30

Click here to load reader

Laporan Osteomyelitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Osteomyelitis

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah

dalam bidang ortopedi. Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih

merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Keberhasilan

pengobatan osteomielitis ditentukan oleh fakor-faktor diagnosis yang dini dan

penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan

pembedahan.

Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang

disebabkan oleh invasi mokroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu

ditegakkan sedini mungkin, terutama pada anak-anak sehingga pengobatan dapat

segera dimulai dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk

mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang.

Pada blok muskuloskeletal ini, diberikan kasus mengenai pasien wanita 18

tahun dengan nyeri tungkai bawah kiri, pyrexia, kemerahan, dan sinus di kulit

yang hilang timbul. Dua setengah tahun yang lalu mengalami kecelakaan sehingga

patah tulang di tungkai bawah di mana tulang tampak dari luar. Kemudian pasien

dibawa ke dukun tulang.

Pada pemeriksaan fisik sekarang, didapatkan deformitas, scar tissue

diameter 10 cm di regio anterior tibia kiri, sinus dengan discharge seropurulaen

melekat pada tulang di bawahnya, dan ekskoriasi kulit sekitar sinus. Pada plain

photo didapatkan : penebalan periosteum, bone resorpsion, sclerosis di sekitar

tulang, involucrum, squester, angulasi tibia dan fibula (varus). Kemudian pasien

ini didiagnosis oleh dokter menderita Osteomielitis. Pasien merupakan pemilik

kartu asuransi kesehatan, namun tidak dapat digunakan sehingga harus membayar

seluruh biaya.

Dari kasus di atas, kita perlu mengetahui lebih jauh mengenai apa yang

sebenarnya terjadi pada pasien tersebut, serta langkah yang harus ditempuh untuk

penatalaksanaannya. Oleh karena itu, disusunlah laporan ini sehingga masyarakat

pada umumnya, serta mahasiswa kedokteran pada khususnya, dapat menjawab

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 1

Page 2: Laporan Osteomyelitis

permasalahan pada kasus tersebut dan melakukan penatalaksanaan sesuai standar

profesi kedokteran.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah fisiologi, histologi, dan anatomi tulang?

2. Apakah yang disebut dengan fraktur tulang?

3. Bagaimana proses penyembuhan fraktur tulang?

4. Apakah osteomielitis itu?

5. Bagaimana patofisiologi dari gejala-gejala yag disebutkan dalam skenario?

TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui fisiologi, histologi, dan anatomi tulang.

2. Mengetahui jenis-jenis fraktur tulang.

3. Mengetahui proses penyembuhan fraktur tulang.

4. Mengetahui penyakit osteomielitis.

5. Mengetahui patofisiologi gejala-gejala yang disebutkan dalam skenario.

MANFAAT PENULISAN

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui, memahami pengetahuan dasar

tentang sistem muskuloskeletal dari berbagai aspek seperti: anatomi, histologi,

fisiologi, biokimia, dan penyakit-penyakit pada sistem muskuloskeletal.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 2

Page 3: Laporan Osteomyelitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Histologi Tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari komponen seluler

dan nonseluler. Komponen seluler terdiri dari tiga jenis sel : osteoblast, osteosit,

dan osteoclast. Osteoblast berfungsi mensintesis matriks organis tulang.

Osteoblast yang berasal dari sel mesenkim membangun tulang dengan

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan

osteosit melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Dalam keadaan aktif,

osteoblast berbentuk kuboid dan sitoplasmanya basofilik. Ketika sedang aktif

menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast menyekresikan sejumlah besar fosfatase

alkali, yang berguna dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks

tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan

demikian kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik

untuk tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau metastase

kanker ke tulang. Bila aktifitasnya menurun, bentuknya lebih pipih dan basofilik

sitoplasmanya berkurang.

Osteosit yang berasal dari osteoblast yang terbenam dalam matriks adalah

sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran

kimiawi melalui tulang yang padat. Osteosit akan menempati lakuna dan akan

saling berhubungan dengan prosesus protoplasmanya dengan menempati

kanalikuli dan membentuk nexus.

Osteoclast adalah sel berukuran besar, dapat bergerak, dan sitoplasmanya

bercabang-cabang kepucatan serta banyak mengandung inti. Sel ini

memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini juga

menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa

asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke

dalam aliran darah. Komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah

mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan

fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksi-apatit) yang tertimbun pada

matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang disebut sebagai osteoid.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 3

Page 4: Laporan Osteomyelitis

Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan daya

rentang tinggi pada tulang. Materi organik lain yang berupa proteoglikan yaitu

asam hialuronat. (Price dan Wilson, 2006; Tim Laboratorium Histologi FK UNS,

2009; Setyohadi, 2007).

Permukaan luar dan dalam jaringan tulang dilapisi oleh jaringan pengikat

yang disebut periosteum disebelah luar dan endosteum disebelah dalam.

Periosteum terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar adalah stratum fibrosum yang

terdiri dari jaringan pengikat, pembuluh darah, dan saraf. Lapisan dalam adalah

stratum germinativum yang banyak mengandung sel pipih yang dapat

berdiferensiasi menjadi osteoblast; dan serabut elastis serta kolagen yang tersusun

longgar. Serabut kolagen periosteum yang menembus matriks tulang dan

berfungsi mengikatkan periosteum ke tulang disebut serabut Sharpey. Endosteum

ke arah luar bersifat osteogenik dan ke arah dalam bersifat hemopoetik (Tim

Laboratorium Histologi FK UNS, 2009).

Pada jaringan tulang dewasa terdapat sebuah sistem yang disebut sistem

Havers. Sistem Havers terdiri atas kanal Havers dan lamela-lamela yang

mengelilinginya. Kanal Havers dilapisi oleh endosteum dan diisi oleh pembuluh

darah, saraf, dan jaringan pengikat longgar. Diantara lamela terdapat lekukan yang

berisi osteosit yang saling berhubungan dengan kanalikuli. Kanal Havers

berhubungan dengan rongga sumsum tulang melalui kanal Volkman (Tim

Laboratorium Histologi FK UNS, 2008).

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 4

Page 5: Laporan Osteomyelitis

Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Jaringan tulang dapat

berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat

pertumbuhan cepat, seperti saat perkembangan janin atau sesudah fraktur;

selanjutnya akan digantikan tulang dewasa yang berbentuk lamelar. Pada orang

dewasa, tulang anyaman ditemukan pada insersi ligamentum atau tendon. Tulang

lamelar terdapat di seluruh tubuh orang dewasa yang tersusun dari lempengan

mineral yang sangat padat, dan bukan suatu massa kristal padat. Pola susunan ini

melengkapi tulang dengan kekuatan yang besar (Price dan Wilson, 2006).

B. Anatomi dan Fisiologi Tulang

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi

alat-alat di dalam tubuh, membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh,

tempat melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh, metabolisme

kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. (Price dan Wilson, 2006; Setyohadi,

2007).

Pembagian tulang menurut morfologi atau bentuk terdiri dari :

1) os longum atau tulang panjang, contohnya os humerus, os femur, os tibia,

os fibula,dll.

2) os breve atau tulang pendek, contohnya ossa carpalia, tarsalia,dll.

3) os planum atau tulang piph, contohnya os sternum, os scapula,dll.

4) os pneumaticum yaitu tulang bentuk lembaran, contohnya os ethmoidale,

os maxilla,dll.,

5) os irreguler atau tulang yang bentuknya tidak teratur, contohnya os

vertebrae (Budianto dan Azizi, 2004).

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 5

Page 6: Laporan Osteomyelitis

Pada potongan tulang terdapat dua macam struktur yaitu substantia

spongiosa (berongga) dan substantia compacta (padat). Secara histologis tulang

dibedakan menjadi dua komponen utama, yaitu tulang muda (tulang primer) dan

tulang dewasa (tulang sekunder). Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama,

tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara

acak, sedangkan tulang sekunder tersusun secara teratur (Price dan Wilson, 2006;

Setyohadi, 2007).

Tulang primer berperan dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses

penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda

dan bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder.

Tulang sekunder yang biasa terdapat pada kerangka orang dewasa dikenal juga

sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel

kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya adalah

serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae yang sejajar satu sama lain

dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan saluran havers atau

canalis haversi. Dalam canalis haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf,

dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini

dinamai sistem havers atau osteon (Price dan Wilson, 2006; Setyohadi, 2007).

Epifisis merupakan bagian ujung dari tulang panjang. Bagian epifisis

langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis

sehingga pertumbuhan memanjang secara radier. Diafisis atau batang adalah

bagian tengah tulang yang berbentuk silinder dan tersusun dari tulang kortikal

yang memiliki kekuatan besar. Metafisis merupakan bagian melebar di dekat

ujung akhir batang. Disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang

mengandung sel hematopoetik. Sumsum merah juga terdapat di bagian epifisis

dan diafisis tulang. Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang

cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis

merupakan daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak dan menghilang

setelah dewasa. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut

periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan pada

proses pertumbuhan tulang (Price dan Wilson, 2006).

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 6

Page 7: Laporan Osteomyelitis

Jaringan tulang merupakan jaringan yang vaskuler. Tulang mendapat

suplai makanan dari arteri nutrisium yang masuk ke dalam foramen nutrisium

pada diafisis tulang panjang. Pada umumnya sebuah tulang hanya memiliki satu

pasang arteri dan vena nutrisium, namun beberapa tulang seperti femur,

mempunyai arteri dan vena nutrsium lebih dari satu. Pembuluh darah pada

metafisis memvaskularisasi permukaan dalam diafisis dimana disitu merupakan

tempat kartilago digantikan oleh jaringan tulang. Pembuluh darah pada

periosteum memvaskularisasi bagian superfisial dari osteon. Pada saat osifikasi

endokondral, cabang dari pembuluh darah ini mencapai daerah epifisis guna

menyediakan nutrisi untuk pusat osifikasi sekunder (Price dan Wilson, 2006).

Pada periosteum juga terdapat pembuluh limfe dan saraf sensoris.

Pembuluh limfe mencapai osteon melalui saluran perforasi. Saraf sensoris

mencapai korteks bersama arteri nutrisium untuk menginervasi endosteum,

substansia spongiosa, dan epifisis. Karena kaya akan saraf sensoris, maka

biasanya jika terjadi kerusakan pada tulang rasanya akan sakit sekali (Price dan

Wilson, 2006).

C. Klasifikasi Fraktur Pada Tulang

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik. Adapun jenis-jenis fraktur tulang antara lain:

Fraktur transversal : fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu

panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah

diresposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-

segmen itu akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

Fraktur oblik : fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

Fraktur spiral : timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur semacam ini

cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

Fraktur segmental : dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang

menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur

semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 7

Page 8: Laporan Osteomyelitis

pembuluh darah menjadi sulit sembuh dan keadaan ini mungkin memerlukan

pengobatan secara bedah.

Fraktur kominuta : serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan

dengan lebih dari dua fragmen tulang.

Fraktur kompresi : terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan)

tulang ke tiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua

vertebra lainnya.

Fraktur patologik : terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi

lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya.

Fraktur beban atau fraktur kelelahan : terjadi pada orang-orang yang baru saja

menambah tingkat aktivitas mereka. Contohnya orang yang baru saja diterima

untuk berlatih dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru memulai

latihan lari. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu

diimobilisasi selama beberapa minggu.

Fraktur greenstick : fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.

Korteks tulangnya sebagian masih utuh, dmeikian juga periosteum. Fraktur-

fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk

dan fungsi normal.

Fraktur avulsi : memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon

ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang

diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal

lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk

membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.

Fraktur sendi : jika tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan

osteoarthritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut.

Fraktur tertutup atau simpel : fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh

fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.

Fraktur terbuka atau gabungan : fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat

telah ditembus (A. Carter, Michael., 2006).

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 8

Page 9: Laporan Osteomyelitis

D. Penyembuhan Pasca Fraktur

Tulang yang mengalami fraktur akan menyebabkan periosteum robek dan

terjadi perdarahan yang cukup berat akibat robeknya pembuluh darah. Jarak antar

tulang yang patah akan diisi oleh darah yang keluar dan bekuan darah terbentuk

pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi di dalamnya

dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi

kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat, yang merangsang

deposisi kalsium. Terbentuklah lapisan tebal (kalus) di sekitar lokasi fraktur.

Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen

satunya dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus

berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang

dan meluas menyeberangi lokasi fraktur, atau yang disebut dengan mengalami

osifikasi endokondral. Setelah itu terbentuk jaringan tulang muda berubah

menjadi tulang dewasa. Syarat yang harus dpenuhi saat penyembuhan fraktur ini

adalah tulang yang patah tidak boleh bergerak (harus diimobilisasi) karena jika

bergerak maka yang terbentuk justru jaringan fibrous (A. Carter, Michael., 2006).

E. Osteomielitis

1) Definisi

Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme

piogenik tetapi berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya

(misalnya jamur). Hal ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui

tulang dengan melibatkan sumsum tulang, korteks, jaringan retikular, dan

periosteum. Radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik yang

bersifat terlokalisasi maupun dapat tersebar melalui tulang melibatkan

sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Mayoclinic staff, 2008;

Dorland, 2006).

2) Etiologi

Osteomielitis terjadi ketika infeksi berkembang dalam tulang atau tulang

menyebar ke wilayah lain dari tubuh. Ini disebabkan oleh bakteri atau jamur.

Bakteri tersebut antara lain Staphylococcus aureus (penyebab 50%),

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 9

Page 10: Laporan Osteomyelitis

Salmonela sp, Staphylococcus aureus, Pseudomonas auragenosa, dan

Escherichia coli (penyebab 25%). Pada penggguna obat-obat intravena,

banyak disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Serratia. Tulang yang

terinfeksi dapat memburuk dan terjadi abses. Hal tersebut dapat menghambat

pasokan darah ke tulang. Untuk kasus osteomielitis kronis hilangnya pasokan

darah lama kelamaan dapat mengakibatkan kematian pada tulang (Mayoclinic

staff, 2008).

3) Faktor Risiko

Osteomielitis lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan

dengan rasio 2:1. Osteomielitis dapat terjadi pada siapa saja dan segala umur.

Namun osteomielitis sangat rentan terjadi pada orang-orang yang memiliki

riwayat penyakit diabetes, HIV dan anemia sel sabit; orang-orang yang

melakukan suntik intravena ke dalam tubuh secara tidak benar; orang yang

pernah mengalami cedera atau trauma tulang seperti fraktur terutama fraktur

terbuka, dan luka akibat tusukan serta orang-orang yang mengalami pasca

bedah (Mayoclinic staff, 2008).

4) Patofisiologi

Mula-mula organisme piogenik dapat mencapai tulang melalui satu dari

tiga jalur berikut, yaitu: penyebaran hematogen, perluasan langsung dari fokus

infeksi di sendi atau jaringan lunak sekitar, atau implantasi traumatik setelah

fraktur. Pada osteomielitis terdapat fokus infeksi di daerah metafisis lalu

terjadi hiperemia dan edema. Karena tulang bukan jaringan yang bisa

berekspansi, tekanan intraosal yang meningkat menyebabkan nyeri lokal yang

hebat. Infeksi dapat pecah ke subperiosteal kemudian menembus subkutis dan

menyebar menjadi selulitis. Penjalaran subperiostal yang ke arah diafisis

merusak pembuluh darah sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut

squester. Periosteum akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang

mati tersebut yang disebut involucrum.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 10

Page 11: Laporan Osteomyelitis

5) Klasifikasi Osteomielitis

1. Osteomielitis Hematogen Akut : merupakan penyakit tulang yang

sedang tumbuh, fokus infeksi pada daerah metafisis lalu terjadi

hiperemia dan edema.

2. Osteomielitis Kronik : merupakan osteomielitis akut yang tidak

ditangani secara adekuat sehingga semakin menjalar.

3. Osteomielitis Pascacedera : biasanya akibat fraktur tulang tebuka,

gambaran klinisnya mrirp osteomielitis kronik karena adanya squester.

4. Osteomielitis Perkontinuitatum : infeksi jaringan lunak pada kaki atau

tangan yang menjalar ke dalam tulang sehingga terjadi osteomielitis

(Sjamsuhidajat, 2005).

6) Cara Penyebaran

1. Aliran darah (Hematogen)

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain

ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan

(pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).

2. Penyebaran langsung

a. Orang yang menjalani dialisis ginjal dan penyalahgunaan obat

suntik ilegal rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis

vertebral).

b. Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan

pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah

tulang lainnya.

c. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi

tulang belakang (penyakit Pott).

d. Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah

tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang

tercemar yang menembus tulang.

e. Infeksi dari sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan

bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 11

Page 12: Laporan Osteomyelitis

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang

setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul

di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran

atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya

pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada

sinus, rahang atau gigi bisa menyebar ke tulang tengkorak

(Medicastore, 2004).

7) Manifestasi Klinis

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah

(hematogen), menyebabkan demam dan di kemudian hari, menyebabkan

nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah di atas tulang bisa mengalami luka

dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.

Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap dan

menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan

memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat,

pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam yang merupakan tanda

suatu infeksi sering tidak terjadi.

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya

atau yang berasal dari penyebaran langsung menyebabkan nyeri dan

pembengkakan di daerah di atas tulang. Selain itu, abses bisa terbentuk di

jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam dan pemeriksaan

darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi

pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap

di daerah tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi

osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak

terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama

beberapa bulan atau beberapa tahun.

Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi

jaringan lunak diatas tulang yang berulang, dan pengeluaran nanah yang

menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 12

Page 13: Laporan Osteomyelitis

dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran

(saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit (Medicastore, 2004).

8) Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis seputar gejala yang mengarah pada osteomielitis.

2. Pemeriksaan fisik.

3. Pemeriksaan penunjang:

a. Tes Darah (Tes Mei). Tes darah tidak dapat digunakan untuk

mendiagnosis apakah seseorang menderita osteomielitis atau tidak.

Tes ini hanya mengungkapkan seputar tingginya tingkat sel darah

putih (leukosit) dan tingginya laju endap darah (LED).

b. Aspirasi pada daerah yang mengeluarkan pus (nanah).

c. Pemeriksaan titer antibodi anti-Staphylococcus.

d. X-Ray. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan kerusakan

tulang. Namun, kerusakan mungkin tidak dapat terlihat sampai

osteomielitis tampak dalam beberapa minggu. Pemeriksaan lebih

rinci dapat dilakukan imaging-test yang mungkin diperlukan jika

osteomielitis terjadi baru-baru ini.

e. Imaging test. Tes ini dapat memberikan gambaran yang jelas

mengenai ektremitas pada tulang yang mengalami gangguan. Seperti

computerized-tomography (CT-Scan) ataupun Magnetic Resonance

Imaging (MRI).

f. Bone biopsy atau biopsi tulang (Mayoclinic staff, 2008).

9) Penatalaksanaan

1. Perawatan dirumah sakit.

2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus dan antibiotika.

3. Pemeriksaan biakan darah.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 13

Page 14: Laporan Osteomyelitis

4. Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram positif

diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan dilakukan

secara parenteral selama 3-6 minggu.

5. Imobilisasi anggota gerak yang terkena.

6. Tindakan pembedahan. Indikasi dilakukannya pembedahan ialah :

a. Adanya sequester.

b. Adanya abses.

c. Rasa sakit yang hebat.

d. Bila mencurigai adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma

Epidermoid).

Jika infeksi bisa ditemukan pada stadium awal, biasanya tidak diperlukan

pembedahan. Tetapi kadang-kadang suatu abses memerlukan pembedahan

untuk mengeluarkan nanahnya (Mayoclinic staff, 2008).

10) Pencegahan

Jika terjadi luka terbuka terutama pada fraktur terbuka, maka harus segera

diberikan penatalaksanaan yang lengkap, tepat dan steril untuk menghindari

terjadinya osteomielitis. Penatalaksanaan yang tepat tersebut harus segera

diberikan pada orang yang berisiko tinggi menderita osteomielitis jika diduga

ada tanda terjadinya infeksi pada bagian tubuh manapun (Babcock, 2006).

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 14

Page 15: Laporan Osteomyelitis

BAB III

PEMBAHASAN

Osteomyelitis merupakan suatu penyakit inflamasi pada kavitas sumsum

tulang, periosteum, dan jaringan tulangnya sendiri dapat bersifat akut ataupun

kronik. Penyebabnya dapat berupa bakteri piogenik misalnya Stapylococcus

aureus, pneumococcus, meningococcus, dan kadang-kadang Salmonella atau

bacillus colon. Pada skenario diceritakan bahwa pasien datang dengan gejala nyeri

tungkai bawah kiri, pyrexia, kemerahan dan sinus dikulit yang timbul hilang.

Semua gejala tersebut merupakan manifestasi dari respon imun tubuh. Ketika

bakteri piogenik seperti tersebut di atas masuk ke dalam tubuh, tubuh akan

meresponnya dengan mengeluarkan berbagai macam mediator inflamasi,

mediator-mediator inflamasi seperti prostaglandin dan histamin, yang akan

menyebabkan berbagai gejala tersebut. Selain itu bakteri piogenik akan

membentuk kloakha sebagai jalan keluarnya pus.

Pada riwayat sebelumnya diketahui bahwa pasien pernah mengalami patah

tulang sekitar 2,5 tahun yang lalu. Namun tidak ditangani secara medis dan

bahkan hanya dibawa ke dukun tulang. Oleh karena itu, risiko terkena

osteomyelitis meningkat. Bakteri piogenik akan dengan mudah masuk ke tubuh

melalui tulang yang patah terlebih jika tidak ditangani dengan standar medis.

Pada pemeriksaan radiologi didapat penebalan periosteum, bone

resorpsion, sklerosis, involucrum, skuester dan angulasi tibia fibula. Dari hasil

pemeriksaan radiologi dapat dilihat bahwa diagnosis mengarah pada osteomyelitis

kronik karena gambaran-gambaran seperti pada skenario hanya terdapat pada

keadaan kronis. Namun, jika dicermati dari gejala-gejala yang timbul diagnosis

mengarah ke osteomyelitis akut. Oleh karena itu, penulis lebih mengarahkan

diagnosis osteomyelitis kronik eksaserbasi akut. Osteomyelitis kronik eksaserbasi

akut dapat terjadi karena adanya bakterimia dan septikemia. Ketika suatu saat

respon imun tubuh melemah maka gejala-gejala akut akan timbul kembali.

Penatalaksanaan osteomyelitis dapat berupa terapi farmakologis dengan

antibiotik dan terapi operatif dengan indikasi tertentu. Untuk osteomyelitis akut

dapat diberikan antibiotik sementara menunggu hasil kultur. Sedangakan untuk

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 15

Page 16: Laporan Osteomyelitis

osteomyelitis kronik tidak perlu diberikan antibiotik sementara menunggu hasil

kultur keluar. Antibiotik yang diberikan harus berspektrum luas. Kemudian jika

hasil kultur sudah keluar, antibiotik harus segera diganti dengan yang sesuai

bakteri penyebab seperti hasil kultur. Terapi operatif dapat dilakukan dengan

beberapa indikasi antara lain adanya pus/abses yang bertujuan mengalirkan pus

tersebut, adanya skuestrum (jaringan nekrotik yang masih tersisa), dan rasa

sakit/nyeri yang hebat. Rehabilitasi medisnya berupa terapi fisiologi yang

menggunakan imobilisasi tubuh sebab tulang masih dalam keadaan rapuh dan

penggunaan splint tungkai panjang yang bertujuan mencegah patah tulang. Selain

itu, digunakan terapi fisik 6-8 minggu atau dapat lebih lama.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 16

Page 17: Laporan Osteomyelitis

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pasien pada skenario kemungkinan menderita osteomyelitis kronik

eksaserbasi akut.

2. Risiko ostoemyelitis meningkat pada keadaan patah tulang karena bakteri

piogenik penyebab dapat dengan mudah masuk ke tulang.

3. Manifestasi osteomyelitis akut dan kronik memberi gambaran yang

berbeda terutama dari pemeriksaan radiologis.

4. Gejala-gejala umum osteomyelitis berupa kelelahan, demam tinggi

mendadak, iritabilitas, malaise, terbatasnya gerakan, edem lokal dan nyeri

pada penekanan.

5. Pemeriksaan penunjang berupa : tes darah (tes Mei), aspirasi pada daerah

yang mengeluarkan pus (nanah), pemeriksaan titer antibodi anti-

Staphylococcus, x-Ray, imaging test, dan bone biopsy atau biopsi tulang.

6. Penatalaksanaan berupa terapi operatif dan antibiotik.

7. Rehabilitasi medik menggunakan imobilisasi anggota gerak yang terkena.

Saran

Pada keadaan patah tulang sebaiknya harus dirawat sesuai standar medis utuk

mengurangi kemungkinan terinfeksi osteomyelitis

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 17

Page 18: Laporan Osteomyelitis

DAFTAR PUSTAKA

A. Carter, Michael. 2006. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam: Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit, et.al. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

A. Carter, Michael. 2006. Fraktur dan Dislokasi. Dalam: Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Azizi, M. Syahrir dan Anang Budianto. 2004. Guidance to Anatomy 1. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Babcock, Hilary M. 2006. Osteomyelitis. http://shands.org/health/Health%20Illustrated%20Encyclopedia/1/00043.htm (diakses tanggal 17 November 2009).

Dorland, W.A. Newman.2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.

Mayoclinic staff. 2008. Osteomyelitis.http://www.mayoclinic.com/health/osteomyelitis/DS00759 (diakses pada tanggal 17 November 2009).

Medicastore. 2009. Osteomielitis. http://medicastore.com/penyakit/554/Osteomielitis.html (diakses tanggal 17 November 2009).

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.

Setyohadi, Bambang. 2007. Struktur dan Metabolisme Tulang. Dalam: Sudoyo, Aru W.,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2007. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tim Laboratorium Histologi FK UNS. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Blok Muskuloskeletal. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

MUSKULOSKELETAL|KELOMPOK 4 | 18