-unsurnya karena bersifat oksidator kuat. Penambahan H2SO4 dilakukan dalam ruang asam, bertujuan untuk menghindari sulfur (S) yang berada di dalam protein terurai menjadi SO2 yang sangat berbahaya. Dari proses ini semua ikatan N dalam bahan pangan akan menjadi kecuali ikatan N=N; NO; dan NO2. Ammonia (NH3) dalam H2SO4 terdapat dalam bentuk . Pada tahap ini juga menghasilkan CO2, H2O, dan SO2yang terbentuk adalah hasil reduksi dari sebagian asam sulfat dan menguap.

Reaksi yang terjadi selama destruksi

Selama proses destruksi, akan dihasilkan gas SO2 yang berbau menyengat dan dapat membahayakan jika dihirup dalam jumlah relative banyak. Menurut literature proses ini, gas yang di hasilkan ini akan bergerak ke atas (tersedot penutup) dan disalurkan ke alat penetral. Alat ini terdiri dari dua larutan, yaitu NaOH dan Aquadest. Awalnya, gas SO2 akan masuk ke dalam tabung yang berisi NaOH, kemudia gasr hasil penetralan tahap pertama masuk ke dalam tabung keedua yang berisi aquadest. Dalam tabung ini, kembali terjadi penetralan, sehingga diharapkan semua gas SO2 telah ternetralkan. Selain dibebaskan gas SO2, juga di bebaskan gas CO2, serta H2O. Hal ini sesuai dengan reaksi sebagai berikut :

Hasil proses destruksi larutan menjadi berwarna jernih, ini menunjukkan bahwa semua partikel bahan padat telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat padat yang tersisa. Larutan jernih ini mengandung senyawa . Proses selanjutnya larutan hasil destruksi didinginkan, tujuannya supaya suhu sampel sama dengan suhu ruangan dan bisa di lakukan proses selanjutnya yaitu proses destilasi.

Larutan sampel jernih yang telah dingin, ditambahkan dengan aquadest untuk melarutkan sampel hasil destruksi yang bertujuan agar hasil destruksi dapat didestilasi dengan sempurna, serta untuk lebih memudahkan proses analisis. Kemudian dilakukan penambahan logam Zink pada larutan sampel, bertujuan agar proses destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemicikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar. Selanjutnya penambahan larutan kalsium sulfat (dalam air) dan natrium hidroksida. Fungsi masing-masing larutan tersebut yaitu, penambahan larutan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Kemudian untuk larutan kalium sulfat menurut literatur kalium sulfat akan membentuk ion kompleks antara amonium sulfat dengan Hg dari katalisator (HgO), sedangkan kalium sulfat juga sebagai katalisator. Seharusnya menurut literatur reaksi positif dari proses ini adalah untuk mencegah terjadinya ion kompleks antara amonium sulfat dengan Hg dari katalisator (HgO) yang membentuk merkuri amonia sehingga membentuk ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi

Pada tahap destilasi, amonium sulfat akan di pecah menjadi amonia (NH3) dari penambahan NaOH yang akan menyebabkan reaksi antara NaOH dengan amonium sulfat. Dan proses lanjutnya dilakukan pemanasan labu Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan tercampur, dan dipanaskan sampai mendidih. Untuk tabung erlenmeyer di masukkan larutan baku yaitu HCl dan indikator phenolphthalein 0,1% b/v (dalam etanol 95%). Erlenmeyer yang berisi HCl dan indikator phenolphthalein 0,1% b/v (dalam etanol 95%) diletakkan pada ujung pipa kaca destilator yang dipastikan ujung pipa kaca destilator tercelup dengan HCl dan indikator phenolphthalein yang berada di dalam erlenmeyer, ini bertujuan agar penangkapan destilat amonia (NH3) dapat ditangkap secara maksimal. Sehingga dapat ditentukan jumlah protein yang sesuai kadar protein yang tergantung dalam bahan. Digunakan indikator phenolphthalein untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebih. Hasil destilasi (uap NH3dan air) ditangkap oleh larutan HCl yang terdapat dalam labu erlenmeyer dan membentuk senyawa NH4Cl. Senyawa ini dalam suasana basa akan melepaskan NH3. Penyulingan atau destilasi dihentikan jika semua N sudah tertangkap oleh asam klorida dalam labu erlenmeyer yang akan berubah menjadi berwarna biru karena berada dalam suasana basa akibat menangkap amonia. Amonia yang terbentuk dalam destilasi dapat ditangkap sebagai destilat setelah diembunkan (kondensasi).Reaksi yang terjadi:

(NH4)SO4 + NaOH Na2SO4+ 2 NH4OH

2NH4OH 2NH3+ 2H2O

4NH3+ 2HCl 2(NH4)Cl +H2Kemudian larutan dalam erlenmeyer dilakukan titrasi. Titrasi merupakan tahap akhir pada penentuan kadar protein dalam bahan pangan yang dianalisis. Dengan melakukan titrasi, dapat diketahui banyaknya asam klorida yang bereaksi dengan ammonia. Untuk tahap titrasi, destilat dititrasi dengan HCl yang telah distandardisasi. Titik akhir titrasi dihentikan sampai larutan berubah warna menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP. Di dapat jumlah titran yaitu 26,3 ml, maka di dapat nilai % N yaitu dan di dapat kadar protein dari metode ini adalah . Dari literature direktorat gizi, depkes RI (1992) di dapat jumlah kadar protein kacang hijau adalah 22,20 gram. Ini menujukan bahwa praktikum ini berhasil karena hasil yang di dapat hamper sama dengan kadar yang seharusnya.VII. KesimpulanBerdasarkan praktikum analisa kadar protein dengan metode Kjeldhal yang sudah dilakukan, di dapatkan adalah . Daftar pustakaLehninger, A. L., 1982, Dasar-dasar Biokimia jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.Wirahadikusumah, M., 2001, Biokimia : Protein, Enzim, dan Asam Nukleat, Penerbit ITB, Bandung

Wirahadikusuma, M., 1985, Biokimia : Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid, Penerbit ITB, Bandung.

Page, Davis S., 1989. Prinsip-prinsip Biokimia edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.