76
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI A. LATAR BELAKANG Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hamper semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin. Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan. B. TUJUAN : 1. Untuk mengetahui konsep eliminasi sampah dan metabolisme tubuh 2. Untuk mengetahui fisiologi proses eliminasi dalam tubuh 3. Untuk mengetahui gangguan eliminasi urine dalam tubuh 4. Untuk mengetahui masalah dalam eliminasi fecal 5. Untuk mangetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada proses eliminasi. A. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

,LP ELIMINASI

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

 

      A.    LATAR BELAKANG

Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hamper semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.

Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

B.     TUJUAN :

1. Untuk mengetahui konsep eliminasi sampah dan metabolisme tubuh

2. Untuk mengetahui fisiologi proses eliminasi dalam tubuh

3. Untuk mengetahui gangguan eliminasi urine dalam tubuh

4. Untuk mengetahui masalah dalam eliminasi fecal

5. Untuk mangetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada proses eliminasi.

A.    KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINEEliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Kebutuhan

eliminasi ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal (BAB/Alvi).

Kebutuhan eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa urin.1. Miksi (Berkemih)

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :a.       Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.b.      Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Page 2: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

2. Refleks Berkemih

Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.

Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.

Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.

Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :a.       Peningkatan tekanan yang cepat dan progresifb.      Periode tekanan dipertahankan danc.       Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.

Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.

Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin kuat.

B.     KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FECAL

Kebutuhan eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa feses.1. Susunan feses terdiri dari :

a.       Bakteri yang umumnya sudah matib.      Lepasan epitelium dari ususc.       Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)d.      Garam terutama kalsium fosfat

Page 3: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

e.       Sedikit zat besi dari selulosaf.       Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fecal

a.       Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, controlb.      Dietc.       Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/harid.      Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus meningkat.e.       Faktor psikologikf.       Kebiasaang.      Posisih.      Nyerii.        Kehamilan : menekan rectum

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

 A.    LATAR BELAKANG

Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hamper semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.

Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

B.     TUJUAN :

1. Untuk mengetahui konsep eliminasi sampah dan metabolisme tubuh2. Untuk mengetahui fisiologi proses eliminasi dalam tubuh

Page 4: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

3. Untuk mengetahui gangguan eliminasi urine dalam tubuh4. Untuk mengetahui masalah dalam eliminasi fecal5. Untuk mangetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada

proses eliminasi.

Page 5: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

A.    KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Kebutuhan eliminasi ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal (BAB/Alvi).

Kebutuhan eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa urin.

1. Miksi (Berkemih)

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :

a.       Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.

b.      Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

2. Refleks Berkemih

Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.

Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.

Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini

Page 6: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.

Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :a.       Peningkatan tekanan yang cepat dan progresifb.      Periode tekanan dipertahankan danc.       Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.

Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.

Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin kuat.

B.     KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FECAL

Kebutuhan eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa feses.

1. Susunan feses terdiri dari :

a.       Bakteri yang umumnya sudah matib.      Lepasan epitelium dari ususc.       Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)d.      Garam terutama kalsium fosfate.       Sedikit zat besi dari selulosaf.       Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fecal

a.       Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, controlb.      Dietc.       Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/harid.      Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus meningkat.e.       Faktor psikologikf.       Kebiasaang.      Posisih.      Nyeri

Page 7: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

i.        Kehamilan : menekan rectumj.        Operasi & anestesik.      Obat-obatanl.        Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasim.    Kondisi patologisn.      Iritan

C.    FISIOLOGI PROSES ELIMINASI DALAM TUBUH

1. Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih

a.       Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.

Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses eliminasi urine. Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi oleh lapisan lemak.

b.      Ureter

Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya steril. 

c.       Kandung kemih

Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar :Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul dan,

leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.

Page 8: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.

Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.

Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung kemih meningkat di atas ambang kritis.

Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.

d.      Uretra

Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulansi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra. 

e.       Persarafan Kandung Kemih

Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik.

Page 9: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih.

Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.

Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.

Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih. Urin yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.

Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter.

Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis.

Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.

Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak selalu menimbulkan

Page 10: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.

f.       Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.

Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat (contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.

2. Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan

Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.

Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :

a.       Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung.

b.      Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.

c.       Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah

Page 11: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.

d.      Usus kecil

Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :1)      Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung2)      Jejenum atau bagian tengah dan3)      Ileum

e.       Usus besar (kolon)

Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari :1)      Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil2)      Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.3)      Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :1)      Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya untuk

mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit dan garam empedu.2)      Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan melindungi dinding usus

dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan feses.3)      Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

f.       Anus / anal / orifisium eksternal

Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter)Fisiologi DefekasiDefekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :1)      Refleks defekasi instrinsik

Page 12: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.

2)      Refleks defekasi parasimpatisKetika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 –

4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.

Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses

D.    GANGGUAN ELIMINASI URINE

Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.Gangguan eliminasi urine kemungkinan disebabkan : (Supratman. 2003)

1. Inkopenten outlet kandung kemih;2. Penurunan kapasitas kandung kemih;3. Penurunan tonus otot kandung kemih;4. Kelemahan otot dasar panggul.

Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :

1. Retensi

Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.

Kemungkinan penyebabnya :

Page 13: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

a.        Operasi pada daerah abdomen bawah.b.       Kerusakan aterenc.        Penyumbatan spinkter.d.      Tanda-tanda retensi urine :e.       Ketidak nyamanan daerah pubis.f.         Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.g.        Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.h.       Meningkatnya keinginan berkemih.i.          Enuresis

2. Tinusis

Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.Kemungkinan peyebabnya :

a.       Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.b.      Kandung kemih yang irritablec.       Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkand.      ISK atau perubahan fisik atau revolusi.

3. Inkontinensia

Inkontinesia Urine ialah BAK yang tidak terkontrol.Jenis inkotinensis :

a.       Inkontinensia Fungsional/urge

Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.

Faktor Penyebab:1)      Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.2)      Penurunan tonur kandung kemih3)      Kerusakan moviliasi, depresi, anietas4)      Lingkungan5)      Lanjut usia.

b.      Inkontinensia Stress

Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.

Faktor Penyebab :1)      Inkomplet outlet kandung kemih2)      Tingginya tekanan infra abdomen

Page 14: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

3)      Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga4)      Lanjut usia.

c.       Inkontinensia Total

Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.

Faktor Penyebab :1)      Penurunan Kapasitas kandung kemih.2)      Penurunan isyarat kandung kemih3)      Efek pembedahan spinkter kandung kemih4)      Penurunan tonus kandung kemih5)      Kelemahan otot dasar panggul.6)      Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih

d.      Inkontenensia Dorongan

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluarana urin tanpa sadar, terjadi setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemihPenyebab :

a.       Penurunan kapasitas kandung kemihb.      Infeksi saluran kemihc.       Minum alcohol atau kafeind.      Penigkatan cairane.       Peningkatan konsentrasi urinef.       Distensi kandung kemih yang berlebihan.

e.       Inkontenensia reflex

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dpat di[perkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.Penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis)Tanda-tandanya :

1)      Tidak ada dorongan utnuk berkemih2)      Merassa bahwa kandung kemih penuh3)   Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada intervalteratur.

4. Enuresis

Page 15: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Enuresis terjadi pada anak-anak atau orang ngompol.Penyebab enuresis :

a.       Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.b.      Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak

diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.c.       Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urin dalam jumlah besar.d.      Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara

kandung atau cekcok dengan orant tua).e.       Orang tua yang mempunya pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaanya tanpa dibantu

untuk mendidiknya.f.       Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik neurologis system perkemihang.      Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.h.      Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi

E.     PERUBAHAN POLA BERKEMIH

1. Frekuensi

Yaitu meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. Biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.

2. Urgency

Yaitu perasaan ingin berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinkter untuk mengontrol berkurang.

3. Disuria

Yaitu adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih, misalnya pada ISK, trauma, dan striktur uretra.

4. Poliuria

Yaitu produksi urin melebihi batas normal, tanpa meningkatnya intake cairan misalnya pada pasien DM.

5. Urinari Suppresion

Yaitu keadaan yang mendesak dimana produksi urine sangat kurang. Keadaan dimana ginjal tidak dapat memproduksi urine secara tiba-tiba.Anuria  = Urin < 100 ml/24 jam

Page 16: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Oliguria = Urin 100 – 1500 ml/24 jam

F.     GANGGUAN ELIMINASI FECAL

1. Konstipasi

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.Penyebabnya :

a.       Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lainb.      Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan

cairan kurangc.       Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.d.      Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif

menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.e.       Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan

konstipasi.f.       Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor. g.      Impaction

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

2. Diare

Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).

3. Inkontinensia fecal

Page 17: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.

4. Flatulens

Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.

5. Hemoroid

Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

Page 18: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

ASUHAN KEPERAWATANKEBUTUHAN ELIMINASI

A.    PENGKAJIANTanggal Masuk                              :Jam                                             :No. CM                                       :Tanggal Pengkajian                        :Jam                                             :Diagnosa Medis                            :

1. BIODATA

a.       Identitas klienNama                                :Tempat Tanggal Lahir          :Umur                                :Jenis kelamin                     :Agama                              :Pendidikan                         :Pekerjan                            :Suku / Bangsa                    :Status                               :No. CM                            :          Alamat                              :

b.      Identitas penanggung jawabNama                                :Tempat Tanggal Lahir          :Umur                                :Jenis kelamin                     :Agama                              :Pendidikan                         :Pekerjaan                           :Suku / Bangsa                    :Status                                :

1. Alamat                               :

Hub.dg klien                       :

2. RIWAYAT KESEHATAN

Page 19: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

a.       Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x, konstipasi, impaksi, diare dan sebagainya.

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.Penyebabnya :

1. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain2. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak

dan cairan kurang3. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.4. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif

menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.5. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan

konstipasi.6. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan

tumor. 

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

b.      Riwayat penyakit sekarang

Perlu dikasi warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau), bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Tentukan konsistensinya (encer,padat), tentukan frekuensinya (> 3 kali sehari).Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7 hari ( diare berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).

Waktu terjadinya sakitKapan mulai terjadi konstipasi/diare dan seberapa sering atau frekuensinya yang dirasakan,

  Proses terjadinya sakit Perlu dikaji bagaiamana proses dapat terjadinya konstipasi/diare, dan kapan mulai

terjadinya.

Page 20: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

  Upaya yang telah dilakukan selama sakit   Hasil pemeriksaan sementara / sekarang

c.       Riwayat penyakit dahulu.

Perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

d.      Riwayat kesehatan keluarga.Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien

sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti saat ini.

e.       Riwayat kesehatan lingkungan klienPerlu dikaji penyimpanan makanan, apakah pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,

lingkungan tempat tinggal.

f.       Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan1)      Pertumbuhan

  Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

  Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.  Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah

14 – 16 buah  Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2)      Perkembangan

  Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

  Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.Autonomy vs Shame and doundt. Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa

dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

Page 21: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

  Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :         Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)         Meniru membuat garis lurus (GH)         Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)         Melepasa pakaian sendiri (BM)

g.      GenogramAdalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas hingga

ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia serta pasien yang sakit.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)

a.      Persepsi Terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan

1)      Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan selam sakit

2)      Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan selam sakit

3)      Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan

b.      Pola Aktivitas Dan Latihan

Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga, serta berikan keterangan skala dari 0 – 4 yaitu :0      : Mandiri1      : Di bantu sebagian2      : Di bantu orang lain3      : Di bantu orang dan peralatan4      : Ketergantungan / tidak mampu

Aktifitas 0 1 2 3 4Makan √Mandi √Berpakaian √Eliminasi √Mobilisasi ditempat tidur √Berpindah √Ambulansi √Naik tangga √

Page 22: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

c.       Pola Istirahat Tidur

Ditanyakan :1)      Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur

2)      Sonambolisme

3)      Kualitas dan kuantitas jam tidur

d.      Pola Nutrisi -  Metabolic

Ditanyakan :1)      Berapa kali makan sehari

2)      Makanan kesukaan

3)      Berat badan sebelum dan sesudah sakit

4)      Frekuensi dan kuantitas minum sehari

e.       Pola Eliminasi

1)      Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari

2)      Nyeri

3)      Kuantitas

f.        Pola Kognitif Perceptual

Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)

g.      Pola Konsep Diri

1)      Gambaran diri

2)      Identitas diri

3)      Peran diri

4)      Ideal diri

5)      Harga diri

h.      Pola Koping

Page 23: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Cara pemecahan dan penyelesaian masalah

i.        Pola Seksual – Reproduksi

Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.

j.        Pola Peran Hubungan

1)      Hubungan dengan anggota keluarga

2)      Dukungan keluarga

3)      Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.

k.      Pola Nilai Dan Kepercayaan1)      Persepsi keyakinan2)      Tindakan berdasarkan keyakinan

4. PEMERIKSAAN FISIK

a.       Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b.      Keadaan umum :Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. Tekanan darah mmHg, suhu tubuh …◦C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=.. M=… Vapasia. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ;  tidak diketahui, hasil pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).

c.       Kepala :Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih

d.      Mata :Cekung, kering, sangat cekung

e.       Sistem pencernaan :Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f.       Sistem Pernafasan :Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g.      Sistem kardiovaskuler :Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

h.      Sistem integumen :Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i.        Sistem perkemihan :

Page 24: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.Perlu dikaji :

Pola berkemih          : Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual.Frekuensi                 : Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang berkemih

kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.

Volume                     : Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.Usia Jumlah / hari :

Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250–400 ml Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml 1–3 tahun 500–600 ml 3–5 tahun 600–700 ml 5–8 tahun 700–1000 ml 8–14 tahun 800–1400 ml 14 tahun-dewasa 1500 ml Dewasa tua 1500 ml / kurang

Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.

j.        Dampak hospitalisasi :Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Laboratorium :

         feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

         Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

         AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )

         Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

b.      Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

6. TERAPI

Page 25: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

a.       obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

b.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

c.       antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus

menerus.6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

C.    PERENCANAAN (INTERVENSI)

NoDP Tujuan Outcome (NOC) Intervensi (NIC)1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil :

  Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

  Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

  Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Keterangan :1 : Selalu menunjukkan.2 : Sering menunjukkan.

Fluid Management : Pertahankan catatan intake

dan output yang akurat Monitor status hidrasi

(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

 Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )

 Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam

 Kolaborasi pemberian cairan IV

 Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian

nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam)

 Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

 Pantau intake dan output

 Timbang berat badan setiap hari

 Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

  Kolaborasi :      Pemeriksaan

laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

      Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

      Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik,

Page 26: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

3 : Kadang menunjukkan.4 : Jarang menunjukkan.5 : Tidak pernah menunjukkan.

 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

 Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin

output setiap 8 jam

antibiotik)

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhdapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil :

- Nafsu makan meningkat- BB meningkat atau normal sesuai umurKeterangan :1 : Tdk prnh menyebutkan.2 : Jarang menyebutkan.3 : Kadang menyebutkan.4 : Sering menyebutkan.5 : Selalu menyebutkan.

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

  Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

  Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

  Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

  Monitor intake dan out put dalam 24 jam

  Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

       Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

       obat-obatan atau vitamin ( A)

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan resiko peningkatan suhu tubuh dapat melakukan aktivitasnya

Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

  Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

 Berikan kompres hangat

 Kolaborasi pemberian

Page 27: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

dengan criteria hasil :

  Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

  Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Keterangan :1 : Tidak memerlukan bantuan.2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat3 : Membutuhkan bantuan oarang lain.4 : Membutuhkan bantuan alat.5 : Mandiri penuh.

antipirektik

4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan resiko gangguan integritas kulit perianal dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil :

  Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

  Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Keterangan :1 : Selalu menunjukkan.2 : Sering menunjukkan.3 : Kadang menunjukkan.4 : Jarang menunjukkan.5 : Tidak pernah menunjukkan.

setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu

  Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

  Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

 Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24

Setelah dilakukan tindakan perawatan

  Libatkan keluarga dalam melakukan

Page 28: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

jam diharapkan pasien dengan Kecemasan anakdapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil :

  Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Keterangan :1 : Selalu menunjukkan.2 : Sering menunjukkan.3 : Kadang menunjukkan.4 : Jarang menunjukkan.5 : Tidak pernah menunjukkan

selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi

tindakan perawatan  Hindari persepsi yang

salah pada perawat dan RS

  Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

  Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

 Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Page 29: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGCPerry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC

Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia.Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management

Page 30: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi

A.    DefinisiEliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pmbuangan dapat melalui urine dan bowel (tarwoto, wartonah, 2006).

B.     Klasifikasi1.      Eliminasi Urine

Liminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat tergantung pada fungsi-fungsi organ liminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.

a.       Anatomi dan Fisiologi1)      Ginjal

Ginjal adalah organ yang berbentuk kacang berwarna merah tua, panjang 12,5 cm dan tebalnya 2, 5 cm. Beratnya kurang lebih 125-175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada wanita. Ginjal terletak pada bagian rongga abdomn bagian atas stinggi vertebra thorakal 11 dan 12. Ginjal dilindungi oleh otot-otot abdomen, jaringan lemak atau adipose.Ginjal mnghasilkan hormone eritropoitin yang berfungsi merangsang produksi ritropoisetil yang merupakan bahan baku sel darah merah sumsum tulang.Hormone ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah.Fungsi utama ginjal:

         Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion dan obat-obatan         Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.         Mempertahankan kesimbangan antara air dan garam-garam serta asam dan basa.         Menghasilkan renin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah.         Mengasilkan hormone eritropoitin yang menstimulasi pembentukan sel-sel darah merah

disumsum tulang.         Membantu dalam pembentukan vitamin D (Tarwoto, wartonah, 2006).2)      Ureter

Setlah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu ke bladder melalui ureter. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot-otot yang distimulasi oleh transmisi impuls elektrik berasal dari syaraf otonom. Akibat gerakan peristaltik ureter maka urine didorong ke kandung kemih (Tarwoto, wartonah, 2006).Ureter merupakan stuktut trubuler yang mmiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitoneum untuk memasuki kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar dari ureter ke kandung kemih umumnya steril. (Fundamental Keperawatan vol. 2 edisi 4, 2005)

3)      Kandung kemihKandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus atau body yang merupakan otot lingkat, tersususn dari otot detrusol dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra. (Tarwoto, wartonah, 2006).Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta merupakan tempat urine dan merupakan organ eksresi. Apabila kandung kemih berada pada rongga panggul dibelakan simfisis pubis. Pada pria, kandung kemih terletak pada rektum bagian posterior dan pada wanita kandung kemih terletak pada dinding anteriour uterus dan vagina. (Fundamental Keperawatan vol. 2 edisi 4, 2005)

4)      Uretra

Page 31: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu spinter eksternal yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita. (Tarwoto, wartonah, 2006)Urine keluar tubuh melalui uretra dan keluar dari kandung kemih melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal aliran urine yang mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. Membran mukosa melapisi uretra dan kelenjar urtra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bekteri. Lapisan otot polos yang tbak mengelilingi uretra. (Tarwoto, wartonah, 2006).

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine1)      Pertumbuhan dan perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut, volum bladder berkurang, demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.

2)      SosiokulturalBudaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya pada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.

3)      PsikologisPada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.

4)      Kebiasaan SeseorangMisalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih menggunakan pot urin.

5)      Tonus ototEliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan kurang.

6)      Intake cairan dan makananAlcohol menghambat antideuretik hormon (ADH) untuk meningkatkan pembuangan urin. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung Cafeine) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.

7)      Kondisi penyakitPada pasien yang demam terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Radangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi urin.

8)      PembedahanPenggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan menurun.

9)      PengobatanPenggunaan duritik meningkatkan output urin, anti kolinergik, dan anti hipertensi menimbulkan retensi urin.

10)   Pemriksaan diagnostikIntravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intak sebelum prosedur untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat mnimbulkan edema lokal pada uretra, spasme, dan spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.

c.       Masalah Eliminasi Urine1)      Retensi Urine

Merupakan penumpukan urine dalam bladder  dan ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya 250-400 ml.

2)      Inkontinensia Urine

Page 32: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada 2 jnis inkontinensia :pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat seperti pada saat batuk atau tertawakedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder.

3)      EnurisisMerupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan karena ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo.

d.      Perubahan Pola Berkemih1)      Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya

terjadi pada cystitis, stress dan wanita hamil.2)      Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena

kemampuan spinter untik mengontrol berkurang.3)      Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih, trauma

dan struktur uretra.4)      Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien

DM.5)      Urinary supression : keadaan diman ginjal memproduksi urin secara tiba-tiba. Anuria (urine

kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam).

ASUHAN KEPERAWATAN1.      Pengkajiana.       Riwayat keperawatan-          Pola berkemih-          Gejala dari perubahan berkemih-          Faktor yang memengaruhi berkemihb.      Pemeriksaan fisik1.      Abdomen

Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.

2.      Genetalia wanitaInflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina.

3.      Genetalia laki-lakiKebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum.

c.       Intake dan output cairan-          Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).-          Kebiasaan minum di rumah.-          Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.-          Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.-          Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.-          Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.d.      Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan urine (urinalisis):         Warna (N : jernih kekuningan)

Page 33: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

         Penampilan (N: jernih)         Bau (N: beraroma)         pH (N:4,5-8,0)         Berat jenis (N: 1,005-1,030)         Glukosa (N: negatif)         Keton (N:negatif)

Kultur urine (N: kuman patogen negatif).2.      Diagnosa keperawatan dan intervensia.       Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia

Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine.Kemungkinan berhubungan dengan :

1.      Gangguan neuromuskuler2.      Spasme bladder3.      Trauma pelvic4.      Infeksi saluran kemih5.      Trauma medulla spinalis

Kemungkinan data yang ditemukan :1.      Inkontinentia2.      Keinginan berkemih yang segera3.      Sering ke toilet4.      Menghidari minum5.      Spasme bladder6.      Setiap berkemih kuramg dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.

Tujuan yang diharapkan :1.      Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.2.      Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.3.      Klien berkemih dalam keadaan rileks.

Intervensi Rasional1.      Monitor keadaan bladder setiap

2 jam2.      Tingkatkan aktivitas dengan

kolaborasi dokter/fisioterapi3.      Kolaborasi dalam bladder

training4.      Hindari faktor pencetus

inkontinensia urine seperti cemas

5.      Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan keteterisasi

6.      Jelaskan tentang:PengobatanKateterPenyebab

1.      Membantu mencegah distensi atau komplikasi

2.      Meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder

3.      Menguatkan otot dasar pelvis4.      Mengurangi/menghidari

inkontinensia5.      Mengatasi faktor penyebab6.      Meningkatkan pengetahuan

dan diharapkan pasien lebih kooperatif.

Page 34: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Tindakan lainnya.

b.      Retensi urineDefinisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas.Kemungkinan berhubungan dengan :

-          Obstruksi mekanis.-          Pembesaran prostat.-          Trauma.-          Pembedahan.-          Kehamilan.

Kemungkinan data yang ditemukan :-          Tidak tuntasnya pengeluaran urine-          Distensi bladder.-          Hipertropi prostat.-          Kanker.-          Infeksi saluran kemih.-          Pembedahan besar abdomen.

Intervensi Rasional1.      Monitor keadaan bladder setiap 2

jam2.      Ukur intake dan output cairan

setiap 4 jam3.      Berikan cairan 2000 ml/hari

dengan kolaborasi4.      Kurangi minum setelah jam 6

malam5.      Kaji dan monitor analisis urine

elektrolit dan berat badan6.      Lakukan latihan pergerakan7.      Lakukan relaksasi ketika duduk

berkemih8.      Ajarkan tehniklatihan dengan

kolaborasi dokter/fisioterapi9.      Kolaborasi dalam pemasangan

kateter

1.      Menentukan masalah2.      Memonitor keseimbangan cairan3.      Menjaga defisit cairan4.      Mencegah nokturia5.      Membantu memonitor

keseimbangan cairan6.      Meningkatkan fungsi ginjal dan

bladder7.      Relaksasi pikiran dapat

meningkatkan kemampuaan berkemih

8.      Menguatkan otot pelvis9.      Mengeluarkan urine

Tujuan yang diharapkan :a.       Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.b.      Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.

Page 35: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

2.      Eliminasi BowelEliminasi bowel adalah merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh yang tidak terpakai.

a.      Anatomi dan Fisiologi Bowel1)      Saluran gastrointestinal bagian atas

Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dimulut dan dilambuung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya maknan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus.

2)      Saluran gastrointestinal bagian bawahSaluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorrpsi air, nutrien, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim.Chyme bergerak arena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rektum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat sepanjang kolon, gerkan peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju ke anus. (Tarwoto Wartonah : 2006 hal 67)

b.      Proses defekasiDefekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :

1)      Refleks defekasi instrinsikRefleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsnagan pada flektus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

2)      Refleks defekasi parasimpatisFeses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnyaa peristaltik, relaksasi spinter interna, maka terjadinya defekasi.Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot andomen,  tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otopt femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adlah CO2 , metana H2S, O2 dan nitrogen.Fese terdiri atas 75% air dan 25% materi padat. Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk. (Tarwoto Wartonah : 2006 hal 67)

c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi proses defekasi1)      Usia

Pada usia bayi kantrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.

2)      Diet

Page 36: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makann yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

3)      Intake cairanIntake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorsi cairan yang meningkat.

4)      AktivitasTonus otot abdomen , pelvis, dan diafreagma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

5)      FisiologisKeadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik akan menudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

6)      PengobatanBeberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

7)      Gaya hidupKebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.

8)      Prosedur diagnostikKlien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.

9)      PenyakitBeberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

10)  Anestesi dan pembedahanAnestesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

11)  NyeriPengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, epesiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar

12)  Kerusakan sensorik dan motorikKerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

d.      Masalah-masalah umum pada eliminasi bowel1)      Konstipasi

Gangguan eliminasi yang diakibatkan adnaya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak diatur, penggunaan laksatif yang lama, sters psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.

2)      Fecal imfactionMasa feses yang keras dilipatan rektum yang diakibatkna oleh retensi dan akumulasi material feses yng berkepanjangan. Biasanya disebabkan ole konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

3)      DiareKeluarnya feses cairan dan meningkatkan frekuensi buang air besar akibat cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena sters fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.

4)      Inkontinensia

Page 37: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persyarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.

5)      KembungFlatus yang berlebihan di daerah di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturat, penurunnan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

6)      HemorroidPelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

e.       Pengkajian1)      Riwayat keperawatana)      Pola defekasi : frekuensi, pernah berubahb)      Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.c)      Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.d)     Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari,

dan pola makan yang teratur atau tidak.e)      Cairan : jumlah dan jenis minuman/harif)       Aktivitas : kegiatan sehari-harig)      Kegiatan yang spesifik.h)      Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana menerima.i)        Pembedahan/penyakit menetap.2)      Pemeriksaan fisika)      Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, tenderness.b)      Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid, adanya

massa, tenderness.3)      Keadaan fesesa)      Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses, lendir.4)      Pemeriksaan diagnostika)      Anuskopib)      Proktosigmoidoskopic)      Rontgen dengan kontrasf.       Diagnosa keperawatan dan intervensi1)      Gangguan eliminasi bowel : konstipasi (aktual/risiko)

Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perubahan pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik menurunnya frekuensi buang air besar dan feses yang keras.Kemungkinan berhubungan dengan :

a)      Imobilitasb)      Menurunya aktivitas fisikc)      Ileusd)     Strese)      Kurang privasif)       Menurunnya mobilitas intestinalg)      Oerubahan atau pembatasan diet.

Page 38: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Kemungkinan data yang ditemukan :a)      Menurunnya bising ususb)      Mualc)      Nyeri abdomend)     Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawahe)      Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang buang air besar.

Kemungkinan klinis kemungkinan terjadinya pada :a)      Anemiab)      Hipotiroiddismec)      Dialisa mginjald)     Pembedahan abdomene)      Paralisisf)       Cedera spinal yang lama

Tujuan yang diharapkan :a)      Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowelb)      Terjadinya perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi.

Intervensi RasionalCatat dan kaji kemvali warna, konsitensi, jumlah dan waktu buang air besar

Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel

Kaji dan catat pengerasan usus Deteksi dini penyebab konstipasiJika terjadi fecal impactionLakukan pengeluaran manualLakukan gliserin klimas

Membantu mengeluarkan feses

Konsultasikan dengan dokter tentang pemberian laksatif, enema, pengobatan

Meningkatkan eliminasi

Berikan cairan adekuat Membantu feses lunakBerikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi

Meningkatkan pergerakan usus

Berikan pendidikan kesehatan tentang personal hygien, kebiasaan diet, cairan dan makanan yang mengandung gas, aktifitas, kebisaan buang air besar

Mengurangi atau menghindari inkontinensia

Gangguan eleiminasi: diareDefinisi : kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan buang air besar dengan karakteristik feses cairan.Kemungkinan berhubungan dengan :

a.       Inflamasi, iritasi,dan melabsorpsi.b.      Pola makan yang salahc.       Perubahan proses pencernaand.      Efek samping pengobatan

Kemungkinan data yang ditemukan :a.       Feses berbentuk cairb.      Meningkatnya frekuensi buang air besar

Page 39: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

c.       Meningkatnya peristaltik ususd.      Menurunnya nafsu makan

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :a.       Peradangan bowelb.      Pembedahan saluran pencernaan bawahc.       Gastritis/enteritis

Tujuan yang diharapkan :a.       Pasien kembali buang air besar ke pola normal.b.      Keadaan feses berbentuk dan lebih keras.

Intervensi Rasional1.      Monitor/kaji kembali konsistensi, warna, bau

feses, pergerkan usus, cek berat badan setiap hari

2.      Monitor dan cek elektrolit, intake dan output cairan

3.      Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak

4.      Berikan antidiare, tingkatkan intake cairan5.      Cek kulit bagian perineal dan jaga dari

gangguan integritas6.      Kolaborasi dengan ahli diet, tentang diet

rendah serat dan lunak7.      Hindari stress dan lakukan istirahat cukup8.      Berikan pendidikan kesehatan tentang:

CairanDietObat-obatanPerubahan gaya hidup

1.      Dasar memonitor kondisi2.      Mengkaji status dehidrasi3.      Mengurangi kerja usus4.      Mempertahankan status hidrasi5.      Frekuensi buang air besar yang meningkat

menyebabkan iritasi kulit sekitar anus6.      Menurunkan stimulasi bowel7.      Stress meningkatkan stimulus bowel8.      Meningkatkan pengetahuan dan mencegah

diare

Gangguan eliminasi bowel : inkontinensiaDefinisi : kondisi dimana pasien mengalami perubahan pola dalam buang air besardengan karakteristik tidak terkontrolnya pengeluaran feses.Kemungkinan berhubungan dengan:

a.       Menurunnya tingkat kesadaranb.      Gangguan spinter anusc.       Gangguan neuromuskulerd.      Fetal impaction

Kemungkinan data yang ditemukan:a.       Tidak terkontrolnya pengeluaran fesesb.      Baju yang kotor oleh feses

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:a.       Injuri spinalcordb.      Pembedahan ususc.       Stroked.      Trauma pada daerah pelvise.       Usia tua

Page 40: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Tujuan yang diharapkan:a.       Pasien dapat mengontrol pengeluaran fesesb.      Pasien kembali pada pola eliminasi normal

Intervensi Rasional1.      Tentukan penyebab inkontinensia2.      Kaji penurunan masalah ADL

yangberhubungan dengan masalah inkontinensia

3.      Kaji jumlah dan karakteristik inkontinensia4.      Atur pola makan dan sampai berapa lama

terjadinya buang air besar5.      Lakukan bowel training dengan kolaborasi

fisioterapis6.      Lakukan latihan otot panggul7.      Berikan pengobatan dengan kolaborasi

dengan dokter

1.      Memberikan data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan

2.      Pasien terganggu ADL karena takut buang air besar

3.      Menentukan pola inkontinensia4.      Membantu mengontrol buang air besar5.      Membantu mengontrol buang air besar6.      Menguatkan otot dasar pelvis7.      Mengontrol frekuensi buang air besar.

Page 41: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

KEBUTUHAN DASAR MANUSIAPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi (berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi uri ( berhubungan dengan berkemih ). (A.Aziz, 2005:87)

I.             KEBUTUHAN ELIMINASI URINE1.1  Definisi Eliminasi Urine

Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme. Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. (A.Aziz, 2008 : 62)

1.2  FisiologiOrgan yang berperan dalam proses terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung

kemih, dan uretra.

Gambar  1.2 : Anatomi Sistem Perkemihan         Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homoestasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan, termasuk keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal mensekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan  produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal mengatur cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang normal. (Mary Baradero, 2008 : 1)

Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. (A.Aziz, 2008 : 62)

         Kandung Kemih (Bladder, Buli-buli)Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi

sebagai penampung air seni (urine). Dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Pada dasar kandung kemih, terdapat lapisan tengah jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih keluar tubuh. (A.Aziz, 2008 : 62)

Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan monitoris ke otot lingkar bagian dalam  diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendur dan terjadi kontraksi sphincter bagian dalam sehingga urine tetap tertinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya  sphincter. (A.Aziz, 2008 : 62)

         UretraUretra merupakan organ yang berfungsi untuk mengeluarkan urine ke bagian luar. Fungsi

uretra pada wanita mempunyai fungsi yang berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria,

Page 42: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi berukuran panjang ±20 cm. pada pria uretra terdiri dari 3 bagian, uretra prostatik, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Pada wanita uretra memiliki panjang 4-6,5 cm dan hanya berfungsi untuk mengeluarkan urine ke bagian luar tubuh. (Potter, 2005)

Saluran perkemihan dilapisi membrane mukosa dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Secara normal, mikroorganisme tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, namun membrane mukosa ini pada keadaan patologis yang terus-menerus akan menjadikannya sebagai media yang baik untuk pertumbuhan beberapa patogen. (A.Aziz, 2008 : 63)

1.3  Persarafan Kandung KemihPersarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medulla

spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan motorik. Saraf sensorik mendeteksi derajat tegangan pada kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab pada untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih. (www.wordpress.com)

Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih. Saraf pso ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor. (www.wordpress.com)

1.4  Proses BerkemihBerkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria

dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250 - 450 cc (pada dewasa) dan 200 - 250 cc (pada anak-anak). (A.Aziz, 2008 : 63)

Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melali medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korterks serebral. Selanjutnya otak memberikan impuls/ragsangan melalui medulla spinalis neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter internal. (A.Aziz, 2008 : 63)

Urine dilepaskan dari vesika urinaria tetapi masih tertahan sphincter eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sphincter eksternal dan urine kemungkinan dikeluarkan (berkemih). (A.Aziz, 2008 : 64)

         Ciri-ciri urine yang normal-          Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang

dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak makan makanan yang mengandung protein, sehingga tersedia cukup cairan yang melarutkan ureanya.

-          Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir tipis tampak terapung di dalamnya.

-          Baunya tajam.-          Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan PH rata-rata 6.-          Berat jenis berkisar dari 1,010 sampai 1,025

(Pearce, 2009 : 305)         Komposisi urine normal:-          Air (96%)-          Larutan (4%)a.       Larutan organik : urea, ammonia, kreatin, dan asam urat.

Page 43: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

b.      Larutan anorganik : natrium (sodium), klorida, kalium (potassium), sulfat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam yang paling banyak.

(A.Aziz, 2008 : 306)1.5  Perangsang Atau Penghambat Berkemih Oleh Otak

Refleks berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhnya bersifat autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak. Pusat perangsang dan pengahambat kuat dalam batang otak, terutama terletak dalam pons dan beberapa pusat yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai penghambat tetapi dapat juga menjadi perangsang. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkemih, sebagai berikut : (www.wordpress.com)

Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambat refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.  Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih bahkan jika refleks berkemih timbul dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sphincter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih. Jika tiba waktu yang tepat untuk berkemih pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sakral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu yang bersamaan  menghambat sphincter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi. (www.wordpress.com)

Berkemih dibawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut : pertama seseorang secara sadar mengontraksikan otot-otot abdomennya yang meningkatkan tekanan kandung kemih dan mengakibatkan urine ekstra emasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini menstimulasi reseptor regang yang merangsang refleks berkemih dan menghambat sphincter eksternus eksternus uretra secara simultan. Biasanya seluruh urine akan keluar, terkadang lebih dari 5-10 ml urine tertinggal di kandung kemih. (www.wordpress.com)

1.6  Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urinea)      Diet dan asupan (intake).

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu minum kopi dapat meningkatkan pembentukan urine. (A.Aziz, 2008 : 64)

b)      Respons bagaimana awal berkemih.Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine. (A.Aziz, 2008 : 64)

c)      Gaya hidup.Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya toilet. (A.Aziz, 2008 : 64)

d)     Stress psikologis.Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi. (A.Aziz, 2008 : 64)

Page 44: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

e)      Tingkat aktivitas.Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun. (A.Aziz, 2008 : 64)

f)       Tingkat perkembangan.Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditimbulkan pada anak, yang lebih memiliki kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun, kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia. (A.Aziz, 2008 : 65)

g)      Kondisi penyakit.Kondisi penyakitt dapat mempeengaruhi produksi urine, seperti diabetes meelitus. (A.Aziz, 2008 : 65)

h)      Sosiokultural.Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu. (A.Aziz, 2008 : 65)

i)        Kebiasaan seseorang.Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya memiliki kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit. (A.Aziz, 2008 : 65)

j)        Tonus otot.Tonus otot yang berperann penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine. (A.Aziz, 2008 : 65)

k)      Pembedahan.Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anstesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine. (A.Aziz, 2008 : 65)

l)        Pengobatan.Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian obat diuretic dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan obat antikolinergik dan anti hipertensi dapat menyebabkan retensi uine. (A.Aziz, 2008 : 65)

m)    Pemeriksaan diagnostik.Pemeeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-pprosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sisteskopi dapat menimbulkan edema local pada uretra.

(A.Aziz, 2008 : 65)

1.7  Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urinea)      Retensi urine.

Page 45: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensia vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi vesika urinaria  dapat menampung urine sebanyak 3.000 – 4.000 ml urine. (A.Aziz, 2008 : 66)

Retensi urine post partum dapat terjadi pada pasien yang mengalami kelahiran normal sebagai akibat dari peregangan atau trauma dari dasar kandung kemih dengan edema trigonum. Faktor-faktor predisposisi lainnya dari retensio urine meliputi epidural anestesia, pada gangguan sementara kontrol saraf kandung kemih , dan trauma traktus genitalis, khususnya pada hematoma yang besar, dan sectio cesaria. (www.jevuska.com)

Retensi postpartum paling sering terjadi. Setelah terjadi kelahiran pervaginam spontan, disfungsi kandung kemih terjadi 9-14 % pasien; setelah kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38 %. Retensi ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphincter dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna yang kemudian menyebabkan nyeri dan edema. Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya setelah sectio cesaria biasanya akibat dari tidak berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor. (www.jevuska.com)

Ketika kandung kemih menjadi sangat mennggembung diperlukan kateterisasi, kateter folley ditinggal dalam kanndung kemih selama 24 – 48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dann memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan sensasi. (www.jevuska.com)

Tanda klinis retensi :         Ketidaknyamanan daerah pubis.         Distensi vesika urinaria.         Ketidaksanggupan untuk berkemih.         Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml).         Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya.         Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.

         Adanya urine sebanyak 3.000- 4.000 ml dalam kandung kemih.Penyebab :

         Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis, vesika urinaria.         Trauma sumsum tulang belakang.         Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah.         Sphincter yang kuat.         Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat).

(A.Aziz, 2008 : 66)

b)      Inkontinensia urine.Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk menetap unttuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia urine adalah: proses penuaan (aging process), pembesaran kelenjar prostat, serta penurunan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik. (A.Aziz, 2008 : 66)

Page 46: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

c)      Enuresis.Enuresis merupakan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enurisis terjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya enurisis terjadi pada malam hari.Faktor penyebab enurisis :

a.       Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.b.      Anak-anak yang tidurnya bersuara dari tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak

diketahui. Hal itu mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk untuk ke kamar mandi.c.       Vesika urinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat menampung urine dalam jumlah

besar.d.      Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah.e.       Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa

dibantu dengan mendidiknya.f.       Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis sistem perkemihan.g.      Makanan yang banyak mengandung garam mineral.h.      Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.

(A.Aziz, 2008 : 67)

d)     Perubahan pola eliminasi urine.Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik, sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :

         Frekuensi.Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalm sehari. Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi ttanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan sistisis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stress/hamil. (A.Aziz, 2008 : 67)

         Urgensi.Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalm mengontrol sphincter eksternal. Biasanya perasaan ingin segera berkemih terjadi pada anak karena kurangnya kemampuan pengontrolan pada sphincter. (A.Aziz, 2008 : 67)

         Disuria.Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra. (A.Aziz, 2008:67)

         Poliuria.Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, ditemukan pada penyakit diabetes dan GGK. (A.Aziz, 2008 : 67)

         Urinari Supresi.

Page 47: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urie secara mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara terus menerus. (A.Aziz, 2008 : 67)

I.          KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI

2.1  Definisi Eliminasi AlviEliminasi alvi (buang air besar) merupakan proses pengosongan usus. Terdapat dua pusat

yang menguasai refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. (A.Aziz, 2008 : 71)

2.2  Fisiologi.Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem

gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus berfungsi dalam absorbs elektrolit Na+, Cl-, K+, Mg2+, HCO3, dan Ca2+. Usus besar dimulai dari rectum, kolon hingga anus yang memiliki panjang ±1,5 m atau 50-60 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecum sampai ke dubur (anus). (A.Aziz, 2008 : 71)

Makanan yang diterima usus halus dari lambung dalam bentuk setengah padat. Chyme baik berupa air, nutrien, maupun elektrolit kemudian akan diabsorbsi. Produk buangan yang memasuki usus besar berupa cairan. Setiap hari saluran usus menyerap 800 – 1000 ml cairan. Penyerapan inilah yang menyebabkan feses mempunyai bentuk setengah padat. Jika feses terlalu lama dalam usus besar, maka terlalu banyak air yang diserap sehingga feses menjadi kering dan keras. Pada batas antara usus besar dan usus halus terdapat katup ileocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar sebbelum waktunya dan mencegah pembuangan kembali ke usus halus. Makanan selanjutnya masuk ke dalam kolon sigmoid, berupa feses yang siap dibuang dan diteruskan ke dalam rectum kemudian anus. (A.Aziz, 2008 : 72)

Gambar 2.2 : Anatomi Sistem Pencernaan Bagian Bawah2.3  Proses Buang Air Besar

Secara umum terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rectum sehingga distensi, kemudian fleksus mesentrikus merangsang peristaltik dan akhirnya feses sampai anus. Lalu pada saat sphincter interna

Page 48: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan refleks defekasi parasimpatis dimulai dari adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu rektum, dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter interna maka terjadilah proses defekasi. (A.Aziz, 2008 : 73)

Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak dicernakan dan zat makanan lain yang tidak dipakai oleh tubuh, macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas massa padat, berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil dari reduksi pigmen empedu dan usus kecil. (A.Aziz, 2008 : 73)

2.4  Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Alvia)      Usia.

Setiap tahap perkembangan / usia memiliki kemampuan mengontrol pproses defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan secara penuh, kemudian pada usia lanjut keamampuan itu menurun. (A.Aziz, 2008 : 75)

b)      Diet.Diet, pola, atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mepengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi. (A.Aziz, 2008 :75)

c)      Asupan cairan.Pemasukan cairan yang kurang di dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena proses absorbs air yang kurang menyebabkan proses defekasi sulit. (A.Aziz, 2008 : 75)

d)     Aktivitas.Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, diafragma, dapat membantu kelancaran proses defekasi. Hal ini kemudian membuat proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik. (A.Aziz, 2008 : 75)

e)      Pengobatan.Pengobatan dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laktansif/antasida yang terlalu sering. Kedua jenis obat tersebut dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik usus. Penggunaan lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsif terhadap stimulasi yang diberikan oleh laktansif. (A.Aziz, 2008 : 76)

f)       Gaya Hidup.Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi, hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, ketika seseorang tersebut buang air bersih di tempat yang terbuka atau tempat kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi. (A.Aziz, 2008 : 76)

g)      Penyakit.Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti gastroenteritis. (A.Aziz, 2008 : 76)

h)      Nyeri.

Page 49: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan untuk defekasi. Seperti nyeri pada kasus hemorroid dan episiotomi. (A.Aziz, 2008 : 76)

i)        Kerusakan Sensoris dan Motoris.Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya. (A.Aziz, 2008 : 76)

2.5  Gangguan/Masalah Eliminasi Alvia)      Konstipasi.

Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.

Tanda klinis :1.      Adanya feses yang keras.2.      Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.3.      Menurunnya bising usu.4.      Adanya keluhan pada rektum.5.      Nyeri saat mengejan dan defekasi.6.      Adanya perasaan masih ada sisa feses.

Kemungkinan penyebab :1.      Defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cedera serebrospinalis, CVA, dll2.      Pola defekasi yang tidak teratur.3.      Nyeri saat defekasi karena hemorroid.4.      Menurunnya peristaltik karena stress psikologis.5.      Penggunaan obat seperti antasida, laktansif, atau anstesi.6.      Proses menua (usia lanjut).

(A.Aziz, 2008 : 73)

b)      Diare.Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.

Tanda klinis :1.      Adanya pengeluaran feses cair.2.      Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.3.      Nyeri/kram abdomen.4.      Bising usus meningkat.

Kemungkinan penyebab :1.      Malabsorbsi atau inflamasi, proses infeksi.2.      Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.3.      Efek tindakan pembedahan usus.4.      Efek penggunaan obat seperti antasida, laktansif, antibiotic, dll.5.      Stress psikologis.

Page 50: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

(A.Aziz, 2008 : 74)

c)      Inkontinensia Usus.Inkontinensia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dan proses ddefekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi.

Tanda klinis:1.      Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.

Kemungkinan penyebab :1.      Gangguan sphincter rektal akibat cidera anis, pembedahan, dll.2.      Distensi rektum berlebih.3.      Kurangnya kontrol sphincter akibat cidera medulla spinalis, CVA, dll.4.      Kerusakan kognitif.

(A.Aziz, 2008 : 74)d)     Kembung.

Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebih dalam usus. (A.Aziz, 2008 : 75)

e)      Hemorroid.Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defekasi, dll. (A.Aziz, 2008 : 75)

f)       Fecal Impaction.Fecal impaction merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction yaitu asupan kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot. (A.Aziz, 2008 : 75)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz, dkk. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGCHidayat, A.Aziz, dkk. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba MedikaBaradero, M. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGCPearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT GramediaPotte, P.A dan Perry. A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Page 51: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

KLASIFIKASI

Eleminasi urine

1. Retensi urine

Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .

Dysuria

Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih .

Polyuria

Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml / hari , tanpa adanya intake cairan .

Inkontinensi urine

Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih .

Urinari suppresi

Adalah berhenti mendadak produksi urine

Eleminasi fekal

Konstipasi

Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering .

Impaksi

Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . Imfaksi adalah kumpulan feses yang mengeras , mengendap di dalam rektum , yang tidak dapat dikeluarkan.

Diare

Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk . Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan , absorpsi , dan sekresi di dalam saluran GI .

Page 52: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Inkontinensia

Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus .

Flatulen

Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri , dan kram.

Hemoroid adalah vena – vena yang berdilatasi , membengkak dilapisan rektum .

GEJALA KLINIS

Eleminasi urine

Retensi urine

- Ketidaknyamanan daerah pubis

- Distensi kandung kemih

- Ketidaksanggupan untuk berkemih

- Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 25 – 50 ml )

Eleminasi Fekal

Diare

- Nyeri atau kejang abdomen

- Kadang disertai darah atau mukus

- Kadang vomitus atau nausea

- Bila berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan dan kurus

PEMERIKSAAN FISIK

Page 53: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Eleminasi urine

Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran , distensi kandung kemih , pembesaran ginjal , nyeri tekan pada kandung kemih .

Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia . Amati adanya bengkak , rabas , atau radang pada meatus uretra .

Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine normal.

Eleminasi fekal

1. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada bagian yang tampak saja

- Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas , adanya distensi atau gerak peristaltik .

- Auskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas , frekuensi dan kualitasnya.

- Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi berupa cairan , massa , atau udara . mulailah pada bagian kanan atas dan seterusnya .

- Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen .

2. Rektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.

3. Feses , amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan jumlahnya .

Page 54: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Eleminasi urine

I.Pengkajian

Riwayat keperawatan

Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal – hal sbb :

Pola perkemihan

Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual . Ini bergantung pada individu apakah pola berkemihnya termasuk dalam kategori normal atau apakah ia merasa ada perubahan pada pola berkemihnya .

Frekuensi berkemih

- 5 kali / hari , tergantung kebiasaan seseorang.

- 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari, menjelang dan sesudah bangun tidur.

- Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.

3. Volume berkemih

Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan dengan membandingkannya dengan volume berkemih normal.

Asupan dan haluaran cairan

- Catat haluaran urine selama 24 jam

- Kaji kebiasaan minum klien setiap hari

- Catat asupan cairan peroral, lewat makanan, lewat cairan infus, atau NGT jika ada.

II. Diagnosa Keperawatan

Retensi urine yang berhubungan dengan kelemahan otot detrusor.

Page 55: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

III. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasional

Minta klien untuk berusaha berkemih pada waktu yang terjadwal secara teratur.

Melatih mengosongkan kandung kemih secara teratur dapat mengurangi terjainay pengeluaran air kemih dalam bentuk tetesan.

Instruksikan klien untuk melakukan latihan dasar panggul di luar waktu berkemihnya. Minta klien melakukan latihan ini setiap kali berkemih.

Latihan dasar panggul membantu memperkuat otot-otot panggul pada saat saraf panggul utuh.

Minta klien menggunakan kompresi kandung kemih(metoda Crede) selama berkemih

Metode Crede membantu menstimulasi mikturisi dan mengosongkan kandung kemih.

IV. Evaluasi

- Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih.

- Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya setelah berkemih.

- Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah kateter diangkat.

Eliminasi Fekal

Page 56: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

I. Pengkajian

Riwayat Keperawatan

Tanyakan pada klien tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Pola defekasi

a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)

b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?

c. Apa penyebabnya?

2. Perilaku defekasi

a. Apakah klien menggunakan laksatif?

b. Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?

3. Deskripsi feses

a. Warna?

b. Tekstur?

c. Bau?

4. Diet

a. Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?

b. Makanan apa yang biasa klien makan?

c. Makanan apa yang klien hindari atau pantang?

d. Apakah klien makan secara teratur?

5. Cairan. Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari

6. Aktivitas

a. Kegiatan sehari-hari(misal olahraga)

b. Kegiatan spesifik yang dilakukan klien( misal penggunaan laksatif, enema atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum defekasi)

Page 57: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

7. Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat mempengaruhi pola defikasinya.

8. Stress

a. Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?

b. Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?

c. Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?

9. Pembedahan atau penyakit menetap

a. Apakah klien pernah mengalami tindakan bedah yang dapat mengganggu

pola defekasi?

b. Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi sistem

gastrointestinalnya?

II. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko devisit volume cairan yang berhubungan dengan diare yang lama.

III. Rencana Tindakan

a.Berikan cairan sesuai indikasi.

IV. Evaluasi

a.Dehidrasi berkurang.

b.Pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi.